81
1 EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN Oleh: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D

EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN. Oleh: Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D. MATERI KULIAH. A. Ekonomi: arti, tujuan, pandangan, dan makro vs mikro B. Ekonomi Pendidikan 1. Arti dan tujuan ekonomi pendidikan 2. Pendidikan sebagai sistem - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1

EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

Oleh:Prof. Slamet PH, MA, MEd, MA, MLHR, Ph.D

Page 2: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

2

MATERI KULIAHA. Ekonomi: arti, tujuan, pandangan, dan

makro vs mikroB. Ekonomi Pendidikan 1. Arti dan tujuan ekonomi pendidikan 2. Pendidikan sebagai sistem 3. Anggaran pendidikan (rencana

pendidikan, rencana biaya pendidikan, dan rencana sumber dana)

4. Biaya pendidikan (biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, dan biaya pribadi peserta didik)

5. Efisiensi pendidikan a. Evaluasi output pendidikan b. Nilai ekonomi output pendidikan

Page 3: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

3

C. Ekonomi Ketenagakerjaan 1. Arti dan tujuan ekonomi

ketenagakerjaan 2. Komponen-komponen ketenagakerjaan 3. Analisis perencanaan tenaga kerja a. Analisis penyediaan tenaga kerja

(pendidikan dan pelatihan sebagai investasi modal manusia)

b. Analisis permintaan tenaga kerja c. Analisis pasar kerja 4. Analisis isu-isu ketenagakerjaan

Page 4: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

4

D. Praktek-praktek yang baik dan pelajaran yang dapat dipetik dari kasus-kasus ekonomi pendidikan dan ketenagakerjaan

E. Perencanaan Pendidikan (Kejuruan)F. Tantangan ekonomi pendidikan dan

ketenagakerjaan di IndonesiaG. Presentasi hasil kajian buku/jurnal/hasil

penelitian oleh mahasiswaH. Ringkasan kuliah ekonomi pendidikan

dan ketenagakerjaan

Page 5: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

55

EKONOMI

1. Arti ilmu ekonomi: studi tentang cara mengalokasikan sumberdaya terbatas diantara penggunaan yang saling bersaing.

2. Dari pengertian tersebut, ada tiga kata penting yaitu alokasi, sumberdaya terbatas, dan penggunaan yang saling bersaing.

3. Pertanyaan: bagaimana caranya (yang terbaik) mengalokasikan sumberdaya terbatas terhadap penggunaan yang saling bersaing? Inilah fokus studi ekonomi.

4. Apa yang harus diproduk, bagaimana caranya, dan untuk siapa produk tersebut?

Page 6: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

66

TUJUAN EKONOMI

Tujuan utama ekonomi adalah untuk mensejahterakan rakyat secara merata (tanpa diskrimi-nasi) di seluruh tanah air melalui cara-cara ekonomi makro dan ekonomi mikro. Ekonomi makro dan ekonomi mikro saling terkait.

Page 7: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7

DUA PANDANGAN/PAHAM EKONOMI

1. Adam Smith (1776): ekonomi ditentukan oleh pasar tanpa campur tangan pemerintah (pasar/kapitalisme/neoliberal) negara-nagara barat menganut pandangan ini.

2. Karl Mark (1848): ekonomi diatur oleh pemerintah karena pasar cenderung kearah eksploitasi (pemerintah/sosialis) negara-negara komunis menganut pandangan ini.

3. Dalam kenyataan, tidak satupun negara yang murni menganut salah satu pandangan/paham ekonomi.

Page 8: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

8

EKONOMI MAKRO VS MIKRO

•Ekonomi makro: studi tentang perilaku ekonomi agregat (keseluruhan) yang sering menggunakan indikator-indikator nasional, misalnya: tingkat pengangguran, inflasi, pertumbuhan, dan umumnya kurang fokus pada pemerataan (distribusi)

•Ekonomi mikro: studi tentang perilaku ekonomi individu (supply-demand) yang merupakan komponen ekonomi makro

•Keduanya saling berinteraksi (interdependen)

Page 9: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

9

ANALISIS EKONOMI

•Ekonomi normatif: apa yang seharusnya dilakukan, misalnya penciptaan lapangan kerja, mengurangi pengangguran

•Ekonomi positif: mendasarkan fakta yang ada dan kemudian dikembangkan cara-cara untuk mencapai tujuan, misalnya mengatasi pengangguran

Page 10: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

10

ARTI EKONOMI PENDIDIKAN

Ekonomi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang cara terbaik dalam mengalokasikan sumberdaya pendidikan yang terbatas (terutama dana) antar jalur, jenis, jenjang pendidikan baik negeri maupun swasta; antar jenjang pemerintah-an (pusat, propinsi, dan kabupaten/kota) serta satuan pendidikan; antar kategori input (pendidik, sarpras, dsb.); dan antar daerah (propinsi, kabupaten/kota).

Page 11: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

11

• Jalur pendidikan: pendidikan formal, nonformal, dan informal

• Jenjang pendidikan: dasar, menengah, dan tinggi

• Jenis pendidikan: umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus

Page 12: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

12

Analisis biaya dapat mambantu membeberkan: (1) pemborosan internal sekolah dan inefisiensi serta cara-cara yang dapat mengeliminasi mereka; dan (2) peningkatan efisiensi eksternal dan keuntungan individu dan masyarakat dari investasi pendidikan yang benar-benar terarah dengan baik

Page 13: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1313

ARTI EKONOMI KETENAGAKERJAAN

Ekonomi ketenagakerjaan adalah studi tentang cara kerja dan hasil pasar kerja. Lebih spesifiknya, ekonomi ketenagakerjaan adalah studi tentang perilaku pihak pengusaha/manajemen dan pihak pekerja/ serikat pekerja dalam menanggapi/ mengalokasikan upah, harga, keuntungan, dan aspek-aspek bukan uang tetapi terkait dengan uang misalnya kondisi kerja, keselamatan kerja, kesehatan karyawan, rekreasi, dsb. (Ehrenberg & Smith, 1985).

Page 14: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1414

Jadi, ekonomi ketenagakerjaan itu menyangkut pengalokasian/pemanfaatan tenagakerja dengan sebaik-baiknya agar efektif dan efisien dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebanyak mungkin

Lebih spesifiknya, ekonomi ketenagakerjaan mempelajari perilaku permintaan tenaga kerja (demand), persediaan tenagakerja (supply), pasar kerja (pertemuan lowongan kerja dan pencari kerja , dan alternatif solusi terhadap kesenjangan antara demand dan supply). Pasar kerja itu bersifat maya tetapi ada.

Page 15: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1515

• Supplier tenaga kerja adalah lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan, sedang demander tenaga kerja adalah dunia kerja, baik yang bersifat profit maupun nonprofit

• Tenagakerja = angkatan kerja + bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) adalah golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan, sedang golongan bukan angkatan kerja adalah golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan yang menerima pendapatan (yang disantuni)

Page 16: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

1616

• Persediaan TK = angkatan kerja = supply

• Angkatan kerja = yang bekerja + penganggur

• Tingkat pengangguran = jumlah penganggur : jumlah angkatan kerja x 100%

Page 17: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

17

MODAL UNTUK MEMPELAJARI EKONOMI PENDIDIKAN

1.Pertama, untuk memahami biaya pendidikan, seseorang harus memahami pendidikan sebagai sistem yang terdiri dari tujuan pendidikan yang akan dicapai dan komponen-komponen pendidikan yang membetuk sistem yaitu konteks, input, proses, output, dan outcome (jangka pendek dan jangka panjang), lihat Gambar 1;

2.Kedua, memahami jenis dan sumber pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi biaya pendidikan dan bagaimana pendapatan bervariasi dalam situasi yang bervariasi;

Page 18: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

18

3. Ketiga, siapapun yang ingin mempelajari ekonomi pendidikan harus memahami biaya pendidikan, jenis-jenis biaya pendidikan, faktor-faktor yang mem-pengaruhinya, dan akibat dari faktor-faktor tersebut terhadap jumlah dan jenis biaya pendidikan;

4. Keempat, memahami segitiga anggaran pendidikan yang meliputi rencana pendidikan, rencana biaya pendidikan (biaya yang dibutuhkan untuk, dan rencana sumber dana pendidikan;

Page 19: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

19

Kualitas dan Inovasi

Efektifitas

Produktifitas

Efisiensi Internal

Efisiensi Eksternal

Konteks Input Proses Output

Outcome

Gambar 1: Pendidikan (Sekolah) sebagai Sistem

Page 20: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

20

Tabel 1: Pendidikan sebagai Sistem

Komponen Sub-komponen

Konteks

1. Tuntutan pengembangan diri dan peluang tamatan2. Dukungan pemerintah &

masyarakat3. Kebijakan pemerintah.

4. Landasan hukum

5. Kemajuan ipteks

6. Nilai & harapan masyarakat

7. Tuntutan otonomi

8. Tuntutan globalisasi

Page 21: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

21

Komponen Sub-komponen

Input 1. Kurikulum

2. Pendidik & Tenaga Kependidikan

3. Sarana & Prasana4. Peserta didik

5. Dana6. Regulasi

7. Struktur organisasi8. Administrasi

9. Peranserta masyarakat

Page 22: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

22

Komponen

Sub-komponen

Proses 1. Proses belajar mengajar2.Penilaian3.Manajemen

Output

1. Prestasi akademik2. Prestasi non akademik

3. Angka mengulang

4. Angka putus sekolah

Page 23: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

23

Komponen

Sub-komponen

Outcome

1. Kesempatan pendidikan2. Kesempatan kerja

Jangka pendek:

Jangka panjang:

1. Keuntungan ekonomi dan nonekonomi

2. Keuntungan individual dan sosial

3. Pengembangan lulusan

Page 24: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

2424

SEGI TIGA ANGGARAN PENDIDIKAN

Rencana Pendidikan

Biaya Pendidikan

Sumber Dana

Page 25: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

2525

RENCANA PENDIDIKAN

1. Peningkatan akses, pemerataan, dan keadilan

2. Peningkatan efektivitas (mutu, relevansi, dan daya saing)

3. Peningkatan efisiensi

Catatan: sekarang rencana pendidikan mencakup ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan, dan kepastian layanan (5K)

Page 26: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

2626

Contoh-contoh rencana pendidikan: (1) peningkatan akses, pemerataan, dan keadilan misalnya: beasiswa untuk siswa miskin, pembangunan SD-SMP satu atap, SMP/SMA/SMK Terbuka; (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, misalnya: pelatihan guru, kepala sekolah; pengembangan bahan ajar; pengembangan model pembelajaran (pembelajaran tuntas, pembelajaran dengan melakukan, pembelajaran kontekstual, pembelajaran kooperatif, PAIKEM, lessons study, dsb.); pengemban karakter, budipekerti, dsb.); dan (3) peningkatan efisiensi, misalnya pengurang-

Page 27: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

2727

an angka putus sekolah, pengurangan angka mengulang, rasio siswa/guru, penggunaan (gedung, ruang, dan fasilitas pendidikan) secara maksimal; modifikasi proses belajar mengajar (team teaching), mengganti tatap muka ke e-learning, dsb. Ekonomi pendidikan lebih cenderung ke efisiensi pendidikan, tetapi tidak bisa mengorbankan mutu. Jadi, meskipun efisien tetapi mutunya rendah (tidak efektif), maka tetap tidak efisien. Misalnya, tidak ada siswa yang putus sekolah dan tidak ada siswa yang mengulang, tetapi hasil belajarnya rendah dan apa yang diajarkan tidak relevan dengan kebutuhan siswa/berbagai sektor ekonomi.

Page 28: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

2828

BIAYA PENDIDIKAN

Biaya pendidikan meliputi: (1) biaya satuan pendidikan, (2) biaya penyelenggaraan dan/ atau pengelolaan pendidikan, dan (3) biaya pribadi peserta didik (lihat PP 48/2008 tentang Pendanaan Pendidikan dan UU 9/2009 tentang Badan Hukum Pendidikan). Dalam ekonomi pendidikan juga dikenal istilah biaya peluang (opportunity cost) atau penghasilan yang hilang (foregone earning) selama seseorang sedang melakukan studi

Page 29: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

2929

SUMBER DANA

1. Pusat: APBN (agregasi seluruh pendapatan nasional yaitu PDB, impor-ekspor, dan pinjaman/hibah dari luar negeri)

2. Propinsi: APBD (PAD, DAU, DAK, Dana Bagi Hasil, Pinjaman/Hibah), Dana Dekonsentrasi, dan Dana Tugas Pembantuan)

3. Kabupaten/Kota: APBD (PAD, DAU, DAK, Dana Bagi Hasil, Pinjaman/ Hibah), dan Dana Tugas Pembantu-an)

Page 30: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

3030

Efisiensi pendidikan merujuk pada hasil yang maksimal dengan biaya yang wajar. Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal merujuk kepada hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk memroses/menghasilkan output sekolah, misalnya: peningkatan angka kelulusan, rasio keluaran/masukan, angka kenaikan kelas/transisi, penurunan angka mengulang, angka putus sekolah, dan peningkatan angka kehadiran.

EFISIENSI PENDIDIKAN

Page 31: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

3131

Efisiensi eksternal merujuk kepada hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan lulusan dan keuntungan kumulatif (individual, sosial, ekonomi dan nonekonomi) yang didapat setelah kurun waktu yang panjang diluar sekolah. Tujuan akhir efisiensi eksternal adalah keuntungan dalam jangka panjang dari investasi pendidikan. Contoh-contoh perencanaan peningkatan efisiensi eksternal, misalnya peningkatan relevansi pendidikan dengan kebutuhan siswa dan kebutuhan berbagai sektor kehidupan, dan proporsi jumlah siswa SMK: SMA.

Page 32: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

3232

Lalu apa bedanya efisiensi internal dan efisiensi eksternal? Hanya terletak pada dimensi waktu. Efisiensi internal diukur dalam waktu dekat (output dan biayanya) dan efisiensi eksternal diukur dalam waktu panjang (output dan biayanya). Output jangka panjang disebut dampak/impact, baik dampak individual maupun dampak sosial, yang diukur dengan analisis biaya-manfaat (cost benefit analysis). Pisau analisis efisiensi, selain cost-benefit analysis (hanya mengukur nilai moneter), juga cost effectiveness (kombinasi pengukuran ekonomi dan non ekonomi).

Page 33: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

3333

Untuk mengukur efisiensi eksternal (apakah investasi pendidikan pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan tertentu merupakan investasi yang baik), rasio biaya-keuntungan (cost- benefit ratio) merupakan alatnya. Hasil akhir dari analisis cost-benefit ratio adalah rate of return (nilai balik). Menurut Coombs & Hallak (1987), penelitian-penelitian menyimpulkan bahwa: (1) investasi bidang pendidikan menghasilkan nilai balik lebih tinggi dari pada investasi di bidang-bidang lain (industri, (2) nilai balik investasi di sekolah dasar lebih tinggi dari pasa investasi di sekolah menengah dan perguruan tinggi; dan (3) nilai balik lulusan perguruan tinggi (individual) lebih tinggi dari pada nilai balik sosial secara keseluruhan.

Page 34: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

34

Dari penelitian-penelitian tentang analisis nilai balik (cost benefit analysis) tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi di bidang manusia lebih menguntungkan dari pada investasi di bidang-bidang lain dan dengan demikian, investasi di bidang manusia dapat dianggap sebagai human capital yang paling menguntungkan (negara-negara maju cenderung investasi di bidang human resource, man made-resources/teknologi, dan tanpa meninggalkan natural resources).

Page 35: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

35

HUMAN CAPITAL (BECKER, HUMAN CAPITAL (BECKER, 1985)1985)

Education Increased Productivity

Increased Earning

Economic Development

Page 36: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

36

DUA PENYEBAB INEFISIENSI

Pertama, inefisiensi yang disebabkan oleh alasan operasional dan ini terjadi karena: (a) pemanfaatan/penggunaan sumberdaya (SDM, peralatan, perlengkapan, bahan, dan uang) yang kurang optimal (terjadi idle capacity/under utilization/low use factor), (b) penggunaan uang yang kurang tepat akibat struktur pembiayaan yang kurang tepat, (c) para anggota dalam sistem tidak berkontribusi secara maksimal dalam proses transformasi (mengubah kondisi saat ini men-

Page 37: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

37

jadi kondisi yang lebih baik), (d) pemilihan proses yang tidak efisien, dan (e) ketidakpedulian terhadap berbagai penggunaan sumberdaya (listrik, air, genting bocor, dsb.) sehingga terjadi pemborosan yang seharusnya tidak perlu terjadi). Kedua, inefisiensi disebabkan oleh pengambilan keputusan yang keliru yaitu yang tidak mendasarkan pada kriteria efisiensi (biaya terkecil, untung terbesar), dan yang tidak mendasarkan pada informasi yang valid dan reliabel (akurat).

Page 38: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

38

CONTOH INEFISIENSI KARENA ALASAN OPERASIONAL

• Dua SMK (1 & 2) dengan input yang sama (guru, jumlah siswa, kurikulum, bahan ajar, sarana dan prasarana, dsb.), tetapi lulusan SMK 1 NUN nya lebih tinggi dari pada SMK 2, maka SMK 1 dikatakan lebih efisien;

• Kelas yang sama diajar Mekanika Teknik pada semester yang lalu dan semester sekarang, dan yang semester sekarang nilainya lebih baik dari pada semester yang, lalu, maka dapat dikatakan bahwa semester sekarang lebih efisien.

Page 39: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

39

Yang menjadi pertanyaan adalah: kalau sistemnya sama (kurikulum, jumlah guru, sarana dan prasarana, dana, jumlah siswa dsb.), mengapa hasil belajarnya berbeda? Hal ini terjadi karena anggota dalam sistem (kepala sekolah, guru, siswa, dsb.) berbeda dalam kemampuan (intelektual, kinestetikal), kesanggupannya (yang dipengaruhi oleh sikap, motivasi/insentif), dan upaya-upaya yang ditempuh untuk bekerja dan belajar, yang pada gilirannya akan mengarah kepada perbedaan kinerja mereka, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap perbedaan prestasi belajar siswa.

Page 40: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

40

CONTOH INEFISIENSI KARENA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KLIRU

•Dua jenis pelatihan A dan B untuk mencapai tujuan yang sama, tetapi pelatihan A menggunakan pendekatan tatap muka yang biayanya lebih mahal dari pada pelatihan B yang menggunakan paket belajar mandiri dan hasil pelatihan kedua pendekatan A dan B tersebut sama. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jenis pelatihan dengan pendekatan B lebih efisien.

Page 41: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

41

• Misalnya lagi, siswa SMK diajar tentang peralatan mekatronik, tetapi setelah mereka lulus dan bekerja, tidak ada DU/DI yang menggunakan peralatan mekatronik. Jadi hasil belajar (output) nya salah sehingga biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai pembelajaran mekatronik terbuang sia-sia dan ini jelas tidak efisien.

• Jadi inefisiensi pengambilan keputusan dapat berasal dari pemilihan proses yang berbiaya lebih besar, atau proses yang menghasilkan output salah.

Page 42: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

42

CARA MENGURANGI INEFISIENSI

1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja para anggota dalam sistem (sekolah) misalnya guru, kepala sekolah, karyawan, dan siswa;

2. Mengoptimalkan penggunaan/pemanfaatan sumberdaya dalam sistem (misalnya SDM dan fasilitas sekolah);

3. Memperbaiki struktur pembiayaan dengan menerapkan prinsip prioritas (yang harus dibiayai, yang seharusnya dibiayai, dan yang dapat dibiayai);

Page 43: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

43

4.Mengubah batas-batas proses, misalnya: (1) SD dan SMP yang terpisah pada daerah-daerah terpencil, terpencar, dan terisolir dijadikan SD-SMP satu atap; (2) dari pengelolaan yang sentralistik ke desen-tralistik (misalnya pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan uang, dan pengelolaan kurikulum); dan

5.Memperbaiki lingkungan kerja misalnya memperbaiki hubungan kerja, memperkuat teamwork, meningkatkan loyalitas kerja, dan memberi insentif bagi yang kinerjanya lebih baik

Page 44: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

44

DISKUSI

1. Menurut anda, bagaimana alokasi 20% APBN dan APBD untuk pendidikan karena rata-rata kabupaten/kota telah mengalokasikan 28,3% APBD untuk pendidikan namun 96% nya untuk gaji pegawai?

2. Jika dikaitkan dengan PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, apakah alokasi 20% sudah tepat?

3. Perubahan proporsi siswa SMA:SMK dari 70%:30% menjadi 30%:70% efisien?

Page 45: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

45

4. Apakah pemberian (alokasi) tunjangan guru dan dosen cukup efisien dari sudut pandang ekonomi pendidikan karena saat ini di daerah gaji pegawai pendidikan telah menyerap 96% dari APBD?

5. Akibat desentralisasi pendidikan yang ditekankan di kabupaten/kota, telah terjadi kesenjangan yang sangat lebar antara daerah yang memiliki pendapatan bagi hasil SDA dan yang tidak memilikinya (misal APBD pendidikan di Kutai Kertanegara 750 milyar dan di Kabupaten Bima 50 milyar dengan jumlah penduduk yang justru lebih banyak). Pendapat Anda dari sudut pandang ekonomi pendidikan?

Page 46: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

46

6. Identifikasikan jenis-jenis inefisiensi akibat alasan operasional dan alasan pengambilan keputusan yang kliru di bidang pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi!

7. Bagaimana cara mengurangi inefisiensi yang disebabkan oleh kedua alasan tersebut (alasan operasional dan alasan pengambilan keputusan)?

Page 47: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

4747

PISAU ANALISIS EKONOMI PENDIDIKAN (EFISIENSI)

Rate of return analysis (Cost-benefit analysis)

Cost effectiveness analysis

Page 48: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

4848

COST BENEFIT ANALISIS(RATE OF RETURN ANALYSIS)

1. Hitung biaya total (total cost) pendidikan, baik biaya langsung maupun biaya tak langsung

2. Hitung manfaat total (total benefit) hasil pendidikan setelah kurun waktu tertentu, biasanya diukur dengan penghasilan/ pendapatan total alumni pendidikan

3. Bandingkan total benefit dan total cost (nomor 1 dibagi nomor 2) akan ditemukan rate of return in education

Page 49: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

4949

COST EFFECTIVENESS ANALYSIS

• Cost effectiveness analysis skopnya lebih luas dari pada cost benefit analysis yang hanya membandingkan nilai moneter. Cost effectiveness analysis mengaitkan keuntungan non moneter dengan biaya moneter

• Cost effectiveness analysis mengukur seberapa efektif program pendidikan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan biaya yang terkecil, atau dengan biaya sama dengan ketercapaian tujuan lebih baik

Page 50: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

5050

Cost effectiveness analysis mengukur dua aspek

1. Mengukur ekonomi program pendidikan, yaitu tujuan kuantitatif ditetapkan, kemudian biaya untuk beberapa alternatif dibandingkan. Tujuan tercapai dengan biaya terkecil adalah yang lebih ekonomis.

2. Mengukur efisiensi program pendidikan, yaitu dengan biaya yang sama, beberapa alternatif yang berbeda dibandingkan. Level efektivitas ditentukan terlebih dahulu meskipun tidak dalam bentuk uang. Alternatif yang menghasilkan efektivitas yang tertinggi adalah yang terbaik.

Page 51: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

5151

KOMPONEN-KOMPONEN KOMPONEN-KOMPONEN KETENAGAKERJAANKETENAGAKERJAAN

1. Perencanaan tenaga kerja

2. Rekrutmen dan seleksi

3. Penempatan/pengalokasian

4. Pengembangan

5. Pemanfaatan

6. Pemeliharaan tenaga kerja

Page 52: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

5252

7. Evaluasi kinerja8. Imbal jasa9. Hubungan kerja10. Dokumentasi personalia11. Informasi Pasar Kerja12. Link & Match antara

Pendidikan Kejuruan dan Dunia Kerja

13. Mempromosikan kerja penuh

Page 53: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

53

IDENTIFIKASI ISU-ISU DAN PERMASALAHAN KETENAGAKERJAAN

1. Bagaimanakah caranya merencanakan tenaga kerja agar seimbang antara permintaan dan persediaan tenaga kerja?

2. Kriteria rekrutmen dan seleksi yang seperti apa agar memperoleh the right person in the right place?

3. Bagaimana caranya mengalokasikan/ menempatkan tenaga kerja agar distribusinya merata secara jenis pekerjaan, bidang pekerjaan, dan geografis?

Page 54: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

54

4. Bagaimana caranya mengembangkan tenaga kerja agar tetap produktif di tempat kerja?

5. Bagaimana caranya memanfaatkan tenaga kerja yang ada agar maksimum penggunaannya?

6. Bagaimana caranya memelihara tenaga kerja yang sudah ada agar tetap produktif?

7. Bagaimana caranya mengevaluasi tenaga kerja agar hasilnya benar-benar otentik?

8. Bagaimana caranya merumuskan kriteria dan pelaksanaan imbal jasa karyawan agar dirasakan adil oleh semua karyawan?

Page 55: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

55

9. Bagaimana caranya membangun hubungan kerja yang harmonis antara pihak pekerja dengan pihak manajemen (pemilik pekerjaan)?

10. Model dokumentasi tenaga kerja yang seperti apa agar mudah diakses penggunaannya?

11. Model informasi pasar kerja yang seperti apa agar pertemuan antara pencari kerja dan pekerjaan yang ditawarkan mudah diakses?

12. Model link & match yang seperti apa agar hubungan antara dunia pendidikan dan dunia kerja erat?

13. Bagaimana caranya memobilisasi dan memanfaatkan tenaga kerja ke seluruh tanah air agar mereka bekerja penuh?

Page 56: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

56

Isu 1: Bagaimanakah caranya merencanakan tenaga kerja agar seimbang antara permintaan dan persediaan tenaga kerja?

Solusi 1: Perencanaan tenaga kerja menyangkut penyeimbangan permintaan dan persediaan tenaga kerja dilihat dari dimensi berikut: jenis pekerjaan (primer, sekunder, tersier, kuarter), jumlah tenaga kerja (berapa banyak), tempat pekerjaan (dimana pekerjaan dibutuhkan), waktu (kapan dibutuhkan), dan apa persyarat-

Page 57: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

57

an untuk memasuki pekerjaan (kualifikasi dan kompetensi). Untuk itu perlu diterapkan pendekatan perencanaan tenaga kerja yang tepat. Manpwer approach adalah pendekatan perencanaan tenaga kerja yang paling tepat untuk digunakan. Perencanaan tenaga kerja dengan menggunakan manpower approach memerlukan syarat yaitu tersedianya data tentang supply dan demand tenaga kerja.

Page 58: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

58

The Manpower Approach

Determine Educational

Objectives – i.e. Provide Manpower

Measure Manpower

Needs

Project Educational

Outputs

Devise Programs and Projects to Match Outputs

to Needs

Calculate Costs and Prepare

Plan

Page 59: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

59

Isu 2: Kriteria rekrutmen dan seleksi yang seperti apa agar memperoleh the right person in the right place?

Solusi 2: Perlu disusun cara-cara melakukan rekruitmen dan kriteria seleksi tenaga kerja yang memperhatikan potensi dan pengalaman yang diperlukan oleh dunia kerja. Potensi meliputi daya pikir, daya qolbu, daya pisik, penguasaan disiplin ilmu, dan pengalaman kerja yang dimaksud adalah yang relevan dengan persyaratan kerja yang dibutuhkan. Kriteria utama: trainable, educable, and faster learner.

Page 60: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

60

Isu 3: Bagaimana caranya mengalokasi-kan/menempatkan tenaga kerja agar distribusinya merata secara jenis pekerjaan, bidang pekerjaan, dan geografis?

Solusi 3: Perlu disusun program-program yang dirancang untuk menstimulasi mobilitas kerja secara geografis dan perlu diupayakan persebaran DU/DI yang merata diseluruh tanah air dan jangan mengumpul di satu lokasi geografis.

Page 61: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

61

Isu 4: Bagaimana caranya mengem-bangkan tenaga kerja agar tetap produktif di tempat kerjanya?

Solusi 4: Tenaga kerja perlu dikembangkan daya pikirnya, daya qolbunya, daya pisiknya, dan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seninya sesuai dengan tuntutan di tempat kerjanya. Cara-cara pengembangan dapat dilakukan melalui pendidikan formal, pelatihan, pemagangan, dsb.

Page 62: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

62

Isu 5: Bagaimana caranya memanfaatkan tenaga kerja yang ada agar maksimum penggunaannya?

Solusi 5: Dilakukan melalui penugasan kerja sesuai dengan kemampuannya, mengurangi ketidakhadiran, mereduksi angka kecelakaan, meningkatkan program-program keselamatan kerja dan kesehatan, mengurangi diskriminasi, memformulasikan kebijakan hubungan kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Page 63: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

63

Isu 6: Bagaimana caranya memelihara tenaga kerja yang sudah ada agar tetap produktif?

Solusi 6: Dilakukan pembinaan daya pikir, daya qolbu, daya pisik dan pemutakhiran penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi malalui pelatihan/workshop, magang, internship, dan cara-cara lain yang relevan.

Page 64: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

64

Isu 7: Bagaimana caranya mengevaluasi tenaga kerja agar hasilnya benar-benar otentik?

Solusi 7: Dibuat kriteria evaluasi tenaga kerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi pekerja yang dievaluasi dan dilaksanakan dengan cara-cara yang fair/adil. Kriteria evaluasi tenaga kerja: valid, reliabel, dan objektif (otentik)

Page 65: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

65

Isu 8: Bagaimana caranya merumuskan kriteria dan pelaksanaan imbal jasa karyawan agar dirasakan adil oleh semua karyawan?

Solusi 8: Disusun struktur pengupahan berdasarkan nilai kerja. Setiap tugas dan fungsi pada posisi tertentu dihitung nilai kerjanya dan ditetapkan unit cost nya setiap nilai kerja tersebut. Nilai kerja dikalikan unit cost akan ditemukan besarnya imbal jasa yang proporsional.

Page 66: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

66

Isu 9: Bagaimana caranya membangun hubungan kerja yang harmonis antara pihak pekerja dengan pihak manajemen (pemilik pekerjaan)?

Solusi 9: dibentuk paguyuban yang terdiri dari pihak pekerja dan pihak manajemen melalui pembentuan serikat pekerja atau dengan memperbaiki hubungan kerja melalui cara-cara lain yang dianggap cocok bagi kedua belah pihak yaitu pekerja dan manajemen.

Page 67: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

67

Isu 10: Model dokumentasi tenaga kerja yang seperti apa agar mudah diakses penggunaannya?Solusi 10: perlu diterapkan e-document atau e-administration tentang pendataan tenaga kerja melalui penggunaan information and communication technology (ICT).

Page 68: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

68

Isu 11: Model informasi pasar kerja yang seperti apa agar pertemuan antara pencari kerja dan pekerjaan yang ditawarkan mudah diakses?

Solusi 11: Penerbitan informasi pasar kerja melalui jaringan internet yang dibangun berdasarkan sistem informasi pasar kerja (labor market information system). Selain itu, penerbitan informasi pasar kerja juga dapat dilakukan melalui publikasi tertulis.

Page 69: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

69

Isu 12: Model link & match yang seperti apa agar hubungan antara dunia pendidikan dan dunia kerja erat?Solusi 12: terapkan model pendidikan sistem ganda (PSG) yang dirumuskan secara bersama antara Depdiknas dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN), baik pusat maupun daerah. Selain itu, pendidikan berbasis kompetensi diterapkan dalam pengembangan pendidikan kejuruan.

Page 70: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

70

Isu 13: Bagaimana caranya memobilisasi dan memanfaatkan tenaga kerja ke seluruh tanah air agar mereka bekerja penuh?

Solusi 13: Pendistribusian lapangan kerja merupakan motor penggerak utama mobilisasi tenaga kerja untuk menghindari menumpuknya pekerjaan disatu tempat dan diusahakan penerbitan informasi pasar kerja lintas daerah di seluruh tanah air agar perpindahan/likuiditas tenaga kerja antar daerah berlangsung lancar.

Page 71: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7171

PERENCANAAN PENDIDIKAN KEJURUAN

1. Ruang lingkup perencanaan: makro (nasional), meso (lokal): propinsi dan kabupaten/kota), dan mikro (institutional)

2. Jenis perencanaan (kuantitatif: jumlah) dan (kualitatif: kualifikasi dan kompetensi)

3. Pendekatan perencanaan pendidikan: manpower requirement approach (MRA), social demand approach (SDA), rate of return approach (RRA), dan cost effectiveness analysis (CEA).

Page 72: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7272

4. Jenis pendekatan yang mana yang cocok untuk perencanaan pendidikan, sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai.

5. Jika tujuannya adalah untuk melayani permintaan masyarakat akan pendidikan (pendidikan dasar), maka SDA paling cocok.

6. Jika tujuannya adalah untuk efisiensi (terutama proyek-proyek) mahal, maka RRA paling sesuai.

Page 73: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7373

7. Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivias dengan biaya yang wajar, maka CEA paling pas.

8. Jika tujuannya adalah agar lulusannya terserap sebanyak mungkin dalam dunia kerja, maka MRA paling tepat.

9. Untuk pendidikan kejuruan, MRA paling cocok karena tugas utama pendidikan kejuruan adalah menyiapkan lulusannya untuk bekerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja

Page 74: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

74

MANPOWER REQUIREMENT APPROACH

(Demand - Supply)

Page 75: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7575

LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN PENDIDIKAN

KEJURUAN (MRA)1. Memperkirakan permintaan tenaga kerja

(demand) yang bersumber dari DU/DI2. Memperkirakan persediaan tenaga kerja

(supply) yang bersumber dari lembaga pendidikan dan pelatihan

3. Mencari kesenjangan antara permintaan (1) dan persediaan (2)

4. Memilih strategi solusi yang tepat terhadap kesenjangan tersebut (kelebihan, kekurangan atau tidak ada selisih antara demand-supply)

5. Merancang program berdasarkan hasil dari no (4)

Page 76: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7676

MEMPERKIRAKAN PERMINTAAN TENAGA KERJA

1. Memperkirakan permintaan tenaga kerja yang akan datang untuk setiap jenis sektor pekerjaan (primer, sekunder, tersier, kuarter), jumlah tenaga kerja (berapa banyak) secara keseluruhan dan setiap jenjang jabatan, tempat pekerjaan (dimana pekerjaan diminta/distribusi), waktu (kapan permintaan tenaga kerja), dan apa persyaratannya (kualifikasi & kompetensi)

Page 77: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7777

2. Perkiraan permintaan (daya serap) tenagakerja tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, pertambahan investasi yang diinginkan, jenis investasi yang diinginkan (padat modal atau padat karya), dan perkiraan pertumbuhan rasio modal-tenagakerja yang diinginkan.

Page 78: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7878

PERSEDIAAN TENAGA KERJA

1. Memperkirakan persediaan jumlah angkatan kerja yang akan datang yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga pendidikan (jenis, jalur, dan jenjang pendidikan: SD, SMP, SMA, SMK, PT)

2. Memperkirakan persediaan jumlah angkatan kerja yang akan datang yang dihasilkan dari lembaga-lembaga pelatihan (jenis-jenisnya)

Page 79: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

7979

MENCARI KESENJANGAN PERMINTAAN DAN PERSEDIAAN

Mencari kesenjangan antara permintaan dan persediaan yaitu untuk mencari kelebihan, kekurangan, atau tidak ada kesenjangan tenagakerja untuk setiap jenis sektor pekerjaan (primer, sekunder, tersier, kuarter), jumlah tenaga kerja (berapa banyak) secara keseluruhan dan setiap jenjang jabatan, tempat pekerjaan (dimana pekerjaan diminta/ distribusi), waktu (kapan permintaan tenaga kerja), dan apa persyaratannya (kualifikasi & kompetensi)

Page 80: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

8080

STRATEGI PEMECAHAN KESENJANGAN

Kesenjangan antara permintaan dan persediaan yang hasilnya merupakan kelebihan, kekurangan, atau tidak ada kesejangan merupakan masalah yang harus dipecahkan. Untuk memecahkan masalah tersebut perlu dipilih strategi yang tepat yaitu yang isi dan konteksnya mendukung terlaksananya penyelesaian tersebut.

Page 81: EKONOMI PENDIDIKAN DAN KETENAGAKERJAAN

8181

MERANCANG PROGRAM PENDIDIKAN KEJURUAN

1. Rancangan program jika tidak ada perbeda-an antara permintaan dan pesersediaan tenagakerja

2. Rancangan program jika kekurangan tenagakerja

3. Rancangan program jika kelebihan tenagakerja