10
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN PENYIAPAN SAMPEL RUKEM HUTAN ( Flacourtia indica ) OLEH : KELOMPOK II SYARIFAH RS PUTRI N111 10 008 MULYANI ROE N111 10 130 SUTOYO N111 10 265 FATIMAH N111 10 267 CITRA DEWI ARIFIN DJIE N111 10 301 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Edit Laporan Penyiapan Sampel Iyon

Embed Size (px)

Citation preview

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN PENYIAPAN SAMPEL RUKEM HUTAN (Flacourtia indica)

OLEH : KELOMPOK II

SYARIFAH RS PUTRI MULYANI ROE SUTOYO FATIMAH CITRA DEWI ARIFIN DJIE

N111 10 008 N111 10 130 N111 10 265 N111 10 267 N111 10 301

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Maksud Percobaan Mengetahui dan memahami cara penyiapan sampel.

I.2 Tujuan Percobaan Mengetahui dan memahami cara penyiapan sampel buah rukem hutan (Flacourtia Fructus).

I.3 Prinsip Percobaan Melakukan penyiapan sampel buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) dengan cara pengambilan sampel, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, dan sortasi kering.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Simplisia merupakan bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Proses pembuatan simplisia atau penyiapan sampel memerlukan berbagai tahapan. a. Pengumpulan bahan baku Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku tanaman dilakukan sebagai berikut : 1) Biji Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah. 2) Buah Pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak, setelah benar-benar masak, atau dengan cara melihat perubahan warna atau bentuk buah yang bersangkutan. 3) Bunga Pemanenan bunga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan aktifnya. Panen dapat dilakukan pada saat penyerbukan, saat bunga masih kuncup, atau saat bunga sudah mulai mekar. 4) Daun dan herba Panen daun dan herba dilakukan pada saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.

5) Kulit batang Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada saat proses sudah cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim kemarau. 6) Umbi lapis Panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan. 7) Rimpang Panen rimpang dilakukan pada awal musim kemarau. 8) Akar Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti, atau tanaman sudah cukup umur. b. Sortasi basah Sortasi basah ialah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar dimaksudkan untuk membersihkan tanaman dari benda asing dari luar (tanah, batu, dan sebagainya), serta memisahkan bagian tanaman yang tidak diinginkan. c. Pencucian Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama mengurangi cemaran pestisida. d. Perajangan (perubahan bentuk) Pada dasarnya dilakukan untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan, maka proses pengeringan bahan baku akan semakin cepat. e. Pengeringan Tujuan utama proses pengeringan simplisia ialah : 1) Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri. 2) Menghilangkan aktifitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif. 3) Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, dan tahan lama).

f. Sortasi kering Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak, atau dibersihkan dari kotoran hewan. g. Pengepakan dan Penyimpanan Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai, maka simplisia pada suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dan yang lainnya.

BAB III METODE PERCOBAAN

III.1

Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan, yaitu cutter, gunting, oven, talena,

timbangan, dan toples. III.2 Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan, yaitu air bersih, koran, dan sampel buah rukem hutan (Flacourtia Fructus).

III.3 Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Sampel segar buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) disortasi basah dengan membersihkan buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) dari tanah dan kotoran lain yang masih menempel. 3. Dilakukan pencucian terhadap buah rukem hutan (Flacourtia Fructus). Pencucian dilakukan dengan teratur di bawah air mengalir. 4. Dilakukan perajangan dengan memotong buah rukem hutan

(Flacourtia Fructus) menjadi 8 bagian. 5. Buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) ditimbang dahulu untuk menghitung susut basah. 6. Buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) dikeringkan dengan oven suhu 50 C. 7. Buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) yang sudah kering kemudian ditimbang sebanyak 100 gram di atas timbangan. 8. Kemudian buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) tersebut diblender untuk memperoleh ukuran yang lebih kecil agar mempermudah proses maserasi. 9. Setelah itu, dimasukkan ke dalam toples.

BAB IV HASIL PERCOBAAN

IV.1 Hasil Pengamatan Sampel Buah rukem hutan yang telah Bobot 5 kg

dirajang Buah rukem hutan setelah kering IV.2 Gambar 100 gram

(a)

(b)

Gambar : (a) Buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) yang telah kering; (b) penimbangan buah rukem hutan (Flacourtia Fructus)

BAB V PEMBAHASAN

Pada proses penyiapan sampel, pertama-tama yang dilakukan ialah mengumpulkan bahan baku (panen). Tanaman diambil langsung dari lokasi, yaitu di Desa Bengo-Bengo, Kabupaten Maros. Pengambilan sampel buah rukem hutan dilakukan tidak hanya buahnya saja yang diambil, tetapi juga bagian tanaman yang lain. Setelah sampel dicuci bersih, barulah dilakukan sortasi basah, yaitu buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) diambil, sedangkan bagian tanaman lainnya seperti daun dan batang tidak diambil. Buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) dipisah antara buah yang baik dengan buah yang tidak baik. Setelah itu dilakukan pencucian terhadap buah rukem hutan (Flacourtia Fructus), lalu dirajang. Buah dipotong-potong kecil menjadi 8 bagian. Kemudian sampel buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) ditimbang. Dari hasil penimbangan didapatkan berat buah adalah 5 kg. Kemudian sampel dikeringkan selama 3 hari. Setelah kering, dilakukan lagi sortasi kering, dimana bagian buah yang baik dipisah dengan bagian buah yang rusak atau berjamur. Bagian buah yang baik ditimbang lagi, dan diperoleh berat 100 gram. Kemudian buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) diblender agar diperoleh bentuk sampel yang kecil dan halus. Hal ini dimaksudkan agar luas permukaan sampel menjadi lebih besar agar lebih banyak zat yang dapat tertarik ke dalam pelarut sehingga memudahkan proses ekstraksi. Tetapi sampel yang diblender dengan ukuran terlalu kecil apabila hasilnya telah disaring, kemungkinan zat-zat yang tidak diperlukan ikut bersama zat yang diinginkan. Sampel buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) lalu

dimasukkan ke dalam toples untuk kemudian dilakukan proses selanjutnya yaitu ekstraksi.

BAB VI PENUTUP

VI.1 Kesimpulan 1. Berat sampel buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) setelah dirajang sebesar 5 kg. 2. Berat sampel buah rukem hutan (Flacourtia Fructus) setelah dikeringkan sebesar 100 gram.

VI.2 Saran Sebaiknya didampingi oleh asisten saat proses penyiapan sampel agar dapat dikoreksi apabila terdapat kesalahan dalam proses penyiapan sampel.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dirjen POM. Sediaan Galenika. Jakarta : Depkes RI 2.