23
1 REFERAT PERAN KELUARGA BERENCANA DALAM UPAYA MENURUNKAN KEMATIAN MATERNAL DI INDONESIA Disusun Oleh : Wan Mohamed Izham (030.04.276) Aji Patriajati (030.05.012) Thrya Medhitya ( 030.05.220) Bramantya W.U (030.06.045) Damar Sajiwo (030.06.055) Denny’s Bercia (030.06.058) Maydina Putri A (030.06.160) Reni Maulina (030.06.215) KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PERIODE 21 JANUARI   30 MARET 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2013

Dr.raditya W,SpOG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Page 1: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 1/23

1

REFERAT

PERAN KELUARGA BERENCANA DALAM UPAYA MENURUNKAN

KEMATIAN MATERNAL DI INDONESIA

Disusun Oleh :Wan Mohamed Izham (030.04.276)

Aji Patriajati (030.05.012)

Thrya Medhitya (030.05.220)

Bramantya W.U (030.06.045)

Damar Sajiwo (030.06.055)

Denny’s Bercia (030.06.058)

Maydina Putri A (030.06.160)

Reni Maulina (030.06.215)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 21 JANUARI  –  30 MARET 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2013

Page 2: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 2/23

2

KATA PENGANTAR  

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayah-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah “PERAN KELUARGA BERENCANA

DALAM UPAYA MENURUNKAN KEMATIAN MATERNAL DI INDONESIA” sebagai salah

satu tugas dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas

Trisakti Periode 21 Januari 2013 – 30 Maret 2013.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Raditya W, SpOG selaku pembimbing kami dan

dokter-dokter di Puskesmas yang turut membantu dalam menyusun tugas ini hingga referat ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

 bagi penyusun sendiri khususnya. Akhir kata penyusun mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Maret 2013

Penyusun

Page 3: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 3/23

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu untuk 

setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Kematian ibu

adalah kematian wanita dalam kehamilan atau sampai dengan 42 hari pasca-terminasi kehamilan,

yang disebabkan kehamilan, manajemen tatalaksana, maupun sebab lain. Penyebab kematian

tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan, dan umumnya

terdapat sebab utama yang mendasari.

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan

menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program keluarga berncana (KB)

sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. banyaknya anak-

anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.

Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain adanya alat

kontrasepsi untuk wanita, juga tersedia alat kontrasepsi untuk pria. Hanya saja yang menjadi

masalah saat ini, kurangnya pengetahuan akan metode memilih kontrasepsi,

keuntungan,kerugian, serta efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Dan alat

kontrasepsi yang sangat mudah di dapatkan seperti di minimarket. 

Tugas kita sebagai tenaga medis yaitu berusaha membantu masyarakat agar mereka

mau menggunakan alat kontrasepsi untuk mewujudkan program pemerintah yaitu setiap

keluarga memiliki anak 2 orang. 

Page 4: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 4/23

4

BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi

  Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil

yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992). 

  Keluarga Berencana ( Family Planning, Planned Parenthood ) : suatu usaha untuk 

menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. 

  Menurut WHO (World Health Organisatio) Expert Commite 1970 definisi keluarga

 berencana adalah : 

Tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : 

1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu

2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

4. Mengatur interval antara kehamilan

5. Mengontrol waktu saat kelahirran dalam hubungan dengan umur suami istri

6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

Dari tahun ketahun akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu,kb dan

reproduksi cenderung makin baik.

Page 5: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 5/23

5

Page 6: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 6/23

6

Secara garis besar definisi ini mencakup beberapa komponen dalam pelayanan

kependudukan/KB yang dapat diberikan sebagai berikut :

1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

Tujuan :

a) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai pena,bahan peserta

 baru

 b) Membina kelestarian peserta KB

c) Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin berlangsungnya

 proses penerimaan KIE dapat dikelompokan menjadi 3 kegiatan :

  KIE massa

  KIE kelompok 

  KIE perorangan

Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai berikut :

- Radio

- Televisi

- Mobil unit penerangan

- Penerbitan / publikasi

- Pers / surat kabar 

- Film

- Kegiatan promosi

- pameran

Page 7: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 7/23

7

2. Konseling 

Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi melalui

KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan konseling. Jenis dan bobot konseling yang

diberikan sudah tentu terrggantung pada tingkatan KIE yang telah diiterimanya. Konseling

dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkannya

sendiri.

Tujuan konseling adalah :

1. Memahami diri secara lebih baik 

2. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya

3. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi, sehingga :

  Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif 

  Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki

 Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri

  Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan

  Memperoleh dan merasakan kebahagiaan

Dalam konseling diadakan percakapan dua arah untuk :

1. Membahas dengan calon peserta berbagai pilihan kontrasepsi yang tersedia

2. Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi pilihannya, baik ditinjau

dari segi medis, teknis maupun hal-hal lain yang non medis agar tidak menyesal kemudian.

3. Membantu calon peserta KB memutuskan pilihannya atas metode kontersepsi yang sesuai

dengan keadaan khusus pribadi dan keluarganya

4. Membantu peserta KB dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi barunya, terutama bila ia

mengalami berbagai permasalahan (nyata/tidak nyata/ semu)

Page 8: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 8/23

8

5. Informasi yang diberikan meliputi :

  Arti keluarga berencana

  Manfaat keluarga berencana

  Cara ber-KB atau metode kontrasepsi dan penjelasannya

  Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional

  Rujukan pelayanan kontrasepsi

Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya konseling berhasil dengan baik adalah bahwa

konseling merupakan suatu kegiatan dalam hubungan antar-manusia, di mana kita melakukan

serangkainan tindakan yang akhirnya akan membantu peserta/calon peserta memecahkan

 permasalahan yang akan dihadapinya, antara lain masalah pemilihan dan penggunaan

kontrasepsi yang paling cocok dengan keadaan dan kebutuhan yang dirasakannya.

Bila setiap calon peserta KB, sebelum memakai kontrasepsi melalui proses konseling yang

 baik, maka kelangsunga pemakaian akan lebih tinggi.

Tehnik-tehnik konseling yang biasa dipergunakan :

1. Cara supportif; untuk memberikan dukungan kepada peserta/calon peserta, karena mereka

dalam keadaan bingung dan ragu-ragu yaitu dengan menangkan/menenteramkan dan

menumbuhhkan kepercayaan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk membantu dirinya

sendiri.

2. Katarsis; dengan member kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan dan

menyalurkan semua perasaan yang dimilikinya untuk menimbulkan perasaan lega.

3. Membuat refleksi dan kesimpulan atas ucapan-ucapan serta perasaan-perasaan yang

tersirat dalam ucapan-ucapannya

4. Memberi semua informasi yang diperlukannya untuk membantu peserta/calon peserta

membuat keputusan

Page 9: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 9/23

9

3. Pelayanan kontrasepsi (PK)

Mempunyai dua tujuan :

1. Tujuan umum :

  Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya

 NKKBS

2. Tujuan pokok :

  Penurunan angka kelahiran yang bermakna

Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkategorikan tiga fase

untuk mencapai sasaran yaitu :

1. Fase menunda perkawinan/kesuburan

Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk 

menunda kehamilannya. Alasan menunda/mencegah kehamilan :

  Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebiknya tidak mempunyai anak dulu karena

 berbagai alasan

  Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil oral, karena peserta masih muda

  Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih tinnggi

frekuensi ber-sanggamanya, sehinngga akan mempunyai kegagalan tinggi

  Penggunaan IUD-mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat

dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap Pil oral

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

a) Reversibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100%,

karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.

 b) Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan

resiko-tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program

2. Fase menjarangkan kehamilan

Page 10: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 10/23

10

Periode usia istri antara 20-30/35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk 

melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran antara 2-4 tahun. Hal ini

dikenal sebagai Catur Warga

Alasan menjarangkan kehamilan :

a) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan

 b) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan

utama

c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak/kurang

 berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia mengandung dan melahirkan yang

 baik 

d) Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

  Efektifitas cukup tinggi

  Reversibilitas cukup tinggi karenapeserta masih mengharapkan punya anak lagi

 Dapat dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anakyang direncanakan

  Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk 

 bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian

anak.

3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan

Periode umur penduduk diatas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.

Alasan mengakhiri kesuburan :

  Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak 

lagi, karena alas an medis dan alas an lainnya

  Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap

  Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relative tua dan mempunyai

kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi

Page 11: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 11/23

11

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

  Efektifitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan

resiko tinggi bagi ibu dan anak, disamoing itu akseptor ftersebut memang tidak 

mengharapkan lagi punya anak 

  Dapat dipakai untuk jangka panjang

  Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti

 penykit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolic biasanya meningkat, oleh

arena itu sebbaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah kelainan

tersebut.

4. Pelayanan infertilitas

Kurang lebih 10% dari pasangan usia subur di Indonesia menurut sensus 1980,

tidak/belum berhasil mempunyai anak. Sesuai dengan tujuan Progran Nasional K/KB yaitu

 Norma Keluarga Kecil yang Bahagia Sejahtera, seyogianya diberikan pelayanan infertilitas

kepada mereka ini.

5. Pendidikan seks (sex education)

Dulu orang beranggapan bahwa pada waktunya orang akan tahu sendiri tentang seks.

Kenyataannya tidaklah demkian. Berapa banyak dari para remaja kita yang mengalami

kecelakaan karena ketidaktahuannya. Berapa persen pula dari perkawinan berakhir dengan

 perceraian atau berantakan kaarena ketidaktahuan itu? Jawabannya dapat terlihat di

masyarakat kita. Karena itu masalah Sex Education atau Family Life Education sudah

tidakdapat ditunda lagi pelaksanaannya

6. Konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan

Kebutuhan akan hal ini secara nyata telah diperlihatkan oleh masyarakat kita dengan

adanya masa pertunangan, serta nasihat perkawinan

7. Konsultasi genetik 

Page 12: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 12/23

12

Dengan program KB, maka orang akan mempunyai anak yang relative lebih sedikit

dibandingkan dengan mereka yang hidup puuhan tahun yang lalu. Untuk itu diperlukan

 jaminan bahwa anak ang dilahirkan itu bebas dari kelainan genetic yang akann membebani

orang tuanya dan masyarakat

8. Test keganasan

Jelaslah bahwa usaha Pelayanan Keluarga Berencana terutama bergerak di bidang

health maintenance. secara berkala, kita sudah terbiasa melakukan “servis” pada mobil kita.

 Namun kebiasaan untuk secara ber kala melakukan “servis” pada tubuh kita sendiri, belumlah

membudaya.

Melalui program Keluarga Berencana, maka pelayanan yang bersifat health

maintenance ini dapat dikembangkan. Hal inni pada gilirannya akan sangat meningkatkan

 pennerimaan NKKBS.

9. Adopsi

Di Indonesia anak-anak yang terlantar, yang karena satu dan lain hal tidak dapat

diasuh dan dibesarkan oleh orang tuanya sendiri, cukup banyak. Di lain pihak, pasangan

infertile yang berjumlahh kira-kira 10% dari PUS itu, sebagian tidak pernah akan mempunyaianaknya sendiri. Alangkan indahnya jika kita dapat mempertemukan anak-anak terlantar itu

dengan orang tua yang mau mengasuhnya.

Page 13: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 13/23

13

Tujuan Program KB 

 Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan

sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh

suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. 

  Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,

 peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. 

  Kesimpulan dari tujuan program KB adalah : Memperbaiki kesehatan dan

kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angk akelahiran untuk menaikkan

taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan

KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, 

dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. 

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

1.  Keluarga dengan anak ideal 

2.  Keluarga sehat 

3.  Keluarga berpendidikan 

4.  Keluarga sejahtera 

5.  Keluarga berketahanan 

6.  Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya 

7.  Penduduk tumbuh seimbang (PTS) 

Sasaran Program KB 

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:

1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen

 per tahun. 

2.  Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan. 

3.  Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin

menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet 

need) menjadi 6 persen. 

4.  Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen. 

Page 14: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 14/23

14

5.  Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan

efisien. 

6.  Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21

tahun. 

7.  Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. 

8.  Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1

yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. 

9.  Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam

 penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional. 

Ruang Lingkup KB 

Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi remaja; 

Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas;

Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan

kenegaraan dan kepemerintahan; Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara. 

Strategi Program KB 

Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:

1.  Strategi dasar 

2.  Strategi operasional

Strategi dasar  

  Meneguhkan kembali program di daerah

  Menjamin kesinambungan program

Strategi operasional  

  Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB Nasional

  Peningkatan kualitas dan prioritas program

  Penggalangan dan pemantapan komitmen

  Dukungan regulasi dan kebijakan

  Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan

Page 15: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 15/23

15

Dampak Program KB 

Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu penurunan angka kematian

ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan

kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-

KR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan

fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.

Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi :

1. Faktor pasangan – motivasi dan rehabilitas :

  Umur 

  Gaya hidup

  Frekuensi sanggama

  Jumlah keluarga yang diinginkan

  Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu

  Sikap kewanitaan

  Sikap kepriaan

2. Faktor kesehatan – kontraindikasi absolut atau relative :

  Status kesehatan

  Riwayat haid

  Riwayat keluarga

  Pemeriksaan fisik 

  Pemeriksaan panggul

3. Faktor metode kontrasepsi – penerimaan dan pamakaina berkesinambungan :

  Efektivitas

Page 16: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 16/23

16

  Efek saping minor 

  Kerugian

 Komplikasi-komplikasi yang potensial

  Biaya

Dalam hal memilih metode kontrasepsi, kita harus dapat memandangnya dari dua sudut :

  Pihak calon akseptor 

  Pihak medis/petugas KB

Macam-macam metode kontrasepsi:

I. Metode Sederhana

1. Tanpa alat

a. KB alamiah = natural family planning

  fertility awareness methods

   periodic abstinens

   pantang berkala

  Metode Kelender ( Ogino-Knaus)

  Metode Suhu Badan Basal ( Termal)

  Metode Lendir serviks ( Billings)

  Metode Simpto- Termal.

 b. Coitus interruptus.

2. dengan alat

a. Mekanis (Barrier)

  Kondom pria

  Barier Intra-vaginal:

Page 17: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 17/23

17

  Diafragma.

  cervical cap

  Spons (Sponge)

 Kondom Wanita

 b. Kimiawi

Spermisid

  Vaginal cream

  Vaginal foam

  Vaginal jelly

  Vaginal suppositoria

  Vaginal tablet (busa)

  Vaginal soluble film

II. Metode Modern:

1. Kontrasepsi Hormonal

a. Per-oral:

Page 18: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 18/23

18

  Pil oral kombinasi (POK)

  Mini-pil

 Morning-after pil.

 b. Injeksi/ Suntikan

(DMPA< NET-EN, Microspheres, Microcapsules).

c. Sub-Kutis: Implant

(Alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK ):

  Implant Non-biodegradable(Norplant, Norplant-2, ST-1435, Implanon )

  Implant biodegradable (Capronor, Pellets)

2. Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)

3. Kontrasepsi Mantap:

a. Pada Wanita:

Penyinaran:

  Radiasi Sinar-X, Radium, Cobalt, dll.

  Sinar laser.

Operatif, medis operatif Wanita:

  Ligasi tuba fallopii

  Elektro-koagulasi tuba fallopii

  Fimbriektomi

  salpingektomi

  Ovarektomi bilateral

  Histerektomi

Page 19: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 19/23

19

  Fimbriotexy (fimbrial Cap)

  Ovariotexy

Penyumbatan Tuba Fallopii secara Mekanis:

  Penyempitan tuba fallopii:

a.  Hemoclip

 b.  Tubalband / falope Ring / Yoon band

c.  Spring-loaded clip

d.  Filshie clip

  Solid Plugs (Intra-tubal devices):

a.  Solid Silastic Intra-tubal Devices

 b.  Polyethylene Plug

c.  Ceramic dan proplast Plugs

d.  Dacron dan Teflon Plungs

Penyumbatan Tuba Fallopii secara kimiawi:

  Phenol (Carbolic acid ) compounds.

  Quinacrine

  Methyl-2-cyanoacrylate (MCA)

  Ag-nitrat

  Gelatin- Resorcinol- Formaldehyde (GRF)

  Ovabloc

 b. Pada pria

Operatif medis operatif pria:

Page 20: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 20/23

20

  Vasektomi/vasektomi tanpa pisau (VTP)

Penyumbatan vas deferens secara mekanis:

   penyempitan vas deferens:

a.  vaso-clips.

 b.  Plungs

  Intra Vas Devices:

a.  Intra vassal Thread (IVD)

 b.  Reversible Intravas device (R-IVD)

c.  Shug

  Vas Valves

a.  Phaser (Bionyx Control)

 b.  Reversible intravasal Occlusive Devices (RIOD)

Penyumbatan vas deferens secara kimiawi:

  Quinacrine

  Ethanol

  Ag-nitrats

Secara keseluruhan, terdapat 3 intervensi yang efektif dalam perbaikan kesehatan maternal,

yaitu:

- Tenaga terampil dalam pertolongan persalinan

- Tatalaksana obstetri gawat darurat yang memadai

- Keluarga Berencana

Mekanisme Keluarga Berencana (KB) dalam memperbaiki kesehatan maternal, antara lain:

- Menunda kehamilan dan persalinan

Page 21: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 21/23

21

- Mencegah kehamilan dengan usia reproduksi ekstrem.

- Mencegah paritas tinggi, karena berhubungan dengan tingkat morbiditas dan

mortalitas yang tinggi.

- Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan abortus yang tidak aman.

- Menunda usia pertama hamil, sehingga mencegah komplikasi seperti fistula.

Dari hasil penelitian PATH dan UNPF tahun 2006, dan PRB tahun 2009, ternyata KB mampu

mencegah:

- Sepertiga dari total kematian ibu.

- Lebih dari 80 juta kehamilan yang tidak diinginkan per tahun.

- Sekitar 20 juta aborsi yang tidak aman per tahun.

- 685.000 anak yang kehilangan ibunya akibat kematian terkait kehamilan

Page 22: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 22/23

22

BAB III

PENUTUP 

A. Kesimpulan

. KB artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak Anda, dan menentukan sendiri

kapan Anda ingin hamil. Layanan KB di seluruh Indonesia sudah cukup mudah diperoleh.

Ada beberapa metoda pencegahan kehamilan, atau penjarangan kehamilan, atau kontrasepsi,

 bisa Anda pilih sendiri.

Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan

kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan

taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan

KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak 

serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

B. Saran

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama kesehatan suatu negara. Upayameningkatkan kesehatan ibu, baik dalam lingkup rumah tangga, sosial, dan masyarakat luas,

harus secara sadar dilakukan berbagai pihak. Upaya-upaya ini termasuk upaya yang bersifat

 promotif dan preventif. 

Page 23: Dr.raditya W,SpOG

7/16/2019 Dr.raditya W,SpOG

http://slidepdf.com/reader/full/drraditya-wspog 23/23

23

DAFTAR PUSTAKA

1.  Saifuddin, Prof. dr. Abdul Bari, SpOG(K), MPH, dkk. 2006. Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo; Jakarta.

2.  Saifuddin, Prof. dr. Abdul Bari, SpOG(K), MPH, dkk. 2002. Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo; Jakarta.

3.  Arjoso, S. Rencana Strategis BKKBN . Maret, 2005. BKKBN,

1999. Kependudukan KB dan KIA. Bandung, Balai Litbang.

4.   NRC-POGI, 1996. Buku Acuan Nasional Pelayanan Keluarga Berencana. 

Makalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. www. bkkbn.go.id  

5.  WHO.  Maternal mortality in 2000. Department of Reproductive Health and

Research WHO, 2003.

6.  De Cheney AH, Nathaan L. Currentobstetric and gynecologic diagnosis and 

treatment. 9thedition. Mc. Graw – Hill,Inc. 2003.