Click here to load reader
Upload
muhamad-fauzan-ghassani
View
178
Download
70
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TEMPO.CO, Bandung - Tingginya minat wisatawan Trans Studio Mal (TSM) Kota Bandung, berdampak pada kemacetan di sepanjang Jalan Gatot Subroto, Bandung. Hal tersebut merupakan hasil tinjauan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Hery Djauhari."Kunjungan wisatawan di Kota Bandung mengalami peningkatan sebesar 5 -7 persen pasca-Lebaran. Banyaknya, sih, di daerah Trans Studio Mall," kata dia kepada Tempo, Ahad, 11 Agustus 2013. Tingginya minat wisata di Kota Bandung, kata Hery, sudah menjadi hal rutin tiap tahun.Hari ini beberapa ruas Kota Bandung mengalami kemacetan. Selain di daerah TSM, kemacetan terjadi di Jalan Riau, Merdeka, RE Martadinata, Trunojoyo, IR H Juanda, Cihampelas, dan Pasar Baru Bandung.Kemacetan itu, menurut Hery, akibat jalan-jalan dipenuhi kendaraan para wisatawan dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang. "Ditambah wisatawan luar Jawa yang mudik di Bandung," katanya. Senin besok, kemacetan akibat membeludaknya wisatawan akan berangsur pulih.Salah satu wisatawan TSM asal Jakarta, Zaki Kurniawan, mengaku harus menerobos macet untuk dapat menikmati wahana TSM. "Sengaja mengisi liburan ke Trans Studio karena penasaran saja," ujarnya.Adapun tempat wisata lain yang ramai dikunjungi wisatawan adalah wisata perbelanjaan dan wisata khusus seperti Saung Angklung Mang Udjo dan Kampoeng Gajah.
SUB POKOK BAHASAN :1.1. Jenis-jeins Jembatan 1.2. Bagian-bagian Struktur Jembatan
1. Tujuan Pembelajaran Umum :Mamapu mengenal Jenis-jenis jembatan Baja dan mengidentifikasi bagian-bagian struktur dari masing-masing Jenis Jembatan baja
2. Tujuan Pembelajaran Khusus :a. Menjelaskan jenis-jenis struktur jembatan bajab. Menjelaskan Bentuk-bentuk Struktur dari masing-masing jembatn Bajac. Mengindentifikasi Bagian-bagian Struktur Jembatan Bajad. Mengidentifikasi perbedaan Bagian Struktur atas dan Bawah
I L U S T R A S I
Struktur Baja Jembatan 1 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PENGENALAN STRUKTUR JEMBATAN BAJA
BAB
1
1.1. Jenis-jenis Jembatan 1.1. Jenis-jenis Jembatan
Jembatan merupakan suatu bangunan yang dipergunakan untuk melintasi
lalulintas dari rintangan yang berupa ; sungai ataupun saluran air, lembah,jurang
danau dan jalan raya ataupun jalan KA, harus direncanakan dengan menggunakan
jenis struktur dan bahan konstruksi yang tepat sehingga dicapai optimalisasi
perencanaan sesuai dengan fungsinya.
Jenis jembatan bermacam-macam dilihat dari bentuk dan fungsi
pemakaiannya, namun secara garis besar jenis jembatan dapat dibedakan atas :
1.1.1. Klasifikasi Jembatan menurut material jembatan,
Klasifikasi jembatan menurut material yang digunakan dibedakan atas bahan yang
dominan dipergunakan, terutama bahan sebagai struktur utama Banguan Atas
(Gelagar Induk), yaitu :
a) Jembatan Kayu :
Jenis jembatan ini bangunan atasnya terbuat dari bahan balok kayu sebagai
gelagar jembatan dan papan sebagai struktur lantai kendaraan. Bahan kayu yang
dgunakan diambil dari kayu jenis kelas awet (A) dan kelas kelas kekuatan (I) yang
biasanya dari jenis kayu Jati, kayu Bengkirai, kayu Ulin, dan kayu-kay jenis lain
yang tahan terhadap air dan cuaca.
Bentuk struktur dari jembatan kayu biasanya berupa ;Jembatan Rangka Batang
Kayu dan Jembatan Gelagar biasa yang basanya digunakan pada jembatan
bentang pendek.Alat sambung yang digunakan untuk sambungan antara elemen
jembatan digunakan Baut Biasa dengan pelat simpul dari pelat baja .
b). Jembatan Pasangan Batu
Jembatan jenis ini seluruh struktur baik struktur bawah (Sub structrure) dan
struktur atas (Super structure) dibuat dari pasangan batu kali atau bata merah
Struktur Baja Jembatan 2 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tampak potongan melintang bentang Gambar. 1.1.a. (Jembatan Gelagar
Kayu )
yang merupakan jenis jembatan dengan struktur sistim grafitasi yang
kekuatannya mengandalkan dari berat struktur. Bentuk dari jembatan ini
sebaian besar berbentuk struktur lengkung dibagian bentang yang harus
menahan beban utama seperti pada gambar berikut
c). Jembatan Baja
Jembatan dengan material baja merupakan jembatan yang banyak digunakan
disamping jembatan dengan matrial beton. Jembatan jenis ini bermacam-
macam tipe dan bentuknya, Seperti Jembatan Gelagar Biasa, Jembatan
Gelagar Box, Jembatan Gelagar Plat Girder, Jembatan Rangka Batang,
Jembatan Gantung yang sangat tergantung dari bentang jembatan, yang aka
dijelaskan pada pasal berikut.
d). Jembatan Beton
Jembatan dengan material beton banyak digunakan dan perkembangan
teknologi jembatan beton sangat pesat baik teknologi strukturnya maupun cara
pelaksanaannya.Jembatan dengan material beton sering dilaksanakan dengan
cara cor ditempat atau dengan beton pracetak. Tipe jembatan beton ini antara
lain : Jembatan Monolit, jembatan Prategang, Jembatan Komposit, yang akan
dijelaskan pada pasal berikut.
1.1.2. Klasifikasi Jembatan menurut kegunaan :
a). Jembatan Jalan Raya :
Struktur Baja Jembatan 3 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.b. (Jembatan Pasangan
Batu) )))BBBBatu)
Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan raya yang melintasi
rintangan seperti sungai, jalan lain dan sebagainya, untuk dilewati lalu-lintas
kendaraan darat.
Gambar. 1.1.c. (Jembatan Jalan Raya)
b). Jembatan Kereta Api :
Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan jalan Rel yang melintasi
rintangan seperti sungai, jalan lain dan sebagainya, untuk dilewati Kereta
Apai..
Gambar.1.1.d (Jembatan Kerata Api)
c). Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) :
Jembatan yang digunakan untuk penyebrangan Orang pelajan kaki yang
melintasi rintangan jalan (seperti jalan raya, jalan KA dsb).
Struktur Baja Jembatan 4 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.e. (Jembatan Penyebrangan Orang )
d). Jembatan Lain-lain :
Jembatan yang digunakan untuk menghubungkan Saluran Air, Pipa gas, Pipa
minyak, Kabel Aliran Listrik dan sebagainya yang melintasi rintangan. Dan
biasanya jembata ini didekatkan dengan jembatan lintasan lalu-lintas agar
mudah merawatan dan inspeksi dari sarana yang dilintaskan
1.1.3. Klasifikasi Jembatan menurut bentuk Struktur :
Didasarkan pada bentuk atau tipe stuktur jembatan, jembatan dibedakan dari
bentuk struktur Gelagar induknya yaitu Gelagar yang menopang seluruh elemen
struktur jembatan dan mentransfer seluruh beban struktur yang langsung
berhubungan dengan bangunan bawah. Adapun bentuk struktur jembatan terdiri
atas :
a). Jembatan Balok Gelagar biasa
Jembatan ini digunakan pada jembatan dengan bentang pendek sampai sedang
dan beban hidup yang lewat relative kecil (seperti, Jembatan Penyebrangan
Orang dan sebagainya). Gelagar Induk jembatan ini merupakan struktur balok
biasa yang menumpu pada kedua Abutment dengan susunan struktur ; Gelagar
Induk-Pelat Lantai Kendaraan, dengan dilengkapi Tiang Sandaran (non
struktur), seperti pada jembatan gelagar biasa dengan material kayu.atau baja
seperti pada gambar berikut :
Struktur Baja Jembatan 5 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.f (Jembatan Balok Biasa)
b). Jembatan Balok Pelat Girder.
Jenis jembatan ini sering digunakan pada jembatan jalan KA dengan
bentang sedang. Struktur Gelagar Induk jembatan merupakan Balok profil
buatan dari pelat baja dengan tebal tertentu disusun sedemikian rupa
sehinggga merupakan Balok yang profosional dan efektif untuk menehan
beban yang bekerja.yang menopang gelagar meintang dan memanjang
yang dengan bentuk struktur seperti gambar berikut.
Gambar. 1.1.g. (Jembatan Gelagar Pelat Girder)
c). Jembatan Balok Monolit Beton Bertulang
Merupakan Jembatan Beton bertulang yang antara Gelagar Induk dan Pelat
lantai Kendaraan dicor bersamaan dan menyatu sebagai Balok ”T” Seluruh
struktur yang terdiri dari Balok dan pelat lantai, yang juga sering diantara
balok dipasang balok diafragma menopang diatas Abutment , seperti gambar
berikut
Struktur Baja Jembatan 6 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.h. (Jembatan Balok Beton Monolit))
d). Jembatan Gelagar Komposit
Jembatan ini Gelagar Induknya merupakan paduan dari dua jenis
material yaitu Balok profil baja dengan pelat lantai beton bertulang yang
dihubungkan dengan penghubung gesar (Shear connector), Jenis iembatan ini
sering digunakan ada jembatan dengan bentang relatif panjang, yang efektif
adalah dari bentang 15 meter sampai dengan 30 meter dan biasanya digunakan
pada struktur dengan balok diatas dua bentang (simple Beam).
Bentuk dan susunan dari Jembatan komposit seperti gambar berikut
Gambar 1.1.i. (Jembatan Komposit Baja-Beton)
Struktur Baja Jembatan 7 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
e). Jembatan Rangka Batang
struktur jembatan baja rangka batang mempunyai tipe rangka yang banyak
jenisnya. Struktur jembatan rangka batang dengan material profil-profil baja
digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif panjang. Susunan dari
struktur jembatan rangka batang ini terdiri dari ; Struktur rangka batang
dipasang di bagian kiri-kanan yang merupakan Gelagar Induk, yang
menopang Gelagar Melintang dan gelagar memanjang yang bekerja menahan
beban kerja dari lantai kendaraan, seperti pada gambar berikut
Gambar. 1.1.j. (Jembatan Gelagar Rangka Batang)
f). Jembatan Gantung
Jembatan Gantung merupakan struktur jembatan yang terdiri dari struktur
Penopang yang berupa Tiang (pilar atau Menara), struktur Jembatan berupa
Gelagar Induk dan gelagar melintang, Lantai Kendaraan, Penjangkar Kabel dan
Kabel Penggantung yang membentang sepanjang bentang sejajar dengan arah
memanjang jembatan, dimana kabel sebagai struktur utama yang
menstranfer seluruh beban ke bagian bawah jembatan yang berupa Abutmen,
penjangkar kabel dan tiang Penopang . Seluruh kabel diikat dan ditopangkan
pada Penjangkar kabel dan tiang penopang utama, kabel sebagai penopang
seluruh bangunan atas, seperti pada gambar berikut :
Struktur Baja Jembatan 8 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.k. (Jembatan Gantung )
g). Jembatan Balok Beton Prategang (Pre Strees)
Gelagar Induk dari jembatan ini merupakan balok beton bertulang yang diberi
pra tegangan dari kabel yang dipasang sedemikian rupa sehingga seluruh
beban hidup jembatan dapat di lawan dengan prategangan yang didapat dari
penarikan kabel dalam tendon yang diletakkan di dalam tubuh balok rsebut.
Embatan ini sering digunakan pada jembatan dengan bentang yang relatif
panjang, seperti yang terlihat pada gambar Jembatan Layang Mono rell
Struktur Baja Jembatan 9 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
h). Jembatan Tipe Lain
Jembatan tipe dengan jenis struktur yang lain seperti Jembatan Pelengkung
tiga sendi Jembatan Kombinasi dari Struktur yang ada, merupakan jembatan
dengan struktur utama adalah merupakan jenis struktutr seperti yang
dijelaskan pada pasal-pasal diatas.
1.1.4. Klasifikasi Jembatan menurut kelas muatan Bina
Marga :
Didasarkan pada prosentase muatan hidup yang dapat melewati jembatan
dibandingkan dengan kendaraan standar, yaitu terdiri atas :
Jembatan Kelas Standar (A/I) : Merupakan jembatan kelas standar dengan
perencanaan 100 % muatan “T” dan 100 % muatan “D”. Dalam hal ini lebar
jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter
Jembatan Kelas Sub Standar (B/II) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 70 % muatan “T” dan 70 % muatan “D”. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah ( 0,50 + 6,00 + 0,50 ) meter
Jembatan Kelas Low Standar (C/III) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 50 % muatan “T” dan 50 % muatan “D”. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter
Struktur Baja Jembatan 10 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 1.1.l (Jemabatan Prategang)
:
Struktur jembatan terbagi atas Konstruksi Bangunan atas (Superstructure) dan
Konstruksi Bangunan Bawah (Substructure), yang terdiri atas bagian-bagian struktur
sebagai berikut
1.2.1. Struktur Bangunan Atas (Superstructure) :
Merupakan struktur yang langsung menerima semua beban termasuk Beban
hidup lalu-lintas dan berat sendiri struktur, bentuk struktur bangunan atas ini
menggambarkan tipe atau jenis strukutur jembatan. Bangunan atas terdiri dari bagian-
bagian :
a. Pelat Lantai Kendaraan
Merupakan bagian konstruksi jembatan yang langsung menerima beban lalu-lintas
yang berjalan di atasnya, yang di dalam perencanaan diperhitungkan terhadap
beban hidup/muatan “T” dari tekanan gandar roda kendaraan dan berat konstruksi
yang dipikulnya (termasuk berat sendiri lantai). Lantai kendaraan biasanya
digunakan Balok papan kayu atau yang sering digunakan adalah lantai beton
bertulang. Lantai kendaraan diletakkan langsung di atas Gelagar Induk atau
Gelagar memanjang pada jembatan Rangka Batang
b. Trotoar
Merupakan bagian layanan jembatan yang digunakan untuk sarana pejalan kaki,
yang berada dibagian pinggir kiri-kanan lantai kendaraan. Ketinggian permukaan
Struktur Baja Jembatan 11 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1.2. Bagian-Bagian Struktur Jembatan
lantai Trotoir dibuat lebih tinggi dari pada ketinggian permukaan lapisan aus
lantai kendaraan
c. Tiang Sandaran :
Tiang sandaran yang dilengkapi dengan pipa sandaran merupakan bagian struktur
jembatan yang dipasang dibagian tepi luar lantai Trotoar sepanjang
bentangjembatan berfungsi sebagai pengaman untuk pejalan kaki yang lewat
diatas trotoar, juga merupakan konstruksi pelindung bila terjadi kecelakaan lalu-
lintas.
d. Gelagar Memanjang (Balok lantai)
Merupakan bagian konstruksi jembatan yang berfungsi memikul lantai kendaraan
yang kemudian meneruskan beban-beban tersebut kebagian konstruksi di
bawahnya.
e. Gelagar Melintang
Adalah bagian konstruksi yang berada di bawah gelagar memanjang untuk
memikul memikul gelagar memanjang yang kan diteruskan ke gelagar induk.
Gelagar ini akan menahan momen lentur dan momen punteir bila terjadi gaya-
gaya arah melintang jembatan seperti angina dan gempa
f. Gelagar Induk
Merupakan bagian utama konstruksi bangunan atas, yang berfungsi meneruskan
seluruh beban yang diterima bangunan atas dan diteruskan ke bangunan bawah.
Struktur Baja Jembatan 12 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Pelat Lantai Kendaraan Lantai Trotoir Pipa Sandaran
Tiang Sandaran (Jarak as ke as = 2 m)
Gambar. 1.2.a. Konstruksi Trotoar dan Tiang Sandaran
Gelagar induk biasanya biasanya berupa Rangka batang atau balok Girder dan
Balok Komposit
g. Tumpuan Jembatan
Sebagai bagian struktur yang diletakkan diatas Abutmen dan Pilar sebagai
landasan Gelagar Induk menumpu di bagian struktur bawah. Bahan yang sering
digunakan
Sebagai Tumpaun ini adalah Basi Cor (Berupa Roll dan Engsel), dan Lempengan
Super Rubber Elasitic yang dilapisi pelat baja.
h. Drainase
Drainase pada Jembatan berfungsi untuk mengalirkan air yang ada di lantai
kendaraan ke saluran pembuang sehingga tidak menggenangi lantai kendaraan
jembatan, yang sangat mengganggu jalannya lalu-lintas yang melewatinya. Letak
dan susunan dari drainase ini ditunjukkan pada gambar berikut :
Secara keseluruhan susunan dari struktur bangunan atas dari konstruksi jembatan
diicontohkan Jembatan Rangka Batang seperti berikut
Struktur Baja Jembatan 13 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Lantai Kendaraan
Gambar. 1.2.b. Drainase Lantai Kendaraan
Lantai Trotoir
Gambar .2.1.c. (Bagian–bagian Struktur Bangunan Atas dari jembatan rangka
batang)
Gambar. 2.1.d. (Bangunan Atas Jembatan Rangka Batang)
1.2.2. Struktur Bangunan Bawah
Merupakan struktur yang berhubungan langsung dengan tanah pendukung
atau pondasi jembatan, yang berfungsi meneruskan beban dari seluruh bangunan atas
lewat tumpuan jembatan yang diteruskan ke tanah pendukung /pondasi. Bangunan
bawah ini terdis atas :
a. Abutment
Bagian yang memikul kedua pangkal jembatan yang terletak di ujung bentang
jembatan (di tepi-tepi lebar lintasan) yang berfungsi untuk neneruskan seluruh
Struktur Baja Jembatan 14 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
beban bangunan atas ke pondasi/tanah pendukung, bagian ini dibangun dari bahan
beton bertulang atau pasangan batu kali yang dilengkapi dengan sayap Abutment.
Gambar. 2.1.e. (Abutment)
b. Pilar
Merupakan bagian lain dari bangunan bawah yang terletak di bentang jembatan
diantara pangkal jembatan, berfungsi seperti Abutment yang membagi beban dan
memperpendek bentang jembatan. Biasanya dibangun dari Beton bertulang atau
tiang panjang (beton atau Pipa baja) dan di atasnya terdapat kepala pilar.
Gambar. 2.1.f (Pilar Jembatan Rangka Batang)
c. Pondasi
Pondasi berfungsi menyalurkan dan meratakan beban dari abutment ke tanah
pendukung. Penggunaan jenis pondasi tergantung dari kondisi tanah pendukung
Struktur Baja Jembatan 15 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Struktur Baja Jembatan 16 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 2.1.g. Struktur Bangunan Bawah (Pilar dan Pondasi Jembatan)
A. Jenis Jembatan diklasifikasikan menurut :
1. Material yang digunakan :
a Jembatan Kayu
b Jembatan Pasangan Batu/Bata
c Jembatan Beton
d Jembatan Baja
e Jembatan Komposit Baja dan Beton
2. Kegunaan Lalu-lintas yang dilewatkan :
a Jembatan Kereta Api
b Jembatan Lalu-lintas Jalan Raya
c Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
d Jembatan Pelintasan Instalasi (Pipa, Saluran Air, Kabel
dll)
3. Bentuk Struktur :
a . Jembatan dengan Balok Biasa
Struktur Baja Jembatan 17 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1.3. Rangkuman
Terdiri dari : Gelagar Induk (Balok Kayu, beton , Baja )
Pelat Lantai Kendaraan (Pelat Beton,
Papan )
Tiang Sandaran (Non Struktur)
b. Jembatan Beton Monolit
Bagian Gelagar Induk dari Balok beton bertulang menyatu dengan Pelat
lantai kendaraan dan Tiang sandaran.
c . Jembatan Komposit
Struktur Baja Jembatan 18 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gelagar Induk dari Profil Baja dengan diberi Penghubung Geser
(shear connector) Pelat lantai dicor diatasnya, sehingg kekuatan
Balok dapat dihitung sebagai Balok ”T” komposit baja Beton
d. Jembatan Prategang
Terdiri dari :
Gelagar Induk Balok Beton Bertulang dengan Kabel Prategang
Kabel Prategang (Kabel Inti dan Tendon)
Blok Pengunci Kabel (End Block)
Pelat Lantai Kendaraan (biasanya pracetak )
e . Jembatan Balok Pelat Girder (Jalan Kerata Api)
Struktur Baja Jembatan 19 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Setengah Bentang
Gelagar Induk Balok Beton
Kabel Prategang
Pelat Lantai Kendaraan
Balok Profil Girder (Bisa berbentuk BOX Lantai Kendaraan (Jalan KA) Gelagar Melintang
Pada Jembatan Jalan Raya . Balok Girder bisa berupa Box Girder (Contoh di
Jembatan Layang Tomang Jakarta)
f . Jemabatan Ranga Batang
Gelagar Induk merupakan struktur rangka batang Yang menahan semua
beban kerja melalui Gelgar Melintang (Cross Girder) dan memanjang .
g. Jembatan Gantung
Struktur Baja Jembatan 20 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Pilar UtamaKabel Utama Tali Penggantung Struktur Atas Jembatan
4. Kelas Muatan
Jembatan Kelas Standar (A/I) : Merupakan jembatan kelas standar dengan
perencanaan 100 % muatan “T” dan 100 % muatan “D”. Dalam hal ini lebar
jembatan adalah (1,00 + 7,00 + 1,00) meter
Jembatan Kelas Sub Standar (B/II) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 70 % muatan “T” dan 70 % muatan “D”. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah ( 0,50 + 6,00 + 0,50 ) meter
Jembatan Kelas Low Standar (C/III) : Merupakan jembatan kelas standar
dengan perencanaan 50 % muatan “T” dan 50 % muatan “D”. Dalam hal ini
lebar jembatan adalah (0,50 + 3,50 + 0,50) meter
B. Bagian Struktur Jembatan Terdiri dari
1. Struktur Jembatan dibagi menjadi dua (2) bagian :
a Struktur Bagian Atas (Super Structure)
b Struktur Bagian Bawah (Sub Structure)
2. Struktur Bagian Atas terdiri :
a Pelat Lantai Kendaraan
b Lantai Trotoir
c Tiang Sandaran
d Gelagar Memanjang
e Gelagar Melintang
f Gelagar Induk
g Tumpuan Jembatan
h Drainase
3. Struktur Bagian Bawah terdiri dari :
a Abutment
Struktur Baja Jembatan 21 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Penjangkar Kabel
b Pilar Jembatan
c Pondari
1.4. LEMBAR SOAL
1.4.1. Pre Test
Pertanyaan :
1. Apa yang saudara ketehaui tentang jembatan
2. Gambarkan Bentuk Jembatan Baja yang pernah saudara lihat
3. Sebutkan beberapa bentuk jembatan baja yang saudara ketahui
4. Sebutkan Bagian struktur Jembatan
Jawaban :
1. ..........................................................................................
2. ...........................
3. .............................
4. .............................
1.4.2. Latihan Soal
(Bentuk Tanya jawab langsung saat perkuliahan)
1.4.3. Post Test
1. Ada berapa klasifikasikan Jembatan yang anda ketahui ?
2. Apa maksud dari Klasifikasi Jembatan menurut Kelas muatan ? Jelaskan ada berapa Kelas matan ?
Struktur Baja Jembatan 22 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3. Ditinjau dari bentuk struktur jembatan, ada berapa bentuk struktur ?
4. Jelaskan fungsi masing-masing bagian struktur jembatan ?
5. Ada berapa jenis struktur jembatan baja yang saudara ketahui ?
6. Gambarkan sket dari struktur jembatan Rangka Batang, jelaskan elemen-elemen strukturnya ?
7. Ada berapa bagian struktur Jembatan
8. Sebutkan Bagian-bagian yang termasuk Struktur Atas jembatan
9. Sebutkan Bagian-bagian yang termasuk Struktur Bawah jembatan
10. Gambarkan Susunan elemen struktur dengan benar dari Struktur Atas jembatan
11. Apa Fungsi dari Drainase yang ada di bagian Struktur Atas Jembatan
12. Apa fungsi dari Abutment Jembatan
Struktur Baja Jembatan 23 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
SUB POKOK BAHASAN (UNIT) :2.1.Jenis & Sifat Pembebanan2.2.Beban Rencana 2.3.Aplikasi Pembebanan Pada Jembatan Rangka
Batang
3. Tujuan Pembelajaran Umum :Mampu mengaplikasikan jenis-jenis pembeban pada perhitungan beban rencana dalam perencanaan Jembatan Rangka Batang
4. Tujuan Pemeblajara Khusus :e. Menjelaskan Jenis dan Sifat-sifat Pembebanan Pada Jembatanf. Menjelaskan teori dan Persyaratan pembebanan pada perencanaan jembatang. Menjelaskan Konvigurasi pembebanan pada masing-masing elemen struktur
jembatan h. Menghitung Besarnya Beban rencana pada masing-masing elemen struktur
jembatan akibat beban kerja ILUSTRASI
Struktur Baja Jembatan 24 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PEMBEBANAN PADA JEMBATAN
BAB
2
2.1.1. Pendahuluan
Analisis pembebanan dalam perencanaan struktur jembatan, guna
mendapatkan besarnya beban bekerja yang optimum dalam perencanaan seluruh
penampang elemen struktur jembatan, seluruh ketentuan dan besaran pembebanan
harus disesuaikan dengan Peraturan Pembebanan Jembatan SNI. T.02 2005.
Peraturan ini membahas masalah beban dan aksi-aksi lainnya yang akan digunakan
dalam perencanaan pembebanan jembatan jalan raya yang termasuk juga pelajan
kaki. Dengan jenis-jenis aksi-aksi sebagai berikut :
Struktur Baja Jembatan 25 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.1. Jenis dan Sifat Pembebanan
Dimana seluruh aksi –aksi pembebanan yang digunakan untuk menghitung
aksi rencana, harus dikalikan dengan FAKTOR BEBAN seperti yang sudah
ditetapkan dalam SNI, dikarenakan :
- Adanya perbedaan yang tidak diinginkan
- Ketidak tepatan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan
- Adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam pelaksanaan
Dalam analisis pembebanan aksi-aksi beban perpindahan dan pengaruh lain
dikelompokkan dalam :
a Beban Mati
bBeban Hidup
c Beban Angin
dBeban Gempa
e Beban Lainnya.
2.1.2. Beban Mati
Merupakan Aksi dan beban Tetap dari berat sendiri semua bagian struktur
dihitung sebesar masa dikalikan dengan percepatan grafitasi (g) sebesar g = 9,8 m/dt2.
Besar masa dan kerapatan isi ditabelkan dalam Tabel.21.a. Beban mati jembatan
terdiri dari berat masing-masing bagian struktur dan elemen-elemen non struktur yang
harus dikalikan dengan nilai Faktor beban yang ditetapkan dalam Tabel.21.a. sebagai
berikut :
Berat sendiri dari tiap bagian struktur adalah berat dari elemen struktur tersebut dan
elemen-elemen struktur yang dipikulnya. Berikut adalah berat isi dan Kerapatan
masa untuk berat sendiri :
Struktur Baja Jembatan 26 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TABEL. 2.1.a Besar Faktor Beban Mati
Beban mati tambahan
Jangka Waktu Faktor Beban
Tetap
KSMA
KUMA
Biasa Terkurangi
Keadaan Umum 1,0 2,0 0,70
Keadaan Khusus 1,0 1,4 0,80
Struktur Baja Jembatan 27 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TABEL. 2.1.b Besar Berat Isi dan Kerapatan masa Beban Mati
TABEL. 2.1.c Besar Faktor Beban Mati Tambahan
2.1.3. Beban Lalu-lintas
Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur "D" dan
beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan dan
menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu iring-iringan
kendaraan yang sebenarnya.
Jumlah total beban lajur "D" yang bekerja tergantung pada lebar jalur
kendaraan itu sendiri. Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari
dua bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda
kendaraan berat. Hanya satu truk "T" diterapkan per lajur lalu lintas rencana.
Secara umum, beban "D" akan menjadi beban penentu dalam perhitungan
jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai panjang, sedangkan beban "T"
digunakan untuk bentang pendek dan lantai kendaraan.
Lebar Lajur lalu lintas Rencana harus mempunyai lebar 2,75 m. Jumlah
maksimum lajur lalu lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan bisa dilihat
dalam Tabel. 2.1.d.
Lajur lalu lintas rencana harus disusun sejajar dengan sumbu memanjang
jembatan.
Tabel. 2.1.d. JUMLAH LAJUR LALULINTAS RENCANA
Struktur Baja Jembatan 28 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
a. Beban jalur “D” terdiri dari beban jalur Terbagi merata (BRT)
Uniformly Distributed Load (UDL) yang digabungkan dengan beban jalur
Garis (BGT) Knife-edge Load (KEL) dengan posisi pembebanan
melintang dengan bentang jembatan seperti pada gambar berikut
Gambar. 2.1.a (Susunan Beban “D”)
Besar Beban Jalur Merata (BRT) dengan intensitas q kpa yang besarnya
ditentukan dari bentang elemen Jembatan yang ditinjau, yaitu :
L 30 m q = 8,0 kpa
L > 30m q = 8,0 (0,5 + 15/L) kpa
Sedangkan besar beban jalur Garis (KEL) dengan intensitas P KN/m adalah
sebesar P = 44,0 KN/m
Besarnya beban merata jalue UDL untuk berbagai bentang dapat ditetapkan dari
Grafik beban UDL sebagai berikut :
10
8
6
4
2
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Bentang bagian struktur yang ditinjau (m)
Struktur Baja Jembatan 29 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BebanGaris
(KEL) kN/mBeban merata (UDL) kpa
Bes
ar U
DL
(kN
/m2)
Gambar. 2.2.b Grafik Besar UDL dengan Bentang Struktur
b. Beban Tekana Roda Truk “T” adalah suatu beban suatu kendaraan
berat dengan 3 as roda yang ditempatkan pada beberapa posisi dalam jalur
lalu lintas rencana seperti gambar berikut :
Beban satu truk harus ditempatkan dalam tiap lajur lalu-lintas rencana untuk
panjang penuh dari jembatan. Beban ”T” harus ditempatkan di tengah lajur lalu-
lintas dan ditempatkan dimana saja diantara Kerb. Jumlah maksimum lajur lalu-
lintas rencan diberikan pada tabel berikut :
Jenis Jembatan Lebar Jalan Kendaraan Jembatan (m)
Jumlah Lajur Lalu-lintas Rencana
Lajur Tunggal 4,0 – 5,0 1
Dua Arah, tanpa
median
5,5 – 8,25 2
11,25 – 15,0 4
Jalan Kendaraan
Majemuk
10,0 – 12,9 3
11,25 – 15,0 4
15,1 – 18,75 5
18,8 – 22,5 6
(BMS6 – M.21 – Panduan Perencanaan Teknik Jembatan hal 2-20)
c. Gaya Rem
Pengaruh Rem dan percepatan lalulintas harus dipertimbangkan sebagai gaya
memanjang. Gaya ini tidak tergantung pada gaya jembatan tetapi tergantung dari
panjang struktur yang tertahan seperti yang diberikan pada Tabel berikut :
Struktur Baja Jembatan 30 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TABEL. 2.1.d Jumlah Lajur maksimum pada Lebar Lantai Kendraan
Panjang Struktur (m) Gaya Rem (KN)
L 80 250
80 < L 180 2,2 L – 50
L > 180 500
Catatan :Gaya Rem kendaraan U.L.S adalah 2,0 kali Gaya Rem Kendaraan
S.LS
2.1.4.Beban Angin
Gaya angin yang diperhitungkan pada struktur jembatan adalah tekanan
angin dari arah tegak lurus bentang jembatan yang bekerja pada bidang kendaraan
sepanjang bentang jembatan dan bidang struktur atas yang tergantung pada :
a. Luas ekuivalen diambil sebagai luas pada bidang pengaruh dari pada jembatan
dalam elevasi proyeksi tegak lurus. Untuk jembatan rangka batang diambil 30%
dari luas yang dibatasi unsur rangka terluar.
b. Tekanan angin rencana (kpa) diberikan dalam Tabel berikut :
Perbandingan Lebar/Tinggi
Jenis
Keadaan
Batas
Besar Tekanan Angin (kpa)
Bangunan Atas Padat
5 Km dari Pantai Lebih dari 5 Km dari pantai
b/d 1,0S.L.S 1,13 0,79U.L.S 1,85 1,36
1,0 < b/d 2S.L.S 1,46 - 1,32.b/d 1,01 – 0,23.b/dU.L.S 2,38 – 0,53.b/d 1,75 – 0,39.b/d
2,0 < b/d 6S.L.S 0,88 – 0,038.b/d 0,61 – 0,02.b/dU.L.S 1,43 – 0,06. b/d 1.,05 – 0,4. b/d
b/d > 6S.L.S 0,68 0,47U.L.S 1,1 0,81
Bangunan Atas Rangka (Seluruh b/d)
S.L.S 0,65 0,45U.L.S 1,06 0,78
b = Lebar bangunan atas antar permukaan luar dinding pengaman
d = Tinggi bangunan atas (Termasuk dinding pengaman)
Struktur Baja Jembatan 31 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TABEL. 2.1.e Besar Gaya Pengaruh Rem Terhadap Panjang Struktur
TABEL. 2.1.f Besar Tekanan Gaya Angin Pada Struktur Jembatan
2.1.5. Beban Gempa
Pengaruh gempa pada struktur sedehana masih dapat disumulasi oleh suatu
beban statik ekivalen. Untuk struktur jembatan besar dengan tingkat kerumitan yang
tinggi, penentuan besar beban pengaruh gempa harus dilakukan dengan analisa yang
lengkap seperti yang ditetapkan dalam Standar Perencanaan Ketahanan Gempa, SNI
03-1725, dengan Grafik Respons Spektra Gempa (Sebagai contoh diambil Grafik
Respons Spektra untuk wilayah IV) seperti pada gambar 2.1.b berikut :
Selanjutnya analisis pembebanan dari seluruh aksi pembebanan yang bekerja pada
jembatan dapat mengikuti bagan alir pembebanan pada jembatan seperti berikut :
Struktur Baja Jembatan 32 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar . 2.1.b. Grafik Respons Spektra Wilayah Gempa 4
Gambar 1 Bagan alir untuk perencanaan beban jembatan
Struktur Baja Jembatan 33 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2.1.6. Rangkuman
1. Jenis Beban yang diperhitungkan pada jembatan adalah :
c. Beban Mati
d. Beban Hidup
e. Beban Angin
f. Beban Gempa
g. Beban Lain-lain
2. Beban Mati adalah Beban tetap yang dihitung dari seluruh berat elemen struktur
dan non struktur yang ditahan oleh bagian struktur jembatan yang ditinjau.
Sebagai contoh adalah Beban mati pada Gelagar memanjang sebagai berikut :
b
b
Berat Aspal = 0,05 x b x qaspal = ………kN/m
Berat genangan Air = 0,50 x b x qAir = ………kN/m
Berat Pelat lantai = d x b x qBeton = ………kN/m
Berat Balok profil = qprofil IWF.300 = …….. kN/m
Total Beban mati (q DL ) = kN
3. Beban Hidup adalah beban bergerak yang diperhitungkan besar beban dari
pengaruh lalu-lintas yang melewati jembatan, termasuk pejalan kaki yang
melintas jembatan tersebut.
4. Beban Lalu-lintas Terbagi atas :
a. Beban ”T” adalah besarnya tekanan gandar mobil yang bekerja langsung
diatas pelat lantai kendaraan.
b. Beban ”D” adalah beban jalur lalu-lintas , yang dikerjakan pada elemen
struktur pendukung (Gelagar induk,gelagar melintang dan gelagar
Struktur Baja Jembatan 34 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
memanjang. Baban yang diperhitungkan terdiri dari Beban Jalur Merata
(UDL) dan Beban Jalur Garis (KEL) yang bekerja bersamaan dengan arah
sejajar bentang jembatan
5. Beban Angin adalah beban yang diperhitungkan pada Gelagar Induk,
merupakan tekanan dari tiupan angin yang bekerja tegaklurus bidang struktur
dan bidang lalu-lintas sepanjang bentang jembatan.
6. Beban Lain-lain terdiri Beban Rem, beban Salju, beban pengaruh suhu udara
dll yang dianggap mempengaruhi struktur, yang diatur dalam BMS buku 2.
2.1.6. Kunci Tes Formatif
Struktur Baja Jembatan 35 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
1. Jelaskan Jenis beban yang harus diperhitungkan terhadap perencanaan
jembatan ?
2. Apa yang termasuk beban tetap dari pembebanan jembatan ?
3. Ada berapa macam beban hidup lalu-lintas ?
4. Pada beban jalur lalu-lintas ada yang disebut Beban ”D”, jelaskan macamnya
dan dimana beban itu bekerja pada struktur jembatan ?
5. Bagaimana arah beban angin bekerja pada struktur jembatan.
Struktur Baja Jembatan 36 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Oleh
2.2. Beban Rencana
Beban rencana dihitung berdasarkan kondisi dan susunan elemen struktur jembatan
yang direncanakan dengan memperhatikan jarak-jarak dan lebar pias atau bagian
struktur yang menerima beban, baik beban mati, baban hidup lalu-lintas, beban angin
dan dll yang ada. Sehingga dalam menentukan beban rencana tidak terjadi over load
atau sebaliknya
.
2.2.1. Beban Mati
Beban mati yang diperhitungkan dalam perencanaan jembatan adalah
merupakan beban dengan jangka waktu tetap dari semua berat bagian-bagian struktur
jambatan dan elemen non struktur yang membebani masing-masing bagian struktur
yang dihitung.
Berat masing-masing bagian struktur dan elemen non struktur dihitung sebesar berat
per satuan volume bagian struktur dan elemen non struktur yang ditetapkan dalam
SNI T-02 2005 dikalikan dengan besar volume yang membebaninya, semua beban
mati harus dikalikan dengan factor beban (Ri) masing-masing seperti yang terdapat
dalam ketetapan SNI T-02-2005
Sebagai contoh Seperti Besar beban mati yang dipikul oleh Gelagar memanjang
dihitung dengan cara sebagai berikut :
Sebagai contoh di perlihatkan perhiungan beban mati pada Gelagar Memanjang dari
jembatan rangka batang
b
Struktur Baja Jembatan 37 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b
Berat Aspal = 0,05 x b x qaspal = ………kN/m
Berat genangan Air = 0,50 x b x qAir = ………kN/m
Berat Pelat lantai = d x b x qaspal = ………kN/m
Berat Balok profil = qprofil = …….. kN/m
Total Beban mati (q DL ) = kN/m
2.2.2. Beban Lalu-lintas
Beban lalu-lintas yang terdiri dari Muatan Jalur “D” dan Muatan tekan roda
Truk “T” dikerjakan di seluruh lebar jalur yang ada pada lebar jembatan, dimana lebar
jembatan dan lebar jalur serta bentang dari bagian struktur jembatan akan menentukan
besarnya beban lalu-lintas tersebut.
Secara umum beban “D” akan menentukan dalam perencanaan bila bentang jembatan
merupakan bentang sedang sampai bentang panjang, sedangkan Beban “T”
diperhitung untuk jembatan dengan bentang pendek dan perencanaan lantai
kendaraan.
Beban lajur “D” terdiri dari beban merata (UDL) uniformly distributed Load yang
digabung dengan beban garis (KEL) Knife Edge Looad .
Dimana beban merata jalur (UDL) mempunyai intensitas q = kpa, dengan besar q
yang tergantung dari bentang bagian struktur yang dibebani seperti berikut :
Untuk L 30 m q = 8,0 kpa
Untuk L > 30 m q = 8,8 [ 0,5 + 15/L] kpa
Dengan besar Beban Garis PKEL = 44 kN/m
Besarnya beban merata jalue UDL untuk berbagai bentang dapat ditetapkan dari
Grafik beban UDL sebagai berikut :
10
8
Struktur Baja Jembatan 38 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 2.2.a Beban mati pada Gelagar memanjang
Bes
ar U
DL
(kN
/m2)
Gambar. 2.2.b Grafik Besar UDL dengan Bentang Struktur
6
4
2
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Bentang bagian struktur yang ditinjau (m)
Besar Faktor beban Lalu-lintas ditetapkan dalam table sebagai berikut :
Jangka Waktu Faktor Beban
Transient KSTD KU
TD
1,0 2,0
2.2.3. Lajur Lalu-lintas Rencana
Lajur lalu-lintas rencana harus mempunyai lebar 2,75 m, jumlah maksimum
lajur lalu-lintas yang digunakan untuk berbagai lebar jembatan ditabel dalam Tabel II-
2 BMS sebagai berikut :
Tipe Jembatan Lebar Lajur Kendaraan (m) Jumlah Lajur rencana
(1) (2) (3)
Satu arah 4,00 - 5,00 1
Dua arah tanpa median 5,50 - 8,25<15,00
34
Banyak arah 8,25 - 11,2511,30 15,00
15,10 - 18,7518,80 - 22,50
3456
Catatan :
(1) Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu-lintas harus ditentukan oleh
instansi yang berwenang.
(2) Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum antara troroar atau
rintangan untuk satu arah atau jarak antara trotoar/rintangan/median
dengan median untuk banyak arah
Struktur Baja Jembatan 39 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TABEL. 2.2.a. Besar Faktor Beban
TABEL.2.2.b. Jumlah dan Lebar Lajur Kendaraan
(3) Lebar minimum yang sama untuk dua arah lajur kendaraan dalah 6,00m
lebar jembatan antara 5,00m sampai 6,00m harus dihindarkan oleh karena
hal ini akan memberikan kesan kepada pengemudi seolah-olah
memungkinkan untuk menyiap
2.2.4. Penyebaran Beban “D” Pada Arah Melintang
Beban “D” harus disusun pada arah melintang bentang yang ditinjau
sedemikian rupa sehingga menimbulkan momen maksimum pada gelagar yang
ditinjau. Penyusunan komponen muatan UDL dan KEL harus sama.
Bila lebar jalur kendaraan kurang atau sama dengan 5,5 m maka muatan “D”
harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan intensitas 100%. Dan apabila lebar jalur
kendaraan lebih besar dari 5,5 m maka muatan “D” harus ditempatkan pada seluruh
lebar jalur tersebut dengan pembagian intensitas 100% pada lebar 5,5m dan sisanya
lebar di kanan kirinya dengan intensitas sebesar 50%, dengan posisi penyebarana
seperti gambar berikut :
Penyebaran muatan pada lebar jalur 5,5m
5,5m
Penyebaran muatan pada lebar jalur > 5,5m
b
5,5m
100% 50% 50%
2.2.5. Beban Angin
Beban angin diperhitungkan adanya tekanan tiupan angin dari arah tegak lurus
bentang jembatan yang bekerja tegak lurus pada bidang Lalu-lintas dan bidang
struktur jembatan sepanjang bentang jembatan.
Akibat dari beban angin, bagian struktur jembatan akan menerima susunan beban
sebagai berikut
Struktur Baja Jembatan 40 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
100 %
Gambar. 2.2.c Penyebaran Beban Hidup pada jalur < 5,5,m
Gambar. 2.2.c Penyebaran Beban Hidup pada jalur > 5,5,m
WLL 2m
WR
’h’ WG
Gambar. 2.2.d (Susunan Beban Angin)
2.2.6. Beban Lain-lain :
Yang termasuk beban lain-lain serti beban akibat Gempa, Salju , Beban kejut
dan sebagainya yang ditetapkan dalam BMS Buku .2
2.2.7. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan adalah penjumlahan dari besarnya beban mati,beban
hidup,beban angin dan beban lain-lain yang diambil pada kondisi yang paling besar
yang menyebabkan struktur mengalami beban maksimum. Kombinasi pembeban ini
ditetapkan dalam SNI buku.2 , dengan susunan kombinasi pembebanan sebagai
berikut :
Kombinasi Pembebanan Terfaktor :
Kombinasi I :
1,4 DL
Kombinasi II : 1,2DL + 1,6LL + 0,5La
Kombinasi III : 1,2DL + 1,6La + 1,0WL
Kombinasi IV : 1,2DL + 1,3 WL + 0,5La
Kombinasi V : 1,2DL + 1,0EL + 1,0LL
Kombinasi VI : 0,9DL – (1,3WL atau 1,0EL)
Dimana :
LD = Akibat beban mati
LL = Akibat beban hidup
WL =
Akibat beben Angin
Struktur Baja Jembatan 41 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
WLL = Beban angin pada bid kendaraan seluas (2m*L)
WR = Beban angin pada bid Gelagar Rangka seluas 30% Bid Rangka
WG = Beban angin pada bid kendaraan seluas (h’*L)
EL = Akibat beban Gempa
La = Akibat beban Lain-lain
2.2.8. Rangkuman
1. Beban Mati merupakan beban tetap trmasuk berat sendiri strukutr yang dihitung
dari seluruh berat komponen struktur dan non struktur yang membebani struktur
yang ditinjau
Struktur Baja Jembatan 42 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Beban Hidup adalah Beban lalu-lintas yang lewat di atas jembatan yang terdiri dari
Muatan Jalur “D” dan Muatan tekan roda Truk “T” dikerjakan di seluruh lebar jalur
yang ada pada lebar jembatan, dimana lebar jembatan dan lebar jalur serta bentang
dari bagian struktur jembatan akan menentukan besarnya beban lalu-lintas tersebut.
3. Muatan Jalur ”D” pada rencana pembebanan di jembatan ada dua macam beban
yaitu : a. Beban Jalur merata (UDL)
b. Beban Jalur Garis (KEL)
Dengan masing-masing besar dan posisi pembebanan seperti ditetapkan dalam
Buku.2 BMS.
4. Beban Angin adalah beban tiupan angin yang bekerja tegak lurus pada bidang
Lalu-lintas dan bidang struktur jembatan sepanjang bentang jembatan.
Akibat dari beban angin, bagian struktur jembatan akan menerima susunan beban
sebagai berikut
WLL 2m
WR
’h’ WG
5. Kombinasi pembebanan adalah besarnya jumlah beban dari mecam-macam beban
yang dikalikan dengan faktor beban masing-masing macam beban yang
diperhitungkan sebagai beban total rencana. Dengan ketetapan kombinasi
Pembebbanan sebagai beikur :
Kombinasi Pembebanan Terfaktor :
Kombinasi I :
1,4 DL
Kombinasi II : 1,2DL + 1,6LL + 0,5La
Struktur Baja Jembatan 43 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
WLL = Beban angin pada bid kendaraan seluas (2m*L)
WR = Beban angin pada bid Gelagar Rangka seluas 30% Bid Rangka
WG = Beban angin pada bid kendaraan seluas (h’*L)
Kombinasi III : 1,2DL + 1,6La + 1,0WL
Kombinasi IV : 1,2DL + 1,3 WL + 0,5La
Kombinasi V : 1,2DL + 1,0EL + 1,0LL
Kombinasi VI : 0,9DL – (1,3WL atau 1,0EL)
Struktur Baja Jembatan 44 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PERENCANAAN ELEMEN PENAMPANG STRUKTUR JEMBATAN BAJA
BAB
3
SUB POKOK BAHASAN :3.1. Teori Dasar Perencan3.2. Perencanaan Dimensi Penampang Terhadap beban
Aksial3.3. Perencanaan Dimensi Penampang Balok Lentur3.4. Aplikasi Pada Perencanaan Jembatan Rangka Batang
5. Tujuan Pembelajaran Umum :Mampu mengaplikasikan teori perencanaan baja pada perencanaan elemen struktur jembatan baja
6. Tujuan Pemeblajara Khusus :i. Menjelaskan Jenis dan Sifat-sifat Pembebanan Pada Jembatanj. Menjelaskan teori dan Persyaratan pembebanan pada perencanaan jembatank. Menjelaskan Konvigurasi pembebanan pada masing-masing elemen struktur
jembatan l. Menghitung Besarnya Beban rencana pada masing-masing elemen struktur
jembatan akibat beban kerja
ILUSTRASI
3.1.1. Detail Perencanaan
Struktur Baja Jembatan 45 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3. 1. TEORI DASAR PERENCANAAN
Struktur baja jembatan yang telah direncanakan, harus memiliki data
perencanaan yang jelas pada gambar kerja yang mencakup :
a. Nomor rujukan dan tanggal standar perencanaan yang digunakan yang masih
berlaku
b. Beban-beban Nominal yang ditetapkan
c. Proteksi karat, jika diperlukan
d. Taraf ketahanan kebakaran, jika diperlukan
e. Mutu Baja yang digunakan.
Sedangkan Gambar Kerja atau spesifikasi atau kedua-duanya untuk komponen
struktur atau struktur baja secara keseluruhan, harus mencantumkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Ukuran dan peruntukan tiap-tiap komponen struktur
b. Ukuran dan kategori Baut dan Pengelasan yang digunakan pada sambungan –
sambungan
c. Ukuran-ukuran komponen sambungan
d. Lokasi dan detail titik kumpul, serta sambungan dan sambungan lewatan yang
direncanakan
e. Daftar setiap kendala pada saat pelaksanaan yang diasumsikan dalam perencanaan
f. Lawanan lendut untuk setiap komponen struktur
g. Ketentua-ketentua lainnya yang berlaku
3.1.2. Sifat Baja Sebagai Material Struktur
Baja sebagai material struktural yang digiling panas, dapat dibedakan atas Baja
karbon, baja paduan rendah berkekuatan tinggi dan baja paduan. Syarat-syarat umum
untuk baja ini diberikan dalam ASTM (American Society for Testing and Materials)
Dengan ketentuan semua marial baja yang digunakan sebagai baja struktur harus
sudah melalui uji material dengan bukti laporan uji material baja di pabrik yang
disahkan oleh lembaga yang berwenang .
Adapun baja yang tidak teridentifikasi boleh digunakan selama memenuhi
ketentuan berikut ini :
1). Bebas dari cacat permukaan
Struktur Baja Jembatan 46 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2). Sifat fisik material dan kemudaannya untuk dilas tidak mengurangi kekuatan dan
kemampuan laak struktur.
3). Bila dites sesuai ketentuan yang berlaku, Tegangan leleh (fy) untuk perencanaan
tidak boleh diambil lebih dari 170 Mpa, sedangkan untuk Tegangan Putus (fu)
tidak boleh diambil lebih dari 300 Mpa.
seperti berikut :
a. Sifat Mekanis Baja :
Sifat mekanis yang harus dimiliki baja sebagai material struktur harus dapat
ditunjukan dari hasil uji tarik yang dilakukan dari beberapa batang dengan mutu
baja yang berbeda, menghasilkan grafik hubungan antara regangan dan tegangan
yang menunjukan besar tegangan leleh dan tegangan putus yang jelas dari masing-
masing mutu baja seperti seperti gambar berikut :
Hasil dari besar tegangan leleh dan tegangan putus dari uji tarik pada sertiap mutu
baja, merupakan besar satuan tegangan yang digunakan sebagai dasar perhitungan
kekuatan elemen struktur baja.
b. Mempunyai sifat Elastisited :
Struktur Baja Jembatan 47 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Baja Mutu A Baja Mutu B Baja Mutu C
Besar Regangan ( )
Besar Teganag
n (f)
fy
E
GAMBAR . 3.1.a (Grafik Hubungan Tegangan Regangan Baja)
Ialah apabila dalam keadaan Elastis sempurna batang baja menahan beban tertentu,
dan apabila beban ditiadakan batang baja mempunyai kesanguppan kembali seperti
semula tanpa menderita perubahan yang mengalami merugikan.
c. Mempunyai sifat kekenyalan
Ialah kesanggupan untuk menerima perubahan bentuk pembebanan tertentu dan
masih dapat kembali pada bentuk semula tanpa menderita kerugian.
d. Mempunyai sifat kemungkinan dapat ditempa :
Apabila baja melalui proses penempaan dalam keadaan merah padam (menjadi
lembek dan plastis) bentuknya dapat diubah dengan tidak mempengaruhi sifat
mekanisnya.
e. Mempunyai sifat kemungkinan dapat dilas
Batang baja harus dapat disambung satu sama lain melalui proses pengelasan
dengan hasil sambungan yang kekuatannya dengan batang yang disambung
f. Mempunyai sifat kekerasan tertentu
Ialah sanggup mengadakan perlawanan terhadap masuknya benda lain ke dalam
batang dengan batas cacat tertentu
g. Tegangan Leleh dan Tegangan Putus :
Besar tegangan Leleh ( fy ) dan tegangan putus ( fu ) yang digunakan pada
perencanaan struktur baja, tidak boleh melebihi dari angka yang ditetapkan dalam
tabel berikut :
h. Sifat-Sifat Mekanisme Lainnya Struktur Baja Jembatan 48 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
13410550Bj 55
16290500Bj 50
18250410Bj 41
20240370Bj 37
22210340Bj 34
Peregangan minimal (%)
Tegangan Leleh minimal fy (Mpa)
Tegangan Putus minimal fu (Mpa)
Jenis Baja
TABEL 3.1.a (Jenis Baja dan Besar Tegangan Leleh - Putus )
Sifat mekanisme lain dari baja struktural yang ditetapkan sebagai dasara
perencanaan adalah sebagai berikut :
Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa
Modulus Geser : G = 80.000 Mpa
Modulus Poisson : = 0,3
Koefisien pemuaian : = 12.10-6 /C0
3.1.3. Material Alat Sambung
Struktur baja terdiri dari bagian-bagain struktur dan elemen elemen batang yang
dihubungkan satu bagian dengan bagian lain memerlukan alat sambung yang
kekuatannya sama dengan batang yang disambung dan mampu mentransfer beban
dari bagian satu ke bagian yang lain.
Alat sambung yang digunakan pada struktur baja adalah :
1. Baut Biasa ,mur dan ring ; Dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi
sebagai ASTM A.307 dan merupakan jenis baut yang paling murah, namun
dengan menggunakan baut ini belum tentu menghasilkan sambungan yang paling
murah karena banyaknya jumlah baut yang harus dibutuhkan. Pemakaian baut ini
digunakan pada sambungan yang bersifat sendi dan sering digunakan pada struktur
rangka batang dan struktur semi permanen terutama pada struktur ringan . Baut
Biasa atau sering disebut Baut Hitam yang digunakan berdiamater antar ¼ inci
sampai 4 inci harus memenuhi ketentuan yang berlaku dan dibedakan pada
Baut Hitam mutu A dan mutu B, dengan bentuk Baut seperti gambar berikut :
2. Baut mutu tinggi (High strenght bolts); Dibuat dari baja karbon sedang yang
dicelup dan dipanasi kembali pada suhu paling rendah 8000F. Yang didentifikasi
ASTM sebagai Baut mutu tinggi Tipe A.325 dengan kekuatan leleh sekitar 558
Mpa sampai 634 Mpa dan A.490 dengan kekuatan leleh sekitar 793 Mpa sampai Struktur Baja Jembatan 49 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
GAMBAR. 3.1.b, (Bentuk Baut Biasa)
896 Mpa dengan diameter baut ¼ inci sampai 1½ inci, sedangkan ukuran yang
umum untuk perencanaan struktur jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci. Dengan
bentuk Baut Mutu Tingggi Seperti pda gambar berikut :
Baut Mutu Tinggi digunakan pada sambungan kaku dan mampu menahan
slip pada bidang sambung, digunakan pada struktur Rangka portal, baut mutu
tinggi yang digunakan harus memenuhi ketentuan yang berlaku baik perencaan
maupun pelaksanaannya yang akan dibahas pada bab berikutnya, baik bentuk dan
kekuatan baut.
3. Las, Elektroda dan Bahan Pengisi ; Yang digunakan adalah las yang dihasilkan
dari panas busur listrik yang meleburkan bahan pengisi yaitu berupa Elektroda dan
bahan dasar yang akan disambung sehingga menyatu sampai dingin kembali
menjadi sambungan yang kekuatannya sama dengan bahan dasar yang disambung.
Elektroda yang digunakan spesifikasinya disesuaikan dengan bahan dasar yang
akan disambung, dan ada beberapa jenis proses pengelasan yang sering digunakan
dalam pengelasan baja struktur, akan dijelaska lebih detail pada bab berikutnya.
4. Penghubung Geser dan Ankur digunakan sebagai penghubung batang baja
dengan material lain seperti Shear connector pada balok komposit dan lain-
lain,bahan yang digunakan sebagai penghubung geser dan ankur harus memenuhi
ketentuan yang berlaku. Dan jenis sambungan ini tidak dibahas dalam buku ajar ini
3.1.4. Jenis Profil Yang Digunakan
Struktur jembatan baja terdiri dari bagian-bagian struktur yang tersusun dari
elemen-elemen batang yang berbentuk gelagar atau balok, batang tekan, batang
tarik.Untuk keperluan batang elemen struktur jembatan baja tersebut digunakan
batang baja berbentuk profil yang dijual dipasaran atau dipesan khusus yang
disesuaikan
Struktur Baja Jembatan 50 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
du D
Gambar. 3.1.c. Baut Mutu Tinggi
A.490
F
H
PjU
Panjang Baut
W
H H
dengan kebutuhan kekuatan terhadap beban kerja dan stabilitas batang. Bentuk dan
jenis profil yang digunakan seperti :
a. Untuk balok lentur diguanakan I.WF
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
Gambar 3.1.d. Penampang Profil I
Jenis profil I. WF yang lain berfariasi pada tebal sayap (t) lebar sayap (b) serta
tebal dari badan profil (w). Sehingga profil I dibagi menjadi I.WF, I.SF, I.MF
b. Untuk batang dengan profil ganda pada rangka batang digunakan Profil
Chanal
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
Gambar 3.1.e. Penampang Profil Chanal
Profil ini merupakan profi standar dengan spesifkasi yang standar antara
tinggi,lebar sayap,tebal sayap dan tebal badan.
c. Untuk batang dengan profil ganda maupun tunggal pada rangka batang digunakan Profil siku sama kaki atau tidak sama kaki
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
Gambar 3.1.f. Penampang Profil Siku sama sisi & Tidak sama sisi
Struktur Baja Jembatan 51 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b
Hw
t
Dimensi profil dalam tabel profil ditunjukan dengan Kode :I.WF. (H.b. t w.)Misal :I.WF. 400.200.19.9Untuk Besaran Ix, Iy dsb dapat dilihat dalam tabel Profil baja
b
Hw
t
Dimensi profil dalam tabel profil ditunjukan dengan Kode :[ . NP. HMisal :[ . NP. 40 (untuk nilai b,w dan t) tidak ditunjukkan Untuk Besaran Ix, Iy dsb dapat dilihat dalam tabel Profil baja
Dimensi profil dalam tabel profil ditunjukan dengan Kode :L . b.b.t dan L. b . b’. tMisal :L. 100.100.10 dan L. 100.40. 12
3.1.5. Teori Dasar Perencanaan LRFD :
Penggunaan baja sebagai bahan sturktur diatur dalam peraturan perencanaan
struktur baja. Tujuan daripada peraturan tersebut ialah agar didapatkan suatu
bangunan yang memenuhi criteria yang ditetapkan. Untuk mendapatkan suatau
bangunan yang memenuhi criteria yang ditetapkan, maka seorang perencana harus
mengetahui sifat-sifat bahan, mengetahui metode analisis baik analisa kekuatan
bahan maupun analisa strukturnya akibat beban kerja . Dari analisis sifat tegangan
dan regangan pada suatu komponen struktur baja yang diberikan pembebanan, maka
apabila tegangan yang terjadi mencapai tegangan lelh maka akan terjadi perpanjangan
yang besar, meskipun perpanjangan ini belum menimbulkan putusnya komponen
struktur, tetapi dalam praktek perpanjangan ini akan mempengaruhi bagian-bagian
konstruksi yang lainnya. Oleh karena itu perlu dijaga agar tegangan yang terjadi tidak
melebihi tegangan leleh, maka dalam perencanaan dengan konsep keamanan diambil
batasan besar tegangan ijin yang diambil sebesar tegangan leleh dibagi dengan angka
keamanan (fa = Fy / SF) Penggunaan angka keamanan ini adalah adanya ketidak
pastian dari pada pengambilan besaran baik beban yang bekerja, sifat beban yang
tidak seragam, ketidak tepatan dalam pelaksanaan maupun perilaku dari penggunan
bangunan, yang semuanya merupakan variable acak yang tidak menentu.
Sejak dikembangkannya teori probabilitas, penggunaannya dalam bidang
struktur semakin luas, salah satunya adalah keandalan struktur. Dimana k
egagalan Struktur bukan suatu peristiwa yang dapat dihindari, melainkan hanya
diperkecil kemungkinan terjadinya.
Dengan menggunakan teori Probabilitas dinyatakan bahwa: “Kekuatan Struktur dan
tingkat risikonya dinyatakan dengan kemungkinan runtuh”
Kemungkinan runtuh dihitung dengan integrasi fungsi-fungsi distribusi besaran yang
terlibat
Seperti angka reduksi kekuatan dan angka factor pembebanan. Olehb karena itu
penggunaan angak keamanan tunggal seperti yang dijelaskan di atas kurang tepat dan
diharapkan adanya penggunaan nilai factor pembebanan yang berbeda untuk setiap
jenis pembebanan serta angka reduksi kekuatan yang tidak sama untuk setiap bagian
elemen struktur.
Struktur Baja Jembatan 52 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Maka Secara umum semua perencanaan yang didasarkan pada teori LRFD
(Load Resistance Factor Design). Struktur dinyatakan kuat bila dipenuhi persyaratan :
“
Beban kerja terfaktor yang bekerja harus lebih kecil dari pada Kekuatan
Nominal tereduksi” Yaitu :
{ (Ni.Ri) = Nu Nn.Ø} ......................... (3.1.1)
Nu adalah Jumlah Beban TerFaktor
diambil dari nilai yang disyaratkan dalam Buku SNI bagian 2 (Dengan Kombinasi
Pembeban yang Maksimum). Adapun
Besar nilia Factor reduksi kekuatan ( Ø ) diambil nilai yang ada dalam Tabel 7.1.b
Buku SNI bagian 3. seperti berikut :
Situasi Rencana Artikel No Faktor Reduksi Kekuatan (Ø )
Unsur Yang Memikul Lentur Pendukung lateral penuh Segmen tanpa pendukung lateral penuh Badan dalam geser Badan dalam tumpuan Pengaku
Unsur Yang Tekanan Aksial
Kapasitas potongan Kapasitas unsur
Unsur Yang Tarik Aksial
Unsur Yang memikul aksi Kombinasi Kapasitas potongan Kapasitas unsurPenghubung Geser
Komponen hubungan selain dari baut,las,pen atau penghubung geserHubungan Baut Baut dalam geser Baut Dalam tarik Baut yang memikul komb Tarik-geser Pelat lapis dalam tumpuan Kelompok baut
Sambungan dengan Baut Pratekan
Hubungan Pen Pen dalam geser Pen dalam tumpuan Pen dalam lenturan Pelat lapis dalam tumpuan
0,900,900,900,900,90
0,900,90
0,90
0,90 1,0
0,90
0,70
0,7007,007,00,700,70
0,7007,007,00,80
Struktur Baja Jembatan 53 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Hubungan Las Las tumpul penetrasi penuh Las sudut dan las tumpul Penetrasi sebagian Las tumpul atau pengisi sela Kelompok las
0,900,800,800,80
TABEL. 3.1.b (Daftar besaran Faktor Reduksi Kekuatan
3.1.6. Rangkuman
1. Sifat Baja Sebagai Material Struktur dapat dibedakan atas Baja karbon, baja
paduan rendah berkekuatan tinggi dan baja paduan. Syarat umum yang diberikan
dalam ASTM (American Society for Testing and Materials) seperti :
a. Sifat mekanis ; harus dapat ditunjukan dari hasil uji tarik dari beberapa mutu
baja yang berbeda, menghasilkan besar tegangan leleh dan tegangan putus
b. Mempunyai sifat Elastisited ; dalam keadaan Elastis sempurna batang baja
menahan beban tertentu, apabila beban ditiadakan baja mempunyai
kesanguppan kembali seperti semula tanpa perubahan yang mengalami
merugikan.
c. Mempunyai sifat kekenyalan ; kesanggupan untuk menerima perubahan
bentuk pembebanan tertentu dan masih dapat kembali pada bentuk semula
tanpa menderita kerugian.
d. Mempunyai sifat kemungkinan dapat ditempa : dalam keadaan merah
padam (menjadi lembek dan plastis) bentuknya dapat diubah dengan tidak
mempengaruhi sifat mekanisnya
e. Mempunyai sifat kemungkinan dapat dilas Batang baja harus dapat
disambung satu sama lain melalui proses pengelasan dengan hasil sambungan
yang kekuatannya dengan batang yang disambung
f. Mempunyai sifat kekerasan tertentu ; Ialah sanggup mengadakan
perlawanan terhadap masuknya benda lain ke dalam batang dengan batas cacat
tertentu
2. Alat sambung yang digunakan dalam strutur baja adalah :
a. Baut Hitam atau Baut Biasa ; untuk struktur ringan dsn sementara, sifat
sambungan tidak kaku.
b. Baut Mutu Tinggi ; untuk struktur permanen dengan beban relatif besar, sifat
sambungan kakuStruktur Baja Jembatan 54 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
c, Las Listrik dengan bahan isian Elektroda ; digunakan las dengan panas busur
listrik yang meleburkan bahan pengisi berupa Elektroda dan bahan dasar yang
akan disambung kekuatannya sama dengan bahan dasar yang disambung.
Elektroda yang digunakan spesifikasinya disesuaikan dengan bahan dasar yang
akan disambung,
3. Jenis Profil Yang Digunakan
Untuk keperluan batang elemen struktur jembatan baja tersebut digunakan
batang baja berbentuk profil yang dijual dipasaran atau dipesan khusus yang
disesuaikan dengan kebutuhan kekuatan terhadap beban kerja dan stabilitas
batang. Bentuk dan jenis profil yang digunakan seperti :
a. Untuk balok lentur diguanakan I.WF
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
Jenis profil I. WF yang lain berfariasi pada tebal sayap (t)
lebar sayap (b) serta tebal dari badan profil (w). Sehingga profil I dibagi menjadi
I.WF, I.SF, I.MF
b. Untuk batang dengan profil ganda pada rangka batang digunakan Profil
Chanal
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
Struktur Baja Jembatan 55 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b
Hw
t
Dimensi profil dalam tabel profil ditunjukan dengan Kode :I.WF. (H.b. t w.)Misal :I.WF. 400.200.19.9Untuk Besaran Ix, Iy dsb dapat dilihat dalam tabel Profil baja
b
Hw
t
Dimensi profil dalam tabel profil ditunjukan dengan Kode :[ . NP. HMisal :[ . NP. 40 (untuk nilai b,w dan t) tidak ditunjukkan Untuk Besaran Ix, Iy dsb dapat dilihat dalam tabel Profil baja
Profil ini merupakan profi standar dengan spesifkasi yang standar antara
tinggi,lebar sayap,tebal sayap dan tebal badan.
c. Untuk batang dengan profil ganda maupun tunggal pada rangka batang digunakan Profil siku sama kaki atau tidak sama kaki
Bentuk dan spesifikasi dari penampang profil ini ditunjukkan seperti berikut :
t b
b
t
4. Teori Dasar Perencanaan Dengan Metoda LRFD
Secara umum semua perencanaan yang didasarkan pada teori LRFD
( Load Resistance Factor Design). Struktur dinyatakan kuat bila dipenuhi
persyaratan :
“
Beban kerja terfaktor yang bekerja harus lebih kecil dengan Kekuatan
Nominal tereduksi” Yaitu : { (Ni.Ri) = Nu Nn.Ø} Nilai Faktor
Beban (Ri)
diambil dari nilai yang disyaratkan dalam Buku SNI bagian 2 (Dengan
Kombinasi Pembeban yang Maksimum).
Besar nilia Factor reduksi kekuatan (Ø )
Struktur Baja Jembatan 56 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Dimensi profil dalam tabel profil ditunjukan dengan Kode :L . b.b.t dan L. b . b’. tMisal :L. 100.100.10 dan L. 100.40. 12
3.2.1. Perencanaan Batang Tarik
Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik,
yaitu komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tarik antara dua titik pada
struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai keruntuhan.
Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tarik apabila kekakuan
lenturnya dapat diabaikan seperti pada kabel atau rod. Kemungkinan lain adalah
elemen dengan kondisi sambungan dan pembebanan yang menimbulkan hanya gaya
aksial pada elemen seperti pada elemen rangka batang.
3.2.1.1. Kuat Rencana Batang Tarik
Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor, Nu, harus
memenuhi:
Nu Ø. Nn .............................................................(1.3.2.1)
Kuat tarik rencana, Ø.Nn ditentukan oleh dua kondisi batas yang mungkin dialami
batang tarik, yaitu dengan mengambil harga terkecil di antara:
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
Ø . Nn = 0,9 Ag .fy ………………..………......(2.3.2.1)
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
Ø. Nn = 0,75 Ae .fu …………..…………...(3.3.2.1)
dimana:
Struktur Baja Jembatan 57 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.2. PERENCANAAN PENAMPANG BATANG TERHADAP BEBAN AKSIAL
Ag = luas penampang kotor
Ae = luas efektif penampang (lihat penjelasan berikutnya)
fx = tegangan leleh yang digunakan dalam desain
fu = kekuatan (batas) tarik yang digunakan dalam desain
Angka koefesien reduksi Ø sebesar 0,75 untuk kondisi batas fraktur diambil
lebih kecil daripada untuk kondisi leleh, mengingat kondisi fraktur lebih
getas/berbahaya dan harus lebih dihindari. Penggunaan luas Ag pada kondisi batas
leleh dapat digunakan mengingat kelelehan plat pada daerah berlubang akan diikuti
oleh redistribusi tegangan di sekitarnya selama bahan masih cukup daktail (mampu
berfeformasi plastis cukup besar) sampai fraktur terjadi. Kondisi pasca leleh hanya
diijinkan terjadi pada daerah kecil/pendek di sekitar sambungan, karena kelelehan
pada seluruh batang akan menimbulkan perpindahan relatif antara kedua ujung batang
secara berlebihan dan elemen tidak mampu lagi berfungsi.
3.2.1.2. Penampang Efektif Ae
Pada daerah sambungan terjadi perlemahan elemen tarik akibat:
Shear lag sehingga luas efektif harus direduksi dengan koefesien U
Pengurangan luas penampang karena pelubangan sehingga yang dipakai pada
daerah ini adalah luas bersih An
Koefesien Reduksi Penampang akibat Shear Lag:
Elemen batang selain plat datar yang disambung akan mengalami tegangan
tarik yang tidak merata pada daerah sambungan. Hal ini disebabkan adanya
perubahan letak titik tangkap gaya P pada batang tarik:
Di tengah bentang : pada berat penampang
Di daerah sambungan : pada sisi luar penampang berbaut yang bersentuhan dengan elemen plat yang disambung
x
P P
Struktur Baja Jembatan 58 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 3.2.a. (Daerah sambungan dengan baut)
Pada gambar di atas, bagian plat siku vertical memikul sebagian besar beban
transfer dari baut. Setelah melewati daerah transisi, pada jarak tertentu dari lokasi
lubang baut, barulah seluruh luas penampang dapat dianggap memikul tegangan tarik
secara merata. Keadaan ini sering disebut ‘shear-lag’. Oleh karena itu daerah
penampang siku vertikal mungkin dapat mencapai fraktur walaupun beban tarik P
belum mencapai harga Ag.fy.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka dalam analisis kondisi batas fraktur
diagunakan luas enampang efektif, Ae:
Ae = A.U……………………..…................................(4.3.2.1)
dimana:
U : koefesien reduksi = ..….............................................(5.3.2.1)
Harga U dibatasi sebesar 0,9; namun dapat diambil lebih besar dari nilai ini
apabila dapat dibuktikan dengan kriteria yang dapat diterima.
x’ : eksentrisitas sambungan
L : panjang sambungan dalam arah gaya, yaitu jarak terjauh antara dua baut
pada sambungan.
A : harga luas penampang yang ditentukan menurut kondisi elemen tarik
yang disambung, sebagai berikut:
Luas Penambang Bersih An:
a) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh baut:
A = An = luas penampang bersih terkecil antara potongan 1 - 3 dan potongan 1-
2-3
s Gambar. 3.2.b. (Luas Penampang
bersih)
1
Struktur Baja Jembatan 59 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
uP 2 P
u 3
Potongan 1-3 : An = Ag – n d t
Potongan 1-2-3 :
dimana : Ag = luas penampang kotor
t = tebal penampang
d = diameter lubang {diameter lubang standar = diameter baut + 2 x
(1,6 mm)}
n = banyaknya lubang dalam garis potongan
s = jarak antara sumbu lubang pada sejajar sumbu komponen
u = jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sumbu
komponen struktur
Dalam suatu potongan jumlah luas lubang tidak boleh melebihi 15% luas
penampang utuh.
b) Apabila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan plat,
atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang:
1
P P
1
Gambar. 3.2.c. (Sambungan Las pada Profil Siku)
c) Gaya tarik disalurkan hanya oleh las melintang:
A = luas penampang yang disambung las
U = 1, bila seluruh ujung penampang di las
Struktur Baja Jembatan 60 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Potongan 1-1
Gambar. 3.2.d. (Sambungan Las Pada Ujung Batang)
d) Gaya tarik disalurkan ke elemen plat oleh las memanjang sepanjang kedua sisi
bagian ujung elemen :
A = Aplat
l 2w : U =1,0
2w l 1,5w : U = 0,87
1,5w l 1w : U = 0,75
Dimana:
w : lebar plat (jarak antar garis las)
l : panjang las memanjang
selain uraian tersebut di atas, ketentuan di bawah ini dapat digunakan:
1) Penampang (W, M, S pada AISC manual) dengan b/h > 2/3 atau penampang T
yang dipotong dari penampang I ini dan
2) Sambungan pada plat sayap dengan n baut > 3 per baris (arah gaya), U = 0,90
3) Seperti butir a., tetai untuk b/h < 2/3, termasuk penampang tersusun: U = 0,85
4) Semua penampang dengan banyak baut = 2 per-baris (arah gaya): U = 0,75
Penentuan x’ dan I untuk beberapa kasus penampang dan sambungan
ditunjukkan pada gambar-gambar berikut ini:
Gambar.3.2.e. (Susunan Sambungan Baut pada Batang Tarik Yang Mempengaruhi
harga x’)
x
T
x
l
Menentukan nilai x dan i di sambungan zigzag pada Profil Siku
Struktur Baja Jembatan 61 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
x
x x
Sambungan pada Flens Sambungan pada badan
Menentukan nilai x dan i di sambungan pada Profil I.WF
x
x
Menentukan nilai x dan i di sambungan pada Profil [ .NP
3.2.1.3. Kelangsingan Batang Tarik
Batasan kelangsingan yang dianjurkan dalam peraturan ditentukan
berdasarkan pengalaman, engineering judgment dan kondisi-kondisi praktis untuk:
a. Menghindari kesulitan handling dan meminimalkan kerusakan dalam
fabrikasi, transportasi dan tahap konstruksi
b. Menghindari kendor (sag yang berlebih) akibat berat sendiri batang
c. Menghindari getaran.
Batasan kelangsingan, l, ditentukan sebagai berikut:
l < 240 , untuk komponen utama
l < 300 , untuk komponen sekunder
dimana : l = L/I
L = panjang batang tarik
i = ……………………………………………….....(6.3.2.1)
Untuk batang bulat, diamter dibatasi sebesar 1/d< 500
Struktur Baja Jembatan 62 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.2.1.4. Keruntuhan Geser Blok
Selain diperiksa terhadap kegagalan pada suatu penampang (akibat leleh
maupun fraktur), komponen tarik harus diperiksa terhadap kemungkinan kegagalan
akibat terobeknya suatu blok pelat baja pada daerah sambungan. Kegagalan ini
dikenal dengan blok shear repture’. Aturan yang berhubungan dengan perencanaan
geser blok diatur secara explicit pada AISC spedification, sedangkan pada Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja hal ini tidak diatur dengan asumsi mode jeruntuhan ini
tidak akan terjadi apabila penyusunan baut telah memenuhi prasyarat jarak-jarak
minimum.
S1 S2
s
T
s
Gambar. 3.2.f. (Bidang Geser Blok sejajar gaya)
Pada gambar di atas, kegagalan dapat terjadi akibat robeknya daerah yang
diarsir. Mode kegagalan ditahan oleh penampang pada batas daerah yang diarsir
dengan kombinasi tegangan tarik pada penampang vertikal dan tegangan geser pada
penampang horizontal. Keruntuhan terjadi apabila kedua permukaan (vertikal dan
horizontal) telah mencapai kondisi batas. Terdapat dua tipe kondisi keruntuhan blok
geser, yaitu :
1. Pelelehan geser – Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0,6fu Ans
t Nn = t (fu Ant + 0,6fy Ags).........................................................(7.3.2.1)
Struktur Baja Jembatan 63 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar.3.2.g (Bidang Geser Blok di ujung batang)
2. Fraktur geser – Pelelehan tarik
Bila : fu Ant < 0,6fu Ans
t Nn = t (fy Agt + 0,6fu Ans) .........................................................(8.3.2.1)
dimana ; Ags = Luas bruto yang mengalami pelelehan geser
Agt = Luas bruto yang mengalami pelelehan Tarik
Ans = Luas bersih yang mengalami fraktur geser
Ant = Luas bersih yang mengalami fraktur tarik
Sebagai contoh, berdasarkan gambar di atas, bermacam-macam besaran dapat
dihitung sebagai berikut :
Agt = s.t +s.t = 2s.t
Ant = (s.t –d/2.t) + (s.t –d/2.t) = s.t – d.t
Bidang geser :
Ags = (S1+s2) + (S1+S2).t = 2 (S1+S2).t
Ans = (S1+S2-11/2).t +(S1+S2-11/2d).t
Selain itu, perlu pula diperiksa kuat blok plat ujung terhadap geser pada baut.
t Tn = t ( 0,6.fu )Ans.............................................................(9.3.2.1)
Struktur Baja Jembatan 64 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 3.2.h. (Bidang Geser Blok ditepi batang )
3.2.1.5. Penampang Tersususn
Secara umum, penggunaan profil structural tunggal pada batang tarik lebih
ekonomis dibandingkan dengan profil tersusun. Penggunaan profil tersusun mungkin
diperlukan bila :
a. Kapasitas tarik dari batang tunggal tidak mencukupi
b. Rasio kelangsingan (rasio dari panjang tanpa topangan L dengan radius girasi
minimum r) tidak memberikan rigditas yang cukup.
c. Efek lentur yang dikombinasikan dengan perilaku tegangan membutuhkan
kekauan lateral yang lebih besar.
d. Masalah estetika.
Batang tarik yang terdiri dari penampang tersusun harus direncanakan bekerja
secara efektif, yaitu semua penampang memikul gaya yang terdistribusi secara
merata. Komponen struktur tarik yang terdiri dari profil-profil tersusun, dapat
dibentuk melalui batang-batang yang saling membelakangi, baik dengan perantaraan
plat buhul atau dengan cara bersinggungan langsung, atau dapat pula berupa
komponen struktur yang tersusun dari dua buah profil yang dihubungkan dengan
terali atau plat kopel.
a. Komponen struktur tarik tersusun dari dua buah profil saling membelakangi
Terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi untuk penampang tersusun
jenis ini.
1. Batang tarik dengan profil-profil yang terpisah oleh plat pengisi
Profil-profil tersebut harus dihubungkan dengan salah satu cara berikut:
Disambung dengan las atau baut pada jarak interval tertentu sehingga
kelangsingannya untuk setiap komponen tidak melebihi 240.
Disambung dengan sistem sambungan yang direncanakan sedemikian
sehingga komponen struktur tersebut terbagi atas paling sedikit tiga
benteng sama panjang. Sistem sambungan harus direncanakan dengan
menganggap bahwa pada sepanjang komponen struktur terdapat gaya
lintang sebesar 0,02 kali gaya aksial yang bekerja pada komponen
2. Komponen struktur tarik dengan profil yang bersinggungan langsung dan
saling membelakangi.
Struktur Baja Jembatan 65 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Profil-profil harus disambung pada jarak tertentu sehingga komponen
struktur tersebut terbagi atas paling sedikit tiga bentang sama panjang. Sistem
sambungan harus direncanakan dengan menganggap bahwa pada sepanjang
komponen struktur terdapat gaya lintang sebesar 0,02 kali gaya aksial yang
bekerja pada komponen struktur.
b. Komponen struktur tarik dengan penghubung
Komponen struktur tarik yang tersusun dari dua buah profil yang dihubungkan
dengan terali atau plat kopel harus memenuhi:
c. Kelangsingan komponen, dengan memperhitungkan jarak antar elemen
penghubung tidak lebih dari 240 untuk komponen struktur utama, dan tidak lebih
dari 300 untuk komponen struktur sekunder.
d. Tebal elemen penghubung tidak kurang dari 0,02 dikalikan dengan jarak antara
garis sambungan pelat penghubung dengan komponen utama.
e. Panjang pelat kopel tidak kurang dari 0,67 dikalikan dengan jarak antara garis
sambungan pelat kopel dengan komponen utama.
f. Pelat kopel yang disambung dengan baut harus menggunakan paling sedikit dua
buah baut yang diletakkan memanjang searah sumbu komponen struktur tarik.
3.2.1.6. Batang dengan Sambungan Pen
Batang tarik dengan ujungnya berupa pen seperti terlihat pada gambar, banyak
dijumpai pada jembatan yang dibangun pada masa lalu. Kekuatan batang tarik akan
ditentukan oleh efektifitas ujung pen dalam mentransfer gaya tarik pada batang.
Untuk itu, ujung batang harus direncanakan terhindar dari kegagalan yang berupa:
1. Fraktur akibat pelat bagian ujung kurang panjang.
2. Fraktur akibat penampang bersih yang kurang besar.
3. Tekuk lateral pelat bagian ujung akibat terlalu langsing.
Aaa
Abb An P
b Ac
Acc
Struktur Baja Jembatan 66 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 3.2.i (Sambungan Pen)
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan tersebut maka sambungan pen pada
komponen struktur tarik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
g. Tebal komponen struktur tanpa pengaku yang mempunyai lubang sambungan
pendel harus lebih besar atau sama dengan 0,25 dikalikan jarak antara tepi lubang
pen ke tepi komponen struktur yang diukur dalam arah tegak lurus terhadap
sumbu aksis komponen struktur. Batasan ini tidak berlaku untuk tebal lapisan-
lapisan yang menyusun komponen struktur tarik yang digunakan dengan
menggunakan baut.
t1 > 0,25 b ……………………..................(10.3.2.1)
h. Luas irisan pada bagian ujung komponen struktur tarik di luar lubang pen, sejajar
atau di dalam sudut 450 dari sumbu aksis komponen struktur tarik, harus lebih
besar atau sama dengan luas bersih yang diperlukan oleh komponen struktur tarik.
Abb > An ……………………..............…..(11.3.2.1)
i. Jumlah luas sebuah lubang pen, pada potongan tegak lurus sumbu aksis batang
tarik, harus lebih besar atau sama dengan 1,33 dikalikan dengan luas bersih yang
diperlukan oleh komponen struktur tarik.
Aaa + Acc > 1,33 An …………………....(12.3.2.1)
j. Plat pendidikan yang direncanakan untuk memperbesar luas bersih komponen
struktur atau untuk menaikkan daya dukung pen harus disusun sehingga tidak
menimbulkan eksentrisitas dan harus direncanakan mampu menyalurkan gaya dari
pen ke komponen struktur tarik
Struktur Baja Jembatan 67 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.2.1.7. FLOWCHART DESAIN KOMPON BATANG TARIK AKSIAL
Mulai
Data Mutu Baja : fy, fu
Data sambungan Baut atau Las
Data tipe profil Dan ukuran 2Penampang
1Struktur Baja Jembatan 68 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Analisa Struktur
PembebanHitung Gaya Tarik akibat masing-masing beban yg bekerja :ND ; NL ; NLR ; NR ; NW ; NE Hitung Gaya tarik Ultimate “Nu “ dari kombinasi yang paling
menentukann
Hitung “imin” yang dibutuhkan imin = l/240 , unt komponen utamaimin = l/300 , unt komponen sekunder
Dari panjang komponen L
Hitung AE min yang dibutuhkan dari kondisi batas leleh
Hitung Ae min yang dibutuhkan dari kondisi batas leleh
Ambil profil yang memilikiAg Agmin
i imin
1
tidak
Ya
Struktur Baja Jembatan 69 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PemeriksaanKekompakan Profil
“llr”
Hitung Ae dari Profil yang dipilh
Data Sambungan :Baut : konfigurasi & diameter bautLas : Panjang las
Ae Aemin 2
Pemeriksaan daerah sambungan“Blaok Geser Ujung” :
“.Nn” = min {.Nngs murni ; .Nngs tarik}
Perbesar jarak antara baut dalam arah gaya
Pertebal pelat simpul
“.Nn”blok ujung
“.Nn”penampang terpilih
Selesai
3.2.1.8 Rangkuman
1. Penggunaan baja struktur yang paling efisien adalah sebagai batang tarik, yaitu
komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tarik antara dua titik pada
struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai keruntuhan.
2. Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor, Nu, harus memenuhi
syarat : Nu Ø. Nn
3. Kuat tarik rencana, .Nn ditentukan oleh dua kondisi batas yang mungkin dialami
batang tarik, yaitu dengan mengambil harga terkecil di antara:
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
Ø . Nn = 0,9 Ag .fy
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
Ø. Nn = 0,75 Ae .fu
4. Diperhitungkanya penampang Efektif Ae, karena pada daerah sambungan terjadi
perlemahan elemen tarik akibat akibat dari :
Shear lag sehingga luas efektif harus direduksi dengan koefesien U
Pengurangan luas penampang karena pelubangan sehingga yang dipakai pada
daerah ini adalah luas bersih An
Maka besar luas penampang efektif ditentukan Ae = A.U
5. Selain diperiksa terhadap kegagalan pada suatu penampang (akibat leleh maupun
fraktur), komponen tarik harus diperiksa terhadap kemungkinan kegagalan akibat
terobeknya suatu blok pelat baja pada daerah sambungan. Kegagalan ini dikenal
dengan blok shear repture’
Struktur Baja Jembatan 70 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6. Terdapat dua tipe kondisi keruntuhan blok geser, yaitu :
a. Pelelehan geser – Fraktur tarik
Bila : fu Ant > 0,6fu Ans
t Nn = t (fu Ant + 0,6fy Ags).
b. Fraktur geser – Pelelehan tarik
Bila : fu Ant < 0,6fu Ans
t Nn = t (fy Agt + 0,6fu Ans)
7. Selain itu, perlu pula diperiksa kuat blok geser plat ujung batang terhadap geser
pada baut. Dengan syarat yang harus dipenuhi adalah :
t Tn = t ( 0,6.fu )Ans
8. Batasan kelangsingan untuk batang tarik dianjurkan dalam peraturan berdasarkan
pengalaman, engineering judgment dan kondisi-kondisi praktis seperti :
Menghindari kesulitan handling dan meminimalkan kerusakan dalam
fabrikasi, transportasi dan tahap konstruksi
Menghindari kendor (sag yang berlebih) akibat berat sendiri batang
Menghindari getaran.
Batasan kelangsingan, l, ditentukan sebagai berikut:
l < 240 , untuk komponen utama
l < 300 , untuk komponen sekunder
9. Penggunaan profil structural tunggal pada batang tarik lebih ekonomis
dibandingkan dengan profil tersusun. Penggunaan profil tersusun mungkin
diperlukan bila :
Kapasitas tarik dari batang tunggal tidak mencukupi
Rasio kelangsingan (rasio dari panjang tanpa topangan L dengan radius girasi
minimum r) tidak memberikan rigditas yang cukup.
Efek lentur yang dikombinasikan dengan perilaku tegangan membutuhkan
kekauan lateral yang lebih besar.
Masalah estetika.Struktur Baja Jembatan 71 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
10. Penggunaan Profil tersusun pada batang tarik harus menggunakan penghubung
antara elemen penampang yang berupa terali atau pelat kopel dengan persyaratan
yang ditentukan
3.2.1.9. Kunci Tes Formatif
1. Kuat Tarik Rencana
Sebuah batang tarik berupa pelat (2x150 cm disambungkan ke pelat berukuran
(2x30) cm dengan las memanjang sepanjang 20 cm pada kedua sisinya, seperti
terlihat pada gambar.
Mutu baja Fy = 2400 kg/cm2, fu = 4000 kg/cm2.
Hitung Berapa besar beban rencana, Nu, yang dapat dipikul batang tarik
Jawab :
Karena kedua plat yang disambung terbuat dari bahan yang sama, maka beban
rencana akan ditentukan oleh kuat tarik plat yang lebih kecil luas penampangnya,
yaitu plat 2x15.
Kriteria disain ; Nu Ø Nn
Kekuatan pelat, Nn ditentukan dari kondisi batas leleh dan fraktur :
a. Kondisi Leleh sepanjang batang:
Nu = Ø . Nn = 0,9 Ag .fy
0,9 . (2 x15) . 2400 = 64,8 ton
b. Kondisi Fraktur pada daerah sambungan:
Ø. Nn = 0,75 Ae .fu
Dimana : Ae = Ag . U
karena l/w = 20/15 = 1,33 Jadi U = 0,75Struktur Baja Jembatan 72 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Ae = 0,75 . (2 x15) = 22,5 cm 2
Maka : Ø. Nn = 0,75 Ae .fu
0,75 . (2 x15). 0,75 . 4000 = 67,5 ton
Dari hasil kedua nila kuat rencana (Nu) yang menentukan adalah nilai (Nu) yang
terkeci, yaitu pada kondisi pelat leleh Nu < 64.8 ton
2. Desain Penampang
Gaya yang harus dipikul batang tarik sepanjang 10 meter, adalah :
Beban mati : Pd = 50 ton dan beban hidup : P1 = 40 ton.
Rencanakan penampang batang tarik yang terbuat dari penampang I .WF mutu Fy
= 2400 kg/cm, fu= 4000kg/cm2 dengan kombinasi beban 1.4 Pd dan (1.2 Pd + 1.6
P1).
Jawab :
Beban rencana terfaktor, Nu:
Nu1 =1.4 Pd =1.4(50 ton) = 70 ton
Nu2 =1.2 Pd +1.6 P1= 1.2 (50 ton) + 1.6 (40 ton) = 124 ton
Nu2 menentukan. = 124 ton
Menhitung Ag minimum :
1. Kondisi leleh :
Nu = Ø. Nn = 0,9 Ag .fy
124.00 = 0,9 . Ag. 2400
2. Kondisi Fraktur :
Nu = Ø. Nn = 0,75 Ae .fu = 0,75 . (An .U ). fu
Untuk batang I. WF yang disambung pada kedua sayapnya seperti pada
gambar di bawah ini :
U=0.9 untuk b/h > 2/3
Struktur Baja Jembatan 73 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
124.00 = 0,75 . An. 0,9 . 4000
Berdasarkan Ag > 57.41 cm2, diambil IWF-200 dengan tf = 12 mm
Lubang baut ; d=2,5 cm
Jumlah luas lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang
= 4(2.5) (1.2) = 12 cm2
Maka dari kondisi fraktur diperoleh :
Ag min = An min + jumlah luas lubang baut
= 45.93 + 12 cm2
= 57.93 cm2
Dari kedua kondisi batas di atas, diambil harga terbesar :
Ag min = 57.93 cm2
Menghitung I – min untuk syarat kelangsingan :
i min = L/240 = 1000/240 cm = 4.17 cm >iy
Ambil : IWF 200.200.8.12
Cek : b/h = 1> 2/3 OK
A = 63.53 cm2 > 57.93cm2 Ok
iy = 5.02 cm > 4.17 OK (sedikit lebih boros)
Struktur Baja Jembatan 74 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Penggunaan baja struktur yang paling perlu perhatian adalah sebagai batang
tekan, yaitu komponen struktur yang memikul/mentransfer gaya tekan antara dua titik
pada struktur. Seluruh kekuatan batang dapat dimobilisasikan secara optimal hingga
mencapai kekuatan tertentu sebelum mencapai keruntuhan.
Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tekan apabila kekakuan tekuknya
dapat dipertanggungjawabkan pada berbagai kondisi tekuk. Yang secara umum
disyaratkan
..................................................................................................(1.3.2.2)
Selanjutnya Kekuatan tekan komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan
oleh :
A. Bahan :
a. Tegangan leleh
b. Tegangan sisa
c. Modulus elastis
B. Geometri :
a. Penampang
b. Panjang komponen
c. Kondisi ujung dan penopang
Selain itu Kondisi batas komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan oleh :
Tercapainya batas kekuatan
Tercapainya batas kestabilan
Dimana batas kestabilan komponen struktur yang memikul gaya tekan
harus ditinjau pada kondisi tekuk/ batas kestabilan yang perlu diperhitungkan
pada :
Tekuk local elemen plat
Tekuk lentur
Tekuk torsi atau kombinasi lentur dan torsi
Struktur Baja Jembatan 75 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.2.2. Perencanaan Batang Tekan
3.2.2.1. Faktor Panjang Tekuk
Komponen struktur dengan gaya aksial murni umumnya merupakan komponen
pada struktur segitiga (rangka batang) atau merupakan komponen struktur dengan
kedua ujung sendi. Untuk kasus-kasus ini, faktor panjang tekuk ditentukan tidak
kurang ditentukan dari panjang teoritisnya dari as-ke-as sambungan dengan
komponen struktur lainnya.
Lk = Kc . l > l ...................................................................................(1.3.2.2)
3.2.2.2. Batas Kelangsingan
Batas kelangsingan batang komponen struktur tekan dibatasi pada angka kelangsingan yang ditetapkan menurut teori perencanaan yang digunakan seperti berikut :
a. Untuk batang-batang yang direncanakan terhadap beban tekan, angka perbandingan
kelangsingan dibatasi :
....................................................................................................(2.3.2.2)
b. AISC (B7) menyatakan : “Kl/r preferably should not exceed 200”
3.2.2.3. Kemungkinan Terjadinya Tekuk
Beberapa kemungkinan terjadinya tekuk akibat gaya aksial tekan yang menyebabkan batang tidak setabil lagi adalah :
A. Tekuk Lokal Tekuk lokal terjadi apabila pada komponen struktur akibat gaya tekan terjadi :
Struktur Baja Jembatan 76 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sendi Sendi Jepit Bebas
Sendi Jepit Jepit Jepit
Lk Lk Lk Lk
Kc = 1 Kc = 0,7 Kc = 0,5 Kc = 2
Tekuk lokal apabila tegangan pada elemen-elemen penampang mencapai
tegangan kritis plat.
Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar,
perbandingan panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.
Perencanaan dapat disederhanakan dengan memilih perbandingan tebal dan lebar
elemen penampang yang menjamin tekuk local tidak akan terjadi sebelum tekuk
lentur. Hal ini diatur dalam peraturan dengan membatasi kelangsingan elemen
penampang komponen struktur tekan.
..............................................(3.3.2.2)
Besarnya lr ditentukan dalam Buku .7 BMS sebagai berikut :
.....................................................(4.3.2.2)
B.. Tekuk Lentur Kemungkinan-kemungkinan kondisi batas pada Tekuk lentur yang
diperhitungkan pada komponen struktur akibat gaya adalah :
a. Tercapainya batas kekuatan :
Komponen struktur mencapai tegangan leleh tanpa masalah kestabilan
Berdasarkan kekuatan penampang
b. Komponen struktur mengalami tekuk lentur inelastic :
Hasil test distandarisasi dengan persamaan interpolasi
Dipengaruhi oleh tegangan sisa dan ketidak sempurnaan awal
c. Komponen struktur mengalami tekuk lentur elastis :
Berdasarkan persamaan kestabilan persamaan kestabilan Euler
Dipengaruhi oleh ketidak sempurnaan awal
C. Tekuk Lentur – Torsi
Tekuk lentur-Torsi terjadi :
1. Pada umumnya kekuatan komponen struktur dengan beban aksial tekan murni
ditentukan oleh tekuk lentur. Efisiensi sedikit berkurang apabila tekuk local
terjadi sebelum tekuk lentur.
Struktur Baja Jembatan 77 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Beberapa jenis penampang berdinding tipis seperti L,T,Z dan C yang
umumnya mempunyai kekuatan torsi kecil, mungkin mengalami tekuk torsi
atau kombinasi tekuk lentur – torsi
3. Untuk kepraktisan perencanaan, peraturan tidak menyatakan perlu memeriksa
kondisi tekuk torsi/lentur – torsi apabila tekuk local tidak terjadi kecuali untuk
penampang L-ganda atau T
4. Untuk komponen struktur dengan penampang L-ganda atau T harus
dibandingkan kemungkinan terjadinya tekuk lentur pada kedua sumbu utama
dengan tekuk torsi/lentur – torsi
3.2.2.4. Penampang Majemuk
Komponen struktur yang penampang batangnya terdiri dari beberapa elemen
penampang yang dihubungkan pada tempat-tempat tertentu dengan pelat kopel,
seperti pada gambar 3.2.j , kekuatannya nominalnya harus dihitung terhadap sumbu
bahan dan sumbu bebas bahan, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kelangsingan arah sumbu bahan …….........…………….....…(5.3.2.2)
b. Kelangsingan arah sumbu bebas bahan ....…………….....…(6.3.2.2)
c. Kelangsingan idel .………………….......................…(7.3.2.2)
d. Elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk
………………………(8.3.2.2)
Struktur Baja Jembatan 78 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 3.2.j Contoh Susunan Penampang Batang Tekan Pada Rangka batang
Pelat Kopel sebagai penghubung elemen penampang, harus kuat dan stabil.
Agar Pelat kopel stabil, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
....................(9.3.2.2)
Pelat-pelat kopel harus dihitung dengan menganggap bahwa pada seluruh
panjang komponen struktur tersusun itu bekerja gaya lintang sebesar:
Du = 0,02 Nu (6.4-8) ………………………………………………(9.3.2.2.a)
dengan Nu, adalah kuat tekan perlu komponen struktur tersusun akibat beban -
bebanterfaktor. Anggapan di atas tidak boleh dipakai apabila komponen
Struktur Baja Jembatan 79 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
l
l
l X
Y
h
a
y1
x1
L
Pelat Kopel
1y1 i
lλ
Gambar. 3.2.k. Susunan Batang dengan penampang Majemuk
h
t
struktur yang ditinjau dibebani oleh gaya-gaya tegak lurus sumbu komponen
struktur atau dibebani oleh momen. Jadi tidak berlaku untuk komponen
struktur tersusun yang bebannya bukan hanya tekan sentris saja. Dalam hal
ini komponen struktur tersebut harus direncanakan terhadap gaya lintang yang
terbesar di antara yang dihitung dengan persamaan (9.3.2.2.a) di atas dan
gaya lintang yang sebenarnya terjadi.
Beberapa bentuk penampang profil tersusun, dengan berbagai
harga (m) yang bias diambil seperti pada gambar berikut :
Gambar 3.2.l. Sumbu yang memotong semua elemen komponen strukturStruktur Baja Jembatan 80 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Selanjutnya pada komponen struktur tersusun prismatis dengan elemen yang
dihubungkan oleh unsur diagonal seperti pada gambar {3.2.m (a,b,c,d,e)} di
bawah ini dan memikul gaya sentries
Gambar. 3.2.m komponen struktur tersusun prismatis dengan elemen yang
dihubungkan oleh unsur diagonal
Untuk menghitung kelangsingan komponen tersusun yang dihubungkan oleh unsur
diagonal seperti pada Gambar 6a, 6b, 6c, dan 6d, berlaku persamaan (5.3.2.2),
(6.3.2.2), dan (7.3.2.2) dengan rumus :
…………………………………………………(9.3.2.2.b)
Dan untuk gambar 3.2.l.e
……………………………………...(9.3.2.2.c)
dengan pengertian:
λl = kelangsingan komponen tersusun yang dihubungkan oleh unsur diagonal
A = luas penampang komponen struktur tersusun, dinyatakan dalam milimeter per
segi, (mm2);
Ad = luas penampang unsur diagonal, dinyatakan dalam milimeter per segi, (mm2);
Ld = panjang unsur diagonal, dinyatakan dalam milimeter, (mm);
Struktur Baja Jembatan 81 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Ll = panjang komponen struktur pada kedua ujungnya yang dibatasi oleh unsur
penghubung, dinyatakan dalam milimeter, (mm);
a = jarak antara dua pusat titik berat elemen komponen struktur, dinyatakan dalam
milimeter, (mm);
z = konstanta yang tercantum pada masing-masing gambar (Gambar 6).
Selanjutnya besar angka kelangsingan untuk profil tersusun yang jarak
Antara profil sama sengan tebal pelat simpulnya, dapat diambil besar jari-jari girasi
sebagai berikut :
a. Komponen struktur tersusun yang terdiri dari dua baja siku seperti pada Gambar 8a
dan 8b, hanya perlu dihitung terhadap tekuk pada arah sumbu bahan x-x;
b. Jika komponen struktur terdiri dari dua baja siku tidak sama kaki seperti pada
Gambar 8b maka dapat dipakai persamaan pendekatan sebagai berikut:
rx = 0,87.i0. …………..………………………………...(9.3.2.2.d)
dengan i0 adalah jari-jari girasi penampang komponen struktur tersusun terhadap
sumbu 0-0.
Rumus yang lebih teliti senantiasa dapat dipergunakan.
Gambar. 3.2. n Komponen struktur tersusun yang jarak antaranya sama
dengan tebal pelat kopel
c. Komponen struktur tersusun yang terdiri dari dua buah profil baja seperti pada
Gambar 8c dan 8d, perlu dihitung terhadap tekuk pada arah+ sumbu bebas bahan
dan arah sumbu bahan;
d. Untuk komponen struktur tersusun menurut Gambar 8c dan 8d, maka λiy dapat
diambil sama dengan λ y;
Struktur Baja Jembatan 82 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
e. Selanjutnya, perhitungan kekuatan dapat dilakukan sesuai dengan persamaan
(1.3.2.2) dengan memperhatikan syarat-syarat panjang tekuk.
3.2.2.5. Analisa Kekuatan Batang Tekan
Kekuatan Batang tekan yang mengalami tekuk telah dilakukan penelitiannya
oleh Euler yang telah kita kenal dengan besarnya gaya tekuk elastis Euler (Ncr).
Besar Ncr diambil dari besarnya gaya mulai terjadinya tekuk elastis pada batang
tekan yang kedua ujungnya dipegang oleh sendi, ditetapkan sebesar :
................................................................................. (10.3.2.1)
dimana untuk batang sendi-sendi Lk = L , Maka dengan mengganti Bilangan L
dengan Lk, Rumus Tekuk Elastis Euler berlaku untuk semua kondisi batang sebagai
berikut :
...............................................................................(11.3.2.1)
Besar Tegangan Kritis Tekuk Euler : Bila maka :
Dengan = Faktor Tekuk
Maka dengan luas penampang batang Ag dan mutu Baja fy yang sama. Besar
tergantung dari besarnya nilai Yang disebut dengan nilai Parameter
Kelangsingan Batang .
Yaitu = …………………......….(12.3.2.2)
Selanjutnya pada teori kekuatan batang tekan dengan Teori LRFD disyaratkan.
Batang tekan yang mengalami tekuk dikatakan kuat bila :
Struktur Baja Jembatan 83 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
…………………….......……………….……………....(13.3.2.2)
Dengan Besarnya Nn ditetapkan
………………........................…………….(13.3.2.2)
Dengan ketenetuan :
untuk …......…...............….(14.3.2.2)
Pada Kondisi ini Kekuatan Batang Tekan pada Kekuatan Plastis
untuk :
………………………………………..........….
(15.3.2.2) Pada Kondisi ini, Kekuatan Batang Tekan mencapai pada Kekuatan Inelastis
untuk lc 1,2 = 1,25lc
2 ………………………………......…....(16.3.2.2)
Pada Kondisi ini, Kekuatan Batang Tekan mencapai pada Kekuatan Elastis
Struktur Baja Jembatan 84 Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.2.2.6. FLOWCHART DESAIN KOMPONEN TEKAN
Mulai
Data tipe profil Dan ukuran profil
1
Struktur Baja Jembatan 85Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Analisa Struktur
Pembeban Hitung Gaya Tekan akibat masing-masing beban yg bekerja : ND ; NL ; NLR ; NR ; NW ; NE Hitung Gaya Tekan Ultimate “Nu “ dari kombinasi yang paling
Hitung “Nn” yang dibutuhkan
imin = l/300 , unt komponen sekunder
Hitung “imin“ yang dibutuhkan dari
ix min =
Iy min =
Ambil Profil yang memiliki :
ix ix min
iy ix min
Ambil profil yang memilikiAg Agmin
i imin
2
Hitung nilai perbandingan lebar/tebal Web & flens dari profil “l”
Hitung Niali Maksimum “l = l r ”
1
tidak
Ya
2
3.2.2.7. Rangkuman :
Struktur Baja Jembatan 86Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PemeriksaanKekompakan penampang
Profil“llr”
2
Hitung Kapasitas penampang terhadap kondisi tekuk lentur :
Hitung Kapasitas tekan penampang terhadap kondisi tekuk lentur-torsi :
“.Nn” Terpilih
“.Nn”Yang diperlukan akibat beban kerja
Selesai
Hitung Kapasitas Tekan PenampangNn = min { Nnx Nny Nnlt }
1. Suatu elemen direncanakan hanya memikul gaya tekan apabila kekakuan tekuknya
dapat dipertanggungjawabkan pada berbagai kondisi tekuk.
2. Kekuatan tekan komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan oleh :
a. Bahan : Tegangan leleh , Tegangan sisa, Modulus elastis
b. Geometri :
Penampang
Panjang komponen
Kondisi ujung dan penopang
Selain itu Kondisi batas komponen struktur yang memikul gaya tekan ditentukan oleh
Tercapainya batas kekuatan
Tercapainya batas kestabilan
3. Faktor panjang tekuk ditentukan tidak kurang dari panjang teoritisnya dari as-ke-as
sambungan dengan komponen struktur lainnya. Dengan panjang tekuk =
Lk = Kc . l > l .
4. Batas kelangsingan batang komponen struktur tekan dibatasi pada angka kelangsingan yang ditetapkan menurut teori perencanaan yang digunakan seperti berikut :
5. Kemungkinan Terjadinya Tekuk akibat gaya aksial tekan yang menyebabkan batang
tidak setabil lagi adalah :
A. Tekuk Lokal terjadi apabila pada komponen struktur akibat gaya tekan terjadi : Apabila tegangan pada elemen-elemen penampang mencapai tegangan kritis
plat.
Tegangan kritis plat tergantung dari perbandingan tebal dengan lebar,
perbandingan panjang dan tebal, kondisi tumpuan dan sifat material.
Perencanaan dapat disederhanakan dengan memilih perbandingan tebal dan
lebar elemen penampang yang menjamin tekuk local tidak akan terjadi sebelum
Struktur Baja Jembatan 87Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
tekuk lentur. Hal ini diatur dalam peraturan dengan membatasi kelangsingan
elemen penampang komponen struktur tekan
Besarnya lr ditentukan dalam Buku .7 BMS sebagai berikut :
B. Tekuk LenturTekuk lentur yang diperhitungkan pada komponen struktur akibat gaya dengan
syarat :
Dimana :
a. Tercapainya batas kekuatan Komponen struktur mencapai tegangan leleh tanpa
masalah kestabilan Berdasarkan kekuatan penampang bila :
b. Komponen struktur mengalami tekuk lentur inelastic bila :
c. Komponen struktur mengalami tekuk lentur elastis bila :
lc 1,2 = 1,25lc2
3.2.2.8. Kunci Tes Formatif
1. Tentukan gaya aksial terpaktor (Nu = .Nn) dari batang tekan profil I.WF.450.300 yang dibebani secara aksial pada gambar dibawah ini (mutu baja fy = 250 MPa)
Struktur Baja Jembatan 88Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
JAWAB :
Profil yang digunakan IWF 450.300.10.15 dengan besaran penampang sebagai berikut :
A = 135 cm2
ix = 18,6 cm
iy = 7,04 cm
a) Menentukan rasio kelangsingan
Untuk kondisi yang ujung-ujungnya jepit dan sendi: k = 0,8
Panjang tekuk : Lk = k.l
= (0,8) (4 m) = 3,2 m
Dari rasio kelangsingan didapat tekuk terjadi pada arah sumbu y-y (=sumbu lemah)
Karena :
b) Menentukan lc
c) Menentukan daya dukung nominal tekan
Cek apakah perbandingan lebar terhadap tebal flens penampang (kelangsingan
pelat) lebih kecil dari lr ll
lr =
Struktur Baja Jembatan 89Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.m
Nu
lf < lr………… ok (Jadi tidak terjadi tekuk local)
Rumus Nn = Ag, fcr = Ag fy dapat digunakan
(a)
0,25 < < 1,2 maka (a) = 1,43
1,6 – 0,67 ….
= 1,137
Daya dukung nominal :
Nn = Ag fy
(a)
= (13500)(250 x 10-3)
1,137
= 2968,3 kN
d) Menentukan gaya aksial terfaktor : Nu.
Nu< n Nn
……… = faktor reduksi kekuatan 0,85
Nu < (0,85) (2968.3)
Nu = 2523.0 kN
2. Berapa besar gaya tekan ultimate yang dimiliki penampang berikut ini, panjang
bentang 2,4 m
Besaran penampang
Ag = 655 mm2 ix = 18,7 mm ic = 20,0 mm
Ix = 230000 mm2 iy = 11,1 mm = 8,5 mm
Iy = 80700 mm2 e = 10,5 mm
a) Cek tekuk lokal
Struktur Baja Jembatan 90Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Profil L. 60.40.7
b) Estimasi jarak kopel minimum
c) Cek kestabilan elemen-elemen batang
d) Coba 6 daerah : =
e) Kelangsingan arah sumbu bahan
f) Cek: elemen-elemen batang harus lebih stabil dari barang majemuk
g) Kelangsingan arah sumbu bebas bahan
h) Kelangsingan ideal
i) Cek: elemen-elemen batang harus lebih stabil dari batang majemuk
j) Kestabilan batang majemuk
k) Pengecekan tekuk lentur-torsi
Kondisi batas yang menentukan adalah tekuk lentur torsi dan gaya tekan ultimate
yang bisa dipikul oleh batang ini adalah 89,8 kN.
3. Batang kenal tersusun seperti pada gambar direncakan memikul gaya tekan 2,50 kN
cek apakah batang tersebut mampu memikul gaya tersebut fy = 240 Mpa dan
panjang bentang 3 m.
Besaran penampang
Ag = 620 mm2 ix = 15 mm
Ix = 141000 mm2 iy = 10,4 mm
Iy = 67000 mm2 e = 13,3 mm
a) Cek tekuk total
Struktur Baja Jembatan 91Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
35 20 35
40
b) Estimasi jarak kopel minimum
c) Coba ambil 3 daerah
d) Cek kestabilan batang
e) Coba ambil daerah 6 sehingga:
f) Kelangsingan arah sumbu bahan ( sumbu x-x):
g) Cek kestabilan batang
h) Kelangsingan arah sumbu bebas bahan ( sumbu y-y):
i) Cek kestabilan batang
j) Perhitungan dimensi pelat kopel
Syarat kekakuan pelat kopel
Ambil t = 7 mm (sama dengan tebal flens) maka didapatkan h = 37,7 mm maka
ambil h = 40 mm
Cek kekuatan pelat kopel:
Balok adalah elemen struktur yang menahan beban transversal, pada umumnya
yang disebut balok selalu dalam posisi horizontal, pada struktur jembatan yang
termasuk balok lentur adalah ; Gelagar Induk dari Jembatan Balok Girder, Gelagar
Struktur Baja Jembatan 92Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.3. Balok Lentur Murni
memanjang dan Gelagar Melintang dari Jembatan Rangka batang, Balok Diafragma
yang merupakan elemen pengaku.
3.3.1. Profil Balok
Profil I.WF terbukti sebagai profil yang paling ekonmis dan profil ini telah
menggantikan penggunaan profil kanal dan I.NP. Profil kanal kadang-kadang
digunakan sebagai balaok kecil untuk beban ringan seperti gording, atau lokasi yang
memerlukan lebar flens kecil. Profil kanal mempunyai kemampuan menahan gaya
lateral yang kecil sehingga perlu diperkaku misalnya dengan trekstang seperti pada
Gording. Profil I.WF mempunyai lebih banyak material yang terkonsentrasi pada flens
dibandingkan dengan profil Kanal sehingga mempunyai momen inersia dan tahanan
momen untuk berat yang sama. Profil I.WF relatif lebih lebar dan mempunyai
kekakuan lateral yang cukup tinggi.
3.3.2. Rumus Lentur Murni
Sebagai pendahuluan pembahasan kita tinjau tegangan lentur pada balok persegi
Gambar 3.3.a. Asumsikan bahwa flens tekan balok dikenang secara menerus terhadap
tekuk lateral. Tekuk lateral dibahas secara khusus dalam Bab lain.
Jika suatu balok mendapat momen lentur, tegangan pada setiap titik dapat
dihitung dari rumus : .....................................................................(1.3.3)
Struktur Baja Jembatan 93Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Y
Y
X
X
Penampang I.WF lebih simetris. Dengan nilai Iy yang lebih besar disbanding Iy Profil Chanal . Sehingga lebih kaku untuk menahan Tekuk lateral yang biasa terjadi pada balok
Penampang [. NP tidak simetris pada sumbu Y . Dengan nilai Iy yang lebih kecil dibanding Iy Profil I.WF I Sehingga lebih lemah untuk menahan Tekuk lateral yang biasa terjadi pada balok
Perlu diingat bahwa rumus ini hanya dapat digunakan jika tegangan yang terjadi pada
balok masih dibawah batas elastis. Rumus ini didasarkan pada asumsi ::
tegangan sebanding dengan regangan
Penampang tetap datar sebelum dan sesudah terjadi lentur,
Dan lain-lain.
Nilan adalah konstanta yang disebut modulus Elastisitas penampang (S).
Rumus lentur dapat ditulis sebagai berikut : ……………………….…..(2.3.3)
Pada awalnya, jika momen diberikan pada balok tegangan akan berubah secara
linier dari sumbu netral ke serat ekstrim. Kondisi ini diperlihatkan dalam Gambar 3.3.a
(b), jika momen meningkat, tegangan akan terus bertambah secara linier hingga
tegangan leleh tercapai pada serat terluar, seperti yang diberikan dalam Gambar 3.3.a
(c) Momen leleh dari suatu penampang didefinisikan sebagai momen yang akan
menghasilkan tegangan leleh pada serat terluar penampang.
fb Fy Fy Fy Fy
fb Fy Fy Fy Fy .
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
Distribusi Tegangan Sesuai Tahapan Pembentukan Sendi Plastis
Gambar .3.3.a
Jika momen pada suatu balok baja daktil ditingkatkan sehingga melebihi
momen leleh pada serat terluar maka tegangan pada serta tersebut akan tetap yaitu
sebesar tegangaan lelehnya dan momen tahanan tambahan akan diberikan oleh serat
yang dekat dengan sumbu netral. Proses yang diperlihatkan dalam Gambar 3.3.a (d)
dan (e), akhirnya seluruh penampang mencapai tegangan leleh seperti pada Gambar
3.3.a (f). Perhatikan bahwa perubahan regangan dari sumbu netral ke serat terjauh tetap
linier untuk seluruh kasus di atas. Jika distribusi tegangan telah mencapai tahap ini
maka akan terbentuk satu sendi plastis karena tidak ada lagi momen yang dpat ditahan
Struktur Baja Jembatan 94Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
pada penampang tersebut. Jika ditambahkan momen luar pada penampang tersebut
maka balok akan berotasi dengan sedikit penambahan tegangan.
Momen plastis adalah momen yang menghasilkan plastisitas penuh pada
penampang balok dan membentuk sendi plastis. Perbandingan antara momen plastis
Mp terhadap momen leleh My disebut faktor bentuk shape factor). Nilai faktor bentuk
untuk penampang persegi adalah 1,50 dan untuk profil W,S,M berkisar antara 1,10 dan
1,20.
3.3.3. Kondisi Balok pada Desain Elastis
Sebelumnya hampir semua perencanaan balok baja didasarkan pada teori elastis.
Beban maksimum yang dapat dipikul oleh suatu struktur mencapai tegangan tegangan
lelehnya. Elemen direncanakan sedemikian rupa sehingga tegangan lentur akibat beban
layan (servis) tidak melampaui tegangan leleh dibagi dengan faktor keamanan
(misalnya 1, atau 2,0). Perencanaan yang dilakukan pada masa lalu dengan metoda ini
telah menunjukkan hasil yang baik. Tetapi juga disadari bahwa elemen daktil tidak
akan runtuh sebelum kelelehan yang cukup besar terjadi meskipun tegangan leleh yang
pertama telah terjadi pada struktur. Artinya elemen tersebut mempunyai rentang
(margin) keamanan yang cukup besar untuk terjadi keruntuhan dibandingkan dengan
terori Plastis.
Tegangan lentur yang terjadi masih belum optimum bekerja pada seluruh
penampang balok, seperti terlihat pada diagram tegangan Gambar.3.3.a bagian (b) dan
(c), disitu terliahat tegangan leleh terjadi hanya pada bagian sisi luar penampang,
sedangkan bagian sisi dalam, bahkan pada daerah titik netral penampang, tegangan
masih nol.
3.3.4. Modulus Penampang Elastis & Plastis
Momen leleh My sama dengan tegangan leleh dikalikan dengan modulus elastis.
Modulus elastis sama dengan untuk penampang persegi. Maka momen
Struktur Baja Jembatan 95Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
leleh . ............................................................................................
(3.3.3)
Hasil yang sama dapat diperoleh dengan meninjau momen kopel penampang yang diperlihatkan dalam Gambar .3.3.b
b fy
C
d 2/3.d
T
fy
Gambar. 3.3.b Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondisi Elastis
. b fy
C
d ½ .d
T
fy
Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondii Platis
Gambar. 3.3.c
Momen tahanan sama dengan T atau C dikalikan dengan lengan momen, yaitu :
My = …Terlihat bahwa dengan cara
ini didapat nilai modulus penampang elastis yang sama untuk penampang persegi, yaitu
………………………………………………………………….(4.3.3)
Momen tahanan pada plastis penuh dapat ditentukan dengan cara yang sama.
Hasil yang didapat disebut momen plastis, Mp. Nilai ini juga momen nominal
penampang Menghitung. Momen plastis atau nominal ini sama dengan T atau C
dikalikan dengan lengan momen. Untuk penampang persegi dalam Gambar 3.3.c. nilai
tersebut adalah :
Mp = Mn = ..
Struktur Baja Jembatan 96Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Momen platis sama dengan tegangan leleh dikalikan dengan modulus
plastisnya. Untuk penampang persegi, modulus penampang plastis Zx sama dengan
. ………………………………..……………………………
(5.3.3)
Faktor bentuknya Mp / My, adalah Fy.Z / Fy.S atau Z / S adalah
. …………………………………………………………………(6.3.3)
Hal ini menunjukkan bahwa modulus plastis sama dengan statis momen dari luas
penampang tertarik dan tertekan terhadap sumbu netral. Kecuali jika penampang
simetris, sumbu netral untuk kondisi plastis tidak akan berada pada lokasi yang sama
dengan sumbu netral kondisi elastis. Tegangan tekan dalam harus sama dengan
tegangan tekan akibat beban luar. Karena diasumsikan bahwa semua serat mempunai
tegangan yang sama pada kondisi plastis yaitu sebesar Fy, maka luas daerah diatas dan
dibawah sendi
plastis harus sama. Hal ini tidak berlaku untuk penampang tidak simetris pada kondisi
elastis.
3.3.5. Perencanaan Balok Akibat Momen Lentur
Jika beban gravitasi bekerja pada balok tumpuan sederhana dengan bentang
yang cukup panjang, balok tersebut akan melentur kebawah dengan bagian atas
tertekan dan berperilaku seperti batang tekan. Sebagaimana umumnya balok
mempunyai dimensi tinggi yang lebih besar dibandingkan lebarnya, sehingga momen
inersia bagian yang tertekan terhadap sumbu vertical (sumbu y) akan lebih kecil
dibandingkan momen inersia terhadap sumbu x, maka apabila pada balok tidak
diberikan sokongan lateral terhadap sumbu y, balok akan mengalami tekuk lateral
akibat beban yang lebih kecil seperti pada gambar.3.3.d berikut
Struktur Baja Jembatan 97Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Y
X
Y
Gambar.3.3.d. Balok Akibat Momen Lentur
Pada bab ini kekuatan balok ditinjau pada tekuk lateral dengan berbagai kondisi
sokong lateral yaitu pada Jarak sokong lateral Pendek, Jarak sokong lateral Sedang dan
Jarak sokong lateral Panjang, dengan kondisi penampang elemen bagian tertekan
bersifat Kompak .
Dalam Gambar 3.3.e diperlihatkan kurva yang menghubungkan besar momen
tekuk atau momen tahanan nominal balok terhadap panjang jarak sokongan lateral.
Mp
My
Mcr
Zona I Zona II Zona III
I. Lb < Lp Lp < Lb < Lr Lb > Lr .
Jarak sokongan lateral pada flens tekan, Lb
Dari Gambar 3.3.e. Momen Nominal sebagai Fungsi dari Panjang Tanpa
Sokongan pada Flens Tekan terlihat bahwa balok mempunyai tiga daerah tekuk
tergantung pada kondisi sokongan lateral yang diberikan. Jika pada balok diberikan
sokongan lateral menerus atau pada jarak yang pendek, maka balok akan menekuk
secara plastis dan termasuk dalam tekuk Zona 1. Dengan bertambahnya jarak sokongan
lateral, balok akan runtuh secara inelastic pada momen yang lebih kecil dan termasuk
Struktur Baja Jembatan 98Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar.3.3.e (Grafik hubungan antara Jarak sokong dengan besar Momen Nomnal )
dalam tekuk Zona 2, demikian seterusnya bila jarak sokong lateral ditambah terus,
balok kan runtuh secara elastis dan termasuk dalam tekuk Zona 3.
Besar batasan jarak sokong lateral Lp dan Lr ditentukan dengan rumus :
a. Untuk Profil I. WF dan chanal :
……………………………………………………..(7.3.3)
…………………………………(8.3.3)
b. Untuk Profil Kotak Pejal atau berongga :
…………………….........(9.3.3)
Jika pada flens tekan dikekang penuh sepanjang bentang secara lateral , pada
balok tidak akan terjadi tekuk Lateral melainkan terjadi Tekuk Lokal yang dipengaruhi
oleh kondisi sifat penampang elemen tertekan serti pada ilustrasi gambar.3.3.f. di
bawah .
Struktur Baja Jembatan 99Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Y
X
Gambar.3.3.f. Tekuk Lokal Akibat Momen Lentur
Dimana batasan pada kondisi sifat penampang ini ditetapkan sebagai berikut :
Penampang dikatakan Kompak Bila ( ) ……………….....(10.3.3)
Penampang dikatakan Tidak Kompak Bila ( ) ......................(11.3.3)
Penampang dikatakan Langsing Bila ( ).............................(12.3.3)
Dimana :
Nilai lp = dan lr = ...................................................(13.3.3)
fy dan fr dalam satuan Mpa
Dalam Gambar 3.3.f diperlihatkan kurva yang menghubungkan besar momen
nominal tekuk Lokal atau momen tahanan nominal balok terhadap sifat kondisi
penampang elemen flens tertekan
Mp
My
Mcr
Kompak Tidak Kompak Langsing
Struktur Baja Jembatan 100Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Y
- KOMPAK- TIDAK KOMPAK- LANGSING
lb < lp lp < lb < lr l > lr .
Gambar 3.3.g Grafik Momen Nominal sebagai Fungsi dari Sifat kondisi penampang
Flens Tekan
Selanjutnya secara umum dalam perencanaan dimensi penampang balok,
kekuatan balok terhadap momen lentur ditinjau pada tekuk lateral dengan berbagai
asumsi sebagai berikut :
1. Balok diasumsikan mempunyai sokongan lateral menerus pada flens tekan, dengan
kondisi penampang flens tertekan ditinjau terhadap kemungkinan Kompak , Tidak
Kompak dan Langsing
2. Balok dengan sokongan lateral pada interval yang pendek dengan persyaratan yang
ditentukan
3. Balok dengan panjang sokong lateral pada interval sedang dengan persyaratan yang
ditentukan
4. Balok dengan sokongan lateral pada interval yang panjang. dengan persyaratan
yang ditentukan
Pembahasan rinci dari besarnya momen nominal terhadap jenis tekuk pada balok
akibat beban lentur tersebut diberikan uraian seperti di bawah ini :
3.3.5.1. Momen Nominal Penampang Balok Terhadap Tekuk Lokal
Jika pada balok diberi sokong lateral penuh sepanjang bentang, maka besarnya
momen nominal tahanan tergantung dari kondisi kelangsingan elemen penampang
tertekan, yang ditentukan dari besarnya nilai berpandingan antara tebal dengan lebar
pelat flens tertekan yaitu :
1). Penampang pada kondisi kompak maka besar momen nominal penampang balok
tersebut dapat diambil Mn = MP = Fy . Z …….....……………………….(13.3.3)
2). Penampang pada kondisi tidak kompak, maka besar momen nominal
penampang balok tersebut diambil :
............................................................(14.3.3)
3). Penampang pada kondisi Langsing, maka besar momen nominal penampang balok
tersebut diambil :
......................................................................................(15.3.3)
Struktur Baja Jembatan 101Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.3.5.2. Momen Nominal Balok Terhadap Tekuk Lateral
A. Momen Nominal pada Balok dengan Jarak sokong Pendek (Zona 1).
Jika jarak sokongan lateral Lb dari flens tekan dari suatu penampang kompak I,
C, atau balok hybrid tidak lebih dari Lp yang ditetapkan maka besar Momen Nominal
kekuatan lentur balok terhadap sumbu kuat dapat diambil sebesar Momen Plastis yang
ditentukan dari :
Mn = MP = Fy . Z
Mu = . Mn dengan = 0,9
Untuk penampang dengan faktor bentuk yang tinggi, Spsifikasi LRFD
membatasi besar Mp hingga 1,5 My dan tidak berlaku untuk penampang hybrid dengan
tegangan leleh pada web lebih kecil dari tegangan leleh pada flens. Kelelehan web
untuk penampnag hybrid tidak menghasilkan deformasi inelastic yang cukup
signifikan. Untuk penampang hybrid, momen lelehnya sama dengan My = Fy . Sx.
Apabila kondisi sifat penampang tidak kompak, maka besar momen nominanya
diambil sama dengan besarnya momen nominal pada balok terhadap tekuk Lokal.
Namun hampir semua Profil yang diproses giling panas mempunyai sifat penampang
Kompak
B. Momen Nominal pada Balok dengan Jarak sokong Sedang (Zona 2).
Jika sokongan lateral flens tekan suatu balok diberikan pada jarak tertentu
sehingga balok dapat melentur hingga tercapai regangan leleh pada beberapa tapi tidak
seluruh bagian tekan sebelum terjadi tekuk lateral, yang terjadi adalah tekuk inelastic.
Dengan kata lain, sokongan yang ada tidak cukup bagi balok untuk mencapai distribusi
regangan plastis penuh sebelum terjadi tekuk.
Adanya tegangan residual menyebabkan leleh dimulai pada penampang yang
mendapat tegangan sama dengan Fy – Fr dimana Fy adalah tegangan leleh web dan Fr
adalah tegangan tekan residual yang diasumsikan sama dengan 10 ksi untuk profil hasil
rol (cetakan) dan 16,5ksi untuk profil hasil pengelasan.
Dalam rumus menentukan besarnya Momen tahanan Inelastis yang akan
diberikan untuk tekuk inelastic dan tekuk elastis, akan dimasukkan nilai koefisien
momen Cb. Yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tumpuan dan beban pada elemen.
Struktur Baja Jembatan 102Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sebagai ilustrasi diperlihatkan momen dalam balok tanpa sokongan pada
Gambar.3.3.h menghasilkan kondisi flens tekan yang lebih buruk dibandingkan dengan
momen dalam balok tanpa sokongan pada Gambar.3.3.i. Salah satu alasannya adalah
flens atas dari balok (a) menerima tekan pada seluruh panjangnya, sedangkan balok (b)
flens yang tertekan hanya sebagian saja.
Gambar 3.3.h Balok Satu Kelengkungan Gambar 3.3.i Balok Dua
Kelengkungan
Sehingga untuk balok tumpuan sederhana pada (a), Cb diambil sama dengan 1,0
sedangkan untuk balok (b) diambil lebih besar 1,0. Persamaan kapasitas momen untuk
Zona 2 dan 3 dikembangkan untuk balok tanpa sokongan lateral dengan kelengkungan
tunggal dimana Cb = 1,0. Seringkali balok tidak melentur dengan satu kelengkungan
sehingga balok dapat memikul momen lebih tinggi. Hal ini telah diperlihatkan dalam
Gambar.3.5.7.b. Untuk mengatasi masalah ini, spesifikasi LRFD memberikan
koefesien momen Cb lebih besar. Jika perencana selalu menggunakan Cb = 1,0 maka
yang bersangkutan kehilangan kesempatan untuk melakukan penghematan. Secara
umum besarnya Cb dihitung dengan rumus :
………………………….
(16.3.3)
Mmax adalah momen terbesar dalam segmen tanpa sokongan suatu balok, sedangkan
MA, MB dan MC masing-masing adalah momen pada jarak ¼,1/2, dan ¾ segmen
tanpa sokong balok tersebut.seperti dijelaskan pada gambar.3.3. berikut
Struktur Baja Jembatan 103Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Besarnya Momen Nominal Balok pada Tekuk Lateral Inelastis ini ditetapkan dengan
rumus :
........................................(17.3.3)
C. Momen Nominal pada Balok dengan Jarak sokong Panjang (Zona 3).
Jika suatu balok tidak diberikan sokongan lateral secara menerus, maka balok
tersebut dapat menekuk secara lateral terhadap sumbu lemah diantara dua sokongan
lateral yang tersedia tanpa mengalami perubahan bentuk penampang dengan tetap akan
terjadi balok melentur terhadap sumbu kuat.
Mula-mula balok akan melentur terhadap sumbu kuat hingga tercapai sampai
momen kritis Mcr. Pada saat tersebut balok akan menekuk secara lateral terhadap sumbu
lemah, flens tarik akan cenderung membuat balok tetap lurus, akibatnya tekuk pada
balok merupakan kombinasi dari lentur lateral dan torsi dari penampang balok. Kondisi
ini diilustrasikan dalam Gambar 3.3.f.
Menurut Spesifikasi LRFD, jika jarak sokongan lateral flens tekan balok lebih
besar dari Lr penampang akan menekuk secara elastis sebelum tegangan leleh tercapai
pada satu titik penampang. Momen kritis atau momen lentur-torsi Mcr dalam suatu
balok akan terdiri dari tahanan torsi dan tahanan warving dari penampang. Spesifikasi
LRFD memberikan persamaan untuk menentukan momen tekuk lentur – torsi, Mcr.
Rumus tersebut adalah :
Struktur Baja Jembatan 104Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Mmax MA MB MC
Gambar. 3.3.jPenyebaran momen pada elemen balok tanpa sokong samping
…………………………….
(18.3.3)
Atau dapat ditentukan dengan bentuk rumus lain :
……………………………(19.3.3)
Dimana :
G = Modulus geser elastis baja = 80.000 Mpa
E = Modullus Elastis = 200.000 Mpa
J = Konstanta puntir torsi (mm4)
Iw = Konatanta puntir lengkung (mm4)
3.3.5.3. Kekuatan Web dan Flens Balok Akibat Geser dan Beban Terpusat
Akibat beban lentur pada balok akan terjadi gaya geser karena tertariknya serat
dibagian bawah dan memendek di bgian atas, Pada umumnya gaya geser bukan hal
yang menimbulkan masalah dalam balok profil, karena bagian badan profil mqampu
menahan gaya geser yang cukup besar. Namun ada bebrapa kondisi yang menyebabkan
gaya geser cukup penting antara lain :
3. Beban terpusat berada ditempatkan didekat tumpuan, maka gaya geser akan
meningkat tanpa peningkatan momen lentur
4. Pada pertemuan dua elemen yang kaku dimana pelat badan terletak pada bidang
yang sama
5. Pada bagian pelat badan dipotong atau diberi takikan
6. Struktur balok dengan bentang yang relative pendek
7. Jika pelat badan profil terlalu tipis.
Rumus yang sudah banyak dikenal untuk menghitung tegangan geser pada balok tanpa
menerima gaya luar torsi adalah :
…………………………………………………………….…
(20.3.3)
Dimana :
Struktur Baja Jembatan 105Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
V = Gaya geser luar pada penampang yang ditinjau
Q = Statis momen penampang dibawah atau di atas serat yang ditinjau
I = Momen Inersia seluruh penampang
B = Tebal serat penampang yang ditinjau
Dari Grafik tegangan geser seperti pada gambar 3.3.j di bawah ini
Gambar 3.3.k Grafik tegangan geser
Besar kekuatan geser nominal dari penampang profil adalah tergantung dari besar
perbandingan tebal dan tinggi pelat badan apakah geser yang terjadi pada kondisi
plastis, Inelastic atau Elastis sebagai berikut :
1. Pelat Badan meleleh plastis jika : ……………..(21.3.3)
Besar Kuat geser Nominal adalah : ………………(22.3.3)
2. Pelat Badan Tertekuk Inelastis jika :
……………………………………(23.3.3)
Besar Kuat geser Nominal adalah :
………………………..…..(24.3.3)
3. Pelat Badan Tertekuk Elastis jika : ………….(25.3.3)
Besar Kuat geser Nominal adalah :
………………………………………………….
(26.3.3)
Struktur Baja Jembatan 106Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
fv
Dimana :
Balok dikatakan aman terhadap Gaya Geser bila dipenuhi syarat :
Vu . Vn ………………....………………………(27.3.3)
Akibat beban terpusat baik pada daerah tumpuan maupun pada daerah perletakan
balok anak, harus dikontrol terjadinya kerusakan local pada pelat badan, yang harus
dipenuhi syarat :
Ru . Rn ……………………………..…………………………
(28.3.3)
Besar Rn dihitung dengan ketentuan :
1. Di daerah Tumpuan :
Rn = (5.k + N) fy . tw………….………....………………………(29.3.3)
2. Di daerah Perletakan Balok anak :
Rn = (2,5.k + N) fy . tw ………….………....……………………(30.3.3)
Besar Ru dihitung dengan ketentuan :
Ru = (R x Ri)
Dimana :
K = Tebal Pelat sayap + jari2 peralihan
N = Lebar perletakan
Ri = Faktor beban
R = Beban Kerja
Seperti dijelaskan pada gambar 3.3.k berikut :
Struktur Baja Jembatan 107Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
NN+2,5.k
N N+5.kR
R
k
k
Gambar. 3.3..l Penyebaran Beban titik di Bagian Badan Profil
3.3.6.Rangkuma
1. Pada PERENCANAAN BALOK MOMEN LENTUR Perilaku Penampang
Balok akibat Lentur, yang biasanya profil balok memiliki harga momen Inesia
Ix lebih besar dibanding momen Inersia Iy pada sumbu lemah y-y. Maka
terjadi kemungkinan :
Þ Jika tidak diberikan sokongan lateral terhadap sumbu y maka balok akan
mengalami tekuk lateral (Lateral Buckling).
Þ Bila Lateral Buckling berlanjut atau dengan sokong samping penuh, balok
mengalami perubahan bentuk (Penampang Kompak / Tidak Kompak)
2. Maka dalam perencanaan Penampang balok dibedakan :
a. Balok diasumsikan mempunyai sokongan lateral menerus pada flens tekan
…..……..(0 = Lb)
b. Balok dengan sokong lateral pada interval pendek .......................( Lb <Lp )
c. Balok dengan sokongan lateral pada interval sedang .............. (Lp<Lb < Lr)
d. Balok dengan sokongan lateral pada interval panjang………… (Lb > Lr)
Struktur Baja Jembatan 108Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3. Besar Momen Nominal (Mn) sebagai Fungsi dari Kondisi Penampang pada
Balok Sokong Penuh :
Penampang Balok dikatakan Kompak Bila dipenuhi l lp
Besar Mn = Mp = 1,12.Sx.fy
Penampang Balok dikatakan Tidak Kompak Bila lr >l > lp
Besar Mn =
Penampang Balok dikatakan Langsing Bila l > lr
Besar Mn = Mr (lr / l )2
Dimana Mr = Sx (fy – fr) , fr = tegangan residu
4. Besar Nilai l, lp , lr ditetapkan sebagai berikut :
Struktur Baja Jembatan 109Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Kondisi ini akan mempengaruhi besar momen nominal (Mn)
SELANJUTNYA LIHAT SEKEMA BERIKUT :
a..Balok diasumsikan mempunyai sokongan lateral menerus pada flens tekan (0 = Lb)
b. Balok dengan sokong lateral pada interval pendek ( Lb <Lp )
c. Balok dengan sokongan lateral pada interval sedang (Lp<Lb < Lr) d. Balok dengan sokongan lateral pada interval panjang (Lb > Lr)
5. Sekema Penentuan Besar Momen Nominal Mn Pada Balok dengan panjang
Sokong Lateral pada Interval tertentu :
Struktur Baja Jembatan 110Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
6. Besar Momen Nominal (Mn) sebagai Fungsi dari Panjang Sokong Lateral
pada Flens Tekan Tanpa Sokongan :
Lentur Plastis (Zona. 1) (0 = Lb < Lp) ……………….. (Mn = Mp)
Lentur Inelastis (Zona. 2)(Lp < Lb < Lr), ... ………… .(Mn = Min)
(dgn memperhatikan beberapa faktor)
Lentur Elastis (Zona 3)(Lb > Lr), ………………….... .(Mn = Mcr)
7. Balok Lentur dikatakan aman terhadap beban kerja Bila……..Mn. Mu.
Besar Momen nominal (Mn) ditentukan :
a. Momen Plastis (Zona I) Jika Lb < Lp, Momen nominalnya Mn = Mp
Mp = fy.Zx = fy.1,12Sx Balok yang dihitung dengan rumus-rumus di
atas harus berpenampang kompak (syarat penampang kompak lp < lr )
Besarnya nilai-nilai : Lp, Lr, fr Cb, X1, dan X2 serta lp lr ditetapkan
dalam Buku SNI-T03-2005
Struktur Baja Jembatan 111Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b. Momen Inelastis (Zona II) : Jika Lr Lb > Lp, Momen nominalnya
Mn < Mp, dan hitung sbb :
Untuk Lb = Lr , Mn = Mr = Sx ( fy-fr) untuk Profil I.WF fr = 10 ksi
Untuk Lr > Lb > Lp,
Mn =
Balok yang dihitung dengan rumus-rumus di atas harus berpenampang
kompak (syarat penampang kompak lp < lr ) Besarnya nilai-nilai : Lp,
Lr, fr Cb, X1, dan X2 serta lp lr ditetapkan dalam Buku SNI-T-03- 2005
c. Momen Elastis (Zona III) : Jika Lb > Lr (Akan terjadi tekuk samping
yang berlanjut sebelum tegangan leleh terjadi).
Mn =
Balok yang dihitung dengan rumus-rumus di atas harus berpenampang
kompak (syarat penampang kompak lp < lr ) Besarnya nilai-nilai : Lp,
Lr, fr Cb, X1, dan X2 serta lp lr ditetapkan dalam Buku SNI-T-03- 2005
Bila penampang tidak kompak,harga Mn yang diambil adalah harga Mn
terkecil dari Kondisi Penampang balok dan jarak sokong samping.
Struktur Baja Jembatan 112Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
8.
Struktur Baja Jembatan 113Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.3.7. Kunci Tes Formatif
1. Diketahui Balok statis tak tentu menerima momen lentur seperti pada gambar
Penyelesaian :
MA =
MB =
MC =
Mu= 210.000 Nm
ANGGAP PENAMPANG KOMPAK DGN KONDISI PLASTIS :
Mu < Mn
Mn 1,12*Sx*fy
=0,9
1,12 koefesien penampang plastik untuk profil WF
fy = 275 Mpa 2750 kg/cm2 (salah satu mutu baja yang ada di pasaran
210.000 = 0,9 . 1,12 . Sx . 275
758 cm3 (satuan yang dipakai dalam tabel)
Dari Tabel profil baja baja didap;at
WF 400 * 200
Struktur Baja Jembatan 114Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
210000 Nm110000 Nm
q = 5 ton/m
Sx = 1190 cm3
Sy = 174 cm3
A = 84,1 cm2 b = 200 mm
Ix = 23700 cm4 tr = 13 mm
Iy = 1740 cm4 h = 400 mm
rx = 16,8 cm tw = 8 mm
ry = 4,54 cm r = 16 mm
Pemeriksaan kapasitas penampang :
(pelat sayap)
(pelat badan)
Penampang pada kondisi kompak:
Digunakan Rumus : Mn = Mp
Mn = Mp = 0,9*1,12*1190*2750
= 3298680 kg cm
= 330000 Nm > 210000 Nm OK
Pemeriksaan pengaruh panjang bentang
Misalkan tidak ada penyokong/ literal diantara tumpuan, jadi Lb = 600 cm
Maka didapat :
Struktur Baja Jembatan 115Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
J
G = 80000 Mpa 80000 kg/cm2
E = 200000 Mpa 2000000 kg/cm2
fL = fy fy fy –0,3fy = 0,7*275 = 1925 MPa
Jadi Lp < Lb < Lr Balok pada Kondisi Tekuk Inelastis (Zona.2)
maka digunakan persamaan :
Tentukan cb dengan persamaan :
Cb = 2,3
Mr = 1190 * 1925 = 2290750 kg cm = 229075 Nm
Didapat :
= 55169 Nm > Mp
Jadi Mn = 366520 Nm
Syarat Balok aman : Mu < Mp
Struktur Baja Jembatan 116Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
210000 Nm < 0,9*366520 Nm
< 32988 Nm (OK)
Periksa Kondisi pelat badan
atau lebih teliti 42,7 (lihat lw
tidak perlu pengaku
periksaan geser
Vu = 20,5 tm = 205 kN
kn = 5 (asumsi tidak ada pengaku vertikal)
jadi menggunakan persamaan;
Vn = 0,6 * 2750 * 40 * 0,8 = 52800 kg
Vu = 20,5 tm
20500 < 0,9 * 52800 kg (OK)
Pemeriksaan boleh dengan memtoda destruksi atau interaksi
Cek Persamaan Interaksi
Cek dengan metoda distribusi
Mf = Af df fy
= 20 * 1,3 (40-1,3)*2750
Struktur Baja Jembatan 117Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
= 2767050 kg cm = 276705 Nm
Mu < Mf
210000 < 0,9 * 276705
< 249034,5 Nm (OK)
3.3.5.5. Latihan Soal
Rencanakan dimensi balok bila balok diletakkan pada tumpuan sendi dan
rol (Balok sederhana) dengan beban merata termasuk berat sendiri (q = 4,75
ton/m) dan beban hidup berjalan q = 2,2 ton/m P = 8 ton. Bentang Balok L
= 7 m . Baja yang digunakan mutu BJ.37
3.4.1. Perencanaan Dimensi Batang Rangka
Struktur Baja Jembatan 118Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.4. Aplikasi Perencanaan Dimensi
Penampang elemen Struktur Jembatan Rangka
Batang Bidang
4. PERHI TUNGAN DI MENSI RANGKA BATANG
Gaya extrim a. Batang ( a ) = KN = Kg (tekan)b. Batang ( b ) = KN = Kg (tarik)c. Batang ( V ) = KN = Kg (tekan)d. Batang ( d ) = KN = Kg (tarik)
A. PENDIMENSIAN BATANG TEKAN DENGAN METODE PENDEKATAN
BATANG ( a6 )Panjang tekuk ( Lk ) = L ( sendi - sendi )
Lk = CmElastisitas Baja E = Kg/cm2Faktor keamanan sf = 3.00
P x Lk2 sf x 3.00
x E x
I min = Cm4
Dari Tabel : Dipilih Profil Ι WFS 400 x 400 x 605 Data Profil = Sx = Cm3
Sy = Cm3
Ix = Cm 4
Iy = Cm 4
tw = mm
tf = mm
h = mmb = mm
A = Cm2rx = Cmry = Cmr = mmd = mm
qbs= Kg/m
Cek kondisi Profil
P LkxA rx
dari tabel didapatkan x =
Lkyry
dari tabel didapatkan x =
= < Kg/cm2 ( oke )
PA
= < Kg/cm2 ( oke )
Jadi balok Ι WFS 400 x 400 x 605 dapat digunakan untuk BATANG ( a6 )
1,328.06 3,600.00
855,134.68770.10
tekan y - y
tekan y - y = 1.196
= x
1.196770.10
1,152.62 3,600.00
< ijin
tekan x - x = 1.038855,134.68
1.038
ly = =450.00
= 40.5411.10
=450.00
= 22.8419.70
< ijin lx = tekan x - x = x
314.00605.00
11.1022.00
770.1019.70
498.00432.00
45.00
70.00
298,000.00
94,400.00
12,000.00
4,370.00
202,500.00
9.87 2,000,000
26,317.89
214,541.90
450.002,000,000.00
I min = I min =855,134.68
8,551.3468 855,134.68450.4326 45,043.26
3,422.9908 342,299.082,145.4190
x
Struktur Baja Jembatan 119Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
B. PENDIMENSIAN BATANG TARIK (metode LRFD )BATANG ( b6)
P maksimum = KgBaja A 36 fy = 2.50 Kg/cm2 dimana : u = 0.90 untuk b/h > 2/3
fu = 4.10 Kg/cm2n = 8 bh (jumlah lubang baut pada 1 irisan tegak lurus penampang)baut = 3 CmLk = 450.00 Cm
1. Pada kondisi leleh
0.90 x
2. Pada kondisi Fraktur.
0.75 4 0.90
Diambil yang terbesar …………………………………………………….. = cm 2
Dari Tabel : Dipilih Profil Ι WFS 400 x 400 x 605 Data Profil = Sx = Cm3
Sy = Cm3
Ix = Cm 4
Iy = Cm 4
tw = mm
tf = mm
h = mmb = mm
A = Cm2rx = Cmry = Cmr = mmd = mm
qbs= Kg/m
Luas Lubang baut pada satu irisan tegak lurus penampang = tf x baut x n= 7.00 x 3.00 8.00
= Cm2
Maka dari kondisi fraktur diperoleh : Ag min = An + Jml. Luas lubang baut= +=
Dari kedua kondisi diatas diambil harga terbesar Ag min = Cm2 ( menentukan )
3. Cek terhadap kelangsingan
Syarat : <
< ( oke )Cek :
b/h = > 0.67 ( oke ) Syarat : b/h > 2/3
Jadi balok Ι WFS 400 x 400 x 605 dapat digunakan untuk BATANG ( b6)
40.54 240
0.87
16,443.79
16,443.79
Lk /imin 240
605.00
168.00
16,275.79 168.00
19.7011.1022.00
314.00
70.00
498.00432.00770.10
4,370.00
298,000.00
94,400.00
45.00
Ag min 20,019.22
12,000.00
= 16,275.79 cm 20,75 * fu * u
An >P
Ag2 =45,043.26
+
20,019.22 cm 20,9 * fy 2.50
45,043.26
Ag min >P Ag min =
45,043.26=
3.4.2. Perencanaan Gelagar Melintang
Struktur Baja Jembatan 120Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
*). Perencanaan dimensi gelagar melintangKoefisien penampang plastis untuk WF = =
Syarat yang harus dipenuhi
MU Mn
Mn = 1,12. SX . fy
xx 1.12 x 240
WF 400 . 400 .20. 35SX =
SY =
IX =
IY =
iX =
iY =r = = cmA =h = = cmb = = cmtf = = cmtw = = cm
lf
lP
….. OK (Penampang kompak)
lw
lP
….. OK (Penampang kompak)
5.8
15.7
10.97
108.44
1930
119
cm38,170
SX =
0.85
1.12
39,400
Coba
mm3
0.851,831,639 1000= = 8,016,627
cm3
= cm38,017
cm
cm4
cm4
cm
18.2
10.4mm 2.2cm2
22360.7
428407
mm 3.5
mm 42.8mm 40.7
mm 23520
lf
lw
lP
108.4
lP
10.97
Pelat badan
Pelat sayap
fy
Mu
.12,1.
10. 3
tf.2
b
tw
2.r-2.tf-h
fy
170
fy
1680
Struktur Baja Jembatan 121Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
@ Pemeriksaan pengaruh panjang bentang
L = b = m = cm
EFy
MU = Mp
Lb < Lp Balok pada zona I dalam kondisi Plastis
@ Periksa plat badan ;
htw
@ Periksa terhadap geser ;Vu = Kn = KgKn = 5
Syarat ; htw
Vn = 0,6 x fy x h x tw = Kg
Syarat Vu < Vn
< ….. Ok !
@ Periksa dengan cara interaksi ;
WF 400 . 400 .20. 35 …. OK ! Untuk gelagar melintang
5.5 550
= 1.76 x 10.40 200,000
< 1.375
= 21 < =
Lp = 1.76 .iy
75,983 110,938
123,264
= 21 <
760
183.60
= 1.409 < 1.375
…. Ok !=
=
1,866,682 110,938 1,831,639
+ 0.625 x
cm240
75,983
528
75,983
……… OK ! Tidak perlu pengaku
71
fy
E36,6
fy
Ekn.1,1
Vn
Vu
Mn
Mu
625,0
Struktur Baja Jembatan 122Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
3.4.3 Perencanaan Gelagar MemanjangUntuk Perencanaan diambil (J embatan pada kelas muatan A.IVu = 100% x Dmax Total = KN = Nm
Mu = 100% x MU Total = KN = Nm
Mutu baja BJ .37 = Fy = Mpa = KN/m2
Fu = Mpa = KN/m2
=
@ Syarat yang harus dipenuhi
Koefisien penampang plastis untuk WF = (Khusus untuk Profil I.WF)
MU Mn
Mn =
Mn = x Sx x Fy =
MU . 10 3
.Fy
= mm3 = cm3
Coba ; WF 400 .300 . 9 . 14
SX =
SY =
IX =
IY =
iX =
iY =r = = cmA =h = = cmb = = cmtf = = cmtw = = cmd =
@ Kontrol kekuatan Terhadap Kapasitas Penampang (Balok tidak tersokong )
Pelat sayap ;2 tf
Pelat badan ;
370
=
mm
cm
38.6
10.68
34.89
0.91.4
2,400
203,280
3,700
279,510,000
=lf
lw =
h - 2.tf - 2.rtw
1.12
279,510
=
203.28
228.48
0.85
240
279.51
SX
cm4
1,740 418
33,700
6,240
cm4
cm3
2.2
29.9
cm3
mmmm
=
1,223
14
386
299
9
1.12
16.70
7.21
120.10
22
b =
mm314
mm
mm
cm2
1.12
,3,346
cm
Struktur Baja Jembatan 123Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Pelat sayap ;
Pelat badan ;
Mn = Mp = x Sx x Fy = kgcm
@ Pemeriksaan pengaruh panjang bentang Balok Tidak disokong penuh ) Lb = l = m = cm
E
Fy
j = 1/3 h .tf 3+ 2.b.tw3 = 0.33 x + = cm 4
G = Mpa = Kg/cm2
E = Mpa = Kg/cm2
FL = 0,70 . Fy = Mpa = Kg/cm2
X X X
Sx
= Kg/cm2 = Mpa
Sx 22 30 2
J .G 4
J adi ; Lp < L < Lr
< <
Balok pada zona II dalam kondisi Elastis
Lr - LbLr - Lp
Bila Mn > Mp maka Mn = Mp
Bila Mn < Mp maka Mn = Mn hasil perhitungan
Mn.> Mu = MP. Reduksi > Mu = 3.10e6 . 0,85 > 279,5 KNm
Cm4/Kg
cm
49.84 120.1
….. OK (Penampang kompak)
….. OK (Penampang kompak)
Mp
1,740
2,000,000
1.8483
800,000
39,870,027
105.92
x
=
43.59
1,680
10.97
108.4 34.89
10.68
550
2,000,000
10.97
800,000
1.76
Mr)-
3E+06
=900,348
1,680
4
x
x
lw
lP =
lP =
lf
lP
Fy
lP
170
=
Lp
1680
Mn = Cb
366.3
Mp
E.G.J .A
200,000
Lr
X2
X1 =
=
=
2
124,875
4 x x
7.21240
366
49.84
2
12,487
0.7057
200,000
Mpx
1.7141E-06
= Cm990.54
Fy
3.14
108.44
=
5.50
=Iy.h2 /4
1740
550 991
Iy
x-
467,712 292,320 =+
=
=
=
80,000
=
(Mp
2.3 292,320
=
= 1.76 .iy
168
1.12
2.211.1
FLXFL
iyX
Struktur Baja Jembatan 124Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Mr = Sx .FL = Kg/cm = Nm
Mp = fy . Zx= fy. (1,12. Sx) = x 1.12 x = Nm
= Kg/cm
= Nm
Syarat ; Mu Mn x 0.85
@ Periksa plat badan ;
htw
@ Periksa terhadap geser ;Vu = Kn = KgKn = 5
Syarat ; htw
Vn = 0,6 x fy x h x tw = Kg
Syarat Vu < Vn
< ….. Ok !
@ Periksa dengan cara interaksi ;
WF 400 .300 . 9 . 14 …. OK ! Untuk gelagar memanjang
292,320
4,677,120 467,712
<
645,314
20,328 45,023
= 43
203.28
279,510
279,510
759,193
1.375
50,026
= 183.60
0.7153 <=
= …. Ok !71
……… OK ! Tidak perlu pengaku
< 1.375
<
20,328
759,193
1740
2,923,200
240
645,314 203
45,023 + 0.625 x
280
= 42.9fy
E36,6
fy
Ekn.1,1
Vn
Vu
Mn
Mu
625,0
Struktur Baja Jembatan 125Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
SUB POKOK BAHASAN (UNIT) :4.1. Sambungan Dengan Baut4.2. Perencanaan Kebutuhan Baut4.3. Sambungan Dengan Las 4.4. Perencanaan Kebutuhan Las4.5. Aplikasi Perhitungan Sambungan pada Jembatan
Rangka
7. Tujuan Pembelajaran Umum :Mampu mengaplikasikan teori perencanaan baja pada perencanaan elemen struktur
jembatan baja
8. Tujuan Pemeblajara Khusus :m. Menjelaskan Jenis dan Sifat-sifat Pembebanan Pada Jembatan
n. Menjelaskan teori dan Persyaratan pembebanan pada perencanaan jembatan
o. Menjelaskan Konvigurasi pembebanan pada masing-masing elemen struktur
jembatan
p. Menghitung Besarnya Beban rencana pada masing-masing elemen struktur
jembatan akibat beban kerja
Struktur Baja Jembatan 126Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
PERENCANAAN STRUKTUR SAMBUNGAN
BAB
4
ILUSTRASI
Keandalan struktur baja yang telah direncanakan dimensi elemen
stnya,dmenjamin bekerja dengan mekanisme yang direncanakan dengan
baiktergantung dar keandalan struktur sambungannya. Berdasarkan perilaku struktur
yang direncanakan, sambungan pada struktur baja dibedakan menjadi :
1. Sambungan Kaku adalah sambungan yang memilki kekakuan yang cukup untuk
mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung terhadap beban kerja.
2. Sambungan Semi Kaku adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan cukup
untuk mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung terhadap beban
kerja. Tetapi memilki kapasitas yang cukup untuk memberikan kekangan yang
dapat diukur terhadap besarnya perubahan sudut-sudut antara elemen struktur.
3. Sambungan Sederhana adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan untuk
mempertahankan perubahan sudut-sudut elemen struktur. Sambungan yang
demikian ini tidak bisa menerima momen.
Pada dasarnya suatu struktur sambungan terdiri dari :
a. Komponen struktur yang disambung, berupa Balok, kolom, ataupun Batang
Tekan dan Batang Tarik
b. Alat Penyambung dapat berupa Pengencang (fastener), Baut Biasa (ordinary
Bolts), Baut Mutu Tinggi (high streength bolts), sambungan dengan las (wled) serta
yang sudah jarang digunakan Paku keling (rivet)
c. Elemen Penyambung berupa pelat buhul atau pelat/profil penyambung Struktur
Jembatan baja adalah merupakan gabungan dari batang-batang tersendiri yang
disambungkan satu dengan yang lain sehingga membentuk struktur yang sesuai
dengan yang diinginkan, seperti sruktur Jembatan Rangka Batang seperti pada
gambar berikut
Struktur Baja Jembatan 127Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.1. Struktur Sambungan Dengan Baut
Gambar. 4.1.aRangkaian Struktur Jembatan Rangka Batang
Dalam struktur jembatan baja, untuk menyambung satu bagian konstruksi dengan
bagian konstruksi yang lain, diperlukan konstruksi sambungan dan alat sambung yang
sesuai dengan strukturnya dan dapat menerima beban yang bekerja serta mentransfer
beban tersebut dari bagian konstruksi yang lain (misal sambungan antara Batang
Rangka dan Gelagar melintang pada Jembatan Rangka batang atau sambungan pada
titik simpul batang rnagka.)
4.1.1. Jenis Alat Sambung Baut
Dalam konstruksi Bangunan Baja (Jembatan baja, Bangunan Gedung dll), alat
sambung baut yang sering digunakan tergantung kebutuhan dari struktur bangunan
tersebut, apakah struktur bersifat permanen atau semi permanen dan sifat dari
sambungan. Apakah sambungan bersifat sendi atau kaku (Rigid). Ada dua jenis Baut
yang sering digunakan antara lain :
a . Baut Biasa / Baut Hitam
b. Baut Mutu Tinggi
A. Baut Hitam / Baut Biasa :
Adalah baut yang dibuat dari baja karbon rendah yang memenuhi standar
ASTM A-307, digunakan pada sambungan dengan struktur ringan atau sambungan
yang tidak kaku (rigid). Seperti Rangka Kuda-kuda, sambungan Gording dsb.
Terdapat dua jenis Baut Biasa yaitu :
Baut dengan Ulir Penuh : Seluruh panjang batang Baut diulir penuh, sehingga
dibagian bidang geser penampang baut harus diperhitungkan pada penampang
dengan diameter dalam ulir / diameter Kren (du) .
Struktur Baja Jembatan 128Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 4.1.b Susunan Sambungan antara Pada Jembatan Rangka Batang
Baut dengan Ulir sebagian : Bagian yang diulir hanya sebagian (bagian bidang
geser utuh tidak diperhitungkan pada penampang dengan diameter luar ulir
/diameter nominal (dn).
Pada kepala baut biasanya ditulis kode mutu baut, yang menunjukkan besar
tegangan leleh minimum baut seperti 4.6 atau 4,8, yang artinya :
Kode 4,6 = Baut Dengan Tegangan leleh =
Kode 4,8 = Baut Dengan Tegangan leleh =
Ukuran Baut hitam yang sering dipergunakan dalam struktur baja dapat diambil
seperti dalam Tabel berikut
Diameter Nominal (dn) Tinggi
Mur (mm)
Diameter
Inti (du) mm
KODE
Inch Mm
.3/8 9,52 9 7,49 M10
.1/2 12,70 13 9,99 M12
.5/8 15,87 16 12,92 M16
.3/4 19,05 19 15,80 M20
.7/8 22,22 22 18,61 M22
1 25,40 25 21,34 M 25
1,5 38,10 38 32,68 M38
TABEL.4.1.a. BAUT HITAM (Diambil dari Tabel Profil Baja)
Struktur Baja Jembatan 129Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
du
Gambar. 4.1.d. Baut Hitam Ulir Penuh
du dn
Gambar. 4.1.c. Baut Hitam Ulir Sebagian
B. Baut Mutu Tinggi (High Strength Bolt) :
Baut mutu tinggi biasanya digunakan pada sambungan yang rigid (kaku),
dengan kekuatan tarik yang sangat tinggi, baut mutu tinggi, dapat menahan geseran
pada bidang sambungan, yang dalam penggunaannya baut mutu tinggi disertai
dengan sebuah Ring.
Baut mutu tinggi yang sering digunakan adalh Baut mutu tinggi dengan kode A
325 dan A 490 yang dituliskan pada kepala baut seperti pada Gmabar berikut :
Berikut adalah Daftar Kekuatan Tarik Baut Mutu Tinggi A 325 dan A 490 dengan beberapa diameter nominal :
DiameterNominal (D)
Dimensi Baut A325 & A490 Kekuatan Tarik (KN)
Kepala Baut Mur A325 A490Inch Mm F H PjU W H (KN) (KN).1/2 12,7 .7/8 .5/16 1 1 .7/8 53 67.5/8 16 17/16 25/64 .4/5 17/16 39/64 85 107.3/4 19 .5/4 15/32 .11/8 .5/4 47/64 125 156.7/8 22 23/16 35/64 .3/2 23/16 55/64 173 218
1 25,4 13/6 39/64 .7/4 .13/8 63/64 227 285.9/8 29 29/16 .11/16 2 29/16 1 17/64 249 356.5/4 32 2 25/32 2 2 1 17/32 316 454.11/8 35 35/16 27/32 2 2 1 11/32 378 538.3/2 38 .11/6 15/16 .9/4 .11/8 1 15/32 458 658
4.1.2. Tata Letak Baut
Tata letak baut adalah menyusun posisi jumlah baut yang harus dipasang agar
didapatkan sambungan yang memenuhi syarat yaitu :
cukup kuat.
cukup rapat dan
Struktur Baja Jembatan 130Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
du D
Gambar. 4.1.d. Baut Mutu Tinggi
A.490
F
H
PjU
Panjang Baut
W
H H
TABEL. 4.1.b. Besar Ukuran dan Kekuatan Tarik Baut Mutu Tinggi
cukup tempat.
Penempatan susunan baut memperhatikan arah gaya yang ditahan oleh kelompok baut
tersebut, terutama pada susunan baut yang dibuat silang seperti pada gambar berikut,
luas bidang efektif pada batang yang disembung dihitung sepanjang garis kritis (garis
selang-seling)
Gambar. 4.1.e. Susunan Letak Baut Silang
4.1.2.1. Jumlah Baut :
Agar mendapatkan kekuatan baut yang optimium dengan asumsi beban ang
diterima masing-masing baut sama besarnya. Maka disyaratkan, kecuali untuk unsur
ikatan ringan dan sandaran, jumlah baut sejajar dengan arah garis kerja beban harus
mempunyai jumlah minimum dua baut. Dan maksimum lima Baut, dengan susunan
sebagai berikut :
Struktur Baja Jembatan 131Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 4.1.e Letak Jumlah minimum Baut sejajar arah gaya
4.1.2.2. Ukuran Baut
Diamater Baut untuk unsur yang memikul beban tidak boleh kurang dari
diameter nominal 16 mm.
Diameter baut tidak boleh lebih dari 2 kali ketebalan bagian tertipis dalam hubungan.
Persyaratan ini tidak bertaku untuk pelat pengisi.
Diameter baut datam profil siku yang memikul beban tidak boleh lebih dari seperempat
lebar kaki profil dimana baut ditempatkan.
4.1.2.3. Jarak Antara Baut
Jarak maksimum antara baut tepi dengan ujung pelat yang disambung harus
sebesar 12 dikali tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan atau 1,5 kali diameter
baut, tetapi tidak boleh melebihi 150 mm.
Jarak maksimum antara as baut tidak boleh lebih dari 7 kali diameter baut atau 15 kali
tebal pelat tertipis yang disambung .
Jarak minimum antara as baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut atau 12 kali
tebal pelat tertipis yang disambung.
4.1.2.4, Lubang-lubang
Diameter nominal lubang yang selesai harus 2 mm lebih besar dari diameter
nominal baut untuk baut dengan diameter tidak melebihi 24 mm. dan tidak lebih dari 3
mm lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar.
Lubang yang kebesaran dapat digunakan dalam tiap atau semua pelat lapis dari
hubungan tumpuan atau gesek dengan syarat bahwa dipasang pelat cincin ketas diatas
Struktur Baja Jembatan 132Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
U S U
U = Jarak Baut ke tepi Pelat yang disambungS = Jarak antara Asa baut
lubang kebesaran yaitu dibawah kepala baut dan mur. Diameter lubang kebesaran tidak
boleh melebihi nilai terbesar dari.
1.25 df atau df + 8 mm
Lubang sela pendek dapat digunakan dalam tiap atau semua pelat lapis dari
hubungan tumpuan atau gesek, dengan syarat bahwa di pasang pelat cincin keras diatas
lubang sela yaitu dibawah kepala baut dan mur. Lubang sela pendek tidak boleh lebih
paniang dari nilai terbesar:
1.33 df atau df + 10 mm
Lubang sela panjang hanya dapat digunakan dalam pelat lapis bergantian dalam
hubungan tumpuan atau gesek dengan syarat bahwa digunakan pelat cincin dengan
tebal minimum 8 mm untuk menutup seluruh lubang sela panjang dibawah kepala baut
dan murnya. Lubang sela paniang tidak boleh lebih paniang dari 2.5 df.
Hubungan yang memikul gaya geser dapat mempunyai lubang kebesaranm, sela
pendek atau sela panjang dengan pembatasan berikut:
i. sambungan gesek -tidak dibatasi
ii. sambungan tumpuan - lubang seta hanya boleh digunakan bila hubungan tidak
dibebani eksentris dan bila baut dapat menumpu merata, dan bila seta adalah tegak
lurus pada arah beban.
4.1.3. Kuat Nominal Baut (Rn)
Kuat Nominal Baut adalah besarnya daya dukung satu baut pada sambngan
tersebut yang tergantung dari Diameter dan mutu Baut, tebal pelat dan mutu pelat yang
disambung serta tipe sambungan terhadap gaya geser yang bekerja.
Sehingga Kekuatan Nominal Baut harus ditinjau terhadap tiga kemungkinan
kerusakan sebagai berikut :
a. Pada Baut Putus, Kekuatan Sambungan dihitung terhadap kekuatan Geser
Penampang Baut.( Pada kekuatan ini sambungan dibagi dua tipe geser, yaitu ;
Geser Tungal dengan luas penampang bidang geser = Satu luas penampang baut
dan Geser Ganda dengan luas bidang geser (m) kali luas penampang baut.
b. Pada Pelat rusak, Kekuatan Baut dihitung terhadap kekuatan Tumpu (Desak) bagian
tertipis dari Pelat yang disambung
Struktur Baja Jembatan 133Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
c. Pada Pelat Putus, sudah diperhitungkan pada perencanaan dimensi batang, sehingga
pada kekuatan sambungan tidak perlu ditinjau.
Gambar berikut menunjukan beberapa kemungkinan kerusakan yang terjadi pada
daerah sambungan yang harus diperhatikan
Gambar. 4.1.f. Kemungkinan Kerusakan Sambungan
Sambungan Baut dinyatakan aman bila terpenuhi syarat :
Besar Beban terfaktor Ru harus lebih kecil dari Besar Kekuatan Nominal Baut Rn
tereduksi, yang dinyatakan dengan Rumus :
..........................................................................(1.4.1)
Besar Kekuatan Nominal dihitung dengan ketentuan :
Luas baut Hitam diberikan dalam tabel sebagai berikut
Nominal Diameter of Bolt
Diameter Nominal Bautdf (1)
Bolt Areas Luas Baut mm2
AC (2) At (2) Ao (2)
M16 144 157 201
M20 225 245 314
M24 324 353 452
M30 519 561 706
M36 759 817 1016
TABEL. 4..1.c Luas Bidang Penampang Baut
Struktur Baja Jembatan 134Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Catatan : (1) Notasi “M” berarti baut metrik (2) AC = luas inti baut, yang diulir
At = luas untuk menghitung kekuatan tarikAo = luas bagian polos nominal yang tidak diulir
A. Kekuatan Geser Nominal Baut
Kekuatan geser nominal, Rnf, dari baut harus dihitung sebagai berikut:
Rnf = 0.62 fuf kr (nn Ao + nx Ao) .......................................................(2.4.1.)
Nominal Diameter of BoltDiamter Nominal Baut mm M16 M20 M24 M30 M36
Minimum Bolt TensionTarikan Minimum Baut (fuf )KN/m2 95 145 210 335 490
Tabel .4.1.d. Tarikan Baut Minimum
dengan:
fuf = kekuatan tarik minimum baut (lihat Tabel 4.1.d)
kr = Untuk semua hubungan lain, kr = 1.0. kecuali seperti yang diberikan
dalam (Tabel 17.20 BMS Buku.7)
nn = jumlah bidang geser melalui bagian baut yang berulir
Ac = luas diameter lebin kecil pada baut (lihat Tabel. 4.1.c)
nx = jumlah bidang geser melalui bagian baut yang tidak berulir
Ao = luas batang polos nominal pada baut (lihat Tabel 4.1.c)
B. Kekuatan Tarik Nominal Baut
Kekuatan tarik nominal baut, Rnt, harus dibitung sebagai berikut:
Rnt = At fuf …………………………………….......….(3.4.1.)
C. Kekuatan Tumpuan Nominal Pelat Lapis
Kekuatan tumpuan nominal pelat tertipis, Rnb, harus dihitung sebagai berikut:
Rnb = 3.2 df tp fup ………………………………….(4.4.1)
Struktur Baja Jembatan 135Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
dengan syarat bahwa, untuk pelat tertipis yang memikul komponen gaya yang
bekerja menuju suatu ujung, kekuatan tumpuan nominal dari nilai terkecil dari yang
diberikan oleh Rumus berikut:
Rnb’ = ae tp fup ………………………………….(5.4.1)
dengan:
df = diameter baut
tp = tebal pelat lapis
fup = kekuatan tarik pelat lapis
ae = jarak minimum dari ujung lubang baut terdekat ke uiung pelat tertipis,
dalam arah kerja gaya, ditambah setengah diameter baut.
D. Kekuatan Geser Nominal Baut dalam Hubungan Gesek
Kekuatan ini hanya didapat dari sambungan yang menggunakan Baut Mutu Tinggi
yang dilaksanakan pengencangannya dengan menggunakan kunci Torsi.
Kekuatan geser nominal baut dalam hubungan gesek, Raf, harus dihitung sebagai
berikut:
Raf = µ nei Nti Kh ………...………………......…….(6.4.1)
dengan:
µ = faktor ge!incir gesek ditentukan dalam ayat 7.12.1.7.2. Buku .7
BMS
nei = Jumlah permukaan antara efektip
Nti = tarikan baut minimum pada pemasangan diberikan dalam Tabel.4.1.b
kh = faktor untuk berbagai jenis baut, seperti spesifikasi dalam pasal 7.12.6.5;
Buku.7 BMS
= 1.0 untuk lubang standar;
= 0.85 untuk lubang sela pendek dan kebesaran;
= 0.70 untuk lubang sela panjang.
Struktur Baja Jembatan 136Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.1.4. Rangkuman :
1. sambungan pada struktur baja dibedakan menjadi :
a. Sambungan Kaku adalah sambungan yang memilki kekakuan yang cukup
untuk mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung terhadap
beban kerja.
b. Sambungan Semi Kaku adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan
cukup untuk mempertahankan sudut-sudut anara elemen yang disambung
terhadap beban kerja. Tetapi memilki kapasitas yang cukup untuk memberikan
kekangan yang dapat diukur terhadap besarnya perubahan sudut-sudut antara
elemen struktur.
c. Sambungan Sederhana adalah sambungan yang tidak memilki kekakuan untuk
mempertahankan perubahan sudut-sudut elemen struktur. Sambungan yang
demikian ini tidak bisa menerima momen.
2. Pada dasarnya suatu struktur sambungan terdiri dari :
a. Komponen struktur yang disambung, berupa Balok, kolom, ataupun Batang
Tekan dan Batang Tarik
b. Alat Penyambung dapat berupa Pengencang (fastener), Baut Biasa (ordinary
Bolts), Baut Mutu Tinggi (high streength bolts), sambungan dengan las (wled)
serta yang sudah jarang digunakan Paku keling (rivet)
c. Elemen Penyambung berupa pelat buhul atau pelat/profil penyambung
3. Ada dua jenis Baut yang sering digunakan antara lain :
a.Baut Biasa / Baut Hitam
b.Baut Mutu Tinggi
4. Sambungan harus memenuhi syarat yaitu :
cukup kuat.
cukup rapat dan
cukup tempat.
Struktur Baja Jembatan 137Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
5. Penempatan susunan baut memperhatikan arah gaya yang ditahan oleh kelompok
baut tersebut.
6. jumlah baut sejajar dengan arah garis kerja beban harus mempunyai jumlah
minimum dua baut. Dan maksimum lima Baut, dengan susunan sebagai berikut :
7. Jarak maksimum antara baut tepi dengan ujung pelat yang disambung harus sebesar
12 dikali tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan atau 1,5 kali diameter baut,
tetapi tidak boleh melebihi 150 mm.
Jarak maksimum antara as baut tidak boleh lebih dari 7 kali diameter baut atau 15
kali tebal pelat tertipis yang disambung .
Jarak minimum antara as baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut atau 12
kali tebal pelat tertipis yang disambung.
Struktur Baja Jembatan 138Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
U S U
U = Jarak Baut ke tepi Pelat yang disambungS = Jarak antara Asa baut
7. Kekuatan Nominal Baut hars ditinjau terhadap tiga kemungkinan kerusakan sebagai
berikut
8. Sambungan Baut dinyatakan aman bila terpenuhi syarat :
Besar Beban terfaktor Ru harus lebih kecil dari Besar Kekuatan Nominal Baut Rn
tereduksi, yang dinyatakan dengan Rumus :
9. Kekuatan Nominal Baut dihitung arga terkevcil dari :
A. Kekuatan Geser Nominal Baut
Kekuatan geser nominal, Rnf, dari baut harus dihitung sebagai berikut:
Rnf = 0.62 fuf kr (nn Ao + nx Ao)
B. Kekuatan Tarik Nominal Baut
Kekuatan tarik nominal baut, Rnt, harus dibitung sebagai berikut:
Rnt = At fuf
C. Kekuatan Tumpuan Nominal Pelat Lapis
Kekuatan tumpuan nominal pelat tertipis, Rnb, harus dihitung sebagai berikut:
Rnb = 3.2 df tp fup
Struktur Baja Jembatan 139Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
a. Pada Baut Putus, Kekuatan Sambungan dihitung terhadap kekuatan Geser
Penampang Baut.( Pada kekuatan ini sambungan dibagi dua tipe geser, yaitu ;
Geser Tungal dengan luas penampang bidang geser = Satu luas penampang
baut dan Geser Ganda dengan luas bidang geser (m) kali luas penampang
baut.
b. Pada Pelat rusak, Kekuatan Baut dihitung terhadap kekuatan Tumpu (Desak)
bagian tertipis dari Pelat yang disambung
c. Pada Pelat Putus, sudah diperhitungkan pada perencanaan dimensi batang,
sehingga pada kekuatan sambungan tidak perlu ditinjau.
dengan syarat bahwa, untuk pelat tertipis yang memikul komponen gaya yang
bekerja menuju suatu ujung, kekuatan tumpuan nominal dari nilai terkecil dari
yang diberikan oleh Rumus berikut:
Rnb’ = ae tp fup
D. Kekuatan Geser Nominal Baut dalam Hubungan Gesek
Kekuatan ini hanya didapat dari sambungan yang menggunakan Baut Mutu
Tinggi yang dilaksanakan pengencangannya dengan menggunakan kunci Torsi.
Kekuatan geser nominal baut dalam hubungan gesek, Raf, harus dihitung sebagai
berikut:
Raf = µ nei Nti Kh
Struktur Baja Jembatan 140Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.1.5. Kunci Tes Formatif
1. Ditinjau dari Perilakuk Struktur ada berapa jenis sambungan .
2. Pada prinsipnya Struktur sambungan terdiri dari ?
3. Bagaimana syarat sambungan yang baik ?
4. Ada berapa jenis Baut yang digunakan pada sambungan struktur baja
5. Gambarkan bentuk dari Baut Biasa dan Baut Mutu Tinggi, Jelaskan bedanya ?
6. Ada berapa jenis mutu Baut Mutu Tinggi ?
7. Ada berapa macam besar kekuatan nominal baut yang ditetapkan
8. Apa yang dimaksud kekuatan Nominal Baut ?
9. Bagaimana syarat Sambungan Baut dinyatakan kuat dan aman ?
10. Gambarkan susunan sambungan Baut yang memenuhi syarat ? Tentukan jarak-
jarak antara Baut ?
Struktur Baja Jembatan 141Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sepeti yang dijelaskan pada ad).4.2.(Unit.10), bahwa alat sambungan yang
digunakan pada struktur baja terdapat dua jenis Baut, yaitu ; Baut Biasa dan Baut Mutu
Tinggi. Dimana pada kedua baut tersebut telah ditetapkan besar tegangan dan kekuatan
nominal baut. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka analisa kebutuhan baut dan
kekuatan sambungan dapat ditetapkan tergantung sifat pembebanan yang bekerja
terhadap penampang kelompok baut pada sambungan.
4.2.1. Sifat Pembebanan Terhadap Penampang Baut
Analisa kebutuhan baut pada sambungan adalah, menentukan / merencanakan
jumlah kebutuhan baut serta susunannya untuk dapat menahan beban kerja pada
sambungan tersebut.
Ditinjau dari leta.k Garis kerja gaya terhadap titik berat susunan alat sambung, analisa
kebutuhan alat sambung dibedakan menjadi
A. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut dapat diperhitungkan adanya beban yang diterima secara merata
pada setiap baut.
B. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban tidak melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa Momen
sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.
Beberapa sambungan dalam konstruksi Jembatan Baja yang termasuk jenis sambungan
Struktur Baja Jembatan 142Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.2. Analisa Kebutuhan Baut Pada Sambungan
Gambar. 4.2.a. Sambungan Baut Dengan Beban Sentris
Eksentris ini adalah
4.2.2. Analisa Kebutuhan Baut dan Kekuatan Sambungan :
Dalam Analisa kebutuhan baut dan kekuatan sambungan adalah menentukan
jumlah baut yang diperlukan dan menyusunan letak baut pada sambungan agar
Struktur Baja Jembatan 143Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 4.2.a. Sambungan Baut Dengan Beban Eksentris
didapatkan jumlah baut yang efisien dan susunan letak baut yang efektif berdasarkan
besar dan sifat beben yang bekerja
4.2.2.1. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Sentris
Pada sambungan ini merupakan analisa kekuatan sambungan yang peling
sederhana, dengan sifat beban yang sentris pada sambungan ini, jumlah kebutuhan baut
yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan sumsi seluruh jumlah baut yang ada
menerima beban yang bekerja sama rata, dengan rumus :
...........................................................(1.4.2.)
Dimana :
Nu = Beban kerja terfaktor
Rn = Kekuatan Nominal Minimal Baut
= Faktor Reduksi kekuatan
n = Jumlah Baut yang Dibutuhkan
Bila terdapat jumlah baut lebih dari lima, maka baut harus dipasang lebih dari satu baris
arah garis kerja beban yang bekerja
4.2.2.2. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Bila garis kerja gaya yang bekerja tidak melalui titik berat penampang
kelompok alat sambung, atau bekerja beban momen. Pada jenis sambungan ini
dibedakan menjadi dua type sambungan sebagai yaitu :
1). Sambungan Eksentris Menahan Geser dan Lentur
Pada Alat sambung (Baut) mengalami tegangan tarik lentur dengan titik putar
didaerah bagian pelat yang disambung yang mengalami desakan dan Geser akibat
longsornya sambungan. Sambungan Eksentris Men
2). ahan Geser murni
Pada Alat sambung (Baut) mengalami tegangan Geser akibat longsor dan
berputarnya sambungan dengan titik putar di titik pusat penampang susunan Baut.
Struktur Baja Jembatan 144Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
A. Sambungan Dengan Beban Eksentris Yang menahan Geser Lentur
Jenis sambungan ini sering disebut dengan sambungan konsol, P bekerja sejauh (e)
dari bidang pisang sambungan, sehingga pada susunan penampang Baut timbul
beban
Mu = P. e. .......................................................................(2.4.2)
Akibat beban kerja P dan momen M. Penampang Baut tergeser dan bekerja gaya
tarik T. Besar tegangan geser dan Gaya Tarik T dihitung sebagai berikut :
Akibat Gaya P (Ditinjau Kekuatan Geser)
Seluruh, penampang Baut yang ada terjadi tegangan geser sebesar :
........................................................................(3.4.2)
Struktur Baja Jembatan 145Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 4.2.b Sambungan Eksentris Menahan Geser dan Lentur
Besar tegangan tersebut dia atas adalah besar tegangan yang terjadi di setiap satu
baut.
Tegangan ijin Geser baut adalah :
…………………….….(4.4.2)
Akibat Beban M (Ditinjau Kekuatan Tarik)
Pada penampang baut terjadi momen lentur dengan titik netral yang terletak
sejauh (a) dari ujung pelat tertekan, sehingga terjadi diagram tegangan sebagai
berikut (pada kondisi Elastis atau pada kondisi Plastis) , Pada baut menerima
tegangan tarik (Ti) sebesar :
a. Pada Kondisi Elastis
Pada baut menerima tegangan tarik tidak merata, yang paling kritis adalah baut
yang paling atas
Besar jarak (a) diasumsikan (missal 0 < a letak baut yang paling bawah = y)
T3
Y3
Y1 y2
a Y
Dengan melakukan statis momen terhadap serat atas , diperoleh :
...............................................(5.4.2)
Struktur Baja Jembatan 146Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Bila : a y {maka asumsi letak garis netral (a) OKE}, bila a y maka asumsi
letak (a) dipindah ke antara baut paling bawah dengan baut diatasnya. Demikian
seterusnya sampai didapat letak (a) yang benar.
Setelah didapat posisi (a) yang benar , maka :
Menghitung besar gaya tarik T3 :
.......................................................................................
(6.4.2)
………………………………………………..
(7.4.2)
Kuat Ijin Tarik satu baut dihitung :
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv dan T3 Rn
Apabila terjadi kondisi sebaliknya, bila cukup tempat susunan baut diperbesar
jarak antara baut. Atau diameter baut diperbesar.
b. Pada Kondisi Plastis
Pada kondisi ini kekuatan baut dihitung sampai pada kekuatan batas yaitu
seluruh bauat yang ada menerima tegangan tarik yang sama rata ditetapkan
sebesar Rn sepeeti pada gambar diagram tegangan tarik di bawah.
Seperti pada kondisi elastis, untuk menentukan besar jarak (a) yang sebenarnya
diasumsikan ( missal 0 < a letak baut yang paling bawah = y)
Rn
Y3
Y1 y2
Y a
Struktur Baja Jembatan 147Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
b
Gaya nominal tarik Baut dihitung :
Dengan melakukan statis momen terhadap serat atas , diperoleh :
……………………………………………(7.4.2)
Bila : a y {maka asumsi letak garis netral (a) OKE}, bila a y maka
asumsi letak (a) dipindah ke antara baut paling bawah dengan baut diatasnya.
Demikian seterusnya sampai didapat letak (a) yang benar.
Setelah didapat posisi (a) yang benar , maka :
Menghitung besarnya Momen nominal sambungan (Mn) :
…………………(8.4.2)
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv dan Mu Mn
Seperti pada perhitungan dengan kondisi Elastis. Apabila terjadi kondisi
sebaliknya, bila cukup tempat susunan baut diperbesar jarak antara baut. Atau
diameter baut diperbesar.
Struktur Baja Jembatan 148Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
B. Sambungan Eksentris Yang Menahan Geser murni
Jenis sambungan ini sering disebut dengan sambungan konsol, P bekerja sejauh
(e) dari titik berat susunan baut (Titik Z), sehingga pada penampang Baut timbul
beban M = P. e yang bekerja sejajar dengan bidang pisang sambungan.
Akibat beban kerja P dan momen M. Penampang Baut tergeser longsor ke bawah
dan berputar dengan titik putar (titik netral ) di titik Z .
Maka pada seluruh baut terjadi gaya geser, dengan titik baut yang paling kritis
adalah baut yang paling jauh dari titik netral Z , yaitu bekerja Gaya geser sebesar
(seperti gambar di atas). Besar KR dihitung sebagai berikut:
# Akibat Gaya P:Akibat beban P sambungan akan longsor ke bawah,s eluruh baut menerima
gaya geser merata sebesar
.....................................................(9.4.2)
Struktur Baja Jembatan 149Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 4.2.c Sambungan Eksentris yang menahan Geser Murni
#. Akibat Beban M:
Akibat beban M yang bekerja di titik Z. maka pada titik-titik penampang baut
terjadi kaya kopel (Ki), seperti pada contoh gambar di atas, dapat diuraikan
sebagai berikut:
M = K1 . r1 + K2 . r2 + K3 . r3 + K4 . r4 + … + Kn . rn
Dimana besar r1, r2, r3, r4 adalah sama
Maka:
Didapat :
K1 = r1 (Kn/rn), K2 = r2 (Kn/rn), K3 = r3 (Kn/rn), K4 = r4 (Kn/rn) … dst.
Jadi : a
M = (Kn/rn) (r12 + r2
2 + r32 + r4
2) = (Kn/rn) ri2
I=1
Maka :
…………………....
(10.4.2)
Bila : ri = ,didapat r12 = X1
2 + Y12
Selanjutnya Kn dapat diuraikan menjadi Knx dan Kny
.....................................................................(11.4.2)
Dan
.................................................................((12.4.2)
untuk mempermudah perhitungan mencari KiX dan Kiy dapat dilakukan
dengan menggunakan tabel sebagai berikut:
Struktur Baja Jembatan 150Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Tabel perhitungan Gaya yang bekerja pada Baut akibat Beban Momen & P
No. Baut
Gaya yang bekerja pada bautAkibat Beban Momen Akibat P
KpXi Yi Xi2 Yi
2 Kx Ky
123---n
Jumlah
Dengan demikian maka besarnya Gaya yang bekerja (KR) pada Baut paling
kritis (Baut No. 4) adalah merupakan Resultant dari gaya-gaya K4X, K4Y dan Kp,
dapat dihitung sebesar :
.........................................................(13.4.2)
Sambungan dinyatakan kuat menerima beban kerja bila KR < Rn
Besar Rn dihitung = Kutan geser nominal baut terkecil dari pasal.4.1
Struktur Baja Jembatan 151Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.2.3. Rangkuman
1. Secara garis besar terdapat dua jenis sifat pembebanan yang bekerja pada sambungan
baut yaitu :
A. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut dapat diperhitungkan adanya beban yang diterima secara
merata pada setiap baut.
jumlah kebutuhan baut yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan sumsi
seluruh jumlah baut yang ada menerima beban yang bekerja sama rata, dengan
rumus :
Bila terdapat jumlah baut lebih dari lima, maka baut harus dipasang lebih dari satu
baris arah garis kerja beban yang bekerja
B. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Sambungan Baut dimana garis kerja beban tidak melalui titik berat susunan baut,
sehingga susunan baut harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa Momen
sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.
Struktur Baja Jembatan 152Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Beberapa sambungan dalam konstruksi Jembatan Baja yang termasuk jenis
sambungan Eksentris ini adalah
2. Ada dua Jenis sambungan yang Menahan Beban eksentris, yaitu :
a. Sambungan Eksentris yang menahan Gesesr Murni ; Seluruh Baut menerima Gaya
geser Murni.
Gaya yang bekerja (KR) pada Baut paling kritis (Baut No. 4) adalah merupakan
Resultant dari gaya-gaya K4X, K4Y dan Kp, dapat dihitung sebesar :
Struktur Baja Jembatan 153Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sambungan dinyatakan kuat menerima beban kerja bila KR < Rn
b. Sambungan Eksentris yang menahan beban Geser Lentur ; Baut menahan Gaya
Tarik lentur dan Gaya Geser yang bersamaan .
Pada Sambungan jenis ini kekuatan sambungan dapat dihitung dengan dua
kondisi, yaitu ;
Pada Kondisi ELASTIS,
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv dan T3 Rn
Pada Kondisi PLASTIS,
Menghitung besarnya Momen nominal sambungan (Mn) :
Sambungan dikatakan kuat / aman terhadap beban kerja bila dipenuhi syarat :
fuv fdv dan Mu Mn
Struktur Baja Jembatan 154Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.2.4. Kunci Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan analisa kebutuhan Baut pada struktur sambungan Baut ?
2. Ada berapa sifat Pembebanan yang bekerja pada struktur sambungan baut ?
3. Apa yang dimaksud Sambungan Baut Menahan Beban Sentris ? Gambarkan yang
jelas
4. Tuliskan Rumus untuk menentukan jumlah Baut yang diperlukan pada struktur
sambungan Baut yang menahan Beban sentris ?
5. Ada berapa Macam Sambungan Baut Yang menahan Beban Eksentris ? Sebutkan
Perbedaannya ?
6. Gambarkan Struktur sambungan Baut yang Akibat beban eksentris menahan Geser
Murni
7. Tulis Rumus Besar beban yang bekerja pada baut ?
8. Gambarkan Struktur sambungan Baut yang Akibat beban eksentris menahan Geser
Lentur
9. Tulis Rumus Besar beban yang bekerja pada baut ?
10. Perhitungan Sambungan Eksentris ?
Struktur Baja Jembatan 155Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
SAMBUNGAN GESER MURNI
Syarat Pola letak baut :2,5 d < S < 7d Atau 14 t
2,5 d < u < 7d Atau 14 t1,5d < s1 < 3d atau 6t
Diameter baut = 1.6 CmBaut mutu tinggi = A-325
fub
= 8,250 Kg/cm2
fy = 3,600 Kg/cm2 ( plat )Rumus yang digunakan :
dimana :
Rn = * ( F'b * Ab ) m F'b = 0.60 fy baut = Kg /Cm2
= 0.85Rn = Kekuatan nominal baut
Xi2 + Yi2 n = Jumlah bautRi mak = Gaya mak. Pada baut No. ….
Xi2 + Yi2 Ab = 2.0 Cm 2
Rp = P / n
4,950.0
Rmv =M * Xi
Rmh = M * Yi
Ri mak = (Rmv + Rp ) 2 + ( Rmh ) 2
Struktur Baja Jembatan 156Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sambungan pada Gelagar Memanjang
Jarak baut : Plat penyambung :S = mm = 15.00 cm h = 23.00 cmS1 = mm = 7.00 cm t = 3.00 cmSI' = mm = 5.00 cm e = 22.00 CmU = mm = 13.00 cmBidang geser ( m ) = 2Jumlah baris ( ni ) = 2 Ditinjau satu sisiJumlah kolom ( k ) = 2P = VA G. Memanjang = KgMomen = P * e = Kg cm
Tabel perhitungan :
X Y1 -7.5 6.52 7.5 6.5 Maksimum3 7.5 -6.54 -7.5 -6.5
Rn = 0.85 x ( x 2.01 ) x 2 = Kg /Cm2
Jadi Rn = Kg /Cm2 > Ri mak = Kg /Cm2 OK
103.40
150.070.050.0
130.00
10340.00
No. baut
Gaya yang bekerja pada baut ( Kg )KeteranganGaya akibat momen Gaya akibat P
Total ( Ri )X2 Y2 Rmv
5,730.140.00 5,730.14
227,480.00
Rmh Rp3,752.84 0.0056.25 42.25 -4,330.20
0.00
56.25 42.25 4,330.20 3,752.840.00
5,730.1456.25 42.25 4,330.2056.25 42.25 -4,330.20 -3,752.84
-3,752.84 5,730.14
225.00 169.00394.00
4,950 16,919.36
16,919.36 5,730.14
GAMBAR SAMBUNGAN
GELAGAR MEMANJ ANG
Tanpa skala
4.3.1. Proses Pengelasan
Sambungan las yang dilakukan adalah pengelasan dengan las panas busur listrik
dengan bahan tambahan las berupa Electroda, Arus listrik didapat dari alat Generator
Khusus yang mempunyai daya amper dan voltage yang bisa diatur disesuaikan dengan
batang yang disambung dan jenis elektroda yang digunakan.
Las sebagai alat sambung yang digunakan pada struktur baja Sipil baik gedung
maupun jembatan, terdapat dua proses pengelasan yang sering digunakan yaitu :
a. Proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) Las logam terlindung
merupakan proses pengelasan yang paling sederhana dan paling muah, yang
sering digunakan pada pengelasan di lapangan, yaitu penyambungan bagian-
bagian struktur menjadi struktur. Yang sering disebut Proses pengelasan
Elektroda Tongkat Manual, Proses pengelasan ini juga sering digunakan pada
pengelasan pabrikasi di workshop.
b. Proses pengelasan SAW (Submegged Arc Welding) Las Logam terbenam, yang
sering digunakan pada pengelasan pabrikasi di Wokrshop, yaitu pengelasan
bagian-bagian struktur yang akan dirangkai di lapangan.
Selanjutnya masih banyak jenis proses pengelasan yang ada, yang jarang dan
hampir tidak pernah digunakan pada pengelasan Baja struktur sipil. Diantaranya :
c. Proses pengelasan GMAW (Gas Metal Arc Welding),
d. Proses pengelasan berinti Fluks FCAW (Flux Cored Arc Welding)
e. Proses pengelasan ESW (Electro Slag Welding)
Struktur Baja Jembatan 157Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.3. Struktur Sambungan Dengan Las
Generator
Arus Positif
Arus Neatif
Elektroda
Panas Busur Listrik
Bahan Dasar
Gambar. 4.3.a Sketsa Proses Pengelasan Listrik
4.3.2. Jenis Las dan Ketebalan Rencana
Terdapat empat Jenis pengelasan yang dilakukan sebagai alat sambung Las pada
struktur baja yaitu :
4.3.2.1.Las Tumpul (Groove weld) :
Las tumpul biasanya dilakukan pada sambungan sebidang untuk
penyambungan ujung-ujung pelat datar dengan ketebalan yang sama atau hampir sama.
Terdapat dua macam las tumpul yaitu :
Las Tumpul Penetrasi Penuh ; dimana pada sambungan terdapat penyatuan antara
las dan bahan yang disambung sepanjang kedalaman penuh sambungan
Las Tumpul Penetrasi Sebagian ; dimana kedalaman penetrasi lebih kecil daripada
kedalaman penuh sambungan.
Ukuran Las adalah jarak antara permukaan luar las terhadap kedalaman
penetrasi yang terkecil.
Ketebalan Rencana Las Tumpul (tt) adalah tebal penampang retak las yang
diperhitungkan untuk perhitungan kekuatan nominal las. ditetapkan sebagai berkut :
Untuk Las Tumpul Penetrasi penuh, tebal rencana las adalah kuran las yang ada.
Untuk Las Tumpul Penetrasi sebagian adalah :
Bila Sudut antara bagian yang disambung 600 :
Las satu sisi tt = (d - 3) mm
Las dua sisi tt = (d3 + d4 – 6) mm
Bila Sudut antara bagian yang disambung > 600 :
Las satu sisi tt = d mm
Struktur Baja Jembatan 158Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sambungan Datar sama tebal Sambungan Datar tkd sama tebal
Gambar. 4.3.b Penggunaan Las Tumpul pada Sambungan Datar
Las dua sisi tt = (d3 + d4) mm
Dimana ; d , d3, d4 adalah kedalaman yang dipersiapkan untuk Las.
Seperti yang ditabelkan pada Buku 7 BMS, yang tergantung dari bentuk pengelsannya
yaitu :
Tebal efektif dari Las Tumpul Penetrasi Sebagian
Type of Incomplete Penetration Butt Weld
Jenis Las Tumpul Penetrasi Sebagian
Angle of Preparation Sudut Persiapan
Design Throat Thickness (mm)
Tebal Leher Rencana (mm)
Single V V tunggal < 60o
> 60od – 3 mm
d
Double V V ganda < 60o
> 60od3 + d4 – 6 mm
d3 + d4
Tabel. 4.3.a Tebal Las Tumpul Penetrasi sebagianCatatan :
(1) d = kedalaman persiapan (d3 dan d4 adalah untuk tiap sisi las)
= sudut persiapan
(2) Untuk las tumpul penetrasi sebagian yang dibuat dengan cara pengelasan otomatik
dengan melalui pengujian makro dari hasil las, peningkatan tebal rencana sampai
kedalaman persiapan dapat diijinkan.
Luas Efektip
Luas efektip las tumpul adalah perkalian panjang efektip dengan tebal retak rencana.
4.3.2.2. Las Sudut (Fillet weld) :
Las sudut merupakan jenis las yang sering digunakan dibanding jenis las yang
lain, merupakan las yang paling ekonomis. Las sudut digunakan pada sambungan
lewatan, sambungan siku, sambungan ujung dan sisi batang, sambungan kopel dan
sambungan konsol. Ada tiga tipe las sudut, yaitu ; Las Sudut Konkaf, Las Sudut
Konveks dan las Sudut Datar
Struktur Baja Jembatan 159Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
tw tw tw
Ketebalan Rencana Las sudut (tw) adalah tebal penampang retak las yaitu daerah
bagian las yang memungkinkan terjadinya kerusakan akibat beban kerja untuk
perhitungan dalam menentukan kekuatan nominal las sudut. ditetapkan pada buku 7
BMS dalam (Tabel 7.24) sebagai berkut :
Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk memperkuat las
tumpul, harus sesuai Tabel 7.24 kecuali bahwa ukuran las tidak boleh melebihi tebal
bagian lebih tipis dalam sambungan
Thickness of Thickest PartTebal bagian paling Tebal
t mm
Minimum Size of a Fillet weldUkuran Minimum Las Sudut
tw mm
t < 7 7 < t < 10
10 < t < 1515 < t < 2020 < t < 2040 < t < 6060 < t < 60
345681012
Tabel. 4.3.b Ukuran Minimum Las Sudut
4.3.2.3. Las Baji dan Las Pasak
Kedua tipe las ini jarang digunakan di struktur baja jembatan. Kecuali unt sambungan
sementara.
(Selanjutnya syarat dan peraturan Pengelasan serta batasan ukuran las dan besar
tegangan ijin las diberlakukan seperti pada Buku SNI-T-03-2005 (pada bab tentang
sambungan las).
4.3.3. Kekuatan Nominal Las
Berdasarkan Teori perencanaan dengan metoda LRFD, tegangan ijin las (fuw)
diambil berdasarkan jenis proses pengelasan serta Electroda yang digunakan (Jenis
Struktur Baja Jembatan 160Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 4.3. c Tiga Tipe Las Sudut
Las Sudut Koveks Las Sudut Konkaf Las Sudut Datar
Elektroda adalah E.41XX, E.48XX, W40XX, W50XX, dimana nila 40 dan
seterusnya menunjukan besarnya (fuw) pada alas yang dihasilkan dalam satuan Mpa,
seperti yang ditetapkan dalam (Tabel.7.25) Buku SNI-T-03-2005 berikut :
Manual Metal Arc Electroda
Elektroda Aliran Metal Biasa
Submerged Arc Aliran TerendamFlux Cored Arc Aliran Inti FluksGas Metal Arc Aliran Metal Gas
Nominal Tensile Strenght of Weld Metal
Kekuatan Tarik Nominal Metal Las(fuw) MPa
E41XX W40X 410
E48XX W50X 480
Tabel. 4.3.b Kekuatan Tarik Nominal Metal Las fuw
Tabel 7.26 faktor Reduksi untuk Hubungan Lebih yang Dilas Kr
Length of WeldPanjang Las(Lw) m Lw < 1.7 1.7 < Lw < 8.0 Lw > 8.0
kr 1.00 1.10 – 0.06 Lw 0.62
Kekuatan las dinyatakan dalam kekuatan las tiap satuan panjang Las yang
kekuatannya tergantung dari tebal las, mutu bahan yang dilas dan mutu bahan isian
(Elektroda) yang digunakan. Dengan Besarnya Kekuatan Nominal dihitung sebagai
berikut :
A. Kekuatan Nominal Las Tumpul
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Tarik atau Tekan aksial terhadap luas
efektif bidang Las :
Rnw = . fy. (tt) Pada Bahan yang disambung ............................................(1.4.3.)
Dan
Rnw = . fuw. (tt) Pada Bahan las.................................................................(2.4.3.)
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Geser terhadap luas efektif bidang Las :
Rnw = . (0,6fy). (tt) Pada Bahan yang disambung .....................................(3.4.3.)
Dan
Rnw = . (0,6. fuw) (tt) Pada Bahan las.......................................................(4.4.3.)
Dimana :
Struktur Baja Jembatan 161Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
= Faktro reduksi keuatan = 0,75 - 0,9 (lihat BMS buku bagian .7)
fuw = Tegangan ijin las = 0,6 . Fu atau 0,75 . Fu
tt = Tebal las efektif (mm)
B. Kekuatan Nominal Las Sudut
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya terfaktor terhadap luas efektif bidang Las :
Rnw = . (0,6.fy.) (tt) Pada Bahan yang disambung ...................................(5.4.3.)
Dan
Rnw = . (0,6 .fuw) (tw) Pada Bahan las......................................................(6.4.3.)
Dimana :
= Faktro reduksi keuatan = 0,75 - 0,9 (lihat BMS buku bagian .7)
fuw = Tegangan ijin las = 0,6 . Fu atau 0,75 . Fu
tw = Tebal las efektif (mm)
Struktur Baja Jembatan 162Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Panjang Las
Tebal efkt Las
Gambar. 4.3.d. Sambungan dengan Las Sudut
4.3.4. Rangkuman
1. Sambungan las yang dilakukan adalah pengelasan dengan las panas busur listrik
dengan bahan tambahan las berupa Electroda, Arus listrik didapat dari alat Generator
Khusus yang mempunyai daya amper dan voltage yang bisa diatur disesuaikan
dengan batang yang disambung dan jenis elektroda yang digunakan.
2. terdapat dua proses pengelasan yang sering digunakan yaitu :
a. Proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) Las logam terlindung
merupakan proses pengelasan yang paling sederhana dan paling muah, yang
sering digunakan pada pengelasan di lapangan, yaitu penyambungan bagian-
bagian struktur menjadi struktur. Yang sering disebut Proses pengelasan
Elektroda Tongkat Manual, Proses pengelasan ini juga sering digunakan pada
pengelasan pabrikasi di workshop.
b. Proses pengelasan SAW (Submegged Arc Welding) Las Logam terbenam, yang
sering digunakan pada pengelasan pabrikasi di Wokrshop, yaitu pengelasan
bagian-bagian struktur yang akan dirangkai di lapangan.
3. Terdapat empat Jenis Las yang digunakan : a. Las Tumpul : Las Tumpul Penetrasi enuh Las Tumpul Penetrasi Sebagian b. Las Sudut c. Las Pasak d. Las Baji
4. Untuk Las Tumpul Penetrasi penuh, tebal rencana las adalah kuran las yang ada.
5. Untuk Las Tumpul Penetrasi sebagian adalah :
Bila Sudut antara bagian yang disambung 600 :
4.4. Las satu sisi tt = (d - 3) mm
4.5. Las dua sisi tt = (d3 + d4 – 6) mm
Bila Sudut antara bagian yang disambung > 600 :
Las satu sisi tt = d mm
Las dua sisi tt = (d3 + d4) mm
6. Luas efektip las tumpul adalah perkalian panjang efektip dengan tebal retak rencana.
Struktur Baja Jembatan 163Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
7. Ada tiga tipe las sudut, yaitu ; Las Sudut Konkaf, Las Sudut Konveks dan las Sudut
Datar
8. Ukuran minimum las sudut, selain dari las sudut yang digunakan untuk memperkuat
las tumpul, harus sesuai Tabel 7.24 Buku.7 BMS, kecuali bahwa ukuran las tidak
boleh melebihi tebal bagian lebih tipis dalam sambungan
Thickness of Thickest PartTebal bagian paling Tebal
t mm
Minimum Size of a Fillet weldUkuran Minimum Las Sudut
tw mm
t < 7 7 < t < 1010 < t < 1515 < t < 2020 < t < 2040 < t < 6060 < t < 60
345681012
10. Kekuatan las dinyatakan dalam kekuatan las tiap satuan panjang Las yang
kekuatannya tergantung dari tebal las, mutu bahan yang dilas dan mutu bahan isian
(Elektroda) yang digunakan. Dengan Besarnya Kekuatan Nominal dihitung
sebagai berikut :
A. Kekuatan Nominal Las Tumpul
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Tarik atau Tekan aksial terhadap
luas efektif bidang Las :
Rnw = . fy. (tt) Pada Bahan yang disambung
Rnw = . fuw. (tt) Pada Bahan las
Struktur Baja Jembatan 164Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Las Sudut Koveks Las Sudut Konkaf Las Sudut Datar
tw tw tw
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya Geser terhadap luas efektif
bidang
Rnw = . (0,6fy). (tt) Pada Bahan yang disambung
Rnw = . (0,6. fuw) (tt) Pada Bahan las
B. Kekuatan Nominal Las Sudut
Bila Sambungan Las dibebani dengan Gaya terfaktor terhadap luas efektif
bidang Las :
Rnw = . (0,6.fy.) (tw) Pada Bahan yang disambung
Dan
Rnw = . (0,6 .fuw) (tw) Pada Bahan las
Struktur Baja Jembatan 165Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.3.5. Kunci Tes Formatif
1. Ada berapa jenis Proses pengelasan Las Listrik ?
2. Ada berapa macam Kampuh Las listrik yang digunakan pada struktur Baja ?
3. Sebutkan dua tipe Las Tumpul, Jelaskan perbedaannya ?
4. Apa Perbedaan dari Las Tumpul dengan Las Sudut ?
5. Sebutkan tiga tipe Las Sudut (Gambarkan perbedaannya )?
6. Apa yang dimaksud Luas Efektif Penampang Las ?
7. Apa yang dinyatakan dengan Kekuatan Nominal Las ?
8. Ada berapa peninjauan besar Kekuatan Nominal Las ?
9. Tulis rumus Kekuatan Nominal Las Tumpul
10. Tulis rumus Besar Besar Kekuatan Nominal Las Sudut.
Struktur Baja Jembatan 166Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sepeti yang dijelaskan pada ad).4.3.(Unit.12), bahwa alat sambungan las yang
digunakan pada struktur baja terdapat dua Tipe Las, yaitu ; Las Tumpul dan Las Sudut .
Dimana pada kedua Tipe Las tersebut telah ditetapkan besar tegangan dan kekuatan
nominal Masing-masing Las. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka analisa kebutuhan
Las dan kekuatan sambungan Las dapat ditetapkan tergantung Tipe Las yang
digunakan dan sifat pembebanan yang bekerja terhadap penampang kelompok Las pada
sambungan.
4.4.1. Sifat Pembebanan Terhadap Penampang Las
Analisa kebutuhan Las pada sambungan adalah, menentukan / merencanakan
Panjang kebutuhan Las serta susunannya untuk dapat menahan beban kerja pada
sambungan tersebut. Disini ketebalan Las sudah ditetapkan berdasarkan ketebalan pelat
yang disambung.
Ditinjau dari letak Garis kerja gaya terhadap Penampang Las dan titik berat kelompok
penampang retak las , analisa kebutuhan alat sambung dibedakan menjadi
A. Sambungan Las Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Las dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan
Penampang retak las, sehingga Luas Penampang retak Las dapat diperhitungkan
adanya beban yang diterima secara merata pada setiap Penampang Las
Struktur Baja Jembatan 167Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 4.3.a. Sambungan Las Dengan Beban Sentris
Panjang Las
4.4. Analisa Kebutuhan Las Pada Sambungan
Pada sambungan ini analisa kebutuhan las adalah menghitung panjang las yang
diperlukan dengan syarat kekuatan sambun
B. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Seperti pada Sambungan Baut yang menahan beban eksentris adalah bila garis kerja
beban tidak melalui titik berat susunan penampang retak Las, sehingga susunan
penampang retak Las harus diperhitungkan adanya beban sekunder berupa Momen
sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.
4.4.2. Analisa Kebutuhan Las dan Kekuatan Sambungan :
Struktur Baja Jembatan 168Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Gambar. 4.3.b. Beberapa sambungan dalam konstruksi Jembatan Baja yang termasuk jenis sambungan Eksentris
Dalam Analisa kebutuhan Las dan kekuatan sambungan adalah menentukan
Panjang Las efektif yang diperlukan dan menyusunan Letak Penampang Retak Las
pada sambungan agar didapatkan panjang Las yang efisien dan susunan letak baut yang
efektif berdasarkan besar dan sifat beben yang bekerja
4.4.2.1. Sambungan Las Yang Menahan Beban Sentris
Pada sambungan ini merupakan analisa kekuatan sambungan yang peling
sederhana, dengan sifat beban yang sentris pada sambungan ini, Panjang Las yang
diperlukan dapat dihitung langsung dengan asumsi seluruh penampang letak las yang
ada menerima beban yang bekerja sama rata, dengan rumus :
.......................................................................................(1.4.4.)
Dimana :
Nu = Beban kerja terfaktor
Rnw = Kekuatan Nominal Minimal Baut
= Faktor Reduksi kekuatan
Llas = Panjang Las yang Dibutuhkan
Panjang Las yang didapat harus memenuhi ketentuan dan peraturan yang ditetapkan
dalam Buku. SNI T-03-2005
4.4.2.2. Sambungan Baut Yang Menahan Beban Eksentris
Bila garis kerja gaya yang bekerja tidak melalui titik berat penampang
kelompok alat sambung, atau bekerja beban momen. Pada jenis sambungan ini
dibedakan menjadi dua type sambungan sebagai yaitu :
1). Sambungan Eksentris Menahan Geser dan Lentur
Pada Alat sambung (Las) mengalami tegangan tarik lentur dengan titik putar
didaerah bagian pelat yang disambung yang mengalami desakan dan Geser akibat
longsornya sambungan.
Struktur Baja Jembatan 169Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2). Sambungan Eksentris Menahan Geser murni
Pada Alat sambung (Las) mengalami tegangan Geser akibat longsor dan
berputarnya sambungan dengan titik putar di titik pusat penampang susunan Las.
A. Sambungan Las Yang Menahan Geser Lentur
Jenis sambungan ini ditinjau dari arah beban terhadap bidang pisah sambungan dimana
momen Bekerja Tegak Lurus Bidang Pisah
Titik putar sambungan
Pada sambungan di atas, akibat beban P kerja sejauh (e) dari bidang pisah sambungan,
penampang Las akan longsor dan berputar dengan titik netral (titik putar sambungan) di
titik las paling bawah. Maka pada penampang Las yang paling kritis (titik ), terjadi
tegangan :
- Akibat Momen
Akibat bekerja momen (M = e x P), pada penampang Las akan tertarik (berputar)
dengan titik netral (dianggap) terjadi pada Las yang paling bawah, sehingga terjadi
tegangan tarik pada las yang paling atas sebesar:
.................................................................................(2.4.4)
Struktur Baja Jembatan 170Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Di mana:
Ixlas = 2(1/12 . h3 . a)
- Akibat beban P
Penampang Las longsor ke bawah, sehingga tedadi tegangan geser sebesar:
.......................................................................(3.4.4)
Kedua tegangan tersebut bekerja bersamaan pada Penampang las, maka Las
dikatakan kuat menahan beban bila dipenuhi syarat :
Akibat Beban Momen :
……………………………(4.4.4)
Didapat harga h
Akibat Beban Konsol P :
…………………………………………………..(5.4.4)
Didapat harga h
Dari harga h yang di dapat di atas, diambil harga h yang paling besar kemudian dikontrol kekuatannya.
B. Sambungan Las Yang Menahan Geser Murni
1). Pada Kondisi Elastis.
Struktur Baja Jembatan 171Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
P
`
Kekuatan las Pada sambungan las ini, dicari tegangan yang paling kritis () akibat
beban P yang bekerja sejauh (L) dari titik berat penampang pengelasan yaitu berada
pada tititk las yang paling jauh dari Titik berat penampang pengelasan ( Z ).
Besar tegangan kritis () dihitung denagn tahapan perhitungan sebagai berikut :
b. Menetukan Letak titik berat penampang pengelasan :
…………………….(6.4.4)
c. Menentukan besar momen Inersia penampang pengelasan :
………….(7.4.4)
d. Menantukan besar tegangan kritis pada Las :
- Akibat beban langsung P : …………………………..(8.4.4)
- Akibat Momen = P. L
…………………………….(9.4.4)
e. Besar tegangan Kritis Las :
……………………………………………..(10.4.4)
Sambungan Las dikatakan aman terhadap beban bila dipenuhi syarat :
. fw ............................................................(11.4.4)
Struktur Baja Jembatan 172Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
LP
y
xz
h1
h2
te
Z
4.4.3. Rangkuman
1. Analisa kebutuhan Las pada sambungan adalah, menentukan / merencanakan
Panjang kebutuhan Las serta susunannya untuk dapat menahan beban kerja pada
sambungan tersebut
Struktur Baja Jembatan 173Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2. Ditinjau dari letak Garis kerja gaya terhadap Penampang Las dan titik berat
kelompok penampang retak las , analisa kebutuhan alat sambung dibedakan
menjadi
A. Sambungan Las Yang Menahan Beban Sentris
Sambungan Las dimana garis kerja beban bekerja melalui titik berat susunan
Penampang retak las, sehingga Luas Penampang retak Las dapat
diperhitungkan adanya beban yang diterima secara merata pada setiap
Penampang Las
Pada sambungan ini analisa kebutuhan las adalah menghitung panjang las yang
diperlukan dengan syarat kekuatan sambun
B. Sambungan Las Yang Menahan Beban Eksentris
Seperti pada Sambungan Last yang menahan beban eksentris adalah bila garis
kerja beban tidak melalui titik berat susunan penampang retak Las, sehingga
susunan penampang retak Las harus diperhitungkan adanya beban sekunder
berupa Momen sebesar (M = P x e) Lihat Gambar.
Struktur Baja Jembatan 174Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Panjang Las
Gambar. 4.3.b. Beberapa sambungan dalam konstruksi Jembatan Baja yang termasuk jenis sambungan Eksentris
3. Pada sambungan Las Yang menahan Beban Sentris merupakan analisa kekuatan
sambungan yang peling sederhana, dengan sifat beban yang sentris pada
sambungan ini, Panjang Las yang diperlukan dapat dihitung langsung dengan
asumsi seluruh penampang letak las yang ada menerima beban yang bekerja sama
rata, dengan rumus :
Struktur Baja Jembatan 175Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4. Sambungan Las Yang Menahan Beban Eksentris Bila garis kerja gaya yang bekerja
tidak melalui titik berat penampang kelompok alat sambung, atau bekerja beban
momen. Pada jenis sambungan ini dibedakan menjadi dua type sambungan sebagai
yaitu :
A. Sambungan Las Yang Menahan Geser Lentur
Jenis sambungan ini ditinjau dari arah beban terhadap bidang pisah sambungan
dimana momen Bekerja Tegak Lurus Bidang Pisah
- Akibat Momen
Akibat bekerja momen (M = e x P), pada penampang Las akan tertarik (berputar)
dengan titik netral (dianggap) terjadi pada Las yang paling bawah, sehingga terjadi
tegangan tarik pada las yang paling atas sebesar:
- Akibat beban P
Penampang Las longsor ke bawah, sehingga tedadi tegangan geser sebesar:
Las dikatakan kuat menahan beban bila dipenuhi syarat :
Akibat Beban Momen :
Struktur Baja Jembatan 176Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Didapat harga h
Akibat Beban Konsol P :
Didapat harga h
Dari harga h yang di dapat di atas, diambil harga h yang paling besar kemudian
dikontrol kekuatannya.
B. Sambungan Las Yang Menahan Geser Murni
Pada sambungan ini panjang Las dan susunan letak Pengelasan direncakan
terlebih dahulu, baru dari Penampang susunan Las yang direncanakan dihitung
besar Gaya Geser longsor yang terjadi akibat beban kerja dihitung dengan
kondisi ELASTIS sebagai berikut :
`
a. Menetukan Letak titik berat penampang pengelasan :
Menentukan besar momen Inersia penampang pengelasan :
Menantukan besar tegangan kritis pada Las :
Struktur Baja Jembatan 177Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
LP
P
y
xz
h1
h2
te
Z
- Akibat beban langsung P :
Akibat Momen = P. L
Besar tegangan Kritis Las :
Sambungan Las dikatakan aman terhadap beban bila dipenuhi syarat :
. fw
4.4.4. Kunci Tes Formalitas
1. Coba hitung kebutuhan Las sudut pada sambungan yang menahan beban sentris pada Gambar berikut :
2. Coba Kontrol kekuatan Las sudut pada sambungan yang menahan beban eksentris pada Gambar berikut :
Struktur Baja Jembatan 178Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Panjang Las
Pu = 200 KN
LPu = 100KN
P
y
xzh1
h2 teZ
30 CM
4.5.1. Analisa Kebutuhan Baut pada Batang Rangka (Beban Sentris)
Struktur Baja Jembatan 179Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
4.5. Aplikasi Perencanaan Sambungan
Batang a6
Gaya maksimum ( P ) = Kg (tekan)P untuk 1 sisi = Kg
diameter baut ( d ) = 3.81 Cm gs = 0,6 * = Kg/Cm2
dn = d + 1mm = 3.91 Cmds = 1/4 ( dn + (dn - 3mm)) = 1.88 Cm tp = 1,5 * = Kg/Cm2Tebal Plat penyambung (t) = 3 Cm ( tebal plat terkecil)Jumlah bidang geser (n) = 1 bh
7.19 = 16
Tata Letak baut : S = 15 CmS1 = 10 CmU = 12.65 Cm
Batang a5
Gaya maksimum ( P ) = Kg (tekan)P untuk 1 sisi = Kg
diameter baut ( d ) = 3.81 Cm gs = 0,6 * = Kg/Cm2
dn = d + 1mm = 3.91 Cmds = 1/4 ( dn + (dn - 3mm)) = 1.88 Cm tp = 1,5 * = Kg/Cm2Tebal Plat penyambung (t) = 3 Cm ( tebal plat terkecil)Jumlah bidang geser (n) = 1 bh
14.85 = 16
Tata Letak baut : S = 15 CmS1 = 10 CmU = 12.65 Cm
Batang a4
Gaya maksimum ( P ) = Kg (tekan)P untuk 1 sisi = Kg
diameter baut ( d ) = 3.81 Cm gs = 0,6 * = Kg/Cm2
dn = d + 1mm = 3.91 Cmds = 1/4 ( dn + (dn - 3mm)) = 1.88 Cm tp = 1,5 * = Kg/Cm2Tebal Plat penyambung (t) = 3 Cm ( tebal plat terkecil)Jumlah bidang geser (n) = 1 bh
13.79 = 14
Tata Letak baut : S = 15 CmS1 = 10 CmU = 12.65 Cm
N ijin ( kg ) Jumlah baut ( n ) bh Keterangan59,435.8712.01 11.73 59,435.87 145,158.75
Ags ( cm2 ) Atp ( cm2 ) Ngs ( kg ) Ntp ( kg )
1,639,705.04819,852.52
4,950.00
12,375.00
N ijin ( kg ) Jumlah baut ( n ) bh Keterangan12.01 11.73 59,435.87 145,158.75 59,435.87
Ags ( cm2 ) Atp ( cm2 ) Ngs ( kg ) Ntp ( kg )
1,765,136.87882,568.43
4,950.00
12,375.00
N ijin ( kg ) Jumlah baut ( n ) bh Keterangan59,435.8712.01 11.73 59,435.87 145,158.75
Ags ( cm2 ) Atp ( cm2 ) Ngs ( kg ) Ntp ( kg )
855,134.68427,567.34
4,950.00
12,375.00
4.5.2. Analisa Kebutuhan Baut Pada Sambungan Gelagar Memanjang (Beban Eksentris)
Struktur Baja Jembatan 180Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
SAMBUNGAN
Syarat Pola letak baut :2,5 d < S < 7d Atau 14 t
2,5 d < u < 7d Atau 14 t1,5d < s1 < 3d atau 6t
Diameter baut = 1.6 CmBaut mutu tinggi = A-325
fub
= 8,250 Kg/cm2
fy = 3,600 Kg/cm2 ( plat )Rumus yang digunakan :
dimana :
Rn = * ( F'b * Ab ) m F'b = 0.60 fy baut = Kg /Cm2
= 0.85Rn = Kekuatan nominal baut
Xi2 + Yi2 n = Jumlah bautRi mak = Gaya mak. Pada baut No. ….
Xi2 + Yi2 Ab = 2.0 Cm 2
Rp = P / n
GELAGAR Memanjang
Jarak baut : Plat penyambung :S = mm = 15.00 cm h = 23.00 cmS1 = mm = 7.00 cm t = 3.00 cmSI' = mm = 5.00 cm e = 22.00 CmU = mm = 13.00 cmBidang geser ( m ) = 2Jumlah baris ( ni ) = 2 Ditinjau satu sisiJumlah kolom ( k ) = 2P = VA G. Memanjang = KgMomen = P * e = Kg cm
Tabel perhitungan :
X Y1 -7.5 6.52 7.5 6.5 Maksimum3 7.5 -6.54 -7.5 -6.5
Rn = 0.85 x ( x 2.01 ) x 2 = Kg /Cm2
Jadi Rn = Kg /Cm2 > Ri mak = Kg /Cm2 OK
4,950 16,919.36
16,919.36 5,730.14
225.00 169.00394.00
5,730.1456.25 42.25 4,330.2056.25 42.25 -4,330.20 -3,752.84
-3,752.84 5,730.14
56.25 42.25 -4,330.20
0.00
56.25 42.25 4,330.20 3,752.840.00
5,730.140.00 5,730.14
227,480.00
Rmh Rp3,752.84 0.00
No. baut
Gaya yang bekerja pada baut ( Kg )KeteranganGaya akibat momen Gaya akibat P
Total ( Ri )X2 Y2 Rmv
70.050.0
130.00
10340.00
Ri mak = (Rmv + Rp ) 2 + ( Rmh ) 2
150.0
Rmv =M * Xi
Rmh = M * Yi
4,950.0
103.40
Struktur Baja Jembatan 181Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
GAMBAR SAMBUNGAN
GELAGAR MEMANJ ANG
Tanpa skala
4.5.3. Analisa Kebutuhan Baut Pada Sambungan Gelagar Melintang (Beban Sentris)
SAMBUNGAN GELAGAR MELI NTANG DENGAN BALOK I NDUK
Tanpa skala
Perhitungan dilakukan dengan Kondisi ELASTI S
Jarak baut : Plat penyambung :S = mm = 0.00 cm h = 31.40 cmS1 = mm = 6.00 cm t = 3.00 cmU = mm = 19.40 cm e = 7.50 CmDiameter baut = 3.81 Cm
Bidang geser ( m ) = 1 Ab = 11.40 Cm2
Jumlah baris ( ni ) = 2Jumlah kolom ( k ) = 2P = VA G. Melintang = KgMomen = P * e = Kg cm
60.00194.00
111,914.25839,356.88
0.00
Sambungan Gesesr Lentur
Struktur Baja Jembatan 182Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Rumus yang digunakan :Untuk Sambungan yg menerima geser
Rn = * ( F'b * Ab ) m
Mi x hi 2
hi 2 ijin tarik = 0.75 x dasar
Ni = Gaya tarik akibat momen
Nx = Gaya geser akibat gaya horisontalNy = Gaya geser akibat P
Tabel gaya - gaya yang bekerja pada setiap baut :
1 23.0 5292 23.0 5293 0.0 04 0.0 0
1,058
= Kg /Cm2 > idiil = Kg /Cm2 OK ijin tarik 6,187.50 6,182.26
0.0 0.0 4,908.1 6,130.20.0 0.0 4,908.1 6,130.2
18,246.9 800.2 4,908.1 6,182.3
Teg. Geser akibat Gaya vertikal
( gsr )
Teg. idiil ( idiil ) Kg/cm2
Keterangan
18,246.9 800.2 4,908.1 6,182.3 Maksimum
idiil = ( tr)2 + 1,56 ( gsr )2
No. baut
hi ( cm
)
hi 2 ( cm )
Gaya tarik akibat momen (Ni ) Kg
Teg. Tarik akibat momen
( trk ) Kg/cm2
Ny r2 * ni
gsr =Nx
r2 * ni
Ni =
gsr =
tarik =Ni
r2 * ni
Struktur Baja Jembatan 183Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Sambungan Geser Murni
Momen = Kg cmP = Kg cmJarak baut : Plat penyambung :S = mm = 8.00 cm h = 31.40 cmS1 = mm = 6.00 cm t = 2.00 cmU = mm = 19.40 cm e = 15.00 Cm
Bidang geser ( m ) = 2Jumlah baris ( ni ) = 2Jumlah kolom ( k ) = 4
Rmv = Rmh = ( Xi2 + Yi2 ) ( Xi2 + Yi2 )
Rni = ( Rmv +P)2 + ( Rmh )2
Tabel gaya - gaya yang bekerja pada setiap baut :
1 -12.00 9.70 144 942 -4.00 9.70 16 943 4.00 9.70 16 944 12.00 9.70 144 94 Maksimum5 -12.00 -9.70 144 946 -4.00 9.70 16 947 4.00 -9.70 16 948 12.00 9.70 144 94 Maksimum
640 753
Rni mak = Kg/cm2
Jadi Rn = Kg /Cm2 > Rni mak = Kg /Cm2 OK
1,393
22,011.86
Kekuatan nominal baut untuk sambungan yang memikul gaya geser eksentris. ( Rn ) = 0,5 * fub * Ab
47,028.79 22,011.86
7,232.09 5,845.94 13,989.28 22,011.862,410.70 -5,845.94 13,989.28 17,410.75-2,410.70 5,845.94 13,989.28 12,970.68-7,232.09 -5,845.94 13,989.28 8,935.027,232.09 5,845.94 13,989.28 22,011.862,410.70 5,845.94 13,989.28 17,410.75-2,410.70 5,845.94 13,989.28 12,970.68
KeteranganRmv Rmh
-7,232.09 5,845.94 13,989.28 8,935.02
Yi2Akibat Momen
Akibat P (Rmv) RniNo baut Xi Yi Xi2
60.00194.00
M* Xi M* Yi
839,356.88111,914.25
80.00
Struktur Baja Jembatan 184Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
Politeknik Negeri BandungProgram Diploma 3 Konstruksi Sipil
TUGAS SEMESTER IV
STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA
NAMA MAHASISWA : ………………………………… T. Tangan Dosen
NIM : ………………………………….
KELAS : ………………………………….
TGL PENUGASAN :
A. DATA PERENCANAAN :a. Type Rangka : (a), ( b), (c), (d)b. Bentang Jembatan (L) : 40,00m. 45,00m . 50,00m . 55,00m . 60,00mc. Lebar Jembatan (B) : Menyesuaikan dengan kelas muatan . (lebar jembatan termasuk lebar Trotoir)d. Tebal Pelat Lantai Kendaraan : 22,00 Cme. Kelas Muatan : A/I , B/II , C/III f. Mutu Baja : BJ37 , BJ.41 , BJ.50g. Sambungan –sambungan : Dengan Baut Mutu Tinggi & Las suduth. Lain-lain : Tentukan sendiri
B. BENTUK RANGKA :
C. DIMINTA :a. Perhitungan Perencanaan Dimensi Batang rangka & Gelagar/ Balok b. Perhitungan Sambungan-sambungan c. Gambar Rencana & Gambar Kerja d. Gambar Detail-Detail Sambungane. Gunakan Teori pembebanan & Syarat Perencanaan dari buku SNI Bina Marga
PETUNJUK PENYELESAIAN TUGAS PERENCANA JEMBATAN RANGKA :
Struktur Baja Jembatan 185Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
a b
c d
4.6. 4.6. Aplikasi Perencanaan Jembatan Rangka Batang
1. Rencanakan Bentuk Struktur berdasarkan data yang didapat
a. Jarak Antara Gelagar memanjang ( 1,25m < b > 1,75m)
b. Jarak Antara Gelagar Melintang ( 4,5m < l < 6m )
c. Tinggi Rangka (H = h + h’) …….. h > 4,75 m , h’ < 1,25 m
d. Sudut Batang atas pinggir dgn batang bawah ( 45o < α < 65 o )
e. Gambar Bentuk Rangka dengan susunan Gelagar, Denah Lantai dan Tampak
samping Jembatan
2. Lakukan Analisis Pembebanan Akibat Beban Mati (DL), Baban Lalu lintas (LL) dan
Beban Angin (WL) pada masing-masing elemn struktur :
a. Pada Gelagar Memanjang (Didapat Mu dan Du)
b. Pada Gelagar Melintang (Didapat Mu dan Du)
c. Pada Rangka Batang (Didapat Gaya Batang)
3. Lakukan Analisa Dimensi Penampang Pada setiap Elemen Struktur
a. Dimensi Penampang Gelagar Memanjang (Profil I.WF)
b. Dimensi Penampang Gelagar Melintang (Profil I.WF)
c. Dimensi Penampang Batang Gelagar Induk (Profil I.WF)
4. Lakukan Analisa Perhitungan kebutuhan Sambungan pada :
a. Tiap Titik Simpul Rangak Batang Gelagar Induk
b. Sambungan Antara Gelagar Melintang dengan Gelagar Induk
c. Sambungan Pada Gelagar Memanjang dengan Gelagar Melintang
d. Sambungadi daerah Tumpuan
5. Buat Gambar Rencana (Sekala 1 : 50)
6. Buat Gambar Kerja (Sekala 1 : 10)
7. Buata Gambar Detaililng yang diperlukan (sekala 1 : 5)
Struktur Baja Jembatan 186Juruan Teknik Sipil Moeljono POLITEKNIK NEGERI BANDUNG