17

Click here to load reader

CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

This article describes the woman images in the modern Minangkabau songs. Nowadays, Minangkabau women have different images compares with its tradition. Especially if seen on modern songs.This research use structural and sociological approach and feminist criticism perspective. Structural and sociological approach used in analyzing text and sociological aspect, and feminist criticism perspective used in analyzing woman images. After all, modern Minangkabau songs have two images which are as person and as wife and mother. Those two images have same content which are loyalty, love, and pride. In feminist criticism perspective, this kind of songs shows the women weakness and man dominations.

Citation preview

Page 1: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN *

Herry Nur Hidayat dan Wasana**

Abstract

This article describes the woman images in the modern Minangkabau songs. Nowadays, Minangkabau women have different images compares with its tradition. Especially if seen on modern songs.

This research use structural and sociological approach and feminist criticism perspective. Structural and sociological approach used in analyzing text and sociological aspect, and feminist criticism perspective used in analyzing woman images.

After all, modern Minangkabau songs have two images which are as person and as wife and mother. Those two images have same content which are loyalty, love, and pride. In feminist criticism perspective, this kind of songs shows the women weakness and man dominations.

Keyword: Minangkabau, women image, modern song.

1. Pengantar

Masyarakat tradisi Minangkabau menganut tradisi matrilineal dan komunal.

Dalam tradisi matrilineal ini, masyarakat sangat menjunjung garis keturunan ibu

dalam sistem kekerabatannya. Dengan kata lain, masyarakat Minangkabau

mengakui bahwa perempuan adalah pihak yang menentukan.

Menurut Navis (1984: 193) perkawinan dalam tradisi ini, kedua belah pihak

tetap menjadi bagian kaumnya (garis keturunan ibu). Di sisi lain, dalam tradisi

komunal Minangkabau, istri memiliki status yang sama dengan suami dan tidak

sepenuhnya tergantung pada suaminya.

Pada tahap sebelum perkawinan, pihak perempuanlah yang dianggap

memiliki kepentingan lebih besar dalam perkawinan. Pihak perempuanlah yang

menjadi pemrakarsa dalam perkawinan tersebut (Navis, 1984: 210).

Demikian pula dalam hal kepemilikan harta warisan. Perempuan

Minangkabau memiliki hak kepemilikan atas harta pusaka peninggalan nenek

moyangnya. Sementara itu, pihak laki-laki hanya memiliki hak mengusahakan

atau menggunakan (Navis, 1984: 160-161).

* Telah diterbitkan pada Jurnal Lingua Idea Vol. 2 No. 2, Juli 2011 ** Staf pengajar Prodi Sastra Minangkabau Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang

Page 2: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

Namun dalam kenyataannya, perempuan yang sebenarnya merupakan pihak

yang menentukan dalam tradisi Minangkabau, kini semakin samar peranannya.

Kehidupan keseharian masyarakat Minangkabau saat ini seolah tidak lagi berbeda

dengan kebudayaan wilayah lain yang memusatkan diri pada laki-laki. Eksploitasi

bahkan pelecehan terhadap perempuan bukan hal yang asing lagi bagi orang

Minangkabau.

Jika dicermati, lagu Minangkabau modern saat ini, terutama yang

berhubungan dengan cinta pemudi dan pemuda, terasa memarginalkan peranan

perempuan. Perempuan, terutama Minangkabau, dalam jenis lagu ini telah digeser

peranannya.

Dalam lagu Minangkabau modern, perempuan banyak dilukiskan sebagai

pihak yang lemah. Secara tidak langsung, hal ini menunjukkan kehidupan

keseharian masyarakat Minangkabau. Greibstein (dalam Damono, 1979: 5)

mengungkapkan bahwa sebuah karya tidak dapat dipahami secara lengkap bila

dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan yang menghasilkannya.

Penelitian ini menggunakan beberapa lagu Minangkabau modern sebagai

objek penelitian. Lebih lanjut, penelitian ini akan berusaha mengungkapkan

pergeseran nilai peran perempuan dalam kehidupan tradisi Minangkabau dengan

kehidupan keseharian saat ini. Oleh karenanya, selain menggunakan pendekatan

struktural, sosiologi sastra, dan perspektif kritik feminis.

Pendekatan struktural dan sosiologi digunakan untuk mengungkap isi di

balik unsur-unsur struktur yang terdapat dalam objek penelitian tersebut.

Sementara itu, perspektif kritik feminis digunakan, juga terhadap objek penelitian,

untuk mengungkap sejauh mana pergeseran citra perempuan Minangkabau dari

tradisinya.

Menurut Endraswara (2003: 146), kajian dalam perspektif feminis ini

memfokuskan diri pada hal-hal antara lain kedudukan perempuan dan

ketertinggalan kaum perempuan dari kaum laki-laki dalam segala aspek

kehidupan. Sementara itu, Ratna (2004: 184-192) mengungkapkan bahwa tujuan

feminis adalah keseimbangan dan interelasi gender. Maksudnya, menolak segala

sesuatu yang dimarginalkan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan

dominan.

2

Page 3: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

Permasalahan yang dijawab dalam penelitian ini adalah citra perempuan

dalam lagu Minangkabau modern, dan sejauh mana pergeseran nilai citra

perempuan dalam lagu tersebut dengan citra perempuan dalam tradisi

Minangkabau. Oleh karena ruang lingkup penelitian ini adalah literer, sumber data

primer yang digunakan adalah lirik lagunya.

2. Tinjauan Pustaka

Secara umum dapat dikatakan bahwa pembicaraan terhadap karya sastra

dengan tinjauan dan pendekatan feminis masih sangat kurang. Namun demikian,

terdapat beberapa penelitian terdahulu yang bisa dikategorikan dalam penelitian

yang menggunakan sudut pandang ini yang dijadikan sebagai model penelitian ini.

Beberapa diantaranya dilakukan oleh Sugihastuti (2000), Sukri dan Ridin Sofwan

(2001), Sofia dan Sugihastuti (2003), Hermawan (2003), dan Armini Arbain

(2007).

Dalam bukunya Citra Wanita Pekerja dalam Novel-Novel Indonesia:

Analisis Kritik Sastra Feminis, Arbain (2007) menganalisis empat novel yang di

dalamnya terdapat profil tokoh perempuan pekerja. Menggunakan teori sosiologi

dan resepsi dalam perspektif kritik sastra feminis, Arbain mendapatkan

kesimpulan bahwa sebuah karya sastra tidak bisa leps dari masyarakat dan

kebudayaan yang menghasilkannya. Lebih lanjut, peneliti menemukan beberapa

citra perempuan pekerja dalam objek penelitiannya, antara lain citra sebagai

pribadi, dalam keluarga, dan dalam sektor publik.

Sofia dan Sugihastuti (2003) menggunakan kritik sastra feminis terhadap

novel Layar Terkembang. Dalam penelitiannya, peneliti mendapat kesimpulan

adanya perspektif feminis dalam tokoh perempuan novel tersebut melalui analisis

terhadap tema, plot, tokoh, latar, judul, sudut pandang, dan gaya bahasa. Peneliti

juga menemukan tokoh yang membawa pesan emansipasi, profeminis, dan

kontrafeminis.

Hermawan (2003) membandingkan tokoh wanita dalam kaba

Minangkabau dengan tokoh wanita dalam novel Indonesia periode Balai Pustaka.

Dalam kerangka pikir struktural, dalam analisisnya Hermawan juga

menyandingkan penokohan wanita dengan penokohan laki-laki. Hasil analisisnya

3

Page 4: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

menyimpulkan bahwa penokohan wanita dalam kaba dan novel periode Balai

Pustaka terpusat pada perannya sebagai ibu; penokohan laki-laki dalam kaba dan

novel periode Balai Pustaka terpusat pada perannya sebagai anak; secara

fungsional hubungan antar peran yang melibatkan antara tokoh wanita dan laki-

laki akan identik sebagaimana hubungan ibu dan anak; tokoh wanita menunjukkan

ciri idealis, pengendali, pendidik, kreatif, dinamis, aktif, penguasa, tegar, pantang

kalah dan juga ambisius terhadap anggota keluarganya dan tokoh laki-laki

memperlihatkan ciri-ciri pasif, statis, pasrah, suka mengalah, lemah, dan lugu

terhadap anggota keluarganya; dan perkembangan kaba dan novel yang ditulis

oleh pengarang-pengarang etnis Minangkabau sebenarnya tidak mencerminkan

emansipasi wanita, melainkan pergelutan tokoh laki-laki dalam usahanya

melepaskan diri dari cengkraman wanita.

Buku Perempuan dan Seksualitas Dalam Tradisi Jawa tulisan Sukri dan

Ridin Sofwan (2001) mengungkapkan pandangan masyarakat Jawa terhadap

perempuan. Hal tersebut adalah hasil analisis terhadap beberapa karya sastra Jawa

klasik. Dalam tulisan tersebut, peneliti mengungkapkan perempuan dalam lingkup

tradisi Jawa dan yang tertuang dalam karya sastra Jawa klasik. Di samping itu,

peneliti menemukan gambaran ideal perempuan, kedudukan dan peran, serta

norma-norma yang harus dijaga oleh perempuan dalam tradisi Jawa.

Wanita di Mata Wanita adalah tulisan Sugihastuti (2000) hasil analisis

terhadap sajak-sajak Toeti Heraty. Menggunakan pisau analisis semiotik dan

perspektif feminis, penulis menyimpulkan bahwa dalam objek penelitiannya

terdapat citra wanita dalam aspek fisis, psikis, dan citra sosial wanita dalam

keluarga dan masyarakatnya.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Metode ini lebih menitikberatkan pada interpretasi dan penafsiran terhadap objek

dan data penelitian. Sementara itu, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

objektif. Pendekatan objektif digunakan untuk menemukan unsur-unsur yang

membangun objek sebagai sebuah bentuk struktur.

4

Page 5: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan serangkaian penelitian

kepustakaan. Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data berupa

arsip dan berbagai artikel yang menyinggung tentang hal yang berhubungan

dengan penelitian ini.

Keseluruhan data yang diperoleh kemudian ditafsirkan dalam kerangka dan

ruang lingkup sosiologi sastra dan perspektif kritik sastra feminis. Perolehan dari

objek penelitian tersebut kemudian disejajarkan dengan nilai-nilai tradisi

Minangkabau sebenarnya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah bentuk populasi

penelitian. Populasi dipilah dan dipilih untuk mendapatkan sampel yang sesuai

untuk penelitian ini. Penentuan sampel adalah dengan cara memperhatikan isi lirik

lagu populasi data dalam hal kesesuaiannya dengan pendekatan dan teori yang

digunakan dalam penelitian ini. Data yang ditemukan dianalisis dan dipilah

menurut bentuknya dan selanjutnya dianalisis kembali dan diinterpretasi menurut

kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Di samping itu, interview juga dilakukan dengan sejumlah informan.

Interview ini untuk mendapatkan data tambahan mengenai tanggapan penikmat

tentang citra perempuan dalam sumber data.

4. Analisis

Dari keempat album lagu yang menjadi populasi penelitian ini, lima belas

lagu diantaranya menjadi sampel penelitian ini. Berdasarkan muatan yang terdapat

dalam populasi objek penelitian, citra perempuan yang diperoleh dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu citra perempuan sebagai pribadi dan citra

perempuan sebagai istri. Citra yang dimaksud di sini adalah gambaran mengenai

pribadi.

4.1 Citra perempuan sebagai pribadi

Pribadi yang dimaksud di sini adalah segala hal yang berhubungan dengan

diri sendiri baik fisik maupun nonfisik. Seperti pada umumnya lagu pop modern,

muatan ini dibawakan oleh penyanyi dalam lagu yang menggambarkan tokoh

sebagai seorang gadis yang sedang dilanda cinta dan asmara dengan seorang

5

Page 6: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

pemuda. Namun demikian, hal ini tetap menunjukkan ‘wajah’ perempuan secara

umum.

4.1.1 Kesetiaan

Dalam hal ini, berdasarkan sampel penelitian, kesetiaan yang dimaksud

adalah kesetiaan kepada seseorang yang dicintainya. Analisis terhadap sampel

penelitian menunjukkan bahwa meskipun cinta tokoh dibalas dengan dusta (Madu

denai barikan / Uda baleh jo ampadu – Madu kuberikan / Kau balas dengan

empedu), tokoh tetap berusaha setia dengan cinta tersebut. Tokoh lebih memilih

untuk diam dan pasrah untuk menunjukkan kesetiaannya. Kepahitan dan sakit hati

yang dirasakan tokoh tidak menyurutkan kesetiaan tokoh meskipun sebenarnya

telah mengetahui kebohongan yang ada di balik cinta itu (Bia denai ubek luko /

Cinto manyimpan duto – Biar kuobati luka / Cinta menyimpan dusta).

Di samping itu, tokoh juga meyakini kesetiaan pasangannya. Tokoh yakin

bahwa kesetiaan akan dibalas kesetiaan dan tidak mungkin sebaliknya, kesetiaan

dibalas dusta dan kebohongan (Takkan mungkin nyo baduto – Takkan mungkin

dia berdusta). Di sisi lain, kesetiaan tokoh perempuan dalam lagu Minangkabau

ini juga diperlihatkan secara fisik, yaitu menunggu kepulangan pasangannya

(Denai dirumah mananti-nanti – Aku di rumah menanti). Kepergian pasangan

meninggalkan tokoh tidak menyurutkan hati untuk tetap menunggu meskipun

terdapat kemungkinan pasangannya tidak kembali (Kisah nan manih uda lupokan

– Kisah manis kau lupakan).

4.1.2 Kasih sayang dan cinta

Salah satu kodrat manusia adalah kasih sayang dan cinta. Manusia, sadar

maupun tidak, membutuhkan kasih sayang dan cinta serta menyayangi dan

mencintai. Perempuan, yang dianggap sebagai makhluk yang lembut, sering

dicitrakan sebagai makhluk yang penuh perasaan kasih sayang dan cinta ini tidak

terkecuali dalam lagu Minangkabau ini. Citra kasih sayang dan cinta ini tidak bisa

dilepaskan begitu saja dengan citra kesetiaan.

Dalam sampel penelitian ini, perempuan dicitrakan sebagai tokoh yang

sangat menjunjung tinggi cinta san kasih sayang. Hal itu tampak dalam kutipan di

6

Page 7: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

atas yang menyebutkan bahwa kasih sayangnya melebihi kasih kepada diri sendiri

(Malabiahi kasiah ka diri surang – Melebihi kasih kepada diri). Bahkan disebut

sebelumnya selama nyawa dikandung badan tak kan lekang cinta dan kasih

sayang tersebut (Salamo nyawo satu di badan / Putiah cinto indak kalakang –

Selama nyawa di badan / Putih cinta takkan lekang).

4.1.3 Ketegaran dan harga diri

Meskipun dicitrakan sebagai makhluk yang lembut, perempuan memiliki

ketegaran hati dan harga diri yang sama dengan laki-laki. Dalam hal ini, ketegaran

dan harga diri perempuan berhubungan dengan kesetiaan, kasih sayang dan cinta,

serta kedudukannya sebagai perempuan di dalam komunitasnya.

Sampel menunjukkan betapa tokoh perempuan dalam lagu tersebut tetap

mempertahankan pendiriannya untuk tidak menerima cinta seseorang (Simpan

sajo kato-kato cinto – Simpan saja kata cinta). Setelah disakiti, tokoh merasa lebih

baik sendiri tanpa pasangan (Usah curahkan kadiri denai – Jangan kau timpakan

padaku).

4.2 Citra perempuan sebagai istri dan ibu

Dari seluruh sampel penelitian, terdapat empat buah lagu yang mengandung

muatan citra perempuan sebagai istri dan ibu. Hal ini dapat diketahui dari pilihan

kata serta tema yang ada dalam lagu-lagu tersebut.

4.2.1 Kesetiaan

Tidak jauh berbeda dengan citra perempuan sebagai pribadi, kesetiaan

dalam citra perempuan sebagai istri dan ibu juga berhubungan dengan seseorang

yang dicintainya. Meskipun ditinggal sendiri, tokoh dalam kutipan di atas tetap

setia menanti pasangan hidupnya. Sebagai perempuan, tokoh digambarkan

sebagai perempuan yang bertanggung jawab menanti suami pulang dari

perantauan (Sajak denai ditinggakan / Bara lamonyo / Denai dalam panantian –

Sajak aku ditinggalkan / berapa lama / aku dalam penantian).

4.2.2 Kasih sayang dan cinta

7

Page 8: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

Muatan kasih sayang dan cinta dalam citra perempuan sebagai istri dan ibu

agak berbeda dengan citra perempuan sebagai pribadi. Dalam pencitraan ini,

muatan kasih sayang dan cinta yang muncul lebih kepada sosok pribadi yang

menjadi anggota keluarganya yaitu suami dan anaknya.

Sampel penelitian menunjukkan rasa sayang dan cinta seorang ibu kepada

anaknya. Layaknya ibu-ibu lainnya, perempuan dalam sampel penelitian ini juga

digambarkan sebagai ibu yang sangat menyayangi anaknya. Tangis si buah hati

tak menjadi kerisauan bahkan menambah rasa sayangnya (Sayangko ka sibuah

hati – sayang ini untuk si buah hati).

4.2.3 Ketegaran dan harga diri

Muatan harga diri dalam citra perempuan sebagai istri yang diperoleh dari

sampel penelitian ini juga muncul dalam lingkup dan konteks keluarga.

Terjadinya sebuah peristiwa dalam keluarga menuntut penyelesaian yang arif

tanpa mengenyampingkan harga diri seorang perempuan.

Dengan terbuka tokoh meminta penjelasan (terhadap pasangannya)

kesalahan yang telah tokoh lakukan (Katokanlah onde dosonyo denai –

Katakanlah apa dosaku). Hal ini menunjukkan keterbukaan tokoh untuk mengakui

kesalahannya. Tokoh menyadari pengakuan terhadap kesalahan tidak akan

menurunkan harga diri, tetapi justru menunjukkan ketinggian harga diri.

4.3 Pergeseran Citra Perempuan Tradisi Minangkabau dalam Lagu

Minangkabau Modern

Beberapa lagu Minangkabau modern menunjukkan kesan pergeseran citra

perempuan Minangkabau. Sampel penelitian ini menunjukkan beberapa hal

tersebut. Dalam beberapa hal perempuan tidak digambarkan memiliki peran yang

menentukan.

Dalam hal hubungan perempuan dengan calon pasangannya (suami),

perempuan dicitrakan sebagai pihak yang lemah. Perempuan digambarkan sebagai

pihak yang sangat tergantung pada pihak laki-laki. Ironisnya, perempuan

digambarkan meratap dan menghiba memohon kesediaan laki-laki meminangnya.

8

Page 9: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

Dalam keluarga, citra perempuan Minangkabau dalam sampel penelitian ini

juga menunjukkan pergeseran. Sebagai istri, perempuan digambarkan sangat

tergantung pada suaminya. Kepergian suami membuat istri menanti

kepulangannya.

Jika dibandingkan dengan tradisi Minangkabau, hal tersebut di atas sangat

bertentangan. Dalam penelitian ini, hal itulah yang dimaksud dengan pergeseran

nilai. Seperti telah disebutkan di atas, dalam perkawinan pihak perempuanlah

yang lebih menentukan. Apabila tiba saatnya untuk menikah, perempuan

Minangkabau akan didukung oleh kerabat satu kaumnya untuk mendapatkan

pasangan.

Dalam hal perkawinan perempuan juga memegang peranan penting. Pihak

perempuanlah yang lebih menentukan masalah perkawinan ini. Dimulai dari

mencari dan menentukan pasangan hingga upacara perkawinan, pihak

perempuanlah yang lebih menentukan (Navis, 1984: 199-210).

Sebagai seorang istri, seorang perempuan Minangkabau tetap dianggap

sebagai anggota kerabat satu kaumnya. Menurut Navis (1984: 215), meskipun

dianggap sebagai aib, perempuan Minangkabau akan lebih memilih perceraian

daripada apabila ditinggal suaminya. Melalui perceraian, perempuan

Minangkabau akan merasa lebih bebas dan memiliki beban lebih sedikit. Dalam

hal materi dia bisa memintanya bantuan kepada kerabatnya.

Dalam tradisi Minangkabau, perempuan menduduki peran yang sangat

penting dalam komunitasnya. Bundo Kanduang adalah peran sentral perempuan

Minangkabau dalam keluarga dan kaumnya. Naim (2006: 54) menyebutkan

bahwa Bundo kanduang adalah pusat sistem keluarga. Semua persoalan

dinisbatkan kepadanya dan dialah penentu kebijaksanaan dalam keluarga.

Menurut Navis (1984: 162-164), harta adalah hak saudara perempuan dan

rumah gadang dibangun diperuntukkan bagi anak maupun kemenakan perempuan

agar martabat kaum ikut terjaga. Naim (2006: 55) menambahkan bahwa tanggung

jawab pengaturan atas harta dalam keluarga kaum juga dibebankan pada bundo

kanduang.

Citra kelemahan perempuan tersbut muncul oleh karena kuatnya pencitraan

kesetiaan perempuan dalam lagu Minangkabau modern ini. Selanjutnya citra

9

Page 10: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

kesetiaan ini juga tidak bisa dilepaskan dari kuatnya pencitraan kasih sayang dan

cinta perempuan dalam sampel penelitian ini.

Jika dilihat dari perspektif kritik feminis, pergeseran tersebut menunjukkan

semakin kuatnya dominasi laki-laki terhadap perempuan di Minangkabau.

Eksogami sebagai sifat perkawinan di Minangkabau yang menyetarakan

kedudukan perempuan dengan laki-laki tampak semakin memudar. Secara

sosiologis, hal ini bisa disebut sebagai gambaran masyarakat Minangkabau saat

ini. Namun, juga perlu menjadi pertimbangan bahwa beberapa lagu tersebut

diciptakan oleh pencipta lagu laki-laki. Hal yang wajar jika melalui sebuah karya

laki-laki mencoba meluaskan dominasinya. Menurut Selden (1986: 130-131), satu

hal yang paling penting yang sering tidak disadari sendiri oleh kaum perempuan

adalah dalam hal wacana. Dalam kehidupan keseharian, kaum perempuan banyak

dikuasai oleh wacana yang dikuasai oleh laki-laki.

5. Penutup

Penelitian terhadap lagu Minangkabau modern ini menunjukkan bahwa

terdapat dua kelompok citra perempuan yang terkandung dalam sampel penelitian

ini, yaitu citra perempuan sebagai pribadi dan citra perempuan sebagai istri.

Muatan citra perempuan sebagai pribadi mengandung beberapa hal, yaitu

kesetiaan, kasih sayang dan cinta, dan ketegaran dan harga diri.

Muatan citra perempuan sebagai istri mengandung beberapa hal yang sama,

yaitu kesetiaan, kasih sayang dan cinta, dan ketegaran dan harga diri. Namun,

terdapat perbedaan dalam hal persona yang dituju yaitu suami dan anak sebagai

anggota keluarganya.

Pergeseran citra perempuan Minangkabau menurut tradisi dibandingkan

dengan yang terdapat sampel penelitian adalah melemahnya peran perempuan

baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota kerabat kaumnya. Jika diilihat dari

perspektif kritik feminis, pergeseran tersebut menunjukkan semakin kuatnya

dominasi laki-laki terhadap perempuan di Minangkabau.

DAFTAR BACAAN

10

Page 11: CITRA PEREMPUAN DALAM LAGU MINANGKABAU MODERN

Arbain, Armini. 2007. Citra Perempuan Pekerja dalam Novel-Novel Indonesia: Analisis Kritik Sastra Feminis. Padang: Fakultas Sastra Unand.

Culler, Jonathan. 1983. On Deconstuction: Theory and Criticism after Structuralism. London: Routledge and Kegan Paul.

Damono, Sapardi Djoko. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa Departemen Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: FBS UNY.

Hermawan. 2003. ”Perbandingan Tokoh Wanita Dalam Kaba dengan Novel Indonesia Periode Balai Pustaka” (artikel). Universitas Bung Hatta Padang.

Naim, Mochtar. 2006. Tiga Menguak Tabir: Perempuan Minangkabau di Simpang Jalan. Jakarta: Hasanah.

Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Selden, Raman. 1985. A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory. Sussex: The Harvester Press.

Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme dan Sastra: Menguak Citra Perempuan dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis.

Sugihastuti. 2000. Wanita di Mata Wanita: Perspektif Sajak-Sajak Toeti Heraty. Bandung: Penerbit Nuansa.

Sukri, Sri Suhandjati dan Ridin Sofwan. 2001. Perempuan dan Seksualitas dalam Tradisi Jawa. Yogyakarta: Gama Media.

11