59

Click here to load reader

Case Tumor Mamae

  • Upload
    aldy

  • View
    105

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

csv

Citation preview

Page 1: Case Tumor Mamae

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. L

Umur : 18 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Bebedahan RT04 RW 12 Kec. Soreang

Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

No RM : 494202

Tanggal masuk : 2014

Tanggal pemeriksaan : 2014

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan penderita tanggal 2014

Keluhan Utama : Benjolan di payudara sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak ± 3 bulan yang lalu SMRS, pasien mengeluh merasakan adanya benjolan di

payudara sebelah kiri yang awalnya kecil namun kini semakin membesar. Benjolan terasa

nyeri (+) dan keluar cairan (-). Keluhan tidak disertai adanya benjolan lain diluar

1

Page 2: Case Tumor Mamae

payudara dan tidak terdapat keluhan lain, demam (-),pusing (-),dan terdapat penurunan

badan dari 41 kg menjadi 39 kg.

Pasien sudah menikah pada umur 17 tahun, belum mempunyai anak dan kini

Pasien mengalami menstruasi pertama kali pada umur 12 tahun, siklus menstruasi pasien

teratur, yaitu selama 6 - 7 hari dalam sebulan.

Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluhkan masalah kandungan dan pasien

tidak mempunyai riwayat menggunakan pil KB.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah mengalami adanya benjolan sebelumnya

Riwayat Keluarga :

Riwayat penyakit serupa pada keluarga tidak ada

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda vital : TD = 120/80 mmHg

RR = 20 x/menit

N = 84 x/menit

S = 36.6 0C

Kepala : Mesosefal

Mata : Konjugtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

Leher : Simetris, deviasi trakea (-), pembesaran limfonodi (-)2

Page 3: Case Tumor Mamae

KGB : Tidak teraba pembesaran (axilla/supraklavikula/infraklavikula)

Thoraks : Bentuk dan gerak simetris

Pulmo : VBS kiri = kanan , Wheezing (-/-) , Rhonki (-/-)

Cor : BJ I dan II murni reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen : Datar, lembut, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba

Ekstermitas : Akral hangat, CRT <2”

Status Lokalis

Regio mammae sinistra :

Inspeksi : tidak tampak massa, hiperemis (-), skin dimpling (-), peau d’orange (-), ulkus

(-), retraksi puting (-), nipple discharge (-)

Palpasi : teraba massa bulat kenyal berdiameter 3x2x2 cm,konsistensi keras,permukaan

berbenjol - benjol, mobile, batas tegas, nyeri tekan (+).

RESUME

Seorang perempuan berusia 18 tahun datang dengan keluhan adanya benjolan pada

mammae sinistra sejak ± 3 bulan yang lalu SMRS. Benjolan terasa nyeri (+). Pada

3

Page 4: Case Tumor Mamae

pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit ringan, vital sign dalam batas normal, konjungtiva

tidak anemis, KGB tidak teraba, status generalis lain dalam batas normal. Status lokalis

didapatkan teraba massa bulat kenyal berdiameter 3x2x2 cm, konsistensi keras,permukaan

berbenjol - benjol, mobile, batas tegas, nyeri tekan (+).

DIAGNOSIS BANDING

- Tumor mammae sinistra suspect benigna

- Tumor mammae sinistra suspect maligna

PEMERIKSAAN PENUNJANG

USUL PEMERIKSAAN

Laboratorium lengkap

USG mammae

Biopsi Fine Needle Aspiration untuk pemeriksaan PA

HASIL PEMERIKSAAN LAB

DARAH RUTIN

◦ Hb : 12,3 mg/dL

◦ Ht : 38 %

◦ Leukosit : 12.100/mm3*

◦ Trombosit : 223.000/mm3

HEMOSTASIS

◦ Masa pembekuan/CT : 8’

◦ Masa pendarahan/BT : 2’

KIMIA KLINIK

◦ Glukosa Darah Sewaktu : 101,6 mg/dL

◦ Ureum : 18,3 mg/dL*

◦ Kreatinin : 0,56 mg/dL*

4

Page 5: Case Tumor Mamae

◦ SGOT : 21.0 U/L

◦ SGPT : 12.4 U/L

Rontgen Thoraks

Kesan : Tidak tampak TB paru aktif

Tidak tampak kardiomegali

DIAGNOSA KERJA

Tumor mammae sinistra suspect

TERAPI

Operatif : Biopsi Exterpasi

Konservatif : Umum :

Bed Rest

Puasa

Khusus :

IUVD RL

Cefizoxime 2 x 1 gram

Ketorolak 2 x 1 gram

Dexametason 3 x 1 gram

PROGNOSA

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

5

Page 6: Case Tumor Mamae

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir 40% dari pasien

yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae mempunyai lesi jinak. Perhatian

yang lebih sering diberikan pada lesi maligna karena kanker payudara merupakan lesi maligna

yang paling sering terjadi pada wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna

payudara adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound ,

Magnetic Resonance Imaging dan juga biopsi payudara dapat membantu dalam menegakkan

diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien.

Mayoritas dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi

kanker, maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,

kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari jumlah

pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena pandangan dari wanita itu

sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli

radiologi dan ahli onkologi untuk mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker

payudara in situ dan invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan

yang sesuai dapat diberikan kepada pasien.

Menurut kepustakaan dikatakan bahwa penyebab tersering massa pada mammae adalah

kista, Fibroadenoma mammae dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di

dalam lobus manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering

timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab tersering dari

gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.

Onkologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit yang disebabkan oleh tumor. Dalam

artian umum, tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam

artian khusus, tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor

dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang aray

hipertrofi.

6

Page 7: Case Tumor Mamae

Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi

karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini

tumbuh terus merubah bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya.

Dalam tulisan kali ini akan di uraikan dan dibahas kelainan payudara yang jinak maupun

kelainan payudara yang ganas dan diuraikan pula penatalaksanannya.

ANATOMI PAYUDARA

Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan dada. Dasar

dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh di

sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas

lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian

M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus.

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.

Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat

menyusui 800 gram.

Batas-batas payudara yang tampak dari luar :

superior : iga II atau III

inferior : iga VI atau VII

7

Page 8: Case Tumor Mamae

medial : pinggir sternum

lateral : garis aksilaris anterior / linea mid axillae

Batas-batas payudara yang sesungguhnya :

superior : hampir sampai ke klavikula

medial : garis tengah

lateral : m. latissimus dorsi

Payudara terdiri dari berbagai struktur :

parenkhim epitelial lemak, pembuluh darah, saraf, dan saluran getah bening otot dan fascia

Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke aksila. Ekor ini

(tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus (dari Langer) dalam fascia sebelah

dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan secara normal di

bawah fascia sebelah dalam.

Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan

8

Page 9: Case Tumor Mamae

Topografi aksila (Anterior view)

Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar daripada yang

lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan secara bebas dengan fascia

sebelah dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya adalah kesatuan dalam anatomi, bukan

kesatuan dalam bedah. Suatu biopsy payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur

semacam itu, sebagian dari 1 atau lebih lobus diangkat.

Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang retromammary

(submammary) yang mana kaya akan limfatik.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

9

Page 10: Case Tumor Mamae

Korpus Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

Areola Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

PapillaBentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).

Gambar 1. Bentuk puting susu normal

Gambar 2. Bentuk puting susu pendek

Gambar 3. Bentuk puting susu panjang

Gambar 4. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

10

Page 11: Case Tumor Mamae

Vaskularisasi

Arteri

Payudara mendapat pendarahan dari;

(a) Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna. Cabang I, II, III dan IV

dari mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggur sternum

pada interkostal yang sesuai, menembus m. Pektoralis mayor dan memberi

pendarahan tepi medial glandula mamma

(b) Rami pektoralis a. thorako-akromialis yang akan mendarahi glandula

mamma bagian dalam

(c) A. thorakalis lateralis (a. mamaria eksterna) yang mendarahi bagian lateral

mamma

(d) A. thorako dorsalis

Vaskularisasi arteri mammae. 1). a. subclavia, 2). a. thorakalis superior, 3). a. thorako acromialis, 4). a. mammaria eksterna, 5). Arteri thorakalis lateral, 6). Rami interkostalis, perforantes lateral, 7). Perforantes intercostal medial, 8). Cabang perforantes arteria mammaria interna

Vena

(a) Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna

(b) Cabang-cabang v. aksilaris; v. thorako-akromialis, v. thorakalis lateralis

dan v. thorako-dorsalis

(c) Vena-vena kecil yang akan bermuara pada v. interkostalis

11

Page 12: Case Tumor Mamae

Pembuluh Getah bening

Pembuluh getah bening aksilla: 

Pembuluh getah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah-

daerah sekitar areola mamma, kuadaran lateral bawah dan kuadaran

lateral atas payudara

Pembuluh getah bening mammaria interna;

Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial

payudara.

Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah

payudara.

Kelenjar-Kelenjar Getah Bening (KGB)

Terdapat enak kelenjar getah bening aksilla:

(A). KGB mammae eksterna

Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor,

sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2 kelompok:

- Kelompok superior, terletak setinggi interkostal II-III

- Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI

(B). KGB scapula

Terletak sepajang v. subskapularis dan thorako-doralis, mulai dari

percabangan v. aksillaris mejadi v. subskapularis, sampai ke tempat

masuknya v. thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.

12

Page 13: Case Tumor Mamae

(C). KGB sentral (central nodes)

Terletak di dalam jaringan lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa

di antaranya terletak sangat superfisial, di bawah kulit dan fasia pada pusat

aksila, kira-kira pada pertengahan lipat aksila depan dan belakang.

Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah

diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak

jumlahnya.

(D). KGB interpektoral (rotters nodes)

Terletak antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis

v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat buah.

(E). KGB v. aksillaris

Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksillaris bagian lateral, mulai

dari white tendon m. laitssimus dorsi sampai ke sedikit medial dari

percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.

(F). KGB subklavikula

Terletak di sepanjang v.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan

v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai dimana v. aksillaris menghilang

di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang

tertinggi dan termedial letakya. Semua getah bening yang berasal dari

kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini.

Seluruh kelenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah fasia

kostokorakoid

(G). KGB prepektoral

Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal yang kadang-

kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran

lateral atas disebut prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.

(H). KGB mammaria interna

Kelenjar-kelenjar ini terdapat di sepanjangt trunkus limfatikus mammaria

interna, kira-kira 3 cm dari tepi sternum, terletak di dalam lemak di atas

fasia endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran jumlahnya sekitar 6-8 buah.

13

Page 14: Case Tumor Mamae

Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan payudara, apabila ada

kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi defisit fungsional pada saraf yang terkena,

sebagai contoh :

Nervus Otot/area persarafan Defisit fungsional

N. torasikus (of Bell) Serratus anterior Winging scapula

N. torakodorsalis Latissimus dorsi Tidak dapat mendorong diri sendiri untuk berdiri dari posisi duduk

N. pektoralis medial dan lateral Pektoralis mayor dan minor

Kelemahan dari otot pektoralis

N. interkostobrakhial Menyebrang axilla secara transversal menuju bagian dalam lengan

Anestesi pada bagian dalam lengan

FISIOLOGIS

Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Estrogen diketahui

merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesterone memulai perkembangan lobules-

lobulus payudara juga deferensiasi sel epitel. Prolaktin merangsang laktogenesis.

1. Perubahan siklik : volume meningkat hampir 50% setelah hari kedelapan dari silklus

mensruasi.Kongesti vaskuler dan proliferasi lobular berkurang saat menstruasi

14

Page 15: Case Tumor Mamae

2. Kehamilan dan laktasi :duktus alveolaris dan lobularis berploriferasi dengan regresi

setelah masa menyusui. Putting dan areola bertyambah gelap dan kelenjar mantgomery

menjadi menonjol, strie tampak.

3. Monopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan parenkim.

4. Penyimpangan: Perkembangan asimetrik atau hipertropi virginal pada anak perempuan

dapat dikoreksi dengan pembedahan setelah dewasa. Ginekomasti pada anak laki-laki

pubertas dapat diperbaiki jika tidak ada regresi atau kelainanan hormonal.

TUMOR JINAK PAYUDARA

JENIS-JENIS TUMOR JINAK PAYUDARA

Tumor mamae jinak

Definisi

Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim, stroma, areola

dan papilla mammae. Termasuk : Tumor jinak jaringan lunak mamma, lipoma,

hemangioma mamma dan displasia mamma.

Manifestasi Klinis

Tumor jinak mamma maupun tumor non-neoplasma bermanifestasi sebagai:15

Page 16: Case Tumor Mamae

1. Tumor pada mamma.

2. Jaringan mamma yang padat dan noduler.

3. Nyeri pada mamma.

a. Fibroadenoma Mammae

Fibroadenoma adalah lesi yang sering terjadi pada mammae. Setelah menopause, tumor

tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenoma sering membesar mencapai ukuran 1 atau 2 cm.

Kadang fibroadenoma tumbuh multiple (lebih 5 lesi pada satu mammae), tetapi sangat jarang.

Pada masa adolesens, fibroadenoma tumbuh dalam ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat

sekali selama kehamilan dan laktasi atau menjelang menopause, saat ransangan estrogen

meningkat. Nodul Fibroadenoma sering soliter, mudah digerakkan dengan diameter 1 hingga 10

cm. Jarang terjadinya tumor yang multiple dan diameternya melebihi 10 cm

(giantfibroadenoma).

INSIDENS :

Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita

muda berusia 15-25 tahun. fibroadenoma terjadi secara asimptomatik pada 25% wanita.

ETIOPATOGENESIS : Etiologi dari fibroadenoma masih belum diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa

hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya. Usia menarche,

usia menopause dan terapi hormonal termasuklah kontrasepsi oral tidak merubah risiko

terjadinya lesi ini. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat

keluarga (first-degree) dengan karsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya

penyakit ini. Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari

16

Page 17: Case Tumor Mamae

mammae yang dikenal sebagai “kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi”. Fibroadenoma

sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur lobul ditambahkan ke

dalam sistem duktus pada mammae. Lobul hiperplastik sering terjadi pada waktu ini dan

dianggap merupakan bagian dari perkembangan mammae.

GAMBARAN KLINIS : Biasanya wanita muda menyadari terdapatnya benjolan pada payudara ketika sedang

mandi atau berpakaian. Kebanyakan benjolan berdiameter 2-3 cm, namun FAM dapat tumbuh

dengan ukuran yang lebih besar (giant fibroadenoma). Pada pemeriksaan, benjolan FAM kenyal

dan halus. Benjolan tersebut tidak menimbulkan reaksi radang (merah, nyeri, panas), mobile

(dapat digerakkan) dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara ataupun retraksi puting

(puting masuk). Benjolan tersebut berlobus-lobus. Tumor ini tidak melekat pada jaringan

sekitarnya sehingga mudah untuk digerakkan dan Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multipel.

Mayoritas tumor ini terdapat pada kuadran lateral superior dari mammae. Biasanya

fibroadenoma tidak nyeri, namun kadang nyeri jika ditekan.

DIAGNOSIS : Diagnosa bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik walaupun dianjurkan juga untuk

dilakukan aspirasi sitologi. Fine-needle aspiration (FNA) sitologi merupakan metode diagnosa

yang akurat. Diagnosa fibroadenoma bisa ditegakkan melalui gambaran klinik pada pasien usia

muda dan karena itu, mammografi tidak rutin dikerjakan. Fibroadenoma dapat dengan mudah

didiagnosa melalui Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter

yang lebih besar (core needle biopsi).

17

Page 18: Case Tumor Mamae

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Menunjukkan stroma fibroblastik longgar yang terdiri dari ruang seperti saluran

(ductlike) dilapisi epithelium yang terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk. Ductlike atau ruang

glandular ini dilapisi dengan lapisan sel tunggal atau multiple yang regular dan berbatas tegas

serta membran basalis yang intak

PENATALAKSANAAN : Pada fibroadenoma dilakukan eksisi dibawah pengaruh anestesi lokal atau general.

Fibroadenoma residif setelah pengangkatan jarang terjadi. Sekiranya berlaku rekurensi, terdapat

beberapa faktor yang diduga berpengaruh. Pertama, pembentukan dari trulymetachronous

fibroadenoma. Kedua, asal dari tumor tidak diangkat secara menyeluruh sewaktu operasi dan

mungkin karena presentasi dari tumor phyllodes yang tidak terdiagnosa

b. Kista Mammae

Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista terbentuk dari

cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil untuk dapat diraba, Kista

tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae dengan mammografi atau pemeriksaan

fisis dan ditemukan hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus

berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan

diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.

18

Page 19: Case Tumor Mamae

INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia antara 35 sampai 50

tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun

terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan

terapi pengganti hormon.

ETIOPATOGENESIS : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae merupakan suatu kelainan dari

fisiologi normal lobular. Penyebab utama terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti

walaupun terdapat bukti yang mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism

akibat penggunaan terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista mammae ini masih

belum jelas. Penelitian awal menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus

atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang

akan bergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena adanya

obstruksidari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan stroma.

GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi. Kista ini dapat

juga mobil namun tidak seperti fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang

jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang

meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa dipalpasi.

Selama perkembangannya, pelebaran yang terjadi pada jaringan payudara menimbulkan rasa

nyeri. Benjolan bulat yang dapat digerakkan dan terutama nyeri bila disentuh, mengarah pada

kista.

DIAGNOSIS : Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan aspirasi sitologi.

Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Cairan dari kista bisa berbeda

warnanya, mulai dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga

kelihatan tebal dan bengkak. Mammografi dan ultrasonografi juga membantu dalam penegakkan

diagnosis tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.

19

Page 20: Case Tumor Mamae

PENATALAKSANAAN : Eksisi merupakan tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini sudah tidak

dilakukan karena simple aspiration sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan menjadi

lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa dideteksi dengan mammografi. Walaubagaimanapun,

bukti klinis perlu bahwa tidak terdapat massa setelah dilakukan aspirasi. Terdapat dua cardinal

rules bagi menunjukkan aspirasi kista berhasil yakni (1) massa menghilang secara keseluruhan

setelah diaspirasi dan (2) cairan yang diaspirasi tidak mengandungi darah. Sekiranya kondisi ini

tidak terpenuhi, ultrasonografi, needle biopsy dan eksisi direkomendasikan. Terdapat dua

indikasi untuk dilakukan eksisi pada kista. Indikasi pertama adalah sekiranya cairan aspirasi

mengandungi darah (selagi tidak disebabkan oleh trauma dari jarum), kemungkinan terjadinya

intrakistik karsinoma yang sangat jarang ditemukan. Indikasi kedua adalah rekurensi dari kista.

Hal ini bisa terjadi karena aspirasi yang tidak adekuat dan terapi lanjut perlu diberikan sebelum

dilakukan eksisi.

c. Papilloma Intraduktus

Papilloma Intraduktus merupakan tumor benigna pada epithelium duktus mammae

dimana terjadinya hipertrofi pada epithelium dan mioepithelial. Tumor ini bisa terjadi

disepanjang sistem duktus dan predileksinya adalah pada ujung dari sistem duktus yakni sinus

lactiferous dan duktus terminalis.

INSIDENS : Papilloma Intraduktus soliter sering terjadi pada wanita paramenopausal

atau postmenopausal dengan insidens tertinggi pada dekade ke enam.

ETIOPATOGENESIS : Etiologi dan patogenesis dari penyakit ini masih belum jelas. Dari kepustakaan

dikatakan bahwa, Papilloma Intraduktus ini terkait dengan proliferasi dari epitel fibrokistik yang

hiperplasia.

GAMBARAN KLINIS : Hampir 90% dari papilloma intraduktus adalah dari tipe soliter. Papilloma Intraduktus

soliter sering timbul pada duktus laktiferus dan hampir 70% dari pasien datang dengan nipple

20

Page 21: Case Tumor Mamae

discharge yang serous dan bercampur darah. Ada juga pasien yang datang dengan keluhan massa

pada area subareola walaupun massa ini lebih sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa

yang teraba sebenarnya adalah duktus yang berdilatasi.

GAMBARAN HISTOLOGI : Secara histologi, tumor ini terdiri dari papilla multipel yang masing-masing terdiri dari

jaringan ikat yang dilapisi sel epitel kuboidal atau silinder yang biasanya terdiri dari dua lapisan

terluar epitel menutupi lapisan mioepitel.

PENATALAKSANAAN : Umumnya, pasien diterapi secara konservatif dan papilloma serta nipple discharge dapat

menghilang secara spontan dalam waktu beberapa minggu. Apabila hal ini tidak berlaku, eksisi

lokal duktus yang terkait bisa dilakukan. Eksisi duktus terminal merupakan prosedur bedah

pilihan sebagai penatalaksanan nipple discharge. Pada prosedur ini,digunakan anestesi lokal

dengan atau tanpa sedasi. Tujuannnya adalah untuk eksisi dari duktus yang terkait dengan nipple

discharge dengan pengangkatan jaringan sekitar seminimal mungkin. Apabila lesi benigna ini

dicurigai mengalami perubahan kearah maligna, terapi yang diberikan adalah eksisi luas disertai

radiasi.

d. Kelainan Fibrokistik

Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah benjolan

payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini harus dibedakan dengan

keganasan. Kelainan fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan

jaringan fibrous dan glandular.

INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 25-50 tahun (>50%).

GAMBARAN KLINIS : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya multipel, keras, adanya kista, fibrosis,

benjolan konsistensi lunak, terdapat penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa

21

Page 22: Case Tumor Mamae

sangat nyeri selama periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap

bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik berkaitan dengan

adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya payudara teraba lebih keras dan

benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum menstruasi. Gejala tersebut menghilang

seminggu setelah menstruasi selesai. Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki

fase menopause. Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.

DIAGNOSIS : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik, mammogram, atau biopsi.

Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan

fibrokistik biasanya ditemukan pada kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.

Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan seksama untuk

membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan fisik didapatkan benjolan

difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di bagian atas-luar payudara tanpa ada

benjolan yang dominan, maka diperlukan pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan

setelah periode menstruasi berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau

kehijauan, sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila

cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar, maka

kemungkinan benjolan tersebut jinak.

Berbagai gambaran klinik kelainan fibrokistikA. Benjolan multiple, B. Seluruh payudara berbenjol-benjol, C. pengeluaran cairan (jernih sampai kehijauan, tidak hemoragik), D. Nyeri berdaur (pra haid), E. Tumor tunggal, F. Kista

22

Page 23: Case Tumor Mamae

PENATALAKSANAAN : Medikamentosa simptomatis, operasi apabila medikamentosa tidak menghilangkan

keluhannya dan ditemukan pada usia pertengahan sampai usia lanjut.

Namun pada beberapa keadaan diperlukan operasi, yaitu apabila:

Medikamentosa tidak menghilangkan keluhan nyerinya

Ditemukan pada usia pertengahan sampai muda

e. Tumor Filoides (Kistosarkoma filoides)

Tumor filodes umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat

pada kedua payudara), dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan

dengan FAM. Ukuran bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM,

mungkin karena pertumbuhannya yang cepat. Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak

yang bersifat menyusup secara lokal dan mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan

dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.

INSIDENS : Tumor ini terdapat pada semua usia, kebanyakan pada usia 45 tahun.

Tumor filodes atau dikenal dengan kistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial yang ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel.

GAMBARAN KLINIS : Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama dengan

fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Berbentuk bulat

lonjong dengan permukaan berbenjol-benjol, berbatas tegas dengan ukuran yang lebih besar dari

fibroadenoma. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara), dan biasanya

muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran bervariasi,

meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena pertumbuhannya yang

cepat.

23

Page 24: Case Tumor Mamae

PENATALAKSANAAN : Tumor filoides jinak diterapi dengan cara melakukan pengangkatan tumor disertai 2 cm

(atau sekitar 1 inchi) jaringan payudara sekitar yang normal. Sedangkan tumor filoides yang

ganas dengan batas infiltratif mungkin membutuhkan mastektomi (pengambilan jaringan

payudara). Mastektomi sebaiknya dihindari apabila memungkinkan. Apabila pemeriksaan

patologi memberikan hasil tumor filodes ganas, maka re-eksisi komplit dari seluruh area harus

dilakukan agar tidak ada sel keganasan yang tersisa.

f. Adenosis Sklerosis

Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar yang

lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka

kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe

khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.

Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis agregasi, atau

tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun kondisi

ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.

GAMBARAN KLINIS : Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan

sulit membedakan tumor ini dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Perubahan

histologis berupa proliferasi (proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel).

Adenosis sklerosis dengan karakteristik lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya muncul

pada mikrokista multipel, tetapi biasanya muncul berupa massa yang dapat terpalpasi. Kalsifikasi

dapat terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan

diagnosis.

PENATALAKSANAAN : Biopsi melalui aspirasi jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini jinak

atau tidak. Namun dengan biopsi melalui pembedahan dianjurkan untuk memastikan tidak

terjadinya kanker.

24

Page 25: Case Tumor Mamae

g. Galaktokel

Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang hamil atau

menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus yang tersumbat yang

terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi benigna yang luar biasa pada payudara

dan merupakan timbunan air susu yang dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya,

galaktokel tidak bersifat seperti kanker.

GAMBARAN KLINIS : Biasanya galaktokel tampak rata, Kista menimbulkan benjolan yang nyeri dan mungkin

pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus

indurasi persisten. Benjolan dapat digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan

DIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi, dimana akan terlihat

penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.

PENATALAKSANAAN : Penatalaksanaan galaktokel dilakukan dengan aspirasi jarum halus untuk mengeluarkan

sekret susu. Pembedahan dilakukan jika kista terlalu kental dan sulit di aspirasi

h. Mastitis

25

Page 26: Case Tumor Mamae

Mastitis adalah infeksi yang sering menyerang wanita yang sedang menyusui atau pada

wanita yang mengalami kerusakan atau keretakan pada kulit sekitar puting.

Pembagian mastitis menurut kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :

a. Mastitis periductal

Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang

menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal

juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti pelebaran saluran

karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.

b. Mastitis puerperalis/lactational

Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.

Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara

ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.

c. Mastitis supurativa

Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman

Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC

memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak

tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.

ETIOPATOGENESIS : Kerusakan pada kulit sekitar puting tersebut akan memudahkan bakteri dari permukaan

kulit untuk memasuki duktus yang menjadi tempat berkembangnya bakteri dan menarik sel-sel

inflamasi. Sel-sel inflamasi melepaskan substansi untuk melawan infeksi, namun juga

menyebabkan pembengkakan jaringan dan peningkatan aliran darah.

GAMBARAN KLINIS : Pada mastitis menyebabkan payudara menjadi merah, nyeri, dan terasa hangat saat

perabaan. Terkadang sukar dibedakan dengan karsinoma, yaitu adanya massa berkonsistensi

keras, bisa melekat ke kulit, dan menimbulkan retraksi puting susu akibat fibrosis periduktal, dan

bisa terdapat pembesaran kelenjar getah bening aksila.

26

Page 27: Case Tumor Mamae

PENATALAKSANAAN :

Pada mastitis dengan kondisi ini diterapi dengan antibiotik. Pada beberapa kasus, mastitis

berkembang menjadi abses atau kumpulan pus yang harus dikeluarkan melalui pembedahan.

i.Ductus Ectasia

Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran dan pengerasan

dari duktus.

INSIDENS : Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang wanita usia sekitar 40 sampai

50 tahun dan di anggap sebagai variasi normal proses payudara wanita usia lanjut.

GAMBARAN KLINIS : Adanya massa berupa ductus yang membesar dicirikan dengan sekresi puting yang

berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada puting serta daerah disekitarnya akan terasa

sakit serta tampak kemerahan.

PENATALAKSANAAN :

Kondisi ini umumnya tidak memerlukan tindakan apapun, atau dapat membaik dengan

melakukan pengkompresan dengan air hangat dan obat-obat antibiotik. Apabila keluhan tidak

membaik, duktus yang abnormal dapat diangkat melalui pembedahan dengan cara insisi pada

tepi areola.

j. Nekrosis LemakNekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa terjadi spontan

atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh berusaha memperbaiki jaringan

payudara yang rusak, daerah yang mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.

GAMBARAN KLINIS :

Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar.

Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata.

27

Page 28: Case Tumor Mamae

DIAGNOSIS : Karena kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah yang mengalami

nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan dengan kanker jika hanya dari

pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.

GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan lemak yang kemudian menjadi fibrosis.

PENATALAKSANAAN : Dengan biopsi jarum atau dengan tindakan pembedahan eksisi

TUMOR GANAS MAMMAE

Definisi

Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa

mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada

payudara.

Etiologi

Sampai saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Penyebab kanker

payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.

Beberapa faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker

payudara adalah riwayat keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen (Soetrisno,

1988). Bahan-bahan yang termasuk dalam kelompok karsinogen, yaitu :

1. Senyawa kimia, seperti aflatoxin B1, ethionine, saccharin, asbestos, nikel, chrom, arsen,

arang, tarr, asap rokok, dan oral kontrasepsi.

2. Faktor fisik, seperti radiasi matahari, sinar-x, nuklir, dan radionukleide.

3. Virus, seperti RNA virus (fam. retrovirus), DNA virus (papiloma virus, adeno virus,

herpes virus), EB virus.

4. Iritasi kronis dan inflamasi kronis dapat berkembang menjadi kanker. 28

Page 29: Case Tumor Mamae

5. Kelemahan genetic sel-sel pada tubuh, sehingga memudahkan munculnya kanker.

Faktor resiko

1. Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara, yaitu:

Riwayat pribadi tentang kanker payudara

2. Anak perempuan dan saudara perempuan dari wanita dengan kanker payudara

3. Menarke dini (kurang dari 12 tahun)

4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama (>30 tahun)

5. Menopouse pada usia lanjut

6. Riwayat penyakit payudara jinak

7. Obesitas setelah menopause

8. Kontrasepsi oral

9. Terapi penggantian hormon estrogen atau progesterone

10. Gaya hidup

11. Status sosial ekonomi tinggi

Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses yang disebut transformasi,

yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam

bahan genetik sel yang memicu sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini

disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang berupa bahan kimia, virus, radiasi

(penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap

suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,

menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi, suatu sel yang

telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi

tidak akan terpengaruh oleh promosi (Desen, 2008).

29

Page 30: Case Tumor Mamae

Menurut Price & Wilson (2006) pada ca mammae terjadi proliferasi keganasan sel epitel

yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel

dengan perkembangan sel-sel atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma

in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh dari satu

sel manjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm) pada

ukuran itu, sekitar 25% ca mammae sudah mengalami metastasis.

Klasifikasi

Berdasarkan WHO Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasi

menjadi:

Non-invasif

a. Intraduktal

b. Lobular karsinoma in situ

Invasiv

a. Karsinoma invasif duktal

b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen intraduktal yang predominant

c. Karsinoma invasif lobular

d. Karsinoma mucinous

e. Karsinoma medullary 30

Page 31: Case Tumor Mamae

f. Karsinoma papillary

g. Karsinoma tubular

h. Karsinoma adenoid cystic

i. Karsinoma sekretori (juvenile)

j. Karsinoma apocrine

k. Karsinoma dengan metaplasia

i. Tipe squamous

ii. Tipe spindle-cell

iii. Tipe cartilaginous dan osseous

iv. Mixed type

Paget’s disease of the nipple

Stadium

Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan

CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Paling banyak digunakan saat ini adalah stadium kanker

berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union

Against Cancer dari World Helath Organization) / AJCC (American Joint Committee On Cancer

yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons).

- Sistem TNM

TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran tumor, “N” yaitu node

atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga

faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan

31

Page 32: Case Tumor Mamae

dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai

berikut :

a) Ukuran Tumor (T) :

Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan Sistem TNM

Ukuran Tumor (T) Interpretasi T0 Tidak ada bukti adanya suatu tumor Tis Lobular carninoma in situ (LCIS), ductus carninoma in

situ (DCIS), atau Paget’s disease

T1 T1a T1b

Diameter tumor ≤ 2cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis

T2 T2a T2b

Diameter tumor 2-5 cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis

T3 T3a T3b

Diameter tumor ≤ 5 cm Tidak ada perlekatan ke fasia atau otot pektoralis Dengan perlekatan ke fasia atau otot pektoralis

T4 T4a T4b

Bebepa pun diameternya, tumor telah melekat pada dinding dada dan mengenai pectoral lymph node Dengan fiksasi ke dinding toraks Dengan edema, infiltrasi, atau ulserasi di kulit

32

Page 33: Case Tumor Mamae

b) Palpable Lymph Node (N)

Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem TNM

Palpable Lymph Node (N) Interpretasi

N0 Kanker belum menyebar ke lymph node N1 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node

ipsilateral dan dapat digerakkan

N2 Kanker telah menyebar ke axillary lymph node ipsilateral dan melekat antara satu sama lain (konglumerasi) atau melekat pada struktru lengan

N3 Kanker telah menyebar ke mammary lymph node atau supraclavicular lymph node ipsilateral

c) Metastase (M)

Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM

Metastase Interpretasi M0 Tidak ada metastase ke organ yang jauh M1 Metastase ke organ jauh

Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Stadium Numerik Kanker Payudara

Stadium Ukuran Tumor Palpable Lymph Node

Metastase

0 Tis N0 M0 1 T1 N0 M0 IIA T1

T2 N1 N0

M0 M0

IIB T2 T3

N1 N0

M0 M0

IIIA T1, T2 T3

N2 N1

M0 M0

IIIB T4 N3 M0 IV T N M1

33

Page 34: Case Tumor Mamae

Manifestasi

Tanda dan gejala Ca mammae adalah :

Benjolan pada payudara. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara.

Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau

menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.

Erosi atau eksema putting susu. Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam

(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema, hingga

kulit kelihatan seperti jeruk (peau d’orange), mengkerut atau timbul borok (ulkus pada

payudara). Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat

menghancurkan payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.

Pendarahan pada puting susu.

Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah besar, sudah timbul

borok atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang.

Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening ketiak, bengkak pada lengan dan

penyebaran kanker di seluruh tubuh.

34

Page 35: Case Tumor Mamae

Diagnosis

Berdasarkan Protokol Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia, diagnosis kanker

payudara dapat ditegakkan melalui tahapan-tahapan berikut:

Pemeriksaan Klinis

Anamnesis, hal-hal yang perlu dicari adalah informasi mengenai:

a. Keluhan pada payudara atau ketiak beserta perjalanan penyakitnya:

Benjolan

Kecepatan tumbuh

Rasa sakit

Nipple discharge

Nipple retraction (ditanyakan pula mengenai onsetnya)

Krusta di areola

Kelainan pada kulit, misalnya dimpling, peau d’orange, ulserasi, venektasi

Perubahan warna kulit

Benjolan di ketiak

Edema lengan bawah

b. Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis), antara lain:

Nyeri tulang (vertebra, femur)

Rasa penuh di ulu hati

Batuk

Sesak

Sakit kepala hebat

Pemeriksaan Fisik

a. Status generalis

b. Status lokalis :

Pemeriksaan terhadap kedua payudara

Massa tumor

35

Page 36: Case Tumor Mamae

Lokasi

Ukuran

Konsistensi

Permukaan

Bentuk dan batas tumur

Jumlah tumor

Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m. Pectoralis, dan dinding dada

Perubahan kulit

Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit

Peau d’orange, ulserasi

Nipple

Tertarik

Erosi

Krusta

Discharge

Status KGB (jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain atau jaringan sekitar)

KGB aksila

KGB infraklavikula

KGB supraklavikula

Lokasi organ

Pemeriksaan radiodiagnostik/imaging

1. Recommended (diharuskan)

USG payudara dan mamografi untuk tumor > 3 cm

Foto thorax

USG abdomen (hepar)

2. Optional (atas indikasi)

Bone scanning/Bone survey (bila pada lesi > 5 cm)

CT-scan

Pemeriksaan sitologi (FNAB = Fine Needle Aspiration Biopsy)36

Page 37: Case Tumor Mamae

Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologis curiga ganas

Pemeriksaan histopatologi

Dilakukan potong beku dan atau parafin, bahan pemeriksaan diambil melalui :

Core biopsy

Biopsi eksisional

Biopsi insisional

Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB

Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, P53, dll

Laboratorium

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan

kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastasis.

Mamography

Mammography adalah suatu pemeriksaan x-ray dari dada yang mempunyai kemampuan

untuk mendeteksi suatu kanker di dada ketika ia masih sangat kecil, jauh sebelum ia dapat

dirasakan dengan pemeriksaan payudara. Kira-kira 85%-90% dari semua kanker-kanker

payudara ditemukan/dideteksi dengan mammography. Penemuan awal dengan mammography

telah mengurangi angka kematian dari kanker payudara sebanyak 20%-30% pada wanita-wanita

berumur lebih dari 50 tahun.

37

Page 38: Case Tumor Mamae

Ultrasonografi

Ultrasonografi dari lesi mencurigakan terdeteksi pada mamografi atau pemeriksaan fisik.

Ultrasonografi digunakan terutama sebagai metode relatif murah dan efektif untuk membedakan

massa kistik payudara dan massa payudara padat yang biasanya diperiksa dengan biopsi, dalam

banyak kasus, hasil dari biopsi adalah tumor jinak. Namun, saat ini ultrasonogafi juga

memberikan informasi berharga tentang sifat dan tingkat massa padat dan lesi payudara lainnya.

MRI

MRI digunakan untuk beberapa kasus, yaitu : kasus kanker payudara dengan hasil mammografi

negatif, untuk mengetahui ukuran tumor dalam kanker lobular invasif, untuk memantau respon

kanker payudara terhadap terapi preoreratif, ada kejanggalan antara penilaian pengkajian awal

terhadap gumpalan di payudara.

Positron Emision Tomography Scanning

PET scanning digunakan untuk mengidentifikasi metastasis kelenjar getah bening nonaxilary

untuk kanker payudara stadium lanjut dan kanker payudara inflamatory sebelum memulai terapi

non adjuvant.

TesGenetik

Penyebab utama dari pewarisan kanker payudara adalah mutasi dari gen BRCA1 atau BRCA2,

yang merupakan faktor resiko dari pengembangan penyakit lain. Akan tetapi gen ini sangat

jarang ditemukan pada populasi wanita dengan kanker payudara. Tes ini sudah dilakukan di

Amerika Serikat.

A. Tatalaksana

a. Pembedahaan ( Mastektomi radikal )

Jenis operasi yang dapat digunakan untuk terapi kanker payudara adalah:

BCS (Breast Conserving Surgery)

38

Page 39: Case Tumor Mamae

Merupakan tindakan operasi yang dapat dilakukan apabila penderita masih ingin

mempertahankan payudaranya.

BCS merupakan pilihan apabila tumor tidak multipel,tidak terletak di sentral, mamografi

tidak memperlihatkan adanya tanda keganasan lain yang difus : penderita belum pernah

mendapatkan terapi radiasi di dada, dapat kontrol teratur, dan tersedia sarana radio terapi

yang memadai.

Mastektomi Simpel

Merupakan tindakan operasi yang bertujuan mengangkat seluruh jaringan payudara,

termasuk juga seluruh axillary tail dan fascia m. Pectoralis.

Mastektomi radikal modifikasi

Adalah tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat seluruh jaringan payudara

dan KGB axila, namun hanya mengikutsertakan fascia m. Pectoralis dan meninggalkan m.

Pectoralis mayor dan minor.

Mastektomi radikal

Jenis operasi ini bertujuan untuk mengangkat seluruh jaringan payudara, KGB axila, dan

juga m. Pectoralis.

Lumpectomy

Lumpectomy adalah operasi menghilangkan daerah payudara yang terpengaruh DCIS dan

membatasi jaringan sehat yang mengelilinginya. Prosedur ini memungkinkan pasien untuk

39

Page 40: Case Tumor Mamae

mempertahankan sebanyak mungkin payudara yang masih sehat, tergantung pada banyak

jaringan yang dihilangkan.

b. Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker

yang tidak terangkat saat pembedahan.

c. Terapi Hormon

Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan dapat dipakai

sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.

d. Kemoterapi

Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi

dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan.

Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim

yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.

Kemoterapi dalam penatalaksanaan kanker payudara haruslah kombinasi. Adapun kombinasi

yang sering dipakai antara lain:

o CMF (Cyclophospamide, Adriamycin, 5 Fluoro Uracil)

40

Page 41: Case Tumor Mamae

o CEF (Cyclophospamide, Epirubicin, 5 Fluoro Uracil)

o CAF (Cyclophospamide, Adriamycin , 5 Fluoro Uracil)

o Taxane + Doxorubicin

o Capecetabin

Adapun terapi yang dilakukan terbagi atas :

1. Stadium 0 à BCS atau mastektomi simpel

2. Kanker payudara std.dini/operabelàpembedahan

3. Kanker Payudara lokal lanjut

Operabel : Mastektomi simpel + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant + terapi hormonal

Inoperabel: Radiasi kuratif + Terapi hormonal

Radiasi + operasi +kemoterapi + terapi hormonal

Kemoterapi Neoadjuvan + Operas + Kemoterapi + Radiasi + Terapi hormonal

4. Kanker Payudara Lanjut metastase Jauh

Terapi primer ; terapi sistemik (kemoterapi dan terapi hormonal)

Terapi Tokoregional (radiasi dan pembedahan) apabila diperlukai

B. Prognosis

41

Page 42: Case Tumor Mamae

C. Pencegahan Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi

kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan

diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup

sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan

payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor

risiko terkena kanker payudara.

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk

terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal

merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan

dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami

perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari

semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada

mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan

dengan beberapa pertimbangan antara lain:

o Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk

assessement survey.

42

Page 43: Case Tumor Mamae

o Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan

mammografi setiap tahun.

o Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai

mencapai usia 50 tahun.

Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita

kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan

stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup

penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup

penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aksara Medisina, kumpulan kuliah Ilmu Bedah Khusus, Salemba, Jakarta, 1990

2. De Jong W, Sjamsuhidajat R, Buka Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Jakarta EGC, 2010. hal 471 -

497

3. Michael.M.Henry. In Clinical Surgery Second Edition. Elsevier Saunders, 2005

4. Sabiston, Buku Ajar Bedah. Essential of Surgery bagian 2, Jakarta, penerbit buku

kedokteran EGC, 1994

5. Schwartz Shires. Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, EGC

43