Upload
mil-ujir
View
242
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Umur : 37 tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Serang, Banten
2. ANAMNESIS
Autoanamnesis Tanggal : 10 September 2009
Keluhan Utama : Muncul lenting-lenting pada perbatasan bibir dan kulit kiri atas
sejak 3 hari yang lalu
Riwayat perjalanan penyakit:
Pasien datang ke RSPAD dengan keluhan muncul lenting-lenting pada perbatasan
bibir dan kulit kiri atas sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengaku keluhan ini tidak terjadi
pada bagian tubuh yang lain. Keluhan disertai dengan rasa gatal, perih dan kadang-
kadang terasa panas.
Pasien menyangkal adanya demam sebelum dan sesudah munculnya lenting-
lenting tersebut. Apabila terasa gatal pasien pernah menggaruknya kemudian ada
beberapa lenting-lenting yang pecah berisi cairan. Pasien belum pernah mengobati
penyakitnya ini sebelumnya. Saat ini pasien sedang dalam perawatan di bangsal paru
RSPAD dengan diagnosis post lobektomi et causa infeksi jamur.
1
Pasien mengaku beberapa tahun yang lalu pasien pernah menderita penyakit serupa
sebelumnya, dengan gejala dan lokasi yang sama, namun ketika itu gejalanya lebih berat
dan disertai demam, saat itu pasien berobat dan pasien dapat sembuh.
Di rumahnya pasien mandi sehari dua kali dengan sabun, menggunakan air PAM
yang bersih, pakaian dicuci dengan sabun serta dibilas dengan bersih, tidak menggunakan
alat mandi pakaian bergantian dengan teman atau anggota keluarga lain. Pasien
mengatakan bahwa dikeluarganya ataupun lingkungan sekitarnya tidak ada yang
menderita penyakit serupa.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Beberapa tahun yang lalu pasien pernah menderita penyakit serupa
- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat TB Paru (+), sudah dinyatakan sembuh
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit serupa
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : Afebris
2
Kepala : Normocephal
Mata : skelra ikterik (-), konjungtiva anemis (-)
Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)
Telinga : Discharge (-)
Leher : KGB tidak membesar
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) N.
Extremitas : Hangat, udema -/-, deformitas (-)
STATUS DERMATOLOGIKUS :
Pada daerah mukokutan bibir kiri atas sampai dengan batas bawah lubang hidung
terdapat vesikel-vesikel berkelompok berukuran 2 - 3 mm dengan dasar eritem, berisi cairan,
terdapat beberapa krusta.
Pada daerah mukokutan bibir bawah kiri juga terdapat sebuah vesikel berukuran 3
mm dengan dasar eritem berisi cairan.
3
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan sel raksasa dengan percobaan Tzanck
- Pemeriksaan antibodi dengan teknik fluoresensi langsung
- Kultur jaringan
5. RESUME
Pasien wanita, 37 tahun, datang dengan keluhan muncul lenting-lenting disertai
dengan rasa gatal dan perih pada perbatasan bibir dan kulit kiri atas sejak 3 hari yang lalu.
Demam (-), riwayat penyakit serupa (+) beberapa tahun yang lalu dengan gejala lebih
berat, disertai demam. Saat ini pasien sedang dalam perawatan di bangsal paru RSPAD
dengan diagnosis post lobektomi et causa infeksi jamur.
Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit serupa (+), TB paru (+)
4
Riwayat Penyakit Keluarga : (-)
Status Generalis : dbn
Status Dermatologikus :
Pada daerah mukokutan bibir kiri atas sampai dengan batas bawah hidung terdapat
vesikel-vesikel berkelompok berukuran 2 - 3 mm dengan dasar eritem, berisi cairan, terdapat
beberapa krusta.
Pada daerah mukokutan bibir bawah kiri juga terdapat sebuah vesikel berukuran 3
mm dengan dasar eritem berisi cairan.
6. DIAGNOSA
Herpes Labialis
7. DIAGNOSA BANDING
Herpes Zooster
8. PENATALAKSANAAN
Nonmedika mentosa :
- Menjaga kebersihan
- Menggunakan alat mandi terpisah dengan anggota keluarga lain
- Jangan menggaruk daerah yang gatal
Medika mentosa :
- Aciklovir 5 x 400 mg selama 5-7 hari
- Gentamicyn salep dioleskan 3-4 kali sehari
5
9. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
6
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tinea kruris adalah dermatofitosis yang dijumpai pada sela paha, anogenital
dan pubis. Ruam letaknya simetris pada lipatan paha kiri dan kanan, berupa plak
atau makula yang eritema, pinggir aktif, bentuk polisiklis dengan penyembuhan
sentral. Ruam dapat meluas sampai ke skrotum, pubis, bokong, dan paha.
ETIOLOGI
Tinea kruris disebabkan oleh infeksi jamur. Golongan jamur tersebut adalah ;
1. Microsporum
2. Trichophyton
3. Epidermophyton
EPIDEMIOLOGI
Tinea cruris kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Pria lebih sering terkena
daripada wanita. Paling banyak di daerah tropis.
GEJALA KLINIS
Kelainan dapat bersifat akut dan menahun, bahkan dapat merupakan
penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah
genito krural saja atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut
bagian bawah.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha, merupakan lesi berbatas tegas
peradangan pada tepi yang nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri
7
dari macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfik). Makula
eritematosa nummular sampai geografis, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif
terdiri dari papula atau pustule. Jika kronik macula menjadi hiperpigmentasi dengan
skuama di atasnya. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnose terdiri atas
pemeriksaan langsung ( sediaan basah) dan biakan (kultur). Pemeriksaan langsung
berupa pemeriksaan KOH 10 % jika hasilnya positif maka akan ditemukan hifa sejati,
sebagai dua garis sejajar, terbagi dua sekat dan bercabang, ditemukan pula
antrospora (spora yang berderet).
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan
sedimen langsung dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan menanamkan bahan klinis pada buatan. Yang dianggap baik pada waktu ini
adalah medium agar Dekstrosa Sabouraud. Ditambahkan antibiotic (kloramfenikol)
atau ditambah pula klorheksimid. Kedua zat tersebut diperlukan untuk
menghindarkan kontaminasi bakterial dan jamur kontaminan.
DIAGNOSIS BANDING
- Kandidosis : lesi relatif lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit
- Erytrasma : batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, fluoresensi merah bata
dengan sinar Wood.
8
PENATALAKSANAAN
Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Untuk memilih obat
yang tepat perlu dipertimbangkan mengenai efektifitas obat, cara kerja, spectrum,
efek samping, dan segi kosmetik. Bila infeksi cukup ringan diberikan obat topical
kecuali pada infeksi kronis dan luas, di rambut dan kuku diperlukan obat sistemik.
Obat sistemik :
1) Golongan antifungal konvensional : griseofulvin
Obat ini berasal dari sejenis penicillium. Kerja obat ini fungistatik. Telah
dilaporkan obat ini menimbulkan resistensi terhadap dermatofitosis.
Pemberian pada anak-anak 10-20 mg/kgBB sehari, pada orang dewasa 500-
1000 mg sehari.
2) Golongan antifungal terbaru
Ketokonazole
Kerja obat ini fungistatik pemberian 200 mg pada waktu makan. Lama
pemberian tergantung kepada lokasi dermatofitosis tersebut. Merupakan
kontraindikasi untuk wanita hamil, kelainan fungsi hati, dan hipersensitivitas
terhadap ketokonazole.
Gol. Triazole itraconazole
Pemberian 100 mg sehari selama 15 hari
Flukonazole
Terbinafine
Pemberian dgn dosis 2 x 250 mg sehari. Efek samping minimal
dibandingkan griseofulvin.
Obat topikal :9
Suatu obat topikal harus memenuhi kriteria :
- Bersifat antifungal aktif
- Dapat berpenetrasi ke kulit
- Bekerja aktif di dalam dan di luar sel
- Mempunyai daya tahan terhadap hasil-hasil metabolism
- Tidak menimbulkan sensibilitasi
Obat topikal ini terdiri dari :
1) Golongan antifungal konvensional : asam undesilirat, castelani’s paint
Obat-obat ini sebagai keratolitik, anti fungal dan antibakteri.
2) Golongan antifungal terbaru : tolnaftate tolsildat, haloprogin, cyclopirox
olamine, naftifine, imidazole ( miconazole, ketokonazole, clortrimazole,
econazole)
Obat – obat baru ini mempunyai spektrum luas dan kerjanya fungisidal. Cara
pemakaian obat-obat ini dilakukan dengan mengoleskan obat tersebut 1-2
kali sehari minimal selama 3 minggu.
PROGNOSIS
Baik, asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Budimulja Unandar, 2005, Mikosis, dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi 4, Cetakan kedua, Balai penerbit FKUI, Jakarta, Hal 89 – 105
2. Tinea cruris. Diunduh dari http://dermnetnz.org/fungal/tinea-cruris.html. Pada tanggal 26 Mei 2009
3. Siregar, R.S, 2005, Tinea Cruris, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit
Kulit. Edisi 2, Cetakan pertama, EGC, Jakarta, Hal 29 - 31
11