26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) tipe I atau tipe II yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan erimatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. 5 Penyakit herpes simpleks hingga saat ini menjadi salah satu penyakit menular yang dijumpai di masyarakat. Hal ini semakin meningkat di picu oleh beberapa faktor diantaranya rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit herpes simpleks itu sendiri. Sampai saat ini penyakit herpes simpleks tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuhan maka terapi sekarang difokuskan untuk menurunkan gejala yang timbul, meningkatkan pengetahuan mengenai herpes simpleks, menjarangkan kekambuhan serta menekan angka penularan sehingga diharapkan kualitas hidup penderita menjadi lebih baik setelah dilakukan penanganan dengan tepat. 5 Ketakutan masyarakat akan penyakit menular seksual (PMS), yang dihubungakan dengan kesadaran akan bahaya HIV, ternyata tidak mampu menurunkan insiden infeksi 1

Case Herpes Simpleks

Embed Size (px)

DESCRIPTION

herpes simpleks

Citation preview

Page 1: Case Herpes Simpleks

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes

simpleks (HSV) tipe I atau tipe II yang berkelompok di atas kulit yang sembab

dan erimatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung

baik primer maupun rekurens.5

Penyakit herpes simpleks hingga saat ini menjadi salah satu penyakit

menular yang dijumpai di masyarakat. Hal ini semakin meningkat di picu oleh

beberapa faktor diantaranya rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai

penyakit herpes simpleks itu sendiri. Sampai saat ini penyakit herpes simpleks

tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuhan maka terapi sekarang

difokuskan untuk menurunkan gejala yang timbul, meningkatkan pengetahuan

mengenai herpes simpleks, menjarangkan kekambuhan serta menekan angka

penularan sehingga diharapkan kualitas hidup penderita menjadi lebih baik setelah

dilakukan penanganan dengan tepat.5

Ketakutan masyarakat akan penyakit menular seksual (PMS), yang

dihubungakan dengan kesadaran akan bahaya HIV, ternyata tidak mampu

menurunkan insiden infeksi HSV-1 dan HSV-2, penyebab umum herpes genitalis.

Meskipun gencar dikumandangkan pesan tentang seks yang aman, survey di

Amerika Serikat seroprevalensi HSV-2 meningkat 30% antara periode 1976-1994.

Antara 1-30% HSV genitalis primer disebabkan oleh HSV-1. Di Indonesia,

sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan

Herpes Genitalis merupakan PMS dengan gejala ulkus genital yang paling sering

dijumpai.1,4

Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai bagaimana cara

menegakkan diagnosis herpes simpleks. Dengan demikian diharapkan dapat

1

Page 2: Case Herpes Simpleks

menjadi sumber informasi bagi kita mengenai herpes simpleks baik berupa

gambaran umum, cara menegakkan diagnosis dan penatalaksaannya.

2

Page 3: Case Herpes Simpleks

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Herpes Simpleks Genitalis

Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang

disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu

kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang

berlainan jenis ataupun sesama jenis.1

Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes

simpleks (VHS) tipe I atau tipe II yang berkelompok di atas kulit yang sembab

dan erimatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung

baik primer maupun rekurens.5

Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simplex virus

(HSV) tipe 1 dan 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan

virus paling sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret

genital/oral dari individu yang terinfeksi.7

Herpes Simplex Virus (HSV) dapat menimbulkan serangkaian penyakit,

mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit

kelamin dan infeksi pada neonatal. Herpes simplex virus (HSV) tergolong anggota

virus herpes yang primer menimbulkan penyakit pada manusia. Herpes simplex

virus tipe 1 (HSV-1) dan HSV-2 termasuk sub family alphaherpesvirinae dengan

ciri-ciri spektrum sel pejamu bervariasi, siklus replikasi yang relatif cepat,

mudahnya infeksi menyebar di biakan sel, menimbulkan kerusakan sel yang

cepat, dan kemampuan menimbulkan infeksi laten khususnya pada ganglion

sensorik.7,8,9 Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam

family herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai

kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi

primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang

lama bahkan seumur hidup penderita. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus,

3

Page 4: Case Herpes Simpleks

virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga dapat terjadi

infeksi rekurens. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik

sehingga kelainan yang timbul dan konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi

primer. Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam,

stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-

obatan dan beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya. Penularan hampir selalu

melalui hubungan seksual baik genito genital, ano genital maupun oro genital.9,10,12

Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat

dibedakan menjadi dua tipe yaitu :

a. Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes

non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-

kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini

biasanya dapat terjadi pada anak-anak dan sebagian besar

seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.

b. Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya

ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan

lewat kontal seksual.

Tanda utama dari genital herpes adalah luka disekitar vagina, penis atau di

daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong

atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. Gejala dari herpes

disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan

dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai

berikut:1

1. Nyeri dan disuria

2. Uretral dan vaginal discharge

3. Gejala sistemik (malaise, demam, myalgia, sakit kepala)

4. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal

5. Nyeri pada rectum, tenesmus

4

Page 5: Case Herpes Simpleks

Tanda-tanda :

1. Eritem, vesikel, pustule, ulserasi multiple, erosi dengan krusta pada

tingkat infeksi

2. Limfadenopati inguinal

3. Faringitis

4. Servistis

A. Infeksi Primer

Infeksi primer biasanya terjadi dalam waktu 2-21 hari setelah hubungan

seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah

interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakan gejala.

Erupsi dapat didahului dengan gejala prodromal, yang menyebabkan salah

diagnosis sebagai influenza dan juga di tandai dengan gejala sistemik dan local

yang lama. Demam, nyeri kepala, malaise, dan mialgia. Gejala lokal utama berupa

nyeri, gatal, rasa terbakar, disuria, duh tubuh, vagina atau uretra serta pembesaran

dan rasa nyeri pada kelenjar getah bening inguinal. Lesi kulit berbentuk vesikel

berkelompok dengan dasar eritem di labia minora, introitus, meatus uretra, serviks

pada wanita; batang dan glans penis pada pria atau perineum, paha, dan bokong

pada pria dan wanita. Vesikel ini mudah pecah dan menimbulkan erosi multipel.

Masa pelepasan virus berlangsung kurang lebih 12 hari. Tanpa infeksi sekunder,

penyembuhan terjadi secara bertahap dalam waktu kurang lebih 18 sampai 20

hari, tetapi bila ada infeksi sekunder penyembuhan memerlukan waktu lebih lama

dan meninggalkan jaringan parut.3,6,5

B. Infeksi Rekurens

Infeksi ini berarti HSV pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak

aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga

menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik

(demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis

5

Page 6: Case Herpes Simpleks

(gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan

dan minuman yang merangsang. Gejala dimulai dengan rasa perih diikuti oleh

timbulnya vesikel berkelompok dalam 24 jam, pecah, terjadi erosi superfisial,

kemudian akan ditutupi krusta. Nyeri dan rasa tidak nyaman terjadi pada beberapa

hari pertama; lesi sembuh dalam waktu kurang dari 2 minggu tanpa jaringan

parut. Pelepasan virus terus berlansung 3–5 hari setelah lesi sembuh.5

Diagnosis herpes simpleks didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang lainnya. Riwayat awal pasien terkena penyakit ini

yang pada akhirnya akan dievaluasi sebagai herpes simpleks merupakan standar

anamnesa dermatologi. Pada anamnesa penting menanyakan lokasi awal lesi serta

pengobatan yang telah dilakukan. Riwayat penyakit kulit, atopi, dan kesehatan

umum juga ditanyakan guna menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya.

Herpes simpleks didaerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan

impetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalia harus dibedakan dengan ulkus

durum, ulkus mole dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit

limfogranuloma venereum.5

Pemeriksaan pembantu diagnosis berupa pemeriksaan Tes Tzank diwarnai

dengan pengecatan Giemsa atau Wright, terlihat sel raksasa berinti banyak.

Pemeriksaan ini tidak sensitif dan tidak spesifisik. Sensitivitasnya rendah dan

menurun dengan cepat saat lesi menyembuh. Deteksi DNA HSV dengan

Polymerase chain reaction (PCR), lebih sensitif dibandingkan kultur virus.9

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes

genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :

1. Menjaga kebersihan lokal

2. Menghindari trauma atau faktor pencetus

3. Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim

yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent,

virunguent-P) dengan cara aplikasi, yang sering dengan interval

beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara

topikal nampaknya memberikan masa depan yang lebih cerah.

6

Page 7: Case Herpes Simpleks

Asiklovir ini cara kerjanya mengganggu replikasi DNA virus.

Klinis hanya bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Jika timbul

ulserasi dapat dilakukan kompres. Pengobatan oral berupa preparat

asiklovir tampaknya memberikan hasil yang lebih baik, penyakit

berlangsung lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang.

Dosisnya 5x200 mg sehari selama 5 hari. Pengobatan parenteral

dengan asiklovir terutama ditujukan kepada penyakit yang lebih

berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.

4. Untuk mencegah rekurens macam-macam usaha yang dilakukan

dengan tujuan meningkatkan imunitas selular, misalnya pemberian

preparat lupidon H (untuk VHS tipe 1) dan lupidom G (untuk VHS

tipe 2) dalam satu seri pengobatan. Pemberian levamisol dan

isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut beberapa

penyelidik memberikan hasil yang baik. Efek levamisol dan

isopronosin ialah sebagai imunostimulator. Pemberian vaksinasi

cacar sekarang tidak dianut lagi.5

2.2 Ulkus mole

Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat,

disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilis ducreyi) dengan gejala

klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan

sering disertai pernanahan kelenjar getah bening regional.5

Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik,

terutama dikota dan dipelabuhan. Perbaikan tingkat ekonomi mempengaruhi

berkurangnya frekuensi penyakit ini di negara-negara yang lebih maju. Frekuensi

pada wanita dilaporkan lebih rendah, mungkin karena kesukaran membuat

diagnosis. Penyakit ini lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna. Beberapa

faktor menunjukan bahwa terdapat pembawa kuman (carrier) basil Ducreyi, tanpa

gejala klinis, biasanya wanita tuna susila.5

Masa inkubasi bekisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari.

Lesi kebanyakan multiple, jarang solitare, biasanya pada daerah genital, jarang

7

Page 8: Case Herpes Simpleks

pada daerah ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudian

menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus.5

Ulkus : kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk

cawan, pinggir tidak rata, sering bergaung dan dikelilingi halo yang eritematosa.

Ulkus sering tertutup dengan jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan

granulasi yang mudah berdarah, dan pada perabaan terasa nyeri. Tempat

predileksi pada laki-laki ialah permukaan mukosa preputium, sulkus koronarius,

frenulum penis dan batang penis. Dapat pula timbul lesi dalam uretra, skrotum,

perineum atau anus. Pada wanita ialah labia, klitoris, fourchette, vestibulli, anus

dan serviks.5

Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang

lain. Harus difikirkan juga kemungkinan infeksi campuran. Pemeriksaan serologik

untuk menyingkirkan sifilis juga harus dikerjakan. Sebagai penyokong diagnosis

dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan sediaan hapus, biakan

kuman, teknik imunofluresens untuk menemukan antibodi, biopsi, tes kulit ito-

reenstierna dan autoinokulasi.5

Diagnosis banding ulkus mole yaitu herpes genitalis. Pada herpes genitalis

kelainan kulitnya ialah vesikel yang berkelompok dan jika memecah menjadi

erosi, jadi bukan ulkus seperti ulkus mole. Tanda-tanda radang akut lebih

mencolok pada ulkus mole. Kecuali itu pada ulkus mole, sediaan hapus berupa

bahan yang diambil dari dasar ulkus ditemukan sel raksasa berisi banyak.5

Pengobatan sistemik bias menggunakan sulfonamide misalnya sulfatiazol,

sulfadiazine atau sulfadimidin dengan dosis pertama 2-4 gr dilanjutkan dengan 1

gr tiap 4 jam sampai sembuh sempurna (kurang lebih 10-14 hari. Lokal, jangan

diberikan antiseptik karena akan mengganggu pemeriksaan mikroskop lapangan

gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium 1. Lesi dini yang kecil dapat

sembuh setelah diberi NaCl fisiologik.5

2.3. Sifilis

Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,

sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir

8

Page 9: Case Herpes Simpleks

semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan

dapat ditularkan dari ibu ke janin.5

Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis

kongenital dibagi menjadi: dini (sebelum dua tahun), lanjut (sesudah dua tahun),

dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara, secara klinis dan

epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi tiga stadium: stadium

I (S I), stadium II (S II), dan stadium III (S III). Secara epidemiologik menurut

WHO menjadi dua yaitu: stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi)

terdiri atas S I, S II, stadium rekurens, dan stadium laten dini, dan stadium lanjut

tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan

S III.5

diagnosis banding dari sifilis yaitu herpes simpleks, ulkus piogenik,

skabies, balanitis, ulkus mole. Pada herpes simpleks biasanya disertai rasa

gatal/nyeri, lesi berupa vesikel diatas kulit yang eritematosa, berkelompok. Jika

telah pecah tampak kelompok erosi , sering berkonfluensi dan polisiklik, tidak

terdapat undurasi. Pada sifilis stadium I tidak terdapat gejala setempat seperti rasa

nyeri. Pada afek primer yang penting ialah terdapat erosi/ulkus yang bersih,

solitar, bulat/lonjong, teratur, indolen dengan indurasi: T. Pallidum positif.5

Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya juga diobati, dan

selama belum sembuh penderita dilarang bersenggama. Pengobatan dimulai sedini

mungkin, makin dini hasilnya makin baik. Pengobatan menggunakan penisilin

dan antibiotic lainnya.5

9

Page 10: Case Herpes Simpleks

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : Tn. X

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Supir

Status Pernikahan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Bangsa/ Suku Bangsa : Palembang

Alamat : Tanjung Raja, Ogan Ilir

Tanggal kunjungan / jam : 6 November 2015/ 12.00 WIB

3.2. Anamnesis

Diperoleh secara autoanamnesa di poliklinik IKKK RSUD Palembang

BARI pada tanggal 6 November 2015, pukul 12.30 WIB.

3.2.1 Keluhan utama :

Timbul bintil-bintil berisi cairan bening dan luka koreng didaerah

ujung dan batang kemaluan. Luka koreng berwarna putih kekuningan sejak

+2 minggu yang lalu.

3.2.2 Keluhan tambahan :

Rasa panas, terbakar dan gatal pada daerah kemaluan. Pada

perabaan tidak terdapat indurasi, teraba pembesaran kelenjar di daerah

selangkangan.

3.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit :

Kurang lebih +2 minggu yang lalu pasien mengatakan timbul

bintil-bintil yang panas dan gatal sebesar jarum pentul, awalnya hanya ada 1

bintil kecil di ujung kemaluan yang semakin hari semakin banyak.

10

Page 11: Case Herpes Simpleks

Kemudian pecah ketika digaruk oleh pasien dan timbul luka koreng. Luka

terasa nyeri dan pedih.

Pasien juga mengeluh demam, lemah dan nyeri otot sejak +2

minggu yang lalu. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian

pasien datang ke RSUD Palembang BARI.

3.2.4 Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengaku belum pernah mengalami gejala serupa

sebelumnya. Diabetes Mellitus (-), alergi makanan/obat (-)

3.2.5 Riwayat penyakit dalam keluarga

Riwayat atopi dalam keluarga disangkal.

1.2.6 Riwayat Sosial

Pasien pernah beberapa kali melakukan senggama dengan PSK.

1.2.7 Ekonomi

Penderita bekerja sebagai supir truk. Untuk kesan ekonomi

menengah kebawah.

3.3. Pemeriksaan Fisik

Status Dermatologikus

R. penis (preputium, glans penis)

Tampak vesikel berkelompok, multiple, berkonfluens, dengan

penyebaran regional. Ulkus multiple diatas kulit yang eritematosa, bentuk

tak teratur, batas rata, tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan (+), indurasi (-).

Pembesaran KBG Inguinalis (+).

11

Page 12: Case Herpes Simpleks

3.4. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Tzank : didapatkan Multinucleatid Giant Cell

2. Pengecatan gram : didapatkan bakteri coccus gram (-), school of fish (-)

3. Dark field : tidak dilakukan pemeriksaan

3.5. Diagnosis Banding

1. Herpes (Simpleks) genitalis

2. Ulkus mole (Chancroid)

3. Sifilis (Ulkus Durum)

3.6. Resume

Kurang lebih +2 minggu yang lalu pasien mengatakan timbul

bintil-bintil yang panas dan gatal sebesar jarum pentul, awalnya hanya ada 1

bintil kecil di ujung kemaluan yang semakin hari semakin banyak.

Kemudian pecah ketika digaruk oleh pasien dan timbul luka koreng. Luka

terasa nyeri dan pedih.

Pasien juga mengeluh demam, lemah dan nyeri otot sejak +2

minggu yang lalu. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian

pasien datang ke RSUD Palembang BARI.

3.7. Diagnosis Kerja

Herpes (Simpleks) Genitalis

3.8. Penatalaksanaan

Umum

1. Pasien patuh minum obat/mengobati sesuai ketentuan

2. Kembali untuk follow up teratur sesuai jadwal

3. Meyakinkan pentingnya pemeriksaan mitra seksual dan turut berusaha

agar mitra tersebut bersedia diperiksa dan diobati bila perlu

12

Page 13: Case Herpes Simpleks

4. Mengurangi risiko penularan dengan:

Abstinensia dari semua hubungan seks hingga pemeriksaan terakhir

selesai.

Abstinensia dari semua hubungan seks bila timbul simtom atau gejala

kambuh.

Menggunakan kondom bila meragukan adanya risiko

5. Tanggap dan memberikan respons cepat terhadap infeksi atau hal yang

mencurigakan setelah hubungan seks.

Hasil utama yang dikehendaki dari seluruh rangkaian konseling herpes

adalah pasien dapat menerima bahwa infeksi herpes yang dideritanya bukanlah

suatu punishmenti, tetapi relatif merupakan suatu kondisi medis yang biasa dan

banyak ditemukan pada orang lain, serta dapat dikelola dengan berhasil untuk

meminimalkan dampak negatif pada pasien dalam hidupnya.

Khusus

1. Topikal berupa salap/krim yang mengandung preparat idoksuridin

(stoxil, viruguent, virunguent-P) dengan interval beberapa jam.

2. Asiklovir 5x200 mg sehari selama 5 hari.

3. Kompres terbuka dengan NaCl jika timbul ulserasi :

4. Preparat lupidon H (untuk VHS tipe I) dan preparat lupidon G (untuk

VHS tipe II) untuk mencegah rekurens.

3.9. Prognosis

Prognosis pada kasus ini adalah baik.

13

Page 14: Case Herpes Simpleks

BAB IV

ANALISA KASUS

Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simplex virus

(HSV) tipe 1 dan 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan

virus paling sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret

genital/oral dari individu yang terinfeksi.7

Pasien merupakan seorang laki-laki berumur 30 tahun, sudah menikah,

dan aktif melakukan hubungan seksual bukan hanya dengan istri. Telah aktif

secara seksual merupakan salah satu kunci dari anamnesa herpes genitalis, dimana

penularannya terutama oleh hubungan seksual.

Kurang lebih +2 minggu yang lalu pasien mengatakan timbul bintil-bintil

yang panas dan gatal sebesar jarum pentul, awalnya hanya ada 1 bintil kecil di

ujung kemaluan yang semakin hari semakin banyak. Kemudian pecah ketika

digaruk oleh pasien dan timbul luka koreng. Luka terasa nyeri dan pedih.

Pasien juga mengeluh demam, lemah dan nyeri otot sejak +2 minggu yang

lalu. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke

RSUD Palembang BARI.

Pasien mengaku belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Dari

anamnesa ini, infeksi HSV yang dialami pasien kemungkinan besar merupakan

infeksi primer. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3

minggu dan sering disertai gejala sistemik. Gambaran Klinis dari infeksi primer

berupa makula dan papula dan secara progresif berkembang menjadi vesikel,

pustul dan ulkus. Pada pasien ini ditemukan gejala klinis ini disertai gejala

sistemik seperti demam, lemah dan nyeri otot.5,11

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (status dermatologis) secara garis

besar  dapat menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Diagnosis banding dari

herpes genitalis adalah ulkus mole (chancroid) dan sifilis primer. Ulserasi

chancroid¸ disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, ditandai dengan lesi yang

nyeri, lunak, tidak ada indurasi, tepi menggaung dengan kulit di sekitar ulkus

berwarna merah, dasarnya kotor dan mudah berdarah, multipel. Sífilis primer

14

Page 15: Case Herpes Simpleks

disebabkan oleh Treponema pallidum ditandai dengan lesi yang tidak nyeri,

sekitar ulkus teraba keras (indurasi), dasar ulkus bersih dan berwarna merah,

soliter (biasanya hanya 1 – 2 ulkus).11

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah Tzank test dan pewarnaan

gram. Seharusnya juga dilakukan pemeriksaan dark field microscop untuk

memastikan penyingkiran diagnosis banding sifilis. Penting untuk memilih dan

mengambil spesimen yang benar dalam pemeriksaan laboratorium ini.

Berdasarkan urutan pengambilan sediaan pada lesi maka seharusnya dimulai

dengan mengorek tepi ulkus untuk dilakukan pewarnaan gram, mengambil cairan

dari lesi untuk pemeriksaan Tzank, dan pengambilan serum untuk pemeriksaan

dark field microscope. Pewarnaan gram yang dilakukan untuk mencari koinfeksi

bakteri dan untuk menyingkirkan diagnosis banding Chancroid, dimana pada

Chancroid pada pewarnaan gram dari sediaan yang diambil dengan mengorek tepi

ulkus akan ditemukan gambaran khas kelompok basil gram negatif yang tersusun

seperti barisan ikan. Tzank test digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap

sel-sel yang berasal dari vesikel, bula, atau daerah erosi yang bersih. Pemeriksaan

Tzank pada pasien ini didapatkan nucelated giant cell  dimana sel- sel ini jauh

lebih besar dibanding sel epidermis dan mengandung inti (umumnya multipel) di

dalam satu sel. Nilai diagnostiknya digunakan pada herpes zoster, varcella, herpes

simplex, pemphigus, dan infeksi staphylococcus. Dark field, hasil positif jika

ditemukan T. pallidum yang berbentuk spiral, akan menyingkirkan diagnosis

banding sifilis (ulkus durum) dimana bahan yang digunakan adalah serum yang

keluar dari ulkus kemudian dijepit dengan pinset ditaruh di object glass dan tepi

sediaan diberi vaselin kemudian diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap.11

15

Page 16: Case Herpes Simpleks

BAB V

KESIMPULAN

Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simplex virus

(HSV) tipe 1 dan 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan

virus paling sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret

genital/oral dari individu yang terinfeksi.7

Infeksi primer HSV-2 dan HSV-1 genital ditandai dengan gejala sitemik

dan lokal yang lama. Gejala sistemik muncul dini berupa demam, nyeri kepala,

malaise, dan mialgia. Gejala lokal utama berupa nyeri, gatal, rasa terbakar,

disuria, duh tubuh, vagina atau uretra serta pembesaran dan rasa nyeri pada

kelenjar getah bening inguinal. Lesi kulit berbentuk vesikel berkelompok dengan

dasar eritem di labia minora, introitus, meatus uretra, serviks pada wanita, batang

dan glans penis pada pria atau perineum, paha, dan bokong pada pria dan wanita.

Vesikel ini mudah pecah dan menimbulkan erosi multipel. Masa pelepasan virus

berlangsung kurang lebih 12 hari. Tanpa infeksi sekunder, penyembuhan terjadi

secara bertahap dalam waktu kurang lebih 18 sampai 20 hari, tetapi bila ada

infeksi sekunder penyembuhan memerlukan waktu lebih lama dan meninggalkan

jaringan parut.3,6

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes

genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :

1. Menjaga kebersihan lokal

2. Menghindari trauma atau faktor pencetus

3. Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang

mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) dengan cara

aplikasi, yang sering dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax)

yang dipakai secara topikal nampaknya memberikan masa depan yang lebih

cerah. Asiklovir ini cara kerjanya mengganggu replikasi DNA virus. Klinis

hanya bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi dapat

dilakukan kompres. Pengobatan oral berupa preparat asiklovir tampaknya

memberikan hasil yang lebih baik, penyakit berlangsung lebih singkat dan

16

Page 17: Case Herpes Simpleks

masa rekurensnya lebih panjang. Dosisnya 5x200 mg sehari selama 5 hari.

Pengobatan parenteral dengan asiklovir terutama ditujukan kepada penyakit

yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.

4. Untuk mencegah rekurens macam-macam usaha yang dilakukan dengan tujuan

meningkatkan imunitas selular, misalnya pemberian preparat lupidon H (untuk

VHS tipe 1) dan lupidom G (untuk VHS tipe 2) dalam satu seri pengobatan.

Pemberian levamisol dan isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut

beberapa penyelidik memberikan hasil yang baik. Efek levamisol dan

isopronosin ialah sebagai imunostimulator. Pemberian vaksinasi cacar sekarang

tidak dianut lagi.5

17