Upload
rizkijatuvd
View
31
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
herpes simpleks
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (HSV) tipe I atau tipe II yang berkelompok di atas kulit yang sembab
dan erimatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung
baik primer maupun rekurens.5
Penyakit herpes simpleks hingga saat ini menjadi salah satu penyakit
menular yang dijumpai di masyarakat. Hal ini semakin meningkat di picu oleh
beberapa faktor diantaranya rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit herpes simpleks itu sendiri. Sampai saat ini penyakit herpes simpleks
tidak dapat disembuhkan serta bersifat kambuhan maka terapi sekarang
difokuskan untuk menurunkan gejala yang timbul, meningkatkan pengetahuan
mengenai herpes simpleks, menjarangkan kekambuhan serta menekan angka
penularan sehingga diharapkan kualitas hidup penderita menjadi lebih baik setelah
dilakukan penanganan dengan tepat.5
Ketakutan masyarakat akan penyakit menular seksual (PMS), yang
dihubungakan dengan kesadaran akan bahaya HIV, ternyata tidak mampu
menurunkan insiden infeksi HSV-1 dan HSV-2, penyebab umum herpes genitalis.
Meskipun gencar dikumandangkan pesan tentang seks yang aman, survey di
Amerika Serikat seroprevalensi HSV-2 meningkat 30% antara periode 1976-1994.
Antara 1-30% HSV genitalis primer disebabkan oleh HSV-1. Di Indonesia,
sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan
Herpes Genitalis merupakan PMS dengan gejala ulkus genital yang paling sering
dijumpai.1,4
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai bagaimana cara
menegakkan diagnosis herpes simpleks. Dengan demikian diharapkan dapat
1
menjadi sumber informasi bagi kita mengenai herpes simpleks baik berupa
gambaran umum, cara menegakkan diagnosis dan penatalaksaannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Herpes Simpleks Genitalis
Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang
disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu
kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang
berlainan jenis ataupun sesama jenis.1
Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (VHS) tipe I atau tipe II yang berkelompok di atas kulit yang sembab
dan erimatosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung
baik primer maupun rekurens.5
Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simplex virus
(HSV) tipe 1 dan 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan
virus paling sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret
genital/oral dari individu yang terinfeksi.7
Herpes Simplex Virus (HSV) dapat menimbulkan serangkaian penyakit,
mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit
kelamin dan infeksi pada neonatal. Herpes simplex virus (HSV) tergolong anggota
virus herpes yang primer menimbulkan penyakit pada manusia. Herpes simplex
virus tipe 1 (HSV-1) dan HSV-2 termasuk sub family alphaherpesvirinae dengan
ciri-ciri spektrum sel pejamu bervariasi, siklus replikasi yang relatif cepat,
mudahnya infeksi menyebar di biakan sel, menimbulkan kerusakan sel yang
cepat, dan kemampuan menimbulkan infeksi laten khususnya pada ganglion
sensorik.7,8,9 Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam
family herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai
kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi
primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang
lama bahkan seumur hidup penderita. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus,
3
virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga dapat terjadi
infeksi rekurens. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik
sehingga kelainan yang timbul dan konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer. Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam,
stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-
obatan dan beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya. Penularan hampir selalu
melalui hubungan seksual baik genito genital, ano genital maupun oro genital.9,10,12
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
a. Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes
non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-
kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini
biasanya dapat terjadi pada anak-anak dan sebagian besar
seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
b. Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya
ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan
lewat kontal seksual.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka disekitar vagina, penis atau di
daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong
atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. Gejala dari herpes
disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan
dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai
berikut:1
1. Nyeri dan disuria
2. Uretral dan vaginal discharge
3. Gejala sistemik (malaise, demam, myalgia, sakit kepala)
4. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
5. Nyeri pada rectum, tenesmus
4
Tanda-tanda :
1. Eritem, vesikel, pustule, ulserasi multiple, erosi dengan krusta pada
tingkat infeksi
2. Limfadenopati inguinal
3. Faringitis
4. Servistis
A. Infeksi Primer
Infeksi primer biasanya terjadi dalam waktu 2-21 hari setelah hubungan
seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah
interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakan gejala.
Erupsi dapat didahului dengan gejala prodromal, yang menyebabkan salah
diagnosis sebagai influenza dan juga di tandai dengan gejala sistemik dan local
yang lama. Demam, nyeri kepala, malaise, dan mialgia. Gejala lokal utama berupa
nyeri, gatal, rasa terbakar, disuria, duh tubuh, vagina atau uretra serta pembesaran
dan rasa nyeri pada kelenjar getah bening inguinal. Lesi kulit berbentuk vesikel
berkelompok dengan dasar eritem di labia minora, introitus, meatus uretra, serviks
pada wanita; batang dan glans penis pada pria atau perineum, paha, dan bokong
pada pria dan wanita. Vesikel ini mudah pecah dan menimbulkan erosi multipel.
Masa pelepasan virus berlangsung kurang lebih 12 hari. Tanpa infeksi sekunder,
penyembuhan terjadi secara bertahap dalam waktu kurang lebih 18 sampai 20
hari, tetapi bila ada infeksi sekunder penyembuhan memerlukan waktu lebih lama
dan meninggalkan jaringan parut.3,6,5
B. Infeksi Rekurens
Infeksi ini berarti HSV pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak
aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik
(demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis
5
(gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan
dan minuman yang merangsang. Gejala dimulai dengan rasa perih diikuti oleh
timbulnya vesikel berkelompok dalam 24 jam, pecah, terjadi erosi superfisial,
kemudian akan ditutupi krusta. Nyeri dan rasa tidak nyaman terjadi pada beberapa
hari pertama; lesi sembuh dalam waktu kurang dari 2 minggu tanpa jaringan
parut. Pelepasan virus terus berlansung 3–5 hari setelah lesi sembuh.5
Diagnosis herpes simpleks didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang lainnya. Riwayat awal pasien terkena penyakit ini
yang pada akhirnya akan dievaluasi sebagai herpes simpleks merupakan standar
anamnesa dermatologi. Pada anamnesa penting menanyakan lokasi awal lesi serta
pengobatan yang telah dilakukan. Riwayat penyakit kulit, atopi, dan kesehatan
umum juga ditanyakan guna menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya.
Herpes simpleks didaerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan
impetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalia harus dibedakan dengan ulkus
durum, ulkus mole dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit
limfogranuloma venereum.5
Pemeriksaan pembantu diagnosis berupa pemeriksaan Tes Tzank diwarnai
dengan pengecatan Giemsa atau Wright, terlihat sel raksasa berinti banyak.
Pemeriksaan ini tidak sensitif dan tidak spesifisik. Sensitivitasnya rendah dan
menurun dengan cepat saat lesi menyembuh. Deteksi DNA HSV dengan
Polymerase chain reaction (PCR), lebih sensitif dibandingkan kultur virus.9
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
1. Menjaga kebersihan lokal
2. Menghindari trauma atau faktor pencetus
3. Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim
yang mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent,
virunguent-P) dengan cara aplikasi, yang sering dengan interval
beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax) yang dipakai secara
topikal nampaknya memberikan masa depan yang lebih cerah.
6
Asiklovir ini cara kerjanya mengganggu replikasi DNA virus.
Klinis hanya bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Jika timbul
ulserasi dapat dilakukan kompres. Pengobatan oral berupa preparat
asiklovir tampaknya memberikan hasil yang lebih baik, penyakit
berlangsung lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang.
Dosisnya 5x200 mg sehari selama 5 hari. Pengobatan parenteral
dengan asiklovir terutama ditujukan kepada penyakit yang lebih
berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
4. Untuk mencegah rekurens macam-macam usaha yang dilakukan
dengan tujuan meningkatkan imunitas selular, misalnya pemberian
preparat lupidon H (untuk VHS tipe 1) dan lupidom G (untuk VHS
tipe 2) dalam satu seri pengobatan. Pemberian levamisol dan
isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut beberapa
penyelidik memberikan hasil yang baik. Efek levamisol dan
isopronosin ialah sebagai imunostimulator. Pemberian vaksinasi
cacar sekarang tidak dianut lagi.5
2.2 Ulkus mole
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat,
disebabkan oleh Streptobacillus ducrey (Haemophilis ducreyi) dengan gejala
klinis yang khas berupa ulkus nekrotik yang nyeri pada tempat inokulasi, dan
sering disertai pernanahan kelenjar getah bening regional.5
Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik,
terutama dikota dan dipelabuhan. Perbaikan tingkat ekonomi mempengaruhi
berkurangnya frekuensi penyakit ini di negara-negara yang lebih maju. Frekuensi
pada wanita dilaporkan lebih rendah, mungkin karena kesukaran membuat
diagnosis. Penyakit ini lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna. Beberapa
faktor menunjukan bahwa terdapat pembawa kuman (carrier) basil Ducreyi, tanpa
gejala klinis, biasanya wanita tuna susila.5
Masa inkubasi bekisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari.
Lesi kebanyakan multiple, jarang solitare, biasanya pada daerah genital, jarang
7
pada daerah ekstragenital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudian
menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus.5
Ulkus : kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk
cawan, pinggir tidak rata, sering bergaung dan dikelilingi halo yang eritematosa.
Ulkus sering tertutup dengan jaringan nekrotik, dasar ulkus berupa jaringan
granulasi yang mudah berdarah, dan pada perabaan terasa nyeri. Tempat
predileksi pada laki-laki ialah permukaan mukosa preputium, sulkus koronarius,
frenulum penis dan batang penis. Dapat pula timbul lesi dalam uretra, skrotum,
perineum atau anus. Pada wanita ialah labia, klitoris, fourchette, vestibulli, anus
dan serviks.5
Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang
lain. Harus difikirkan juga kemungkinan infeksi campuran. Pemeriksaan serologik
untuk menyingkirkan sifilis juga harus dikerjakan. Sebagai penyokong diagnosis
dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan sediaan hapus, biakan
kuman, teknik imunofluresens untuk menemukan antibodi, biopsi, tes kulit ito-
reenstierna dan autoinokulasi.5
Diagnosis banding ulkus mole yaitu herpes genitalis. Pada herpes genitalis
kelainan kulitnya ialah vesikel yang berkelompok dan jika memecah menjadi
erosi, jadi bukan ulkus seperti ulkus mole. Tanda-tanda radang akut lebih
mencolok pada ulkus mole. Kecuali itu pada ulkus mole, sediaan hapus berupa
bahan yang diambil dari dasar ulkus ditemukan sel raksasa berisi banyak.5
Pengobatan sistemik bias menggunakan sulfonamide misalnya sulfatiazol,
sulfadiazine atau sulfadimidin dengan dosis pertama 2-4 gr dilanjutkan dengan 1
gr tiap 4 jam sampai sembuh sempurna (kurang lebih 10-14 hari. Lokal, jangan
diberikan antiseptik karena akan mengganggu pemeriksaan mikroskop lapangan
gelap untuk kemungkinan diagnosis sifilis stadium 1. Lesi dini yang kecil dapat
sembuh setelah diberi NaCl fisiologik.5
2.3. Sifilis
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum,
sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir
8
semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan
dapat ditularkan dari ibu ke janin.5
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis
kongenital dibagi menjadi: dini (sebelum dua tahun), lanjut (sesudah dua tahun),
dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara, secara klinis dan
epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi tiga stadium: stadium
I (S I), stadium II (S II), dan stadium III (S III). Secara epidemiologik menurut
WHO menjadi dua yaitu: stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi)
terdiri atas S I, S II, stadium rekurens, dan stadium laten dini, dan stadium lanjut
tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan
S III.5
diagnosis banding dari sifilis yaitu herpes simpleks, ulkus piogenik,
skabies, balanitis, ulkus mole. Pada herpes simpleks biasanya disertai rasa
gatal/nyeri, lesi berupa vesikel diatas kulit yang eritematosa, berkelompok. Jika
telah pecah tampak kelompok erosi , sering berkonfluensi dan polisiklik, tidak
terdapat undurasi. Pada sifilis stadium I tidak terdapat gejala setempat seperti rasa
nyeri. Pada afek primer yang penting ialah terdapat erosi/ulkus yang bersih,
solitar, bulat/lonjong, teratur, indolen dengan indurasi: T. Pallidum positif.5
Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya juga diobati, dan
selama belum sembuh penderita dilarang bersenggama. Pengobatan dimulai sedini
mungkin, makin dini hasilnya makin baik. Pengobatan menggunakan penisilin
dan antibiotic lainnya.5
9
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. X
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Supir
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Bangsa/ Suku Bangsa : Palembang
Alamat : Tanjung Raja, Ogan Ilir
Tanggal kunjungan / jam : 6 November 2015/ 12.00 WIB
3.2. Anamnesis
Diperoleh secara autoanamnesa di poliklinik IKKK RSUD Palembang
BARI pada tanggal 6 November 2015, pukul 12.30 WIB.
3.2.1 Keluhan utama :
Timbul bintil-bintil berisi cairan bening dan luka koreng didaerah
ujung dan batang kemaluan. Luka koreng berwarna putih kekuningan sejak
+2 minggu yang lalu.
3.2.2 Keluhan tambahan :
Rasa panas, terbakar dan gatal pada daerah kemaluan. Pada
perabaan tidak terdapat indurasi, teraba pembesaran kelenjar di daerah
selangkangan.
3.2.3 Riwayat Perjalanan Penyakit :
Kurang lebih +2 minggu yang lalu pasien mengatakan timbul
bintil-bintil yang panas dan gatal sebesar jarum pentul, awalnya hanya ada 1
bintil kecil di ujung kemaluan yang semakin hari semakin banyak.
10
Kemudian pecah ketika digaruk oleh pasien dan timbul luka koreng. Luka
terasa nyeri dan pedih.
Pasien juga mengeluh demam, lemah dan nyeri otot sejak +2
minggu yang lalu. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian
pasien datang ke RSUD Palembang BARI.
3.2.4 Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami gejala serupa
sebelumnya. Diabetes Mellitus (-), alergi makanan/obat (-)
3.2.5 Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat atopi dalam keluarga disangkal.
1.2.6 Riwayat Sosial
Pasien pernah beberapa kali melakukan senggama dengan PSK.
1.2.7 Ekonomi
Penderita bekerja sebagai supir truk. Untuk kesan ekonomi
menengah kebawah.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologikus
R. penis (preputium, glans penis)
Tampak vesikel berkelompok, multiple, berkonfluens, dengan
penyebaran regional. Ulkus multiple diatas kulit yang eritematosa, bentuk
tak teratur, batas rata, tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan (+), indurasi (-).
Pembesaran KBG Inguinalis (+).
11
3.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Tzank : didapatkan Multinucleatid Giant Cell
2. Pengecatan gram : didapatkan bakteri coccus gram (-), school of fish (-)
3. Dark field : tidak dilakukan pemeriksaan
3.5. Diagnosis Banding
1. Herpes (Simpleks) genitalis
2. Ulkus mole (Chancroid)
3. Sifilis (Ulkus Durum)
3.6. Resume
Kurang lebih +2 minggu yang lalu pasien mengatakan timbul
bintil-bintil yang panas dan gatal sebesar jarum pentul, awalnya hanya ada 1
bintil kecil di ujung kemaluan yang semakin hari semakin banyak.
Kemudian pecah ketika digaruk oleh pasien dan timbul luka koreng. Luka
terasa nyeri dan pedih.
Pasien juga mengeluh demam, lemah dan nyeri otot sejak +2
minggu yang lalu. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian
pasien datang ke RSUD Palembang BARI.
3.7. Diagnosis Kerja
Herpes (Simpleks) Genitalis
3.8. Penatalaksanaan
Umum
1. Pasien patuh minum obat/mengobati sesuai ketentuan
2. Kembali untuk follow up teratur sesuai jadwal
3. Meyakinkan pentingnya pemeriksaan mitra seksual dan turut berusaha
agar mitra tersebut bersedia diperiksa dan diobati bila perlu
12
4. Mengurangi risiko penularan dengan:
Abstinensia dari semua hubungan seks hingga pemeriksaan terakhir
selesai.
Abstinensia dari semua hubungan seks bila timbul simtom atau gejala
kambuh.
Menggunakan kondom bila meragukan adanya risiko
5. Tanggap dan memberikan respons cepat terhadap infeksi atau hal yang
mencurigakan setelah hubungan seks.
Hasil utama yang dikehendaki dari seluruh rangkaian konseling herpes
adalah pasien dapat menerima bahwa infeksi herpes yang dideritanya bukanlah
suatu punishmenti, tetapi relatif merupakan suatu kondisi medis yang biasa dan
banyak ditemukan pada orang lain, serta dapat dikelola dengan berhasil untuk
meminimalkan dampak negatif pada pasien dalam hidupnya.
Khusus
1. Topikal berupa salap/krim yang mengandung preparat idoksuridin
(stoxil, viruguent, virunguent-P) dengan interval beberapa jam.
2. Asiklovir 5x200 mg sehari selama 5 hari.
3. Kompres terbuka dengan NaCl jika timbul ulserasi :
4. Preparat lupidon H (untuk VHS tipe I) dan preparat lupidon G (untuk
VHS tipe II) untuk mencegah rekurens.
3.9. Prognosis
Prognosis pada kasus ini adalah baik.
13
BAB IV
ANALISA KASUS
Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simplex virus
(HSV) tipe 1 dan 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan
virus paling sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret
genital/oral dari individu yang terinfeksi.7
Pasien merupakan seorang laki-laki berumur 30 tahun, sudah menikah,
dan aktif melakukan hubungan seksual bukan hanya dengan istri. Telah aktif
secara seksual merupakan salah satu kunci dari anamnesa herpes genitalis, dimana
penularannya terutama oleh hubungan seksual.
Kurang lebih +2 minggu yang lalu pasien mengatakan timbul bintil-bintil
yang panas dan gatal sebesar jarum pentul, awalnya hanya ada 1 bintil kecil di
ujung kemaluan yang semakin hari semakin banyak. Kemudian pecah ketika
digaruk oleh pasien dan timbul luka koreng. Luka terasa nyeri dan pedih.
Pasien juga mengeluh demam, lemah dan nyeri otot sejak +2 minggu yang
lalu. Karena gejala dan penyakitnya tidak sembuh, kemudian pasien datang ke
RSUD Palembang BARI.
Pasien mengaku belum pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Dari
anamnesa ini, infeksi HSV yang dialami pasien kemungkinan besar merupakan
infeksi primer. Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3
minggu dan sering disertai gejala sistemik. Gambaran Klinis dari infeksi primer
berupa makula dan papula dan secara progresif berkembang menjadi vesikel,
pustul dan ulkus. Pada pasien ini ditemukan gejala klinis ini disertai gejala
sistemik seperti demam, lemah dan nyeri otot.5,11
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik (status dermatologis) secara garis
besar dapat menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Diagnosis banding dari
herpes genitalis adalah ulkus mole (chancroid) dan sifilis primer. Ulserasi
chancroid¸ disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, ditandai dengan lesi yang
nyeri, lunak, tidak ada indurasi, tepi menggaung dengan kulit di sekitar ulkus
berwarna merah, dasarnya kotor dan mudah berdarah, multipel. Sífilis primer
14
disebabkan oleh Treponema pallidum ditandai dengan lesi yang tidak nyeri,
sekitar ulkus teraba keras (indurasi), dasar ulkus bersih dan berwarna merah,
soliter (biasanya hanya 1 – 2 ulkus).11
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah Tzank test dan pewarnaan
gram. Seharusnya juga dilakukan pemeriksaan dark field microscop untuk
memastikan penyingkiran diagnosis banding sifilis. Penting untuk memilih dan
mengambil spesimen yang benar dalam pemeriksaan laboratorium ini.
Berdasarkan urutan pengambilan sediaan pada lesi maka seharusnya dimulai
dengan mengorek tepi ulkus untuk dilakukan pewarnaan gram, mengambil cairan
dari lesi untuk pemeriksaan Tzank, dan pengambilan serum untuk pemeriksaan
dark field microscope. Pewarnaan gram yang dilakukan untuk mencari koinfeksi
bakteri dan untuk menyingkirkan diagnosis banding Chancroid, dimana pada
Chancroid pada pewarnaan gram dari sediaan yang diambil dengan mengorek tepi
ulkus akan ditemukan gambaran khas kelompok basil gram negatif yang tersusun
seperti barisan ikan. Tzank test digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
sel-sel yang berasal dari vesikel, bula, atau daerah erosi yang bersih. Pemeriksaan
Tzank pada pasien ini didapatkan nucelated giant cell dimana sel- sel ini jauh
lebih besar dibanding sel epidermis dan mengandung inti (umumnya multipel) di
dalam satu sel. Nilai diagnostiknya digunakan pada herpes zoster, varcella, herpes
simplex, pemphigus, dan infeksi staphylococcus. Dark field, hasil positif jika
ditemukan T. pallidum yang berbentuk spiral, akan menyingkirkan diagnosis
banding sifilis (ulkus durum) dimana bahan yang digunakan adalah serum yang
keluar dari ulkus kemudian dijepit dengan pinset ditaruh di object glass dan tepi
sediaan diberi vaselin kemudian diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap.11
15
BAB V
KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes simplex virus
(HSV) tipe 1 dan 2, meliputi herpes orolabialis dan herpes genitalis. Penularan
virus paling sering terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret
genital/oral dari individu yang terinfeksi.7
Infeksi primer HSV-2 dan HSV-1 genital ditandai dengan gejala sitemik
dan lokal yang lama. Gejala sistemik muncul dini berupa demam, nyeri kepala,
malaise, dan mialgia. Gejala lokal utama berupa nyeri, gatal, rasa terbakar,
disuria, duh tubuh, vagina atau uretra serta pembesaran dan rasa nyeri pada
kelenjar getah bening inguinal. Lesi kulit berbentuk vesikel berkelompok dengan
dasar eritem di labia minora, introitus, meatus uretra, serviks pada wanita, batang
dan glans penis pada pria atau perineum, paha, dan bokong pada pria dan wanita.
Vesikel ini mudah pecah dan menimbulkan erosi multipel. Masa pelepasan virus
berlangsung kurang lebih 12 hari. Tanpa infeksi sekunder, penyembuhan terjadi
secara bertahap dalam waktu kurang lebih 18 sampai 20 hari, tetapi bila ada
infeksi sekunder penyembuhan memerlukan waktu lebih lama dan meninggalkan
jaringan parut.3,6
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
1. Menjaga kebersihan lokal
2. Menghindari trauma atau faktor pencetus
3. Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang
mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P) dengan cara
aplikasi, yang sering dengan interval beberapa jam. Preparat asiklovir (zovirax)
yang dipakai secara topikal nampaknya memberikan masa depan yang lebih
cerah. Asiklovir ini cara kerjanya mengganggu replikasi DNA virus. Klinis
hanya bermanfaat bila penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi dapat
dilakukan kompres. Pengobatan oral berupa preparat asiklovir tampaknya
memberikan hasil yang lebih baik, penyakit berlangsung lebih singkat dan
16
masa rekurensnya lebih panjang. Dosisnya 5x200 mg sehari selama 5 hari.
Pengobatan parenteral dengan asiklovir terutama ditujukan kepada penyakit
yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
4. Untuk mencegah rekurens macam-macam usaha yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan imunitas selular, misalnya pemberian preparat lupidon H (untuk
VHS tipe 1) dan lupidom G (untuk VHS tipe 2) dalam satu seri pengobatan.
Pemberian levamisol dan isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut
beberapa penyelidik memberikan hasil yang baik. Efek levamisol dan
isopronosin ialah sebagai imunostimulator. Pemberian vaksinasi cacar sekarang
tidak dianut lagi.5
17