26
STATUS PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama lengkap : Ny. S Umur : 59 tahun Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Ibu rumah tangga Status : Menikah Suku bangsa : Jawa Alamat : Undaan Kidul 03/01. Karang Anyar- Demak II. ANAMNESIS Autoanamnesis pada hari selasa, 08 Juni 2016 di bangsal M1 RSUD Kudus pada jam 10.00 WIB Keluhan Utama : Kelopak mata kanan bengkak. Riwayat Penyakit Sekarang : Seorang pasien dari bangsal M2 RSUD Kudus dengan keluhan kelopak mata kanan bengkak dan nyeri sejak ±4 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan timbulnya bintil- bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan, mata kanan merah dan berair yang muncul. Pasien mengaku meriang,merasa lemas, sebelum mata bengkak, kemudian mata kanan mulai bengkak memerah sampai Page 1

Case Herpes Zoster Opthalmicus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Case Herpes Zoster Opthalmicus

Citation preview

Page 1: Case Herpes Zoster Opthalmicus

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Ny. S

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status : Menikah

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Undaan Kidul 03/01. Karang Anyar- Demak

II. ANAMNESIS

Autoanamnesis pada hari selasa, 08 Juni 2016 di bangsal M1 RSUD Kudus pada jam

10.00 WIB

Keluhan Utama :

Kelopak mata kanan bengkak.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Seorang pasien dari bangsal M2 RSUD Kudus dengan keluhan kelopak mata

kanan bengkak dan nyeri sejak ±4 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan timbulnya

bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan,

mata kanan merah dan berair yang muncul.

Pasien mengaku meriang,merasa lemas, sebelum mata bengkak, kemudian mata

kanan mulai bengkak memerah sampai pasien kesulitan untuk membuka matanya,

kemudian pasien mengatkan mulai timbul Daerah bintil-bintil dan mata kanan terasa

nyeri dan panas seperti terbakar. Kemudian berlanjut dengan mata pasien mulai

merah, terus menerus berair, terasa mengganjal, keluar sedikit kotoran mata, dan tidak

gatal. Pasien mengaku sebelumnya dirawat dengan keluhan nyeri kepala sebelah

kanan disertai dengan pusing dan lemah pada bagian tubuh sebelah kiri dan badan

terasa pegal . dan Keluhan mata silau, riwayat sakit tenggorokan, riwayat mual dan

muntah disangkal.

Page 1

Page 2: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat hipertensi (+)

Riwayat pernah mengalami keluhan yang sama (-)

Riwayat trauma mata (-)

Riwayat penyakit mata (-)

Riwayat operasi mata (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat mengunakan kacamata (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.

Riwayat darah tinggi (-)

Riwayat Alergi (-)

Riwayat kencing manis (-)

Riwayat so s ial ekonomi :

Pasien bekerja ibu rumah tangga. Berobat ditanggung oleh BPJS. Kesan sosial

ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. VITAL SIGN

Tensi (T) : 150/80 mmHg

Nadi (N) : 88 x/ menit

Suhu (T) : 36,7 C

Respiration Rate (RR) : 20 x/menit

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Cukup

Page 2

Page 3: Case Herpes Zoster Opthalmicus

B. STATUS OFTALMOLOGI

Gambar:

OD OS

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

1/60 Visus 6/60

Tidak dikoreksi Koreksi Tidak dikoreksi

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus

(-), strabismus (-)

Bulbus okuli

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus

(-), strabismus (-)

Edema (+), hiperemis(+),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi silier (-),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi silier (-),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

Putih Sklera Putih

Bulat, jernih

edema (-),

keratik presipitat (-), Kornea

Bulat, jernih

edema (-),

keratik presipitat (-),

Page 3

Page 4: Case Herpes Zoster Opthalmicus

infiltrat (-), sikatriks (-) infiltrat (-), sikatriks (-)

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-), hifema (-),

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-), hifema (-),

atrofi (-) coklat, edema(-),

synekia (-)

Iris atrofi (-) coklat, edema(-),

synekia (-)

Bulat,

Diameter ± 3mm

refleks pupil L/TL: +/+

Pupil

Bulat,

Diameter ± 3mm

refleks pupil L/TL: +/+

Jernih Lensa Jernih

Jernih Vitreus Jernih

Papil N.II bulat, batas tegas,

CDR 0,3 ; ablatio (-),

eksudat (-), excavation

glaumatosa (-)

Retina Papil N.II bulat, batas tegas,

CDR 0,3 ; ablatio (-),

eksudat (-), excavation

glaumatosa (-)

N TIO NEpifora (-), lakrimasi (+) Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 4

Page 5: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Pemeriksaan Laboratorium 02-06-16

Pemeriksaan Hasil Satuan

Hemoglobin 14,3 12,0-15,0 g/dL

Eritrosit 5,01 4,0-5,1 jt/ul

Hematokrit 42,4 36-47 %

Trombosit 222.000 150.000-400.000/µL

Leukosit 8.200 4500-12.000/µL

Netrofil 51,6 50 – 70%

Limfosit 27,3 25 – 40%

Monosit 7,3 2 – 8%

Eosinofil 12,9 2 – 4%

Basofil 0,7 0 – 1%

MCH 28,5 27-31 pg

MCHC 33,7 33-37 g/dL

MCV 84,6 79,0-99,0 fL

RDW 13,9 10,0-18,0 %

MPV 11,4 6,5 - 11,0 fL

PDW 13,2 10,0 - 180,0 fL

V. RESUME

Subjektif:

Page 5

Page 6: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Telah diperiksa seorang perempuan usai 59 tahun, dengan keluhan kelopak mata

kanan bengkak dan nyeri sejak ±4 hari yang lalu, keluhan disertai dengan timbulnya

bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan sampai dahi bagian kanan,

mata kanan merah dan berair.

Pasien mengaku meriang,merasa lemas, sebelum mata bengkak, kemudian mata

kanan mulai bengkak memerah sampai pasien kesulitan untuk membuka matanya,

kemudian pasien mengatkan mulai timbul daerah bintil-bintil dan mata kanan terasa

nyeri dan panas seperti terbakar. Kemudian berlanjut dengan mata mulai merah, terus

menerus berair, terasa mengganjal, keluar sedikit kotoran mata, dan tidak gatal.

Dirawat dengan keluhan nyeri kepala sebelah kanan disertai dengan pusing dan lemah

pada bagian tubuh sebelah kiri dan badan terasa pegal . dan Keluhan mata silau,

riwayat sakit tenggorokan, riwayat mual dan muntah disangkal. Riwayat hipertensi

(+)

Objektif:

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

1/60 Visus 6/60

Edema (+), hiperemis(+),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-), hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-)

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-),

injeksi silier (-),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (+)

Konjungtiva

Edema (-),

injeksi silier (-),

injeksi konjungtiva (-),

infiltrat (-),

hiperemis (-)

VI. DIAGNOSA BANDING

1. Herpes Zoster Oftalmikus OD

Page 6

Page 7: Case Herpes Zoster Opthalmicus

2. OD Blefarokonjungtivitis

3. OD Blefaritis Ulseratif

VII. DIAGNOSA KERJA

1. OD Herpes Zoster Oftalmikus

Dasar diagnosis:

Subjektif

keluhan kelopak mata kanan bengkak dan nyeri sejak ±4 hari yang lalu, keluhan

disertai dengan timbulnya bintil-bintil kecil berisi cairan dari kelopak mata kanan

sampai dahi bagian kanan, mata kanan merah dan berair.

Objektif

OCULI DEXTRA (OD) PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA (OS)

1/60 Visus 6/60

Edema (+), hiperemis(+), Palpebra Edema (-), hiperemis(-),

hiperemis (+) Konjungtiva hiperemis (-)

VII. TERAPI

Medikamentosa:

o Acyclovir 400 mg 5 dd 2 tab

o Inmatrol (Dexamethasone, polymyxin B sulfate, neomycin) 4 dd gtt 2

o Gentamycin 0,1 % eo tube 3dd OD

o Metilprednisolon 8 mg 2 dd 1 tab

VIII. PROGNOSIS

OKULI DEKSTRA OKULI SINISTRA

Page 7

Page 8: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Quo Ad Vitam Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Fungsionam Dubia ad bonam Ad bonam

Quo Ad Sanationam Dubia ad bonam Ad bonam

Quo Ad Kosmetikam Dubia ad bonam Ad bonam

IX. USUL DAN SARAN

Usul :

- Pemeriksaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa

- Uji Sensibilitas

Saran:

- Gunakan tetes mata secara teratur

- Konsumsi obat secara teratur

- Menjaga agar vesikel tidak pecah dengan tidak menggaruk atau menggosok

lesi

- Kontrol ke bagian mata secara teratur minimal 1 bulan sekali.

TINJAUAN PUSTAKA

Page 8

Page 9: Case Herpes Zoster Opthalmicus

HERPES ZOSTER OFTALMIKUS

I. Anatomi Nervus Trigeminus

Nervus Trigeminus merupakan saraf kranial terbesar yang terdiri dari saraf motorik dan

sensorik. Serabut motoriknya mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus

internus et eksternus, tensor timpani, omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus.

Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung dengan serabut-

serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion Gasseri. Serabut-serabut

sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan proprioseptif. Nervus

trigeminus memiliki 3 percabangan yaitu :1

1. Nervus Opthalmicus yang bersifat sensoris murni. Berjalan ke depan pada dinding

lateral sinus cavernosus dalam fossa crania media dan bercabang tiga; n. lacrimalis, n.

frontalis, dan n. nasociliaris, yang masuk ke orbita melalui fissura orbitalis superior.

Nervus opthalmicus merupakan divisi pertama dari trigeminus dan menginervasi

kornea mata, badan ciliaris dan iris, glandula lacrimalis, konjungtiva, kulit dahi dan

kepala, kelopak mata, mukosa sinus paranasales, dan cavum nasi.

2. Nervus maxillaris bersifat sensoris murni. N. maxillaris bermula dari pertengahan

ganglion semilunar sebagai berkas berbentuk pleksus dan berjalan horizontal ke depan

keluar dari cranium menuju foramen rotundum yang kemudian bentuknya menjadi

lebih silindris dan teksturnya menjadi lebih keras. N. maxillaris kemudian melewati

fossa pterygopalatina, menuruni dinding lateral maxilla dan memasuki cavum orbital

lewat fissure orbitalisinferior. Lalu melintasi fissure dan canalis infraorbitalis dan

muncul di foramen infraorbital. Saraf ini terbagi menjadi serabut yang lebih kecil

yang menginervasi hidung, palpebra bagian bawah dan bibir superior bersatu dengan

serabut nervus facial. Cabang-cabang n. maxillaris terbagi menjadi empat bagian yang

dipercabangkan di cranium, fossa pterygopalatina, canalis infraorbitalis dan pada

wajah.

3. Nervus mandibularis bersifat motoris dan sensoris. Nervus mandibularis adalah

nervus terbesar dari ketiga divisi dan terdiri atas dua radiks. Radiks sensoris

meninggalkan ganglion trigeminal dan berjalan keluar cranium melalui foramen

ovale. Radiks motoris n. trigeminus juga keluar dari cranium melalui foramen yang

sama dan bergabung dengan akar sensoris membentuk truncus n. mandibularis.

Serabut sensoris n. mandibularis mensarafi kulit pipi dan kulit atas mandibula dan sisi

Page 9

Page 10: Case Herpes Zoster Opthalmicus

kepala. Juga mensarafi articulasi temporomandibularis dan gigi rahang bawah,

mukosa pipi, dasar mulut, dan 2/3 lidah anterior. Serabut motoris n. mandibularis

mensarafi otot-otot pengunyah.

Herpes Zoster Oftalmikus

Definisi

Herpes zoster adalah respons terhadap virus varicella-zoster pada orang yang pernah

mengalami kekebalan parsial yaitu orang yang pernah mengalami cacar air. Manifestasi mata

yang paling sering adalah herpes zoster oftalmikus dimana terjadi reaktivasi virus varicella-

zoster di bagian ganglion gasseri  yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf

trigeminus (N.V).2

Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia. Penyebarannya sama dengan varisela karena

merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela. Insidensi

herpers zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 % diantaranya adalah herpes zoster

oftalmikus.  Penyakit ini terjadi pada laki-laki dan wanita, terutama pada usia dewasa dan

jarang pada anak-anak. Lebih dari 66% penderita berusia diatas 50 tahun, 5% kasus terjadi

pada anak di bawah 15 tahun, 80% penderita berusia > 20 tahun. Insiden herpes zoster

oftalmikus juga meningkat pada penderita dengan imunosupresi.3

Etiologi

Page 10

Gambar 1. Dermatom Nervus Trigeminus

Page 11: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam

ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa melalui saraf sensori ke tepi

ganglia spinal atau ganglia trigeminal kemudian menjadi laten. Virus Varisela-Zoster

termasuk famili herpes virus dan merupakan salah satu dari delapan virus herpes yang

diketahui menginfeksi manusia. Diameter virus ini kurang lebih adalah 150-200 nm dan

memiliki berat molekul sekitar 80 juta. Ciri khas pada strukturnya adalah memiliki

nukleokapsid isosahedral dengan dikelilingi lipid envelope. DNA double stranded terletak

ditengah-tengah struktur virus tersebut. Genome virus varicella zoster mengkode kurang

lebih 70 gen yang unik, kebanyakan memiliki susunan DNA dan fungsi yang homolog

dengan virus herpes lainnya. Early gene products meregulasi replikasi DNA, misalnya

polymerase DNA virus dan virus-specific tymidine kinase. Late genes mengkode protein

structural yang menjadi target oleh antibodi dan respon imun selular. 4

Patofisiologi

Page 11

Gambar 2. Struktur Virus Varicella Zoster

Page 12: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Infeksi primer inhalasi droplet virus masuk melalui rongga hidung

limfonoduli di nasofaring replikasi virus viremia I (dengan gejala prodormal)

virus ke RES penggabungan virus dengan DNA hospes replikasi virus

viremia II mencapai ujung pembuluh darah kelainan kulit virus menjalar

melalui serabut saraf sensorik ganglion saraf dorman, bersifat laten

Kondisi immunocompromised : usia > 50 tahun, HIV, Leukemia, orang dengan terapi radiasi

dan kemoterapi, orang dengan transplantasi organ mayor seperti sumsum tulang

Faktor reaktivasi : Trauma, malnutrisi, stres fisik dan emosi, demam, alkohol, gangguan

pencernaan, sinar ultraviolet, menstruasi, pengobatan imunosupresan jangka panjang

Reaktivasi virus di ganglion nervus trigeminus bergerak ke cabang pertama yaitu

Page 12

Gambar 3. Patofisiologi Herpes Zoster

Page 13: Case Herpes Zoster Opthalmicus

nervus ophthalmicus menyebar menurut dermatom inflamasi dan iskemik

pembuluh darah replikasi setempat kumpulan vesikel, timbul gejala dan tanda

herpes zoster oftalmikus, masa tunas 7-12 hari, masa aktif berupa lesi-lesi baru

yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, masa resolusi 1-2 minggu. 5,6

Gejala dan Tanda

Biasanya penderita herpes zoster oftalmikus pernah mengalami penyakit varisela

beberapa waktu sebelumnya. Adapun gejala herpes zoster oftalmikus ini, antara lain:

a. Prodromal (didahului ruam sampai beberapa hari)

- Nyeri lateral sampai mengenai mata

- Demam

- Malaise

- Sakit kepala

- Kuduk terasa kaku

Gejala-gejala di atas terjadi pada 5 % penderita, terutama pada anak-anak, dan timbul

1-2 hari sebelum terjadi erupsi.

b. Dermatitis

c. Nyeri mata

d. Lakrimasi

e. Perubahan visual

f. Mata merah unilateral

Page 13

Page 14: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Ciri-Ciri Herpes

Zoster Ophthalmicus 7

Struktur yang terlibat Tanda Waktu timbulnya

Kelopak mata/conjunctiva

Blepharoconjunctivitis Ruam makula kutaneus yang unilateral pada kelopak mata dan sekitarnya

Hari ke-0

Edema konjungtiva 2-3 hari

Krusta Hari ke 6

Infeksi sekunder Staphylococcus aureus

Krusta kekuningan/discharge 1-2 minggu

Episclera/sclera

Episcleritis/scleritis Kemerahan yang difus atau terlokalisasi, nyeri, edema

1 minggu

Cornea

Punctate epithelial keratitis Inflamasi sel epitel permukaan kornea 1-2 hari

Dendritic keratitis "Medusa-like" defek epitel dengan ujung runcing

4 - 6 hari

Anterior stromal keratitis (nummular keratitis)

Infiltrat multipel halus di bawah permukaan kornea

1 – 2 minggu

Deep stromal keratitis Inflamasi stroma profunda dengan dengan infiltrat lipid dan kornea neovaskularisasi

1 bulan - tahunan

Neurotrophic keratopathy Erosi punctate permukaan kornea bulan - tahunan

Defek epithelial persistenUlkus kornea

Anterior chamber

Uveitis Peradangan dan jaringan parut iris 2 minggu - tahunan

Page 14

Gambar 4. Penyebaran Herpes Zoster Oftalmikus Sesuai Dermatom

Page 15: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Retina

Acute retinal necrosis/progressive outer retinal necrosis

Coalescent patches pada nekrosis retinaOklusi vaskulitisinflamasi vitreous (hanya pada nekrosis retina akut

Independent/varied*

Cranial nerves

Optic neuritis Bengkak, edema saraf optik Independent/varied*

Oculomotor palsies Kelainan gerak extraocular Independent/varied*

Diagnosis

Penegakan diagnosis sebagian besar dilihat dari anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,

dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Adanya gejala prodromal, riwayat menderita cacar air, manifestasi nyeri dan gambaran

ruam kulit seperti vesikel dengan karakteristik distribusi sesuai dermatom dan unilateral.

Pemeriksaan Oftalmologi

Bisa ditemukan blefaritis, konjungtivitis, skleritis, keratitis, uveitis, nekrosis retina

akut, optic neuritis, dan occulomotor palsies sesuai dengan tanda khas dari herpes zoster

oftalmikus.

Pemeriksaan Penunjang

Jika gambaran lesi tidak begitu jelas maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang

laboratorium. Pemeriksaaan langsung secara mikroskopik dengan kerokan palpebra diwarnai

dengan Giemsa, untuk melihat adanya sel-sel raksasa berinti banyak (Tzanck) yang khas

dengan badan inklusi intranukleus asidofil. Isolasi dan identifikasi virus dengan teknik

Polymerase Chain Reaction. Tekhnik polymerase chain reaction (PCR) adalah tekhnik

pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik karena dapat mendeteksi varicella-zoster

virus DNA yang terdapat dalam cairan vesikel. Kultur virus juga dapat dilakukan namun

sensitifitasnya rendah. Pemeriksaan lain yaitu direct immunofluorescence assay.8

Page 15

Page 16: Case Herpes Zoster Opthalmicus

Diagnosis Banding

a. Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar yang sama7

- Herpes simplek

- Blefaritis ulseratif

b. Kondisi yang menyebabkan penyebaran nyeri

- Tic Douloureux

- Migrain

- Pseudotumor orbita

- Selulitis orbita

- Nyeri akibat sakit gigi

c. Kondisi yang menyebabkan inflamasi stromal kornea

- Epstein Barr Virus

- Mumps

- Sifilis

Penatalaksanaan

Strategi pengobatan pada infeksi akut herpes zoster oftalmikus yaitu antivirus,

kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesik yang adekuat. Jika tidak diobati dengan

adekuat dapat terjadi kerusakan permanen pada mata termasuk inflamasi yang kronik, nyeri

yang mengganggu (neuralgia pasca herpes) dan hilangnya tajam pengelihatan.

1. Obat antivirus diindikasikan dalam pengobatan herpes zoster yang akut. Yang

termasuk antivirus adalah acyclovir, famsiklovir, valacyclovir. Obat ini signifikan

untuk menurunkan nyeri akut, menghentikan progresi virus dan pembentukan vesikel,

mengurangi insiden episkleritis rekuren, keratitis, iritis dan mengurangi neuralgia

pasca herpetik jika dimulai dalam 72 jam onset ruam. Yang sering digunakan adalah

asiklovir 5x800 mg perhari selama 7 hari diikuti 2-3 minggu kemudian. Jika kondisi

pasien berat dianjurkan dirawat dan diberikan terapi asiklovir 5-10 mg/kgBB IV 8 jam

selama 8-10 hari.7

Page 16

Page 17: Case Herpes Zoster Opthalmicus

2. Analgetik seperti asetaminofen, asam menefenamat, aspirin dan NSAID untuk

mengontrol rasa nyeri. Artifial tears untuk lubrikasi kornea dan konjungtiva terutama

pada neurotrodik keratopati dan defek epithelial persisten. Pada pasien dengan

sikatrik kornea yang luas mungkin diperlukan tindakan keratoplasti.9

3. Steroid sistemik digunakan dengan dosis tinggi untuk menghambat perkembangan

penyakit pada post herpetic neuralgia. Namun risiko steroid dosis tinggi pada lansia

harus dipertimbangkan. Steroid pada umumnya digunakan untuk menangani

komplikasi dari kasus neurologis seperti kelumpuhan nervus okulomotorius dan

neuritis optik. Pemakaian steroid sistemik masih kontroversial.2

Komplikasi

1.   Postherpetic neuralgia merupakan komplikasi herpes zoster yang paling sering terjadi

pada sekitar 10-15% pasien herpes zoster dan merusak saraf trigeminal. Postherpetic

neuralgia didefinisikan sebagai gejala sensoris, biasanya sakit dan mati rasa. Rasa nyeri

akan menetap setelah penyakit sembuh, dan dapat terjadi karena penyembuhan yang

tidak baik pada penderita usia lanjut. Nyeri bisa menetap lebih dari 3 bulan setelah

penyembuhan.7

Page 17

Gambar 5. Terapi Antiviral Untuk Herpes Zoster

Page 18: Case Herpes Zoster Opthalmicus

2.   Konjungtiva. Pada mata komplikasi yang dapat timbul adalah kemosis yang ada

hubungannya dengan pembengkakan palpebra. Dapat juga timbul vesikel-vesikel di

konjungtiva tetapi jarang terjadi ulserasi.2

3.   Kornea. Bila comea terkena maka akan timbul infiltrat yang berbentuk tidak khas dengan

batas yang tidak tegas, tetapi kadang-kadang infiltratnya dapat menyerupai herpes

simplex yaitu dendritik. Proses yang terjadi pada dasarnya berupa keratitis profunda yang

bersifat kronis dan dapat bertahan beberapa minggu setelah kelainan kulit sembuh.

Akibat kekeruhan komea maka visus akan menurun.8

4. Iris. Adanya lesi di ujung hidung merupakan tanda penyebaran virus ke n. nasociliaris

yang merupakan cabang dari n. ophthalmicus yang juga menginervasi daerah iris, korpus

siliaris dan kornea. Iritis/iridosiklitis dapat merupakan penjalaran dari keratitis ataupun

berdiri sendiri. Iritis biasanya ringan, jarang menimbulkan eksudat, pada yang berat

kadang-kadang disertai dengan hipopion atau glaucoma sekunder. Akibat dari iritis ini

sering timbul sequele berupa iris atrofi. Pada beberapa kasus dapat disertai kerusakan

sphincter pupil.2

5.      Sklera. Skleritis merupakan komplikasi yang jarang ditemukan, biasanya merupakan

lanjutan dari iridosiklitis. Pada sklera akan terlihat nodulus dengan injeksi lokal yang

dapat timbul beberapa bulan sesudah sembuhnya lesi di kulit. Nodulusnya bersifat

kronis, dapat bertahan beberapa bulan, bila sembuh akan meninggalkan sikatrik dengan

hiperpigmentasi. Skleritis ini dapat kambuh lagi.4

6.      Ocular palsy. Dapat timbul bila mengenai N III, N IV, N VI, N III dan N IV. Paralisis

dari otot-otot extraocular ini karena perluasan peradangan dari N Trigeminus di daerah

sinus cavemosus. Timbulnya paralisis biasanya dua sampai tiga minggu setelah gejala

permulaan dari zoster dirasakan, walaupun ada juga yang timbul sebelumnya. Prognosis

pada umumnya baik dan akan kembali normal kira-kira dua bulan kemudian.7

7.      Retina. Kelainan retina yang ada hubungannya dengan zoster jarang ditemukan. Kelainan

tersebut berupa koroiditis dan perdarahan retina, yang umumnya disebabkan adanya

retinal vaskulitis.2

8.     Neuritis optik. Neuritis optik juga jarang ditemukan, tetapi bila terjadi dapat

menyebabkan kebutaan karena timbulnya atrofi n. opticus. Gejalanya berupa skotoma

sentral yang dalam beberapa minggu akan terjadi penurunan visus sampai menjadi buta.2

Page 18

Page 19: Case Herpes Zoster Opthalmicus

DAFTAR PUSTAKA

1. Baehr, Frotscher. 2012. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku

kedokteran EGC.

2. Vaughan DG, et al. 2007. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku

kedokteran EGC.

3. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter

Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi II. Jakarta: Penerbit Sagung Seto.

4. Singh, Daljit. 2011. Herpes Zoster. Accessed on May 24th, 2013. Available at

http://emedicine.medscape.com.

5. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. 2006. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi V.

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

6. Kansky, Jack J. 2007. Clinical Ophthalmology : A Systematic Approach. Edisi 6.

Philadelphia : Elsevier Butterworth-Heinemann.

7. Shaikh, Saad. 2011. Evaluation and Management of Herpes Zoster Ophthalmicus.

Accessed on May 24th, 2013. Available at http://www.aafp.org.

8. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

9. Sunita A., Athiya G., David J. 2008. Textbook of Ophthalmology. USA: Appleton &

Lange.

Page 19