29
Case Report Session Hernia Inguinalis Bilateral Oleh : Azhiimil Akbar 0810312120 Preseptor : dr. Arsil Hamzah, Sp. B BAGIAN ILMU BEDAH RSUP DR M. DJAMIL PADANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

case Hernia Inguinalis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bedah

Citation preview

Page 1: case Hernia Inguinalis

Case Report Session

Hernia Inguinalis Bilateral

Oleh :

Azhiimil Akbar

0810312120

Preseptor :

dr. Arsil Hamzah, Sp. B

BAGIAN ILMU BEDAH

RSUP DR M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2015

Page 2: case Hernia Inguinalis

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu

penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi

oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan

defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Tujuh puluh lima

persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat

terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2,

yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis

lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi

lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu

ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin

bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi

oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.

Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui

suatu defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau

didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding

tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau

melebar atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi. Hernia terdiri dari 3 hal yaitu

kantong, isi, dan cincin hernia.

Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, disebut hernia inkarserata atau hernia

strangulata. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke

dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.

Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan

gangguan pasase. Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat

jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

2.2 ANATOMI

Regio Inguinalis

Page 3: case Hernia Inguinalis

A. Trigonum Inguinale ( Hesselbach ) Dibatasi :

a. Ke arah medial oleh tepi lateral musculus rectus abdominis (linea semilunaris)

b. Ke arah lateral oleh arteri dan vena epigastrika inferior.

c. Ke arah inferior oleh ligamentum inguinale ( merupakan suatu area yang

sangat lemah dan sring merupakan tempat untuk hernia inguinalis directa )

B. Anulus inguinalis ( cincin inguinal )

1. Anulus inguinalis superficialis

- Merupakan suatu pintu triangularis pada aponeurosis musculus obliquus

abdominis eksternus

- Terletak tepat lateral terhadap tuberklum pubikum

- Menyalurkan funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum teres

uteri pada wanita

2. Angulus inguinalis profundus

- Terletak dalam fasia transversalis, tepat lateral terhadap arteri dan vena

epigastrika inferior

- Dibentuk oleh perluasan embrionik prosesus vaginalis yang melalui dinding

abdomen dan sebagai akibat perjalanan testis melalui fasia transversalis

selama desensus testikulorum ke dalam skrotum

C. Kanalis inguinalis

- Mulai pada anulus inguinalis profundus dan berakhir pada anulus inguinalis

superficialis

- Dinding-dindingnya :

a. Dinding anteror

- Aponeurosis musculus obliquus abdominis eksternus dan obliquus

abdominis internus yang berasal dari separuh lateral ligamentum inguinale

b. Dinding posterior

- Aponeurosis transversus abdominis dan fascia transfersalis

c. Atap

- Serabut yang melengkung dari musculus obliquus abdominis internus dan

transversus abdominis

d. Lantai

- Ligamentum inguinale dan ligamentum lakunare

Page 4: case Hernia Inguinalis

- lebih kecil pada wanita dari pada laki-laki

- Menyalurkan funikulus spermatikus ( atau ligamentum teres uteri ) dan

nervus ilioinguinalis

Kanalis inguinalis pada fetus laki-laki

- Menyalurkan duktus deferen, arteri dan vena testikularis, musculus kremaster,

procesus vaginalis, rami genitalis nervus genitofemoralis, nervus ilioinguinalis, arteri

dan vena duktus deferen, pleksus nervus testikularis, limfatik dan sebagainya

2.3 ETIOLOGI

Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi

diyakini ada tiga penyebab, yaitu:

1. kongenital

2. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.

a. Overweight

b. Mengangkat beban berat

c. Batuk – PPOK

d. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma

e. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar

f. Distensi abdomen – yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen

g. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas,

kehamilan,

3. Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :

a. Umur yang semakin bertambah

Page 5: case Hernia Inguinalis

b. Malnutrisi–baik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)

c. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik

d. Abnormal metabolisme kolagen.

2.4 KLASIFIKASI

A. Hernia diberi nama menurut letaknya,

Utamanya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dll.

B. Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi :

Riwayat alamiah perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang

tidak spontan. Pengecualian untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus,dimana

orifisium dapat menutup beberapa tahun setelah lahir. Seiring berjalannya waktu, hernia

membesar dan kecenderungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam jiwa semakin

bertambah. Hernia dapat reponibel, ireponibel, obstruksi, strangulasi, atau terjadi inflamasi.

1. Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk, tetapi kantungnya menetap.Isinya

tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila disokong gaya gravitasi atau

tekanan intraabdominal yang meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk

lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi

usus.

2. Hernia Ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga perut.

Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.

Hernia ini disebut hernia akreta. Dapat juga terjadi karena leher yang sempit dengan tepi

yang kaku (misalnya pada : femoral, umbilical). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun

sumbatan usus. Hernia ireponibel mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadi

obstruksi dan strangulasi daripada hernia reponibel.

3. Hernia obstruksi (inkarserata)

Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup. Biasanya obstruksi terjadi pada

leher kantong hernia. Jika obstruksi terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di

dalamnya dan terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah masih baik,

Page 6: case Hernia Inguinalis

tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah ’inkarserata’ terkadang dipakai untuk

menggambarkan hernia yang ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu,

hernia ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan inkarserata.

Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak nomor dua operasi

darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus

nomor satu di Indonesia.

4. Hernia Strangulata

Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi vena dan

limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut ; dan

sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena, dan

berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu aliran

arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal bukan usus,

misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling

sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat

dan dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke

dalam kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang rentan mengalami

perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung

bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis. Terjadi syok sepsis

dengan gagal sirkulasi dan kematian.

2.5 PATOFISIOLOGI HERNIA

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad ke

permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang

mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah

evaginasi diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral.

Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes akan turun

melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi

sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga, yang tersering hernia inguinalis

lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang

sebelah kanan.

Page 7: case Hernia Inguinalis

Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi

ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.Processus

vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati

cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan

tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis

lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan tetapi tidak

semua hernia inguinalis disebabkan karena kegagalan menutupnya processus vaginalis

dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia inguinalis lateralis proseccus

vaginalisnya menutup.

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,

terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik

peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut

dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,

seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan

juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2

bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia

inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun

karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan

tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia

inguinalis lateralis akuisita.

Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah

kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi,

dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat.

2.6 GEJALA DAN TANDA KLINIK

2.6.1 Gejala

Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha, pada beberapa orang adanya nyeri dan

membengkak pada saat mengangkat. Seringnya hernia ditemukan pada saat pemeriksaan

Page 8: case Hernia Inguinalis

fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien mengeluh

adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia inguinalis lateralis, perasaan

nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti

rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.

Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan hernia

inguinalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi inkarserasi atau

strangulasi.Gejala dari adanya komplikasi yaitu:

- obstruksi usus : kolik, muntah, distensi, konstipasi

- strangulasi : tambahan dari gejala obstruksi, rasa nyeri yang menetap pada hernia,demam,

takikardi.

2.6.2 Tanda

Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan

berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk

dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke

annulus. Jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit

untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin

yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada

tonjolan di kanalis inguinalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.

Pada inspeksi

Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat simetris,

dengan tonjolan yang sirkuler di cincin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien

berbaring . sedangkan pada hernia inguinalis lateralis akan terlihat tonjolan yang berbentuk

elips dan kadang susah menghilang pada saat berbaring.

Pada palpasi

Dinding posterior kanalis inguinalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia

inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia medialis tidak akan terasa dan tidak adanya

tahanan pada dinding posterior kanalis inguinalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada

Page 9: case Hernia Inguinalis

pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi jari maka itu hernia

medialis. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia inguinalis lateralis. Penekanan melalui

cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia medialis dan hernia

inguinalis lateralis. Pada hernia medialis benjolan akan terasa pada bagian depan melewati

Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada hernia inguinalis lateralis. Jika hernianya

besar maka pembedaannya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis

inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat

ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi. Hidrokel bertransiluminasi, tetapi

hernia tidak. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika ada sepsis atau isi dari

sakus yang diperkirakan mengalami gangrenosa.

2.7 DIAGNOSIS BANDING

- Hidrokel

- Tumor testis

- Orchitis

- Torsio testis

- Varikokel

2.8 KOMPLIKASI

Hernia inkarserasi :

Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang

Tidak dapat direposisi

Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.

Adanya infeksi sistemik

Adanya gangguan sistemik pada usus.

2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.9.1 Laboratorium

Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:

Leukositosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.

Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.

Page 10: case Hernia Inguinalis

Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang

menyebabkan nyeri lipat paha.

2.9.2 Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.

Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau

dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.

2.10 PENATALAKSANAAN HERNIA

2.10.1 Penanganan DI IGD

Mengurangi hernia.

Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus

istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.

Menurunkan tegangan otot abdomen.

Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.

Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia inguinalis.

Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan

proses analgesia.

Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki

kodok)

Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjut selama

proses reduksi penonjolan

Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untuk mengembalikan isi

hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isi hernia keluar

dari pintu hernia.

Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan.

Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat dan posisikan

Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.

Konsul bedah jika :

Reduksi hernia yang tidak berhasil

Adanya tanda inkarserata dan keadaan umum pasien yang memburuk

Page 11: case Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi. penanganan

ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi hal yang

ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.

Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat

dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito

mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.

Jika pasien menderita hyperplasia prostat akan lebih bijaksana apabila dilakukan

penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi

traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.

Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka operasi

yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia

inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri

analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.

Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala

strangulasi.

Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih hidup,

ada tanda-tanda leukositosis.

Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.

Indikasi operasi :

- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa

penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,

yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko

infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.

- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata.

Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik

melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika

dilakukan cito surgery.

1. Konservatif :

- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan

kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai

terjadi reposisi.

Page 12: case Hernia Inguinalis

- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian

sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani

operasi pada hari berikutnya.

- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus

dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan otot

abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam.

2. Operatif

-Anak-anak : Herniotomy :

Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong hernia

sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan

reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong.

Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat

direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral

- Dewasa : Herniorrhaphy :

Tujuannya memperkecil anulus inguinalis dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalisCara Bassini: membuat jahitan antara lig inguinale dengan conjoint tendon (pertemuan msc.obligus transversus abdominis dan msc.obligus internus abdominis).Pada defek yg besar atau residif dipakai bahan sintetis ; Prolene mesh

Page 13: case Hernia Inguinalis

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama / Panggilan : Tn. B

No. RM : 41.11.35

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 67 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Bukittinggi

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Suku Bangsa : Minangkabau

SMR : 22 Mei 2015

Anamnesis :

Seorang pasien laki-laki usia 67 tahun datang ke IGD RSUD Ahmad Muchtar pada

tanggal 22 Mei 2015 dengan :

Keluhan Utama :

Benjolan dan nyeri pada kantong kemaluan kiri sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Benjolan dan nyeri pada kantong kemaluan kiri yang menetap sejak 4 jam sebelum

masuk rumah sakit.

- Awalnya benjolan sudah ada sejak 6 bulan yang lalu, benjolan hilang timbul

terutama timbul jika berdiri dan hilang bila berbaring, tidak terasa nyeri.

- Mual (+) dan muntah (+) sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah berisi apa

yang dimakan.

Page 14: case Hernia Inguinalis

- Buang air besar ada, flatus ada

- Buang air kecil (+) biasa.

- Demam (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Batuk-batuk lama (-)

- BAK dan BAB sering mengedan (-)

- Sesak napas (-)

Riwayat Sosioekonomi :

Pasien seorang pekerja bangunan.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Sakit sedang

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : Teraba kuat, teratur, frekuensi 84 x/menit

Nafas : Thoracoabdominal, teratur, frekuensi 24 x/menit

Suhu : 36,60C

Bentuk badan : normo

Tinggi badan : 165 cm

Berat badan : 67 kg

Kepala : normosefal

Kulit : tidak ada kelainan

Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga : sekret (-), deformitas (-)

Gigi dan mulut : higiene oral baik

Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak membesar

Sistem Respiratorik : Inspeksi : Simetris kiri sama dengan kanan dalam keadaan

statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru

Page 15: case Hernia Inguinalis

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing

tidak ada

Sistem Kardiovaskular : Inspeksi : Ictus tidak terlihat

Palpasi : Ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama regular, frekuensi

84x/menit, bising tidak ada

Abdomen : Inspeksi : distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-)

Auskultasi : Bising usus (+) meningkat

Palpasi : Nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), defense muscular (-)

hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Lokalis

Regio scrotalis :

Inspeksi :

Benjolan pada skrotum kiri ukuran ± 10x5 cm, warna kulit

diatasnya sama dengan kulit disekitarnya. Tidak dapat

direposisi.

Benjolan pada suprapubik ukuran ± 4x3 cm, warna kulit

diatasnya sama dengan kulit disekitarnya, menghilang saat

berbaring.

Palpasi : lunak, permukaan licin, batas tegas, testis teraba, nyeri tekan (+)

pada skrotum kiri.

Transluminasi (-)

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (22 Mei 2015)

Hb : 15,6 mg/dl

Leukosit : 16.280/mm3

Trombosit : 279.000/mm3

Page 16: case Hernia Inguinalis

Hematokrit : 45,8%

GDS : 116 mmol/L

Natrium : 137 mmol/L

Kalium : 4,5 mmol/L

Klorida : 103 mmol/L

Ureum : 35 mg/dl

Kreatinin : 0,6 mg/dl

Kesan : leukositosis

Diagnosis Kerja

Hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata + hernia inguinalis medialis dekstra reponibel

Diagnosis Banding

- Hidrokel

- Tumor testis

- Orchitis

- Torsio testis

- Varikokel

Penatalaksanaan

• Konservatif Dekompresi (NGT dan Catheter) Posisikan pasien dengan sikap Trendelenburg Puasa Berikan obat sedative Observasi 1 jam kemudian

Diagnosa: Hernia inguinalis lateralis sinistra inkarserata tereposisi spontan + hernia inguinalis medialis dekstra reponibel

• IVFD RL 20 tetes/menit• Injeksi Ceftriakson 2x1 amp• Injeksi Ranitidine 2x1 amp• Rawat Bangsal Bedah, awasi tanda-tanda peritonitis• Rencanakan operasi Herniorraphy + pasang mesh bilateral

Page 17: case Hernia Inguinalis

Laporan Operasi :

• pasien dalam posisi supine, dalam Spinal anesthesi

• Aseptik dan antiseptik prosedur pada lapangan operasi

• Insisi crease iliaka kanan

• Buka kutis, subkutis, fascia, identifikasi kantong hernia, tampak hernia medialis sliding

ke lateral

• Tampak omentum, dorong omentum ke rongga peritoneum.

• Kantong hernia ditutup dan dipasang cone mesh, pasang mesh diatasnya

• Kontrol perdarahan

• Jahit luka operasi lapis demi lapis

• Insisi skin crease di inguinal kiri

• Diperdalam hingga fascia, identifikasi kantong, tampak hernia lateralis

• Dilakukan herniotomy, pasang mesh

• Kontrol perdarahan

• Jahit luka operasi lapis demi lapis

Prognosis

Qou ad vitam : bonam

Qou ad fungsionam : bonam

Qou ad sanationam : bonam

Follow Up :

Hari - Tanggal Pemeriksaan TerapiKamis – 28/5/2015

S : Nyeri (+), demam (-), Mual (-), Nafsu makan baik, pasien sudah makan dan minum tanpa keluhan.O : Kesadaran: CMC, Nd: 82x/m, Nf: 18x/m, T: 36.60CLBO baikA : Post Hernioraphy + mesh H+1

Injeksi Ceftriakson 2x1 ampInjeksi Ranitidine 2x1 ampInjeksi Ketorolac 2x1 ampAnjurkan berjalan/mobilisasi

Jumat – 29/5/2015

S : Nyeri (+) Menurun, demam (-), Mual (-), Nafsu makan baik, pasien sudah bisa berjalan ke kamar mandi.O : Kesadaran: CMC, Nd: 88x/m, Nf:

Injeksi Ceftriakson 2x1 ampInjeksi Ranitidine 2x1 ampInjeksi Ketorolac 2x1 amp

Page 18: case Hernia Inguinalis

20x/m, T: 36.80CLBO baikA : Post Hernioraphy + mesh H+2

Pasien direncanakan pulang dengan obat pulang :Ceftriakson 2x500mgRanitidine 2x 150mgParacetamol 3x500mg (bila sakit)

Page 19: case Hernia Inguinalis

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 67 tahun dengan diagnosis Hernia inguinalis lateralis sinistra

inkarserata tereposisi spontan + hernia inguinalis medialis dekstra reponibel. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan benjolan dan nyeri pada kantong kemaluan kiri yang

menetap sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya benjolan sudah ada sejak 6

bulan yang lalu, benjolan hilang timbul terutama timbul jika berdiri dan hilang bila

berbaring, tidak terasa nyeri. Mual dan muntah ada sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit,

muntah berisi apa yang dimakan. Buang air besar ada, flatus ada, buang air kecil biasa.

Demam tidak ada. Pada pemeriksaan fisik regio abdomen ditemukan nyeri tekan dan bising

usus meningkat. Pada regio skrotalis, terdapat benjolan pada skrotum kiri ukuran ± 10x5 cm,

warna kulit diatasnya sama dengan kulit disekitarnya, tidak dapat direposisi; dan benjolan

pada suprapubik ukuran ± 4x3 cm, warna kulit diatasnya sama dengan kulit disekitarnya,

menghilang saat berbaring. lunak, permukaan licin, batas tegas, testis teraba, nyeri tekan (+)

pada skrotum kiri. Pada pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil negative. Dari

pemeriksaan laboraturium ditemukan leukositosis ringan.

Pasien ini kemudian dilakukan herniorrhaphy dan di sebelah kanan tampak hernia

medialis sliding ke lateral, lalu omentum didorong ke rongga peritoneum dan ditutup

dengan mesh, serta di sebelah kiri tampak hernia lateralis lalu dilakukan herniotomi dan

pasang mesh.

Prognosis pada pasien ini adalah baik karena pasien dibawa dalam keadaan yang

ususnya masih baik, belum terjadi kerusakan jaringan yang berarti. Pasien dapat segera

beraktivitas setelah operasi.

Page 20: case Hernia Inguinalis

DAFTAR PUSTAKA

Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.New York. WB

Saunders Company. 795-801

Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth

edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.

Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital.Switzerland. WHO. 151-

156.

http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/

http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html

http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia

http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms

Inguinal Hernia: Anatomy and

Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com

Manthey, David. Hernias .2007.http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm

Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science and

Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.

Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.

17thEdition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.

Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current

Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc Graw-Hill. 783-789.

Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1. Tenth

edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.