27
BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa bahan tambang yang terkandung di wilayah Kabupaten Purworejo merupakan kekayaan alam karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mensejahterakan masyarakat dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Daerah; b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa mineral bukan logam dan batuan dari sumber alam di dalam dan/ atau permukaan bumi, dapat dikenakan pajak, sebagai salah satu bentuk pengendalian dan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian Daerah; c. bahwa sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan merupakan jenis pajak daerah yang pemungutannya menjadi kewenangan kabupaten/ kota; d. bahwa Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan di Kabupaten Purworejo telah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Purworejo Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, namun dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah tersebut sudah tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga perlu ditinjau kembali dan disesuaikan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; SALINAN

BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

BUPATI PURWOREJOPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO

NOMOR 4 TAHUN 2011

TENTANG

PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO,

Menimbang : a. bahwa bahan tambang yang terkandung di wilayahKabupaten Purworejo merupakan kekayaan alam karuniaTuhan Yang Maha Esa yang dapat dimanfaatkan dengansebaik-baiknya untuk mensejahterakan masyarakat danmemberikan kontribusi terhadap perekonomian Daerah;

b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnyayang berupa mineral bukan logam dan batuan dari sumberalam di dalam dan/ atau permukaan bumi, dapatdikenakan pajak, sebagai salah satu bentuk pengendaliandan untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomianDaerah;

c. bahwa sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan merupakan jenispajak daerah yang pemungutannya menjadi kewenangankabupaten/ kota;

d. bahwa Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan diKabupaten Purworejo telah dipungut berdasarkanPeraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II PurworejoNomor 6 Tahun 1998 tentang Pajak Pengambilan BahanGalian Golongan C, namun dengan berlakunyaUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah tersebutsudah tidak sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku, sehingga perlu ditinjau kembali dandisesuaikan;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksudpada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentukPeraturan Daerah tentang Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan;

SALINAN

Page 2: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentangPembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam LingkunganPropinsi Jawa Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262),sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir denganUndang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atasUndang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4999);

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang PenagihanPajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3686), sebagaimana telahdiubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-UndangNomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang PenagihanPajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3987);

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang PengadilanPajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4189);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4286);

7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4389);

9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4400);

Page 3: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

10.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir denganUndang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

11.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 126, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

12.Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentangPertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

13.Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5049);

14.Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor3258), sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan AtasPeraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5145);

15.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4578);

16.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentangPedoman Pembinaan dan Pengawasan PenyelenggaraanPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4593);

17.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan DaerahKabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4737);

Page 4: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

18.Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentangPelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5097);

19.Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang TataCara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif PemungutanPajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

20.Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang JenisPajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan KepalaDaerah atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5179);

21.Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentangPengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan PeraturanPerundang-undangan;

22.Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II PurworejoNomor 3 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipildi Lingkungan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat IIPurworejo (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat IIPurworejo Tahun 1989 Nomor 1);

23.Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 3 Tahun2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah(Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2007Nomor 3);

24.Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 4 Tahun2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah KabupatenPurworejo (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun2008 Nomor 4);

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PURWOREJO

danBUPATI PURWOREJO

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK MINERAL BUKANLOGAM DAN BATUAN.

Page 5: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Purworejo.2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.3. Bupati adalah Bupati Purworejo.4. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang perpajakan

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.5. Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh

pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untukkeperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang selanjutnya dapat disebutPajak adalah Pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam danbatuan, baik dari sumber alam di dalam dan/ atau permukaan bumi untukdimanfaatkan.

7. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuansebagaimana dimaksud di dalam Peraturan perundang-undangan di bidangmineral dan batubara.

8. Subjek Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan yang dapatdikenakan Pajak.

9. Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau Badan meliputi pembayarPajak, pemotong Pajak dan pemungut Pajak yang mempunyai hak dankewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan Daerah.

10.Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakankesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usahayang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah(BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk Badanlainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

11.Masa Pajak Daerah adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender ataujangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga)bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,menyetor, dan melaporkan Pajak yang terutang.

12.Tahun Pajak Daerah adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahunkalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidaksama dengan tahun kalender.

13.Pajak Daerah yang terutang adalah Pajak yang harus dibayar pada suatusaat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian TahunPajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakandaerah.

Page 6: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

14.Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunandata objek dan Subjek Pajak, penentuan besarnya Pajak yang terutangsampai kegiatan penagihan Pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasanpenyetorannya.

15.Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD,adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkanpenghitungan dan/ atau pembayaran Pajak, Objek Pajak dan/ atau bukanObjek Pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan perpajakan daerah.

16.Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah buktipembayaran atau penyetoran Pajak yang telah dilakukan denganmenggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas UmumDaerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

17.Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkatSKPDKB, adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlahpokok Pajak, jumlah kredit Pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokokPajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah Pajak yang masih harusdibayar.

18.Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnyadisingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan Pajak yang menentukantambahan atas jumlah Pajak yang telah ditetapkan.

19.Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN,adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pokok Pajak samabesarnya dengan jumlah kredit Pajak atau Pajak tidak terutang dan tidakada kredit Pajak.

20.Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkatSKPDLB, adalah surat ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihanpembayaran Pajak karena jumlah kredit Pajak lebih besar daripada Pajakyang terutang atau seharusnya tidak terutang.

21.Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah suratuntuk melakukan tagihan Pajak dan/ atau sanksi administratif berupa bungadan/ atau denda.

22.Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkankesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/ atau kekeliruan dalam penerapanketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakandaerah yang terdapat dalam, Surat Ketetapan Pajak Daerah, SuratKetetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak DaerahKurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, SuratKetetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, SuratKeputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

23.Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatanterhadap, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak DaerahKurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan,Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah LebihBayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yangdiajukan oleh Wajib Pajak.

24.Putusan banding adalah putusan Badan peradilan Pajak atas bandingterhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

25.Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yangditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan Daerah dandigunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Daerah.

Page 7: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

26.Insentif pemungutan Pajak yang selanjutnya disebut Insentif adalahtambahan penghasilan yang diberikan sebagai penghargaan ataskinerja tertentu dalam melaksanakan pemungutan Pajak.

27.Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teraturuntuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan danpenyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporankeuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun Pajaktersebut.

28.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolahdata, keterangan dan/ atau bukti yang dilaksanakan secara objektif danprofesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk mengujikepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/ atau untuk tujuanlain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan daerah.

29.Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang selanjutnyadapat disebut Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan olehPenyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itumembuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadiserta menemukan tersangkanya.

30.Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau PejabatPegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus olehundang-undang untuk melakukan penyidikan.

31.Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalahPenyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerahyang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukanpenyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Maksud ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk memberikanlandasan hukum bagi Pemerintah Daerah dalam pemungutan Pajak MineralBukan Logam dan Batuan.

Pasal 3

Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah:a. mengendalikan kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan

melalui pembebanan kewajiban pembayaran pajak;b. meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Page 8: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

BAB III

NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK

Pasal 4

Dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dipungut pajak ataskegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan.

Pasal 5

(1)Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatanpengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang meliputi :a. asbes;b. batu tulis;c. batu setengah permata;d. batu kapur;e. batu apung;f. batu permata;g. bentonit;h. dolomit;i. feldspar;j. garam batu (halite);k. grafit;l. granit/ andesit;m. gips;n. kalsit;o. kaolin;p. leusit;q. magnetis;r. mika;s. marmer;t. nitrat;u. opsidien;v. oker;w. pasir dan kerikil;x. pasir kuarsa;y. perlit;z. phospat;aa. talk;bb. tanah serap (fullers earth);cc. tanah diatome;dd. tanah liat;ee. tawas (alum);ff. tras;gg. yarosif;hh. zeolit;ii. basal;jj. trakkit;kk.Mineral Bukan Logam dan Batuan lainnya sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

Page 9: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

(2)Tidak termasuk Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang

nyata-nyata tidak dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatanpengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tianglistrik/ telepon, penanaman kabel listrik/ telepon, penanaman pipa air/gas;

b. kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yangmerupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidakdimanfaatkan secara komersial.

Pasal 6

(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat mengambilMineral Bukan Logam dan Batuan.

(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil MineralBukan Logam dan Batuan.

BAB IV

DASAR PENGENAAN, TARIFDAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK

Pasal 7

(1) Dasar pengenaan pajak adalah nilai jual hasil pengambilan Mineral BukanLogam dan Batuan.

(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung dengan mengalikanvolume/ tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standarmasing-masing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan.

(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah harga rata-ratayang berlaku di lokasi setempat di wilayah Daerah.

(4) Dalam hal nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sulit diperoleh,digunakan harga standar yang ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 8

Tarif Pajak ditetapkan sebesar 25% (dua puluh lima persen).

Pasal 9

Besaran pokok Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarifsebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dengan dasar pengenaan Pajaksebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Page 10: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

BAB V

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 10

Pajak yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pengambilan MineralBukan Logam dan Batuan.

BAB VI

MASA PAJAK, TAHUN PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG

Pasal 11

Masa Pajak adalah 1 (satu) bulan kalender.

Pasal 12

Tahun Pajak adalah 1 (satu) tahun kalender.

Pasal 13

Pajak terutang dalam masa Pajak terjadi pada saat pengambilan Mineral BukanLogam dan Batuan.

BAB VII

PENDAFTARAN OBJEK PAJAK

Pasal 14

(1) Setiap Wajib Pajak, wajib mendaftarkan dan melaporkan Objek Pajak atasusahanya.

(2) Tata cara pendaftaran dan pelaporan Objek Pajak sebagaimana dimaksudpada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VIII

SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH

Pasal 15

(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1), harus diisi dengan jelas, benar danlengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.

Page 11: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

(3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan untukmenghitung, memperhitungkan dan menetapkan Pajak sendiri yangterutang.

(4) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1), harus disampaikan kepada Bupatipaling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa Pajak.

(5) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD sebagaimana dimaksud padaayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 16

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya Pajak, Bupatidapat menerbitkan:a. SKPDKB dalam hal:

1. jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, Pajak yangterutang tidak atau kurang dibayar;

2. jika SPTPD tidak disampaikan kepada Bupati dalam jangka waktu 15(lima belas) hari kerja dan setelah ditegur secara tertulis tidakdisampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam suratteguran;

3. jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, Pajak yang terutangdihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/ atau data yang semula belumterungkap yang menyebabkan penambahan jumlah Pajak yang terutang.

c. SKPDN jika jumlah Pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlahkredit Pajak atau Pajak tidak terutang dan tidak ada kredit Pajak.

(2) Jumlah kekurangan Pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dan angka 2, dikenakan sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dariPajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya Pajak.

(3) Jumlah kekurangan Pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf b, dikenakan sanksi administratif berupakenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan Pajaktersebut.

(4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika WajibPajak melaporkan sendiri sebelum diakukan tindakan pemeriksaan.

(5) Jumlah Pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf a angka 3, dikenakan sanksi administratif berupa kenaikansebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok Pajak ditambah sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dariPajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya Pajak.

Page 12: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 17

(1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.

(2) Setiap Wajib Pajak, wajib membayar Pajak yang terutang dengan caramembayar sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(3) Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya dengan menggunakanSPTPD, SKPDKB, SKPDKBT dan/ atau STPD .

BAB X

TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN

Bagian KesatuTata Cara Pembayaran

Pasal 18

(1) Pembayaran Pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.

(2) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Umum Daerah atau tempat lain yangditunjuk oleh Bupati, sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPDKB,SKPDKBT dan STPD.

(3) Apabila pembayaran Pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasilpenerimaan Pajak harus disetor seluruhnya ke Kas Umum Daerah palinglambat 1 (satu) hari kerja atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

(4) Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)dilakukan dengan menggunakan SSPD.

Pasal 19

(1) Bupati dapat menerbitkan STPD jika:a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai

akibat salah tulis dan/ atau salah hitung;c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/ atau

denda.

(2) Jumlah kekurangan Pajak yang terutang dalam STPD sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, ditambah dengan sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untukpaling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya Pajak.

Page 13: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

Pasal 20

(1) Jatuh tempo pembayaran Pajak paling lama 15 (lima belas) hari kerjasetelah saat terutangnya Pajak.

(2) SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, SuratKeputusan Keberatan, dan Putusan banding, yang menyebabkan jumlahPajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan Pajakdan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejaktanggal diterbitkan.

(3) Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yangditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untukmengangsur atau menunda pembayaran Pajak, dengan dikenakan bungasebesar 2% (dua persen) sebulan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempatpembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran Pajak diatur denganPeraturan Bupati.

Bagian KeduaTata Cara Penagihan

Pasal 21

(1) Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SuratKeputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan bandingyang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya, dapatditagih dengan Surat Paksa.

(2) Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturanperundang-undangan.

BAB XI

KEBERATAN DAN BANDING

Bagian KesatuKeberatan

Pasal 22

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atas suatu:a. SKPDKB;b. SKPDKBT;c. SKPDLB;d. SKPDN;e. pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

Page 14: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertaialasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulansejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimanadimaksud pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwajangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar palingsedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud padaayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak dianggap sebagai suratkeberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau tandapengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda buktipenerimaan surat keberatan.

Pasal 23

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggalsurat keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yangdiajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atausebagian, menolak, atau menambah besarnya Pajak yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat danBupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebutdianggap dikabulkan.

Bagian KeduaBanding

Pasal 24

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepadaPengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yangditetapkan oleh Bupati.

(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukansecara tertulis dalam Bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalamjangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan darisurat keputusan keberatan tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayarPajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan putusanbanding.

Page 15: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

Pasal 25

(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagianatau seluruhnya, kelebihan pembayaran Pajak dikembalikan denganditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk palinglama 24 (dua puluh empat) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulanpelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.

(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, WajibPajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluhpersen) dari jumlah Pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangidengan Pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksiadministratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimanadimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan.

(5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WajibPajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratuspersen) dari jumlah Pajak berdasarkan putusan banding dikurangi denganpembayaran Pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

BAB XII

PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN, DANPENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 26

(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati dapatmembetulkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yangdalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitungdan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturanperundang-undangan perpajakan daerah.

(2) Bupati dapat:a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga,

denda, dan kenaikan Pajak yang terutang menurut peraturanperundangundangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebutdikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karenakesalahannya;

b. mengurangkan atau membatalkan SKPDKB, SKPDKBT atau STPD,SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;

c. mengurangkan atau membatalkan STPD;

Page 16: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan Pajak yangdilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yangditentukan;

e. mengurangkan ketetapan Pajak terutang berdasarkan pertimbangankemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu Objek Pajak.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusansanksi administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan Pajaksebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIII

KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 27

(1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak, kedaluwarsa setelah melampauijangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya Pajak, kecualiapabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah.

(2) Kedaluwarsa penagihan Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) tertangguhapabila:a. diterbitkan surat teguran dan Surat Paksa;b. ada pengakuan utang Pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun

tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejaktanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.

(4) Pengakuan utang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat(2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masihmempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada PemerintahDaerah.

(5) Pengakuan utang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat(2) huruf b, dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran ataupenundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.

Pasal 28

(1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukanpenagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang Pajak yang sudahkedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudah kedaluwarsa diaturdengan Peraturan Bupati.

Page 17: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

BAB XIV

INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK

Pasal 29

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Pajak, diberi insentif atas dasarpencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebesar5% (lima persen) dari rencana penerimaan Pajak dalam AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah tahun angaran berkenaan.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan Insentif sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Peraturan Bupati sesuaidengan peraturan Perundang–undangan.

BAB XV

PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Bagian KesatuPembukuan

Pasal 30

(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha pengambilan Mineral Bukan Logam danBatuan dengan omzet paling sedikit Rp. 300.000.000,- (tiga ratus jutaRupiah) per tahun, wajib melaksanakan pembukuan atau pencatatan.

(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besar omzet serta tata cara pembukuanatau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur denganPeraturan Bupati.

Bagian KeduaPemeriksaan

Pasal 31

(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhanpemenuhan kewajiban perpajakan daerah dalam rangka melaksanakanperaturan perundang-undangan perpajakan daerah.

(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib :a. memperlihatkan dan/ atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasarnya atau dokumen lain yang berhubungan denganObjek Pajak yang terutang;

Page 18: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yangdianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan;

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Pajak, diatur denganPeraturan Bupati.

BAB XVI

PENYIDIKAN

Pasal 32

(1) Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/ atau PPNS berwenanguntuk melakukan penyidikan tindak pidana perpajakan daerah sebagaimanadimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat PegawaiNegeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat olehpejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1), adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerahagar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orangpribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukansehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badansehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lainberkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaanterhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugaspenyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

g. menyuruh berhenti dan/ atau melarang seseorang meninggalkanruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung danmemeriksa identitas orang, benda dan/ atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakandaerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaitersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan;k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

pidana di bidang perpajakan daerah sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Page 19: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

(4) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainyapenyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada PenuntutUmum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuaidengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum AcaraPidana.

BAB XVII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 33

Bupati dapat mencabut izin dan menutup tempat usaha pengambilan MineralBukan Logam dan Batuan Apabila:a. Wajib Pajak melalaikan kewajiban dan/ atau selama 2 (dua) bulan

berturut-turut tidak membayar Pajak;b. Wajib Pajak menolak untuk diadakan tindakan pemeriksaan dan melawan

petugas pemeriksa yang sah yang dilengkapi dengan surat tugas dariBupati.

BAB XVIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 34

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD ataumengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkanketerangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerahdipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidanadenda paling banyak 2 (dua) kali jumlah Pajak terutang yang tidak ataukurang bayar.

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD ataumengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkanketerangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerahdipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidanadenda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Pajak terutang yang tidak ataukurang dibayar.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), merupakanpenerimaan negara.

Page 20: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

Pasal 35

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampauijangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya Pajak atau berakhirnyamasa Pajak atau berakhirnya bagian Tahun Pajak atau berakhirnya TahunPajak yang bersangkutan.

BAB XIX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 36

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Pajak yang masih terutangberdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Purworejo Nomor6 Tahun 1998 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (lembaranDaerah Kabupaten Daerah Tingkat II Purworejo Tahun 1998 Nomor 11), masihdapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saatterutang.

BAB XX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenaiteknis pelaksanaannya, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 38

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah KabupatenDaerah Tingkat II Purworejo Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pajak PengambilanBahan Galian Golongan C (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat IIPurworejo Tahun 1998 Nomor 11), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 21: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

Pasal 39

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada Tanggal 1 Januari 2012.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah KabupatenPurworejo.

Ditetapkan di Purworejopada tanggal 27 Juni 2011

BUPATI PURWOREJO,

Ttd.

MAHSUN ZAIN

Diundangkan di Purworejopada tanggal 27 Juni 2011

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PURWOREJO,Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian,

Pembangunan dan Lingkungan Hidup

Ttd.

TRI HANDOYO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJOTAHUN 2011 NOMOR 4 SERI B NOMOR 1

Page 22: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJONOMOR 4 TAHUN 2011

TENTANG

PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

I. PENJELASAN UMUM

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah, maka untuk melaksanakan Otonomi Daerahyang nyata, luas dan bertanggungjawab perlu meningkatkan PendapatanAsli Daerah, agar Daerah mampu membiayai rumah tangganya sendiri.

Pajak merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerahyang dipungut dari masyarakat tanpa mendapat imbalan secara langsung.Dengan menggali potensi Pajak yang ada, diharapkan dapat meningkatkanPendapatan Asli Daerah.

Dalam upaya menggali potensi Pajak daerah, PemerintahKabupaten Purworejo telah menerbitkan Peraturan Daerah KabupatenDaerah Tingkat II Purworejo Nomor 6 Tahun 1998 tentang PajakPengambilan Bahan Galian Golongan C, namun dengan ditetapkannyaUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan RetribusiDaerah, Peraturan Daerah tersebut sudah tidak sesuai lagi denganperaturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga perlu ditinjaukembali dan disesuaikan dengan menerbitkan Peraturan Daerah yang baru.Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu membentuk PeraturanDaerah Kabupaten Purworejo tentang Pajak Mineral Bukan Logam danBatuan.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas.

Pasal 2Cukup jelas.

Pasal 3Cukup jelas.

Pasal 4Cukup jelas.

Page 23: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

Pasal 5ayat (1)

Cukup jelas.ayat (2)

huruf aYang dimaksud dengan nyata-nyata tidak dimanfaatkansecara komersial adalah kegiatan pengambilan MineralBukan Logam dan Batuan tidak dimanfaatkan secaraekonomis untuk mencari keuntungan.

huruf bCukup jelas.

Pasal 6Cukup jelas.

Pasal 7Cukup jelas.

Pasal 8Cukup jelas.

Pasal 9Cukup jelas.

Pasal 10Cukup jelas.

Pasal 11Cukup jelas.

Pasal 12Cukup jelas.

Pasal 13Cukup jelas.

Pasal 14Cukup jelas.

Pasal 15Cukup jelas.

Pasal 16ayat (1)

Ketentuan ini memberi kewenangan kepada Bupati untuk dapatmenerbitkan SKPDKB, SKPDKBT atau SKPDN hanya terhadapkasus-kasus tertentu, dengan perkataan lain hanya terhadapWajib Pajak tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasilpemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan/ ataukewajiban material.Contoh:1. Seorang Wajib Pajak tidak menyampaikan SPTPD pada tahun

Pajak 2009. Setelah ditegur dalam jangka waktu tertentu jugabelum menyampaikan SPTPD, maka dalam jangka waktupaling lama 5 (lima) tahun Bupati dapat menerbitkan SKPDKBatas Pajak yang terutang.

2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan SPTPD pada tahunPajak 2009. Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun,ternyata dari hasil pemeriksaan SPTPD yang disampaikantidak benar. Atas Pajak yang terutang yang kurang bayartersebut, Bupati dapat menerbitkan SKPDKB ditambah dengansanksi administratif.

Page 24: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

3. Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh yang telahditerbitkan SKPDKB, apabila dalam jangka waktu paling lama5 (lima) tahun sesudah Pajak yang terutang ditemukan databaru dan/atau data yang semula belum terungkap yangmenyebabkan penambahan jumlah Pajak yang terutang,Bupati dapat menerbitkan SKPDKBT.

4. Wajib Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan Bupati ternyatajumlah Pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlahkredit Pajak atau Pajak tidak terutang dan tidak ada kreditPajak, Bupati dapat menerbitkan SKPDN.

huruf aangka 1

Cukup jelas.angka 2

Yang dimaksud dengan Surat Teguran adalah surat yangditerbitkan oleh Pejabat untuk menegur ataumemperingatkan Penanggung Pajak untuk melunasiutang pajaknya yang diterbitkan 7 (tujuh) hari setelahtanggal jatuh tempo pembayaran utang Pajak.

angka 3Yang dimaksud dengan Pajak yang terutang dihitungsecara jabatan adalah penetapan besarnya Pajakterutang yang dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yangditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lainyang dimiliki oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

huruf bCukup jelas.

huruf cCukup jelas.

ayat (2)Ketentuan ini mengatur sanksi terhadap Wajib Pajak yang tidakmemenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mengenakan sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2% (dua) persen sebulan dariPajak yang tidak atau terlambat dibayar untuk jangka waktu palinglama 24 (dua puluh empat) bulan atas Pajak yang tidak atauterlambat dibayar. Sanksi administratif berupa bunga dihitungsejak saat terutangnya Pajak sampai dengan diterbitkannyaSKPDKB.

ayat (3)Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu denganditemukannya data baru dan/ atau data yang semula belumterungkap yang berasal dari hasil pemeriksaan sehingga Pajakyang terutang bertambah, maka terhadap Wajib Pajak dikenakansanksi administratif berupa kenaikan 100% (seratus persen) darijumlah kekurangan Pajak. Sanksi administratif ini tidak dikenakanapabila Wajib Pajak melaporkannya sebelum diadakan tindakanpemeriksaan.

ayat (4)Cukup jelas.

Page 25: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

ayat (5)Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannyasebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3, yaitu WajibPajak tidak mengisi SPTPD yang seharusnya dilakukannya,dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan Pajak sebesar25% (dua puluh lima persen) dari pokok Pajak yang terutang.Dalam kasus ini, Bupati menetapkan Pajak yang terutang secarajabatan melalui penerbitan SKPDKB.Selain sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (duapuluh lima persen) dari pokok Pajak yang terutang juga dikenakansanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen)sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayaruntuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.Sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak saat terutangnyaPajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB.

Pasal 17ayat (1)

Yang dimaksud dengan dilarang diborongkan adalah bahwaseluruh proses kegiatan pemungutan Pajak tidak dapatdiserahkan kepada pihak ketiga, namun dimungkinkan kerjasamadengan pihak ketiga dalam rangka proses pemungutan Pajakantara lain pencetakan formulir perpajakan, pengirimansurat-surat kepada Wajib Pajak, atau penghimpunan data obyekdan subyek Pajak. Kegiatan yang dilarang dikerjasamakandengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnyaPajak yang terutang, pengawasan penyetoran Pajak, danpenagihan Pajak.

ayat (2)Ketentuan ini mengatur tata cara pengenaan Pajak yaitu dibayarsendiri oleh Wajib Pajak.Pajak dibayar sendiri adalah pengenaan Pajak yang memberikan

kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung,memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri Pajakyang terutang dengan menggunakan SPTPD.

ayat (3)Wajib Pajak yang memenuhi kewajibannya dengan caramembayar sendiri, diwajibkan melaporkan Pajak yang terutangdengan menggunakan SPTPD. Jika Wajib Pajak yang diberikepercayaan menghitung, memperhitungkan, membayar, danmelaporkan sendiri Pajak yang terutang tidak memenuhikewajibannya sebagaimana mestinya, dapat diterbitkan SKPDKBdan/ atau SKPDKBT yang menjadi sarana penagihan.

Pasal 18Cukup jelas.

Pasal 19Cukup jelas.

Pasal 20ayat (1)

Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal terakhir waktupembayaran Pajak.

Page 26: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

ayat (2)Cukup jelas.

ayat (3)Cukup jelas.

ayat (4)Cukup jelas.

Pasal 21ayat (1)

Yang dimaksud dengan Surat Paksa adalah surat perintahmembayar utang Pajak dan biaya penagihan Pajak yangdikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

ayat (2)Cukup jelas.

Pasal 22Cukup jelas.

Pasal 23Cukup jelas.

Pasal 24Cukup jelas.

Pasal 25Cukup jelas.

Pasal 26ayat (1)

Cukup jelas.ayat (2)

huruf aCukup jelas.

huruf bCukup jelas.

huruf cCukup jelas.

huruf dCukup jelas.

huruf eYang dimaksud kondisi tertentu Objek Pajak, antara lainkegiatan usaha yang sangat terbatas, hasil usaha yangsangat sedikit dan/ atau kegiatan usaha dikuasai atau dimilikioleh golongan Wajib Pajak tertentu.

ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 27Cukup jelas.

Pasal 28Cukup jelas.

Pasal 29ayat (1)

Yang dimaksud dengan Instansi yang melaksanakan pemungutanPajak, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyaitugas pokok dan fungsi melaksanakan pemungutan Pajak sertapihak lain yang membantu dalam pemungutan Pajak.

Page 27: BUPATI PURWOREJO - ditjenpp.kemenkumham.go.idditjenpp.kemenkumham.go.id/files/ld/2011/KabupatenPurworejo-2011-4.pdf · b. bahwa kegiatan pengambilan bahan tambang khususnya yang berupa

ayat (2)Cukup jelas.

ayat (3)Cukup jelas.

Pasal 30Cukup jelas.

Pasal 31Cukup jelas.

Pasal 32Cukup jelas.

Pasal 33Cukup jelas.

Pasal 34Cukup jelas.

Pasal 35Cukup jelas.

Pasal 36Cukup jelas.

Pasal 37Cukup jelas.

Pasal 38Cukup jelas.

Pasal 39Cukup jelas.