Upload
haikalmoch
View
851
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
0
LESSON STUDY: A HANDBOOK OF
TEACHER-LED INSTRUCTIONAL CHANGE
(JILID 2) -CATHERINE C. LEWIS-
Alih Bahasa:
Dr. Abdul Gofur, M.Si
Moch. Haikal, S.Si
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
JULI 2007
KONTRIBUTOR
Lynn Liptak, Kepala Sekolah Paterson 2 di Paterson, New Jersey. Beliau
adalah anggota Kelompok Studi Matematika di sekolah tersebut yang merintis
lesson study di Amerika Serikat. Sekolah Paterson saat ini menyelenggarakan
lesson study di semua kelas dalam matapelajaran matematika. Beliau dapat
dihubungi lewat [email protected]
Tad Watanabe, seorang Calon Profesor di bidang pendidikan di Pennsylvania
State University. Sebelumnya beliau mengajar matakuliah Matematika di
Towson University. Selama bulan Juni tahun 2000 hingga Januari tahun 2001,
Watanabe berada di Jepang selama 7 bulan untuk mengamati berbagai
pertemuan lesson study. Di Amerika Seikat beliau berpartisipasi sebagai
komentator research lesson di Sekolah paterson 2, dan bersama seorang guru
dari Jepang menyusun rencana, melakukan pengajaran, menyusun revisi, dan
melakukan pengajaran kembali di kelas 4 pada materi segitiga. Beliau dapat
dihubungi lewat [email protected].
Makoto Yoshida, seorang presiden Global Education Resources (GER) yang
berbasis di New Jersey. Lembaga ini bergerak di bidang konsultasi pendidikan
yang bertujuan melakukan pemberdayaan pengajaran dan pembelajaran
matematika di SD dan SMP. Kegiatan GER saat ini adalah memberikan
bantuan implementasi lesson study, implementasi problem solving dan
pendekatan open-ended, serta pengembangan berbagai produk untuk
menunjang pemberdayaan pengajaran matematika. Disertasi Yoshida yang
mengulas etnografi lesson study di sebuah sekolah di Jepang, dijadikan
sebagai referensi untuk sebuah bab dari buku The Teaching Gap. Bab tersebut
mengulas tentang lesson study dan akan dipublikasikan dalam buku tersendiri
yang disusun oleh Lawrence Erlbaum Associates. Beliau dapat dihubungi lewat
[email protected] dan melalui website beliau
www.globaledresources.com.
DAFTAR ISI
halaman BAB V. WAKTU DAN PENYUSUNAN JADUAL ........................................ 1 Lesson Study: Dasar Urutan Kegiatan .............................................. 1
Dapatkah Rekaman Video Menggantikan Pengamatan Langsung Research Lesson? ............................................................................ 5 Haruskah Anggota Kelompok Lesson Study Melakukan Pertemuan Selama Atau Setelah Jam Sekolah?................................................. 6
Interval di Antara Kegiatan................................................................ 11 Lesson Study: Satu Beban Lagi Bagi Guru? ..................................... 12 BAB VI. MEMULAI LESSON STUDY DI SEKOLAH: PANDUAN TAHAP DEMI TAHAP............................................................................................... 14 Langkah 1. Membentuk Kelompok Lesson Study ............................. 14 Langkah 2. Memfokuskan Lesson Study........................................... 20
Langkah 3. Perencanaan Research Lesson ..................................... 28 Langkah 4. Mengajar dan Mengobservasi Research Lesson............ 37 Langkah 5. Diskusi dan Analisis Research Lesson........................... 40 Langkah 6. Refleksi Kegiatan Lesson Study dan Perencanaan Langkah Selanjutnya......................................................................... 42
BAB VII DUKUNGAN UNTUK LESSON STUDY........................................ 44 Memiliki Kurikulum yang Tepat ......................................................... 44 Kritis pada Diri Sendiri....................................................................... 45 BAB VIII KESALAHAN KONSEP DALAM LESSON STUDY..................... 47
Kesalahan 1: Lesson Study Adalah Sekedar Perencanaan Pembelajaran.......................................................................................................... 47 Kesalahan 2: Pembelajaran Harus Dimulai dari Konsep di Atas Kertas................................................................................................ 48 Kesalahan 3: Pembelajaran Harus Mengikuti Skenario ................... 48 Kesalahan 4: Lesson Study Adalah Sekedar Pembelajaran yang Direncanakan di Atas Kertas Lalu Dibagikan Kepada Tiap Anggota Kelompok .......................................................................................... 50 Kesalahan 5: Research Lesson Hanya Sekedar Sandiwara Pembelajaran .................................................................................... 51 Kesalahan 6: Lesson Study Hanya Sekedar Riset Dasar ................. 52
BAB IX LANGKAH SELANJUTNYA .......................................................... 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman 9. Jadual Lesson Study.............................................................................. 3 10. Mengapa Mengulang Research Lesson Diperlukan? ............................ 4 11. Kisah dari Dua Kegiatan Lesson Study.................................................. 7 12. Pentingnya Waktu untuk Mengatur Jadual Lesson Study di Sekolah Paterson 2 New Jersey.......................................................................... 11 13. Tahapan Lesson Study .......................................................................... 16 14. Strategi Membentuk Kelompok Lesson Study ....................................... 17 15. Penentuan Tema Research (Tujuan Utama) Lesson Study................... 22 16. Peta Research Sekolah Komae............................................................. 25 17. Contoh Empat Tingkat Tujuan Lesson Study......................................... 28 18. Tiga Lingkaran Konsentris Desain Pemandu Pembelajaran.................. 31 19. Tata cara Observasi dan Diskusi Research Lesson .............................. 40 21. Tekanan yang Dihadapi Guru di Amerika Serikat .................................. 59 22. Tekanan yang Dihadapi Guru di Jepang................................................ 60
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman 1. Penggunaan Papan Tulis dan Keterampilan Menulis Siswa: Seni yang Dilahirkan dari Lesson Study .................................................. 61 2. Perencanaan Panduan Belajar Matapelajaran Sains............................... 64 3. Rencana Panduan Belajar Matapelajaran Matematika ............................ 73 4. Perencanaan Panduan Belajar Pada Matapelajaran Seni ....................... 88 5. Perencanaan Panduan Kegiatan Pembelajaran (Kosongan)................... 93 6. Template Peta Research ......................................................................... 96 7. Referensi Terpilih Untuk Lesson Study.................................................... 97
1
BAB V
WAKTU DAN PENYUSUNAN JADUAL
Saya akan menganjurkan guru yang baru mengenal lesson
study untuk melakukan kemajuan secara perlahan. Lesson
study bukan lah perkara instan. Pahami segala yang akan
dibutuhkan. Setiap langkah tidak boleh diloncati dan harus siap
untuk memberi dan menerima kritik membangun. Perlu
dipahami lesson study adalah suatu proses sebagaimana
pembelajaran itu sendiri.
-Nick Timpone, guru Sekolah Negeri Paterson 2
Berapa banyak waktu yang dibutuhkan dan di mana lesson study
diadakan di AS? Guru AS yang pertama kali mengikuti lesson study
umumnya belum memahami bagaimana menyusun waktu dan
penyusunan jadual. Oleh karena itu bab ini khusus merangkum tahapan
pelaksanaan lesson study dan membahas hal seputar penyusunan jadual,
termasuk membahas apakah rekaman video dapat menggantikan
pengamatan langsung research lesson. Bab ini juga dilengkapi urutan
kegiatan diskusi lesson study (Bab VI).
Lesson Study: Dasar Urutan Kegiatan
Lesson study terdiri dari 3 kegiatan dasar: perencanaan kolaboratif,
research lesson, dan diskusi/revisi research lesson. Gambar 9
menunjukan urutan kegiatan tersebut dan memperkirakan jumlah
pertemuan pada tiap tahap (setiap pertemuan selama 45-90 menit).
Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam tiap tahap tergantung pada tim
lesson study sendiri, yaitu tujuan kegiatan, sikap kebersamaan di antara
anggota, telah mengenal lesson study atau belum, materi kurikulum yang
selaras dengan tujuan lesson study, serta berapa kali research lesson
dilakukan dan direvisi. Daerah pada tabel yang diberi batas garis tebal
adalah tahap-tahap yang bersifat opsional, dan dapat dilakukan kapan
2
saja. Keuntungan mengulang research lesson ditampilkan pada gambar
10.
Kelompok yang optimal untuk merencanakan research lesson
adalah sekitar 4-6 orang guru. Tetapi untuk aktivitas seperti penentuan
tema research, observasi, dan diskusi research lesson (terutama pada
pengajaran ke-2 dan 3), terdapat keuntungan besar bila tim lesson study
bekerja sama dengan tim lain. Para guru dari kelas yang berbeda dapat
bergabung dalam satu kelompok lesson study yang berbasis sekolah.
Jumlah Pertemuan
Tugas Peserta Kegiatan
1-3 Menentukan tema research dan mata pelajaran yang digunakan
Semua kelompok
Menentukan tema research berdasarkan diskusi visi jangka panjang tentang siswa. Penentuan mata pelajaran yang dipakai
3-6 Merencanakan research lesson
Tim perencana research lesson (4-6 orang)
Menentukan topik untuk research lesson. Merangkum unit pelajaran dan rencana research lesson. Menyusun seluruh rencana pembelajaran seperti pada bab 6.
1 (satu pertemuan di kelas)
Melakukan research lesson
Tim perencana research lesson, dan pihak lain yang dibutuhkan bantuannya
Salah seorang guru mengajar dalam research lesson, guru yang lain mengamati dan mencatat data yang ditentukan.
1 Diskusi research lesson
Tim perencana research lesson, dan pihak lain yang dibutuhkan bantuannya
Diskusi tentang data yang didapat selama research lesson segera setelah research lesson (pada hari yang sama)
3
1-2 Refleksi dan
perbaikan Tim perencana research lesson
Mengumpulkan segala yang dipelajari selama research lesson dan menyusun refleksi. Bila perlu dilakukan revisi atas kegiatan research lesson untuk diajarkan kembali.
1 (satu pertemuan di kelas)
Pengajaran ke-2 research lesson
Tim perencana research lesson beserta undangan atau anggota lembaga sekolah
Anggota tim yang berbeda mencoba kembali kegiatan research lesson pertama pada kelasnya sendiri. Anggota yang lain mengamati dan mengumpulkan data yang ditentukan.
1 Diskusi research lesson
Tim perencana research lesson beserta undangan atau anggota lembaga sekolah
Diskusi hasil research lesson kedua setelah kegiatan research lesson berakhir (pada hari yang sama). Hasil kegiatan dapat direvisi kembali kembali bila diinginkan.
1-2 Refleksi dan revisi
Tim perencana research lesson
Refleksi kegiatan lesson study dan tujuan kegiatan. Kegiatan dapat dilanjutkan kembali atau dimodifikasi.
Catatan: kotak yang tebal menandakan tahapan opsional yang dapat
diulang hingga beberapa kali
Gambar 9. Jadual Lesson Study
4
Gambar 10. Mengapa Mengulang Research Lesson Diperlukan?
Khusus pada saat mempersiapkan open house lesson study
untuk umum, guru di Jepang terkadang mengajarkan kembali hasil research lesson setelah dilakukan revisi. Mengapa hal tersebut dilakukan? Makoto Yoshida akan menceritakan ide hal tersebut.
Kegiatan mengulang research lesson akan menyediakan kesempatan yang lebih banyak untuk mengajar di depan rekan-rekannya; dan untuk mengamati research lesson, kelas, dan siswa yang berbeda. Re-teaching membantu guru mengamati hasil diskusi dan revisi yang telah mereka lakukan. Setelah mengajar dalam research lesson guru dapat mendiskusikan hasilnya secara nyata dan mendalam. Guru juga dapat melakukan pendekatan pada hasil revisi secara lebih sistematis dan mendalam, serta berdasarkan pada pengematan actual kegiatan belajar siswa. Pengematan research lesson dan diskusi dengan guru yang berpengalaman sangat penting bagi peserta research lesson pemula. Hal ini berguna untuk mengolah ketajaman mereka dalam melakukan pengamatan dan keterampilan untuk mengolah kegiatan belajar untuk memberdaya pemahaman siswa.
Guru dari Sekolah Jepang Greenwhich di Connecticut dan Sekolah Paterson 2 di New Jersey secara sukarela membentuk Tim Lesson Study Matematika pada bulan Juli 2001. Mereka melakukan pertemuan rutin sekali setiap bulan untuk kegiatan lesson study. Saat anggota tim mengalami kesulitan dalam desain lesson study, maka guru dari Jepang akan memberikan saran-saran dalam research lesson. Segala informasi yang didapat selama mengajar dalam research lesson digunakan untuk melakukan perbaikan. Guru dari Jepang juga menyatakan bahwa pengulangan research lesson pada kelas ke-2 selalu menampilkan suasana yang berbeda. Tentu saja karena tidak ada research lesson yang sempurna yang bisa digunakan pada semua kelas, oleh karena itu usaha untuk selalu melakukan perbaikan research lesson sangat bermanfaat bagi guru.
Mengapa research lesson diajarkan kembali? Menurut para guru di Jepang re-teaching bagai guru dapat memperbanyak kesempatan untuk saling mempelajari kemampuan mengajar mereka, selanjutnya juga dapat mengungkapkan kemampuan siswa pada research lesson ke-2. Hal ini juga mengajarkan keterampilan yang berguna dalam melakukan pengamatan, berdiskusi, dan kemampuan adaptasi. Semuanya adalah hal mendasar dalam memberdaya kemampuan mengajar. Oleh: Makoto Yoshida
5
Dapatkah Rekaman Video Menggantikan Pengamatan Langsung
Research Lesson?
Rekaman video memiliki kelebihan dibanding pengamatan
langsung research lesson, seperti kemudahan mengatur jadual dan
kemungkinan menyaksikan tayangannya kembali. Beberapa orang guru
merasa nyaman bila diamati lewat video daripada diamati rekannya
secara langsung. Namun sesungguhnya pengamatan lesson study secara
langsung sangat diperlukan di Jepang. Terkadang seorang guru rela
melakukan perjalanan jauh demi mengikuti lesson study. Mengapa guru di
Jepang lebih mementingkan pengamatan langsung?
Saat guru melakukan pengamatan mereka akan mendapatkan hal-
hal yang tidak akan terungkap hanya dengan nilai tes dan tugas, atau
rekaman video. Sebagai contoh guru mengamati keterlibatan, ketekunan,
interaksi dalam kelompok kecil, dan ungkapan “aha” para siswa. Selama
research lesson seharusnya guru dapat mengamati seluruh kegiatan
siswa selama belajar dan interaksi mereka.
Para pendidik yang awam dengan lesson study seringkali
membayangkan rencana pembelajaran akan mengungkap esensi kegiatan
lesson study, tetapi sesungguhnya kegiatan belajar siswa dan
perkembangannya tidak dapat dinilai dari rencana pembelajaran. Gambar
11 akan menampakkan kerugian melakukan research lesson tanpa
pengamatan langsung. Kegiatan pembelajaran dimana siswa tidak
memahami apapun seperti dokter yang melakukan pembedahan tetapi
pasiennya mati.
Rekaman video dan audio, rencana pembelajaran, foto, dan tugas
siswa juga dipakai di Jepang untuk mendokumentasikan research lesson.
Tetapi hal-hal tersebut tidak berarti dibandingkan pengamatan langsung.
Pada saat itu guru akan mendapatkan catatan keterlibatan siswa,
pemahaman siswa akan tugas yang diberikan, pekerjaan kelompok kecil
secara langsung, dan suasana hati siswa di kelas. Bila memakai kamera
video kameraman harus menentukan di mana fokus kamera saat
pelajaran berlangsung. Namun hal ini tidak mengungkapkan banyak hal
6
selama pelajaran. Sebaliknya dengan pengamatan langsung guru dapat
dengan mudah menangkap hal-hal yang belum diantisipasi, serta
menyaksikan pembicaraan dan pandangan mata siswa.
Haruskah Anggota Kelompok Lesson Study Melakukan Pertemuan
Selama Atau Setelah Jam Sekolah?
Pada umumnya pertemuan lesson study dilakukan pada jam
sekolah atau setelahnya. Sebenarnya tidak mengikat. Namun karena
research lesson sendiri dilakukan di kelas, nampaknya pertemuan
sebaiknya dilakukan pada jam sekolah, tentunya guru pengamat akan
meninggalkan kelasnya untuk melakukan research lesson. Ada pula
sekolah yang menunjuk satu kelas yang tidak dipulangkan setelah jam
sekolah khusus untuk research lesson, atau sebaliknya selain kelas
khusus research lesson dipulangkan lebih awal. Cara lain untuk
mendapatkan kelas untuk research lesson adalah dengan melakukan
lesson study saat diadakan perayaan besar di sekolah seperti pameran
seni, hari pengabdian masyarakat, dan pameran sains. Melalui cara
terakhir siswa yang tidak masuk kelas khusus research lesson masih aktif
di sekolah. Kegiatan research lesson terkadang juga melibatkan
sukarelawan dari wali murid dan warga sekitar sekolah, pakar dari luar
sekolah, serta artis setempat, atau orang lain untuk mengisi kekosongan
pelajaran karena guru yang mengikuti lesson study. Buku seperti At Home
in Our School menyediakan berbagai saran untuk kegiatan seperti ini.
Pertemuan yang diikuti guru dari tingkat yang berbeda dapat
mengatur jadual seperti sesuai jadual kegiatan sekolah seperti biasa.
Dapat pula diatur jadual agar kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan
staf lain mengisi pelajaran yang kosong. Hal ini bias menjadi kesempatan
bagi sekolah atau dinas pendidikan untuk menunjukkan komitmen
mengembangkan profesionalitas guru dan merombak suasana
pembelajaran di kelas.
7
Gambar 11. Kisah dari Dua Kegiatan Lesson Study
Beberapa minggu lampau saya melihat pelajaran Probabilitas yang serupa pada 2 kelas tingkat ke-4 di AS. Rencana dasar pembelajaran adalah:
• Siswa bekerja secara berpasangan, lalu mengambil 10 kelereng dari kantong kelereng. Setiap pasang siswa memperkirakan peluang munculnya kelereng hitam dan putih dari kantong berdasarkan sampel yang mereka dapatkan.
• Tiap siswa melihat data dari semua pasangan untuk menentukan tingkat kebenaran prediksi mereka.
• Tiap siswa berdiskusi apakah mereka akan memakai data dari semua temannya atau memakai data pasangan mereka sendiri. Siswa diminta memberi penjelasan.
• Siswa menghitung kelereng di dalam kantong, lalu menyimpulkan apakah prediksi tiap pasangan atau prediksi kelas sesuai dengan jumlah sebenarnya.
Saat pertama kali melihat pelajaran tersebut, saya sangat terkesan. Siswa tidak merasa asing dengan pelajaran tersebut karena situasinya mirip dalam perhitungan dalam olahraga baseball. Semakin sering pemain berada dalam posisi pemukul bola, maka perhitungan rerata pukulan makin akurat. Siswa dalam kelas ini terlibat dalam kegiatan yang menekankan “komunitas pelajar yang saling mengasihi”. Melalui kerja sama mendesain peraturan kelas dan terlibat dalam pertemuan kelas yang rutin, siswa lebih terampil dalam berinteraks. Pada akhirnya guru tidak akan repot memberi pancingan hadiah dan tidak lagi mengadakan kompetisi yang mengakibatkan persaingan. Guru lebih suka membuat siswa bekerja melalui motivasi dan komitmen belajar.
Dalam kelas yang mirip secara demografis dengan kelas di atas, dari sekolah lain, kegiatan research lesson gagal. Siswa memiliki bersikukuh tidak akan menimbang keputusannya. Terlalu dini untuk menilai mereka salah. Siswa sibuk mempertahankan pendapatnya dan menolak memakai data dari seluruh kelas. Mereka membenarkan penolakannya dengan kritik seperti “kamu mungkin mengambil kelereng dari satu tempat saja di kantong”. System pemberian hadiah dan budaya persaingan di kelas ini membuat siswa tidak berkenan mempertimbangkan kesimpulannya berdasarkan pendapat temannya. Hasil yang bertolak belakang dari perlakukan yang sama mengungkapkan pengaruh suasana motivasional dan sosial, dan sulitnya menilai hasil lesson study di atas kertas saja.
8
Gambar 12 menunjukkan jadual yang menarik yang disusun
Sekolah Paterson 2, sekolah pertama di AS yang menggabungkan
kegiatan lesson study dalam jam sekolah. Tuan Liptak sebagai kepala
sekolah menyatakan bahwa prinsip utama dalam penyusunan jadual ini
adalah menciptakan pengajaran berkualitas dan dalam menyusun jadual
lesson study diupayakan sebagai bagian dari tradisi sekolah.
Sebaliknya di Sekolah San Mateo, tim lesson study secara rutin
bertemu setelah jam sekolah (tentunya menerima honor di luar jam).
Pelaksanaan research lesson justru selama jam sekolah dan
mengupayakan guru pengganti untuk mengisi kelas yang ditinggal guru
peserta research lesson.
Pembayaran gaji dan pemasukan dana yang mencakup 75% dari anggaran sekolah rasanya tidak perlu dipertanyakan bila semua staf sekolah adalah sumber daya yang harus diutamakan. Keputusan kami menjalankan lesson study dengan investasi waktu 80 menit-2 jam per hari per peserta berdasarkan pada rasa tertarik dan komitmen para guru. Selain itu juga berdasar keyakinan bahwa perbaikan proses belajar mengajar di kelas dapat diraih melalui pembinaan professional yang reflektif dan kolaboratif dalam konteks kelas.
Setiap usaha investasi pasti ada resiko yang harus ditanggung. Kerugiannya adalah saat guru melakukan pertemuan research lesson dalam jam sekolah, harus ada upaya mengganti jam yang hilang dan memberikan tutor pada siswa. Meskipun kegiatan lesson study telah dikatakan berhasil dan mengikuti petunjuk pelaksanaan persis seperti di Jepang, tetapi rasanya sulit membiasakan proses tersebut dalam budaya Amerika. Adaptasi lesson study dari Jepang ke AS perlu dianalisis lagi dan hasilnya mungkin belum dapat dirasakan secara langsung. Pengalaman dua setengah tahun terakhir terkadang meyakinkan bahwa lesson study dapat menjadi media pemberdayaan pengajaran di kelas. Tentu saja ini adalah investasi waktu.
Prinsip-prinsip berikut ditemukan saat lesson study di Sekolah Paterson 2: • Bila lesson study menjadi bagian dari budaya sekolah dan
dilaksanakan untuk jangka panjang, serta ditujukan untuk pemberdayaan secara bertahap, maka waktu pelaksanaannya harus dialokasikan dalam jam sekolah. Lesson study tidak akan bisa tampil memuaskan bila dilaksanakan sesudah jam sekolah serta para sukarelawan yang tidak antusias.
9
• Waktu adalah tolok ukur pengabdian. Bila guru serius mengabdikan waktunya untuk lesson study dan pengurus sekolah melibatkan diri dalam lesson study, maka guru tidak merasa canggung karena adanya dukungan dari berbagai pihak tiap hari dan dalam waktu lama.
• Lesson study harus direncanakan dengan mengalokasi ulang segala sumber daya yang dimiliki. Di dalam sekolah nampaknya tidak perlu mempekerjakan atau menyewa guru baru.
• Pengajaran harus tetap berjalan meskipun guru mengikuti lesson study.
Waktu untuk lesson study perlu diintegrasikan dalam jam sekolah dengan memakai guru non wali kelas dan guru sukarelawan/honorer. Sekolah Paterson 2 adalah sekolah K-8 yang berada di wilayah urban dan memenuhi syarat untuk menerima hibah. Sekolah ini menurut undang-undang berhak mendapatkan dana hibah untuk sekolah tertinggal. Dana hibah ini dipakai untuk menggaji guru bahasa, guru membaca, dan guru non wali kelas. Pemerintah juga dapat menyediakan guru untuk pelajaran khusus (guru seni, olahraga, dan lain-lain), guru konselor, dan staf sekolah. Oleh karena itu nampaknya pengajar di kelas 1 hingga 8 dapat dipasangkan dengan guru partner non kelas. Guru partner hadir di kelas dan mengajar selama masa awal pelajaran atau guru melakukan kesibukan. Guru partner juga bertanggung jawab mengenal para siswa dan membiasakan diri dengan suasana kelas. Pada saat guru kelas absen, maka guru partner harus bisa menggantikan guru kelas dan memberikan bantuan yang dibutuhkan kelas. Guru partner juga dapat mengajar ketika guru kelas mengikuti lesson study. Siswa kelas 7 dan 8 menempati ruangan khusus selama kegiatan lesson study selama 80 menit. Selama 2 tahun pertama sejumlah 16 sukarelawan melakukan pertemuan tiap hari senin dari jam jam 1-3 siang untuk mengikuti kegiatan lesson study pelajaran matematika. Selama siklus pertama, pertemuan 2 jam tiap minggu hanyalah permulaan saja. Setelah banyak terlibat dalam research lesson dan berbagi bermacam ide, akhirnya mereka tidak sabar menanti hingga minggu depan untuk mengikuti kelanjutan kegiatan. Pembicaraaan lewat email dan diskusi sebelum dan sesudah jam sekolah, diskusi saat makan siang, dan saat persiapan kegiatan nampaknya makin marak. Hal terpenting dari berbagai diskusi dan obervasi adalah bagaimana pengaruh keterampilan mengajar guru bagi kemampuan belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari berbagai penelitian dan pengamatan pribadi di sekolah bahwa pertemuan guru dan pengurus sekolah jarang sekali terfokus pada pelajaran yang terjadi di kelas tiap hari.
10
Pada akhir tahun ke-2, terjadi perbedaan pendapat di antara sukarelawan dan para partisipan. Untuk mengakomodasi hal tersebut sekolah memutuskan lesson study untuk seluruh kelas. Pada bulan Agustus 2001 diadakan seminar lesson study selama 3 hari untuk semua guru. Pada bulan September 2001 terbentuk 5 kelompok lesson study, yaitu untuk TK, kelas 1-2, kelas 3-4, kelas 5-6, dan kelas 7-8. Selanjutnya seluruh guru matematika, kecuali yang tidak terlibat, mengikuti kegiatan lesson study selama 80-105 menit tiap minggu. Lesson study untuk kelas 7-8 juga diikuti guru sains, sehingga lesson study untuk pelajaran sains akan segera dikembangkan. Kegiatan di kelas 5-8 juga menyertakan guru bidang pelajaran khusus. Para fasilitator pelajaran matematika juga terlibat dalam semua pertemuan walau hanya sebentar. Sementara para guru mengikuti kegiatan, kelas yang ditinggal diajar oleh kombinasi guru partner dan guru bidang khusus. Semua guru mengikuti lesson study dengan semua guru yang bekerja sama. Di bawah ini ditampakkan tabel jadual lesson study matematika, namun tidak mencantumkan jumlah guru kerja sama yang terlibat.
Jadual Lesson Study Matematika Sekolah Kelas Jumlah
Guru Waktu Pertemuan
Guru Penganti
TK 6 Selasa, jam 1.35-3.00 sore
Asisten guru
1-2 6 Rabu, jam 1.15-3.00 sore
Guru Seni, ESL/Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua, Bahasa Asing, guru partner
3-4 5 Kamis, jam 12.55-2.35 sore
Guru musik, ESL, seni, life skills, piano, guru partner
5-6 6 Selasa dan rabu, jam 10.15-11.00 siang
Guru bidang khusus: seni, musik, olah raga, teknologi, life skills
7-8 5 Senin, jam 1.35-3.00 sore
Guru bidang khusus
Sebagai tambahan pertemuan guru di tiap tim berlangsung selama 40 menit setiap minggu untuk membahas isu seputar lesson study. Seperti hal usaha investasi yang bagus, kita mengharapkan pertumbuhan dan profit dari waktu yang kita investasikandalam lesson study akan terakumulasi secara bertahap dalam jangka panjang. Melakukan pemberdayaan keterampilan mengajar secara mendalam memang sulit, karena pekerjaan ini memakan waktu
11
Gambar 12. Pentingnya Waktu untuk Mengatur Jadual Lesson Study di Sekolah Paterson 2 New Jersey.
Interval di Antara Kegiatan
Di Jepang guru sering bertemu dalam research lesson, tetapi
mereka juga menghentikan kegiatan lesson study pada waktu tertentu,
sebagai contoh saat kesibukan sekolah atau masa libur. Di AS guru lebih
suka mengadakan lesson study pada jadual yang ditetapkan, seperti
hanya pada hari kamis setelah jam sekolah saja. Seorang guru senior
memberikan saran dalam menjadualkan lesson study, yaitu bahwa penting
bagi guru untuk memahami lesson study mempunyai awal dan akhir yang
pasti. Terlalu banyak waktu membuang waktu dalam 1 siklus
sesungguhnya tidak produktif. Guru perlu memahami lesson study tidak
menciptakan pembelajaran yang sempurna, tetapi memerlukan
penjadualan yang tepat dan padat.
Menyusun jadual lesson study dengan tepat sepanjang tahun akan
mempercepat kemajuan kegiatan tanpa harus menunggu kapan dimulai.
Seringkali deadline justru bermanfaat untuk memacu pekerjaan lesson
study. Penyusunan jadual yang untuk pengajaran kedua dari research
lesson juga menentukan keberhasilan proyek. Research lesson perlu
dikaji segera setelah kegiatan, terlebih pada hari yang sama. Interval di
antara kegiatan lesson study perlu dipikirkan. Di Jepang pelaksanaan re-
teaching biasanya dilakukan segera setelah lesson sebelumnya dalam
dan harus dilaksanakan secara kolaboratif serta adanya dukungan semua pihak. Hingga saat ini waktu pengembangan professional lebih dialokasikan untuk para pakar dari luar sekolah ketimbang untuk guru agar dapat mengupayakan refleksi praktek mengajar mereka secara kolaboratif. Jauh lebih penting untuk memberdaya pengetahuan konten dan pedagogi guru. Akan tetapi pemberdayaan professional nampaknya harus dilakukan saat di kelas dan dipantau para praktisi professional. --Lesson study adalah perkara waktu--
12
jarak beberapa hari atau minggu, sebagian sekolah di AS juga mengikuti
hal ini. Sebagai contoh, pada bulan April 2002 para pengunjung research
lesson di Sekolah San Mateo dapat mengamati kegiatan, mengikuti
kegiatan revisi, dan bisa mengikuti sesi selanjutnya 2 hari kemudian.
Sebagian besar masyarakat terpesona saat melihat perbedaan besar
antara hasil kegiatan pengajaran pertama dengan kedua. Nampaknya hal
ini adalah hasil modifikasi kecil kegiatan pembelajaran seperti
menanyakan pada kelompok adakah solusi yang berbeda untuk
menjawab soal.
Sekolah lain di AS menetapkan interval yang lebih panjang
sebelum melakukan re-teaching. Jadual di Sekolah Paterson pada
umumnya menetapkan interval selama 3 minggu diantara kegiatan
pengajaran pertama dan kedua. Bill Jackson menjelaskan bahwa interval
waktu tersebut digunakan untuk melakukan revisi kegiatan dan sekaligus
untuk secepatnya melakukan revisi. Tahun sebelumnya para guru terlalu
mengulur waktu di antara pengajaran pertama dan kedua. Bersama
dengan jadual yang diterapkan saat ini guru yang melakukan pengajaran
ke-2 diharapkan tidak mengubah topik pelajaran. Hal ini nampaknya
berjalan dengan baik di sekolah tersebut karena guru dapat memasukkan
beberapa pelajaran tambahan untuk mempersiapkan pelajaran akhir. Ada
satu masalah yang dihadapi adalah minimnya pengetahuan yang dimiliki
siswa. Beberapa minggu tambahan untuk melengkapi penngetahuan
mereka akan cukup membantu mengatasi masalah. Seperti guru di
Sekolah Paterson, diharapkan guru yang lain akan mengupayakan
perbaikan dari hasil lesson study untuk merefleksikan segala yang
dipelajari dari kegiatan tahap pertama. Melalui research lesson lebih dini,
maka banyak yang sapat dipelajari dari proses tersebut.
Lesson Study: Satu Beban Lagi Bagi Guru?
Bab ini menjelaskan kegiatan dasar lesson study dan waktu yang
dibutuhkan pada tiap tahapan kegiata, cara menggali berbagai macam
penjadualan, dan perbedaan besar antara rekaman video dengan
13
pengamatan langsung. Jauh lebih menantang daripada penetapan jadual
adalah pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk membangun upaya
lesson study yang efektif. Pada bab selanjutnya akan dijelaskan panduan
tahapan demi tahapan lesson study, hal ini akan menyediakan panduan
praktis bagaimana merancang lesson study sesuai dengan setting yang
ada.
14
BAB VI
MEMULAI LESSON STUDY DI SEKOLAH:
PANDUAN TAHAP DEMI TAHAP
Rencana pembelajaran kami mengalami perubahan pada
tahun ini karena lesson study. Pada mulanya saya berpikir
aktivitas apa yang saya lakukan, selanjutnya saya berpikir
apakah yang dilakukan ini bermanfaat bagi siswa.
-Jacqueline Hurd, Guru
Pada bab-bab sebelumnya pembahasan lebih terfokus pada ide-ide
di balik lesson study. Pada bab ini pembahasan akan lebih terarah pada
detail praktek lesson study. Panduan tiap langkah berikut dirangkum
dalam gambar 13. Bab ini menggambarkan tahapan lesson study sebagai
berikut:
• membentuk kelompok
• memfokuskan kerja kelompok
• merencanakan research lesson
• melaksanakan, mengkaji, dan melakukan revisi kegiatan pelajaran,
dan
• melakukan refleksi serta merencanakan siklus berikutnya.
Langkah 1. Membentuk Kelompok Lesson Study
Terdapat 4 kegiatan utama dalam membentuk kelompok lesson
study: (1) merekrut anggota, (2) menetapkan komitmen waktu, (3)
menetapkan jadual pertemuan, dan (4) menyetujui aturan dasar kelompok.
Merekrut Anggota
Gambar 14 menyajikan strategi untuk membentuk suatu kelompok
lesson study. Mungkin seperti guru di Sekolah San Mateo, yaitu dilakukan
dengan membagikan leaflet lesson study dan mengundang siapa saja
yang berminat bergabung untuk mengikuti pertemuan informal. Cara lain
dengan memakai kelompok guru yang ada di sekolah (seperti Tim Studi
15
Pelajaran Matematika Sekolah Paterson 2). Cara ini akan mengawali
lesson study secara alami.
Suatu kelompok guru yang bekerja untuk mengimplementasikan
kurikulum atau pedoman baru, melakukan pembenahan untuk mata
pelajaran tertentu, penyusunan rencana jangka panjang, dan mereview
program sekolah akan merasakan bahwa lesson study adalah perangkat
untuk menyelesaikan tugas mereka yang efektif dan terfokus pada kelas.
Di sisi lain kemungkinan kelompok dibentuk oleh segelintir orang yang
menyukai tantangan atau ingin mencoba suatu inovasi yang baru muncul.
Tanpa memandang bentuk pendekatan apapun yang digunakan,
kelompok ini sebaiknya bersifat terbuka dan menerima orang lain yang
berminat.
1. Membentuk Kelompok Lesson Study (1-2 kali pertemuan) • Merekrut anggota (tips untuk merekrut terdapat di
gambar 14). • Menetapkan komitmen waktu. • Menetapkan jadual pertemuan. • Menyetujui aturan dasar kelompok.
2. Memfokuskan Lesson Study (1-4 kali pertemuan)
• Menetapkan tema research (atau tujuan pokok) yang menggambarkan visi jangka panjang untuk siswa.
• Menetapkan mata pelajaran yang digunakan. • Menetapkan unit dan topik yang digunakan, serta tujuan
yang diharapkan. 3. Merencanakan Research Lesson (3-6 kali pertemuan)
• Mempelajari kegiatan pembelajaran yang telah ada. • Mengembangkan rencana panduan belajar. Rencana
panduan belajar dilengkapi dengan panduan praktikal dan konseptual bagi instruktur dan observer, dan mengakomodasi visi jangka panjang untuk siswa sekaligus tujuan spesifik dalam mata pelajaran dan unit pembahasan. Hal ini juga disertai rencana pengumpulan data.
• Mengundang pakar dari luar kelompok.
16
4. Mengajar dan Mengobservasi dalam Research Lesson (1 pelajaran) • Menghimpun data sesuai yang direncanakan.
5. Mendiskusikan dan Menganalisis Research Lesson (segera dilakukan setelah research lesson selesai pada hari yang sama, pertemuan tambahan mungkin diperlukan). • Mengikuti agenda yang telah disusun.
• Memfokuskan diskusi pada data yang didapat. • Menyusun cara untuk melakukan perbaikan pada
pelajaran/unit/atau pendekatan mengajar. 6. Merefleksikan dan Merencanakan Langkah Selanjutnya (1-2 kali pertemuan) • Mengajarkan kembali pelajaran yang telah mengalami
perbaikan, bila perlu, langkah 4 dan 5 diulang sekali lagi. • Membicarakan keuntungan dan kesulitan kegiatan
lesson study, apa yang diharapkan di siklus selanjutnya. • Guru di AS yang memutuskan bergabung dengan lesson
study adalah para pionir dan hal ini perlu dirayakan. Gambar 13. Tahapan Lesson Study
Strategi: Membangun Kesadaran, Merekrut Sukarelawan Sumber: Mengundang para kolega untuk membaca suatu naskah atau melihat rekaman lesson study. Selanjutnya diamati siapa saja yang berminat. Strategi: Mentransformasi Kelompok yang Telah Ada Sumber: Kelompok yang telah ada di suatu daerah secara alami dapat menjadi kelompok lesson study. Contohnya adalah:
• Komite untuk kurikulum, standar, dan assesmen. Research lesson dapat mewujudkan pandangan kelompok ini di dalam kelas untuk disaksikan semua orang.
• Guru mentor, guru pelatih, ahli mata pelajaran. Research lesson dapat menjadi cara untuk memoles dan berbagi ide seputar good practice, mungkin dengan menempatkan waktu khusus pengembangan professional untuk research lesson.
Strategi: Menata Ulang Kegiatan yang Telah Ada untuk Melibatkan Lesson Study Sumber:
• Kegiatan yang didanai hibah. Nampaknya pemberi hibah lebih senang dengan research lesson terbuka daripada sekedar laporan akhir. Karena diamati oleh guru dari luar kelompok, maka otomatis research lesson menjadi akuntabel dan berpengaruh besar pada kegiatan hibah.
17
• Kredit pemberdayaan professional. Daripada membina guru
melalui berbagai pelatihan atau konferensi, membuat kelompok lesson study jauh lebih bermanfaat.
• Review kualitas program, rencana pengembangan sekolah. Lesson study akan menjadi alat untuk mencapai tujuan, mengembangkan teknik mengajar, dan menilai perkembangan siswa.
• Review kinerja sehari-hari. Guru PNS diberi kesempatan untuk mengajar dalam research lesson dengan syarat tertentu, sebagai contoh dengan pantauan kepala sekolah.
Strategi: Menghubungi Anggota Lokal Suatu Perkumpulan Setempat atau Perkumpulan Induk Sumber: Persatuan guru dan perkumpulan terkait lainnya seperti Dewan Guru Matematika Nasional sangat berperan memasyarakatkan lesson study. Museum sains, sekolah guru, dan lembaga lokal yang lain dapat memberi jalan terbentuknya jaringan berbagai kelompok lesson study. Strategi: Mencari Sekolah yang Mendukung Lesson Study Sumber: Sekolah yang telah ada atau sekolah khusus untuk pengembangan professional dapat mengintegrasikan lesson study untuk menjalankan kegiatan sekolah. Strategi: Mengajak Teman Sumber: Diawali dengan mengajak sedikit kolega, lalu membentuk kelompok lesson study yang kecil, kemudian berusaha mengadaptasikan lesson study sesuai dengan setting yang ada. Bila lesson study dapat membawa manfaat, maka berbagai dukungan akan mengalir. Strategi: Mencari Informasi Secara Online Sumber: Informasi tentang kelompok lesson study tersedia di internet. Pengamatan langsung kegiatan pelajaran nampaknya menjadi bagian lesson study. Tetapi hal ini mungkin akan digantikan teknologi video yang semakin maju.
Gambar 14. Strategi Membentuk Kelompok Lesson Study
Menetapkan Komitmen Waktu
Apakah lesson study bermanfaat? Apakah anggota kelompok
lesson study memiliki komitmen waktu untuk mewujudkan manfaat lesson
study? Mungkin tidak seperti model pemberdayaan professional yang lain,
lesson study sangat tergantung pada guru. Kelompok lesson study di
Jepang biasanya melakukan pertemuan 1-4 kali tiap bulan, tetapi saat
18
research lesson mereka akan bertemu lebih sering. Sebaliknya tidak akan
ada pertemuan sama sekali bila kegiatan sekolah sangat sibuk. Bila
terdapat sekolah musim panas atau sekolah year-round, nampaknya
musim panas dapat digunakan untuk workshop lesson study. Selanjutnya
guru dapat mengikuti lesson study tanpa terganggu kesibukan sekolah.
Kelemahan dari lesson study adalah sulit mengenali keadaan siswa
selama libur musim panas ketimbang saat masa sekolah.
Kontribusi apa yang diharapkan dari tiap anggota kelompok lesson
study? Beberapa jenis kelompok terbentuk berdasarkan pengertian bahwa
tidak semua anggota berkesempatan mengajar dalam research lesson
dan ada paksaan untuk melakukannya. Sementara kelompok lain
berharap tiap anggotanya berkesempatan mengajar. Rasanya kelompok
perlu mengakomodasi harapan tiap anggotanya.
Menetapkan Jadual Pertemuan
Sekolah selalu dalam keadaan sibuk. Terkadang guru di Jepang
mengesampingkan waktu untuk lesson study sepanjang tahun ajaran. Hal
ini memastikan bahwa bagian-bagian kegiatan lesson study (seperti
pertemuan tingkat lembaga, pertemuan kelompok kecil, dan research
lesson) bukanlah prioritas dan kegiatan pengganti dipikirkan kemudian.
Upaya tiap kelompok lesson study untuk mengajar dalam research lesson
pada tanggal yang ditetapkan tahun depan akan menciptakan perasaan
yang stabil. Makoto Yoshida merekomendasikan sebuah jadual dimana
tiap research lesson diajar 3-5 kali pada kelas yang berbeda, lalu
didiskusikan dan direvisi segera tiap selesai mengajar. Gambar 10 pada
bab 5 menjelaskan maksud beliau. Research lesson publik yang
dilaksanakan di Sekolah Paterson 2 pada tahun 2000 telah selesai
diajarkan, diobservasi, dan diperbaiki tepat sebelum open house lesson
study.
19
Menyetujui Aturan Dasar Kelompok
Nampaknya guru merasa tidak nyaman dengan adanya rekan
mereka mengobservasi lesson study. Bab ini akan mengulas tentang
protocol observasi dan wawancara yang akan memudahkan kesulitan ini.
Kelompok lesson study dapat membuat norma-norma explisit atau aturan
dasar yang disepakati. Sebagai contoh, kelompok menginginkan
bagaimana kegiatan diskusi selanjutnya mengambil keputusan,
pembagian tanggung jawab, alokasi waktu, dan saran yang ditawarkan.
Aktivitas seperti pergantian tugas para fasilitator dan menyisihkan waktu
beberapa menit tiap pertemuan untuk merefleksi semua keuntungan atau
kekurangan dari kegiatan akan menciptakan pemerataan kerja bagi tiap
anggota kelompok.
Kelompok lesson study yang efektif pada umumnya memiliki 3 sifat:
• Diskusi secara demokratis. Lesson study tidak sama dengan
kegiatan mentoring atau pelatihan karena penekanannya pada
lesson inquiry yang dikerjakan secara bersama. Mampukah anda
menciptakan prosedur kegiatan yang mengasumsikan semua guru
memiliki sesuatu yang bermanfaat untuk diberikan pada studi
perkembangan dan belajar siswa?
• Kepemilikan dan tanggung jawab secara bersama. Bab 3
menekankan bahwa manfaat lesson study akan berbeda pada
lingkungan yang berbeda. Meskipun manfaat utamanya diarahkan
untuk mengembangkan kurikulum atau membantu para praktisi
untuk merefleksi praktek mengajarnya, terasa sekali adanya
nuansa dukungan kolaboratif. Sebuah kelompok di AS
mempromosikan kegiatan research lesson yang direncanakan
secara kolaboratif tanpa memikirkan siapa yang akan mengajar,
lalu penentuan nama yang akan mengajar dilakukan pada akhir
masa perencanaan research lesson. Guru di Jepang secara
bersama melibatkan diri dalam kegiatan sekolah (seperti festival
olahraga, festival seni, acara wisata, dan sebagainya) dengan
harapan dapat menumbuhkan kebersamaan di antara siswa dan
20
menekan suasana persaingan di antara guru. Tujuan lesson study
tidak untuk dimonopoli guru senior, tetapi untuk memberdaya
semua guru, sehingga dapat membekali sebanyak mungkin siswa
dengan pelajaran yang berhasil dan pengalaman yang padu.
• Terpusat pada siswa, bukan guru. Lesson study berfokus pada
pembelajaran dan perkembangan siswa. Seorang guru di AS
memberikan pandangan tentang kegiatan observasi research
lesson, yaitu bahwa observasi dianggap sebagai kritikan. Lesson
study berfokus pada kegiatan belajar siswa dan respon siswa. Hal
ini yang dilakukan untuk menggapai tingkat guru professional. Data
akan mengungkapkan lebih jelas daripada pernyataan hasil
evaluasi. Sebagai contoh “50% siswa mengangkat tangannya untuk
menjawab pertanyaan” lebih meyakinkan daripada “Nampaknya
pertanyaan yang diberikan berhasil (atau gagal) memancing siswa
untuk mengangkat tangan”.
Kelompok lesson study dapat mengawali penetapan norma kelompok
dengan aturan yang telah disepakati kelompok lain. Kelompok dapat
mengikuti aturan dasar yang dicantumkan dalam papan bulletin dari
sebuah sekolah SMP di AS sebagai berikut:
• Komunikasi yang jelas dan mendengarkan secara seksama.
• Menghormati pendapat semua orang.
• Berbagi pengetahuan.
• Mengajukan dan menerima pertanyaan untuk proses klarifikasi.
• Terbuka dengan segala pendapat yang ditawarkan.
• Menghormati batasan waktu.
• Tidak meninggalkan tugas.
Langkah 2. Memfokuskan Lesson Study
Terdapat 3 hal yang disarankan untuk memfokuskan lesson study:
(1) menyepakati tema research, (2) menyepakati mata pelajaran yang
digunakan, (3) menyepakati unit pembahasan yang digunakan. Ketiga hal
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
21
Menyepakati Tema Research
Seperti bab 1 yang menceritakan para guru di Sekolah Komae,
untuk lesson study dapat diawali dengan pertanyaan berikut:
• Secara ideal, kualitas apa yang diharapkan dari para siswa saat
mereka lulus sekolah?
• Bagaimana kualitas mereka secara aktual saat ini?
Melalui perbandingan kualitas sisw yang ideal dengan actual, maka
focus utama lesson study dapat ditetapkan. Gambar 15 menunjukkan
sebuah handout untuk memfasilitasi kegiatan diskusi, menyikapi segala
pertanyaan, dan membantu guru menuliskan ide mereka seputar kualitas
siswa yang ideal, actual, serta perbedaan di antara kedua hal tersebut.
Seorang guru di Jepang mendefinisikan lesson study bahwa keadaan
actual siswa saat ini adalah titik awal perjalanan lesson study, sedangkan
kualitas ideal siswa diartikan sebagai tujuan perjalanan tersebut. Lesson
study adalah jalan yang menghubungkan titik awal dan tujuan.
Sebagian guru terlibat dalam lesson study hanya sekedar untuk
meningkatkan keterampilan mengajarnya dan tidak memikirkan
bagaimana keadaan murid mereka 5 tahun mendatang. Akan tetapi ada
baiknya mereka mulai memikirkan hal tersebut. Tidak menutup
kemungkinan matematika atau pelajaran lain tidak terpisahkan dari tujuan
para guru mendidik muridnya. Sifat-sifat seperti kemauan yang besar,
kemampuan refleksi, dan tanggung jawab dalam belajar adalah penting
dalam mempelajari matematika. Sebaliknya matematika mungkin bagain
penting dalam membina sifat-sifat di atas. Peneliti dari AS terkesan
dengan guru di Jepang yang mengawali lesson study matematika dengan
suatu pertanyaan “Siswa macam apa yang akan kita bina di sekolah?”.
Melalui kegiatan refleksi membandingkan antara kondisi actual dan
ideal, maka tema research akan dapat ditetapkan (istilah tema research
juga sering disebut tujuan utama atau focus research). Beberapa contoh
dalam bab 4 dapat memberikan ilustrasi, tetapi tema research umumnya
berupa tujuan yang luas hasil pemikiran semua guru dari semua kelas dan
dari berbagai pandangan, seperti untuk membangun gairah belajar,
22
tanggung jawab dan inisiatif sebagai pelajar, serta pemahaman dan
penguasaan materi. Apakah tema research berupa hal yang penting,
jangka panjang, dan mendasar bagi misi para guru? Apakah hal tersebut
yang membawa Anda memasuki dunia pendidikan?
Menetapkan Mata Pelajaran yang Digunakan
Bila mata pelajaran yang akan digunakan dalam lesson study
belum ditetapkan maka pertanyaan berikut nampaknya perlu dipikirkan.
1. Pelajaran apa yang dianggap paling sulit bagi siswa?
2. Pelajaran apa yang dianggap sulit diajarkan bagi guru?
3. Bagian mana dari kurikulum, kerangka kerja, atau pedoman
pendidikan yang perlu dikuasai guru?
Gambar 15. Penentuan Tema Research (Tujuan Utama) Lesson Study
Pikirkan tentang siswa yang Anda bina Kondisi Ideal: Secara ideal bagaimana kualitas siswa 5 tahun mendatang atau saat mereka lulus sekolah. Kondisi Aktual: Tuliskan bagaimana kualitas para siswa. Perbedaan Kedua Kualitas: Bandingkan antara kondisi ideal dan aktual. Perbedaan mana yang paling mendesak untuk ditindak lanjuti. Tema Research: (Tujuan, Fokus Research, atau Tujuan Utama Lesson Study) Dengan membandingkan kondisi ideal dan actual siswa, tentukan focus lesson study. Nyatakan secara positif kondisi ideal siswa yang ditentukan untuk dikembangkan. Sebagai contoh, guru di Jepang yang mengabdi untuk mendidik siswa dari kalangan ekonomi bawah dan kelompok minoritas membuat tujuan seperti ini: Mengembangkan keterampilan akademis dasar yang menjamin kemajuan siswa dan kepekaaan akan hak asasi manusia. Tema Research Anda:
23
Guru di Jepang memakai lesson study tidak hanya untuk
mengembangkan keterampilan mengajar mereka, tetapi untuk
mengembangkan hal lain seperti: class meeting, hajatan sekolah, suasana
sekolah, dan integrasi siswa seond-language.
Saat tema research dan pelajaran yang dipakai untuk lesson study
ditetapkan, selanjutnya adalah saat memikirkan bagaimana cara
mewujudkan tujuan lesson study. Pengajaran atau unsur lain macam apa
yang akan mendorong upaya pembentukan siswa ideal yang diharapkan?
Perubahan apa yang diperlukan? Pekerjaan dan perilaku siswa macam
apa yang menunjukkan perubahan yang diharapkan?
Nampaknya akan berguna menyusun berbagai pemikiran dalam
suatu peta yang menunjukkan hubungan antara tujuan jangka panjang
bagi siswa dan research lesson. Gambar 16 memberi contoh peta
research dari Sekolah Komae 7 (ditunjukkan dalam titik-titk)dan
menunjukkan tema research sekolah tersebut yang memilih beberapa
profil ideal siswa yang dijadikan focus research lesson. Saat membaca
bagian bawah dari gambar peta research menampilkan strategi yang
dipakai selama research lesson dan bukti apa yang akan didapat (metode
dan teknik perhitungan), selanjutnya mengapa pengajaran didesain
dengan cara tersebut (hipotesis research), dan bagaimana perkembangan
para siswa terkait dengan tema research sekolah. Peta research disusun
bersama oleh para guru Sekolah Komae dan dijadikan sebagai kerangka
kerja research lesson selama tahun ajaran dan bagi video Can You Lift
100 Kilograms?
Kotak yang paling bawah dari peta research menunjukkan bahwa
guru merencanakan untuk memandang 4 aspek berbeda dari pengajaran:
kurikulum, materi belajar, aktivitas belajar, serta strategi untuk mengajar
dan evaluasi (elemen tersebut ditujukan secara detail dalam tiap rencana
research lesson). Pada kotak di atasnya menunjukkan hipotesis guru
bahwa siswa akan mengembangkan perspektif dan kemampuan berpikir
dalam pelajaran yang mereka inginkan dan disukai. Bila memandang ke
arah kotak di tengah nampak adanya peningkatan harapan guru bahwa
24
siswa akan menikmati pelajaran sains. Para guru dari lower grade
mengharapkan siswanya dengan gembira berpartisipasi dalam belajar,
guru dari middle grade mengharapkan siswanya belajar dengan
menggunakan panca inderanya, serta guru dari upper grade
mengharapkan siswanya menikmati kegiatan pemecahan masalah.
Peta research yang kosong dari Sekolah Komae disediakan di
Apendix 6. Hal ini akan membantu mendiptakan peta research yang dapat
mengungkap kualitas siswa yang ideal dan actual, lalu mendefinisikan
hipotesis tentang macam pengajaran yang mampu mewujudkan kualitas
siswa yang ideal, selanjutnya mendesain kualitas siswa yang diharapkan
pada kelompok umur yang berbeda dengan pembinaan menuju kualitas
ideal.
Peta research berguna untuk lesson study sekolah, karena dapat
dimanfaatkan guru dari berbagai kelas untuk membuat hubungan antara
tema research dengan siswa dari berbagai kelompok umur. Lesson study
berbasis sekolah terkadang mengembangkan peta research pada awal
dan selama proses berlangsung oleh semua kelompok lesson study dan
pengurus sekolah.
Menetapkan Unit Dan Topik Yang Digunakan, serta Tujuan yang
Diharapkan
Setelah penetapan tema research dan mata pelajaran untuk lesson
study, kini saatnya bagi kelompok lesson study merencanakan topik yang
akan digunakan. Topik yang dipilih dapat berupa topik yang:
• mendasar untuk pembelajaran berkelanjutan.
• sulit bagi siswa atau yang tidak disukai.
• sulit diajarkan atau tidak disukai guru.
• masih baru dalam kurikulum.
25
Gambar 16. Peta Research Sekolah Komae
Tujuan Pendidikan Sekolah Siswa yang:
• Penuh kasih. • Memiliki kemampuan
berpikir yang baik dan pantang menyerah.
• Sehat. • Mampu menghadapi
kehidupan.
Profil Ideal Siswa • Belajar bersama teman. • Banyak
berinteraksidengan alam. • Mampu mengembangkan
perspektif dan kemampuan berpikir.
Situasi Aktual Siswa • Umumnya selalu gembira, ramah, dan saling
mengasihi. • Kebersamaan kurang, cenderung mengacuhkan
pendapat dan perspektif teman. • Sulit mempertahankan pendapat dan pandangan
sendiri. • Sebagian siswa tidak tertarik dengan kondisi
lingkungan sekitar.
Tema Research Siswa menghargai persahabatan, mengembangkan perspektif dan kemampuan berpikir, serta menikmati pelajaran sains.
Profil Ideal Siswa (dari berbagai grup)
Lower Grade Siswa yang:
• Berpartisipasi dalam belajar.
• Mengembangkan strategi pribadi.
• Belajar bersama teman.
Middle Grade Siswa yang:
• Mengoptimalkan pemakaian panca indera.
• Mampu membuat prediksi dan mengujinya.
• Belajar dengan menbandingkan konsep miliknya dengan temannya.
• Bekerja sama dengan teman dalam aktivitas.
Upper Grade Siswa yang:
• Menikmati kegiatan penyelesaian masalah.
• Dapat menemukan permasalahan dan membuat prediksi.
• Memiliki ide sendiri dalam pengamatan dan eksperimen.
• Mengutamakan belajar dengan teman dan saling mengungkapkan pandangan masing-masing.
Hipotesis Research
Bila siswa tertarik untuk belajar dan berinisiatif untuk belajar, mereka akan mampu memperdalam perspektif dan kemampuan berpikir mereka
Siswa akan mengembangkan rasa kasih bila mereka bekerja sama sehinggamereka dapat menghargai pendapat teman saat mereka terlibat dalam pengamatan, eksperimen, dan berbagai kegiatan.
Metode dan Perhitungan • Strategi untuk kurikulum. • Strategi untuk materi belajar. • Strategi untuk mengajar dan mengevaluasi • Strategi untuk kegiatan belajar.
26
Guru dapat memilih topik dapat berupa topik yang dijadualkan
dalam research lesson dengan ide bahwa semua pelajaran diharapkan
menjadi media mewujudkan tujuan jangka panjang dan pendekatan pada
mata pelajaran.
Guru di AS menceritakan bahwa menentukan unit dan pelajaran
untuk lesson study seringkali mudah atau sulit. Beberapa kelompok
melaporkan bahwa tes diagnostik dapat mengidentifikasi permasalahan
(seperti kesulitan siswa dengan penguasaan kata-kata) tetapi tidak
memberi pandangan yang jelas tentang macam pelajaran yang dapat
membangun pemahaman siswa. Sebuah kelompok lesson study dari
lower grade pada awalnya berpikir siswa mereka sulit memahami konsep
nilai satuan dan puluhan, selanjutnya diketahui permasalahan utamanya
adalah pemahaman kombinasi angka yang menjadi angka dua puluh.
Kelompok lain mengganti topik pelajaran setelah beberapa pertemuan.
Seorang anggota kelompok tersebut menyatakan bahwa untuk mencapai
kata sepakat membutuhkan waktu. Ada berbagai gangguan selama
kegiatan berlangsung. Banyak waktu terbuang hanya mendapatkan jalan
buntu. Pada pertemuan ketiga kelompok tersebut baru sadar bahwa
mereka selama ini hanya mempermasalahkan hal yang tidak penting. Hal
seperti ini butuh kesabaran.
Saat topik telah ditentukan, misal topik tentang pembagian, tujuan
topik perlu dijelaskan secara spesifik. Di Jepang, tujuan dari topik
diarahkan secara langsung pada Course of Study nasional. Contoh yang
dimasukan untuk memahami cara menghitung luas segitiga atau
mengenali sifat magnet. Tujuan ini menjadi tujuan unit, selanjutnya
pelajaran direncanakan untuk mewujudkan tujuan unit.
Research lesson bersama dengan tujuan spesifik pelajaran terfokus
pada tujuan jangka panjang yang luas dan untuk perkembangan siswa.
Hal ini juga tercantum dalam Course of Study. Sebagai contoh, agar siswa
gemar belajar, berani mengambil inisiatif, mengembangkan pola berpikir
ilmiah, mencintai lingkungan, menjadi pemecah masalah yang aktif, dan
menjadi sadar akan fenomena matematika dalam khidupan sehari-hari.
27
Focus pada tujuan yang luas dan spesifik menjadikan lesson study
membingungkan bagi praktisi pemula. Umumnya muncul pertanyaan
lesson study macam mana yang fokus pada pengajaran topik khusus
seperti teknik penambahan atau pembagian; atau tujuan jangka panjang
seperti suka belajar. Jawabannya adalah keduanya. Hal ini menjadi masuk
akal bila disadari bahwa tujuan jangka panjang dan luas seperti tanggung
jawab dan gemar belajar dibangun dari kegiatan belajar mengajar sehari-
hari, dan sebaliknya kualitas dasar siswa ditentukan dari kemampuan guru
mengajar.
Untuk merencanakan research lesson, membutuhkan tujuan yang
terdiri 4 tingkat, yaitu:
• Tujuan spesifik pada pelajaran.
• Tujuan spesifik pada unit.
• Tujuan luas pada mata pelajaran.
• Tujuan jangka panjang untuk pengembangan siswa.
Gambar 17 menggambarkan sebuah contoh penentuan tujuan pada
keempat tingkat tersebut.
Level-1: Tujuan-Tujuan Spesifik Pelajaran • Termotivasi untuk menemukan prinsip-prinsip pengungkit
selama kegiatan belajar mengajar. • Mengenal industri dan lembaga yang berada di sekitar
sekolah. • Menemukan bahwa panjang keliling lingkaran sama dengan
tiga kali panjang diameter lingkaran. Level-2: Tujuan-Tujuan Spesifik dalam Unit
• Memahami bahwa dalam mengangkat suatu benda dengan berat konstan dengan memakai pengungkit, besarnya gaya ditentukan posisi benda dan vector gaya.
• Mengembangkan kesadaran terhadap masyarakat dan peranan individu di dalamnya.
• Memahami cara menghitung luas lingkaran dan bagaimana hubungan antara luas lingkaran dan persegi.
28
Level-3: Tujuan-Tujuan Luas Pelajaran • Mengembangkan metode berpikir ilmiah seperti penggunaan
panca indera, pemakaian bukti untuk memperkuat argumen, penggunaan eksperimen terkendali.
• Mengembangkan sifat dasar kewarganegaraan untuk bergabung dalam lembaga perdamaian dan demokratik.
• Menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan soal matematika.
Level-4: Tujuan-Tujuan Jangka Panjang untuk Pemberdayaan Siswa
• Berinisiatif sebagai pebelajar. • Belajar dengan semangat. • Menjunjung tinggi kebersamaan. • Bekerja sama dengan teman. Gambar 17. Contoh Empat Tingkat Tujuan Lesson Study
Saat 4 tingkat tujuan ditetapkan, selanjutnya adalah saat
merencanakan research lesson dan pelajaran yang digunakan. Sebaiknya
jangan berpikir bahwa tujuan yang ditentukan saling bertentangan. Pada
saat melibatkan diri dalam studi tentang pelajaran dan pengamatan siswa,
tujuan yang ditetapkan dapat didefinisikan kembali dan mungkin dapat
dipikirkan kembali tujuan jangka panjang untuk siswa.
Langkah 3. Perencanaan Research Lesson
Guru di Jepang cenderung mengutamakan perencanaan research
lesson daripada persiapan pelajaran sehari-hari. Dua elemen kunci
perencanaan dibahas di sini, yaitu mengenali kegiatan pelajaran yang
selama ini diadakan; dan pengembangan rencana pemandu belajar yang
mendokumentasikan segala hasil pemikiran kelompok lesson study,
selanjutnya catatan ini akan dipakai untuk panduan dalam mengajar,
mengobsevasi, dan mendiskusikan kegiatan pelajaran.
Mengenali Kegiatan Pelajaran Yang Selama Ini Diadakan
Lesson study akan menjadi produktif saat guru mengembangkan
pendekatan atau pelajaran yang lebih baik, daripada hanya melakukan
sekedar rutinitas sekolah. Sebagaimana saat seseorang terhanyut dalam
dunia seni dan musik, diharapkan guru dapat sepenuh hati terjun dalam
29
kegiatan pelajaran tanpa memandang kekurangan diri. Seorang kepala
sekolah di Jepang yang mengajar mata Studi Kehidupan Lingkungan
menjelaskan caranya mengajar dengan memperhatikan berbagai contoh
mengajar yang actual. Cara ini dilakukan dengan mengikuti berbagai
presentasi dan research lesson mata pelajaran Studi Kehidupan
Lingkungan. Tiap sekolah mengembangkan cara tersendiri untuk
mengajarkan pelajaran baru. Beberapa sekolah mungkin memiliki
kemiripan, sedangkan sebagian mungkin memilih bentuk berbeda. Metode
yang diterapkan di suatu sekolah belum tentu dapat diterapkan di sekolah
lain karena adanya perbedaan karakter siswa pada tiap sekolah.
Nampaknya sekolah membutuhkan banyak contoh untuk dibandingkan.
Guru di Jepang mencari berbagai contoh research lesson dari
berbagai sumber, seperti buku teks, kegiatan research lesson di sekolah
lain, buku dan video yang dipublikasikan guru, dan bahkan demonstrasi
research lesson di AS. Selain materi yang dipublikasikan, tersedia pula
laporan dan video lesson study dari berbagai lembaga, persatuan guru,
lembaga professional, dan sekolah-sekolah. selain itu para guru juga
sering mengikuti research lesson yang diadakan pemerintah daerah,
perkumpulan professional, 73 sekolah nasional, dan sekolah penerima
hibah penelitian. Makoto Yoshida mengamati guru di Hiroshima umumnya
mengikuti 10 research lesson tiap tahun.
Guru di AS yang merintis lesson study nampaknya relatif sulit
mendapatkan referensi. Akan tetapi referensi dapat dicari dari dosen
perguruan tinggi, museum, laboratorium pendidikan daerah, proyek yang
didanai National Science Foundation, dan lembaga professional untuk
mengembangkan kurikulum, selanjutnya hal ini akan menjadi titik awal
lesson study. Referensi lain yang dapat dipakai adalah guru local yang
mempunyai reputasi, guru mentor, dan guru yang berpengalaman di
bidang publikasi professional. Tidak dianjurkan meremehkan pentingnya
mencari sebanyak mungkin model pengajaran yang akan dicontoh.
Seorang guru di Jepang berpendapat bahwa bila seorang guru terburu-
buru mengembangkan inovasi pembelajaran, upayanya justru mengarah
30
pada kegagalan. Pada awalnya sebaiknya kita mencari contoh dari
berbagai sumber. Kemudian pada akhirnya untuk menciptakan model
pengajaran yang terbaik seorang guru diharapkan telah memiliki model
pembelajaran yang dikembangkan dirinya sendiri dan bukan hasil imitasi.
Daripada meniru hasil karya orang lain guru dapat mengembangkan
sendiri cara mengajarnya.
Bila kelompok lesson study berusaha mencari bebagai referensi
model pembelajaran terbaik akan dapat menciptakan research lesson
yang baik dan system masyarakat pebelajar yang tidak hanya menjalani
rutinitas sekolah saja. Isaac Newton berpendapat bahwa hasil kumulatif
sains seperti layaknya berdiri di atas bahu raksasa.
Mengembangkan Desain Pemandu Pembelajaran
Desain pemandu pembelajaran atau Gakushu Shidoan memberi
panduan dalam mengajar, mengobservasi, dan mendiskusikan research
lesson, serta merekam berbagai wawasan yang muncul selama lesson
study. Karena desain pemandu pembelajaran cukup kompleks sebaiknya
digambarkan dalam tiga lingkaran konsentris dengan pusatnya adalah
rencana research lesson. Rencana unit pembelajaran berada di sisi
berikutnya, kemudian seluruh rencana pembelajaran di sisi terluar. Hal ini
digambarkan dalam gambar 18.
• Bagian Pusat Lingkaran: Rencana Research Lesson
Bagian yang terletak di tengah adalah rencana mendetail tentang
research lesson itu sendiri, hal ini sering disebut “today’s lesson”.
Penjelasan mengenai today’s lesson pada topik 7 dari rencana
pembelajaran materi pengungkit dan “Lesson Plan for This Hour” pada
topik 8 dari rencana pembelajaran matematika . Rencana research lesson
akan menjawab pertanyaan utama seperti bagaimana perubahan pola
pikir siswa selama pelajaran dan hal apa yang dapat memberi dorongan
bagi siswa. Rencana research lesson umumnya disusun dalam 3 atau 4
kolom parallel yang berisi hal sebagai berikut.
31
1. Pertanyaan, permasalahan, dan kegiatan yang dilakukan guru.
2. Upaya mengantisipasi respon siswa.
3. Upaya antisipasi respon siswa yang terencana.
4. Hal penting yang direkam selama pelajaran.
Gambar 18. Tiga Lingkaran Konsentris Desain Pemandu Pembelajaran
Pertanyaan berikut akan bermanfaat dalam menyusun rencana
research lesson.
1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap topik yang diajarkan?
2. Apa yang seharusnya dipahami siswa dari topik yang diajarkan?
3. Bagaimana skenario (rangkaian pertanyaan dan pengalaman)
untuk membangkitkan pemahaman siswa?
4. Bagaimana siswa merespon pertanyaan dan kegiatan mereka
selama pelajaran? Permasalahan dan salah paham apa yang
muncul selama pelajaran? Bagaimana guru mengatur ide dan
kekeliruan agar mencapai hasi yang diharapkan?
5. Hal apa yang menjadikan pelajaran menjadi membangkitkan
semangat dan berarti bagi siswa?
6. Bagaimana mendapatkan bukti kegiatan belajar, motivasi, dan
perilaku siswa agar hasil kegiatan pelajaran dapat dievaluasi?
Bagaimana teknik pengumpulan data yang diperlukan?
Rencana Research Lesson
32
Dari daftar tersebut mengisyaratkan bahwa rencana research
lesson berbeda dari rencana pembelajaran yangselama ini digunakan di
AS. Heather Crawford menyatakan bahwa perencanaan research lesson
adalah kegiatan yang menantang. Guru diharapkan dapat mencoba dan
memikirkan bagaimana cara siswa menyelesaikan tugas sebeum
pelajaran dilakukan. Guru juga diharapkan dapat memperkirakan jawaban
apa yang akan muncul dari iswa. Guru diminta untuk berpikir dari sudut
pandang siswa dan hal ini adalah perubahan yang mendasar.
Crawford juga menjelaskan bahwa perencanaan research lesson
sangat berbeda dengan rencana pembelajaran yang selama ini dilakukan
di sekolahnya. Guru akan berpikir tentang motivasi belajar dan
memastikan siswanya sudah memiliki pengetahuan yang dibutuhkan
sebelum pelajaran dimulai. Pada umumnya guru tidak pernah memikirkan
bagaimana siswanya akan menjawab pertanyaan mereka. Pada saat
pelajaran dimulai guru tidak pernah memikirkan bagaimana interaksi
mereka dengan siswa. Guru hanya berharap siswanya dapat menjawab
pertanyaan dan apabila mereka tidak dapat guru akan memberikan
penjelasan. Saat ini guru sudah mulai berpikir bila mereka mengajukan
pertanyaan bagaimana siswa akan merespon.
Seorang guru di Jepang menuliskan apa yang mereka bayangkan
dalam perencanan research lesson. Mereka membayangkan apa yang
mereka tanyakan pada siswa dan bagaimana jawaban mereka. Guru
tersebut menyatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang dapat
membayangkan bagaimana interaksi siswa seolah-olah dalam kondisi
pelajaran sesungguhnya. Guru yang lain juga memiliki pendapat yang
serupa. Guru tersebut berimajinasi sedang melakukan research lesson
dengan muridnya. Dirinya berkomentar seringkali orang berpendapat
research lesson bertentangan dengan rencana pembelajaran. Sebaiknya
para guru mencoba memberikan pelajaran sebanyak 2 kali. Pada tahap
pertama pengajaran dilakukan dengan siswa imajiner, untuk tahap kedua
dilakukan dengan siswa sesungguhnya. Bila terasa rencana pembelajaran
tidak brjalan dengan baik sepertinya disebabkan teknik pengajaran
33
pertama yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh. Terlalu banyak
berharap hasil pelajaran berdasarkan pemikiran saja tanpa menyadari
konsepnya juga tidak memberikan hasil yang nyata.
Pengembangan desain research lesson dapat dilakukan dengan
latihan mengajar, seorang dari anggota kelompok lesson study berperan
sebagai guru dan anggota lain berperan sebagai siswa. Melalui cara ini
respon siswa sesungguhnya dapat diperkirakan. Desain research lesson
diharapkan dapat mengembangkan pemahaman siswa, oleh karena itu
desain research lesson informasi yang berguna bagi anggota kelompok
dan pengamat dari luar. Catatan penting yang tercantum dalam desain
memberikan sinyal bagi observer tentang hal yang perlu diperhatikan pada
tiap tahap research lesson. Sebagai contoh, observer dapat menandai
para siswa yang aktif memecahkan masalah yang diberikan guru, lalu
metode apa yang dipakai untuk membandingkan 2 buah persegi atau cara
siswa menunjukkan perubahan udara panas setelah praktikum.
Dalam desain juga perlu adanya catatan untuk alokasi waktu tiap
unsure lesson study dan materi yang dibutuhkan. Pada akhirnya hasil
research lesson dirangkum dalam tujuan research lesson.
• Bagian Lingkaran Kedua: Rencana Unit
Setelah desain research lesson sebelumnya, terdapat bagian yang
lebih besar yang juga meliputi research lesson. Bagian ini meliputi tujuan
unit pelajaran dan desain pengajaran unit pelajaran. Guru di AS
berpendapat bahwa lesson study hanya berfokus pada satu pelajaran
saja. Walau faktanya semua unit digunakan dalam lesson study meskipun
hanya satu pelajaran diobservasi secara khusus. Desain unit
menunjukkan bagaimana research lesson melebur dalam berbagai
pelajaran. Berdasarkan desain unit observer dapat mengungkapkan
apakah pelajaran dapat berfungsi memotivasi pengamatan topik
berikutnya, mengajarkan konsep tertentu, atau membantu siswa
memperkuat dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari sebelumnya.
Seringkali desain pelajaran memberikan informasi di luar unit. Sebagai
34
contoh, desain pelajaran dapat menunjukkan bagaimana topik research
lesson terkait dengan materi yang diajarkan tahun sebelumnya.
• Bagian Lingkaran Terakhir: Tema Research
Beberapa hal dalam desain pemandu pembelajaran menjelaskan
kaitan antara pelajaran dan tema research. Hal ini membantu observer
memahami filosofi pendidikan dibalik research lesson, serta bagaimana
kaitannya dengan harapan jangka panjang terhadap siswa. Sebagai
contoh, seseorang yang mendesain pelajaran tentang pengungkit
mengajukan hipotesis bila siswa mampu mengungkap bahwa setiap
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mengikuti kaidah dan hukum alam,
maka pelajaran ini akan menjadi lebih menarik.
Rencana Pengumpulan Data
Sebuah bagian dari desain pemandu pembelajaran yang
merupakan bagian dari ketiga lingkaran di atas adalah rencana
pengumpulan data. Perlu diperhatikan bahwa bagian dari rencana
research lesson yang disebut “hal yang perlu diperhatikan” atau “evaluasi”
secara khusus memandu para observer untuk mengamati aspek tertentu
saat kegiatan pelajaran. Tamu yang berasal dari luar sekolah tidak
dilibatkan mengambil data, oleh karena itu anggota kelompok lesson study
dan pengelola sekolah terlibat dalam tugas pengumpulan data untuk
menambah data yang dibutuhkan. Data ini dapat berupa susunan tempat
duduk siswa, anggota kelompok siswa, rekaman kegiatan berpikir siswa,
daftar pemeriksaan tugas siswa, catatan partisipasi siswa dalam
kelompoknya, atau bahkan catatan data kelompok lesson study yang lain
yang memiliki visi yang sama.
Data yang disusun dapat mengalami variasi, tergantung tema
research yang digunakan. Sebagai contoh, guru Sekolah Komae 7
mempelajari bagaimana pemahaman siswa mengenai pengungkit
berubah-ubah, apakah siswa pendiam berpartisipasi dalam kelompok, dan
bukti yang menunjukkan keterlibatan siswa dalam kelompok seperti
35
pandangan mata atau irama napas yang bersemangat (tsubuyaki). Data
yang dihimpun selama lesson study secara khusus meliputi bukti kegiatan
pembelajaran akademik, motivasi, dan iklim sosial. Gambar 7 dalam bab 4
memberi contoh jenis data yang dihimpun dalam research lesson.
Meskipun data yang dihimpun berfokus pada siswa, nampaknya juga perlu
data mengenai cara berbicara guru dan alokasi waktu yang digunakan
untuk tiap bagian kegiatan pelajaran. Melalui cara ini guru dapat
menganalisis hal yang berkaitan dengan dirinya, sebagai contoh adalah
bagaimana guru mengalokasi waktu dan cara merespon reaksi siswa.
Pemakaian Desain Pemandu Pembelajaran
Secara ringkas desain pemandu pembelajaran mewujudkan
pemikiran kelompok lesson study terkait dengan 3 lapis praktek yang
digambarkan dalam 3 lingkaran, yaitu kegiatan pelajaran, unit besar dan
mata pelajaran, dan pembinaan siswa jangka panjang. Saat akan
melaksanakan rencana research lesson, rencana tersebut bermanfaat
untuk:
• Membantu instruktur research lesson dengan cara memberi detail
kegiatan pelajaran dan bahan yang diperlukan.
• Memandu observer dengan cara menentukan hal yang perlu
diamati; dan menyediakan form pengumpulan data yang tepat serta
salinan tugas siswa.
• Membantu observer memahami pentingnya research lesson, kaitan
antara research lesson dengan tujuan mata pelajaran dan tujuan
pembinaan siswa, serta memberikan alasan pemilihan pedagogik
tertentu.
• Memberikan catatan kegiatan berpikir dan perencanaan kelompok
lesson study, sehingga anggota kelompok memiliki rekaman
kegiatan dan membicarakan dengan anggota yang lain.
Desain pemandu pembelajaran memiliki peran yang penting yang
tidak dipahami warga Amerika. Kelompok lesson study dapat melakukan
analisis rencana kelompok. Bagian tersebut memberikan pandangan cara
36
merencanakan research lesson sekaligus kerangka kerja untuk rencana
tersebut. Perlu diperhatikan tiap bagian dari rencana dan alokasi waktu
untuk mendiskusikan tiap tahap kegiatan, mendiskusikan kondisi ideal dan
aktual siswa, tujuan jangka panjang untuk siswa, tujuan matapelajaran
dan unit, kelancaran kegiatan pada semua tahap, detail rencana
pelajaran, dan sebagainya.
Memanfaatkan rencana research lesson yang biasa dipakai di
Jepang untuk merencanakan research lesson dan lingkup yang lebih
besar dapat membawa manfaat yang tidak terduga. Seorang guru di
Jepang menyatakan bahwa desain pemandu pembelajaran adalah bentuk
hipotesis lesson study. Rencana pembelajaran perlu mengungkap
masalah yang berkaitan dengan pelajaran, hal apa yang baru terungkap
dari kegiatan pelajaran terakhir, serta menyertakan visi guru tentang
pendidikan, siswa, dan matematika. Hal ini adalah pekerjaan yang besar.
Melalui cara menuliskan hal tersebut di atas maka guru menjadi peka
terhadap kegiatan pelajaran dan matematika.
Guru yang lain berpendapat bahwa menulis rencana pembelajaran
berarti guru sekaligus mengorganisasi ide yang mereka miliki. Menulis
rencana pembelajaran sangat bernilai. Hal ini yang mendasari mengapa
siswa sering diberi tugas menulis, oleh karena itu guru juga harus sering
menulis. Menulis adalah cara untuk mengorganisasi segala pemikiran
tentang tujuan, materi, dan metode pembelajaran.
Mengundang Pakar dari Luar Sekolah
Elemen lain yang dapat membantu keberhasilan lesson study
adalah melibatkan pakar dari luar sekolah, yaitu guru atau peneliti yang
ahli di bidang pelajaran yang digunakan dalam lesson study, atau ahli
dalam mengajarkan, atau berpengalaman dalam keduanya.
Sesungguhnya akan lebih bermanfaat bila pakar tersebut dilibatkan sejak
pertama kali lesson study diadakan. Hal ini disebabkan pakar tersebut
sejak awal dapat menentukan arah lesson study dengan tepat, memberi
saran seputar sumber kurikulum, dan bahkan berperan sebagai
37
komentator research lesson. Kelompok lesson study Sekolah Paterson 2
dan Sekolah San Mateo melibatkan para pakar bidang matematika,
pendidikan matematika, lesson study, pendidikan negeri Jepang, dan
pembelajaran anak-anak.
Gambar 6 di Bab 4 merangkum peran para pakar lesson study di
Jepang. Para pakar dapat memiliki peran penting di dalam dan luar
sekolah. Para komentator di Jepang sering mengunjungi sekolah tiap
tahun dan berperan menyebarluaskan berbagai hasil kegiatan pelajaran
dan pendekatan pembelajaran ke berbagai sekolah. Bila kelompok lesson
study menghendaki bantuan dari pakar, maka diharapkan pakar tersebut
berpengalaman dengan lesson study yang kolaboratif dan terpusat pada
siswa. Gambar 3 pada bab 2 dapat didiskusikan dengan pakar yang
diundang untuk memperjelas perbedaan antara lesson study dengan
pengembangan professional yang sepenuhnya dipimpin oleh para ahli.
Dalam lesson study peran pakar adalah memberi pertanyaan, memberi
perspektif baru, dan menjadi peneliti tidak langsung, tentunya tidak
sekedar memberi saran.
Langkah 4. Mengajar dan Mengobservasi Research Lesson
Menjelang dilaksanakannya research lesson, kelompok lesson
study diharapkan telah menyusun rencana yang:
• Mengakomodasi pemikiran bersama tentang bagaimana mengajar
topik tertentu pada siswa.
• Menjelaskan tujuan jangka panjang bagi siswa dan bagaimana
mewujudkannya di kelas.
• Menyusun pertanyaan dan kegiatan yang diberikan guru, serta
mengantisipasi respon dari siswa.
• Mengantisipasi pertanyaan apa yang akan terjadi dan bagaimana
mengendalikannya. Contohnya adalah bagaimana mengatur
kesalahan perhitungan dari siswa.
• Mendaftar informasi praktis seperti bahan yang dibutuhkan dan
berapa waktu yang dialokasikan pada tiap tahap pelajaran.
38
• Memberi informasi kepada observer apa yang harus diperhatikan
selama pelajaran dan data apa yang dihimpun, dan memberi
berkas yang penting (misalnya susunan tempat duduk siswa,
segala yang dilakukan pada tahap tertentu, atau formulir yang
dirancang untuk menghimpun data).
Bagian yang paling menarik adalah melihat apakah ide yang kita
miliki terwujud dalam praktek. Data yang dihimpun observer membantu
kelompok untuk mengamati kejadian-kejadian selama pelajaran secara
perlahan dan mempelajari semua hal. Kelompok harus dapat menentukan
data apa yang dihimpun (perhatikan gambar 7 dalam bab 4), dan
menugaskan orang yang tepat untuk menghimpun data. Di Jepang,
research lesson sering didokumentasikan berupa rekaman suara, video,
foto, tugas siswa, dan catatan pengamatan secara naratif. Bila 1 atau 2
orang guru ditugaskan menghimpun data pada siswa atau kelompok
tertentu, maka guru tersebut mendapatkesempatan untuk belajar
kelemahan dan kelebihan dari kemampuan observasi mereka. Sebagai
contoh, seorang guru di Jepang menyatakan dirinya belajar mengamati
perilaku nonverbal siswanya setelah dirinya disadari dirinya tidak pernah
peka dengan respon nonverbal siswanya.
Gambar 19 memberi petunjuk cara observasi pelajaran. Petunjuk
tersebut harus mendapat perhatian yang besar dari tiap anggota kelompok
dan observer. Peran observer selama lesson study adalah menghimpun
data. Peneliti dari AS menyatakan bahwa observer seharusnya juga
berperan sebagai “mata tambahan” bukan sebagai “kepanjangan tangan”
peneliti. Bila observer dimintai bantuan oleh siswa nampaknya akan sulit
melihat pengaruh perlakuan pembelajaran pada siswa. Biarkan siswa
memahami bahwa guru tambahan berperan sebagai pengamat selama
pelajaran, tidak untuk dimintai bantuan. Oleh karena itu siswa tidak akan
berpikir mereka berhadapan dengan guru yang tidak memberi bantuan.
39
Dalam melakukan research lesson pembagian tugas anggota
kelompok lesson study dapat dipaparkan sebagai berikut.
• Menghimpun materi yang dibutuhkan untuk pelajaran.
• Menggandakan rencana pengajaran untuk observer.
• Mencatat hasil diskusi setelah pelajaran.
• Memfasilitasi diskusi setelah pelajaran.
• Menyebarluaskan hasil lesson study untuk warga sekolah.
Adanya sebagian guru yang bertanggung jawab dalam mengajar,
maka anggota kelompok yang lain dapat mengambil tangung jawab pada
tugas pendukung yang lain. Bila research lesson yang diadakan dipantau
oleh pengamat yang bukan anggota kelompok, maka diharapkan ada
yang bertugas memfasilitasi diskusi setelah pelajaran.
OBSERVASI RESEARCH LESSON 1. Tidak memberikan bantuan pada siswa atau turut campur dengan
jalannya pelajaran. 2. Menghimpun data yang dibutuhkan sesuai dengan rencana research
lesson, atau memfokuskan pengamatan pada bagian khusus “hal yang harus diperhatikan” berdasarkan rencana pembelajaran.
DISKUSI RESEARCH LESSON 1. Refleksi Instruktur. Instruktur menjabarkan tujuannya untuk
pelajaran yang dijadualkan, memberi komentar tentang hal yang dapat berjalan dan kesulitan apa yang dihadapi, serta merefleksi yang telah dipelajari berdasarkan rencana dan pelaksanaan pelajaran (5 menit atau lebih).
2. Informasi Latar Belakang dari Anggota Kelompok Lesson Study. Kelompok studi pelajaran menjabarkan tujuan mereka bagi siswa (baik tujuan pelajaran dan tujuan jangka panjang) dan hal yang mendasari penyusunan desain pelajaran. Kelompok tersebut juga perlu menjelaskan perubahan rencana apa saja yang terjadi selama kegiatan.
3. Presentasi dan Diskusi Data Research Lesson. Anggota kelompok (bila perlu bersama observer) menyajikan dan mendiskusikan data tentang kegiatan belajar, keterlibatan, dan perilaku siswa selama research lesson, serta tentang pelajaran yang diberikan. Data dapat berupa tugas siswa, rekaman pertanyaan dari guru atau siswa, rekaman naratif kegiatan siswa tertentu, hal yang dituliskan di papan tulis, dan sebagainya sesuai dengan kesepakatan anggota kelompok. Apakah data tersebut akan mengungkap pencapaian tujuan pelajaran dan tujuan jangka panjang?
40
4. Diskusi Umum. Diskusi dapat berupa diskusi singkat yang dipimpin moderator. Focus diskusi pada pembelajaran dan perkembangan siswa, serta elemen mana dari pembelajaran yang menunjang. Moderator berwenang membatasi pembicaraan, atau menentukan tema diskusi, sehingga arah pembicaraan terkendali. Hal yang sensitive sebaiknya dibicarakan dalam waktu tersendiri.
5. Komentator Luar (bersifat opsional). Seorang komentator dari luar kelompok dapat disertakan dalam diskusi.
6. Penutup. Pada umumnya bila diskusi melibatkan orang banyak maka pengurus sekolah memberikan ungkapan terima kasih kepada segenap pelatih, perencana, dan peserta atas partisipasi mereka dalam pengembangan pelajaran di sekolah. Sebagai tambahan, peserta juga mengungkapkan terima kasih kepada para pelatih dan menceritakan hal yang telah mereka pelajari selama kegiatan.
*dari Clea Fernandez Catatan: tata cara di atas berdasarkan agenda diskusi tentang video Can You Lift 100 Kilograms? (www.lessonresearch.net ), dan informasi lebih lanjut tersedia di www.globaledresources.com dan www.tc.edu/centers/lessonstudy/.
Gambar 19. Tata cara Observasi dan Diskusi Research Lesson.
Langkah 5. Diskusi dan Analisis Research Lesson
Di Jepang banyak terdapat buku yang sepenuhnya mengulas etiket
diskusi lesson study. Tentu tidak mengherankan, sedangkan di AS
seorang guru merasa tidak nyaman mengajar dalam research lesson di
depan rekan-rekannya. Sebuah agenda yang baik dalam diskusi akan
memudahkan keterbukaan dan membuat diskusi menjadi menyenangkan
dan produktif.
Diskusi research lesson sangat bervariasi di Jepang, tergantung
pada jumlah dan pengalaman anggota kelompok dalam lesson study,
serta apakah diskusi melibatkan pendidik dari pihak luar. Beberapa ciri
panduan diskusi yang digambarkan pada gambar 19 yang perlu
diperhatikan adalah:
• Guru yang bertugas mengajar dalam research lesson berbicara
terlebih dahulu dan berkesempatan mengungkap kesulitan yang
dihadapi selama pelajaran sebelum diungkapkan anggota yang
lain.
41
• Perlu dipahami bahwa kgiatan lesson study adalah untuk
kepentingan bersama. Setiap anggota bertanggung jawab memberi
penjelasan setiap pemikiran dan perencanaan pelajaran.
• Pelatih atau guru yang merencanakan pelajaran diharapkan
mengungkapkan dasar pemikiran mereka menyusun rencana
pembelajaran, perbedaan dengan situasi yang sesungguhnya
dengan perencanaan yang diharapkan, serta aspek apa yang akan
dievaluasi dari observer.
• Diskusi berfokus pada data yang dihimpun observer. Observer
menyatakan secara khusus tentang pekerjaan dan rekaman
percakapan siswa. Observer tidak dibenarkan menilai tentang
kualitas hasil pembelajaran.
• Waktu diskusi dibatasi, oleh karena itu percakapan yang keluar
jalur harus dikendalikan.
Walau nampaknya tidak menyenangkan membatasi kegiatan
diskusi, guru di Jepang berpendapat bahwa akhir dari diskusi adalah
sekaligus awalnya. Mereka berpendapat adanya umpan balik dapat
disampaikan secara informal. Seorang guru berpendapat saat diskusi
bahwa research lesson tidak berakhir saat diskusi. Research lesson
adalah berkelanjutan, hal ini memberi kesempatan padanya untuk saling
berbagi dengan rekan guru yang lain. Sebagai contoh, dirinya bertanya
pada rekannya tentang caranya mengajar, selanjutnya rekannya
memberikan saran konkret dan dorongan. Kegiatan ini menjadikan
hubungan antar guru semakin erat.
Guru di Jepang saling memahami alasan dan manfaat diskusi
setelah research lesson. Oleh karena itu guru di AS perlu membangun
rasa saling memahami seperti itu. Beberapa saran yang dapat bermanfaat
adalah sebagai berikut.
• Mengutarakan dan mereview agenda dan aturan dasar, sehingga
tiap anggota memahami macam diskusi yang akan dilakukan.
42
• Menunjuk seorang pimpinan yang mengendalikan waktu dan
menyediakan fasilitas, serta menyepakati tentang bagaimana
fasilitator mengendalikan jalannya pembicaraan.
• Menyusun rencana yang tersusun dengan baik untuk menghimpun
dan menyajikan data agar diskusi berjalan dengan menarik.
• Menunjuk seorang anggota yang bertugas sebagai pencatat. Pada
kesempatan lain dirinya berperan untuk memberi petunjuk hal
berikutnya yang akan dibahas.
• Melakukan refleksi untuk menunjukkan research lesson sebagai
kepentingan bersama, bukan hanya untuk guru pengajar, karena
pengajar pun membutuhkan dukungan semua anggota.
Langkah 6. Refleksi Kegiatan Lesson Study dan Perencanaan
Langkah Selanjutnya
Pada tahap ini kegiatan lesson study telah berjalan satu siklus
penuh, diawali sejak menentukan tujuan yang akan diwujudkan dalam
kondisi pelajaran sesungguhnya dan merefleksi bagian mana yang telah
berjalan dengan baik serta yang masih memerlukan perbaikan. Untuk
selanjutnya kelompok lesson study mulai berpikir apa yang harus
dikerjakan selanjutnya. Perlukah kegiatan yang telah berlangsung
dikembangkan lebih lanjut? Apakah tiap anggota kelompok berkeinginan
mencoba lesson study dalam kelasnya? Guru di sekolah Paterson 2
melakukan revisi dan mengajarkan kembali pembelajaran yang telah
dilakukan lebih dari sekali sesuai dengan yang dianjurkan Makoto Yoshida
(gambar 10, Bab 5). Apakah tiap anggota kelompok puas dengan tujuan
kegiatan dan metode yang digunakan? Pertanyaan di bawah ini
bermanfaat membantu melakukan refleksi siklus lesson study dan
penentuan langkah selanjutnya.
1. Manfaat apa yang dapat dirasakan saat bekerja secara kolaboratif
dalam lesson study?
2. Apakah lesson study dapat memberi dorongan untuk
mengembangkan keterampilan mengajar dalam kehidupan nyata?
43
3. Apakah lesson study dapat memberi dorongan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang materi yang diajarkan,
aktivitas belajar, dan perkembangan siswa?
4. Apakah pencapaian lesson study dapat dirasakan oleh semua
pihak?
5. Apakah setiap anggota bekerja sama secara produktif dan saling
mendukung?
6. Apakah tujuan kegiatan telah tercapai?
7. Apakah tiap anggota merasa dilibatkan dan dihargai?
8. Apakah non-partisipan mendapat informasi dan undangan seputar
kegiatan?
Guru di AS membutuhkan keberanian untuk memulai lesson study.
Kelompok lesson study yang dirintis akan menghadapi rintangan yang
selama ini dibangun oleh dunia pendidikan AS. Pada awalnya lesson
study hanya sekedar sambutan yang meriah. Namun sesunguhnya
kelompok harus menunjukkan komitmen untuk pemberdayaan diri di
sekolah dan di luar sekolah. Hasil apapun yang telah diraih layak untuk
dihargai dan dirayakan.
44
BAB VII
DUKUNGAN UNTUK LESSON STUDY
Terjadinya penjelajahan samudera bukan karena dorongan
untuk menemukan benua baru, tetapi karena kemajuan
wawasan manusia.
- Marcel Proust (1871-1922)
Jepang dan AS memiliki perbedaan system dan budaya
pendidikan. Dukungan apa yang dibutuhkan agar lesson study dapat
berjalan di AS? Bab ini akan mengulas sebuah dukungan kolaboratif dan
seksama secara institusional dan 5 nilai yang mendukung lesson study;
kritik atas diri sendiri; keterbukaan terhadap pihak luar; menerima
kesalahan; kemauan untuk maju; dan umpan balik yang jujur dan saling
menghormati.
Memiliki Kurikulum yang Tepat
Lesson study terfokus pada cara mengajar, bukan pada apa yang
diajarkan. Guru di AS menghabiskan waktu untuk belajar dari berbagai
buku teks tebal untuk memilah materi yang akan diajarkan atau
menyesuaikan materi berdasarkan pedoman. Hal ini memang penting,
akan tetapi pekerjaan tersebut hanyalah langkah awal menuju lesson
study yang justru lebih menekankan bagaimana siswa mencerna materi.
Pedoman umum dan kurikulum menyebabkan guru di AS
menganggap lesson study menjadi hal yang mudah. Sesungguhnya
lesson study yang akan mengimplemetasikan kurikulum dan pedoman
dalam kehidupan sehari-hari. Buku teks di AS hanya memberi harapan
kosong hal apa saja yang perlu dipelajari.
Kurikulum SD di Jepang disusun dengan baik karena menjabarkan
dengan rinci tujuan yang luas pada tiap matapelajaran dan sekaligus
tujuan dari tiap topik yang diajarkan. Sebagai contoh, tujuan besar untuk
sains SD adalah mengembangkan rasa mencintai lingkungan,
45
kemampuan menyelesaikan permasalahan, aktif dalam upaya memahami
fenomena alam, dan budaya berpikir ilmiah. Siswa kelas 5 hanya
mempelajari 7 topik selama 95 pertemuan pelajaran sains. Salah satu
topik tentang pendulum dan berat dijabarkan sebagai berikut.
Siswa diarahkan untuk memahami hukum gerakan dengan menggunakan
pemberat untuk mengamati fenomena gerakan. Hal ini dilakukan dengan
mengubah bobot pemberat, perubahan kecepatan, dan sebagainya.
Selanjutnya siswa memahami bahwa:
1. Perubahan waktu yang terjadi pada pemberat saat berayun tidak
ditentukan oleh bobot pemberat, tetapi oleh jarak yang ditempuh.
2. Fungsi dari gerakan pemberat tergantung pada massa pemberat
dan kecepatan gerakan.
Terdapat pula topik lain yang serupa dalam hal jumlah materi yang
dipelajari. Adanya sejumlah 13-14 pertemuan dalam satu topik seperti
materi pendulum dan pemberat, rasanya cukup masuk akal bagi guru
untuk meluangkan waktu menciptakan berbagai cara untuk menarik
perhatian siswa dan menciptakan pemahaman yang mendalam.
Sebaliknya beberapa guru di AS justru merasa terbebani mengajarkan
topik pendulum dan pemberat dalam satu periode dan memilih metode
ceramah. Oleh karena itu nampaknya sulit mengamati proses berpikir dan
interaksi siswa.
Guru di AS yang menghadapi pedoman-pedoman dan buku teks
yang tebal tidak perlu menyerah. Melalui identifikasi topik-topik yang
dianggap sulit oleh siswa, mencari topik yang unik yang tidak tercantum
dalam buku dan pedoman, dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekan
dalam hal inti materi pelajaran, maka guru dapat memperoleh fokus yang
baik untuk lesson study.
Kritis pada Diri Sendiri
Suatu hal yang unik di suatu kelas di Jepang pada tahun 1993.
seluruh kelas melakukan Hansei, yaitu aktivitas refleksi yang dilakukan
pada akhir kegiatan pelajaran, akhir jam sekolah, akhir minggu, akhir
46
semester, dan sebagainya. Saat melakukan hansei siswa menanyakan
pada diri sendiri. Contohnya adalah “Apakah saya telah berupaya dengan
keras?”, “Apakah saya mengingat materi untuk pelajaran minggu ini?”,
“Apakah saya telah berbuat baik pada orang lain?”, dan “Pelajaran apa
yang saya anggap sulit?”. Gambar 20 menunjukkan beberapa aktivitas
siswa dalam hansei. Cukup menarik menyaksikan siswa beserta guru
merefleksikan kegiatan mereka hari itu. Oleh karena itu dalam penelitian
pun perlu dilakukan refleksi untuk mengukur seberapa besar hasil yang
dicapai dalam penelitian dan apa yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hasil yang dicapai. Kebiasaan melakukan refleksi
kritis untuk diri sendiri adalah kunci pendukung lesson study dan
pendidikan di Jepang secara umum.
Semangat hansei yang terbuka dan terfokus pada perbaikan
kekurangan sesseorang adalah nilai inti dalam lesson study. Research
lesson di Jepang yang dilakukan para tokoh pendidik mampu menarik
perhatian ribuan guru walaupun hasil kegiatan seperti ini belum tentu
dapat menjadi model terbaik. Sebaliknya, mereka mereka berfokus pada
aspek pengajaran di kelas yang akan dikembangkan. Sesungguhnya
fokus kegiatan mereka tidak terlalu penting, apa yang menyebabkan
mereka terfokus pada aspek tersebut? Oleh karena itu kritik pada diri
sendiri dan saran dari pihak lain dapat menciptakan iklim yang
menyenangkan untuk pemberdayaan dunia pendidikan.
Sebuah penelitian tentang pemberdayaan sekolah di enam wilayah
menandai pentingnya menawarkan kemampuan seseorang dalam proses
pemberdayaan. Satu kualitas yang membedakan suatu sekolah yang
berhasil adalah kemauan para pemimpin dan pengelola untuk berbagi
pengetahuan dan saling menilai satu sama lain. Kemauan untuk saling
terbuka dan mengungkapkan kekurangan masing-masing akan
membentuk kekuatan untuk pemberdayaan diri. Melalui cara serupa
dengan secara sukarela mengajar dalam research lesson para pioner
lesson study dapat memecah kebuntuan di antara sesama mereka.
47
BAB VIII
KESALAHAN KONSEP DALAM LESSON STUDY
Lesson study tidak sekedar merencanakan pembelajaran,
lesson study adalah sebuah riset dan pengematan proses
belajar siswa.
- Guru di Amerika Serikat
Nampaknya cukup alami merubah wawasan baru seperti lesson
study menjadi bentuk yang lebih familiar. Sejalan dengan bergulirnya
waktu guru akan tidak merasa ragu mengadopsi lesson study dalam
kondisi di AS. Tetapi pada awalnya nampaknya sangat penting untuk
memahami bagaimana perbedaan lesson study dengan bentuk
pembelajaran yang umum dilakukan di AS. Bab ini akan mengulas 6
macam kesalahan konsep dalam lesson study, yaitu: lesson study adalah
sekedar perencanaan pembelajaran, pembelajaran harus dimulai dari
konsep di atas kertas, pembelajaran harus mengikuti skenario, lesson
study adalah sekedar pembelajaran yang direncanakan di atas kertas lalu
dibagikan kepada tiap anggota kelompok, research lesson hanya sekedar
sandiwara pembelajaran, dan lesson study hanya sekedar riset dasar.
Kesalahan 1: Lesson Study Adalah Sekedar Perencanaan
Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran hanyalah bagian kecil dari lesson
study, proses sesungguhnya meliputi formulasi tujuan jangka panjang,
pengamatan respon siswa pada pembelajaran sesungguhnya, dan
mengkaji ulang bentuk pendekatan pengajaran yang telah dilakukan.
Bahkan rencana pembelajaran dalam lesson study berbeda dengan
rencana pembelajaran yang umum diaplikaskan di AS. Dalam lesson
study guru akan menyusun pertanyaan dan aktivitas yang mendorong
siswa dari wawasan awal mereka menuju wawasan baru yang
dikehendaki. Guru akan mengantisipasi pola pemikiran siswa dalam
48
merespon aktivitas yang disusun. Selanjutnya guru membandingkan hasil
dari skenario yang disusun dengan hasil nyata dalam pelajaran. Reaksi
siswa sesungguhnya akan digunakan untuk mengkaji ulang rencana
pembelajaran serta metode pengajaran secara umum. Fokus lesson study
tidak terpaku pada satu periode pelajaran, akan tetapi pada unit dan visi
pengajaran yang lebih besar dari pelajaran tersebut. Istilah lesson dalam
bahasa Jepang adalah Jugyou yang bermakna pelajaran dan pengajaran.
Kesalahan 2: Pembelajaran Harus Dimulai dari Konsep di Atas
Kertas
Guru di Jepang jarang sekali merencanakan dari catatan tangan
selama lesson study. Sebaliknya mereka mempelajari tahap-tahap dalam
pendekatan yang digunakan dan mengkaji ulang pendekatan tersebut
atau mengadaptasikan pendekatan tersebut dalam setting kelas yang
mereka miliki. Fokusnya terdapat pada pemberdayaan, bukan penciptaan.
Sebelum memulai research lesson nampaknya cukup masuk akal bila
mencari bahan yang baik dalam topik pelajaran. Oleh karena itu para
pakar pendidikan dari luar kelompok akan sangat membantu. Makin
sedikit waktu untuk berkutat pada teori, makin banyak waktu tersedia
untuk mengantisipasi respon dari siswa, mengamati aktivitas siswa, dan
mengkaji ulang kegiatan pelajaran agar dapat dimanfaatkan pada tahap
selanjutnya.
Kesalahan 3: Pembelajaran Harus Mengikuti Skenario
Beberapa tokoh pendidik dari AS mengungkapkan bahwa metode
pembelajaran dari Jepang tidak cocok dengan setting di AS. Hal ini terjadi
karena mereka terpaku pada “script” atau skenario. Guru di Jepang
sebenarnya juga terpaku pada skenario, akan tetapi pada aspek dimana
mereka menyusun pertanyaan dan permasalahan untuk memacu
kemampuan berpikir siswa. Sebagai contoh, para guru yang diamati
Makoto Yoshida membuat perhitungan 12 minus 7 sebagai model untuk
memperkenalkan teknik pengurangan dengan regrouping, hal ini dilakukan
49
setelah mengesampingkan model permasalahan lain yang operasi dan
visualisasinya dianggap terlalu mudah untuk siswa. Ide dasar melakukan
lesson study adalah adalah kegiatan menulis, berbicara, dan presentasi
dalam suatu kegiatan atau permasalahan dapat berpengaruh pada
kemampuan belajar siswa.
Selanjutnya, guru di Jepang terkadang menggunakan kata “script”
atau “drama” untuk menjelaskan seluruh proses pembelajaran, yaitu
pertanyaan yang diajukan guru, solusi dan proses berpikir para siswa, dan
berbagai pengalaman yang dialami siswa yang akan memperkuat
pemahaman mereka. Skenario/script ini membantu para guru untuk
mempertimbangkan pertanyaan yang akan diajukan dan bagaimana
memanfaatkan reaksi siswa untuk memberdayakan mereka.
Bila ternyata guru di AS mendengar tentang guru di Jepang juga
mengikuti skenario, apa yang akan terjadi adalah skenario tidak harus
dicermati dan diterapkan guru dengan ketat. Sebenarnya di sini bukanlah
permasalahannya. Praktisi lesson study yang cakap di Jepang
menyarankan bahwa dalam research lesson, guru lebih hati-hati
mengembangkan materi pembelajaran dan selanjutnya lupakan materi
pembelajaran tersebut sehingga guru dapat memperhatikan wajah para
siswa. Guru di Jepang telah menyadari bahwa pembelajaran adalah
proses yang mengalir tanpa henti dimana banyak hal yang harus
ditentukan dalam sesaat dan bahwa tujuan rencana pembelajaran
terkadang menghasilkan wawasan penting untuk mengembangkan
pembelajaran. Sebuah kelompok lesson study yang telah berpengalaman
menyebut diri mereka Metode Eksplorasi Kutub. Guru yang tergabung
dalam kelompok itu menyebut demikian karena adanya kesamaan antara
mengajar dengan eksplorasi ke daerah kutub. Kedua pekerjaan ini
membutuhkan keterampilan yang mumpuni, latihan yang keras, dan
perencanaan yang matang, tetapi dalam kondisi yang tak terduga
perencanaan dapat dikesampingkan, seperti munculnya badai di kutub.
50
Kesalahan 4: Lesson Study Adalah Sekedar Pembelajaran yang
Direncanakan di Atas Kertas Lalu Dibagikan Kepada Tiap Anggota
Kelompok
Terkadang kita ditanya tentang apakah fokus lesson study hanya
memberikan penyempurnaan dalam proses pembelajaran lalu disertifikasi
dan dipublikasikan saja. Sesungguhnya publikasi hasil lesson study terjadi
karena para guru memilih sendiri model pembelajaran yang mereka suka
dan selanjutnya mereka adaptasi dalam kelas mereka. Jarang sekali suatu
perkumpulan profesional atau individu yang mempublikasikan hasil-hasil
dari kegiatan lesson study pada topik tertentu.
Dunia ini senantiasa berwarna-warni dan selalu berubah. Tidak ada
yang menjamin bahwa metode pembelajaran tertentu akan dapat
diaplikasikan pada semua siswa di semua sekolah atau dapat digunakan
selamanya. Lesson study adalah alat bagi guru agar tanpa berhenti selalu
memperbaiki proses pembelajaran, sehingga senantiasa dapat merespon
reaksi siswa di kelas. Bila terdapat pertanyaan mengapa begitu banyak
sekolah yang mengadopsi tema research yang berkaitan dengan
pemupukan insiatif dan gairah siswa untuk belajar, maka seorang guru di
Jepang akan menjawab bahwa 30 tahun yang lalu siswa di Jepang duduk
terdiam dan mendengarkan semua yang diajarkan guru dan belajar keras
segala yang ditugaskan guru. Siswa pada saat ini tidak punya cukup
waktu untuk memperhatikan guru. Guru juga tidak memiliki status yang
menonjol. Sehingga kita harus bekerja keras menarik perhatian siswa agar
mau belajar sains dan pelajaran lain. Siswa tidak akan pernah mau belajar
hanya dengan nasihat. Guru yang harus aktif mendesain pembelajaran
agar siswa mau belajar sains dan mengolah diri mereka.
Nampaknya pernyataan di atas bukanlah hal yang baru. Lesson
study tidak akan pernah berhenti seperti halnya kehidupan yang
senantiasa berubah. Aspek “lesson” dari lesson study mengacu pada
sistem pengajaran secara keseluruhan. Apakah setiap siswa telah belajar
dan mengembangkan diri? Apakah materi pembelajaran, teknik mengajar,
dan hubungan interpersonal yang kita miliki dapat mewujudkan tujuan
51
jangka panjang untuk siswa? Meskipun lesson study dalam materi teknik
pengurangan dengan regrouping berkahir dengan dihasilkannya model
pertanyaan dan desain yang bagus, akan tetapi pengamatan aspek yang
lain dalam research lesson dapat memicu munculnya lesson study yang
baru dengan arah berbeda. Contohnya adalah bagaimana siswa
berinteraksi dengan teman atau kemampuan membuat inisiatif. Sehingga
tujuan dan materi lesson study tidak akan pernah dimakan waktu, lesson
study akan selalu tumbuh.
Kesalahan 5: Research Lesson Hanya Sekedar Sandiwara
Pembelajaran
Hal yang menarik dalam lesson study di Jepang adalah kesetaraan
status semua partisipan. Setiap tugas dirotasi sehingga semua partisipan
dapat belajar bersama, bukan seperti satu orang yang bertugas sebagai
mentor atau pemimpin. Meskipun terdapat perbedaan tingkat pengalaman,
tiap anggota memiliki hal khusus yang akan dikontribusikan dalam leson
study. Para guru di AS yang telah menyaksikan video “Can You Lift 100
Kilograms?” tertarik saat melihat bagaimana peran instruktur dalam
memberikan perhatian sehingga mendorong setiap anggota memberikan
idenya. Setiap anggota bertanggung jawab membantu pengembangan
bentuk pendekatan, serta menghimpun dan analisis data mengenai siswa.
Lesson study dapat beradaptasi dengan program mentoring,
pelatihan, atau demonstrasi pembelajaran. Akan tetapi situasi tersebut
membutuhkan pemikiran yang cermat. Sebagai contoh, bila terdapat
sedikit guru yang berpengalaman yang mengajar dalam research lesson,
maka proses ini akan berlangsung sebagai remedial. Bila hanya mentor
yang ahli yang mengajar dalam research lesson, maka hal ini terkesan
para mentor satu-satunya yang dapat dijadikan model ketimbang
mendorong pembagian hasil studi, refleksi, dan pemberdayaan.
52
Kesalahan 6: Lesson Study Hanya Sekedar Riset Dasar
Terminologi “lesson study” sebenarnya dapat diterjemahkan
sebagai “research lesson” atau “instructional research”. Guru di Jepang
menganggap lesson study sebagai riset, dan kadang menyisipkan dalam
peta konsep lesson study bentuk hipotesis tentang perubahan dalam
metode pengajaran yang mendorong siswa ke arah yang diinginkan. Akan
tetapi, lesson study mempunyai 2 perbedaan dengan sebagian besar
bentuk riset pendidikan di AS dan bahkan pada beberapa riset serupa.
Pertama, tujuan primer lesson study bukanlah membangun
pengetahuan untuk diaplikasikan orang lain. Lesson study adalah agar
guru dapat memberdaya diri untuk meningkatkan kualitas proses
pengajarannya. Hal ini dilakukan secara langsung dalam research lesson
dan secara tidak langsung melalui segala hal yang dipelajari guru selama
proses dan memanfaatkannya di masa mendatang. Para pendidik di
Jepang umumnya selalu membagi-bagikan pengalaman mereka seputar
research lesson, akan tetapi tidak dapat diasumsikan bahwa hasil
kegiatan di setting tertentu akan dapat digunakan di setting yang lain.
Tujuan primer lesson study akan selalu berupa pemberdayaan proses
pengajaran sesuai dengan kondisi masing-masing guru, selanjutnya
melakukan dokumentasi segala proses pengajaran agar semua pihak
yang berminat dapat memahami dan mengambil manfaatnya. Kelompok
kontrol, pengujian reliabilitas, inferensi statistik, observer yang awam
terhadap hipotesis, dan riset lain yang serupa yang diarahkan untuk
cenderung menerapkan hasil dari satu riset untuk semua setting tidak
diterima dalam lesson study. Di sisi lain, manfaat primer memberi
dorongan pada siswa dalam setting ini berarti ruang kelas dijadikan
sebagai tempat pengumpulan informasi cara siswa merespon pelajaran
dan hal yang telah mereka pelajari.
Kedua, lesson study adalah bentuk upaya perbaikan secara aktif,
tidak sekedar berupa ide atau pertanyaan. Bentuk pertanyaan seperti
“Mengapa sebagian siswa aktif dalam kegiatan problem solving sains,
sementara yang lain tidak?” akan menjadi pemandu riset atau inkuiri di
53
AS. Suatu pertanyaan dalam lesson study akan dimodifikasi dalam bentuk
intervensi aktif. Sebagai contoh, pertanyaan tersebut akan diubah menjadi
seperti “apakah kumpulan permasalahan (seperti mengangkat karung
seberat 100 kilogram) mampu mendorong partisipasi siswa dalam
kegiatan pemecahan kasus sains?” sebuah proses pembelajaran dikaji
ulang, lalu diuji coba dan tingkat partisipasi siswa dipelajari. Arah lesson
study tidak untuk mengisolasi variabel tertentu dan mempelajari efeknya
secara terpisah, tetapi menggunakan segala kualitas yang mendukung
proses pengajaran yang baik. Hal tersebut diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari, bukan hanya saat research lesson sehingga para kolega
dapat menyaksikan efek kumulatif praktik lesson study di kelas dan
sekolah. Nampaknya seseorang akan kebingungan bila menyaksikan
tayangan video Secrets of Trapezes dimana seorang guru menyatakan
bahwa kegiatan research lesson untuk pelajaran pendulum sebagai
“latihan” untuk menghadapi research lesson terbuka untuk materi
pengungkit pada musim gugur yang akan datang. Bagaimana mungkin
pelajaran pendulum dijadikan latihan untuk pelajaran pengungkit?
Beberapa guru menjelaskan bahwa kedua pelajaran tersebut memiliki
kemiripan, dimana akan memberikan wawasan tentang filosofi pendidikan
sains di sekolah dan filosofi pembinaan siswa dalam gairah, keterampilan,
dan pola pikir ilmiah, sekaligus kemampuan siswa mencerna pelajaran
sains.
Dalam model riset tradisional, riset diaplikasikan dalam praktik.
Dalam lesson study, praktik itu sendiri adalah sekaligus sebagai riset
(perhatikan Gambar 3 pada Bab 2). seorang dokter mendiagnosis
penyakit alergi susu dengan menganjurkan pasien berhenti minum susu
dan melihat pengaruhnya. Lesson study juga menggunakan metode yang
sama. Sebagai contoh, seorang guru mencatat permasalahan seperti
motivasi rendah dalam belajar sains akan melakukan perubahan dalam
pendekatan metode mengajarnya. Selanjutnya diamati apakah terjadi
perubahan. Praktik medis dan mengajar adalah sains klinis, pada
54
dasarnya berhubungan dengan upaya memberdaya kondisi para klien dan
secara sekunder berhubungan dengan membangun pengetahuan aplikatif.
Kekhilafan adalah hal yang wajar dalam proses belajar. Kesalahan
konsep lesson study adalah hal yang alami dalam proses memahami
lesson study dan mewujudkannya di AS. Kesalahan konsep justru menjadi
bukti bahwa lesson study diterima dengan baik oleh para pendidik di AS.
Nilai positif apa yang dapat membantu para pendidik di AS untuk
memperbaiki segala kekhilafan dan membangun wawasan yang baru
tentang lesson study? Hal ini akan diulas pada bab berikutnya.
55
BAB IX
LANGKAH SELANJUTNYA
Sesungguhnya perjalanan adalah semu. Perjalanan akan
menjadi nyata bila dilalui bersama.
- Antonio Machado
Ketelatenan dan keterampilan akan mewujudkan hampir
segala hal.
- Samuel Johnson
Buku “The Teaching Gap” dianggap telah menyebarluaskan
pengaruh lesson study karena materinya mengulas sistem semacam
lesson study yang diuji coba di AS. Tetapi dapatkah lesson study bekerja
dengan baik di AS? Bagaimana menentukan apakah lesson study
bermanfaat bagi pendidik di AS sebagaimana di jepang? Kemudian
apakah lesson study akan menjadi trend sementara yang sekedar diuji
coba lalu tidak ditindaklanjuti? Bab ini akan mengulas kondisi yang
dibutuhkan agar lesson study berjalan dan efektif di AS.
Buku The Teaching Gap diterbitkan pada tahun 1999 dan sejak
saat itu lesson study telah berwujud dalam berbagai bentuk, tampil di
berbagai konferensi nasional di AS, menarik perhatian ribuan pendidik
untuk hadir di berbagai open house lesson study, dan telah ditampilkan di
berbagai media massa dan profesional. Sejarah pendidikan di AS
diramaikan oleh berbagai inovasi yang disambut dengan baik, namun
sayang selanjutnya terbukti tidak efektif. Lesson study dapat pula
mengikuti jejak pendahulunya, yaitu mulanya ditampilkan dengan
semangat, lebih menonjolkan berbagai atributnya tanpa menekankan
prinsipnya, dan pada akhirnya tidak efektif pula.
Lesson study sesungguhnya wacana yang sederhana, tetapi
prosesnya sungguh tidak mudah. Penentuan target, penghimpunan data,
diskusi proses pelajaran, perencanaan kolaboratif, dan pengajaran ulang
yang dilakukan selama lesson study masih merupakan hal yang asing
56
bagi sebagian besar guru di AS. Rangkaian proses di atas tidak dirancang
untuk kondisi di AS sehingga terlebih dahulu harus diadaptasikan dengan
seksama. Seorang tokoh pendidik Deborah Loewenberg Ball berpendapat
bahwa penerapan lesson study bukanlah berupa “implementasi program”,
akan tetapi sebagai adaptasi dan penyusunan wacana baru. Untuk
mewujudkan proses adaptasi, guru di AS perlu menciptakan kondisi
seperti waktu, kurikulum terfokus, dan dukungan untuk proses
pembelajaran trial and error, tentunya dengan dukungan untuk antisipasi
kekhilafan dan kekecewaan. Tahap ini adalah awal yang berat.
Pada umumnya proses reformasi pembelajaran banyak mengalami
kegagalan, sebagaimana diungkapkan sebelumnya. Hal ini disebabkan
adanya kecenderungan menonjolkan sisi penampilan daripada unsur
esensialnya. Sebagai contoh, dapat dibayangkan dalam lesson study
dimana pemerintah daerah mencanangkan program lesson study.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara melibatkan guru secara kolaboratif
menyusun dan mendistribusikan rencana pembelajaran (salah satu ciri
lesson study). Di sisi sebaliknya, rencana pembelajaran sendiri tidak
memiliki peran yang penting dalam pemberdayaan keterampilan
mengajar. Kemajuan dalam pembinaan guru profesional lebih terletak
pada pengalaman dalam penentuan tujuan secara kolaboratif,
perencanaan, observasi, dan diskusi pelajaran. Inovasi bukan merupakan
bentuk lesson study, para perintis lesson study harus mengenal bentuk
esensial lesson study berdasarkan kerja yang seksama dan berkelanjutan,
dengan melakukan refleksi apakah kegiatan lesson study yang dilakukan
telah menunjukkan pengalaman yang signifikan seperti yang digambarkan
pada Bab , serta mengamati apakah proses awalnya telah menunjukkan
aspek yang ditunjukkan dalam Bab 2.
Bila ternyata lesson study dapat berjalan di AS, hal ini mungkin
karena upaya beberapa kelompok guru mengadaptasikan bentuk
pendekatan ini dalam kondisi di AS dan saling berbagi pengalaman. Para
perintis lesson study ini berhasil karena telah menemukan bentuk
pendekatan yang benar-benar aplikatif. Di sisi lain mereka telah
57
merasakan bahwa upaya mereka akan membantu mereka memahami
keadaan siswa, proses pembelajaran, dan materi pelajaran. Lesson study
telah membantu para guru mengajar dengan sistem yang lebih efektif.
Pada mulanya, lesson study di AS tidak menampakkan hasil seperti
halnya di Jepang dimana banyak terdapat pakar dan publikasi seputar
lesson study. Lesson study akan dapat diterima bila para pendidik di AS
termotivasi bekerja keras menampilkan lesson study di AS. Para guru di
AS merasakan adanya kepuasan secara profesional karena lesson study
telah membuktikan bahwa kegiatan mengajar sehari-hari pada saatnya
nanti akan menentukan terwujudnya tujuan jangka panjang mereka. Di sisi
lain terungkap adanya kepuasan secara intelektual karena lesson study
membuktikan pemecahan suatu kasus ternyata terkait dengan proses
belajar siswa. Efektifitas lesson study telah menjadi sisi lain yang
memotivasi para guru. Nick Timpone dari Sekolah Paterson 2
menceritakan bahwa lesson study telah membuat para guru mampu
menyadari pentingnya berinteraksi dengan siswa setiap saat. Lesson
study menuntut guru untuk berefleksi sejauh mana mereka mampu
menarik perhatian siswa dan kemampuan untuk mengubah gaya
mengajar. Lesson study menjadikan dirinya guru yang lebih reflektif dan
sabar. Pada saat ini dirinya lebih menikmati profesinya sebagai guru.
Lesson study juga memberi dorongan bagi guru untuk
mengupayakan pemberdayaan diri dan mewujudkannya di dalam kelas.
Dalam gambar 21, guru di AS pada umumnya menghadapi berbagai
model inovasi dalam pembelajaran, akan tetapi mereka justru tidak
memiliki waktu yang cukup untuk mengimplementasikan berbagai model
tersebut. Gambar 22 menunjukkan bahwa guru di jepang juga
menghadapi berbagai tekanan untuk segera menciptakan perubahan
dalam dunia pendidikan. Hal ini mungkin disebabkan budaya masyarakat
industrial. Hanya saja guru di Jepang menghadapi tuntutan yang relatif
sedikit, koheren, dan dapat diatasi secara bersama. Lesson study di
Jepang menjadi wahana bagi guru untuk berdiskusi, melakukan uji coba,
dan mengkaji ulang arah reformasi pendidikan Jepang, yaitu menjadikan
58
siswa memiliki kemauan untuk belajar dan belajar dengan semangat. Guru
di AS sepertinya sudah mengalami kejenuhan. Akan tetapi karena leson
study terbnukti berhasil, maka guru di AS harus mengesampingkan
kejenuhannya dan sebaliknyaberupaya menjadikan lesson study sebagai
proses yang akan membantu menghadapi berbagai tuntutan dan
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, atau mencampakkannya
bila terbukti tidak berguna.
Keberhasilan lesson study diterapkan di AS bukan berarti
memberikan pujian yang berlebihan bagi para perintisnya, keberhasilan
tersebut lebih dikarenakan upaya bersama berbagai pihak untuk
mengadaptasikan lesson study dalam kondisi AS. Di sisi lain adalah
keberhasilan telah menjadikan lesson study sebagai bentuk pendekatan
yang bermanfaat bagi guru yang mendambakan pemberdayaan
keterampilan mengajar mereka. Faktor lain yang mendukung adalah
kemauan untuk saling berbagi pengetahuan sebagaimana para guru di
Sekolah Paterson 2 dan Sekolah San Mateo yang mengungkapkan hasil
research lesson mereka kepada khalayak dunia pendidikan AS. Para
siswa dari kedua sekolah tersebut memiliki kegemaran belajar matematika
sehingga dapat mengingatkan betapa pentingnya kerja keras menerapkan
lesson study. Seorang perintis lesson study dari Sekolah Paterson 2
bernama, Bill Jackson mengisahkan bahwa mengatakan pada guru di AS
bahwa lesson study itu mudah adalah kesalahan besar. Lesson study
adalah pekerjaan yang berat dan membutuhkan banyak persiapan. Akan
tetapi upaya yang keras akan sebanding dengan hasil yang didapat.
Hasilnya berupa pemberdayaan kemampuan mengajar secara nyata.
Perintis lesson study harus memiliki mental baja untuk mendobrak
tradisi yang mengekang kebebasan sekolah, serta pekerjaan ini
membutuhkan modal intelektual dan kemampuan interpersonal. Apakah
Anda siap untuk lesson study?
59
Peningkatan nilai pada ujian terstandarisasi
Penggunaan assesmen autentik
Penanggulangan pemakaian
narkoba
Integrasi teknologi
Siswa memahami
yang diajarkan
Memakai pembelajaran
kooperatif
Materi pelajaran sesuai dengan
kebijakan daerah
Kurikulum baru selaras dengan
pedoman pemerintah
Gambar 21. Tekanan yang Dihadapi Guru di Amerika Serikat
Rubrik Penilaian Daerah terbaru
Assesmen Autentik
Kurikulum Daerah
Kurikulum Model Pemerintah
Pedoman Nasional
Kerangka Kerja Daerah
Buku Teks Sains
Pemerataan Pendidikan
Abad 21
60
Diskusi tentang revisi national course of study
Penekanan pada
pembelajaran yang lebih aktif
Siswa jaman sekarang menghabiskan waktu
menonton TV dan bermain game komputer. Saat di sekolah mereka
harus punya inisiatif
Tema berikutnya dari Tujuan Nasional
Pendidikan adalah sikap antusias dalam belajar
TV dan video game mengurung siswa di
kamar
Kalau begitu tema lesson study kita adalah
mendorong siswa agar berinisiatif untuk belajar
dan banyak bergaul
REVISI NATIONAL COURSE
OF STUDY
Gambar 22. Tekanan yang Dihadapi Guru di Jepang
National Course of Study
Buku Teks Sains
Research Lesson
Pemerataan Pendidikan
Abad 21
61
LAMPIRAN 1
Penggunaan Papan Tulis dan Keterampilan Menulis Siswa:
Seni yang Dilahirkan dari Lesson Study
Melalui lesson study para guru di Jepang menciptakan istilah teknis
tersendiri di bidang kegiatan belajar dan mengajar. Sebagai contoh, kata
bansho yang diartikan sebagai metode penggunaan papan tulis. Padahal
sesungguhnya bansho terdiri atas kata ban (papan) dan sho (menulis). Istilah
ini hanya populer di kalangan guru, sehingga kata ini tidak akan ditemukan
tafsirannya dalam kamus biasa.
Bansho dianggap penting untuk keperluan asesmen para kepala SD
sehingga bansho dijadikan sebagai salah satu bentuk keahlian yang harus
dimiliki untuk menunjang pembelajaran siswa. Dua keahlian yang lain adalah:
● Hatsumon, yaitu pertanyaan dan bentuk aktivitas yang dirancang untuk
memacu siswa berpikir secara mendalam akan permasalahan yang
mereka hadapi.
● Neriage, yaitu proses yang menggambarkan ide-ide siswa dan cara
menggunakannya untuk mengarahkan siswa memecahkan
permasalahan secara bersama dan optimal.
Dalam pelajaran matematika di Jepang, papan tulis tidak hanya
digunakan sekedar menuliskan permasalahan, menampilkan hasil kerja siswa,
menunjukkan jawaban dan prosedur kerja, dan mencatat konsep dan rumus
penting. Papan tulis juga digunakan untuk mengorganisasi hasil pemikiran dan
cara berpikir siswa, merekam hasil diskusi siswa, dan menuliskan rangkuman
materi pelajaran. Dalam pikiran para guru, papan tulis bukanlah sekedar tempat
untuk menulis materi penting yang harus diingat siswa, akan tetapi adalah alat
untuk mengorganisasi pemikiran dan diskusi siswa. Hal ini bermanfaat untuk
memperkuat pengalaman hasil belajar.
Pentingnya penggunaan papan tulis juga ditekankan dalam istilah
bansho-keikaku, yang diartikan sebagai desain penggunaan dan organisasi
papan tulis. Perencanaan penggunaan papan tulis terkadang nampak dalam
lesson study, dan pengorganisasian papan tulis adalah salah satu topik
62
analisis dalam research lesson.
Guru di Jepang menggunakan prinsip berikut untuk merencanakan dan
mengevaluasi penggunaan papan tulis.
● Apakah siswa dan guru memahami jalannya pelajaran dari papan tulis?
Apakah penggunaan papan tulis telah logis dan koheren untuk
membantu siswa memahami pelajaran?
● Apakah tujuan dan aktivitas pelajaran nampak dengan jelas di papan
tulis?
● Apakah papan tulis dapat mencerminkan pendapat, cara berpikir, dan
ide siswa?
● Apakah papan tulis dapat menunjukkan bagaimana ide siswa ditantang
dan dikembangkan melalui diskusi kelas?
● Apakah materi yang ditampilkan di papan tulis bermakna bagi siswa dan
efektif untuk membangun pemahaman siswa?
Guru terkadang mengomentari bahwa cara menggunakan papan tulis
oleh guru dapat dilihat dari kemampuan mencatat siswanya. Siswa tidak dapat
diharapkan menjadi terampil mencatat di bukunya jika tidak memiliki contoh
yang baik dari papan tulis. Sebagian besar guru mempersiapkan handout pada
awal tahun ajaran untuk membantu siswa belajar menulis. Pada trimester
pertama, handout nampak berupa kalimat pertanyaan dan ruang kosong untuk
mengisi jawaban, berbagai penjelasan, segala jawaban, dan refleksi kegiatan
belajar (sebagai contoh, hal apa saja yang ditemukan, dipahami, dan dirasakan
oleh siswa). Sebagian guru juga memerintah siswa untuk mencatat jawaban
teman dan apa yang mereka pikirkan tentang jawaban temannya. Terkadang
siswa diharapkan menyalin isi handout ke dalam buku tulis, sehingga handout
akan nampak ringkas. Seiring berjalannya waktu, secara perlahan guru tidak
lagi memberi handout dan selanjutnya memerintah siswa untuk lebih banyak
mencatat dalam buku. Sebagai contoh, guru hanya memberikan fotokopi
naskah suatu permasalahan dan siswa menuliskan penjelasan dan refleksi di
buku catatan mereka. Selanjutnya siswa mengumpulkan buku tulis mereka agar
guru dapat mengevaluasi dan memberi saran untuk perbaikan.
63
Perencanaan penggunaan papan tulis kurang diminati dalam pelajaran
matematika di AS. Pada umumnya papan tulis diisi dengan materi yang tidak
terkait dengan pelajaran dan menyisakan tempat yang sempit untuk
menunjukkan informasi penting agar pelajaran dapat dikuasai. Penggunaan
papan tulis lebih dari satu di tempat berbeda (di depan, di belakang, di tepi, dan
papan tulis beroda) menyebabkan terpecahnya informasi, sehingga siswa
kesulitan dalam memfokuskan perhatian, dan menyimpang dari koherensi
pelajaran. Informasi dapat ditulis dan dihapus secara tidak terorganisir. Papan
tulis di AS umumnya digunakan untuk menjelaskan berbagai prosedur, jarang
sekali digunakan untuk membangun konsep matematika bersama dengan ide-
ide siswa. Terlebih bila memakai OHP, maka informasi penting untuk
membantu siswa memahami pelajaran musnah begitu saja saat OHP
dimatikan.
Para guru yang memfokuskan perhatian pada keterampilan menulis
siswa akan menyadari bahwa organisasi papan tulis secara seksama memiliki
manfaat yang sama seperti memberi instruksi langsung dan umpan balik di
buku tulis. Lesson study adalah kesempatan untuk mengeksplorasi dan
memoles keahlian seni papan tulis dan menulis.
64
LAMPIRAN 2
PERENCANAAN PANDUAN BELAJAR MATAPELAJARAN SAINS
Berdasarkan Research Lesson dalam
Video Can You Lift 100 Kilograms?
1. Unit: Cara Kerja Pengungkit
2. Tujuan
● Siswa mampu menginvestigasi desain dan operasi pengungkit dengan
mengubah posisi dimana gaya diberikan dan resultan gaya.
● Untuk mempelajari bahwa:
a) Sudut pengungkit akan berubah bila posisi beban digeser, meskipun
berat beban tidak berubah.
b) Pengungkit memiliki 3 titik utama, yaitu: titik tumpu, titik gaya, dan titik
resistan.
c) Dalam cara kerja pengungkit, ada hubungan antara besar gaya yang
diberikan dengan letak gaya yang diberikan. Pada saat terjadi
kesetimbangan pengungkit, besar dan posisi gaya saling
berhubungan satu sama lain berdasarkan hukum kekekalan.
3. Keterkaitan dengan Fokus Research
Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak seringkali memakai prinsip
pengungkit tanpa mereka sadari. Mereka lebih banyak menggunakan
pengungkit berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya. Perlu disadari
dalam unit ini bahwa dengan menemukan aturan dan hukum kerja pengungkit,
siswa akan menemui pengalaman baru tentang manfaat alat-alat yang
menggunakan prinsip pengungkit. Bila siswa menyadari bahwa ada hukum
alam yang bekerja pada alat-alat sehari-hari, hal ini akan menjadi pengalaman
menarik bagi siswa.
Selanjutnya siswa akan dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok dan
mereka akan mendapat sejumlah menfaat yang hanya dapat diraih dengan
kerja sama secara kooperatif. Selama kegiatan berlangsung, siswa dapat
65
menggunakan ide-ide temannya sebagai referensi sehingga siswa terpacu
untuk menggali ide mereka lebih dalam, dan hal ini juga menjadi alasan unit ini
digunakan untuk lesson study.
4. Kondisi Aktual Siswa
Cukup banyak siswa yang tertarik dengan pelajaran sains karena
maraknya kegiatan eksperimen dan beragam tugas menarik. Siswa laki-laki dan
perempuan dapat bekerja sama dengan baik dan kooperatif, tetapi ada
beberapa siswa yang sulit berbaur dalam kegiatan macam ini.
Pada umumnya siswa nampak serius dan memiliki kemauan bekerja
apapun sesuai yang diperintahkan, tetapi mereka cenderung memiliki
kekurangan untuk terbuka dan mengungkap ide mereka sendiri. Perlu dicatat
bahwa beberapa siswa kesulitan melakukan presentasi dengan percaya diri
karena mereka tidak memiliki ide dan prediksi sendiri.
5. Langkah Penyelesaian Fokus Research
(1) Strategi Proses Pembelajaran
Berdasarkan kondisi aktual siswa, rencana pengajaran diarahkan
untuk mendorong siswa bergulat dengan materi pelajaran secara
alami.
Bagian ke-1 (Pelajaran 1-4)
Pada bagian ini alur proses belajar dirancang sebagai berikut.
Melalui alur semacam ini tiap siswa diharapkan mampu menangkap
permasalahan dan memberi solusi secara mandiri.
Bagian ke-2 (Pelajaran 5-7)
Bagian 2 menggunakan pengungkit laboratorium terkalibrasi yang
membantu siswa menemukan sendiri kondisi pengungkit di saat
Mengenali permasalahan
Menyusun prediksi
Diskusi Verifikasi Konsolidasi Mendapat pengalaman
baru
66
setimbang dan belum setimbang.
Bagian ke-3 (Pelajaran 8-9)
Pada bagian ini guru membantu siswa menyadari bahwa banyak
sekali alat-alat yang menggunakan prinsip pengungkit dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga selanjutnya siswa dapat
mengaplikasikan segala yang telah dipelajari. National Course of
Study terbaru menyatakan unit ”Berat dan Kesetimbangan” yang
diajarkan di kelas 4 selanjutnya akan digabungkan dalam unit ini.
Oleh karena itu materi tentang neraca kesetimbangan akan diajarkan
dalam unit ini pula. Seluruh cakupan rencana pembelajaran
dirancang untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan
memacu semangat siswa agar dapat menggali fakta-fakta sains, dan
untuk mewujudkan pembelajaran yang membawa manfaat bagi
kehidupan sehari-hari. Para guru berharap dapat membangkitkan
minat belajar siswa melalui unit ini.
(2) Strategi dalam Materi Kurikulum
Guru mengupayakan untuk memanfaatkan bahan-bahan yang
mudah didapat di lingkungan sekitar untuk menarik perhatian siswa.
Pemberat yang digunakan adalah karung pasir. Siswa telah memiliki
pengalaman mencoba memindahkan karung pasir dalam pelajaran
olahraga. Sebagai tambahan, kegiatan memindahkan karung pasir
adalah kegiatan yang dapat memberikan pandangan yang jernih
tentang masalah yang dihadapi siswa. Selanjutnya, menggunakan
tongkat untuk menggerakkan karung pasir akan membuat siswa
menyadari bahwa obyek di sekitar mereka dapat menjadi alat yang
berguna dengan sedikit sentuhan sains. Di antara perkakas yang
menggunakan prinsip pengungit, guru menentukan satu alat, yaitu
peremuk kaleng yang saat ini disukai siswa modern karena berguna
untuk kegiatan sadar lingkungan.
67
(3) Strategi untuk dukungan dan Evaluasi
Guru mempersiapkan lembar kerja untuk tiap permasalahan yang
disajikan dalam pelajaran, lembar ini juga dipakai untuk mengukur
kedalaman dan kelancaran keterampilan berpikir siswa. Siswa yang
tidak memiliki rasa percaya diri untuk mengungkapkan dan berbagi
pemikiran dapat menuliskan segala yang mereka pikirkan di lembar
kerja, oleh karena itu mereka dapat mengorganisasi ide-ide mereka.
Selanjutnya secara perlahan mereka akan meninggalkan kebiasaan
menulis karena mereka mampu memperdalam kemampuan berpikir
mereka melalui diskusi kelompok.
Guru juga ingin mengembangkan nilai tsubuyaki (bentuk perasaan
yang tercermin dari dalamnya napas) pada siswa selama kegiatan
percobaan. Kegiatan pada unit ini dilakukan dengan team teaching,
oleh karena itu diharapkan guru dapat menangkap tsubuyaki lebih
dalam, lalu berupaya menyebarkan tsubuyaki tersebut pada siswa
lain. Melalui cara tersebut diharapkan mampu memperdalam
kemampuan berpikir siswa.
(4) Strategi dalam Kegiatan Belajar
Hal ini tergantung pada konteks yang diajarkan, terdapat beragam
strategi yang diterapkan untuk mengelompokkan siswa. Pada unit ini
guru memutuskan untuk mengelompokkan siswa berdasar
kesamaan ide untuk memecahkan permasalahan. Hal ini akan
membuat diskusi dalam kelompok lebih bermakna. Melalui cara
menyatukan siswa berdasar kesamaan ide, siswa akan mampu
memperdalam dan mengolah kemampuan berpikirnya. Di sisi lain,
perasaan untuk berkompetisi di antara kelompok akan memacu
siswa meraih tujuan yang tinggi dan bekerja lebih keras dalam
menyusun rencana percobaan.
68
6. Rencana Pembelajaran (Rencana Unit: Sembilan Pelajaran @ 45 menit)
Kegiatan Belajar Pelajaran Bagian 1. Memindahkan Objek yang Berat
Metode/Hal yang Perlu Dicatat
1 Apa yang harus dilakukan untuk mengangkat beban berat dari permukaan tanah?
• Berapa bebannya? • Peralatan apa yang akan
digunakan? • Bagaimana prosedurnya?
Support/Evaluasi: Lembar Kerja Materi Kurikulum: Karung pasir
2 dan 3 (Research Lesson)
Melakukan percobaan • Dapatkah terangkat? • Bagaimana rasanya? • Apakah ada cara lain yang lebih
mudah? • Mencoba dengan tongkat. • Mencoba menggeser posisi
angkatan. • Mencoba menggeser tempat
tumpuan. • Apa yang terjadi dengan beban?
Aktivitas Siswa: Mengelompokkan siswa berdasarkan kesamaan ide. Materi Kurikulum: Karung pasir, tongkat, dan peralatan lain yang diusulkan siswa. Support/Evaluasi: Lembar kerja, Komentar Siswa
4 Berupaya menemukan prinsip untuk memindahkan benda berat.
• Memikirkan hubungan antara titik penumpu dan titik gaya.
• Memikirkan tentang besar gaya yang diberikan pada titik gaya.
Bagian 2. Prinsip yang Mengatur Kesetimbangan Pengungkit
5 Menemukan prinsip-prinsip pengungkit sesaat beban mulai terangkat.
• Memikirkan apa yang terjadi dengan beban bila kita mengubah jarak antara penumpu dengan titik resistan dan penumpu dengan titik gaya, kemudian bila kita mengubah berat beban yang akan diangkat.
Support/Evaluasi: Lembar Kerja Komentar Siswa
6 Menemukan prinsip pengungkit sesaat terjadi kesetimbangan.
• Mencoba menyeimbangkan pengungkit dengan cara mengubah jarak antara penumpu dan titik resistan, kemudian antara penumpu dan titik gaya, kemudian dengan mengubah berat beban.
Support/Evaluasi: Lembar Kerja Komentar Siswa
69
7 Membandingkan prinsip pengungkit saat terjadi kesetimbangan dan saat belum setimbang.
• Menyamakan persepsi: bagaimana pengungkit setimbang atau belum setimbang tergantung pada besarnya ”berat beban x jarak dari penumpu” pada lengan kanan dan kiri tuas pengungkit.
Bagian 3. Mengidentifikasi Perkakas yang Menggunakan Prinsip Pengungkit
8 Mencoba menggunakan perkakas yang memanfaatkan prinsip pengungkit di saat setimbang.
• Memakai neraca timbang
Proses Belajar: Neraca Timbang
9 Menggunakan beberapa perkakas yang memanfaatkan prinsip pengungkit saat tidak setimbang.
• Memakai peremuk kaleng. • Memakai pembuka tutup botol. • Memakai gunting kuku. • Memakai gunting.
Materi Kurikulum: Peremuk Kaleng
7. Pelajaran Hari Ini
(1) Tujuan Pembelajaran
• Siswa diharapkan secara aktif memahami bahwa bila beban
yang berat tidak dapat dipindahkan dengan tangan kosong,
maka harus menggunakan alat.
• Siswa diharapkan memperdalam kemampuan berpikirnya
dengan mengungkapkan pendapatnya pada teman-temannya.
• Siswa diharapkan memperhatikan prosedur keselamatan dan
bekerja sama dengan teman selama melakukan percoban.
70
(2) Pengembangan Pelajaran
Kegiatan Guru 1 Kegiatan Belajar Hal Penting yang Perlu Dicatat
Kegiatan Guru 2
Panduan pada seluruh siswa: Memeriksa kondisi eksperimen dan saran untuk kelompok Panduan pada seluruh siswa: Menentukan arah kemajuan yang akan dicapai untuk kegiatan eksperimen selanjutnya. Memberi panduan dan saran pada kelompok yang mengangkat kerung no.1.
Mencoba mengangkat karung pasir no.1: Memakai perkakas yang biasa digunakan sehari-hari. Hanya satu orang yang mengangkat beban. Setiap anggota kelompok diberi tugas mengangkat beban. Memastikan beban telah terangkat: Kelompok yang berhasil dengan karung no.1 mencoba metode yang sama pada karung no.2. Bila tidak berhasil, kelompok diperintahkan mencari metode yang lebih mudah untuk karung no.1 untuk diterapkan kembali pada karung no.2.
Karung no.1 memiliki bobot sekitar 30 kg. Kelompok yang pertama kali mengutarakan pendapatnya mendapat kesempatan pertama melakukan percobaan. Hasil percobaan direkam dalam lembar kerja sesuai dengan yang didiskusikan dengan kelompok. Karung no.2 memiliki bobot 100 kg. Hasil percobaan direkam dalam lembar kerja sesuai dengan yang didiskusikan dengan kelompok.
Memberi panduan dan bantuan untuk tiap anggota kelompok. Memberi panduan dan saran pada kelompok yang bekerja dengan karung no.2. Memberi panduan untuk seluruh kelas bahwa beban dapat terangkat oleh kelompok yang menggunakan tuas pengungkit.
(3) Evaluasi Kegiatan Pelajaran
• Setelah merasakan betapa beratnya mengangkat beban berat
dengan tangan, apakah siswa mulai beralih menggunakan
pengungkit untuk memudahkan mengangkat beban?
• Apakah siswa mampu memperdalam kemampuan berpikirnya
melalui diskusi dengan teman mereka?
• Apakah siswa mampu bekerja sama dan mematuhi prosedur
keselamatan selama percobaan?
71
8. Kelompok yang Melakukan Percobaan (model rencana pembelajaran
sesungguhnya mencantumkan nama seluruh siswa).
Memakai tongkat dan mencoba menggunakan sesuatu sebagai penumpu
Mencoba mengangkat dengan memakai katrol dan
menggunakan badan sebagai pemberat Mencoba mengangkat
dengan memakai katrol dan menggunakan pemberat di
ujung lainnya
Memakai tongkat tanpa menggunakan penumpu
Mencoba menggulingkan karung dan meletakkan ke atas kereta
Lembar kerja masih kosong, belum menyusun
ide
72
Mengenai Team Teaching
Pada awal tahun ajaran telah dilakukan pembinaan team teaching
selama 8 jam tiap minggu. Pada tahun ini kelas sains 5 dan 6 digunakan untuk
kegiatan team teaching, dan program ini akan dimulai pada bulan April. Setelah
mencermati jadual dan materi kegiatan, selanjutnya kegiatan dirancang sebagai
berikut.
Semester 1 dan 3....... kelas 6......... 3 jam per minggu x 2 kelas
Semester 2................. kelas 5......... 3 jam per minggu x 2 kelas
Dua kelas yang tersisa digunakan untuk persiapan pelajaran.
Pada saat team teaching dilaksanakan, guru mencatat beberapa hal
yang tidak diprediksi sebelumnya. Hal tersebut adalah sebagai berikut.
Kelebihan Kekurangan • Terdapat banyak kesempatan untuk
mencoba model eksperimen baru. • Guru memiliki 3 perspektif dalam
pembelajaran sains pada kelas ini, masing-masing guru juga berbagi tugas dalam persiapan kegiatan.
• Tingkat keselamatan dalam kegiatan ditingkatkan.
• Lebih mudah dalam menangkap suara-suara siswa dan memberikan bantuan untuk mereka.
• Tergantung pada materi yang diajarkan, seperti pada kegiatan observasi secara kontinu, atau pada kegiatan yang terkait dengan cuaca dan suhu, nampaknya merupakan kegiatan yang dirasakan lebih mudah bagi guru.
• Memperkirakan pembagian waktu cukup sulit.
• Kesulitan dalam menyusun jadual pemakaian ruangan kelas.
• Tidak ada waktu untuk menyusun perencanaan. Pada akhirnya jadual ditentukan sebagai berikut.
Kelas 6: libur Kelas 5: research lesson pengganti
(Rencana pengajaran juga disertakan pada tiap lembar fotokopi handout pada
pelajaran terkait)
73
LAMPIRAN 3
RENCANA PANDUAN BELAJAR MATAPELAJARAN MATEMATIKA
(Pengajaran Umum Ke-2 dalam Research Lesson)
Tanggal : 27 November 1998
Siswa : Kelas 5-B (36 siswa, 17 laki-laki, 19 perempuan)
Pembina : Yumiko Tanaka dan Michiko Honma
Tema Research : Membimbing siswa untuk memiliki semangat besar untuk
belajar.
1. Unit: Lingkaran dan Poligon Regular
2. Latar Belakang Unit yang Diajarkan
Materi lingkaran telah diajarkan di kelas 3, materi konsep dan sifat
poligon diajarkan di kelas 5 pada awal unit ”Kongruensi segitiga dan
segiempat”. Pada unit ini, guru akan menggunakan mainan berbentuk hexagon
yang dibuat untuk siswa kelas 2 untuk memperkenalkan konsep dan sifat
poligon beraturan, serta mengembangkan strategi untuk menggambarkan
bentuk tersebut.
Pada materi lingkaran, melalui pengamatan contoh-contoh yang nyata;
tugas menggambar lingkaran dan mengukur panjang keliling lingkaran; maka
siswa akan menemukan bahwa panjang keliling lingkaran adalah kurang lebih
3,14 kali panjang diameter, selanjutnya siswa akan merangkum hubungan
antara panjang keliling dengan diameter dalam bentuk rumus pasti.
Guru memprediksikan bahwa siswa akan mampu mengembangkan
pemehaman mereka akan konsep lingkaran melalui kegiatan yang mereka
jalani. Contohnya seperti saat siswa menghitung panjang keliling dari berbagai
bentuk, menggambar berbagai rupa bentuk, dan menemukan hubungan antara
keliling dan diameter.
Siswa akan mampu menemukan bahwa mereka dapat menghitung luas
lingkaran dari nilai jari-jari dan keliling. Hal ini dilakukan dalam kegiatan yang
menggunakan diagram lingkaran yang terbagi, dan menuliskan rumus luas
74
lingkaran, serta hubungan antara keliling dan diameter yang dipelajari
sebelumnya
Sebagai tambahan, guru menginginkan adanya tempat dimana siswa
mampu mengembangkan pertanyaan mereka tentang luas daerah pada
berbagai bangun datar, mampu menemukan hubungan antara jari-jari dan luas
daerah, dan mampu menggambar sendiri lingkaran serta menghitung luas
daerah. Oleh karena itu kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk team teaching.
Unit.3 Lingkaran dan Sudut • Konsep lingkaran, sifat
lingkaran, cara menggunakan kompas untuk menggambar lingkaran.
• Hubungan antara diameter dan jari-jari
Unit.13 Luas Daerah • Konsep luas daerah • Satuan yang
menunjukkan luas daerah (dalam persegi)
• Perhitungan luas daerah persegi panjang dan bujur sangkar
Unit ini • Konsep poligon, sifat
poligon, dan cara menggambar.
• Makna phi dan perhitungan keliling serta luas lingkaran.
• Titik sudut bentuk-bentuk setengah lingkaran.
Unit 8. Luas Segitiga dan Segiempat • Rumus untuk menghitung
luas segitiga dan segiempat.
Unit 5. kongruensi segitiga dan segiempat • Konsep kongruensi. • Makna dan sifat poligon.
Unit 10. Luas Permukaan Bangun 3 Dimensi • Luas permukaan prisma,
silinder, piramida, dan kerucut.
• Volume prisma, silinder, piramida, dan kerucut.
Unit 9. Bentuk-Bentuk 3 Dimensi • Konsep dan sifat silinder
dan prisma. • Konsep dan sifat kerucut
dan piramida. • Menggambar bentuk 3
dimensi dalam format 2 dimensi
Unit 4. Bentuk-Bentuk Simetri. • Konsep dan sifat bentuk-
bentuk simetri garis. • Konsep dan sifat bentuk-
bentuk simetri puncak.
75
3. Tujuan Unit
• Tentang ketertarikan, gairah belajar, dan sikap: siswa akan lebih keras
berupaya menggambar poligon sama sisi dan mengambil inisiatif untuk
menemukan luas daerah dan panjang keliling pada beberapa poligon
yang berbeda bentuk dan ukuran.
• Tentang kemampuan berpikir matematis: siswa mampu menggambar
bentuk polygon dengan bantuan lingkaran dan mampu mengenali
hubungan antara panjang keliling lingkaran dan luas daerah dengan
panjang diameter/radius.
• Tentang ekspresi dan kinerja: siswa mampu menggambar polygon sama
sisi dengan menggunakan lingkaran dan mampu menemukan panjang
keliling beserta luas lingkaran.
• Tentang pengetahuan dan pemahaman: siswa memahami cara
menggambar polygon sama sisi dengan memakai lingkaran. Siswa juga
memahami konsep panjang keliling, hubungan antara keliling dan
diameter, nilai phi, dan rumus untuk menghitung luas lingkaran.
4. Kondisi Siswa Saat Ini
Saat siswa kelas 5 ditempatkan di ruang kelas yang baru dan hal ini
berarti mereka telah bersama guru yang sama selama 3 tahun secara berturut-
turut. Siswa di kelas ini periang dan menyenangkan, memiliki kemampuan baik
dalam menerima pelajaran, dan mampu belajar berbagai hal. Meskipun
terdapat perbedaan kemampuan berekspresi di antara mereka, guru selalu
memacu siswa untuk mengutarakan pendapatnya.
Berkaitan dengan sikap siswa terhadap pelajaran matematika, sebuah
survai menunjukkan bahwa 73,5% siswa menyatakan ”sangat menyukai” atau
”cukup suka” dan 26,5% ”cenderung tidak suka” atau ”benar-benar tidak suka”.
Nampak bahwa sekitar ¼ siswa tidak menyukai matematika. Sebagai
tambahan, sebagian besar siswa menunjukkan tidak suka dengan kalimat
”menggunakan apa yang telah kita pelajari sebelumnya untuk mengerjakan soal
baru” dan ”menentukan aturan dan rumus dari berbagai soal”. Akan tetapi, pada
kegiatan unit ”pembagian desimal” siswa nampak nyaman saat mereka
76
menemukan prinsip utama dalam soal yang dihadapi dalam kegiatan problem
solving. Sebagian besar siswa secara aktif terfokus untuk menggambar bentuk-
bentuk yang diajarkan pada unit ”bangun segitiga dan segiempat”. Siswa
umumnya aktif dalam kegiatan menggambar. Guru berharap siswa akan
meningkatkan kemampuan berpikirnya dan mendapat pengalaman berupa hal-
hal baru melalui interaksi dengan teman-temannya. Guru juga berharap siswa
akan lebih percaya diri dengan pendapat mereka sendiri dan menemukan hal-
hal menarik selama bekerja kelompok.
77
5. Rencana Unit (12 jam pelajaran)
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model pengajaran
1-3 Siswa memahami konsep dan sifat poligon. Siswa memahami cara menciptakan bentuk poligon dari sebuah lingkaran dan mampu menggambarkannya
• Apakah kalian mengingat apa yang diajarkan di kelas 2? • Apakah mainan dengan sejumlah 6 sisi? • Bagaimana cara membuat segitiga sama sisi?
• Bila jumlah segmen ditingkatkan lagi maka akan terbentuk
lingkaran kembali.
Seluruh kelas Team teaching (kegiatan terpisah)
78
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model
pengajaran 4-5 Memahami
makna lingkaran dan π (phi)
Team teaching (kegiatan yang sama)
79
Jam Tujuan Kegiatan Utama
(pelajaran hari ini) Model
pengajaran 6-7 Menghitung
panjang keliling dari berbagai macam lingkaran Mengembangkan pemahaman siswa tentang hubungan antara diameter dan panjang keliling
Team teaching (seluruh kelas) Membagi tugas kelompok
80
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model
pengajaran 8-9 Memahami cara
menghitung luas area lingkaran dengan metode estimasi dan transformasi.
Team teaching (seluruh kelas)
81
Jam Tujuan Kegiatan Utama Model
pengajaran 10 - 12
Menentukan luas sejumlah area turunan lingkaran. Mengembangkan pemahaman siswa tentang hubungan antara jari-jari dan luas lingkaran.
Team teaching (seluruh kelas) Kegiatan kelompok secara terpisah
6. Mengenai Pengajaran Unit Ini.
Perspektif 1: mengembangkan kegiatan belajar yang memperkaya
pendekatan problem solving
Bahan ajar yang memacu terjadinya “penemuan masalah”
Pada awal bulan November siswa kelas 5 membuat mainan sederhana
dari kertas yang dihadiahkan pada siswa kelas 2. Mengingatkan siswa
mengenai mainan hexagonal pada awal kegiatan pelajaran akan membuat
siswa memahami sifat poligon regular dan cara menggambarnya.
Saat siswa belajar cara menghitung panjang keliling lingkaran,
selanjutnya mereka akan diperkenalkan pada beberapa bentuk berbeda yang
82
ternyata memiliki panjang keliling yang sama. Berdasarkan hal tersebut
diharapkan siswa dapat mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan
dan mampu untuk membuat pertanyaan “Bagaimana mungkin bentuk-bentuk
yang berbeda memiliki panjang keliling yang sama?” dan “adakah bentuk lain
yang juga memiliki panjang keliling yang sama?”
Terdapat 4 macam bentuk yang dipelajari dalam materi luas lingkaran.
Setelah siswa selesai menghitung seluruh luas daerah, selanjutnya pelajaran
diatur agar siswa secara aktif mencari poin-poin penting untuk dicatat. Hal ini
dilakukan selama kegiatan menggambar dan menghitung luas daerah,
kemudian membandingkan hubungan antara ”jari-jari dan luas daerah” dengan
”keliling dan diameter”.
Melalui pendekatan seperti ini guru meyakini bahwa siswa dapat
mengembangkan pemahaman materi lingkaran, pentingnya bentuk lingkaran,
dan kemampuan untuk belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Di sisi lain
melalui kegiatan penyajian di depan kelas tentang bentuk-bentuk yang
ditemukan oleh siswa, guru berhaap siswa mampu mengembangkan motivasi
dan merefleksi proses belajar mereka.
Struktur unit yang mendukung suasana pemberdayaan mutual
Agar siswa terpacu untuk tetap belajar, struktur unit diperlukan sehingga
siswa dapat mengembangkan ide mereka dalam upaya mendapatkan
pemecahan masalah yang lebih baik dan dalam melakukan generalisasi. Oleh
karena itu belajar mandiri tidaklah cukup, guru menginginkan unit ini membantu
siswa untuk saling berbagi pengalaman, saling mengenali dan saling
membangun ide di antara siswa. Hal ini dapat menambah kemampuan kelas
secara keseluruhan.
Dalam unit ini, setelah menemukan metode perhitungan panjang keliling
dan luas lingkaran, siswa menyusun pertanyaan sendiri dan memikirkan bentuk
lain yang dapat dibuat dari lingkaran, atau membangun apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya. Selanjutnya siswa dapat menguji ide yang mereka ajukan
melalui interaksi dengan teman sekelas dan membuat ide baru.
83
Guru menginginkan siswa mendapat pengalaman merasakan kepuasan
dan kesenangan saat mendapat penemuan baru. Hal ini didapatkan di
lingkungan dimana permasalahan diciptakan dari rasa penasaran siswa. Guru
berharap siswa dapat merasakan indahnya saat berpikir bersama dengan
teman dalam lingkungan dimana mereka bebas membangun ide-ide mereka
lebih akurat dan menemukan ide yang lebih baik, serta saling berbagi dengan
teman. Untuk menciptakan suasana seperti ini, perlu dipahami bahwa tiap
siswa memiliki ide yang berbeda-beda. Siswa memahami kemampuan mereka
dan teman-temannya pada saat pertama kali mereka terlibat dalam diskusi.
Oleh karena itu guru perlu menekankan pembagian waktu yang cukup agar tiap
siswa dapat berpikir sebelum terlibat dalam diskusi.
Guru menyusun poin-poin penting yang bermanfaat bagi siswa untuk
didiskusikan dalam kegiatan kelompok sehingga kegiatan ini dapat
berhubungan dengan diskusi kelas. Sebagai contoh: Adakah hal yang kamu
temukan saat ini? Adakah hal yang senantiasa benar?
Selama diskusi kelas, guru akan berupaya untuk menghidupkan diskusi
dengan observasi kegiatan siswa dan memberi dukungan yang tepat
(contohnya mengingatkan hal yang telah dipelajari sebelumnya; membantu
menciptakan hubungan saat siswa melakukan kegiatan generalisasi,
perbandingan, berdebat; serta memberi dorongan bagi sisw untuk
mendapatkan jalan menuju penemuan).
Guru juga berupaya menciptakan lingkungan dimana siswa dapat saling
berbagi pengalaman. Sebagai contoh, magnet papan tulis (yang tercantum
nama para siswa) akan membantu siswa untuk dapat mengenali ide teman
sekelas dan topik diskusi, serta kerangka kerja yang dipersiapkan.
Team teaching yang mengakomodasi keberagaman siswa
Tiap siswa memiliki sudut pandang berbeda dalam memandang suatu
permasalahan. Khususnya dalam matematika terdapat banyak sekali
perbedaan individu dalam hal tingkat pemahaman topik. Guru berkeinginan
untuk merespon berbagai cara dan kecepatan siswa dalam belajar. Di sisi lain
guru juga harus menghormati perbedaan ini dan sekaligus mendorong siswa
84
untuk merasakan gairah belajar dengan berpikir ilmiah. Untuk alasan ini, guru
memutuskan memakai metode team teaching untuk unit ini. Team teaching
yang digunakan tentunya dalam bentuk beragam, seperti kegiatan bersama dan
pembagian tugas. Team teaching yang digunakan (pembagian tugas
berdasarkan topik-topik yang dibahas) dalam seksi ini bertujuan untuk
mengembangkan cara pandang siswa dan kemampuan berpikir akan bentuk
lingkaran.
Untuk memberi dukungan pada siswa dan merespon tiap siswa, guru
telah mendapat pelatihan, dan strategi untuk observasi dan merespon pendapat
siswa. Guru akan selalu siaga selama dibutuhkan di kelas untuk memberikan
pelayanan pada siswa.
Perspektif 2: evaluasi dan dukungan yang mendorong siswa menikmati
proses pembelajaran dan pemberdayaan.
Menghargai karakteristik individual siswa
Tiap siswa memiliki perbedaan sifat. Hal ini perlu dihargai dan potensi
tiap siswa perlu diberdayakan. Guru nampaknya perlu memandang dari sudut
pandang siswa. Untuk mewujudkan hal ini guru perlu memakai daftar ranking
untuk memfokuskan observasi pada cara pendekatan siswa, ketertarikan dan
gairah belajar, dan kemampuan berekspresi.
Sebagai tambahan, mengingat banyaknya guru yang dilibatkan, cara
pandang dalam evaluasi dan metode panduan harus disepakati dahulu
sebelum pelajaran dilaksanakan, sehingga guru dapat memberi respon yang
tepat selama di kelas. Untuk mengevaluasi dan membudayakan berpikir
matematis, nampaknya penting bagi instruktur untuk menjembatani hasil
kegiatan terdahulu dengan berbagai pandangan para guru. Agar tercapai
peningkatan hasil dalam pembelajaran nampaknya penting bagi siswa untuk
belajar dari pengalaman teman sekelas dan mengenali kemampuan dirinya
atau temannya.
85
Strategi evaluasi diri yang mendorong siswa mengenali kekuatan diri sendiri
Guru mencoba untuk menyusun evaluasi diri yang membantu siswa
merefleksikan hasil belajar dan dirinya. Guru menginginkan siswa dapat
mengenali letak kekuatannya dan merasakan diri mereka mengatakan “Saya
pasti bisa kalau mau mencoba”, serta segera mengambil tindak lanjut atas
hasilnya. Guru menginginkan siswa untuk merefleksikan dirinya sekaligus
dengan seluruh temannya di kelas selama diskusi. Hal ini akan menumbuhkan
semangat saling mengenal dan saling membantu di antara sesama.
Melalui evaluasi, guru mengiinginkan siswa menilai dirinya dari sudut
yang ditentukan dan juga menentukan perspektif mereka sendiri untuk
menggambarkan hasil belajar mereka dan selanjutnya mereka tulis dalam
jurnal.
Kartu Evaluasi Diri
86
7. Tujuan Pelajaran pada Hari Ini
a. Menghitung panjang keliling dari berbagai bentuk variasi lingkaran,
memahami hubungan antara panjang diameter dan keliling, dan
mencoba menemukan bentuk-bentuk berbeda yang memiliki panjang
keliling yang sama.
b. Mencoba mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui kegiatan
belajar bersama teman sekelas.
87
8. Rencana Pembelajaran pada Pelajaran Hari Ini
ALUR KEGIATAN BELAJAR TUGAS GURU
88
LAMPIRAN 4
PERENCANAAN PANDUAN BELAJAR PADA MATAPELAJARAN SENI
Tanggal : 19 Oktober 1996 (Sabtu) pukul 14.00-14.45
Tempat : SD Kitaissha Kota Nagoya
Siswa : Kelas 3-2 (37 siswa)
Guru : Mayumi Ito
1. Unit: Betapa Menyenangkan Menulis Cerita (Unit Khusus)
2. Mengenai Unit Ini
(1) Mengapa harus pelajaran membuat cerita.
Pelajaran menulis untuk kelas 3 diarahkan untuk menulis buku
harian/jurnal. Hal ini adalah kesempatan bagus bagi siswa untuk merefleksikan
dirinya dan kehidupannya. Melalui kegiatan menulis di buku harian, mereka
dapat menggali makna dari kegiatan mereka sehari-hari.
Di sisi lain siswa juga mengalami masa pertumbuhan dan mulai
menerawang kehidupannya di masa mendatang. Mereka membutuhkan cara
untuk belajar mewujudkan harapan dan impian mereka dengan leluasa. Saat
tenggelam dalam kegiatan menulis cerita, siswa dapat mengaktualisasikan
harapan dan impian mereka lebih leluasa. Menulis cerita mampu melegakan
hati mereka dan siswa menikmati kebebasan jiwa mereka selama menulis
jurnal. Unit ini bertujuan menciptakan pelajaran dimana siswa mengekspresikan
ide mereka dengan bebas dan menikmati kegiatan menulis cerita.
(2) Hubungan antara karakteristik siswa saat ini dengan unit.
Hingga saat ini siswa di kelas terbiasa menuliskan segala pengalaman
mereka. Mereka cukup menyukai kegiatan menulis, bakan sebgian besar
menyatakan suka menulis. Di sisi lain siswa juga suka membaca. Mereka suka
membaca kisah ”Someko dan Raksasa”. Dengan membaca kisah tersebut
mereka terhanyut dalam perasaan Someko dan Raksasa serta membayangkan
kelanjutan kisah tersebut. Seorang guru mengetahui bahwa seorang siswa
89
berkata ”Saya tidak sabar menunggu kelanjutan ceritanya”.
Pada semester ke-2 terdapat pelajaran yang disebut ”Bila aku menjadi
....”. Pelajaran ini juga menjadi bagian dari pelajaran menulis jurnal yang telah
dikerjakan sejak semester ke-1. Kegiatan menulis setiap hari seperti ini sangat
disukai siswa, sebagian dair mereka menulis ”Bila aku menjadi hamster, aku
akan bermain setiap hari di dalam roda” dan ”Bila aku menjadi burung, aku
ingin terbang jauh ke langit ”. Seorang guru ingin sekali mengamati tulisan para
siswa setiap hari dan memberikan komentar agar guru tersebut dapat
mengamati kehidupan dan harapan para siswa dari buku harian mereka.
Saat mengamati para siswa, seorang guru memutuskan memakai
pelajaran menulis cerita agar siswa dapat mengekspresikan perasaan mereka
lebih bebas. Kegiatan ini akan menyenangkan dan melegakan mereka saat
memasuki dunia dongeng, kartun, dan video games yang mereka bayangkan,
selanjutnya mewujudkan impian mereka dalam bentuk cerita. Guru tersebut
akan mengajarkan materi ”Betapa Menyenangkan Menulis Cerita” dan berharap
siswa mendapat pengalaman menarik saat menulis bebas.
(3) Instruksi di papan tulis
Mari Menulis Cerita Cerita apa yang ingin kamu tulis?
• Cerita gembira • Cerita lucu • Cerita yang mendinginkan suasana
Hal-hal yang dibutuhkan untuk menulis cerita
• Judul • Tokoh • Ringkasan
(tuliskan segala yang disajikan siswa)
90
(4) Lain-lain
Perhatikan lampiran daftar tempat duduk siswa, kartu petunjuk, dan bahan
lainnya.
Meja Guru
Siswa 1 A.2 B.1 C.Kartun
Siswa 2 A.4 B.5 C.Komputer
Siswa 3 A.5 B.4 C.Game
Siswa 4 A.2 B.1 C.Senam
Siswa 5 A.1 B.1 C.Permen
Siswa 6 A.1 B.1 C.Senam
Siswa 7 A.1 B.1 C.Kartu Pokemon
Siswa 8 A.3 B.1 C.Bhs Inggris
Siswa 9 A.3 B.1 C.Baseball
Siswa 10 A.3 B.3 C.Lari
Siswa 11 A.1 B.1 C.Kisah horor
Siswa 12 A.1 B.1 C.Bola lempar, baseball
Siswa 13 A.2 B.1 C.tidak ada
Siswa 14 A.1 B.3 C.Sepak bola
Siswa 15 A.3 B.2 C.Main kartu
Siswa 16 A.2 B.2 C.Mobil mainan
Siswa 17 A.5 B.4 C.Mobil mainan
Siswa 18 A.3 B.1 C.Pokemon
Siswa 19 A.1 B.1 C.Pokemon
Siswa 20 A.3 B.3 C.Bahasa isyarat
Siswa 21 A.3 B.1 C.Baseball
Siswa 22 A.4 B.4 C.tidak ada
Siswa 23 A.2 B.2 C.Berselancar
Siswa 24 A.1 B.1 C.Baseball
Siswa 25 A.1 B.1 C.Detektif
Siswa 26 A.3 B.1 C.Mobil mainan
Siswa 27 A.1 B.1 C.Mobil mainan
Siswa 28 A.3 B.3 C.Mobil mainan
Siswa 29 A.4 B.4 C.tidak ada
Siswa 30 A.3 B.3 C. TV game
Siswa 31 A.2 B.1 C.Sepak bola
Siswa 32 A.2 B.2 C.Belajar
Siswa 33 A.3 B.2 C.Berenang
Siswa 34 A.3 B.2 C.Gameboy
Siswa 35 A.1 b.1 C.tidak ada
Siswa 36 A.3 B.1 C.Bola lempar
Siswa 37 A.3 B.3 C.Mobil mainan
Keterangan:
A. Saya suka menulis (1.sangat setuju; 2.setuju; 3.tidak tahu; 4.tidak setuju; 5.sangat tidak
setuju).
B. Saya suka menulis cerita (1.sangat setuju; 2.setuju; 3.tidak tahu; 4.tidak setuju;
5.sangat tidak setuju).
C. Kegemaran saya.
91
Kartu Menulis Cerita
Kartu Panduan 1
Kartu Panduan 2
Mari menulis cerita Nama: ………………………
• Jenis cerita apa yang ingin dibuat?
( )
• Judul cerita yang akan ditulis.
( )
• Tokoh-tokoh dalam cerita
( )
Jenis cerita apa yang ingin saya buat?
• Cerita gembira • Cerita lucu • Cerita yang menyentuh perasaan • Cerita sedih • Cerita horor • Cerita yang menghebohkan • Lain-lain
Jenis cerita apa yang ingin saya buat?
1. Seandainya …. adalah …. 2. .... sesungguhnya adalah .... 3. ..... yang seperti .... 4. ..... dan .....
92
Kartu Panduan 3
Jenis cerita apa yang ingin saya buat? 1. Seandainya … adalah …
• Seandainya Momotaro adalah orang yang lemah …. • Seandainya Raksasa adalah orang yang baik ….
2. ….. sesungguhnya adalah …. • Guruku sesungguhnya adalah penyihir. • Raksasa yang jelek sesungguhnya adalah orang yang baik hati.
3. …. yang seperti …. • Gadis yang seperti anak laki-laki. • Sekolah yang seperti taman bermain.
4. .... dan .... (dilampiri handout untuk penyusunan dan penulisan cerita)
93
LAMPIRAN 5
PERENCANAAN PANDUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
(KOSONGAN)
Tanggal :
Kelas :
Matapelajaran :
Sekolah :
Guru :
Tim Pelaksana :
1. Unit
2. Tujuan Unit
3. Tema Research (Tujuan Utama) Lesson Study
4. Kondisi Siswa Saat Ini
5. Rencana Pembelajaran Unit Ini
• Tujuan Unit atau Hasil Akhir (bila perlu dapat dikaitkan dengan Model
Pembelajaran yang Standar, Utama, dan Berkelanjutan)
• Rangkaian Kegiatan dalam Unit (Tabel berikut dapat diperpenjang
hingga beberapa halaman)
94
Pelajaran Ke
Materi Hal yang Perlu Diamati untuk
Dievaluasi
Strategi Materi
Penjelasan rangkaian unit yang membantu siswa beralih dari tingkat
pemahaman, motivasi, dan keterampilan awal menjadi hasil yang diinginkan.
95
6. Perencanaan Research Lesson (Tabel berikut dapat diperpanjang
hingga beberapa halaman)
Kegiatan Guru Pemikiran dan Kegiatan Siswa
yang Diantisipasi
Hal yang Perlu Diamati untuk
Dievaluasi
Strategi Materi
a. Tujuan pelajaran.
b. Proses pembelajaran (situasi kegiatan dan pengalaman seperti apa yang
mendorong siswa beralih dari tingkat pemahaman semula menuju tingkat
yang diharapkan).
c. Evaluasi kegiatan pelajaran (hal utama yang dievaluasi).
d. Salinan materi ajar (rencana organisasi papan tulis, handout siswa, alat
visual).
7. Informasi Latar Belakang dan Form Pengumpulan Data untuk Observer
(contoh: daftar tempat duduk, tugas utama siswa, form untuk
mengamati siswa tertentu yang perlu mendapat perhatian).
96
LAMPIRAN 6
TEMPLATE PETA RESEARCH
Tujuan sekolah di bidang pendidikan
Profil ideal lulusan sekolah
Kondisi aktual siswa
Tema research
Profil ideal siswa (berdasarkan tingkat kelas) Tingkat dasar Tingkat menengah Tingkat Atas
Hipotesis research
Metode dan analisis
97
LAMPIRAN 7
REFERENSI TERPILIH UNTUK LESSON STUDY
Dikumpulkan oleh Elizabeth King dan Elizabeth Davis
Publikasi
Boss, S. (musim panas 2001). Leading from Within. Lesson Study: Teachers
Learning Together. Nothwest Teacher : 2:2.
Terfokus pada bagaimana peran pengurus sekolah dalam lesson study,
dengan contoh dari Amerika Serikat. Beberapa artikel lain dalam jurnal
ini dipersembahkan untuk lesson study.
Lewis, C., & Tsuchida, I. (musim dingin 1998). A Lesson is Like a Swiftly
Flowing River: Research Lesson and the Imrovement of Japanese Education.
American Educator, 14-17 & 50-52.
Menjelaskan asal mula dan kegunaan research lesson sebagai jantung
lesson study. Naskah ini mencantumkan komentar-komentar para guru
di Jepang untuk menekankan dampak lesson study pada pemberdayaan
professional guru, serta dukungan system untuk lesson study.
Sparks, D. (November 1999). Menggunakan Lesson Study untuk Memberdaya
Keterampilan Mengajar. Results, National Staff Development Council.
Secara ringkas menyusun model dan dukungan kepemimpinan lesson
study. Tersedia di www.lessonresearch.net
Stigler, J., & Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s
Teachers for Improving Education in the Classroom. New york: Summit Books.
Bab 7 menyajikan pendahuluan tentang lesson study dan menunjukkan
petunjuk bahwa suatu system seperti lesson study perlu dikembangkan
di Amerika Serikat.
98
Watanabe, T. (2002). Learning from Japanese Lesson Study. Educational
Leadership, 59:6, 36-39.
Menyajikan ringkasan peranan lesson study di Jepang dan dampaknya
bagi para pensisik di Amerika Serikat.
Yoshida, M. (1999). Lesson Study (Jugyoukenkyuu) in Elementary School
Mathematics in Japan: A Case Study. Paper presented at the American
Educational Research Association (1999 Annual meeting), Montreal, Canada.
Menyajikan rangkuman kegiatan lesson study matematika di suatu SD di
Jepang. detail kegiatan actual tersebut tersedia di
Website
www.globaledresources.com
Menyediakan sumber teks dan video, pengembangan professional, dan
konsultasi bagi sekolah yang berminat mengimplementasikan lesson study dan
pembelajaran matematika. Global Education Resources, L.L.C
www.lessonlab.com
Website yang memberi dukungan lesson study melalui pemberdayaan dan
diseminasi software dan sumber terkait. LessonLab Inc.
www.lessonresearch.net
Website ini menyediakan publikasi lesson study, berita seputar kegiatan lesson
study, weblink, dan video pembelajaran yang dapat didownload atau dipesan.
Mills College US-Japan Education Program.
www.rbs.org/lesson_study/readings_and_resources.shtml
Website yang menyediakan berbagai teks, sumber, dan link termasuk TIMSS
Resources Center dan link menuju sumber yang terkait TIMSS. Resarch for
Better Schools.
99
www.tc.edu/centers/lessonstudy/
Website yang menyediakan berbagai sumber praktis, termasuk protokol lesson
study, artikel, contoh lesson study, dan link menuju forum diskusi online.
Columbia Lesson Study Research Group at Teachers College, Columbia
University.
Video/Media Digital
Can You Lift 100 Kilograms? (video; 18 menit). Menyajikan rangkuman siklus
lesson study pada suatu SD di Jepang. meliputi rekaman perencanaan
pembelajaran, research lesson pelajaran sains, dan diskusi guru mengenai
kegiatan pelajaran. Cocok untuk memperkenalkan lesson study.
Tersedia di: www.lessonresearch.net
Lesson Study: An Introduction (CD-ROM). Menunjukkan langkah-langkah siklus
lesson study matematika yang berasal dari dokumentasi di SD di Jepang untuk
disertasi Makoto Yoshida.
Tersedia di www.globaledresources.com
The Secret of Trapezes (Video; 16 menit). Merangkum dua tahapan research
lesson sains kelas 5 pada materi pendulum yang dijelaskan pada artikel “A
Lesson is Like a Swiftly Flowing River”. Dilengkapi dengan segmen ringkas saat
di tengah-tengah diskusi.
Tersedia di: www.lessonresearch.net
Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) Public Release
Videotape of German, Japanese, and US Mathematics Lessons. Video ini
dilampiri panduan belajar, video ini menunjukkan kegiatan pelajaran
matematika aktual, serta memberi penekanan perbedaan cara mengajar di 3
negara.
Tersedia di National Center for Education Statistics, [email protected]
100
Three Perspectives on Lesson Study (video; 53 menit). Diproduksi University of
California Office of the President. Dilengkapi dengan presentasi Catherine
Lewis (Frequently Asked Questions About Lesson Study and Research
Lessons), Clea Fernandez (Exploring Lesson Study in the United States ), dan
James Stigler (What is Lesson Study?).
Tersedia di: www.lessonresearch.net