105
0 LESSON STUDY: A HANDBOOK OF TEACHER-LED INSTRUCTIONAL CHANGE (JILID 2) -CATHERINE C. LEWIS- Alih Bahasa: Dr. Abdul Gofur, M.Si Moch. Haikal, S.Si UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI JULI 2007

@Buku LS jilid 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: @Buku LS jilid 2

0

LESSON STUDY: A HANDBOOK OF

TEACHER-LED INSTRUCTIONAL CHANGE

(JILID 2) -CATHERINE C. LEWIS-

Alih Bahasa:

Dr. Abdul Gofur, M.Si

Moch. Haikal, S.Si

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

JULI 2007

Page 2: @Buku LS jilid 2

KONTRIBUTOR

Lynn Liptak, Kepala Sekolah Paterson 2 di Paterson, New Jersey. Beliau

adalah anggota Kelompok Studi Matematika di sekolah tersebut yang merintis

lesson study di Amerika Serikat. Sekolah Paterson saat ini menyelenggarakan

lesson study di semua kelas dalam matapelajaran matematika. Beliau dapat

dihubungi lewat [email protected]

Tad Watanabe, seorang Calon Profesor di bidang pendidikan di Pennsylvania

State University. Sebelumnya beliau mengajar matakuliah Matematika di

Towson University. Selama bulan Juni tahun 2000 hingga Januari tahun 2001,

Watanabe berada di Jepang selama 7 bulan untuk mengamati berbagai

pertemuan lesson study. Di Amerika Seikat beliau berpartisipasi sebagai

komentator research lesson di Sekolah paterson 2, dan bersama seorang guru

dari Jepang menyusun rencana, melakukan pengajaran, menyusun revisi, dan

melakukan pengajaran kembali di kelas 4 pada materi segitiga. Beliau dapat

dihubungi lewat [email protected].

Makoto Yoshida, seorang presiden Global Education Resources (GER) yang

berbasis di New Jersey. Lembaga ini bergerak di bidang konsultasi pendidikan

yang bertujuan melakukan pemberdayaan pengajaran dan pembelajaran

matematika di SD dan SMP. Kegiatan GER saat ini adalah memberikan

bantuan implementasi lesson study, implementasi problem solving dan

pendekatan open-ended, serta pengembangan berbagai produk untuk

menunjang pemberdayaan pengajaran matematika. Disertasi Yoshida yang

mengulas etnografi lesson study di sebuah sekolah di Jepang, dijadikan

sebagai referensi untuk sebuah bab dari buku The Teaching Gap. Bab tersebut

mengulas tentang lesson study dan akan dipublikasikan dalam buku tersendiri

yang disusun oleh Lawrence Erlbaum Associates. Beliau dapat dihubungi lewat

[email protected] dan melalui website beliau

www.globaledresources.com.

Page 3: @Buku LS jilid 2

DAFTAR ISI

halaman BAB V. WAKTU DAN PENYUSUNAN JADUAL ........................................ 1 Lesson Study: Dasar Urutan Kegiatan .............................................. 1

Dapatkah Rekaman Video Menggantikan Pengamatan Langsung Research Lesson? ............................................................................ 5 Haruskah Anggota Kelompok Lesson Study Melakukan Pertemuan Selama Atau Setelah Jam Sekolah?................................................. 6

Interval di Antara Kegiatan................................................................ 11 Lesson Study: Satu Beban Lagi Bagi Guru? ..................................... 12 BAB VI. MEMULAI LESSON STUDY DI SEKOLAH: PANDUAN TAHAP DEMI TAHAP............................................................................................... 14 Langkah 1. Membentuk Kelompok Lesson Study ............................. 14 Langkah 2. Memfokuskan Lesson Study........................................... 20

Langkah 3. Perencanaan Research Lesson ..................................... 28 Langkah 4. Mengajar dan Mengobservasi Research Lesson............ 37 Langkah 5. Diskusi dan Analisis Research Lesson........................... 40 Langkah 6. Refleksi Kegiatan Lesson Study dan Perencanaan Langkah Selanjutnya......................................................................... 42

BAB VII DUKUNGAN UNTUK LESSON STUDY........................................ 44 Memiliki Kurikulum yang Tepat ......................................................... 44 Kritis pada Diri Sendiri....................................................................... 45 BAB VIII KESALAHAN KONSEP DALAM LESSON STUDY..................... 47

Kesalahan 1: Lesson Study Adalah Sekedar Perencanaan Pembelajaran.......................................................................................................... 47 Kesalahan 2: Pembelajaran Harus Dimulai dari Konsep di Atas Kertas................................................................................................ 48 Kesalahan 3: Pembelajaran Harus Mengikuti Skenario ................... 48 Kesalahan 4: Lesson Study Adalah Sekedar Pembelajaran yang Direncanakan di Atas Kertas Lalu Dibagikan Kepada Tiap Anggota Kelompok .......................................................................................... 50 Kesalahan 5: Research Lesson Hanya Sekedar Sandiwara Pembelajaran .................................................................................... 51 Kesalahan 6: Lesson Study Hanya Sekedar Riset Dasar ................. 52

BAB IX LANGKAH SELANJUTNYA .......................................................... 55

Page 4: @Buku LS jilid 2

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman 9. Jadual Lesson Study.............................................................................. 3 10. Mengapa Mengulang Research Lesson Diperlukan? ............................ 4 11. Kisah dari Dua Kegiatan Lesson Study.................................................. 7 12. Pentingnya Waktu untuk Mengatur Jadual Lesson Study di Sekolah Paterson 2 New Jersey.......................................................................... 11 13. Tahapan Lesson Study .......................................................................... 16 14. Strategi Membentuk Kelompok Lesson Study ....................................... 17 15. Penentuan Tema Research (Tujuan Utama) Lesson Study................... 22 16. Peta Research Sekolah Komae............................................................. 25 17. Contoh Empat Tingkat Tujuan Lesson Study......................................... 28 18. Tiga Lingkaran Konsentris Desain Pemandu Pembelajaran.................. 31 19. Tata cara Observasi dan Diskusi Research Lesson .............................. 40 21. Tekanan yang Dihadapi Guru di Amerika Serikat .................................. 59 22. Tekanan yang Dihadapi Guru di Jepang................................................ 60

Page 5: @Buku LS jilid 2

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman 1. Penggunaan Papan Tulis dan Keterampilan Menulis Siswa: Seni yang Dilahirkan dari Lesson Study .................................................. 61 2. Perencanaan Panduan Belajar Matapelajaran Sains............................... 64 3. Rencana Panduan Belajar Matapelajaran Matematika ............................ 73 4. Perencanaan Panduan Belajar Pada Matapelajaran Seni ....................... 88 5. Perencanaan Panduan Kegiatan Pembelajaran (Kosongan)................... 93 6. Template Peta Research ......................................................................... 96 7. Referensi Terpilih Untuk Lesson Study.................................................... 97

Page 6: @Buku LS jilid 2

1

BAB V

WAKTU DAN PENYUSUNAN JADUAL

Saya akan menganjurkan guru yang baru mengenal lesson

study untuk melakukan kemajuan secara perlahan. Lesson

study bukan lah perkara instan. Pahami segala yang akan

dibutuhkan. Setiap langkah tidak boleh diloncati dan harus siap

untuk memberi dan menerima kritik membangun. Perlu

dipahami lesson study adalah suatu proses sebagaimana

pembelajaran itu sendiri.

-Nick Timpone, guru Sekolah Negeri Paterson 2

Berapa banyak waktu yang dibutuhkan dan di mana lesson study

diadakan di AS? Guru AS yang pertama kali mengikuti lesson study

umumnya belum memahami bagaimana menyusun waktu dan

penyusunan jadual. Oleh karena itu bab ini khusus merangkum tahapan

pelaksanaan lesson study dan membahas hal seputar penyusunan jadual,

termasuk membahas apakah rekaman video dapat menggantikan

pengamatan langsung research lesson. Bab ini juga dilengkapi urutan

kegiatan diskusi lesson study (Bab VI).

Lesson Study: Dasar Urutan Kegiatan

Lesson study terdiri dari 3 kegiatan dasar: perencanaan kolaboratif,

research lesson, dan diskusi/revisi research lesson. Gambar 9

menunjukan urutan kegiatan tersebut dan memperkirakan jumlah

pertemuan pada tiap tahap (setiap pertemuan selama 45-90 menit).

Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam tiap tahap tergantung pada tim

lesson study sendiri, yaitu tujuan kegiatan, sikap kebersamaan di antara

anggota, telah mengenal lesson study atau belum, materi kurikulum yang

selaras dengan tujuan lesson study, serta berapa kali research lesson

dilakukan dan direvisi. Daerah pada tabel yang diberi batas garis tebal

adalah tahap-tahap yang bersifat opsional, dan dapat dilakukan kapan

Page 7: @Buku LS jilid 2

2

saja. Keuntungan mengulang research lesson ditampilkan pada gambar

10.

Kelompok yang optimal untuk merencanakan research lesson

adalah sekitar 4-6 orang guru. Tetapi untuk aktivitas seperti penentuan

tema research, observasi, dan diskusi research lesson (terutama pada

pengajaran ke-2 dan 3), terdapat keuntungan besar bila tim lesson study

bekerja sama dengan tim lain. Para guru dari kelas yang berbeda dapat

bergabung dalam satu kelompok lesson study yang berbasis sekolah.

Jumlah Pertemuan

Tugas Peserta Kegiatan

1-3 Menentukan tema research dan mata pelajaran yang digunakan

Semua kelompok

Menentukan tema research berdasarkan diskusi visi jangka panjang tentang siswa. Penentuan mata pelajaran yang dipakai

3-6 Merencanakan research lesson

Tim perencana research lesson (4-6 orang)

Menentukan topik untuk research lesson. Merangkum unit pelajaran dan rencana research lesson. Menyusun seluruh rencana pembelajaran seperti pada bab 6.

1 (satu pertemuan di kelas)

Melakukan research lesson

Tim perencana research lesson, dan pihak lain yang dibutuhkan bantuannya

Salah seorang guru mengajar dalam research lesson, guru yang lain mengamati dan mencatat data yang ditentukan.

1 Diskusi research lesson

Tim perencana research lesson, dan pihak lain yang dibutuhkan bantuannya

Diskusi tentang data yang didapat selama research lesson segera setelah research lesson (pada hari yang sama)

Page 8: @Buku LS jilid 2

3

1-2 Refleksi dan

perbaikan Tim perencana research lesson

Mengumpulkan segala yang dipelajari selama research lesson dan menyusun refleksi. Bila perlu dilakukan revisi atas kegiatan research lesson untuk diajarkan kembali.

1 (satu pertemuan di kelas)

Pengajaran ke-2 research lesson

Tim perencana research lesson beserta undangan atau anggota lembaga sekolah

Anggota tim yang berbeda mencoba kembali kegiatan research lesson pertama pada kelasnya sendiri. Anggota yang lain mengamati dan mengumpulkan data yang ditentukan.

1 Diskusi research lesson

Tim perencana research lesson beserta undangan atau anggota lembaga sekolah

Diskusi hasil research lesson kedua setelah kegiatan research lesson berakhir (pada hari yang sama). Hasil kegiatan dapat direvisi kembali kembali bila diinginkan.

1-2 Refleksi dan revisi

Tim perencana research lesson

Refleksi kegiatan lesson study dan tujuan kegiatan. Kegiatan dapat dilanjutkan kembali atau dimodifikasi.

Catatan: kotak yang tebal menandakan tahapan opsional yang dapat

diulang hingga beberapa kali

Gambar 9. Jadual Lesson Study

Page 9: @Buku LS jilid 2

4

Gambar 10. Mengapa Mengulang Research Lesson Diperlukan?

Khusus pada saat mempersiapkan open house lesson study

untuk umum, guru di Jepang terkadang mengajarkan kembali hasil research lesson setelah dilakukan revisi. Mengapa hal tersebut dilakukan? Makoto Yoshida akan menceritakan ide hal tersebut.

Kegiatan mengulang research lesson akan menyediakan kesempatan yang lebih banyak untuk mengajar di depan rekan-rekannya; dan untuk mengamati research lesson, kelas, dan siswa yang berbeda. Re-teaching membantu guru mengamati hasil diskusi dan revisi yang telah mereka lakukan. Setelah mengajar dalam research lesson guru dapat mendiskusikan hasilnya secara nyata dan mendalam. Guru juga dapat melakukan pendekatan pada hasil revisi secara lebih sistematis dan mendalam, serta berdasarkan pada pengematan actual kegiatan belajar siswa. Pengematan research lesson dan diskusi dengan guru yang berpengalaman sangat penting bagi peserta research lesson pemula. Hal ini berguna untuk mengolah ketajaman mereka dalam melakukan pengamatan dan keterampilan untuk mengolah kegiatan belajar untuk memberdaya pemahaman siswa.

Guru dari Sekolah Jepang Greenwhich di Connecticut dan Sekolah Paterson 2 di New Jersey secara sukarela membentuk Tim Lesson Study Matematika pada bulan Juli 2001. Mereka melakukan pertemuan rutin sekali setiap bulan untuk kegiatan lesson study. Saat anggota tim mengalami kesulitan dalam desain lesson study, maka guru dari Jepang akan memberikan saran-saran dalam research lesson. Segala informasi yang didapat selama mengajar dalam research lesson digunakan untuk melakukan perbaikan. Guru dari Jepang juga menyatakan bahwa pengulangan research lesson pada kelas ke-2 selalu menampilkan suasana yang berbeda. Tentu saja karena tidak ada research lesson yang sempurna yang bisa digunakan pada semua kelas, oleh karena itu usaha untuk selalu melakukan perbaikan research lesson sangat bermanfaat bagi guru.

Mengapa research lesson diajarkan kembali? Menurut para guru di Jepang re-teaching bagai guru dapat memperbanyak kesempatan untuk saling mempelajari kemampuan mengajar mereka, selanjutnya juga dapat mengungkapkan kemampuan siswa pada research lesson ke-2. Hal ini juga mengajarkan keterampilan yang berguna dalam melakukan pengamatan, berdiskusi, dan kemampuan adaptasi. Semuanya adalah hal mendasar dalam memberdaya kemampuan mengajar. Oleh: Makoto Yoshida

Page 10: @Buku LS jilid 2

5

Dapatkah Rekaman Video Menggantikan Pengamatan Langsung

Research Lesson?

Rekaman video memiliki kelebihan dibanding pengamatan

langsung research lesson, seperti kemudahan mengatur jadual dan

kemungkinan menyaksikan tayangannya kembali. Beberapa orang guru

merasa nyaman bila diamati lewat video daripada diamati rekannya

secara langsung. Namun sesungguhnya pengamatan lesson study secara

langsung sangat diperlukan di Jepang. Terkadang seorang guru rela

melakukan perjalanan jauh demi mengikuti lesson study. Mengapa guru di

Jepang lebih mementingkan pengamatan langsung?

Saat guru melakukan pengamatan mereka akan mendapatkan hal-

hal yang tidak akan terungkap hanya dengan nilai tes dan tugas, atau

rekaman video. Sebagai contoh guru mengamati keterlibatan, ketekunan,

interaksi dalam kelompok kecil, dan ungkapan “aha” para siswa. Selama

research lesson seharusnya guru dapat mengamati seluruh kegiatan

siswa selama belajar dan interaksi mereka.

Para pendidik yang awam dengan lesson study seringkali

membayangkan rencana pembelajaran akan mengungkap esensi kegiatan

lesson study, tetapi sesungguhnya kegiatan belajar siswa dan

perkembangannya tidak dapat dinilai dari rencana pembelajaran. Gambar

11 akan menampakkan kerugian melakukan research lesson tanpa

pengamatan langsung. Kegiatan pembelajaran dimana siswa tidak

memahami apapun seperti dokter yang melakukan pembedahan tetapi

pasiennya mati.

Rekaman video dan audio, rencana pembelajaran, foto, dan tugas

siswa juga dipakai di Jepang untuk mendokumentasikan research lesson.

Tetapi hal-hal tersebut tidak berarti dibandingkan pengamatan langsung.

Pada saat itu guru akan mendapatkan catatan keterlibatan siswa,

pemahaman siswa akan tugas yang diberikan, pekerjaan kelompok kecil

secara langsung, dan suasana hati siswa di kelas. Bila memakai kamera

video kameraman harus menentukan di mana fokus kamera saat

pelajaran berlangsung. Namun hal ini tidak mengungkapkan banyak hal

Page 11: @Buku LS jilid 2

6

selama pelajaran. Sebaliknya dengan pengamatan langsung guru dapat

dengan mudah menangkap hal-hal yang belum diantisipasi, serta

menyaksikan pembicaraan dan pandangan mata siswa.

Haruskah Anggota Kelompok Lesson Study Melakukan Pertemuan

Selama Atau Setelah Jam Sekolah?

Pada umumnya pertemuan lesson study dilakukan pada jam

sekolah atau setelahnya. Sebenarnya tidak mengikat. Namun karena

research lesson sendiri dilakukan di kelas, nampaknya pertemuan

sebaiknya dilakukan pada jam sekolah, tentunya guru pengamat akan

meninggalkan kelasnya untuk melakukan research lesson. Ada pula

sekolah yang menunjuk satu kelas yang tidak dipulangkan setelah jam

sekolah khusus untuk research lesson, atau sebaliknya selain kelas

khusus research lesson dipulangkan lebih awal. Cara lain untuk

mendapatkan kelas untuk research lesson adalah dengan melakukan

lesson study saat diadakan perayaan besar di sekolah seperti pameran

seni, hari pengabdian masyarakat, dan pameran sains. Melalui cara

terakhir siswa yang tidak masuk kelas khusus research lesson masih aktif

di sekolah. Kegiatan research lesson terkadang juga melibatkan

sukarelawan dari wali murid dan warga sekitar sekolah, pakar dari luar

sekolah, serta artis setempat, atau orang lain untuk mengisi kekosongan

pelajaran karena guru yang mengikuti lesson study. Buku seperti At Home

in Our School menyediakan berbagai saran untuk kegiatan seperti ini.

Pertemuan yang diikuti guru dari tingkat yang berbeda dapat

mengatur jadual seperti sesuai jadual kegiatan sekolah seperti biasa.

Dapat pula diatur jadual agar kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan

staf lain mengisi pelajaran yang kosong. Hal ini bias menjadi kesempatan

bagi sekolah atau dinas pendidikan untuk menunjukkan komitmen

mengembangkan profesionalitas guru dan merombak suasana

pembelajaran di kelas.

Page 12: @Buku LS jilid 2

7

Gambar 11. Kisah dari Dua Kegiatan Lesson Study

Beberapa minggu lampau saya melihat pelajaran Probabilitas yang serupa pada 2 kelas tingkat ke-4 di AS. Rencana dasar pembelajaran adalah:

• Siswa bekerja secara berpasangan, lalu mengambil 10 kelereng dari kantong kelereng. Setiap pasang siswa memperkirakan peluang munculnya kelereng hitam dan putih dari kantong berdasarkan sampel yang mereka dapatkan.

• Tiap siswa melihat data dari semua pasangan untuk menentukan tingkat kebenaran prediksi mereka.

• Tiap siswa berdiskusi apakah mereka akan memakai data dari semua temannya atau memakai data pasangan mereka sendiri. Siswa diminta memberi penjelasan.

• Siswa menghitung kelereng di dalam kantong, lalu menyimpulkan apakah prediksi tiap pasangan atau prediksi kelas sesuai dengan jumlah sebenarnya.

Saat pertama kali melihat pelajaran tersebut, saya sangat terkesan. Siswa tidak merasa asing dengan pelajaran tersebut karena situasinya mirip dalam perhitungan dalam olahraga baseball. Semakin sering pemain berada dalam posisi pemukul bola, maka perhitungan rerata pukulan makin akurat. Siswa dalam kelas ini terlibat dalam kegiatan yang menekankan “komunitas pelajar yang saling mengasihi”. Melalui kerja sama mendesain peraturan kelas dan terlibat dalam pertemuan kelas yang rutin, siswa lebih terampil dalam berinteraks. Pada akhirnya guru tidak akan repot memberi pancingan hadiah dan tidak lagi mengadakan kompetisi yang mengakibatkan persaingan. Guru lebih suka membuat siswa bekerja melalui motivasi dan komitmen belajar.

Dalam kelas yang mirip secara demografis dengan kelas di atas, dari sekolah lain, kegiatan research lesson gagal. Siswa memiliki bersikukuh tidak akan menimbang keputusannya. Terlalu dini untuk menilai mereka salah. Siswa sibuk mempertahankan pendapatnya dan menolak memakai data dari seluruh kelas. Mereka membenarkan penolakannya dengan kritik seperti “kamu mungkin mengambil kelereng dari satu tempat saja di kantong”. System pemberian hadiah dan budaya persaingan di kelas ini membuat siswa tidak berkenan mempertimbangkan kesimpulannya berdasarkan pendapat temannya. Hasil yang bertolak belakang dari perlakukan yang sama mengungkapkan pengaruh suasana motivasional dan sosial, dan sulitnya menilai hasil lesson study di atas kertas saja.

Page 13: @Buku LS jilid 2

8

Gambar 12 menunjukkan jadual yang menarik yang disusun

Sekolah Paterson 2, sekolah pertama di AS yang menggabungkan

kegiatan lesson study dalam jam sekolah. Tuan Liptak sebagai kepala

sekolah menyatakan bahwa prinsip utama dalam penyusunan jadual ini

adalah menciptakan pengajaran berkualitas dan dalam menyusun jadual

lesson study diupayakan sebagai bagian dari tradisi sekolah.

Sebaliknya di Sekolah San Mateo, tim lesson study secara rutin

bertemu setelah jam sekolah (tentunya menerima honor di luar jam).

Pelaksanaan research lesson justru selama jam sekolah dan

mengupayakan guru pengganti untuk mengisi kelas yang ditinggal guru

peserta research lesson.

Pembayaran gaji dan pemasukan dana yang mencakup 75% dari anggaran sekolah rasanya tidak perlu dipertanyakan bila semua staf sekolah adalah sumber daya yang harus diutamakan. Keputusan kami menjalankan lesson study dengan investasi waktu 80 menit-2 jam per hari per peserta berdasarkan pada rasa tertarik dan komitmen para guru. Selain itu juga berdasar keyakinan bahwa perbaikan proses belajar mengajar di kelas dapat diraih melalui pembinaan professional yang reflektif dan kolaboratif dalam konteks kelas.

Setiap usaha investasi pasti ada resiko yang harus ditanggung. Kerugiannya adalah saat guru melakukan pertemuan research lesson dalam jam sekolah, harus ada upaya mengganti jam yang hilang dan memberikan tutor pada siswa. Meskipun kegiatan lesson study telah dikatakan berhasil dan mengikuti petunjuk pelaksanaan persis seperti di Jepang, tetapi rasanya sulit membiasakan proses tersebut dalam budaya Amerika. Adaptasi lesson study dari Jepang ke AS perlu dianalisis lagi dan hasilnya mungkin belum dapat dirasakan secara langsung. Pengalaman dua setengah tahun terakhir terkadang meyakinkan bahwa lesson study dapat menjadi media pemberdayaan pengajaran di kelas. Tentu saja ini adalah investasi waktu.

Prinsip-prinsip berikut ditemukan saat lesson study di Sekolah Paterson 2: • Bila lesson study menjadi bagian dari budaya sekolah dan

dilaksanakan untuk jangka panjang, serta ditujukan untuk pemberdayaan secara bertahap, maka waktu pelaksanaannya harus dialokasikan dalam jam sekolah. Lesson study tidak akan bisa tampil memuaskan bila dilaksanakan sesudah jam sekolah serta para sukarelawan yang tidak antusias.

Page 14: @Buku LS jilid 2

9

• Waktu adalah tolok ukur pengabdian. Bila guru serius mengabdikan waktunya untuk lesson study dan pengurus sekolah melibatkan diri dalam lesson study, maka guru tidak merasa canggung karena adanya dukungan dari berbagai pihak tiap hari dan dalam waktu lama.

• Lesson study harus direncanakan dengan mengalokasi ulang segala sumber daya yang dimiliki. Di dalam sekolah nampaknya tidak perlu mempekerjakan atau menyewa guru baru.

• Pengajaran harus tetap berjalan meskipun guru mengikuti lesson study.

Waktu untuk lesson study perlu diintegrasikan dalam jam sekolah dengan memakai guru non wali kelas dan guru sukarelawan/honorer. Sekolah Paterson 2 adalah sekolah K-8 yang berada di wilayah urban dan memenuhi syarat untuk menerima hibah. Sekolah ini menurut undang-undang berhak mendapatkan dana hibah untuk sekolah tertinggal. Dana hibah ini dipakai untuk menggaji guru bahasa, guru membaca, dan guru non wali kelas. Pemerintah juga dapat menyediakan guru untuk pelajaran khusus (guru seni, olahraga, dan lain-lain), guru konselor, dan staf sekolah. Oleh karena itu nampaknya pengajar di kelas 1 hingga 8 dapat dipasangkan dengan guru partner non kelas. Guru partner hadir di kelas dan mengajar selama masa awal pelajaran atau guru melakukan kesibukan. Guru partner juga bertanggung jawab mengenal para siswa dan membiasakan diri dengan suasana kelas. Pada saat guru kelas absen, maka guru partner harus bisa menggantikan guru kelas dan memberikan bantuan yang dibutuhkan kelas. Guru partner juga dapat mengajar ketika guru kelas mengikuti lesson study. Siswa kelas 7 dan 8 menempati ruangan khusus selama kegiatan lesson study selama 80 menit. Selama 2 tahun pertama sejumlah 16 sukarelawan melakukan pertemuan tiap hari senin dari jam jam 1-3 siang untuk mengikuti kegiatan lesson study pelajaran matematika. Selama siklus pertama, pertemuan 2 jam tiap minggu hanyalah permulaan saja. Setelah banyak terlibat dalam research lesson dan berbagi bermacam ide, akhirnya mereka tidak sabar menanti hingga minggu depan untuk mengikuti kelanjutan kegiatan. Pembicaraaan lewat email dan diskusi sebelum dan sesudah jam sekolah, diskusi saat makan siang, dan saat persiapan kegiatan nampaknya makin marak. Hal terpenting dari berbagai diskusi dan obervasi adalah bagaimana pengaruh keterampilan mengajar guru bagi kemampuan belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari berbagai penelitian dan pengamatan pribadi di sekolah bahwa pertemuan guru dan pengurus sekolah jarang sekali terfokus pada pelajaran yang terjadi di kelas tiap hari.

Page 15: @Buku LS jilid 2

10

Pada akhir tahun ke-2, terjadi perbedaan pendapat di antara sukarelawan dan para partisipan. Untuk mengakomodasi hal tersebut sekolah memutuskan lesson study untuk seluruh kelas. Pada bulan Agustus 2001 diadakan seminar lesson study selama 3 hari untuk semua guru. Pada bulan September 2001 terbentuk 5 kelompok lesson study, yaitu untuk TK, kelas 1-2, kelas 3-4, kelas 5-6, dan kelas 7-8. Selanjutnya seluruh guru matematika, kecuali yang tidak terlibat, mengikuti kegiatan lesson study selama 80-105 menit tiap minggu. Lesson study untuk kelas 7-8 juga diikuti guru sains, sehingga lesson study untuk pelajaran sains akan segera dikembangkan. Kegiatan di kelas 5-8 juga menyertakan guru bidang pelajaran khusus. Para fasilitator pelajaran matematika juga terlibat dalam semua pertemuan walau hanya sebentar. Sementara para guru mengikuti kegiatan, kelas yang ditinggal diajar oleh kombinasi guru partner dan guru bidang khusus. Semua guru mengikuti lesson study dengan semua guru yang bekerja sama. Di bawah ini ditampakkan tabel jadual lesson study matematika, namun tidak mencantumkan jumlah guru kerja sama yang terlibat.

Jadual Lesson Study Matematika Sekolah Kelas Jumlah

Guru Waktu Pertemuan

Guru Penganti

TK 6 Selasa, jam 1.35-3.00 sore

Asisten guru

1-2 6 Rabu, jam 1.15-3.00 sore

Guru Seni, ESL/Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua, Bahasa Asing, guru partner

3-4 5 Kamis, jam 12.55-2.35 sore

Guru musik, ESL, seni, life skills, piano, guru partner

5-6 6 Selasa dan rabu, jam 10.15-11.00 siang

Guru bidang khusus: seni, musik, olah raga, teknologi, life skills

7-8 5 Senin, jam 1.35-3.00 sore

Guru bidang khusus

Sebagai tambahan pertemuan guru di tiap tim berlangsung selama 40 menit setiap minggu untuk membahas isu seputar lesson study. Seperti hal usaha investasi yang bagus, kita mengharapkan pertumbuhan dan profit dari waktu yang kita investasikandalam lesson study akan terakumulasi secara bertahap dalam jangka panjang. Melakukan pemberdayaan keterampilan mengajar secara mendalam memang sulit, karena pekerjaan ini memakan waktu

Page 16: @Buku LS jilid 2

11

Gambar 12. Pentingnya Waktu untuk Mengatur Jadual Lesson Study di Sekolah Paterson 2 New Jersey.

Interval di Antara Kegiatan

Di Jepang guru sering bertemu dalam research lesson, tetapi

mereka juga menghentikan kegiatan lesson study pada waktu tertentu,

sebagai contoh saat kesibukan sekolah atau masa libur. Di AS guru lebih

suka mengadakan lesson study pada jadual yang ditetapkan, seperti

hanya pada hari kamis setelah jam sekolah saja. Seorang guru senior

memberikan saran dalam menjadualkan lesson study, yaitu bahwa penting

bagi guru untuk memahami lesson study mempunyai awal dan akhir yang

pasti. Terlalu banyak waktu membuang waktu dalam 1 siklus

sesungguhnya tidak produktif. Guru perlu memahami lesson study tidak

menciptakan pembelajaran yang sempurna, tetapi memerlukan

penjadualan yang tepat dan padat.

Menyusun jadual lesson study dengan tepat sepanjang tahun akan

mempercepat kemajuan kegiatan tanpa harus menunggu kapan dimulai.

Seringkali deadline justru bermanfaat untuk memacu pekerjaan lesson

study. Penyusunan jadual yang untuk pengajaran kedua dari research

lesson juga menentukan keberhasilan proyek. Research lesson perlu

dikaji segera setelah kegiatan, terlebih pada hari yang sama. Interval di

antara kegiatan lesson study perlu dipikirkan. Di Jepang pelaksanaan re-

teaching biasanya dilakukan segera setelah lesson sebelumnya dalam

dan harus dilaksanakan secara kolaboratif serta adanya dukungan semua pihak. Hingga saat ini waktu pengembangan professional lebih dialokasikan untuk para pakar dari luar sekolah ketimbang untuk guru agar dapat mengupayakan refleksi praktek mengajar mereka secara kolaboratif. Jauh lebih penting untuk memberdaya pengetahuan konten dan pedagogi guru. Akan tetapi pemberdayaan professional nampaknya harus dilakukan saat di kelas dan dipantau para praktisi professional. --Lesson study adalah perkara waktu--

Page 17: @Buku LS jilid 2

12

jarak beberapa hari atau minggu, sebagian sekolah di AS juga mengikuti

hal ini. Sebagai contoh, pada bulan April 2002 para pengunjung research

lesson di Sekolah San Mateo dapat mengamati kegiatan, mengikuti

kegiatan revisi, dan bisa mengikuti sesi selanjutnya 2 hari kemudian.

Sebagian besar masyarakat terpesona saat melihat perbedaan besar

antara hasil kegiatan pengajaran pertama dengan kedua. Nampaknya hal

ini adalah hasil modifikasi kecil kegiatan pembelajaran seperti

menanyakan pada kelompok adakah solusi yang berbeda untuk

menjawab soal.

Sekolah lain di AS menetapkan interval yang lebih panjang

sebelum melakukan re-teaching. Jadual di Sekolah Paterson pada

umumnya menetapkan interval selama 3 minggu diantara kegiatan

pengajaran pertama dan kedua. Bill Jackson menjelaskan bahwa interval

waktu tersebut digunakan untuk melakukan revisi kegiatan dan sekaligus

untuk secepatnya melakukan revisi. Tahun sebelumnya para guru terlalu

mengulur waktu di antara pengajaran pertama dan kedua. Bersama

dengan jadual yang diterapkan saat ini guru yang melakukan pengajaran

ke-2 diharapkan tidak mengubah topik pelajaran. Hal ini nampaknya

berjalan dengan baik di sekolah tersebut karena guru dapat memasukkan

beberapa pelajaran tambahan untuk mempersiapkan pelajaran akhir. Ada

satu masalah yang dihadapi adalah minimnya pengetahuan yang dimiliki

siswa. Beberapa minggu tambahan untuk melengkapi penngetahuan

mereka akan cukup membantu mengatasi masalah. Seperti guru di

Sekolah Paterson, diharapkan guru yang lain akan mengupayakan

perbaikan dari hasil lesson study untuk merefleksikan segala yang

dipelajari dari kegiatan tahap pertama. Melalui research lesson lebih dini,

maka banyak yang sapat dipelajari dari proses tersebut.

Lesson Study: Satu Beban Lagi Bagi Guru?

Bab ini menjelaskan kegiatan dasar lesson study dan waktu yang

dibutuhkan pada tiap tahapan kegiata, cara menggali berbagai macam

penjadualan, dan perbedaan besar antara rekaman video dengan

Page 18: @Buku LS jilid 2

13

pengamatan langsung. Jauh lebih menantang daripada penetapan jadual

adalah pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk membangun upaya

lesson study yang efektif. Pada bab selanjutnya akan dijelaskan panduan

tahapan demi tahapan lesson study, hal ini akan menyediakan panduan

praktis bagaimana merancang lesson study sesuai dengan setting yang

ada.

Page 19: @Buku LS jilid 2

14

BAB VI

MEMULAI LESSON STUDY DI SEKOLAH:

PANDUAN TAHAP DEMI TAHAP

Rencana pembelajaran kami mengalami perubahan pada

tahun ini karena lesson study. Pada mulanya saya berpikir

aktivitas apa yang saya lakukan, selanjutnya saya berpikir

apakah yang dilakukan ini bermanfaat bagi siswa.

-Jacqueline Hurd, Guru

Pada bab-bab sebelumnya pembahasan lebih terfokus pada ide-ide

di balik lesson study. Pada bab ini pembahasan akan lebih terarah pada

detail praktek lesson study. Panduan tiap langkah berikut dirangkum

dalam gambar 13. Bab ini menggambarkan tahapan lesson study sebagai

berikut:

• membentuk kelompok

• memfokuskan kerja kelompok

• merencanakan research lesson

• melaksanakan, mengkaji, dan melakukan revisi kegiatan pelajaran,

dan

• melakukan refleksi serta merencanakan siklus berikutnya.

Langkah 1. Membentuk Kelompok Lesson Study

Terdapat 4 kegiatan utama dalam membentuk kelompok lesson

study: (1) merekrut anggota, (2) menetapkan komitmen waktu, (3)

menetapkan jadual pertemuan, dan (4) menyetujui aturan dasar kelompok.

Merekrut Anggota

Gambar 14 menyajikan strategi untuk membentuk suatu kelompok

lesson study. Mungkin seperti guru di Sekolah San Mateo, yaitu dilakukan

dengan membagikan leaflet lesson study dan mengundang siapa saja

yang berminat bergabung untuk mengikuti pertemuan informal. Cara lain

dengan memakai kelompok guru yang ada di sekolah (seperti Tim Studi

Page 20: @Buku LS jilid 2

15

Pelajaran Matematika Sekolah Paterson 2). Cara ini akan mengawali

lesson study secara alami.

Suatu kelompok guru yang bekerja untuk mengimplementasikan

kurikulum atau pedoman baru, melakukan pembenahan untuk mata

pelajaran tertentu, penyusunan rencana jangka panjang, dan mereview

program sekolah akan merasakan bahwa lesson study adalah perangkat

untuk menyelesaikan tugas mereka yang efektif dan terfokus pada kelas.

Di sisi lain kemungkinan kelompok dibentuk oleh segelintir orang yang

menyukai tantangan atau ingin mencoba suatu inovasi yang baru muncul.

Tanpa memandang bentuk pendekatan apapun yang digunakan,

kelompok ini sebaiknya bersifat terbuka dan menerima orang lain yang

berminat.

1. Membentuk Kelompok Lesson Study (1-2 kali pertemuan) • Merekrut anggota (tips untuk merekrut terdapat di

gambar 14). • Menetapkan komitmen waktu. • Menetapkan jadual pertemuan. • Menyetujui aturan dasar kelompok.

2. Memfokuskan Lesson Study (1-4 kali pertemuan)

• Menetapkan tema research (atau tujuan pokok) yang menggambarkan visi jangka panjang untuk siswa.

• Menetapkan mata pelajaran yang digunakan. • Menetapkan unit dan topik yang digunakan, serta tujuan

yang diharapkan. 3. Merencanakan Research Lesson (3-6 kali pertemuan)

• Mempelajari kegiatan pembelajaran yang telah ada. • Mengembangkan rencana panduan belajar. Rencana

panduan belajar dilengkapi dengan panduan praktikal dan konseptual bagi instruktur dan observer, dan mengakomodasi visi jangka panjang untuk siswa sekaligus tujuan spesifik dalam mata pelajaran dan unit pembahasan. Hal ini juga disertai rencana pengumpulan data.

• Mengundang pakar dari luar kelompok.

Page 21: @Buku LS jilid 2

16

4. Mengajar dan Mengobservasi dalam Research Lesson (1 pelajaran) • Menghimpun data sesuai yang direncanakan.

5. Mendiskusikan dan Menganalisis Research Lesson (segera dilakukan setelah research lesson selesai pada hari yang sama, pertemuan tambahan mungkin diperlukan). • Mengikuti agenda yang telah disusun.

• Memfokuskan diskusi pada data yang didapat. • Menyusun cara untuk melakukan perbaikan pada

pelajaran/unit/atau pendekatan mengajar. 6. Merefleksikan dan Merencanakan Langkah Selanjutnya (1-2 kali pertemuan) • Mengajarkan kembali pelajaran yang telah mengalami

perbaikan, bila perlu, langkah 4 dan 5 diulang sekali lagi. • Membicarakan keuntungan dan kesulitan kegiatan

lesson study, apa yang diharapkan di siklus selanjutnya. • Guru di AS yang memutuskan bergabung dengan lesson

study adalah para pionir dan hal ini perlu dirayakan. Gambar 13. Tahapan Lesson Study

Strategi: Membangun Kesadaran, Merekrut Sukarelawan Sumber: Mengundang para kolega untuk membaca suatu naskah atau melihat rekaman lesson study. Selanjutnya diamati siapa saja yang berminat. Strategi: Mentransformasi Kelompok yang Telah Ada Sumber: Kelompok yang telah ada di suatu daerah secara alami dapat menjadi kelompok lesson study. Contohnya adalah:

• Komite untuk kurikulum, standar, dan assesmen. Research lesson dapat mewujudkan pandangan kelompok ini di dalam kelas untuk disaksikan semua orang.

• Guru mentor, guru pelatih, ahli mata pelajaran. Research lesson dapat menjadi cara untuk memoles dan berbagi ide seputar good practice, mungkin dengan menempatkan waktu khusus pengembangan professional untuk research lesson.

Strategi: Menata Ulang Kegiatan yang Telah Ada untuk Melibatkan Lesson Study Sumber:

• Kegiatan yang didanai hibah. Nampaknya pemberi hibah lebih senang dengan research lesson terbuka daripada sekedar laporan akhir. Karena diamati oleh guru dari luar kelompok, maka otomatis research lesson menjadi akuntabel dan berpengaruh besar pada kegiatan hibah.

Page 22: @Buku LS jilid 2

17

• Kredit pemberdayaan professional. Daripada membina guru

melalui berbagai pelatihan atau konferensi, membuat kelompok lesson study jauh lebih bermanfaat.

• Review kualitas program, rencana pengembangan sekolah. Lesson study akan menjadi alat untuk mencapai tujuan, mengembangkan teknik mengajar, dan menilai perkembangan siswa.

• Review kinerja sehari-hari. Guru PNS diberi kesempatan untuk mengajar dalam research lesson dengan syarat tertentu, sebagai contoh dengan pantauan kepala sekolah.

Strategi: Menghubungi Anggota Lokal Suatu Perkumpulan Setempat atau Perkumpulan Induk Sumber: Persatuan guru dan perkumpulan terkait lainnya seperti Dewan Guru Matematika Nasional sangat berperan memasyarakatkan lesson study. Museum sains, sekolah guru, dan lembaga lokal yang lain dapat memberi jalan terbentuknya jaringan berbagai kelompok lesson study. Strategi: Mencari Sekolah yang Mendukung Lesson Study Sumber: Sekolah yang telah ada atau sekolah khusus untuk pengembangan professional dapat mengintegrasikan lesson study untuk menjalankan kegiatan sekolah. Strategi: Mengajak Teman Sumber: Diawali dengan mengajak sedikit kolega, lalu membentuk kelompok lesson study yang kecil, kemudian berusaha mengadaptasikan lesson study sesuai dengan setting yang ada. Bila lesson study dapat membawa manfaat, maka berbagai dukungan akan mengalir. Strategi: Mencari Informasi Secara Online Sumber: Informasi tentang kelompok lesson study tersedia di internet. Pengamatan langsung kegiatan pelajaran nampaknya menjadi bagian lesson study. Tetapi hal ini mungkin akan digantikan teknologi video yang semakin maju.

Gambar 14. Strategi Membentuk Kelompok Lesson Study

Menetapkan Komitmen Waktu

Apakah lesson study bermanfaat? Apakah anggota kelompok

lesson study memiliki komitmen waktu untuk mewujudkan manfaat lesson

study? Mungkin tidak seperti model pemberdayaan professional yang lain,

lesson study sangat tergantung pada guru. Kelompok lesson study di

Jepang biasanya melakukan pertemuan 1-4 kali tiap bulan, tetapi saat

Page 23: @Buku LS jilid 2

18

research lesson mereka akan bertemu lebih sering. Sebaliknya tidak akan

ada pertemuan sama sekali bila kegiatan sekolah sangat sibuk. Bila

terdapat sekolah musim panas atau sekolah year-round, nampaknya

musim panas dapat digunakan untuk workshop lesson study. Selanjutnya

guru dapat mengikuti lesson study tanpa terganggu kesibukan sekolah.

Kelemahan dari lesson study adalah sulit mengenali keadaan siswa

selama libur musim panas ketimbang saat masa sekolah.

Kontribusi apa yang diharapkan dari tiap anggota kelompok lesson

study? Beberapa jenis kelompok terbentuk berdasarkan pengertian bahwa

tidak semua anggota berkesempatan mengajar dalam research lesson

dan ada paksaan untuk melakukannya. Sementara kelompok lain

berharap tiap anggotanya berkesempatan mengajar. Rasanya kelompok

perlu mengakomodasi harapan tiap anggotanya.

Menetapkan Jadual Pertemuan

Sekolah selalu dalam keadaan sibuk. Terkadang guru di Jepang

mengesampingkan waktu untuk lesson study sepanjang tahun ajaran. Hal

ini memastikan bahwa bagian-bagian kegiatan lesson study (seperti

pertemuan tingkat lembaga, pertemuan kelompok kecil, dan research

lesson) bukanlah prioritas dan kegiatan pengganti dipikirkan kemudian.

Upaya tiap kelompok lesson study untuk mengajar dalam research lesson

pada tanggal yang ditetapkan tahun depan akan menciptakan perasaan

yang stabil. Makoto Yoshida merekomendasikan sebuah jadual dimana

tiap research lesson diajar 3-5 kali pada kelas yang berbeda, lalu

didiskusikan dan direvisi segera tiap selesai mengajar. Gambar 10 pada

bab 5 menjelaskan maksud beliau. Research lesson publik yang

dilaksanakan di Sekolah Paterson 2 pada tahun 2000 telah selesai

diajarkan, diobservasi, dan diperbaiki tepat sebelum open house lesson

study.

Page 24: @Buku LS jilid 2

19

Menyetujui Aturan Dasar Kelompok

Nampaknya guru merasa tidak nyaman dengan adanya rekan

mereka mengobservasi lesson study. Bab ini akan mengulas tentang

protocol observasi dan wawancara yang akan memudahkan kesulitan ini.

Kelompok lesson study dapat membuat norma-norma explisit atau aturan

dasar yang disepakati. Sebagai contoh, kelompok menginginkan

bagaimana kegiatan diskusi selanjutnya mengambil keputusan,

pembagian tanggung jawab, alokasi waktu, dan saran yang ditawarkan.

Aktivitas seperti pergantian tugas para fasilitator dan menyisihkan waktu

beberapa menit tiap pertemuan untuk merefleksi semua keuntungan atau

kekurangan dari kegiatan akan menciptakan pemerataan kerja bagi tiap

anggota kelompok.

Kelompok lesson study yang efektif pada umumnya memiliki 3 sifat:

• Diskusi secara demokratis. Lesson study tidak sama dengan

kegiatan mentoring atau pelatihan karena penekanannya pada

lesson inquiry yang dikerjakan secara bersama. Mampukah anda

menciptakan prosedur kegiatan yang mengasumsikan semua guru

memiliki sesuatu yang bermanfaat untuk diberikan pada studi

perkembangan dan belajar siswa?

• Kepemilikan dan tanggung jawab secara bersama. Bab 3

menekankan bahwa manfaat lesson study akan berbeda pada

lingkungan yang berbeda. Meskipun manfaat utamanya diarahkan

untuk mengembangkan kurikulum atau membantu para praktisi

untuk merefleksi praktek mengajarnya, terasa sekali adanya

nuansa dukungan kolaboratif. Sebuah kelompok di AS

mempromosikan kegiatan research lesson yang direncanakan

secara kolaboratif tanpa memikirkan siapa yang akan mengajar,

lalu penentuan nama yang akan mengajar dilakukan pada akhir

masa perencanaan research lesson. Guru di Jepang secara

bersama melibatkan diri dalam kegiatan sekolah (seperti festival

olahraga, festival seni, acara wisata, dan sebagainya) dengan

harapan dapat menumbuhkan kebersamaan di antara siswa dan

Page 25: @Buku LS jilid 2

20

menekan suasana persaingan di antara guru. Tujuan lesson study

tidak untuk dimonopoli guru senior, tetapi untuk memberdaya

semua guru, sehingga dapat membekali sebanyak mungkin siswa

dengan pelajaran yang berhasil dan pengalaman yang padu.

• Terpusat pada siswa, bukan guru. Lesson study berfokus pada

pembelajaran dan perkembangan siswa. Seorang guru di AS

memberikan pandangan tentang kegiatan observasi research

lesson, yaitu bahwa observasi dianggap sebagai kritikan. Lesson

study berfokus pada kegiatan belajar siswa dan respon siswa. Hal

ini yang dilakukan untuk menggapai tingkat guru professional. Data

akan mengungkapkan lebih jelas daripada pernyataan hasil

evaluasi. Sebagai contoh “50% siswa mengangkat tangannya untuk

menjawab pertanyaan” lebih meyakinkan daripada “Nampaknya

pertanyaan yang diberikan berhasil (atau gagal) memancing siswa

untuk mengangkat tangan”.

Kelompok lesson study dapat mengawali penetapan norma kelompok

dengan aturan yang telah disepakati kelompok lain. Kelompok dapat

mengikuti aturan dasar yang dicantumkan dalam papan bulletin dari

sebuah sekolah SMP di AS sebagai berikut:

• Komunikasi yang jelas dan mendengarkan secara seksama.

• Menghormati pendapat semua orang.

• Berbagi pengetahuan.

• Mengajukan dan menerima pertanyaan untuk proses klarifikasi.

• Terbuka dengan segala pendapat yang ditawarkan.

• Menghormati batasan waktu.

• Tidak meninggalkan tugas.

Langkah 2. Memfokuskan Lesson Study

Terdapat 3 hal yang disarankan untuk memfokuskan lesson study:

(1) menyepakati tema research, (2) menyepakati mata pelajaran yang

digunakan, (3) menyepakati unit pembahasan yang digunakan. Ketiga hal

tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Page 26: @Buku LS jilid 2

21

Menyepakati Tema Research

Seperti bab 1 yang menceritakan para guru di Sekolah Komae,

untuk lesson study dapat diawali dengan pertanyaan berikut:

• Secara ideal, kualitas apa yang diharapkan dari para siswa saat

mereka lulus sekolah?

• Bagaimana kualitas mereka secara aktual saat ini?

Melalui perbandingan kualitas sisw yang ideal dengan actual, maka

focus utama lesson study dapat ditetapkan. Gambar 15 menunjukkan

sebuah handout untuk memfasilitasi kegiatan diskusi, menyikapi segala

pertanyaan, dan membantu guru menuliskan ide mereka seputar kualitas

siswa yang ideal, actual, serta perbedaan di antara kedua hal tersebut.

Seorang guru di Jepang mendefinisikan lesson study bahwa keadaan

actual siswa saat ini adalah titik awal perjalanan lesson study, sedangkan

kualitas ideal siswa diartikan sebagai tujuan perjalanan tersebut. Lesson

study adalah jalan yang menghubungkan titik awal dan tujuan.

Sebagian guru terlibat dalam lesson study hanya sekedar untuk

meningkatkan keterampilan mengajarnya dan tidak memikirkan

bagaimana keadaan murid mereka 5 tahun mendatang. Akan tetapi ada

baiknya mereka mulai memikirkan hal tersebut. Tidak menutup

kemungkinan matematika atau pelajaran lain tidak terpisahkan dari tujuan

para guru mendidik muridnya. Sifat-sifat seperti kemauan yang besar,

kemampuan refleksi, dan tanggung jawab dalam belajar adalah penting

dalam mempelajari matematika. Sebaliknya matematika mungkin bagain

penting dalam membina sifat-sifat di atas. Peneliti dari AS terkesan

dengan guru di Jepang yang mengawali lesson study matematika dengan

suatu pertanyaan “Siswa macam apa yang akan kita bina di sekolah?”.

Melalui kegiatan refleksi membandingkan antara kondisi actual dan

ideal, maka tema research akan dapat ditetapkan (istilah tema research

juga sering disebut tujuan utama atau focus research). Beberapa contoh

dalam bab 4 dapat memberikan ilustrasi, tetapi tema research umumnya

berupa tujuan yang luas hasil pemikiran semua guru dari semua kelas dan

dari berbagai pandangan, seperti untuk membangun gairah belajar,

Page 27: @Buku LS jilid 2

22

tanggung jawab dan inisiatif sebagai pelajar, serta pemahaman dan

penguasaan materi. Apakah tema research berupa hal yang penting,

jangka panjang, dan mendasar bagi misi para guru? Apakah hal tersebut

yang membawa Anda memasuki dunia pendidikan?

Menetapkan Mata Pelajaran yang Digunakan

Bila mata pelajaran yang akan digunakan dalam lesson study

belum ditetapkan maka pertanyaan berikut nampaknya perlu dipikirkan.

1. Pelajaran apa yang dianggap paling sulit bagi siswa?

2. Pelajaran apa yang dianggap sulit diajarkan bagi guru?

3. Bagian mana dari kurikulum, kerangka kerja, atau pedoman

pendidikan yang perlu dikuasai guru?

Gambar 15. Penentuan Tema Research (Tujuan Utama) Lesson Study

Pikirkan tentang siswa yang Anda bina Kondisi Ideal: Secara ideal bagaimana kualitas siswa 5 tahun mendatang atau saat mereka lulus sekolah. Kondisi Aktual: Tuliskan bagaimana kualitas para siswa. Perbedaan Kedua Kualitas: Bandingkan antara kondisi ideal dan aktual. Perbedaan mana yang paling mendesak untuk ditindak lanjuti. Tema Research: (Tujuan, Fokus Research, atau Tujuan Utama Lesson Study) Dengan membandingkan kondisi ideal dan actual siswa, tentukan focus lesson study. Nyatakan secara positif kondisi ideal siswa yang ditentukan untuk dikembangkan. Sebagai contoh, guru di Jepang yang mengabdi untuk mendidik siswa dari kalangan ekonomi bawah dan kelompok minoritas membuat tujuan seperti ini: Mengembangkan keterampilan akademis dasar yang menjamin kemajuan siswa dan kepekaaan akan hak asasi manusia. Tema Research Anda:

Page 28: @Buku LS jilid 2

23

Guru di Jepang memakai lesson study tidak hanya untuk

mengembangkan keterampilan mengajar mereka, tetapi untuk

mengembangkan hal lain seperti: class meeting, hajatan sekolah, suasana

sekolah, dan integrasi siswa seond-language.

Saat tema research dan pelajaran yang dipakai untuk lesson study

ditetapkan, selanjutnya adalah saat memikirkan bagaimana cara

mewujudkan tujuan lesson study. Pengajaran atau unsur lain macam apa

yang akan mendorong upaya pembentukan siswa ideal yang diharapkan?

Perubahan apa yang diperlukan? Pekerjaan dan perilaku siswa macam

apa yang menunjukkan perubahan yang diharapkan?

Nampaknya akan berguna menyusun berbagai pemikiran dalam

suatu peta yang menunjukkan hubungan antara tujuan jangka panjang

bagi siswa dan research lesson. Gambar 16 memberi contoh peta

research dari Sekolah Komae 7 (ditunjukkan dalam titik-titk)dan

menunjukkan tema research sekolah tersebut yang memilih beberapa

profil ideal siswa yang dijadikan focus research lesson. Saat membaca

bagian bawah dari gambar peta research menampilkan strategi yang

dipakai selama research lesson dan bukti apa yang akan didapat (metode

dan teknik perhitungan), selanjutnya mengapa pengajaran didesain

dengan cara tersebut (hipotesis research), dan bagaimana perkembangan

para siswa terkait dengan tema research sekolah. Peta research disusun

bersama oleh para guru Sekolah Komae dan dijadikan sebagai kerangka

kerja research lesson selama tahun ajaran dan bagi video Can You Lift

100 Kilograms?

Kotak yang paling bawah dari peta research menunjukkan bahwa

guru merencanakan untuk memandang 4 aspek berbeda dari pengajaran:

kurikulum, materi belajar, aktivitas belajar, serta strategi untuk mengajar

dan evaluasi (elemen tersebut ditujukan secara detail dalam tiap rencana

research lesson). Pada kotak di atasnya menunjukkan hipotesis guru

bahwa siswa akan mengembangkan perspektif dan kemampuan berpikir

dalam pelajaran yang mereka inginkan dan disukai. Bila memandang ke

arah kotak di tengah nampak adanya peningkatan harapan guru bahwa

Page 29: @Buku LS jilid 2

24

siswa akan menikmati pelajaran sains. Para guru dari lower grade

mengharapkan siswanya dengan gembira berpartisipasi dalam belajar,

guru dari middle grade mengharapkan siswanya belajar dengan

menggunakan panca inderanya, serta guru dari upper grade

mengharapkan siswanya menikmati kegiatan pemecahan masalah.

Peta research yang kosong dari Sekolah Komae disediakan di

Apendix 6. Hal ini akan membantu mendiptakan peta research yang dapat

mengungkap kualitas siswa yang ideal dan actual, lalu mendefinisikan

hipotesis tentang macam pengajaran yang mampu mewujudkan kualitas

siswa yang ideal, selanjutnya mendesain kualitas siswa yang diharapkan

pada kelompok umur yang berbeda dengan pembinaan menuju kualitas

ideal.

Peta research berguna untuk lesson study sekolah, karena dapat

dimanfaatkan guru dari berbagai kelas untuk membuat hubungan antara

tema research dengan siswa dari berbagai kelompok umur. Lesson study

berbasis sekolah terkadang mengembangkan peta research pada awal

dan selama proses berlangsung oleh semua kelompok lesson study dan

pengurus sekolah.

Menetapkan Unit Dan Topik Yang Digunakan, serta Tujuan yang

Diharapkan

Setelah penetapan tema research dan mata pelajaran untuk lesson

study, kini saatnya bagi kelompok lesson study merencanakan topik yang

akan digunakan. Topik yang dipilih dapat berupa topik yang:

• mendasar untuk pembelajaran berkelanjutan.

• sulit bagi siswa atau yang tidak disukai.

• sulit diajarkan atau tidak disukai guru.

• masih baru dalam kurikulum.

Page 30: @Buku LS jilid 2

25

Gambar 16. Peta Research Sekolah Komae

Tujuan Pendidikan Sekolah Siswa yang:

• Penuh kasih. • Memiliki kemampuan

berpikir yang baik dan pantang menyerah.

• Sehat. • Mampu menghadapi

kehidupan.

Profil Ideal Siswa • Belajar bersama teman. • Banyak

berinteraksidengan alam. • Mampu mengembangkan

perspektif dan kemampuan berpikir.

Situasi Aktual Siswa • Umumnya selalu gembira, ramah, dan saling

mengasihi. • Kebersamaan kurang, cenderung mengacuhkan

pendapat dan perspektif teman. • Sulit mempertahankan pendapat dan pandangan

sendiri. • Sebagian siswa tidak tertarik dengan kondisi

lingkungan sekitar.

Tema Research Siswa menghargai persahabatan, mengembangkan perspektif dan kemampuan berpikir, serta menikmati pelajaran sains.

Profil Ideal Siswa (dari berbagai grup)

Lower Grade Siswa yang:

• Berpartisipasi dalam belajar.

• Mengembangkan strategi pribadi.

• Belajar bersama teman.

Middle Grade Siswa yang:

• Mengoptimalkan pemakaian panca indera.

• Mampu membuat prediksi dan mengujinya.

• Belajar dengan menbandingkan konsep miliknya dengan temannya.

• Bekerja sama dengan teman dalam aktivitas.

Upper Grade Siswa yang:

• Menikmati kegiatan penyelesaian masalah.

• Dapat menemukan permasalahan dan membuat prediksi.

• Memiliki ide sendiri dalam pengamatan dan eksperimen.

• Mengutamakan belajar dengan teman dan saling mengungkapkan pandangan masing-masing.

Hipotesis Research

Bila siswa tertarik untuk belajar dan berinisiatif untuk belajar, mereka akan mampu memperdalam perspektif dan kemampuan berpikir mereka

Siswa akan mengembangkan rasa kasih bila mereka bekerja sama sehinggamereka dapat menghargai pendapat teman saat mereka terlibat dalam pengamatan, eksperimen, dan berbagai kegiatan.

Metode dan Perhitungan • Strategi untuk kurikulum. • Strategi untuk materi belajar. • Strategi untuk mengajar dan mengevaluasi • Strategi untuk kegiatan belajar.

Page 31: @Buku LS jilid 2

26

Guru dapat memilih topik dapat berupa topik yang dijadualkan

dalam research lesson dengan ide bahwa semua pelajaran diharapkan

menjadi media mewujudkan tujuan jangka panjang dan pendekatan pada

mata pelajaran.

Guru di AS menceritakan bahwa menentukan unit dan pelajaran

untuk lesson study seringkali mudah atau sulit. Beberapa kelompok

melaporkan bahwa tes diagnostik dapat mengidentifikasi permasalahan

(seperti kesulitan siswa dengan penguasaan kata-kata) tetapi tidak

memberi pandangan yang jelas tentang macam pelajaran yang dapat

membangun pemahaman siswa. Sebuah kelompok lesson study dari

lower grade pada awalnya berpikir siswa mereka sulit memahami konsep

nilai satuan dan puluhan, selanjutnya diketahui permasalahan utamanya

adalah pemahaman kombinasi angka yang menjadi angka dua puluh.

Kelompok lain mengganti topik pelajaran setelah beberapa pertemuan.

Seorang anggota kelompok tersebut menyatakan bahwa untuk mencapai

kata sepakat membutuhkan waktu. Ada berbagai gangguan selama

kegiatan berlangsung. Banyak waktu terbuang hanya mendapatkan jalan

buntu. Pada pertemuan ketiga kelompok tersebut baru sadar bahwa

mereka selama ini hanya mempermasalahkan hal yang tidak penting. Hal

seperti ini butuh kesabaran.

Saat topik telah ditentukan, misal topik tentang pembagian, tujuan

topik perlu dijelaskan secara spesifik. Di Jepang, tujuan dari topik

diarahkan secara langsung pada Course of Study nasional. Contoh yang

dimasukan untuk memahami cara menghitung luas segitiga atau

mengenali sifat magnet. Tujuan ini menjadi tujuan unit, selanjutnya

pelajaran direncanakan untuk mewujudkan tujuan unit.

Research lesson bersama dengan tujuan spesifik pelajaran terfokus

pada tujuan jangka panjang yang luas dan untuk perkembangan siswa.

Hal ini juga tercantum dalam Course of Study. Sebagai contoh, agar siswa

gemar belajar, berani mengambil inisiatif, mengembangkan pola berpikir

ilmiah, mencintai lingkungan, menjadi pemecah masalah yang aktif, dan

menjadi sadar akan fenomena matematika dalam khidupan sehari-hari.

Page 32: @Buku LS jilid 2

27

Focus pada tujuan yang luas dan spesifik menjadikan lesson study

membingungkan bagi praktisi pemula. Umumnya muncul pertanyaan

lesson study macam mana yang fokus pada pengajaran topik khusus

seperti teknik penambahan atau pembagian; atau tujuan jangka panjang

seperti suka belajar. Jawabannya adalah keduanya. Hal ini menjadi masuk

akal bila disadari bahwa tujuan jangka panjang dan luas seperti tanggung

jawab dan gemar belajar dibangun dari kegiatan belajar mengajar sehari-

hari, dan sebaliknya kualitas dasar siswa ditentukan dari kemampuan guru

mengajar.

Untuk merencanakan research lesson, membutuhkan tujuan yang

terdiri 4 tingkat, yaitu:

• Tujuan spesifik pada pelajaran.

• Tujuan spesifik pada unit.

• Tujuan luas pada mata pelajaran.

• Tujuan jangka panjang untuk pengembangan siswa.

Gambar 17 menggambarkan sebuah contoh penentuan tujuan pada

keempat tingkat tersebut.

Level-1: Tujuan-Tujuan Spesifik Pelajaran • Termotivasi untuk menemukan prinsip-prinsip pengungkit

selama kegiatan belajar mengajar. • Mengenal industri dan lembaga yang berada di sekitar

sekolah. • Menemukan bahwa panjang keliling lingkaran sama dengan

tiga kali panjang diameter lingkaran. Level-2: Tujuan-Tujuan Spesifik dalam Unit

• Memahami bahwa dalam mengangkat suatu benda dengan berat konstan dengan memakai pengungkit, besarnya gaya ditentukan posisi benda dan vector gaya.

• Mengembangkan kesadaran terhadap masyarakat dan peranan individu di dalamnya.

• Memahami cara menghitung luas lingkaran dan bagaimana hubungan antara luas lingkaran dan persegi.

Page 33: @Buku LS jilid 2

28

Level-3: Tujuan-Tujuan Luas Pelajaran • Mengembangkan metode berpikir ilmiah seperti penggunaan

panca indera, pemakaian bukti untuk memperkuat argumen, penggunaan eksperimen terkendali.

• Mengembangkan sifat dasar kewarganegaraan untuk bergabung dalam lembaga perdamaian dan demokratik.

• Menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan soal matematika.

Level-4: Tujuan-Tujuan Jangka Panjang untuk Pemberdayaan Siswa

• Berinisiatif sebagai pebelajar. • Belajar dengan semangat. • Menjunjung tinggi kebersamaan. • Bekerja sama dengan teman. Gambar 17. Contoh Empat Tingkat Tujuan Lesson Study

Saat 4 tingkat tujuan ditetapkan, selanjutnya adalah saat

merencanakan research lesson dan pelajaran yang digunakan. Sebaiknya

jangan berpikir bahwa tujuan yang ditentukan saling bertentangan. Pada

saat melibatkan diri dalam studi tentang pelajaran dan pengamatan siswa,

tujuan yang ditetapkan dapat didefinisikan kembali dan mungkin dapat

dipikirkan kembali tujuan jangka panjang untuk siswa.

Langkah 3. Perencanaan Research Lesson

Guru di Jepang cenderung mengutamakan perencanaan research

lesson daripada persiapan pelajaran sehari-hari. Dua elemen kunci

perencanaan dibahas di sini, yaitu mengenali kegiatan pelajaran yang

selama ini diadakan; dan pengembangan rencana pemandu belajar yang

mendokumentasikan segala hasil pemikiran kelompok lesson study,

selanjutnya catatan ini akan dipakai untuk panduan dalam mengajar,

mengobsevasi, dan mendiskusikan kegiatan pelajaran.

Mengenali Kegiatan Pelajaran Yang Selama Ini Diadakan

Lesson study akan menjadi produktif saat guru mengembangkan

pendekatan atau pelajaran yang lebih baik, daripada hanya melakukan

sekedar rutinitas sekolah. Sebagaimana saat seseorang terhanyut dalam

dunia seni dan musik, diharapkan guru dapat sepenuh hati terjun dalam

Page 34: @Buku LS jilid 2

29

kegiatan pelajaran tanpa memandang kekurangan diri. Seorang kepala

sekolah di Jepang yang mengajar mata Studi Kehidupan Lingkungan

menjelaskan caranya mengajar dengan memperhatikan berbagai contoh

mengajar yang actual. Cara ini dilakukan dengan mengikuti berbagai

presentasi dan research lesson mata pelajaran Studi Kehidupan

Lingkungan. Tiap sekolah mengembangkan cara tersendiri untuk

mengajarkan pelajaran baru. Beberapa sekolah mungkin memiliki

kemiripan, sedangkan sebagian mungkin memilih bentuk berbeda. Metode

yang diterapkan di suatu sekolah belum tentu dapat diterapkan di sekolah

lain karena adanya perbedaan karakter siswa pada tiap sekolah.

Nampaknya sekolah membutuhkan banyak contoh untuk dibandingkan.

Guru di Jepang mencari berbagai contoh research lesson dari

berbagai sumber, seperti buku teks, kegiatan research lesson di sekolah

lain, buku dan video yang dipublikasikan guru, dan bahkan demonstrasi

research lesson di AS. Selain materi yang dipublikasikan, tersedia pula

laporan dan video lesson study dari berbagai lembaga, persatuan guru,

lembaga professional, dan sekolah-sekolah. selain itu para guru juga

sering mengikuti research lesson yang diadakan pemerintah daerah,

perkumpulan professional, 73 sekolah nasional, dan sekolah penerima

hibah penelitian. Makoto Yoshida mengamati guru di Hiroshima umumnya

mengikuti 10 research lesson tiap tahun.

Guru di AS yang merintis lesson study nampaknya relatif sulit

mendapatkan referensi. Akan tetapi referensi dapat dicari dari dosen

perguruan tinggi, museum, laboratorium pendidikan daerah, proyek yang

didanai National Science Foundation, dan lembaga professional untuk

mengembangkan kurikulum, selanjutnya hal ini akan menjadi titik awal

lesson study. Referensi lain yang dapat dipakai adalah guru local yang

mempunyai reputasi, guru mentor, dan guru yang berpengalaman di

bidang publikasi professional. Tidak dianjurkan meremehkan pentingnya

mencari sebanyak mungkin model pengajaran yang akan dicontoh.

Seorang guru di Jepang berpendapat bahwa bila seorang guru terburu-

buru mengembangkan inovasi pembelajaran, upayanya justru mengarah

Page 35: @Buku LS jilid 2

30

pada kegagalan. Pada awalnya sebaiknya kita mencari contoh dari

berbagai sumber. Kemudian pada akhirnya untuk menciptakan model

pengajaran yang terbaik seorang guru diharapkan telah memiliki model

pembelajaran yang dikembangkan dirinya sendiri dan bukan hasil imitasi.

Daripada meniru hasil karya orang lain guru dapat mengembangkan

sendiri cara mengajarnya.

Bila kelompok lesson study berusaha mencari bebagai referensi

model pembelajaran terbaik akan dapat menciptakan research lesson

yang baik dan system masyarakat pebelajar yang tidak hanya menjalani

rutinitas sekolah saja. Isaac Newton berpendapat bahwa hasil kumulatif

sains seperti layaknya berdiri di atas bahu raksasa.

Mengembangkan Desain Pemandu Pembelajaran

Desain pemandu pembelajaran atau Gakushu Shidoan memberi

panduan dalam mengajar, mengobservasi, dan mendiskusikan research

lesson, serta merekam berbagai wawasan yang muncul selama lesson

study. Karena desain pemandu pembelajaran cukup kompleks sebaiknya

digambarkan dalam tiga lingkaran konsentris dengan pusatnya adalah

rencana research lesson. Rencana unit pembelajaran berada di sisi

berikutnya, kemudian seluruh rencana pembelajaran di sisi terluar. Hal ini

digambarkan dalam gambar 18.

• Bagian Pusat Lingkaran: Rencana Research Lesson

Bagian yang terletak di tengah adalah rencana mendetail tentang

research lesson itu sendiri, hal ini sering disebut “today’s lesson”.

Penjelasan mengenai today’s lesson pada topik 7 dari rencana

pembelajaran materi pengungkit dan “Lesson Plan for This Hour” pada

topik 8 dari rencana pembelajaran matematika . Rencana research lesson

akan menjawab pertanyaan utama seperti bagaimana perubahan pola

pikir siswa selama pelajaran dan hal apa yang dapat memberi dorongan

bagi siswa. Rencana research lesson umumnya disusun dalam 3 atau 4

kolom parallel yang berisi hal sebagai berikut.

Page 36: @Buku LS jilid 2

31

1. Pertanyaan, permasalahan, dan kegiatan yang dilakukan guru.

2. Upaya mengantisipasi respon siswa.

3. Upaya antisipasi respon siswa yang terencana.

4. Hal penting yang direkam selama pelajaran.

Gambar 18. Tiga Lingkaran Konsentris Desain Pemandu Pembelajaran

Pertanyaan berikut akan bermanfaat dalam menyusun rencana

research lesson.

1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap topik yang diajarkan?

2. Apa yang seharusnya dipahami siswa dari topik yang diajarkan?

3. Bagaimana skenario (rangkaian pertanyaan dan pengalaman)

untuk membangkitkan pemahaman siswa?

4. Bagaimana siswa merespon pertanyaan dan kegiatan mereka

selama pelajaran? Permasalahan dan salah paham apa yang

muncul selama pelajaran? Bagaimana guru mengatur ide dan

kekeliruan agar mencapai hasi yang diharapkan?

5. Hal apa yang menjadikan pelajaran menjadi membangkitkan

semangat dan berarti bagi siswa?

6. Bagaimana mendapatkan bukti kegiatan belajar, motivasi, dan

perilaku siswa agar hasil kegiatan pelajaran dapat dievaluasi?

Bagaimana teknik pengumpulan data yang diperlukan?

Rencana Research Lesson

Page 37: @Buku LS jilid 2

32

Dari daftar tersebut mengisyaratkan bahwa rencana research

lesson berbeda dari rencana pembelajaran yangselama ini digunakan di

AS. Heather Crawford menyatakan bahwa perencanaan research lesson

adalah kegiatan yang menantang. Guru diharapkan dapat mencoba dan

memikirkan bagaimana cara siswa menyelesaikan tugas sebeum

pelajaran dilakukan. Guru juga diharapkan dapat memperkirakan jawaban

apa yang akan muncul dari iswa. Guru diminta untuk berpikir dari sudut

pandang siswa dan hal ini adalah perubahan yang mendasar.

Crawford juga menjelaskan bahwa perencanaan research lesson

sangat berbeda dengan rencana pembelajaran yang selama ini dilakukan

di sekolahnya. Guru akan berpikir tentang motivasi belajar dan

memastikan siswanya sudah memiliki pengetahuan yang dibutuhkan

sebelum pelajaran dimulai. Pada umumnya guru tidak pernah memikirkan

bagaimana siswanya akan menjawab pertanyaan mereka. Pada saat

pelajaran dimulai guru tidak pernah memikirkan bagaimana interaksi

mereka dengan siswa. Guru hanya berharap siswanya dapat menjawab

pertanyaan dan apabila mereka tidak dapat guru akan memberikan

penjelasan. Saat ini guru sudah mulai berpikir bila mereka mengajukan

pertanyaan bagaimana siswa akan merespon.

Seorang guru di Jepang menuliskan apa yang mereka bayangkan

dalam perencanan research lesson. Mereka membayangkan apa yang

mereka tanyakan pada siswa dan bagaimana jawaban mereka. Guru

tersebut menyatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang dapat

membayangkan bagaimana interaksi siswa seolah-olah dalam kondisi

pelajaran sesungguhnya. Guru yang lain juga memiliki pendapat yang

serupa. Guru tersebut berimajinasi sedang melakukan research lesson

dengan muridnya. Dirinya berkomentar seringkali orang berpendapat

research lesson bertentangan dengan rencana pembelajaran. Sebaiknya

para guru mencoba memberikan pelajaran sebanyak 2 kali. Pada tahap

pertama pengajaran dilakukan dengan siswa imajiner, untuk tahap kedua

dilakukan dengan siswa sesungguhnya. Bila terasa rencana pembelajaran

tidak brjalan dengan baik sepertinya disebabkan teknik pengajaran

Page 38: @Buku LS jilid 2

33

pertama yang tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh. Terlalu banyak

berharap hasil pelajaran berdasarkan pemikiran saja tanpa menyadari

konsepnya juga tidak memberikan hasil yang nyata.

Pengembangan desain research lesson dapat dilakukan dengan

latihan mengajar, seorang dari anggota kelompok lesson study berperan

sebagai guru dan anggota lain berperan sebagai siswa. Melalui cara ini

respon siswa sesungguhnya dapat diperkirakan. Desain research lesson

diharapkan dapat mengembangkan pemahaman siswa, oleh karena itu

desain research lesson informasi yang berguna bagi anggota kelompok

dan pengamat dari luar. Catatan penting yang tercantum dalam desain

memberikan sinyal bagi observer tentang hal yang perlu diperhatikan pada

tiap tahap research lesson. Sebagai contoh, observer dapat menandai

para siswa yang aktif memecahkan masalah yang diberikan guru, lalu

metode apa yang dipakai untuk membandingkan 2 buah persegi atau cara

siswa menunjukkan perubahan udara panas setelah praktikum.

Dalam desain juga perlu adanya catatan untuk alokasi waktu tiap

unsure lesson study dan materi yang dibutuhkan. Pada akhirnya hasil

research lesson dirangkum dalam tujuan research lesson.

• Bagian Lingkaran Kedua: Rencana Unit

Setelah desain research lesson sebelumnya, terdapat bagian yang

lebih besar yang juga meliputi research lesson. Bagian ini meliputi tujuan

unit pelajaran dan desain pengajaran unit pelajaran. Guru di AS

berpendapat bahwa lesson study hanya berfokus pada satu pelajaran

saja. Walau faktanya semua unit digunakan dalam lesson study meskipun

hanya satu pelajaran diobservasi secara khusus. Desain unit

menunjukkan bagaimana research lesson melebur dalam berbagai

pelajaran. Berdasarkan desain unit observer dapat mengungkapkan

apakah pelajaran dapat berfungsi memotivasi pengamatan topik

berikutnya, mengajarkan konsep tertentu, atau membantu siswa

memperkuat dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari sebelumnya.

Seringkali desain pelajaran memberikan informasi di luar unit. Sebagai

Page 39: @Buku LS jilid 2

34

contoh, desain pelajaran dapat menunjukkan bagaimana topik research

lesson terkait dengan materi yang diajarkan tahun sebelumnya.

• Bagian Lingkaran Terakhir: Tema Research

Beberapa hal dalam desain pemandu pembelajaran menjelaskan

kaitan antara pelajaran dan tema research. Hal ini membantu observer

memahami filosofi pendidikan dibalik research lesson, serta bagaimana

kaitannya dengan harapan jangka panjang terhadap siswa. Sebagai

contoh, seseorang yang mendesain pelajaran tentang pengungkit

mengajukan hipotesis bila siswa mampu mengungkap bahwa setiap

peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mengikuti kaidah dan hukum alam,

maka pelajaran ini akan menjadi lebih menarik.

Rencana Pengumpulan Data

Sebuah bagian dari desain pemandu pembelajaran yang

merupakan bagian dari ketiga lingkaran di atas adalah rencana

pengumpulan data. Perlu diperhatikan bahwa bagian dari rencana

research lesson yang disebut “hal yang perlu diperhatikan” atau “evaluasi”

secara khusus memandu para observer untuk mengamati aspek tertentu

saat kegiatan pelajaran. Tamu yang berasal dari luar sekolah tidak

dilibatkan mengambil data, oleh karena itu anggota kelompok lesson study

dan pengelola sekolah terlibat dalam tugas pengumpulan data untuk

menambah data yang dibutuhkan. Data ini dapat berupa susunan tempat

duduk siswa, anggota kelompok siswa, rekaman kegiatan berpikir siswa,

daftar pemeriksaan tugas siswa, catatan partisipasi siswa dalam

kelompoknya, atau bahkan catatan data kelompok lesson study yang lain

yang memiliki visi yang sama.

Data yang disusun dapat mengalami variasi, tergantung tema

research yang digunakan. Sebagai contoh, guru Sekolah Komae 7

mempelajari bagaimana pemahaman siswa mengenai pengungkit

berubah-ubah, apakah siswa pendiam berpartisipasi dalam kelompok, dan

bukti yang menunjukkan keterlibatan siswa dalam kelompok seperti

Page 40: @Buku LS jilid 2

35

pandangan mata atau irama napas yang bersemangat (tsubuyaki). Data

yang dihimpun selama lesson study secara khusus meliputi bukti kegiatan

pembelajaran akademik, motivasi, dan iklim sosial. Gambar 7 dalam bab 4

memberi contoh jenis data yang dihimpun dalam research lesson.

Meskipun data yang dihimpun berfokus pada siswa, nampaknya juga perlu

data mengenai cara berbicara guru dan alokasi waktu yang digunakan

untuk tiap bagian kegiatan pelajaran. Melalui cara ini guru dapat

menganalisis hal yang berkaitan dengan dirinya, sebagai contoh adalah

bagaimana guru mengalokasi waktu dan cara merespon reaksi siswa.

Pemakaian Desain Pemandu Pembelajaran

Secara ringkas desain pemandu pembelajaran mewujudkan

pemikiran kelompok lesson study terkait dengan 3 lapis praktek yang

digambarkan dalam 3 lingkaran, yaitu kegiatan pelajaran, unit besar dan

mata pelajaran, dan pembinaan siswa jangka panjang. Saat akan

melaksanakan rencana research lesson, rencana tersebut bermanfaat

untuk:

• Membantu instruktur research lesson dengan cara memberi detail

kegiatan pelajaran dan bahan yang diperlukan.

• Memandu observer dengan cara menentukan hal yang perlu

diamati; dan menyediakan form pengumpulan data yang tepat serta

salinan tugas siswa.

• Membantu observer memahami pentingnya research lesson, kaitan

antara research lesson dengan tujuan mata pelajaran dan tujuan

pembinaan siswa, serta memberikan alasan pemilihan pedagogik

tertentu.

• Memberikan catatan kegiatan berpikir dan perencanaan kelompok

lesson study, sehingga anggota kelompok memiliki rekaman

kegiatan dan membicarakan dengan anggota yang lain.

Desain pemandu pembelajaran memiliki peran yang penting yang

tidak dipahami warga Amerika. Kelompok lesson study dapat melakukan

analisis rencana kelompok. Bagian tersebut memberikan pandangan cara

Page 41: @Buku LS jilid 2

36

merencanakan research lesson sekaligus kerangka kerja untuk rencana

tersebut. Perlu diperhatikan tiap bagian dari rencana dan alokasi waktu

untuk mendiskusikan tiap tahap kegiatan, mendiskusikan kondisi ideal dan

aktual siswa, tujuan jangka panjang untuk siswa, tujuan matapelajaran

dan unit, kelancaran kegiatan pada semua tahap, detail rencana

pelajaran, dan sebagainya.

Memanfaatkan rencana research lesson yang biasa dipakai di

Jepang untuk merencanakan research lesson dan lingkup yang lebih

besar dapat membawa manfaat yang tidak terduga. Seorang guru di

Jepang menyatakan bahwa desain pemandu pembelajaran adalah bentuk

hipotesis lesson study. Rencana pembelajaran perlu mengungkap

masalah yang berkaitan dengan pelajaran, hal apa yang baru terungkap

dari kegiatan pelajaran terakhir, serta menyertakan visi guru tentang

pendidikan, siswa, dan matematika. Hal ini adalah pekerjaan yang besar.

Melalui cara menuliskan hal tersebut di atas maka guru menjadi peka

terhadap kegiatan pelajaran dan matematika.

Guru yang lain berpendapat bahwa menulis rencana pembelajaran

berarti guru sekaligus mengorganisasi ide yang mereka miliki. Menulis

rencana pembelajaran sangat bernilai. Hal ini yang mendasari mengapa

siswa sering diberi tugas menulis, oleh karena itu guru juga harus sering

menulis. Menulis adalah cara untuk mengorganisasi segala pemikiran

tentang tujuan, materi, dan metode pembelajaran.

Mengundang Pakar dari Luar Sekolah

Elemen lain yang dapat membantu keberhasilan lesson study

adalah melibatkan pakar dari luar sekolah, yaitu guru atau peneliti yang

ahli di bidang pelajaran yang digunakan dalam lesson study, atau ahli

dalam mengajarkan, atau berpengalaman dalam keduanya.

Sesungguhnya akan lebih bermanfaat bila pakar tersebut dilibatkan sejak

pertama kali lesson study diadakan. Hal ini disebabkan pakar tersebut

sejak awal dapat menentukan arah lesson study dengan tepat, memberi

saran seputar sumber kurikulum, dan bahkan berperan sebagai

Page 42: @Buku LS jilid 2

37

komentator research lesson. Kelompok lesson study Sekolah Paterson 2

dan Sekolah San Mateo melibatkan para pakar bidang matematika,

pendidikan matematika, lesson study, pendidikan negeri Jepang, dan

pembelajaran anak-anak.

Gambar 6 di Bab 4 merangkum peran para pakar lesson study di

Jepang. Para pakar dapat memiliki peran penting di dalam dan luar

sekolah. Para komentator di Jepang sering mengunjungi sekolah tiap

tahun dan berperan menyebarluaskan berbagai hasil kegiatan pelajaran

dan pendekatan pembelajaran ke berbagai sekolah. Bila kelompok lesson

study menghendaki bantuan dari pakar, maka diharapkan pakar tersebut

berpengalaman dengan lesson study yang kolaboratif dan terpusat pada

siswa. Gambar 3 pada bab 2 dapat didiskusikan dengan pakar yang

diundang untuk memperjelas perbedaan antara lesson study dengan

pengembangan professional yang sepenuhnya dipimpin oleh para ahli.

Dalam lesson study peran pakar adalah memberi pertanyaan, memberi

perspektif baru, dan menjadi peneliti tidak langsung, tentunya tidak

sekedar memberi saran.

Langkah 4. Mengajar dan Mengobservasi Research Lesson

Menjelang dilaksanakannya research lesson, kelompok lesson

study diharapkan telah menyusun rencana yang:

• Mengakomodasi pemikiran bersama tentang bagaimana mengajar

topik tertentu pada siswa.

• Menjelaskan tujuan jangka panjang bagi siswa dan bagaimana

mewujudkannya di kelas.

• Menyusun pertanyaan dan kegiatan yang diberikan guru, serta

mengantisipasi respon dari siswa.

• Mengantisipasi pertanyaan apa yang akan terjadi dan bagaimana

mengendalikannya. Contohnya adalah bagaimana mengatur

kesalahan perhitungan dari siswa.

• Mendaftar informasi praktis seperti bahan yang dibutuhkan dan

berapa waktu yang dialokasikan pada tiap tahap pelajaran.

Page 43: @Buku LS jilid 2

38

• Memberi informasi kepada observer apa yang harus diperhatikan

selama pelajaran dan data apa yang dihimpun, dan memberi

berkas yang penting (misalnya susunan tempat duduk siswa,

segala yang dilakukan pada tahap tertentu, atau formulir yang

dirancang untuk menghimpun data).

Bagian yang paling menarik adalah melihat apakah ide yang kita

miliki terwujud dalam praktek. Data yang dihimpun observer membantu

kelompok untuk mengamati kejadian-kejadian selama pelajaran secara

perlahan dan mempelajari semua hal. Kelompok harus dapat menentukan

data apa yang dihimpun (perhatikan gambar 7 dalam bab 4), dan

menugaskan orang yang tepat untuk menghimpun data. Di Jepang,

research lesson sering didokumentasikan berupa rekaman suara, video,

foto, tugas siswa, dan catatan pengamatan secara naratif. Bila 1 atau 2

orang guru ditugaskan menghimpun data pada siswa atau kelompok

tertentu, maka guru tersebut mendapatkesempatan untuk belajar

kelemahan dan kelebihan dari kemampuan observasi mereka. Sebagai

contoh, seorang guru di Jepang menyatakan dirinya belajar mengamati

perilaku nonverbal siswanya setelah dirinya disadari dirinya tidak pernah

peka dengan respon nonverbal siswanya.

Gambar 19 memberi petunjuk cara observasi pelajaran. Petunjuk

tersebut harus mendapat perhatian yang besar dari tiap anggota kelompok

dan observer. Peran observer selama lesson study adalah menghimpun

data. Peneliti dari AS menyatakan bahwa observer seharusnya juga

berperan sebagai “mata tambahan” bukan sebagai “kepanjangan tangan”

peneliti. Bila observer dimintai bantuan oleh siswa nampaknya akan sulit

melihat pengaruh perlakuan pembelajaran pada siswa. Biarkan siswa

memahami bahwa guru tambahan berperan sebagai pengamat selama

pelajaran, tidak untuk dimintai bantuan. Oleh karena itu siswa tidak akan

berpikir mereka berhadapan dengan guru yang tidak memberi bantuan.

Page 44: @Buku LS jilid 2

39

Dalam melakukan research lesson pembagian tugas anggota

kelompok lesson study dapat dipaparkan sebagai berikut.

• Menghimpun materi yang dibutuhkan untuk pelajaran.

• Menggandakan rencana pengajaran untuk observer.

• Mencatat hasil diskusi setelah pelajaran.

• Memfasilitasi diskusi setelah pelajaran.

• Menyebarluaskan hasil lesson study untuk warga sekolah.

Adanya sebagian guru yang bertanggung jawab dalam mengajar,

maka anggota kelompok yang lain dapat mengambil tangung jawab pada

tugas pendukung yang lain. Bila research lesson yang diadakan dipantau

oleh pengamat yang bukan anggota kelompok, maka diharapkan ada

yang bertugas memfasilitasi diskusi setelah pelajaran.

OBSERVASI RESEARCH LESSON 1. Tidak memberikan bantuan pada siswa atau turut campur dengan

jalannya pelajaran. 2. Menghimpun data yang dibutuhkan sesuai dengan rencana research

lesson, atau memfokuskan pengamatan pada bagian khusus “hal yang harus diperhatikan” berdasarkan rencana pembelajaran.

DISKUSI RESEARCH LESSON 1. Refleksi Instruktur. Instruktur menjabarkan tujuannya untuk

pelajaran yang dijadualkan, memberi komentar tentang hal yang dapat berjalan dan kesulitan apa yang dihadapi, serta merefleksi yang telah dipelajari berdasarkan rencana dan pelaksanaan pelajaran (5 menit atau lebih).

2. Informasi Latar Belakang dari Anggota Kelompok Lesson Study. Kelompok studi pelajaran menjabarkan tujuan mereka bagi siswa (baik tujuan pelajaran dan tujuan jangka panjang) dan hal yang mendasari penyusunan desain pelajaran. Kelompok tersebut juga perlu menjelaskan perubahan rencana apa saja yang terjadi selama kegiatan.

3. Presentasi dan Diskusi Data Research Lesson. Anggota kelompok (bila perlu bersama observer) menyajikan dan mendiskusikan data tentang kegiatan belajar, keterlibatan, dan perilaku siswa selama research lesson, serta tentang pelajaran yang diberikan. Data dapat berupa tugas siswa, rekaman pertanyaan dari guru atau siswa, rekaman naratif kegiatan siswa tertentu, hal yang dituliskan di papan tulis, dan sebagainya sesuai dengan kesepakatan anggota kelompok. Apakah data tersebut akan mengungkap pencapaian tujuan pelajaran dan tujuan jangka panjang?

Page 45: @Buku LS jilid 2

40

4. Diskusi Umum. Diskusi dapat berupa diskusi singkat yang dipimpin moderator. Focus diskusi pada pembelajaran dan perkembangan siswa, serta elemen mana dari pembelajaran yang menunjang. Moderator berwenang membatasi pembicaraan, atau menentukan tema diskusi, sehingga arah pembicaraan terkendali. Hal yang sensitive sebaiknya dibicarakan dalam waktu tersendiri.

5. Komentator Luar (bersifat opsional). Seorang komentator dari luar kelompok dapat disertakan dalam diskusi.

6. Penutup. Pada umumnya bila diskusi melibatkan orang banyak maka pengurus sekolah memberikan ungkapan terima kasih kepada segenap pelatih, perencana, dan peserta atas partisipasi mereka dalam pengembangan pelajaran di sekolah. Sebagai tambahan, peserta juga mengungkapkan terima kasih kepada para pelatih dan menceritakan hal yang telah mereka pelajari selama kegiatan.

*dari Clea Fernandez Catatan: tata cara di atas berdasarkan agenda diskusi tentang video Can You Lift 100 Kilograms? (www.lessonresearch.net ), dan informasi lebih lanjut tersedia di www.globaledresources.com dan www.tc.edu/centers/lessonstudy/.

Gambar 19. Tata cara Observasi dan Diskusi Research Lesson.

Langkah 5. Diskusi dan Analisis Research Lesson

Di Jepang banyak terdapat buku yang sepenuhnya mengulas etiket

diskusi lesson study. Tentu tidak mengherankan, sedangkan di AS

seorang guru merasa tidak nyaman mengajar dalam research lesson di

depan rekan-rekannya. Sebuah agenda yang baik dalam diskusi akan

memudahkan keterbukaan dan membuat diskusi menjadi menyenangkan

dan produktif.

Diskusi research lesson sangat bervariasi di Jepang, tergantung

pada jumlah dan pengalaman anggota kelompok dalam lesson study,

serta apakah diskusi melibatkan pendidik dari pihak luar. Beberapa ciri

panduan diskusi yang digambarkan pada gambar 19 yang perlu

diperhatikan adalah:

• Guru yang bertugas mengajar dalam research lesson berbicara

terlebih dahulu dan berkesempatan mengungkap kesulitan yang

dihadapi selama pelajaran sebelum diungkapkan anggota yang

lain.

Page 46: @Buku LS jilid 2

41

• Perlu dipahami bahwa kgiatan lesson study adalah untuk

kepentingan bersama. Setiap anggota bertanggung jawab memberi

penjelasan setiap pemikiran dan perencanaan pelajaran.

• Pelatih atau guru yang merencanakan pelajaran diharapkan

mengungkapkan dasar pemikiran mereka menyusun rencana

pembelajaran, perbedaan dengan situasi yang sesungguhnya

dengan perencanaan yang diharapkan, serta aspek apa yang akan

dievaluasi dari observer.

• Diskusi berfokus pada data yang dihimpun observer. Observer

menyatakan secara khusus tentang pekerjaan dan rekaman

percakapan siswa. Observer tidak dibenarkan menilai tentang

kualitas hasil pembelajaran.

• Waktu diskusi dibatasi, oleh karena itu percakapan yang keluar

jalur harus dikendalikan.

Walau nampaknya tidak menyenangkan membatasi kegiatan

diskusi, guru di Jepang berpendapat bahwa akhir dari diskusi adalah

sekaligus awalnya. Mereka berpendapat adanya umpan balik dapat

disampaikan secara informal. Seorang guru berpendapat saat diskusi

bahwa research lesson tidak berakhir saat diskusi. Research lesson

adalah berkelanjutan, hal ini memberi kesempatan padanya untuk saling

berbagi dengan rekan guru yang lain. Sebagai contoh, dirinya bertanya

pada rekannya tentang caranya mengajar, selanjutnya rekannya

memberikan saran konkret dan dorongan. Kegiatan ini menjadikan

hubungan antar guru semakin erat.

Guru di Jepang saling memahami alasan dan manfaat diskusi

setelah research lesson. Oleh karena itu guru di AS perlu membangun

rasa saling memahami seperti itu. Beberapa saran yang dapat bermanfaat

adalah sebagai berikut.

• Mengutarakan dan mereview agenda dan aturan dasar, sehingga

tiap anggota memahami macam diskusi yang akan dilakukan.

Page 47: @Buku LS jilid 2

42

• Menunjuk seorang pimpinan yang mengendalikan waktu dan

menyediakan fasilitas, serta menyepakati tentang bagaimana

fasilitator mengendalikan jalannya pembicaraan.

• Menyusun rencana yang tersusun dengan baik untuk menghimpun

dan menyajikan data agar diskusi berjalan dengan menarik.

• Menunjuk seorang anggota yang bertugas sebagai pencatat. Pada

kesempatan lain dirinya berperan untuk memberi petunjuk hal

berikutnya yang akan dibahas.

• Melakukan refleksi untuk menunjukkan research lesson sebagai

kepentingan bersama, bukan hanya untuk guru pengajar, karena

pengajar pun membutuhkan dukungan semua anggota.

Langkah 6. Refleksi Kegiatan Lesson Study dan Perencanaan

Langkah Selanjutnya

Pada tahap ini kegiatan lesson study telah berjalan satu siklus

penuh, diawali sejak menentukan tujuan yang akan diwujudkan dalam

kondisi pelajaran sesungguhnya dan merefleksi bagian mana yang telah

berjalan dengan baik serta yang masih memerlukan perbaikan. Untuk

selanjutnya kelompok lesson study mulai berpikir apa yang harus

dikerjakan selanjutnya. Perlukah kegiatan yang telah berlangsung

dikembangkan lebih lanjut? Apakah tiap anggota kelompok berkeinginan

mencoba lesson study dalam kelasnya? Guru di sekolah Paterson 2

melakukan revisi dan mengajarkan kembali pembelajaran yang telah

dilakukan lebih dari sekali sesuai dengan yang dianjurkan Makoto Yoshida

(gambar 10, Bab 5). Apakah tiap anggota kelompok puas dengan tujuan

kegiatan dan metode yang digunakan? Pertanyaan di bawah ini

bermanfaat membantu melakukan refleksi siklus lesson study dan

penentuan langkah selanjutnya.

1. Manfaat apa yang dapat dirasakan saat bekerja secara kolaboratif

dalam lesson study?

2. Apakah lesson study dapat memberi dorongan untuk

mengembangkan keterampilan mengajar dalam kehidupan nyata?

Page 48: @Buku LS jilid 2

43

3. Apakah lesson study dapat memberi dorongan untuk

mengembangkan pengetahuan tentang materi yang diajarkan,

aktivitas belajar, dan perkembangan siswa?

4. Apakah pencapaian lesson study dapat dirasakan oleh semua

pihak?

5. Apakah setiap anggota bekerja sama secara produktif dan saling

mendukung?

6. Apakah tujuan kegiatan telah tercapai?

7. Apakah tiap anggota merasa dilibatkan dan dihargai?

8. Apakah non-partisipan mendapat informasi dan undangan seputar

kegiatan?

Guru di AS membutuhkan keberanian untuk memulai lesson study.

Kelompok lesson study yang dirintis akan menghadapi rintangan yang

selama ini dibangun oleh dunia pendidikan AS. Pada awalnya lesson

study hanya sekedar sambutan yang meriah. Namun sesunguhnya

kelompok harus menunjukkan komitmen untuk pemberdayaan diri di

sekolah dan di luar sekolah. Hasil apapun yang telah diraih layak untuk

dihargai dan dirayakan.

Page 49: @Buku LS jilid 2

44

BAB VII

DUKUNGAN UNTUK LESSON STUDY

Terjadinya penjelajahan samudera bukan karena dorongan

untuk menemukan benua baru, tetapi karena kemajuan

wawasan manusia.

- Marcel Proust (1871-1922)

Jepang dan AS memiliki perbedaan system dan budaya

pendidikan. Dukungan apa yang dibutuhkan agar lesson study dapat

berjalan di AS? Bab ini akan mengulas sebuah dukungan kolaboratif dan

seksama secara institusional dan 5 nilai yang mendukung lesson study;

kritik atas diri sendiri; keterbukaan terhadap pihak luar; menerima

kesalahan; kemauan untuk maju; dan umpan balik yang jujur dan saling

menghormati.

Memiliki Kurikulum yang Tepat

Lesson study terfokus pada cara mengajar, bukan pada apa yang

diajarkan. Guru di AS menghabiskan waktu untuk belajar dari berbagai

buku teks tebal untuk memilah materi yang akan diajarkan atau

menyesuaikan materi berdasarkan pedoman. Hal ini memang penting,

akan tetapi pekerjaan tersebut hanyalah langkah awal menuju lesson

study yang justru lebih menekankan bagaimana siswa mencerna materi.

Pedoman umum dan kurikulum menyebabkan guru di AS

menganggap lesson study menjadi hal yang mudah. Sesungguhnya

lesson study yang akan mengimplemetasikan kurikulum dan pedoman

dalam kehidupan sehari-hari. Buku teks di AS hanya memberi harapan

kosong hal apa saja yang perlu dipelajari.

Kurikulum SD di Jepang disusun dengan baik karena menjabarkan

dengan rinci tujuan yang luas pada tiap matapelajaran dan sekaligus

tujuan dari tiap topik yang diajarkan. Sebagai contoh, tujuan besar untuk

sains SD adalah mengembangkan rasa mencintai lingkungan,

Page 50: @Buku LS jilid 2

45

kemampuan menyelesaikan permasalahan, aktif dalam upaya memahami

fenomena alam, dan budaya berpikir ilmiah. Siswa kelas 5 hanya

mempelajari 7 topik selama 95 pertemuan pelajaran sains. Salah satu

topik tentang pendulum dan berat dijabarkan sebagai berikut.

Siswa diarahkan untuk memahami hukum gerakan dengan menggunakan

pemberat untuk mengamati fenomena gerakan. Hal ini dilakukan dengan

mengubah bobot pemberat, perubahan kecepatan, dan sebagainya.

Selanjutnya siswa memahami bahwa:

1. Perubahan waktu yang terjadi pada pemberat saat berayun tidak

ditentukan oleh bobot pemberat, tetapi oleh jarak yang ditempuh.

2. Fungsi dari gerakan pemberat tergantung pada massa pemberat

dan kecepatan gerakan.

Terdapat pula topik lain yang serupa dalam hal jumlah materi yang

dipelajari. Adanya sejumlah 13-14 pertemuan dalam satu topik seperti

materi pendulum dan pemberat, rasanya cukup masuk akal bagi guru

untuk meluangkan waktu menciptakan berbagai cara untuk menarik

perhatian siswa dan menciptakan pemahaman yang mendalam.

Sebaliknya beberapa guru di AS justru merasa terbebani mengajarkan

topik pendulum dan pemberat dalam satu periode dan memilih metode

ceramah. Oleh karena itu nampaknya sulit mengamati proses berpikir dan

interaksi siswa.

Guru di AS yang menghadapi pedoman-pedoman dan buku teks

yang tebal tidak perlu menyerah. Melalui identifikasi topik-topik yang

dianggap sulit oleh siswa, mencari topik yang unik yang tidak tercantum

dalam buku dan pedoman, dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekan

dalam hal inti materi pelajaran, maka guru dapat memperoleh fokus yang

baik untuk lesson study.

Kritis pada Diri Sendiri

Suatu hal yang unik di suatu kelas di Jepang pada tahun 1993.

seluruh kelas melakukan Hansei, yaitu aktivitas refleksi yang dilakukan

pada akhir kegiatan pelajaran, akhir jam sekolah, akhir minggu, akhir

Page 51: @Buku LS jilid 2

46

semester, dan sebagainya. Saat melakukan hansei siswa menanyakan

pada diri sendiri. Contohnya adalah “Apakah saya telah berupaya dengan

keras?”, “Apakah saya mengingat materi untuk pelajaran minggu ini?”,

“Apakah saya telah berbuat baik pada orang lain?”, dan “Pelajaran apa

yang saya anggap sulit?”. Gambar 20 menunjukkan beberapa aktivitas

siswa dalam hansei. Cukup menarik menyaksikan siswa beserta guru

merefleksikan kegiatan mereka hari itu. Oleh karena itu dalam penelitian

pun perlu dilakukan refleksi untuk mengukur seberapa besar hasil yang

dicapai dalam penelitian dan apa yang harus dilakukan untuk

meningkatkan kualitas hasil yang dicapai. Kebiasaan melakukan refleksi

kritis untuk diri sendiri adalah kunci pendukung lesson study dan

pendidikan di Jepang secara umum.

Semangat hansei yang terbuka dan terfokus pada perbaikan

kekurangan sesseorang adalah nilai inti dalam lesson study. Research

lesson di Jepang yang dilakukan para tokoh pendidik mampu menarik

perhatian ribuan guru walaupun hasil kegiatan seperti ini belum tentu

dapat menjadi model terbaik. Sebaliknya, mereka mereka berfokus pada

aspek pengajaran di kelas yang akan dikembangkan. Sesungguhnya

fokus kegiatan mereka tidak terlalu penting, apa yang menyebabkan

mereka terfokus pada aspek tersebut? Oleh karena itu kritik pada diri

sendiri dan saran dari pihak lain dapat menciptakan iklim yang

menyenangkan untuk pemberdayaan dunia pendidikan.

Sebuah penelitian tentang pemberdayaan sekolah di enam wilayah

menandai pentingnya menawarkan kemampuan seseorang dalam proses

pemberdayaan. Satu kualitas yang membedakan suatu sekolah yang

berhasil adalah kemauan para pemimpin dan pengelola untuk berbagi

pengetahuan dan saling menilai satu sama lain. Kemauan untuk saling

terbuka dan mengungkapkan kekurangan masing-masing akan

membentuk kekuatan untuk pemberdayaan diri. Melalui cara serupa

dengan secara sukarela mengajar dalam research lesson para pioner

lesson study dapat memecah kebuntuan di antara sesama mereka.

Page 52: @Buku LS jilid 2

47

BAB VIII

KESALAHAN KONSEP DALAM LESSON STUDY

Lesson study tidak sekedar merencanakan pembelajaran,

lesson study adalah sebuah riset dan pengematan proses

belajar siswa.

- Guru di Amerika Serikat

Nampaknya cukup alami merubah wawasan baru seperti lesson

study menjadi bentuk yang lebih familiar. Sejalan dengan bergulirnya

waktu guru akan tidak merasa ragu mengadopsi lesson study dalam

kondisi di AS. Tetapi pada awalnya nampaknya sangat penting untuk

memahami bagaimana perbedaan lesson study dengan bentuk

pembelajaran yang umum dilakukan di AS. Bab ini akan mengulas 6

macam kesalahan konsep dalam lesson study, yaitu: lesson study adalah

sekedar perencanaan pembelajaran, pembelajaran harus dimulai dari

konsep di atas kertas, pembelajaran harus mengikuti skenario, lesson

study adalah sekedar pembelajaran yang direncanakan di atas kertas lalu

dibagikan kepada tiap anggota kelompok, research lesson hanya sekedar

sandiwara pembelajaran, dan lesson study hanya sekedar riset dasar.

Kesalahan 1: Lesson Study Adalah Sekedar Perencanaan

Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran hanyalah bagian kecil dari lesson

study, proses sesungguhnya meliputi formulasi tujuan jangka panjang,

pengamatan respon siswa pada pembelajaran sesungguhnya, dan

mengkaji ulang bentuk pendekatan pengajaran yang telah dilakukan.

Bahkan rencana pembelajaran dalam lesson study berbeda dengan

rencana pembelajaran yang umum diaplikaskan di AS. Dalam lesson

study guru akan menyusun pertanyaan dan aktivitas yang mendorong

siswa dari wawasan awal mereka menuju wawasan baru yang

dikehendaki. Guru akan mengantisipasi pola pemikiran siswa dalam

Page 53: @Buku LS jilid 2

48

merespon aktivitas yang disusun. Selanjutnya guru membandingkan hasil

dari skenario yang disusun dengan hasil nyata dalam pelajaran. Reaksi

siswa sesungguhnya akan digunakan untuk mengkaji ulang rencana

pembelajaran serta metode pengajaran secara umum. Fokus lesson study

tidak terpaku pada satu periode pelajaran, akan tetapi pada unit dan visi

pengajaran yang lebih besar dari pelajaran tersebut. Istilah lesson dalam

bahasa Jepang adalah Jugyou yang bermakna pelajaran dan pengajaran.

Kesalahan 2: Pembelajaran Harus Dimulai dari Konsep di Atas

Kertas

Guru di Jepang jarang sekali merencanakan dari catatan tangan

selama lesson study. Sebaliknya mereka mempelajari tahap-tahap dalam

pendekatan yang digunakan dan mengkaji ulang pendekatan tersebut

atau mengadaptasikan pendekatan tersebut dalam setting kelas yang

mereka miliki. Fokusnya terdapat pada pemberdayaan, bukan penciptaan.

Sebelum memulai research lesson nampaknya cukup masuk akal bila

mencari bahan yang baik dalam topik pelajaran. Oleh karena itu para

pakar pendidikan dari luar kelompok akan sangat membantu. Makin

sedikit waktu untuk berkutat pada teori, makin banyak waktu tersedia

untuk mengantisipasi respon dari siswa, mengamati aktivitas siswa, dan

mengkaji ulang kegiatan pelajaran agar dapat dimanfaatkan pada tahap

selanjutnya.

Kesalahan 3: Pembelajaran Harus Mengikuti Skenario

Beberapa tokoh pendidik dari AS mengungkapkan bahwa metode

pembelajaran dari Jepang tidak cocok dengan setting di AS. Hal ini terjadi

karena mereka terpaku pada “script” atau skenario. Guru di Jepang

sebenarnya juga terpaku pada skenario, akan tetapi pada aspek dimana

mereka menyusun pertanyaan dan permasalahan untuk memacu

kemampuan berpikir siswa. Sebagai contoh, para guru yang diamati

Makoto Yoshida membuat perhitungan 12 minus 7 sebagai model untuk

memperkenalkan teknik pengurangan dengan regrouping, hal ini dilakukan

Page 54: @Buku LS jilid 2

49

setelah mengesampingkan model permasalahan lain yang operasi dan

visualisasinya dianggap terlalu mudah untuk siswa. Ide dasar melakukan

lesson study adalah adalah kegiatan menulis, berbicara, dan presentasi

dalam suatu kegiatan atau permasalahan dapat berpengaruh pada

kemampuan belajar siswa.

Selanjutnya, guru di Jepang terkadang menggunakan kata “script”

atau “drama” untuk menjelaskan seluruh proses pembelajaran, yaitu

pertanyaan yang diajukan guru, solusi dan proses berpikir para siswa, dan

berbagai pengalaman yang dialami siswa yang akan memperkuat

pemahaman mereka. Skenario/script ini membantu para guru untuk

mempertimbangkan pertanyaan yang akan diajukan dan bagaimana

memanfaatkan reaksi siswa untuk memberdayakan mereka.

Bila ternyata guru di AS mendengar tentang guru di Jepang juga

mengikuti skenario, apa yang akan terjadi adalah skenario tidak harus

dicermati dan diterapkan guru dengan ketat. Sebenarnya di sini bukanlah

permasalahannya. Praktisi lesson study yang cakap di Jepang

menyarankan bahwa dalam research lesson, guru lebih hati-hati

mengembangkan materi pembelajaran dan selanjutnya lupakan materi

pembelajaran tersebut sehingga guru dapat memperhatikan wajah para

siswa. Guru di Jepang telah menyadari bahwa pembelajaran adalah

proses yang mengalir tanpa henti dimana banyak hal yang harus

ditentukan dalam sesaat dan bahwa tujuan rencana pembelajaran

terkadang menghasilkan wawasan penting untuk mengembangkan

pembelajaran. Sebuah kelompok lesson study yang telah berpengalaman

menyebut diri mereka Metode Eksplorasi Kutub. Guru yang tergabung

dalam kelompok itu menyebut demikian karena adanya kesamaan antara

mengajar dengan eksplorasi ke daerah kutub. Kedua pekerjaan ini

membutuhkan keterampilan yang mumpuni, latihan yang keras, dan

perencanaan yang matang, tetapi dalam kondisi yang tak terduga

perencanaan dapat dikesampingkan, seperti munculnya badai di kutub.

Page 55: @Buku LS jilid 2

50

Kesalahan 4: Lesson Study Adalah Sekedar Pembelajaran yang

Direncanakan di Atas Kertas Lalu Dibagikan Kepada Tiap Anggota

Kelompok

Terkadang kita ditanya tentang apakah fokus lesson study hanya

memberikan penyempurnaan dalam proses pembelajaran lalu disertifikasi

dan dipublikasikan saja. Sesungguhnya publikasi hasil lesson study terjadi

karena para guru memilih sendiri model pembelajaran yang mereka suka

dan selanjutnya mereka adaptasi dalam kelas mereka. Jarang sekali suatu

perkumpulan profesional atau individu yang mempublikasikan hasil-hasil

dari kegiatan lesson study pada topik tertentu.

Dunia ini senantiasa berwarna-warni dan selalu berubah. Tidak ada

yang menjamin bahwa metode pembelajaran tertentu akan dapat

diaplikasikan pada semua siswa di semua sekolah atau dapat digunakan

selamanya. Lesson study adalah alat bagi guru agar tanpa berhenti selalu

memperbaiki proses pembelajaran, sehingga senantiasa dapat merespon

reaksi siswa di kelas. Bila terdapat pertanyaan mengapa begitu banyak

sekolah yang mengadopsi tema research yang berkaitan dengan

pemupukan insiatif dan gairah siswa untuk belajar, maka seorang guru di

Jepang akan menjawab bahwa 30 tahun yang lalu siswa di Jepang duduk

terdiam dan mendengarkan semua yang diajarkan guru dan belajar keras

segala yang ditugaskan guru. Siswa pada saat ini tidak punya cukup

waktu untuk memperhatikan guru. Guru juga tidak memiliki status yang

menonjol. Sehingga kita harus bekerja keras menarik perhatian siswa agar

mau belajar sains dan pelajaran lain. Siswa tidak akan pernah mau belajar

hanya dengan nasihat. Guru yang harus aktif mendesain pembelajaran

agar siswa mau belajar sains dan mengolah diri mereka.

Nampaknya pernyataan di atas bukanlah hal yang baru. Lesson

study tidak akan pernah berhenti seperti halnya kehidupan yang

senantiasa berubah. Aspek “lesson” dari lesson study mengacu pada

sistem pengajaran secara keseluruhan. Apakah setiap siswa telah belajar

dan mengembangkan diri? Apakah materi pembelajaran, teknik mengajar,

dan hubungan interpersonal yang kita miliki dapat mewujudkan tujuan

Page 56: @Buku LS jilid 2

51

jangka panjang untuk siswa? Meskipun lesson study dalam materi teknik

pengurangan dengan regrouping berkahir dengan dihasilkannya model

pertanyaan dan desain yang bagus, akan tetapi pengamatan aspek yang

lain dalam research lesson dapat memicu munculnya lesson study yang

baru dengan arah berbeda. Contohnya adalah bagaimana siswa

berinteraksi dengan teman atau kemampuan membuat inisiatif. Sehingga

tujuan dan materi lesson study tidak akan pernah dimakan waktu, lesson

study akan selalu tumbuh.

Kesalahan 5: Research Lesson Hanya Sekedar Sandiwara

Pembelajaran

Hal yang menarik dalam lesson study di Jepang adalah kesetaraan

status semua partisipan. Setiap tugas dirotasi sehingga semua partisipan

dapat belajar bersama, bukan seperti satu orang yang bertugas sebagai

mentor atau pemimpin. Meskipun terdapat perbedaan tingkat pengalaman,

tiap anggota memiliki hal khusus yang akan dikontribusikan dalam leson

study. Para guru di AS yang telah menyaksikan video “Can You Lift 100

Kilograms?” tertarik saat melihat bagaimana peran instruktur dalam

memberikan perhatian sehingga mendorong setiap anggota memberikan

idenya. Setiap anggota bertanggung jawab membantu pengembangan

bentuk pendekatan, serta menghimpun dan analisis data mengenai siswa.

Lesson study dapat beradaptasi dengan program mentoring,

pelatihan, atau demonstrasi pembelajaran. Akan tetapi situasi tersebut

membutuhkan pemikiran yang cermat. Sebagai contoh, bila terdapat

sedikit guru yang berpengalaman yang mengajar dalam research lesson,

maka proses ini akan berlangsung sebagai remedial. Bila hanya mentor

yang ahli yang mengajar dalam research lesson, maka hal ini terkesan

para mentor satu-satunya yang dapat dijadikan model ketimbang

mendorong pembagian hasil studi, refleksi, dan pemberdayaan.

Page 57: @Buku LS jilid 2

52

Kesalahan 6: Lesson Study Hanya Sekedar Riset Dasar

Terminologi “lesson study” sebenarnya dapat diterjemahkan

sebagai “research lesson” atau “instructional research”. Guru di Jepang

menganggap lesson study sebagai riset, dan kadang menyisipkan dalam

peta konsep lesson study bentuk hipotesis tentang perubahan dalam

metode pengajaran yang mendorong siswa ke arah yang diinginkan. Akan

tetapi, lesson study mempunyai 2 perbedaan dengan sebagian besar

bentuk riset pendidikan di AS dan bahkan pada beberapa riset serupa.

Pertama, tujuan primer lesson study bukanlah membangun

pengetahuan untuk diaplikasikan orang lain. Lesson study adalah agar

guru dapat memberdaya diri untuk meningkatkan kualitas proses

pengajarannya. Hal ini dilakukan secara langsung dalam research lesson

dan secara tidak langsung melalui segala hal yang dipelajari guru selama

proses dan memanfaatkannya di masa mendatang. Para pendidik di

Jepang umumnya selalu membagi-bagikan pengalaman mereka seputar

research lesson, akan tetapi tidak dapat diasumsikan bahwa hasil

kegiatan di setting tertentu akan dapat digunakan di setting yang lain.

Tujuan primer lesson study akan selalu berupa pemberdayaan proses

pengajaran sesuai dengan kondisi masing-masing guru, selanjutnya

melakukan dokumentasi segala proses pengajaran agar semua pihak

yang berminat dapat memahami dan mengambil manfaatnya. Kelompok

kontrol, pengujian reliabilitas, inferensi statistik, observer yang awam

terhadap hipotesis, dan riset lain yang serupa yang diarahkan untuk

cenderung menerapkan hasil dari satu riset untuk semua setting tidak

diterima dalam lesson study. Di sisi lain, manfaat primer memberi

dorongan pada siswa dalam setting ini berarti ruang kelas dijadikan

sebagai tempat pengumpulan informasi cara siswa merespon pelajaran

dan hal yang telah mereka pelajari.

Kedua, lesson study adalah bentuk upaya perbaikan secara aktif,

tidak sekedar berupa ide atau pertanyaan. Bentuk pertanyaan seperti

“Mengapa sebagian siswa aktif dalam kegiatan problem solving sains,

sementara yang lain tidak?” akan menjadi pemandu riset atau inkuiri di

Page 58: @Buku LS jilid 2

53

AS. Suatu pertanyaan dalam lesson study akan dimodifikasi dalam bentuk

intervensi aktif. Sebagai contoh, pertanyaan tersebut akan diubah menjadi

seperti “apakah kumpulan permasalahan (seperti mengangkat karung

seberat 100 kilogram) mampu mendorong partisipasi siswa dalam

kegiatan pemecahan kasus sains?” sebuah proses pembelajaran dikaji

ulang, lalu diuji coba dan tingkat partisipasi siswa dipelajari. Arah lesson

study tidak untuk mengisolasi variabel tertentu dan mempelajari efeknya

secara terpisah, tetapi menggunakan segala kualitas yang mendukung

proses pengajaran yang baik. Hal tersebut diwujudkan dalam kehidupan

sehari-hari, bukan hanya saat research lesson sehingga para kolega

dapat menyaksikan efek kumulatif praktik lesson study di kelas dan

sekolah. Nampaknya seseorang akan kebingungan bila menyaksikan

tayangan video Secrets of Trapezes dimana seorang guru menyatakan

bahwa kegiatan research lesson untuk pelajaran pendulum sebagai

“latihan” untuk menghadapi research lesson terbuka untuk materi

pengungkit pada musim gugur yang akan datang. Bagaimana mungkin

pelajaran pendulum dijadikan latihan untuk pelajaran pengungkit?

Beberapa guru menjelaskan bahwa kedua pelajaran tersebut memiliki

kemiripan, dimana akan memberikan wawasan tentang filosofi pendidikan

sains di sekolah dan filosofi pembinaan siswa dalam gairah, keterampilan,

dan pola pikir ilmiah, sekaligus kemampuan siswa mencerna pelajaran

sains.

Dalam model riset tradisional, riset diaplikasikan dalam praktik.

Dalam lesson study, praktik itu sendiri adalah sekaligus sebagai riset

(perhatikan Gambar 3 pada Bab 2). seorang dokter mendiagnosis

penyakit alergi susu dengan menganjurkan pasien berhenti minum susu

dan melihat pengaruhnya. Lesson study juga menggunakan metode yang

sama. Sebagai contoh, seorang guru mencatat permasalahan seperti

motivasi rendah dalam belajar sains akan melakukan perubahan dalam

pendekatan metode mengajarnya. Selanjutnya diamati apakah terjadi

perubahan. Praktik medis dan mengajar adalah sains klinis, pada

Page 59: @Buku LS jilid 2

54

dasarnya berhubungan dengan upaya memberdaya kondisi para klien dan

secara sekunder berhubungan dengan membangun pengetahuan aplikatif.

Kekhilafan adalah hal yang wajar dalam proses belajar. Kesalahan

konsep lesson study adalah hal yang alami dalam proses memahami

lesson study dan mewujudkannya di AS. Kesalahan konsep justru menjadi

bukti bahwa lesson study diterima dengan baik oleh para pendidik di AS.

Nilai positif apa yang dapat membantu para pendidik di AS untuk

memperbaiki segala kekhilafan dan membangun wawasan yang baru

tentang lesson study? Hal ini akan diulas pada bab berikutnya.

Page 60: @Buku LS jilid 2

55

BAB IX

LANGKAH SELANJUTNYA

Sesungguhnya perjalanan adalah semu. Perjalanan akan

menjadi nyata bila dilalui bersama.

- Antonio Machado

Ketelatenan dan keterampilan akan mewujudkan hampir

segala hal.

- Samuel Johnson

Buku “The Teaching Gap” dianggap telah menyebarluaskan

pengaruh lesson study karena materinya mengulas sistem semacam

lesson study yang diuji coba di AS. Tetapi dapatkah lesson study bekerja

dengan baik di AS? Bagaimana menentukan apakah lesson study

bermanfaat bagi pendidik di AS sebagaimana di jepang? Kemudian

apakah lesson study akan menjadi trend sementara yang sekedar diuji

coba lalu tidak ditindaklanjuti? Bab ini akan mengulas kondisi yang

dibutuhkan agar lesson study berjalan dan efektif di AS.

Buku The Teaching Gap diterbitkan pada tahun 1999 dan sejak

saat itu lesson study telah berwujud dalam berbagai bentuk, tampil di

berbagai konferensi nasional di AS, menarik perhatian ribuan pendidik

untuk hadir di berbagai open house lesson study, dan telah ditampilkan di

berbagai media massa dan profesional. Sejarah pendidikan di AS

diramaikan oleh berbagai inovasi yang disambut dengan baik, namun

sayang selanjutnya terbukti tidak efektif. Lesson study dapat pula

mengikuti jejak pendahulunya, yaitu mulanya ditampilkan dengan

semangat, lebih menonjolkan berbagai atributnya tanpa menekankan

prinsipnya, dan pada akhirnya tidak efektif pula.

Lesson study sesungguhnya wacana yang sederhana, tetapi

prosesnya sungguh tidak mudah. Penentuan target, penghimpunan data,

diskusi proses pelajaran, perencanaan kolaboratif, dan pengajaran ulang

yang dilakukan selama lesson study masih merupakan hal yang asing

Page 61: @Buku LS jilid 2

56

bagi sebagian besar guru di AS. Rangkaian proses di atas tidak dirancang

untuk kondisi di AS sehingga terlebih dahulu harus diadaptasikan dengan

seksama. Seorang tokoh pendidik Deborah Loewenberg Ball berpendapat

bahwa penerapan lesson study bukanlah berupa “implementasi program”,

akan tetapi sebagai adaptasi dan penyusunan wacana baru. Untuk

mewujudkan proses adaptasi, guru di AS perlu menciptakan kondisi

seperti waktu, kurikulum terfokus, dan dukungan untuk proses

pembelajaran trial and error, tentunya dengan dukungan untuk antisipasi

kekhilafan dan kekecewaan. Tahap ini adalah awal yang berat.

Pada umumnya proses reformasi pembelajaran banyak mengalami

kegagalan, sebagaimana diungkapkan sebelumnya. Hal ini disebabkan

adanya kecenderungan menonjolkan sisi penampilan daripada unsur

esensialnya. Sebagai contoh, dapat dibayangkan dalam lesson study

dimana pemerintah daerah mencanangkan program lesson study.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara melibatkan guru secara kolaboratif

menyusun dan mendistribusikan rencana pembelajaran (salah satu ciri

lesson study). Di sisi sebaliknya, rencana pembelajaran sendiri tidak

memiliki peran yang penting dalam pemberdayaan keterampilan

mengajar. Kemajuan dalam pembinaan guru profesional lebih terletak

pada pengalaman dalam penentuan tujuan secara kolaboratif,

perencanaan, observasi, dan diskusi pelajaran. Inovasi bukan merupakan

bentuk lesson study, para perintis lesson study harus mengenal bentuk

esensial lesson study berdasarkan kerja yang seksama dan berkelanjutan,

dengan melakukan refleksi apakah kegiatan lesson study yang dilakukan

telah menunjukkan pengalaman yang signifikan seperti yang digambarkan

pada Bab , serta mengamati apakah proses awalnya telah menunjukkan

aspek yang ditunjukkan dalam Bab 2.

Bila ternyata lesson study dapat berjalan di AS, hal ini mungkin

karena upaya beberapa kelompok guru mengadaptasikan bentuk

pendekatan ini dalam kondisi di AS dan saling berbagi pengalaman. Para

perintis lesson study ini berhasil karena telah menemukan bentuk

pendekatan yang benar-benar aplikatif. Di sisi lain mereka telah

Page 62: @Buku LS jilid 2

57

merasakan bahwa upaya mereka akan membantu mereka memahami

keadaan siswa, proses pembelajaran, dan materi pelajaran. Lesson study

telah membantu para guru mengajar dengan sistem yang lebih efektif.

Pada mulanya, lesson study di AS tidak menampakkan hasil seperti

halnya di Jepang dimana banyak terdapat pakar dan publikasi seputar

lesson study. Lesson study akan dapat diterima bila para pendidik di AS

termotivasi bekerja keras menampilkan lesson study di AS. Para guru di

AS merasakan adanya kepuasan secara profesional karena lesson study

telah membuktikan bahwa kegiatan mengajar sehari-hari pada saatnya

nanti akan menentukan terwujudnya tujuan jangka panjang mereka. Di sisi

lain terungkap adanya kepuasan secara intelektual karena lesson study

membuktikan pemecahan suatu kasus ternyata terkait dengan proses

belajar siswa. Efektifitas lesson study telah menjadi sisi lain yang

memotivasi para guru. Nick Timpone dari Sekolah Paterson 2

menceritakan bahwa lesson study telah membuat para guru mampu

menyadari pentingnya berinteraksi dengan siswa setiap saat. Lesson

study menuntut guru untuk berefleksi sejauh mana mereka mampu

menarik perhatian siswa dan kemampuan untuk mengubah gaya

mengajar. Lesson study menjadikan dirinya guru yang lebih reflektif dan

sabar. Pada saat ini dirinya lebih menikmati profesinya sebagai guru.

Lesson study juga memberi dorongan bagi guru untuk

mengupayakan pemberdayaan diri dan mewujudkannya di dalam kelas.

Dalam gambar 21, guru di AS pada umumnya menghadapi berbagai

model inovasi dalam pembelajaran, akan tetapi mereka justru tidak

memiliki waktu yang cukup untuk mengimplementasikan berbagai model

tersebut. Gambar 22 menunjukkan bahwa guru di jepang juga

menghadapi berbagai tekanan untuk segera menciptakan perubahan

dalam dunia pendidikan. Hal ini mungkin disebabkan budaya masyarakat

industrial. Hanya saja guru di Jepang menghadapi tuntutan yang relatif

sedikit, koheren, dan dapat diatasi secara bersama. Lesson study di

Jepang menjadi wahana bagi guru untuk berdiskusi, melakukan uji coba,

dan mengkaji ulang arah reformasi pendidikan Jepang, yaitu menjadikan

Page 63: @Buku LS jilid 2

58

siswa memiliki kemauan untuk belajar dan belajar dengan semangat. Guru

di AS sepertinya sudah mengalami kejenuhan. Akan tetapi karena leson

study terbnukti berhasil, maka guru di AS harus mengesampingkan

kejenuhannya dan sebaliknyaberupaya menjadikan lesson study sebagai

proses yang akan membantu menghadapi berbagai tuntutan dan

mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, atau mencampakkannya

bila terbukti tidak berguna.

Keberhasilan lesson study diterapkan di AS bukan berarti

memberikan pujian yang berlebihan bagi para perintisnya, keberhasilan

tersebut lebih dikarenakan upaya bersama berbagai pihak untuk

mengadaptasikan lesson study dalam kondisi AS. Di sisi lain adalah

keberhasilan telah menjadikan lesson study sebagai bentuk pendekatan

yang bermanfaat bagi guru yang mendambakan pemberdayaan

keterampilan mengajar mereka. Faktor lain yang mendukung adalah

kemauan untuk saling berbagi pengetahuan sebagaimana para guru di

Sekolah Paterson 2 dan Sekolah San Mateo yang mengungkapkan hasil

research lesson mereka kepada khalayak dunia pendidikan AS. Para

siswa dari kedua sekolah tersebut memiliki kegemaran belajar matematika

sehingga dapat mengingatkan betapa pentingnya kerja keras menerapkan

lesson study. Seorang perintis lesson study dari Sekolah Paterson 2

bernama, Bill Jackson mengisahkan bahwa mengatakan pada guru di AS

bahwa lesson study itu mudah adalah kesalahan besar. Lesson study

adalah pekerjaan yang berat dan membutuhkan banyak persiapan. Akan

tetapi upaya yang keras akan sebanding dengan hasil yang didapat.

Hasilnya berupa pemberdayaan kemampuan mengajar secara nyata.

Perintis lesson study harus memiliki mental baja untuk mendobrak

tradisi yang mengekang kebebasan sekolah, serta pekerjaan ini

membutuhkan modal intelektual dan kemampuan interpersonal. Apakah

Anda siap untuk lesson study?

Page 64: @Buku LS jilid 2

59

Peningkatan nilai pada ujian terstandarisasi

Penggunaan assesmen autentik

Penanggulangan pemakaian

narkoba

Integrasi teknologi

Siswa memahami

yang diajarkan

Memakai pembelajaran

kooperatif

Materi pelajaran sesuai dengan

kebijakan daerah

Kurikulum baru selaras dengan

pedoman pemerintah

Gambar 21. Tekanan yang Dihadapi Guru di Amerika Serikat

Rubrik Penilaian Daerah terbaru

Assesmen Autentik

Kurikulum Daerah

Kurikulum Model Pemerintah

Pedoman Nasional

Kerangka Kerja Daerah

Buku Teks Sains

Pemerataan Pendidikan

Abad 21

Page 65: @Buku LS jilid 2

60

Diskusi tentang revisi national course of study

Penekanan pada

pembelajaran yang lebih aktif

Siswa jaman sekarang menghabiskan waktu

menonton TV dan bermain game komputer. Saat di sekolah mereka

harus punya inisiatif

Tema berikutnya dari Tujuan Nasional

Pendidikan adalah sikap antusias dalam belajar

TV dan video game mengurung siswa di

kamar

Kalau begitu tema lesson study kita adalah

mendorong siswa agar berinisiatif untuk belajar

dan banyak bergaul

REVISI NATIONAL COURSE

OF STUDY

Gambar 22. Tekanan yang Dihadapi Guru di Jepang

National Course of Study

Buku Teks Sains

Research Lesson

Pemerataan Pendidikan

Abad 21

Page 66: @Buku LS jilid 2

61

LAMPIRAN 1

Penggunaan Papan Tulis dan Keterampilan Menulis Siswa:

Seni yang Dilahirkan dari Lesson Study

Melalui lesson study para guru di Jepang menciptakan istilah teknis

tersendiri di bidang kegiatan belajar dan mengajar. Sebagai contoh, kata

bansho yang diartikan sebagai metode penggunaan papan tulis. Padahal

sesungguhnya bansho terdiri atas kata ban (papan) dan sho (menulis). Istilah

ini hanya populer di kalangan guru, sehingga kata ini tidak akan ditemukan

tafsirannya dalam kamus biasa.

Bansho dianggap penting untuk keperluan asesmen para kepala SD

sehingga bansho dijadikan sebagai salah satu bentuk keahlian yang harus

dimiliki untuk menunjang pembelajaran siswa. Dua keahlian yang lain adalah:

● Hatsumon, yaitu pertanyaan dan bentuk aktivitas yang dirancang untuk

memacu siswa berpikir secara mendalam akan permasalahan yang

mereka hadapi.

● Neriage, yaitu proses yang menggambarkan ide-ide siswa dan cara

menggunakannya untuk mengarahkan siswa memecahkan

permasalahan secara bersama dan optimal.

Dalam pelajaran matematika di Jepang, papan tulis tidak hanya

digunakan sekedar menuliskan permasalahan, menampilkan hasil kerja siswa,

menunjukkan jawaban dan prosedur kerja, dan mencatat konsep dan rumus

penting. Papan tulis juga digunakan untuk mengorganisasi hasil pemikiran dan

cara berpikir siswa, merekam hasil diskusi siswa, dan menuliskan rangkuman

materi pelajaran. Dalam pikiran para guru, papan tulis bukanlah sekedar tempat

untuk menulis materi penting yang harus diingat siswa, akan tetapi adalah alat

untuk mengorganisasi pemikiran dan diskusi siswa. Hal ini bermanfaat untuk

memperkuat pengalaman hasil belajar.

Pentingnya penggunaan papan tulis juga ditekankan dalam istilah

bansho-keikaku, yang diartikan sebagai desain penggunaan dan organisasi

papan tulis. Perencanaan penggunaan papan tulis terkadang nampak dalam

lesson study, dan pengorganisasian papan tulis adalah salah satu topik

Page 67: @Buku LS jilid 2

62

analisis dalam research lesson.

Guru di Jepang menggunakan prinsip berikut untuk merencanakan dan

mengevaluasi penggunaan papan tulis.

● Apakah siswa dan guru memahami jalannya pelajaran dari papan tulis?

Apakah penggunaan papan tulis telah logis dan koheren untuk

membantu siswa memahami pelajaran?

● Apakah tujuan dan aktivitas pelajaran nampak dengan jelas di papan

tulis?

● Apakah papan tulis dapat mencerminkan pendapat, cara berpikir, dan

ide siswa?

● Apakah papan tulis dapat menunjukkan bagaimana ide siswa ditantang

dan dikembangkan melalui diskusi kelas?

● Apakah materi yang ditampilkan di papan tulis bermakna bagi siswa dan

efektif untuk membangun pemahaman siswa?

Guru terkadang mengomentari bahwa cara menggunakan papan tulis

oleh guru dapat dilihat dari kemampuan mencatat siswanya. Siswa tidak dapat

diharapkan menjadi terampil mencatat di bukunya jika tidak memiliki contoh

yang baik dari papan tulis. Sebagian besar guru mempersiapkan handout pada

awal tahun ajaran untuk membantu siswa belajar menulis. Pada trimester

pertama, handout nampak berupa kalimat pertanyaan dan ruang kosong untuk

mengisi jawaban, berbagai penjelasan, segala jawaban, dan refleksi kegiatan

belajar (sebagai contoh, hal apa saja yang ditemukan, dipahami, dan dirasakan

oleh siswa). Sebagian guru juga memerintah siswa untuk mencatat jawaban

teman dan apa yang mereka pikirkan tentang jawaban temannya. Terkadang

siswa diharapkan menyalin isi handout ke dalam buku tulis, sehingga handout

akan nampak ringkas. Seiring berjalannya waktu, secara perlahan guru tidak

lagi memberi handout dan selanjutnya memerintah siswa untuk lebih banyak

mencatat dalam buku. Sebagai contoh, guru hanya memberikan fotokopi

naskah suatu permasalahan dan siswa menuliskan penjelasan dan refleksi di

buku catatan mereka. Selanjutnya siswa mengumpulkan buku tulis mereka agar

guru dapat mengevaluasi dan memberi saran untuk perbaikan.

Page 68: @Buku LS jilid 2

63

Perencanaan penggunaan papan tulis kurang diminati dalam pelajaran

matematika di AS. Pada umumnya papan tulis diisi dengan materi yang tidak

terkait dengan pelajaran dan menyisakan tempat yang sempit untuk

menunjukkan informasi penting agar pelajaran dapat dikuasai. Penggunaan

papan tulis lebih dari satu di tempat berbeda (di depan, di belakang, di tepi, dan

papan tulis beroda) menyebabkan terpecahnya informasi, sehingga siswa

kesulitan dalam memfokuskan perhatian, dan menyimpang dari koherensi

pelajaran. Informasi dapat ditulis dan dihapus secara tidak terorganisir. Papan

tulis di AS umumnya digunakan untuk menjelaskan berbagai prosedur, jarang

sekali digunakan untuk membangun konsep matematika bersama dengan ide-

ide siswa. Terlebih bila memakai OHP, maka informasi penting untuk

membantu siswa memahami pelajaran musnah begitu saja saat OHP

dimatikan.

Para guru yang memfokuskan perhatian pada keterampilan menulis

siswa akan menyadari bahwa organisasi papan tulis secara seksama memiliki

manfaat yang sama seperti memberi instruksi langsung dan umpan balik di

buku tulis. Lesson study adalah kesempatan untuk mengeksplorasi dan

memoles keahlian seni papan tulis dan menulis.

Page 69: @Buku LS jilid 2

64

LAMPIRAN 2

PERENCANAAN PANDUAN BELAJAR MATAPELAJARAN SAINS

Berdasarkan Research Lesson dalam

Video Can You Lift 100 Kilograms?

1. Unit: Cara Kerja Pengungkit

2. Tujuan

● Siswa mampu menginvestigasi desain dan operasi pengungkit dengan

mengubah posisi dimana gaya diberikan dan resultan gaya.

● Untuk mempelajari bahwa:

a) Sudut pengungkit akan berubah bila posisi beban digeser, meskipun

berat beban tidak berubah.

b) Pengungkit memiliki 3 titik utama, yaitu: titik tumpu, titik gaya, dan titik

resistan.

c) Dalam cara kerja pengungkit, ada hubungan antara besar gaya yang

diberikan dengan letak gaya yang diberikan. Pada saat terjadi

kesetimbangan pengungkit, besar dan posisi gaya saling

berhubungan satu sama lain berdasarkan hukum kekekalan.

3. Keterkaitan dengan Fokus Research

Dalam kehidupan sehari-hari anak-anak seringkali memakai prinsip

pengungkit tanpa mereka sadari. Mereka lebih banyak menggunakan

pengungkit berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya. Perlu disadari

dalam unit ini bahwa dengan menemukan aturan dan hukum kerja pengungkit,

siswa akan menemui pengalaman baru tentang manfaat alat-alat yang

menggunakan prinsip pengungkit. Bila siswa menyadari bahwa ada hukum

alam yang bekerja pada alat-alat sehari-hari, hal ini akan menjadi pengalaman

menarik bagi siswa.

Selanjutnya siswa akan dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok dan

mereka akan mendapat sejumlah menfaat yang hanya dapat diraih dengan

kerja sama secara kooperatif. Selama kegiatan berlangsung, siswa dapat

Page 70: @Buku LS jilid 2

65

menggunakan ide-ide temannya sebagai referensi sehingga siswa terpacu

untuk menggali ide mereka lebih dalam, dan hal ini juga menjadi alasan unit ini

digunakan untuk lesson study.

4. Kondisi Aktual Siswa

Cukup banyak siswa yang tertarik dengan pelajaran sains karena

maraknya kegiatan eksperimen dan beragam tugas menarik. Siswa laki-laki dan

perempuan dapat bekerja sama dengan baik dan kooperatif, tetapi ada

beberapa siswa yang sulit berbaur dalam kegiatan macam ini.

Pada umumnya siswa nampak serius dan memiliki kemauan bekerja

apapun sesuai yang diperintahkan, tetapi mereka cenderung memiliki

kekurangan untuk terbuka dan mengungkap ide mereka sendiri. Perlu dicatat

bahwa beberapa siswa kesulitan melakukan presentasi dengan percaya diri

karena mereka tidak memiliki ide dan prediksi sendiri.

5. Langkah Penyelesaian Fokus Research

(1) Strategi Proses Pembelajaran

Berdasarkan kondisi aktual siswa, rencana pengajaran diarahkan

untuk mendorong siswa bergulat dengan materi pelajaran secara

alami.

Bagian ke-1 (Pelajaran 1-4)

Pada bagian ini alur proses belajar dirancang sebagai berikut.

Melalui alur semacam ini tiap siswa diharapkan mampu menangkap

permasalahan dan memberi solusi secara mandiri.

Bagian ke-2 (Pelajaran 5-7)

Bagian 2 menggunakan pengungkit laboratorium terkalibrasi yang

membantu siswa menemukan sendiri kondisi pengungkit di saat

Mengenali permasalahan

Menyusun prediksi

Diskusi Verifikasi Konsolidasi Mendapat pengalaman

baru

Page 71: @Buku LS jilid 2

66

setimbang dan belum setimbang.

Bagian ke-3 (Pelajaran 8-9)

Pada bagian ini guru membantu siswa menyadari bahwa banyak

sekali alat-alat yang menggunakan prinsip pengungkit dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga selanjutnya siswa dapat

mengaplikasikan segala yang telah dipelajari. National Course of

Study terbaru menyatakan unit ”Berat dan Kesetimbangan” yang

diajarkan di kelas 4 selanjutnya akan digabungkan dalam unit ini.

Oleh karena itu materi tentang neraca kesetimbangan akan diajarkan

dalam unit ini pula. Seluruh cakupan rencana pembelajaran

dirancang untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan

memacu semangat siswa agar dapat menggali fakta-fakta sains, dan

untuk mewujudkan pembelajaran yang membawa manfaat bagi

kehidupan sehari-hari. Para guru berharap dapat membangkitkan

minat belajar siswa melalui unit ini.

(2) Strategi dalam Materi Kurikulum

Guru mengupayakan untuk memanfaatkan bahan-bahan yang

mudah didapat di lingkungan sekitar untuk menarik perhatian siswa.

Pemberat yang digunakan adalah karung pasir. Siswa telah memiliki

pengalaman mencoba memindahkan karung pasir dalam pelajaran

olahraga. Sebagai tambahan, kegiatan memindahkan karung pasir

adalah kegiatan yang dapat memberikan pandangan yang jernih

tentang masalah yang dihadapi siswa. Selanjutnya, menggunakan

tongkat untuk menggerakkan karung pasir akan membuat siswa

menyadari bahwa obyek di sekitar mereka dapat menjadi alat yang

berguna dengan sedikit sentuhan sains. Di antara perkakas yang

menggunakan prinsip pengungit, guru menentukan satu alat, yaitu

peremuk kaleng yang saat ini disukai siswa modern karena berguna

untuk kegiatan sadar lingkungan.

Page 72: @Buku LS jilid 2

67

(3) Strategi untuk dukungan dan Evaluasi

Guru mempersiapkan lembar kerja untuk tiap permasalahan yang

disajikan dalam pelajaran, lembar ini juga dipakai untuk mengukur

kedalaman dan kelancaran keterampilan berpikir siswa. Siswa yang

tidak memiliki rasa percaya diri untuk mengungkapkan dan berbagi

pemikiran dapat menuliskan segala yang mereka pikirkan di lembar

kerja, oleh karena itu mereka dapat mengorganisasi ide-ide mereka.

Selanjutnya secara perlahan mereka akan meninggalkan kebiasaan

menulis karena mereka mampu memperdalam kemampuan berpikir

mereka melalui diskusi kelompok.

Guru juga ingin mengembangkan nilai tsubuyaki (bentuk perasaan

yang tercermin dari dalamnya napas) pada siswa selama kegiatan

percobaan. Kegiatan pada unit ini dilakukan dengan team teaching,

oleh karena itu diharapkan guru dapat menangkap tsubuyaki lebih

dalam, lalu berupaya menyebarkan tsubuyaki tersebut pada siswa

lain. Melalui cara tersebut diharapkan mampu memperdalam

kemampuan berpikir siswa.

(4) Strategi dalam Kegiatan Belajar

Hal ini tergantung pada konteks yang diajarkan, terdapat beragam

strategi yang diterapkan untuk mengelompokkan siswa. Pada unit ini

guru memutuskan untuk mengelompokkan siswa berdasar

kesamaan ide untuk memecahkan permasalahan. Hal ini akan

membuat diskusi dalam kelompok lebih bermakna. Melalui cara

menyatukan siswa berdasar kesamaan ide, siswa akan mampu

memperdalam dan mengolah kemampuan berpikirnya. Di sisi lain,

perasaan untuk berkompetisi di antara kelompok akan memacu

siswa meraih tujuan yang tinggi dan bekerja lebih keras dalam

menyusun rencana percobaan.

Page 73: @Buku LS jilid 2

68

6. Rencana Pembelajaran (Rencana Unit: Sembilan Pelajaran @ 45 menit)

Kegiatan Belajar Pelajaran Bagian 1. Memindahkan Objek yang Berat

Metode/Hal yang Perlu Dicatat

1 Apa yang harus dilakukan untuk mengangkat beban berat dari permukaan tanah?

• Berapa bebannya? • Peralatan apa yang akan

digunakan? • Bagaimana prosedurnya?

Support/Evaluasi: Lembar Kerja Materi Kurikulum: Karung pasir

2 dan 3 (Research Lesson)

Melakukan percobaan • Dapatkah terangkat? • Bagaimana rasanya? • Apakah ada cara lain yang lebih

mudah? • Mencoba dengan tongkat. • Mencoba menggeser posisi

angkatan. • Mencoba menggeser tempat

tumpuan. • Apa yang terjadi dengan beban?

Aktivitas Siswa: Mengelompokkan siswa berdasarkan kesamaan ide. Materi Kurikulum: Karung pasir, tongkat, dan peralatan lain yang diusulkan siswa. Support/Evaluasi: Lembar kerja, Komentar Siswa

4 Berupaya menemukan prinsip untuk memindahkan benda berat.

• Memikirkan hubungan antara titik penumpu dan titik gaya.

• Memikirkan tentang besar gaya yang diberikan pada titik gaya.

Bagian 2. Prinsip yang Mengatur Kesetimbangan Pengungkit

5 Menemukan prinsip-prinsip pengungkit sesaat beban mulai terangkat.

• Memikirkan apa yang terjadi dengan beban bila kita mengubah jarak antara penumpu dengan titik resistan dan penumpu dengan titik gaya, kemudian bila kita mengubah berat beban yang akan diangkat.

Support/Evaluasi: Lembar Kerja Komentar Siswa

6 Menemukan prinsip pengungkit sesaat terjadi kesetimbangan.

• Mencoba menyeimbangkan pengungkit dengan cara mengubah jarak antara penumpu dan titik resistan, kemudian antara penumpu dan titik gaya, kemudian dengan mengubah berat beban.

Support/Evaluasi: Lembar Kerja Komentar Siswa

Page 74: @Buku LS jilid 2

69

7 Membandingkan prinsip pengungkit saat terjadi kesetimbangan dan saat belum setimbang.

• Menyamakan persepsi: bagaimana pengungkit setimbang atau belum setimbang tergantung pada besarnya ”berat beban x jarak dari penumpu” pada lengan kanan dan kiri tuas pengungkit.

Bagian 3. Mengidentifikasi Perkakas yang Menggunakan Prinsip Pengungkit

8 Mencoba menggunakan perkakas yang memanfaatkan prinsip pengungkit di saat setimbang.

• Memakai neraca timbang

Proses Belajar: Neraca Timbang

9 Menggunakan beberapa perkakas yang memanfaatkan prinsip pengungkit saat tidak setimbang.

• Memakai peremuk kaleng. • Memakai pembuka tutup botol. • Memakai gunting kuku. • Memakai gunting.

Materi Kurikulum: Peremuk Kaleng

7. Pelajaran Hari Ini

(1) Tujuan Pembelajaran

• Siswa diharapkan secara aktif memahami bahwa bila beban

yang berat tidak dapat dipindahkan dengan tangan kosong,

maka harus menggunakan alat.

• Siswa diharapkan memperdalam kemampuan berpikirnya

dengan mengungkapkan pendapatnya pada teman-temannya.

• Siswa diharapkan memperhatikan prosedur keselamatan dan

bekerja sama dengan teman selama melakukan percoban.

Page 75: @Buku LS jilid 2

70

(2) Pengembangan Pelajaran

Kegiatan Guru 1 Kegiatan Belajar Hal Penting yang Perlu Dicatat

Kegiatan Guru 2

Panduan pada seluruh siswa: Memeriksa kondisi eksperimen dan saran untuk kelompok Panduan pada seluruh siswa: Menentukan arah kemajuan yang akan dicapai untuk kegiatan eksperimen selanjutnya. Memberi panduan dan saran pada kelompok yang mengangkat kerung no.1.

Mencoba mengangkat karung pasir no.1: Memakai perkakas yang biasa digunakan sehari-hari. Hanya satu orang yang mengangkat beban. Setiap anggota kelompok diberi tugas mengangkat beban. Memastikan beban telah terangkat: Kelompok yang berhasil dengan karung no.1 mencoba metode yang sama pada karung no.2. Bila tidak berhasil, kelompok diperintahkan mencari metode yang lebih mudah untuk karung no.1 untuk diterapkan kembali pada karung no.2.

Karung no.1 memiliki bobot sekitar 30 kg. Kelompok yang pertama kali mengutarakan pendapatnya mendapat kesempatan pertama melakukan percobaan. Hasil percobaan direkam dalam lembar kerja sesuai dengan yang didiskusikan dengan kelompok. Karung no.2 memiliki bobot 100 kg. Hasil percobaan direkam dalam lembar kerja sesuai dengan yang didiskusikan dengan kelompok.

Memberi panduan dan bantuan untuk tiap anggota kelompok. Memberi panduan dan saran pada kelompok yang bekerja dengan karung no.2. Memberi panduan untuk seluruh kelas bahwa beban dapat terangkat oleh kelompok yang menggunakan tuas pengungkit.

(3) Evaluasi Kegiatan Pelajaran

• Setelah merasakan betapa beratnya mengangkat beban berat

dengan tangan, apakah siswa mulai beralih menggunakan

pengungkit untuk memudahkan mengangkat beban?

• Apakah siswa mampu memperdalam kemampuan berpikirnya

melalui diskusi dengan teman mereka?

• Apakah siswa mampu bekerja sama dan mematuhi prosedur

keselamatan selama percobaan?

Page 76: @Buku LS jilid 2

71

8. Kelompok yang Melakukan Percobaan (model rencana pembelajaran

sesungguhnya mencantumkan nama seluruh siswa).

Memakai tongkat dan mencoba menggunakan sesuatu sebagai penumpu

Mencoba mengangkat dengan memakai katrol dan

menggunakan badan sebagai pemberat Mencoba mengangkat

dengan memakai katrol dan menggunakan pemberat di

ujung lainnya

Memakai tongkat tanpa menggunakan penumpu

Mencoba menggulingkan karung dan meletakkan ke atas kereta

Lembar kerja masih kosong, belum menyusun

ide

Page 77: @Buku LS jilid 2

72

Mengenai Team Teaching

Pada awal tahun ajaran telah dilakukan pembinaan team teaching

selama 8 jam tiap minggu. Pada tahun ini kelas sains 5 dan 6 digunakan untuk

kegiatan team teaching, dan program ini akan dimulai pada bulan April. Setelah

mencermati jadual dan materi kegiatan, selanjutnya kegiatan dirancang sebagai

berikut.

Semester 1 dan 3....... kelas 6......... 3 jam per minggu x 2 kelas

Semester 2................. kelas 5......... 3 jam per minggu x 2 kelas

Dua kelas yang tersisa digunakan untuk persiapan pelajaran.

Pada saat team teaching dilaksanakan, guru mencatat beberapa hal

yang tidak diprediksi sebelumnya. Hal tersebut adalah sebagai berikut.

Kelebihan Kekurangan • Terdapat banyak kesempatan untuk

mencoba model eksperimen baru. • Guru memiliki 3 perspektif dalam

pembelajaran sains pada kelas ini, masing-masing guru juga berbagi tugas dalam persiapan kegiatan.

• Tingkat keselamatan dalam kegiatan ditingkatkan.

• Lebih mudah dalam menangkap suara-suara siswa dan memberikan bantuan untuk mereka.

• Tergantung pada materi yang diajarkan, seperti pada kegiatan observasi secara kontinu, atau pada kegiatan yang terkait dengan cuaca dan suhu, nampaknya merupakan kegiatan yang dirasakan lebih mudah bagi guru.

• Memperkirakan pembagian waktu cukup sulit.

• Kesulitan dalam menyusun jadual pemakaian ruangan kelas.

• Tidak ada waktu untuk menyusun perencanaan. Pada akhirnya jadual ditentukan sebagai berikut.

Kelas 6: libur Kelas 5: research lesson pengganti

(Rencana pengajaran juga disertakan pada tiap lembar fotokopi handout pada

pelajaran terkait)

Page 78: @Buku LS jilid 2

73

LAMPIRAN 3

RENCANA PANDUAN BELAJAR MATAPELAJARAN MATEMATIKA

(Pengajaran Umum Ke-2 dalam Research Lesson)

Tanggal : 27 November 1998

Siswa : Kelas 5-B (36 siswa, 17 laki-laki, 19 perempuan)

Pembina : Yumiko Tanaka dan Michiko Honma

Tema Research : Membimbing siswa untuk memiliki semangat besar untuk

belajar.

1. Unit: Lingkaran dan Poligon Regular

2. Latar Belakang Unit yang Diajarkan

Materi lingkaran telah diajarkan di kelas 3, materi konsep dan sifat

poligon diajarkan di kelas 5 pada awal unit ”Kongruensi segitiga dan

segiempat”. Pada unit ini, guru akan menggunakan mainan berbentuk hexagon

yang dibuat untuk siswa kelas 2 untuk memperkenalkan konsep dan sifat

poligon beraturan, serta mengembangkan strategi untuk menggambarkan

bentuk tersebut.

Pada materi lingkaran, melalui pengamatan contoh-contoh yang nyata;

tugas menggambar lingkaran dan mengukur panjang keliling lingkaran; maka

siswa akan menemukan bahwa panjang keliling lingkaran adalah kurang lebih

3,14 kali panjang diameter, selanjutnya siswa akan merangkum hubungan

antara panjang keliling dengan diameter dalam bentuk rumus pasti.

Guru memprediksikan bahwa siswa akan mampu mengembangkan

pemehaman mereka akan konsep lingkaran melalui kegiatan yang mereka

jalani. Contohnya seperti saat siswa menghitung panjang keliling dari berbagai

bentuk, menggambar berbagai rupa bentuk, dan menemukan hubungan antara

keliling dan diameter.

Siswa akan mampu menemukan bahwa mereka dapat menghitung luas

lingkaran dari nilai jari-jari dan keliling. Hal ini dilakukan dalam kegiatan yang

menggunakan diagram lingkaran yang terbagi, dan menuliskan rumus luas

Page 79: @Buku LS jilid 2

74

lingkaran, serta hubungan antara keliling dan diameter yang dipelajari

sebelumnya

Sebagai tambahan, guru menginginkan adanya tempat dimana siswa

mampu mengembangkan pertanyaan mereka tentang luas daerah pada

berbagai bangun datar, mampu menemukan hubungan antara jari-jari dan luas

daerah, dan mampu menggambar sendiri lingkaran serta menghitung luas

daerah. Oleh karena itu kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk team teaching.

Unit.3 Lingkaran dan Sudut • Konsep lingkaran, sifat

lingkaran, cara menggunakan kompas untuk menggambar lingkaran.

• Hubungan antara diameter dan jari-jari

Unit.13 Luas Daerah • Konsep luas daerah • Satuan yang

menunjukkan luas daerah (dalam persegi)

• Perhitungan luas daerah persegi panjang dan bujur sangkar

Unit ini • Konsep poligon, sifat

poligon, dan cara menggambar.

• Makna phi dan perhitungan keliling serta luas lingkaran.

• Titik sudut bentuk-bentuk setengah lingkaran.

Unit 8. Luas Segitiga dan Segiempat • Rumus untuk menghitung

luas segitiga dan segiempat.

Unit 5. kongruensi segitiga dan segiempat • Konsep kongruensi. • Makna dan sifat poligon.

Unit 10. Luas Permukaan Bangun 3 Dimensi • Luas permukaan prisma,

silinder, piramida, dan kerucut.

• Volume prisma, silinder, piramida, dan kerucut.

Unit 9. Bentuk-Bentuk 3 Dimensi • Konsep dan sifat silinder

dan prisma. • Konsep dan sifat kerucut

dan piramida. • Menggambar bentuk 3

dimensi dalam format 2 dimensi

Unit 4. Bentuk-Bentuk Simetri. • Konsep dan sifat bentuk-

bentuk simetri garis. • Konsep dan sifat bentuk-

bentuk simetri puncak.

Page 80: @Buku LS jilid 2

75

3. Tujuan Unit

• Tentang ketertarikan, gairah belajar, dan sikap: siswa akan lebih keras

berupaya menggambar poligon sama sisi dan mengambil inisiatif untuk

menemukan luas daerah dan panjang keliling pada beberapa poligon

yang berbeda bentuk dan ukuran.

• Tentang kemampuan berpikir matematis: siswa mampu menggambar

bentuk polygon dengan bantuan lingkaran dan mampu mengenali

hubungan antara panjang keliling lingkaran dan luas daerah dengan

panjang diameter/radius.

• Tentang ekspresi dan kinerja: siswa mampu menggambar polygon sama

sisi dengan menggunakan lingkaran dan mampu menemukan panjang

keliling beserta luas lingkaran.

• Tentang pengetahuan dan pemahaman: siswa memahami cara

menggambar polygon sama sisi dengan memakai lingkaran. Siswa juga

memahami konsep panjang keliling, hubungan antara keliling dan

diameter, nilai phi, dan rumus untuk menghitung luas lingkaran.

4. Kondisi Siswa Saat Ini

Saat siswa kelas 5 ditempatkan di ruang kelas yang baru dan hal ini

berarti mereka telah bersama guru yang sama selama 3 tahun secara berturut-

turut. Siswa di kelas ini periang dan menyenangkan, memiliki kemampuan baik

dalam menerima pelajaran, dan mampu belajar berbagai hal. Meskipun

terdapat perbedaan kemampuan berekspresi di antara mereka, guru selalu

memacu siswa untuk mengutarakan pendapatnya.

Berkaitan dengan sikap siswa terhadap pelajaran matematika, sebuah

survai menunjukkan bahwa 73,5% siswa menyatakan ”sangat menyukai” atau

”cukup suka” dan 26,5% ”cenderung tidak suka” atau ”benar-benar tidak suka”.

Nampak bahwa sekitar ¼ siswa tidak menyukai matematika. Sebagai

tambahan, sebagian besar siswa menunjukkan tidak suka dengan kalimat

”menggunakan apa yang telah kita pelajari sebelumnya untuk mengerjakan soal

baru” dan ”menentukan aturan dan rumus dari berbagai soal”. Akan tetapi, pada

kegiatan unit ”pembagian desimal” siswa nampak nyaman saat mereka

Page 81: @Buku LS jilid 2

76

menemukan prinsip utama dalam soal yang dihadapi dalam kegiatan problem

solving. Sebagian besar siswa secara aktif terfokus untuk menggambar bentuk-

bentuk yang diajarkan pada unit ”bangun segitiga dan segiempat”. Siswa

umumnya aktif dalam kegiatan menggambar. Guru berharap siswa akan

meningkatkan kemampuan berpikirnya dan mendapat pengalaman berupa hal-

hal baru melalui interaksi dengan teman-temannya. Guru juga berharap siswa

akan lebih percaya diri dengan pendapat mereka sendiri dan menemukan hal-

hal menarik selama bekerja kelompok.

Page 82: @Buku LS jilid 2

77

5. Rencana Unit (12 jam pelajaran)

Jam Tujuan Kegiatan Utama Model pengajaran

1-3 Siswa memahami konsep dan sifat poligon. Siswa memahami cara menciptakan bentuk poligon dari sebuah lingkaran dan mampu menggambarkannya

• Apakah kalian mengingat apa yang diajarkan di kelas 2? • Apakah mainan dengan sejumlah 6 sisi? • Bagaimana cara membuat segitiga sama sisi?

• Bila jumlah segmen ditingkatkan lagi maka akan terbentuk

lingkaran kembali.

Seluruh kelas Team teaching (kegiatan terpisah)

Page 83: @Buku LS jilid 2

78

Jam Tujuan Kegiatan Utama Model

pengajaran 4-5 Memahami

makna lingkaran dan π (phi)

Team teaching (kegiatan yang sama)

Page 84: @Buku LS jilid 2

79

Jam Tujuan Kegiatan Utama

(pelajaran hari ini) Model

pengajaran 6-7 Menghitung

panjang keliling dari berbagai macam lingkaran Mengembangkan pemahaman siswa tentang hubungan antara diameter dan panjang keliling

Team teaching (seluruh kelas) Membagi tugas kelompok

Page 85: @Buku LS jilid 2

80

Jam Tujuan Kegiatan Utama Model

pengajaran 8-9 Memahami cara

menghitung luas area lingkaran dengan metode estimasi dan transformasi.

Team teaching (seluruh kelas)

Page 86: @Buku LS jilid 2

81

Jam Tujuan Kegiatan Utama Model

pengajaran 10 - 12

Menentukan luas sejumlah area turunan lingkaran. Mengembangkan pemahaman siswa tentang hubungan antara jari-jari dan luas lingkaran.

Team teaching (seluruh kelas) Kegiatan kelompok secara terpisah

6. Mengenai Pengajaran Unit Ini.

Perspektif 1: mengembangkan kegiatan belajar yang memperkaya

pendekatan problem solving

Bahan ajar yang memacu terjadinya “penemuan masalah”

Pada awal bulan November siswa kelas 5 membuat mainan sederhana

dari kertas yang dihadiahkan pada siswa kelas 2. Mengingatkan siswa

mengenai mainan hexagonal pada awal kegiatan pelajaran akan membuat

siswa memahami sifat poligon regular dan cara menggambarnya.

Saat siswa belajar cara menghitung panjang keliling lingkaran,

selanjutnya mereka akan diperkenalkan pada beberapa bentuk berbeda yang

Page 87: @Buku LS jilid 2

82

ternyata memiliki panjang keliling yang sama. Berdasarkan hal tersebut

diharapkan siswa dapat mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan

dan mampu untuk membuat pertanyaan “Bagaimana mungkin bentuk-bentuk

yang berbeda memiliki panjang keliling yang sama?” dan “adakah bentuk lain

yang juga memiliki panjang keliling yang sama?”

Terdapat 4 macam bentuk yang dipelajari dalam materi luas lingkaran.

Setelah siswa selesai menghitung seluruh luas daerah, selanjutnya pelajaran

diatur agar siswa secara aktif mencari poin-poin penting untuk dicatat. Hal ini

dilakukan selama kegiatan menggambar dan menghitung luas daerah,

kemudian membandingkan hubungan antara ”jari-jari dan luas daerah” dengan

”keliling dan diameter”.

Melalui pendekatan seperti ini guru meyakini bahwa siswa dapat

mengembangkan pemahaman materi lingkaran, pentingnya bentuk lingkaran,

dan kemampuan untuk belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Di sisi lain

melalui kegiatan penyajian di depan kelas tentang bentuk-bentuk yang

ditemukan oleh siswa, guru berhaap siswa mampu mengembangkan motivasi

dan merefleksi proses belajar mereka.

Struktur unit yang mendukung suasana pemberdayaan mutual

Agar siswa terpacu untuk tetap belajar, struktur unit diperlukan sehingga

siswa dapat mengembangkan ide mereka dalam upaya mendapatkan

pemecahan masalah yang lebih baik dan dalam melakukan generalisasi. Oleh

karena itu belajar mandiri tidaklah cukup, guru menginginkan unit ini membantu

siswa untuk saling berbagi pengalaman, saling mengenali dan saling

membangun ide di antara siswa. Hal ini dapat menambah kemampuan kelas

secara keseluruhan.

Dalam unit ini, setelah menemukan metode perhitungan panjang keliling

dan luas lingkaran, siswa menyusun pertanyaan sendiri dan memikirkan bentuk

lain yang dapat dibuat dari lingkaran, atau membangun apa yang telah mereka

pelajari sebelumnya. Selanjutnya siswa dapat menguji ide yang mereka ajukan

melalui interaksi dengan teman sekelas dan membuat ide baru.

Page 88: @Buku LS jilid 2

83

Guru menginginkan siswa mendapat pengalaman merasakan kepuasan

dan kesenangan saat mendapat penemuan baru. Hal ini didapatkan di

lingkungan dimana permasalahan diciptakan dari rasa penasaran siswa. Guru

berharap siswa dapat merasakan indahnya saat berpikir bersama dengan

teman dalam lingkungan dimana mereka bebas membangun ide-ide mereka

lebih akurat dan menemukan ide yang lebih baik, serta saling berbagi dengan

teman. Untuk menciptakan suasana seperti ini, perlu dipahami bahwa tiap

siswa memiliki ide yang berbeda-beda. Siswa memahami kemampuan mereka

dan teman-temannya pada saat pertama kali mereka terlibat dalam diskusi.

Oleh karena itu guru perlu menekankan pembagian waktu yang cukup agar tiap

siswa dapat berpikir sebelum terlibat dalam diskusi.

Guru menyusun poin-poin penting yang bermanfaat bagi siswa untuk

didiskusikan dalam kegiatan kelompok sehingga kegiatan ini dapat

berhubungan dengan diskusi kelas. Sebagai contoh: Adakah hal yang kamu

temukan saat ini? Adakah hal yang senantiasa benar?

Selama diskusi kelas, guru akan berupaya untuk menghidupkan diskusi

dengan observasi kegiatan siswa dan memberi dukungan yang tepat

(contohnya mengingatkan hal yang telah dipelajari sebelumnya; membantu

menciptakan hubungan saat siswa melakukan kegiatan generalisasi,

perbandingan, berdebat; serta memberi dorongan bagi sisw untuk

mendapatkan jalan menuju penemuan).

Guru juga berupaya menciptakan lingkungan dimana siswa dapat saling

berbagi pengalaman. Sebagai contoh, magnet papan tulis (yang tercantum

nama para siswa) akan membantu siswa untuk dapat mengenali ide teman

sekelas dan topik diskusi, serta kerangka kerja yang dipersiapkan.

Team teaching yang mengakomodasi keberagaman siswa

Tiap siswa memiliki sudut pandang berbeda dalam memandang suatu

permasalahan. Khususnya dalam matematika terdapat banyak sekali

perbedaan individu dalam hal tingkat pemahaman topik. Guru berkeinginan

untuk merespon berbagai cara dan kecepatan siswa dalam belajar. Di sisi lain

guru juga harus menghormati perbedaan ini dan sekaligus mendorong siswa

Page 89: @Buku LS jilid 2

84

untuk merasakan gairah belajar dengan berpikir ilmiah. Untuk alasan ini, guru

memutuskan memakai metode team teaching untuk unit ini. Team teaching

yang digunakan tentunya dalam bentuk beragam, seperti kegiatan bersama dan

pembagian tugas. Team teaching yang digunakan (pembagian tugas

berdasarkan topik-topik yang dibahas) dalam seksi ini bertujuan untuk

mengembangkan cara pandang siswa dan kemampuan berpikir akan bentuk

lingkaran.

Untuk memberi dukungan pada siswa dan merespon tiap siswa, guru

telah mendapat pelatihan, dan strategi untuk observasi dan merespon pendapat

siswa. Guru akan selalu siaga selama dibutuhkan di kelas untuk memberikan

pelayanan pada siswa.

Perspektif 2: evaluasi dan dukungan yang mendorong siswa menikmati

proses pembelajaran dan pemberdayaan.

Menghargai karakteristik individual siswa

Tiap siswa memiliki perbedaan sifat. Hal ini perlu dihargai dan potensi

tiap siswa perlu diberdayakan. Guru nampaknya perlu memandang dari sudut

pandang siswa. Untuk mewujudkan hal ini guru perlu memakai daftar ranking

untuk memfokuskan observasi pada cara pendekatan siswa, ketertarikan dan

gairah belajar, dan kemampuan berekspresi.

Sebagai tambahan, mengingat banyaknya guru yang dilibatkan, cara

pandang dalam evaluasi dan metode panduan harus disepakati dahulu

sebelum pelajaran dilaksanakan, sehingga guru dapat memberi respon yang

tepat selama di kelas. Untuk mengevaluasi dan membudayakan berpikir

matematis, nampaknya penting bagi instruktur untuk menjembatani hasil

kegiatan terdahulu dengan berbagai pandangan para guru. Agar tercapai

peningkatan hasil dalam pembelajaran nampaknya penting bagi siswa untuk

belajar dari pengalaman teman sekelas dan mengenali kemampuan dirinya

atau temannya.

Page 90: @Buku LS jilid 2

85

Strategi evaluasi diri yang mendorong siswa mengenali kekuatan diri sendiri

Guru mencoba untuk menyusun evaluasi diri yang membantu siswa

merefleksikan hasil belajar dan dirinya. Guru menginginkan siswa dapat

mengenali letak kekuatannya dan merasakan diri mereka mengatakan “Saya

pasti bisa kalau mau mencoba”, serta segera mengambil tindak lanjut atas

hasilnya. Guru menginginkan siswa untuk merefleksikan dirinya sekaligus

dengan seluruh temannya di kelas selama diskusi. Hal ini akan menumbuhkan

semangat saling mengenal dan saling membantu di antara sesama.

Melalui evaluasi, guru mengiinginkan siswa menilai dirinya dari sudut

yang ditentukan dan juga menentukan perspektif mereka sendiri untuk

menggambarkan hasil belajar mereka dan selanjutnya mereka tulis dalam

jurnal.

Kartu Evaluasi Diri

Page 91: @Buku LS jilid 2

86

7. Tujuan Pelajaran pada Hari Ini

a. Menghitung panjang keliling dari berbagai bentuk variasi lingkaran,

memahami hubungan antara panjang diameter dan keliling, dan

mencoba menemukan bentuk-bentuk berbeda yang memiliki panjang

keliling yang sama.

b. Mencoba mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui kegiatan

belajar bersama teman sekelas.

Page 92: @Buku LS jilid 2

87

8. Rencana Pembelajaran pada Pelajaran Hari Ini

ALUR KEGIATAN BELAJAR TUGAS GURU

Page 93: @Buku LS jilid 2

88

LAMPIRAN 4

PERENCANAAN PANDUAN BELAJAR PADA MATAPELAJARAN SENI

Tanggal : 19 Oktober 1996 (Sabtu) pukul 14.00-14.45

Tempat : SD Kitaissha Kota Nagoya

Siswa : Kelas 3-2 (37 siswa)

Guru : Mayumi Ito

1. Unit: Betapa Menyenangkan Menulis Cerita (Unit Khusus)

2. Mengenai Unit Ini

(1) Mengapa harus pelajaran membuat cerita.

Pelajaran menulis untuk kelas 3 diarahkan untuk menulis buku

harian/jurnal. Hal ini adalah kesempatan bagus bagi siswa untuk merefleksikan

dirinya dan kehidupannya. Melalui kegiatan menulis di buku harian, mereka

dapat menggali makna dari kegiatan mereka sehari-hari.

Di sisi lain siswa juga mengalami masa pertumbuhan dan mulai

menerawang kehidupannya di masa mendatang. Mereka membutuhkan cara

untuk belajar mewujudkan harapan dan impian mereka dengan leluasa. Saat

tenggelam dalam kegiatan menulis cerita, siswa dapat mengaktualisasikan

harapan dan impian mereka lebih leluasa. Menulis cerita mampu melegakan

hati mereka dan siswa menikmati kebebasan jiwa mereka selama menulis

jurnal. Unit ini bertujuan menciptakan pelajaran dimana siswa mengekspresikan

ide mereka dengan bebas dan menikmati kegiatan menulis cerita.

(2) Hubungan antara karakteristik siswa saat ini dengan unit.

Hingga saat ini siswa di kelas terbiasa menuliskan segala pengalaman

mereka. Mereka cukup menyukai kegiatan menulis, bakan sebgian besar

menyatakan suka menulis. Di sisi lain siswa juga suka membaca. Mereka suka

membaca kisah ”Someko dan Raksasa”. Dengan membaca kisah tersebut

mereka terhanyut dalam perasaan Someko dan Raksasa serta membayangkan

kelanjutan kisah tersebut. Seorang guru mengetahui bahwa seorang siswa

Page 94: @Buku LS jilid 2

89

berkata ”Saya tidak sabar menunggu kelanjutan ceritanya”.

Pada semester ke-2 terdapat pelajaran yang disebut ”Bila aku menjadi

....”. Pelajaran ini juga menjadi bagian dari pelajaran menulis jurnal yang telah

dikerjakan sejak semester ke-1. Kegiatan menulis setiap hari seperti ini sangat

disukai siswa, sebagian dair mereka menulis ”Bila aku menjadi hamster, aku

akan bermain setiap hari di dalam roda” dan ”Bila aku menjadi burung, aku

ingin terbang jauh ke langit ”. Seorang guru ingin sekali mengamati tulisan para

siswa setiap hari dan memberikan komentar agar guru tersebut dapat

mengamati kehidupan dan harapan para siswa dari buku harian mereka.

Saat mengamati para siswa, seorang guru memutuskan memakai

pelajaran menulis cerita agar siswa dapat mengekspresikan perasaan mereka

lebih bebas. Kegiatan ini akan menyenangkan dan melegakan mereka saat

memasuki dunia dongeng, kartun, dan video games yang mereka bayangkan,

selanjutnya mewujudkan impian mereka dalam bentuk cerita. Guru tersebut

akan mengajarkan materi ”Betapa Menyenangkan Menulis Cerita” dan berharap

siswa mendapat pengalaman menarik saat menulis bebas.

(3) Instruksi di papan tulis

Mari Menulis Cerita Cerita apa yang ingin kamu tulis?

• Cerita gembira • Cerita lucu • Cerita yang mendinginkan suasana

Hal-hal yang dibutuhkan untuk menulis cerita

• Judul • Tokoh • Ringkasan

(tuliskan segala yang disajikan siswa)

Page 95: @Buku LS jilid 2

90

(4) Lain-lain

Perhatikan lampiran daftar tempat duduk siswa, kartu petunjuk, dan bahan

lainnya.

Meja Guru

Siswa 1 A.2 B.1 C.Kartun

Siswa 2 A.4 B.5 C.Komputer

Siswa 3 A.5 B.4 C.Game

Siswa 4 A.2 B.1 C.Senam

Siswa 5 A.1 B.1 C.Permen

Siswa 6 A.1 B.1 C.Senam

Siswa 7 A.1 B.1 C.Kartu Pokemon

Siswa 8 A.3 B.1 C.Bhs Inggris

Siswa 9 A.3 B.1 C.Baseball

Siswa 10 A.3 B.3 C.Lari

Siswa 11 A.1 B.1 C.Kisah horor

Siswa 12 A.1 B.1 C.Bola lempar, baseball

Siswa 13 A.2 B.1 C.tidak ada

Siswa 14 A.1 B.3 C.Sepak bola

Siswa 15 A.3 B.2 C.Main kartu

Siswa 16 A.2 B.2 C.Mobil mainan

Siswa 17 A.5 B.4 C.Mobil mainan

Siswa 18 A.3 B.1 C.Pokemon

Siswa 19 A.1 B.1 C.Pokemon

Siswa 20 A.3 B.3 C.Bahasa isyarat

Siswa 21 A.3 B.1 C.Baseball

Siswa 22 A.4 B.4 C.tidak ada

Siswa 23 A.2 B.2 C.Berselancar

Siswa 24 A.1 B.1 C.Baseball

Siswa 25 A.1 B.1 C.Detektif

Siswa 26 A.3 B.1 C.Mobil mainan

Siswa 27 A.1 B.1 C.Mobil mainan

Siswa 28 A.3 B.3 C.Mobil mainan

Siswa 29 A.4 B.4 C.tidak ada

Siswa 30 A.3 B.3 C. TV game

Siswa 31 A.2 B.1 C.Sepak bola

Siswa 32 A.2 B.2 C.Belajar

Siswa 33 A.3 B.2 C.Berenang

Siswa 34 A.3 B.2 C.Gameboy

Siswa 35 A.1 b.1 C.tidak ada

Siswa 36 A.3 B.1 C.Bola lempar

Siswa 37 A.3 B.3 C.Mobil mainan

Keterangan:

A. Saya suka menulis (1.sangat setuju; 2.setuju; 3.tidak tahu; 4.tidak setuju; 5.sangat tidak

setuju).

B. Saya suka menulis cerita (1.sangat setuju; 2.setuju; 3.tidak tahu; 4.tidak setuju;

5.sangat tidak setuju).

C. Kegemaran saya.

Page 96: @Buku LS jilid 2

91

Kartu Menulis Cerita

Kartu Panduan 1

Kartu Panduan 2

Mari menulis cerita Nama: ………………………

• Jenis cerita apa yang ingin dibuat?

( )

• Judul cerita yang akan ditulis.

( )

• Tokoh-tokoh dalam cerita

( )

Jenis cerita apa yang ingin saya buat?

• Cerita gembira • Cerita lucu • Cerita yang menyentuh perasaan • Cerita sedih • Cerita horor • Cerita yang menghebohkan • Lain-lain

Jenis cerita apa yang ingin saya buat?

1. Seandainya …. adalah …. 2. .... sesungguhnya adalah .... 3. ..... yang seperti .... 4. ..... dan .....

Page 97: @Buku LS jilid 2

92

Kartu Panduan 3

Jenis cerita apa yang ingin saya buat? 1. Seandainya … adalah …

• Seandainya Momotaro adalah orang yang lemah …. • Seandainya Raksasa adalah orang yang baik ….

2. ….. sesungguhnya adalah …. • Guruku sesungguhnya adalah penyihir. • Raksasa yang jelek sesungguhnya adalah orang yang baik hati.

3. …. yang seperti …. • Gadis yang seperti anak laki-laki. • Sekolah yang seperti taman bermain.

4. .... dan .... (dilampiri handout untuk penyusunan dan penulisan cerita)

Page 98: @Buku LS jilid 2

93

LAMPIRAN 5

PERENCANAAN PANDUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

(KOSONGAN)

Tanggal :

Kelas :

Matapelajaran :

Sekolah :

Guru :

Tim Pelaksana :

1. Unit

2. Tujuan Unit

3. Tema Research (Tujuan Utama) Lesson Study

4. Kondisi Siswa Saat Ini

5. Rencana Pembelajaran Unit Ini

• Tujuan Unit atau Hasil Akhir (bila perlu dapat dikaitkan dengan Model

Pembelajaran yang Standar, Utama, dan Berkelanjutan)

• Rangkaian Kegiatan dalam Unit (Tabel berikut dapat diperpenjang

hingga beberapa halaman)

Page 99: @Buku LS jilid 2

94

Pelajaran Ke

Materi Hal yang Perlu Diamati untuk

Dievaluasi

Strategi Materi

Penjelasan rangkaian unit yang membantu siswa beralih dari tingkat

pemahaman, motivasi, dan keterampilan awal menjadi hasil yang diinginkan.

Page 100: @Buku LS jilid 2

95

6. Perencanaan Research Lesson (Tabel berikut dapat diperpanjang

hingga beberapa halaman)

Kegiatan Guru Pemikiran dan Kegiatan Siswa

yang Diantisipasi

Hal yang Perlu Diamati untuk

Dievaluasi

Strategi Materi

a. Tujuan pelajaran.

b. Proses pembelajaran (situasi kegiatan dan pengalaman seperti apa yang

mendorong siswa beralih dari tingkat pemahaman semula menuju tingkat

yang diharapkan).

c. Evaluasi kegiatan pelajaran (hal utama yang dievaluasi).

d. Salinan materi ajar (rencana organisasi papan tulis, handout siswa, alat

visual).

7. Informasi Latar Belakang dan Form Pengumpulan Data untuk Observer

(contoh: daftar tempat duduk, tugas utama siswa, form untuk

mengamati siswa tertentu yang perlu mendapat perhatian).

Page 101: @Buku LS jilid 2

96

LAMPIRAN 6

TEMPLATE PETA RESEARCH

Tujuan sekolah di bidang pendidikan

Profil ideal lulusan sekolah

Kondisi aktual siswa

Tema research

Profil ideal siswa (berdasarkan tingkat kelas) Tingkat dasar Tingkat menengah Tingkat Atas

Hipotesis research

Metode dan analisis

Page 102: @Buku LS jilid 2

97

LAMPIRAN 7

REFERENSI TERPILIH UNTUK LESSON STUDY

Dikumpulkan oleh Elizabeth King dan Elizabeth Davis

Publikasi

Boss, S. (musim panas 2001). Leading from Within. Lesson Study: Teachers

Learning Together. Nothwest Teacher : 2:2.

Terfokus pada bagaimana peran pengurus sekolah dalam lesson study,

dengan contoh dari Amerika Serikat. Beberapa artikel lain dalam jurnal

ini dipersembahkan untuk lesson study.

Lewis, C., & Tsuchida, I. (musim dingin 1998). A Lesson is Like a Swiftly

Flowing River: Research Lesson and the Imrovement of Japanese Education.

American Educator, 14-17 & 50-52.

Menjelaskan asal mula dan kegunaan research lesson sebagai jantung

lesson study. Naskah ini mencantumkan komentar-komentar para guru

di Jepang untuk menekankan dampak lesson study pada pemberdayaan

professional guru, serta dukungan system untuk lesson study.

Sparks, D. (November 1999). Menggunakan Lesson Study untuk Memberdaya

Keterampilan Mengajar. Results, National Staff Development Council.

Secara ringkas menyusun model dan dukungan kepemimpinan lesson

study. Tersedia di www.lessonresearch.net

Stigler, J., & Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap: Best Ideas from the World’s

Teachers for Improving Education in the Classroom. New york: Summit Books.

Bab 7 menyajikan pendahuluan tentang lesson study dan menunjukkan

petunjuk bahwa suatu system seperti lesson study perlu dikembangkan

di Amerika Serikat.

Page 103: @Buku LS jilid 2

98

Watanabe, T. (2002). Learning from Japanese Lesson Study. Educational

Leadership, 59:6, 36-39.

Menyajikan ringkasan peranan lesson study di Jepang dan dampaknya

bagi para pensisik di Amerika Serikat.

Yoshida, M. (1999). Lesson Study (Jugyoukenkyuu) in Elementary School

Mathematics in Japan: A Case Study. Paper presented at the American

Educational Research Association (1999 Annual meeting), Montreal, Canada.

Menyajikan rangkuman kegiatan lesson study matematika di suatu SD di

Jepang. detail kegiatan actual tersebut tersedia di

[email protected]

Website

www.globaledresources.com

Menyediakan sumber teks dan video, pengembangan professional, dan

konsultasi bagi sekolah yang berminat mengimplementasikan lesson study dan

pembelajaran matematika. Global Education Resources, L.L.C

www.lessonlab.com

Website yang memberi dukungan lesson study melalui pemberdayaan dan

diseminasi software dan sumber terkait. LessonLab Inc.

www.lessonresearch.net

Website ini menyediakan publikasi lesson study, berita seputar kegiatan lesson

study, weblink, dan video pembelajaran yang dapat didownload atau dipesan.

Mills College US-Japan Education Program.

www.rbs.org/lesson_study/readings_and_resources.shtml

Website yang menyediakan berbagai teks, sumber, dan link termasuk TIMSS

Resources Center dan link menuju sumber yang terkait TIMSS. Resarch for

Better Schools.

Page 104: @Buku LS jilid 2

99

www.tc.edu/centers/lessonstudy/

Website yang menyediakan berbagai sumber praktis, termasuk protokol lesson

study, artikel, contoh lesson study, dan link menuju forum diskusi online.

Columbia Lesson Study Research Group at Teachers College, Columbia

University.

Video/Media Digital

Can You Lift 100 Kilograms? (video; 18 menit). Menyajikan rangkuman siklus

lesson study pada suatu SD di Jepang. meliputi rekaman perencanaan

pembelajaran, research lesson pelajaran sains, dan diskusi guru mengenai

kegiatan pelajaran. Cocok untuk memperkenalkan lesson study.

Tersedia di: www.lessonresearch.net

Lesson Study: An Introduction (CD-ROM). Menunjukkan langkah-langkah siklus

lesson study matematika yang berasal dari dokumentasi di SD di Jepang untuk

disertasi Makoto Yoshida.

Tersedia di www.globaledresources.com

The Secret of Trapezes (Video; 16 menit). Merangkum dua tahapan research

lesson sains kelas 5 pada materi pendulum yang dijelaskan pada artikel “A

Lesson is Like a Swiftly Flowing River”. Dilengkapi dengan segmen ringkas saat

di tengah-tengah diskusi.

Tersedia di: www.lessonresearch.net

Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) Public Release

Videotape of German, Japanese, and US Mathematics Lessons. Video ini

dilampiri panduan belajar, video ini menunjukkan kegiatan pelajaran

matematika aktual, serta memberi penekanan perbedaan cara mengajar di 3

negara.

Tersedia di National Center for Education Statistics, [email protected]

Page 105: @Buku LS jilid 2

100

Three Perspectives on Lesson Study (video; 53 menit). Diproduksi University of

California Office of the President. Dilengkapi dengan presentasi Catherine

Lewis (Frequently Asked Questions About Lesson Study and Research

Lessons), Clea Fernandez (Exploring Lesson Study in the United States ), dan

James Stigler (What is Lesson Study?).

Tersedia di: www.lessonresearch.net