04 Jilid 1 Buku 4

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    1/50

    50

    BUKU-4

    MANAJEMEN PERAWATAN

    INSTALASI PESAWAT LIFT

    Ditulis oleh:Ir. Sarwono Kusasi

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    2/50

    46

    LEMBAR TUJUAN

    NAMA PELATIHAN : Pelaksanaan Perawatan Instalasi

    Sistem Transportasi Vertikal (PPI-STV)

    MODEL : Lokakarya Terstruktur  

    TUJUAN UMUM PELATIHAN

    Mampu melaksanakan pekerjaan perawatan termasuk pemeliharaan instalasi

    sistem transportasi vertikal (lift dan eskalator) didalam bangunan gedung, sesuai

    dengan mutu yang dipersyaratkan dan jadwal tempo yang dijatahkan, sampai

    tercapai batas-batas norma kinerja operasi yang dapat diterima oleh pemilik

    gedung.

    TUJUAN KHUSUS PELATIHAN

    Pada akhir pelatihan ini, peserta akan mampu :

    1. Menerapkan langkah-langkah K3 dilapangan berkaitan dengan STV

    2. Menjelaskan uraian dan membentuk sikap terhadap tugas sesuai dengan

    peraturan yang berlaku

    3. Menjelaskan sistem kerja operasi berbagai jenis lift dan eskalator 

    4. Menjelaskan macam-macam jenis perawatan dan pemeliharaan sesuai

    dengan jenis peralatan STV

    5. Melaksanakan metoda perawatan dan pemeliharaan sesuai dengan uraian

    tugas dan jadwal yang ditetapkan

    6. Menjelaskan teknik pelumasan, perbaikan penyetelan ulang peralatan

    7. Mengendalikan lingkungan ditempat kerja untuk mengeliminer sumber-

    sumber bahaya

    8. Membuat laporan pekerjaan, dan pencatatan gejala-gejala dalam log book

    i

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    3/50

    47

    RUANG LINGKUP PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN

    TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

    Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu memahami pentingnya

    perawatan, pencegahan kecelakaan, kerusakan ataupun kemacetan lift atau

    eskalator. Juga peserta akan mampu mengembangkan metode efisien,

    perawatan ataupun pengamatan komponen atau peralatan lift dan eskalator dari

    segi jangka waktu dan frekuensi.

    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

    Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu :

    1.   Menjelaskan tugas dan rincian pelaksanaan perawatan, pemeliharaan,

    pengawasan dan pengamatan.

    2.   Memahami prosedur perawatan termasuk urutan pemeriksaan, pelumasan

    dan penyetelan.

    3.   Membuat keputusan saat mana komponen harus direparasi dan/atau diganti

    suku cadang agar mencegah atau menghindari kegagalan.

    ii

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    4/50

    48

    DAFTAR ISI

    “Ruang Lingkup Perawatan dan Pemeliharaan”

    1. Lembar Tujuan ………………………….. i

    2. Daftar Isi …………………………………… iii

    3. Daftar Modul …………………………… iv

    4. Daftar Istilah …………………………….. 1

    5. Bab - I : Pendahuluan ………………………. 5

    6. Bab - II : Ruang Lingkup Perawatan …………………….…. 9

    7. Bab - III : Jenis Pesawat dan Komponen Peralatan …………….. 16

    8. Bab - IV : Program Perawatan …………………….. 20

    9. Bab - V : Perbaikan dan Pelayanan Darurat ……………………. 26

    10. Bab - VI : Kesimpulan …………………………… 32

    Lampiran :

    1. Daftar Acuan ……………………… 38

    2. Daftar Tabel …………………… 39

    3. Daftar Diagram ………………………… 40

    4. Daftar Gambar …………….. 40

    5. Daftar Pustaka ………………………. 41

    iii

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    5/50

    49

    DAFTAR MODUL

    Jabatan Kerja :  Pelaksana Perawatan Instalasi

    Sistem Transportasi Vertikal (PPI-STV)

    Nomor 

    Modul

    1 STV-01 Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    2 STV-02 Tata Cara Kerjasama dan Sikap Tugas

    3 STV-03 Ruang Lingkup Perawatan dan Pemeliharaan

    4 STV-04 Teknik Perawatan dan Pemeliharaan

    5 STV-05 Kebersihan dan Kerapihan Lingkungan

    6 STV-06,

    dan STV-07

    Kode Judul Modul

    Pencatatan dan Pelaporan Hasil Kerja

    iv

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    6/50

    1

    DAFTAR ISTILAH

    Istilah yang menyangkut ruang lingkup perawatan dan pemeliharaan perlu didefinisikan agar 

    lebih mudah dipahami dalam menyerap pengertian materi pelajaran pelatihan modul

    III :

    1.   keahlian (e x p e rt ic e  )

    adalah karakteristik seseorang yang mampu dan menguasai pengetahuan dan

    kecakapan dalam bidang tertentu, mampu mewujudkan karya teknis ilmiah dan

    dilaksanakan sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.

    (tenaga ahli = seorang yang memiliki keahlian/kemahiran, seorang pakar,  expert ).

    2.   keterampilan (s k i l fu l  )

    adalah kemampuan atau kecakapan melaksanakan tugas bidang tertentu, untuk

    mewujudkan karya terapan praktis dan resmi dianggap berkompeten melalui bimbingan

    teknis.

    (tenaga terampil = seorang yang memiliki keterampilan).

    3.   kualifikasi (q u a li f ic a t io n  )adalah peringkat status tertentu pada diri seseorang yang memiliki ketrampilan dan/atau

    keahlian tertentu untuk suatu tugas, ditetapkan oleh badan atau organisasi resmi yang

    terakreditasi (qualified = cakap).

    4.   kompeten (c o mp e te n c e  )

    adalah suatu status pada diri seseorang yang secara resmi diakui cukup mampu

    melaksanakan suatu tugas tertentu sesuai dengan kriteria unjuk kerja yang

    dipersyaratkan.

    5.   kompentensi (c o mp e te n c ie s  )

    adalah karakteristik mendasar unsur-unsur keahlian, ketrampilan, dan kemampuan

    (abilities) yang diperlukan dalam melaksanakan tugas/fungsi dalam jabatan tertentu

    dengan merujuk pada kriteria unjuk kerja.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    7/50

    2

    6.   pelaksana perawatan (pemeliharaan)

    adalah penyedia jasa yang dinyatakan terampil secara resmi dibidang perawatan dan

    mampu menyelenggarakan kegiatan menjaga peralatan pesawat agar tetap berfungsi

    sebagaimana mestinya sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.

    7.   pemeriksa / pengkaji teknis (a u d itu r  )

    adalah penyedia jasa yang dinyatakan ahli secara resmi dibidang pengkajian teknis

    (technical assessment ) sistem peralatan pesawat, dan mampu menyelenggarakan

    kegiatan menilai kinerja dan tingkat daya guna pesawat dibandingkan dengan kriteria

    yang dipersyaratkan.

    8.   perawatan (ma in te n a n c e s e rv ic e  )adalah upaya yang dilakukan dengan metode sistematis, memeriksa dan menguji

    peralatan pesawat, agar berfungsi sebagaimana mestinya termasuk membersihkan,

    melumasi dan mereparasi.

    9.   pemeriksaan (in s p e c tio n  )

    adalah tindakan upaya sistematis mencari fakta daya kerja  (function)  peralatan atau

    pesawat, diikuti laporan dan rekomendasi. Pemeriksa disebut inspektur.

    10. pengujian (te s t in g  )adalah pekerjaan menjalankan pesawat setelah rakitan terpasang,  disesuaikan dengan

    spesifikasi perencanaan, termasuk penyetelan, mengukur dan mencatat data-data

    teknis. Penguji disebut adjuster.

    11. perawatan terpadu (c o mp re h e n s iv e ma in te n a n c e  )

    adalah suatu sistim perawatan teratur dan efisien termasuk reparasi dan penggantian

    komponen yang aus. Biasa dikenal dengan istilah  full maintenance.

    12. perawatan terencana (p re v e n tiv e ma in te n a n c e  )adalah suatu sistim perawatan terpadu dengan tehnik pencegahan kegagalan

    (malfunction) secara terencana ( planned maintenance).

    13. penerapan rekayasa (e n g in e e rin g p ra c tis e  )

    adalah penerapan dasar-dasar ilmu penalaran atas perencanaan, pembangunan dan

    sistem kerja pesawat yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis.

    14. peralatan handal (re l iab le e q u ip m e n t )

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    8/50

    3

    adalah suatu kondisi dari peralatan (atau pesawat) dimana diyakini setelah melalui uji

    coba tidak menimbulkan kegagalan (malfunction) cara kerjanya.

    15. darurat (e me rg e n c y  )

    adalah suatu kondisi tidak normal (tidak wajar) yang berlaku sementara saja, oleh

    sesuatu sebab yang tidak direncanakan.

    16. pelayanan darurat (c a l l b a c k s e rv ic e  )

    adalah pelayanan atas lift yang macet untuk diperbaiki diluar jadwal rutin.

    17. unjuk kerja (p e rfo rma n c e  )

    adalah suatu derajat hasil kerja dari peralatan atas dasar fungsinya yang telah

    direncanakan. Unjuk kerja juga disebut kinerja.

    18. macet (b r e a k d o w n  )

    adalah suatu kondisi dimana peralatan tidak bekerja/tidak berfungsi karena ada

    komponen yang rusak atau aus.

    19. gagal fungsi (fu n c tio n a l fa i lu re  )

    adalah suatu kondisi dimana peralatan tidak bekerja/tidak berfungsi oleh karena

    kesalahan perencanaan dari suatu peralatan.

    20. tanggap layan (r e s p o n s e t i m e  )

    adalah waktu yang diperlukan untuk datang menangani pelayanan darurat   (call back),

    setelah menerima telpon panggilan akibat adanya penyimpangan fungsi (malfunction).

    21. penumpang terjebak

    adalah suatu situasi dimana penumpang berada didalam kereta yang sedang macet.

    22. detektor elektronic (e lec tro n ic d e te c to r  )

    adalah alat pengindra kehadiran seseorang yang akan masuk kedalam kereta,

    menyebabkan pintu kereta yang sedang menutup akan membuka kembali dengan lebar 

    secukupnya saja.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    9/50

    4

    23. berkas sinar (l ig h t ra y  )

    adalah alat yang dipasang dibalik pintu kereta yang mencegah pintu menutup jika berkas

    sinar dipotong.

    24.  modernisasi

    adalah suatu program penggantian beberapa peralatan dan komponen utama tertentu,

    yang akan menghasilkan unjuk kerja lebih baik dan lebih efisien.

    25. service total (re fu rb is h me n t, o v e rh o u l  )

    adalah suatu program memperbaiki kondisi pesawat lift oleh karena banyak bagian-

    bagian  (parts) yang telah aus atau tidak berfungsi.

    26. logbook

    adalah buku riwayat yang memuat semua kejadian (incident ) atas tiap-tiap unit lift,

    bertanggal, dan keterangan sebab-sebab, cara perbaikan dan pelaksanaannya.

    27. tempo jeda (d o w n t i m e  ,  s h u t d o w n  )

    adalah jumlah jam dalam satu tahun suatu lift dihentikan (untuk maksud service dan

    reparasi) dan berhenti akibat macet/kerusakan.

    28. rasio pelayanan (serviceable ratio )

    adalah perbandingan antara  down time  dengan jumlah tempo (jam) operasi lift dalam

    setahun.

    29. umur manfaat (u s e fu l l i fe  )

    adalah jangka waktu suatu alat/komponen berfungsi normal.

    30. alur pikir 

    adalah suatu pola urutan tahapan tugas pekerjaan secara logis dalam mencapai tujuan.

    31. SOP (s ta n d a rd o p e ra tio n a l p ro c e d u re  )adalah prosedur kerja yang baku.

    32. MOB (manajemen operasi bangunan)

    adalah pengelola, mewakili pemilik bangunan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan

    oeprasi bangunan.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    10/50

    5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.   Dimasa mendatang kebutuhan akan pelayanan lift dan eskalator dalam bangunan

    modern dituntut oleh pengguna lebih bermutu aman dan handal. Pengelola bangunan

    (MOB) dan penyewa mengharapkan dari kontraktor mutu “jaminan” bahwa pelayanan

    operasi lift dan eskalator berjalan efisien atas dasar suatu “standard performance”  dan

    dengan biaya yang wajar.

    1.2.   Dimana letak taraf atau standar efisiensi unjuk kerja yang wajar dan berapa biaya

    wajar itu, harus ditentukan oleh konsesus beberapa pendapat dari sejumlah kontraktor 

    lift terkenal dan oleh pengelola bangunan-bangunan modern yang berpengalaman.

    Berapa kali sepantasnya lift rata-rata boleh macet dalam setahun, dan maksimal

    berapa lama (dalam jam). Juga berapa lama waktu boleh dihabiskan untuk melakukan

    perawatan dan reparasi dalam setahun untuk tiap-tiap jenis.

    1.3.   Banyak terjadi kekecewaan diantara pengelola bangunan oleh karena belum ada

    angka batas wajar tersebut diatas. Begitu pula sering terjadi kontrak pemeliharaanputus dan pindah tangan, karena beberapa kali terjadi kemacetan/kerusakan yang

    sebetulnya tidak perlu terjadi, jika perawatan dikelola dengan baik oleh ahlinya.

    Peranan para ahli dan AK3 sangat penting sebagai ahli yang menentukan keluasan

    ruang lingkup perawatan dan mutu pelaksanaannya, dan menilai unjuk kerja

    ( performance) operasi. Disisi lain pihak kontraktor pelaksana perawatan dituntut

    memenuhi ruang lingkup pekerjaan tersebut dalam kontrak.

    1.4.   Segera setelah lift dan/atau eskalator diserah terimakan dan dijalankan melayani

    penumpang, perawatan berkala ( periodic ) sudah harus dimulai. Kewajiban

    manajemen bangunan untuk membuat program atau kontrak perawatan dengan

    ahlinya, mencakup pemeriksaan kebersihan (check up), pelumasan (lubrication)

    sebagaimana mestinya, penyetelan kembali (re-adjusment ) secara teratur dan

    berkala dan test-tahunan alat-alat keamanan.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    11/50

    6

    Penggantian bagian suku-suku cadang (spare-parts) yang aus sebelum rusak dan

    tidak berfungsi, yang pasti akan menyebabkan operasi (kerja lift) gagal, harus

    tercantum dalam kontrak.

    Manajemen bangunan harus waspada terhadap isi kontrak. Kadangkala apa yang

    tertulis tidak selalu menjangkau apa yang kita maksud/kehendaki, dan ada

    kemungkinan terjadi hal-hal diluar dugaan semua pihak.

    Pokok-pokok isi kontrak perawatan terpadu meliputi hal-hal sebagai berikut :

    1.   Lingkup pekerjaan : kewajiban kontraktor 

    2.   Penggantian suku cadang yang termasuk maupun tidak termasuk dalam kontrak

    3.   Reparasi dan penggunaan suku cadang pinjaman

    4.   Pelayanan panggilan darurat (call back service)

    5.   Jadwal jam-jam pekerjaan perawatan, reparasi dan riksa uji

    6.   Seorang teknisi yang bertanggung jawab dilapangan dan penggantinya

    7.   Laporan bulanan (macet dan sebab-sebabnya dalam logbook)

    8.   Laporan tahunan (termasuk rencana kerja tahun berikut)

    9.   Testing tahunan atau rutin (safeties)

    10. Pemeriksaan (inspection) 2 tahun sekali (quality audit )

    11. Tanggung jawab dan kewajiban manajemen bangunan

    12. Biaya, dan penyesuaiannya, denda dan sanksi

    13. Jangka waktu kontrak dan perpanjangannya

    14. Kecelakaan dan hal-hal diluar kuasa kontraktor 

    15. Arbitrasi (panitia perwasitan) jika terjadi ketidak cocokan

    16. Penyelesaian hukum dan legalitas

    Hal lain yang perlu disadari dan diperhatikan oleh manajemen operasi bangunan

    (MOB) ialah kesediaan kontraktor untuk dievaluasi kerjanya oleh  pihak ketiga palinglambat 2 tahun sekali untuk meyakinkan bahwa hasil kerjanya selama ini memang

    sesuai dengan persyaratan.   Pihak ketiga   ialah seorang ahli lapangan dibidang lift

    (AK3) yang tidak memihak (independent ), dan telah memperoleh sertifikat dari instansi

    yang berwenang.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    12/50

    7

    RINGKASAN BAB-I

    1. Surat perjanjian (kontrak) perawatan dan pemeliharaan antara perusahaan jasa

    perawatan lift dan eskalator (PJPL) dengan manajemen operasi bangunan (MOB)

    sangat penting dan merupakan keharusan. Didalamnya mencakup kewajiban kontraktor 

    termasuk ruang lingkup tugas yang harus dilaksanakan.

    2. Tergantung jenis macam kontraktornya ruang lingkup dapat saja terlalu sempit atau

    sangat luas. Reparasi (perbaikan) dan suku cadang adalah satu aspek yang sering

    diabaikan oleh MOB. Reparasi seringkali tidak termasuk didalam kontrak, agar 

    menghemat biaya. Dalam hal ini maka kewajiban teknisi pelaksana perawatan untuk

    membuat laporan kepada atasannya, manakala dia temui ataupun curigai adanya

    komponen yang mulai tidak berfungsi, agar diajukan penawaran perbaikan.

    3. Penawaran perbaikan komponen mungkin juga termasuk penggantian suku cadang,

    harus jelas, dan batas waktu paling lambat bila harus disetujui agar segera perbaikan

    mulai dikerjakan, demi keselamatan operasi lift. Apabila sudah lewat tenggang waktu

    tidak ada keputusan dari MOB, maka kontraktor sebaiknya memperingatkan bahwa dia

    tidak bertanggung jawab, jika terjadi insiden ataupun kecelakaan.

    4. Sebaliknya pada jenis kontrak dengan cakupan lingkup pekerjaan yang luas dantermasuk suku cadang, maka perbaikan adalah menjadi kewajiban pihak kontraktor 

    lift/eskalator. Dalam hal ini seorang teknisi pun harus membuat laporan keatasannya

    perihal apa saja yang perlu diganti baru untuk menghindari kemacetan dan kerusakan

    yang lebih parah. Ingat  domino effect .

    ILUSTRASI  :

    Hampir 90% atau sebagian besar kewajiban kontraktor diemban oleh teknisi pelaksanaperawatan. Seorang teknisi perawatan disebutkan ibarat “ujung tombak” dari perusahaandalam perjuangannya mempertahankan kelangsungan hidup. Jika seandainya seorang

    teknisi pelaksana perawatan kurang terampil atau tidak berpengalaman ataupun rendah ilmupengetahuannya, maka dapat saja tidak peka dengan tanda-tanda adanya kerusakan danlalai membuat laporan atau usulan perbaikannya. Jika kemudian terjadi kecelakaan akibatdari kelalaiannya, dia akan menerima hukuman dari atasannya dan boleh jadi tuntutan daripihak manajemen bangunan.Seorang teknisi pelaksana perawatan yang sering mendapat julukan “ujung tombak”perusahaan tidak pernah dipuji jika dia berhasil mengeliminer sumber-sumber bahaya (akibatmalfunction   komponen) tetapi sebaiknya dicaci jika terjadi kerusakan. Maka julukan yangkedua baginya adalah “pahlawan tersamar tak bernama”

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    13/50

    8

    LATIHAN

    1. Sebutkan apa saja kewajiban kontraktor lift/eskalator terhadap pemilik/manajemen

    bangunan gedung.

    2. Apa bedanya insiden dan kecelakaan (accident ).

    3. Ceritakan apakah kejadian kecelakaan dan sebab-sebabnya perlu dipertegas dalam

    kontrak perawatan dengan pihak pemilik/manajemen bangunan gedung. Mengapa dan

    apa persyaratannya.

    4. Apakah anda setuju jika perawatan lift dilaksanakan oleh PJPL yang mana saja, siapa

    saja yang berminat. Jika setuju apa alasannya, dan jika tidak setuju apa pula alasannya.

    5. Tiap-tiap unit lift, tergantung jenisnya memperoleh jatah tempo pelayanan perawatan.

    Boleh jadi 90 jam/tahun, atau selama 3 jam tiap-tiap kunjungan pelayanan 2 kali per 

    bulan. Apakah menurut anda tempo tersebut cukup atau kurang. Sebutkan alasannya.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    14/50

    9

    BAB II

    RUANG LINGKUP PERAWATAN

    2.1.   Dalam UU RI No.28 tahun 2002 mengenai “Bangunan gedung” dibedakan antara

    pemeliharaan dengan perawatan. Agak berbeda dengan pengertian “perawatan” yang

    berlaku dikalangan Dep.Nakertrans (Permen Nakertrans No.03/MEN/1999), maka

    perawatan   dalam UU No.28 tersebut adalah “kegiatan memperbaiki dan/atau

    mengganti bagian komponen, bahan dan sarana agar peralatan (dalam hal ini STV )

    tetap laik fungsi”.

    Definisi pemeliharaan dalam UU No.28 tersebut adalah “kegiatan menjaga keandalan

    peralatan (dalam hal ini STV ) beserta sarananya agar selalu laik fungsi”. Kemudian

    dalam UU no.28 tersebut didefinisikan juga  pemeriksaan berkala  adalah “kegiatan

    memeriksa keandalan seluruh atau bagian komponen peralatan, bahan dan

    sarananya dalam tenggang waktu tertentu (frequency ) guna menyatakan kelayakan

    fungsi.

    2.2.   Selanjutnya dalam tulisan materi pelatihan ini kita sepakati untuk menjabarkan ruang

    lingkup dari istilah-istilah tersebut diatas, sebagai berikut :

    1. Perawatan yang mempunyai ruang lingkup luas, kegiatan yang mencakup unsur-

    unsur pemeliharaan, perbaikan, penggantian suku cadang, penyetelan dan

    pelayanan darurat (akibat terjadinya macet) dan uji coba ( test run).

    2. Pemeliharaan mencakup unsur-unsur kegiatan pemeriksaan, pembersihan,

    pelumasan, dan penyetelan ulang. Elemen kegiatan tersebut lebih jelas tercantum

    pada diagram berikut ini.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    15/50

    odul III / STV-03 : Ruang Lingkup Perawatan dan Pemeliharaan

     ______________ ______________ _______________ ______________ ______________ ______________ _______________ ______________ ______________ ______________ _______ 

    Diagram-1

    HUBUNGAN PRINSIP KERJA UNSUR-UNSUR PERAWATAN

    PEMETAAN KOMPONEN

    atas dasar JENIS PERALATAN

    PERAMALAN PRINSIP-PRINSIP

    (PREDIKSI) PENGGUNAAN PERALATAN

    SECARA ILMIAH

    PANTAUAN FUNGSI

    PERAWATAN JARAK JAUH

    PENCEGAHAN

    (PREVENTIVE)MAINTENANCE

    KOREKSI PENGGANTIAN SUKU CADANGPENJADWALAN berdasarkan umur kegunaan

    TERATUR

    METODE PERBAIKAN KEMACETAN

    PELAKSANAAN   PANGGILAN DARURAT (c al l bac k   )

    PERAWATAN

    PEMELIHARAANRUTIN, BERKALA

    PENYETELAN ULANG(r e a d j u s t m e n t   )

    PELUMASAN (l ubri c at i on  )

    PERBAIKAN (r e p a i r a n d o v e r h o u l   )

    PENYETELAN UMUM

    (general adj us t men  t)

    PEMERIKSAAN (c h e c k u p   )

    KEBERSIHAN (h o u s e k e e p i n g   )

     _______________________________________________________________________________________________________________________________________ 

     Pelaksana Perawat an Instala si Sistem Transportasi Vertik al    10

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    16/50

    11

    2.3. Lingkup Perjanjian Perawatan

    Bermacam-macam jenis keluasan kontrak perawatan dari mulai yang paling

    sederhana sampai jenis terpadu (comprehensive) tergantung permintaan pihak

    pemilik bangunan, berturut-turut dibawah ini tiap-tiap jenis diuraikan :

    a. Kontrak panggilan

    Jenis kontrak yang paling sederhana, dimana manajemen bangunan tidak

    mempunyai rasa memiliki bangunan, seolah-olah penggunaan bangunan hanya

    sewa sementara, 2 sampai 5 tahun saja. Pengaturannya adalah sebagai berikut :

    1. Kontraktor perawatan lift jika dipanggil oleh pemilik bangunan untuk service

    pemeliharaan ataupun karena lift macet atau rusak, harus mau datang.

    2. Pembayaran atas jasa biasanya atas dasar jumlah jam kerja dikalikan tarip per 

     jam per orang.

    3. Biaya bulanan (sebagai beban dan sebagai tanda ikatan perjanjian) sangat

    minim, harus dibayar walaupun tidak ada panggilan.

    b. Kontrak o i l a n d g re as e    (OG)

    Kontraktor perawatan lift berkewajiban melaksanakan service pemeliharaan

    secara rutin dua minggu sekali ataupun sebulan sekali. Ruang lingkup tugas

    hanya terbatas pemeriksaan, kebersihan dan pelumasan. Reparasi, panggilan

    darurat (call back service), dan penyetelan atas dasar harga penawaran tersendiri

    sebagai kerja tambahan. Jenis ini paling banyak terdapat karena biaya bulanan

    rendah.

    c. Kontrak perawatan terpadu (fu l l ma in te n a n c e  )

    Jenis ini adalah paling mahal biaya bulanannya, karena lingkup kewajiban

    kontraktor perawatan lift sangat luas, yaitu disamping hal-hal yang tersebut dalam

    OG, dia juga harus melaksanakan perbaikan,  call back  penyetelan, uji coba, dan

    uji keselamatan, dan penggantian komponen suku cadang jika kedapatan aus.Kontrak ini disebut juga full maintenance (FM).

    Perhatikan diagram dibawah ini. Sumbu arah kekanan biaya positip meningkat,

    sumbu arah keatas lingkup tanggung jawab pekerjaan positip meningkat.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    17/50

    12

    Diagram-2 Ringkasan Konsep Perawatan

    arah ke konsep corrective   arah konsep Preventive

    lingkup pekerjaan

    PTp PTj biaya

    Pangg OG

    Ciri-ciri

      Pelanggan pegang peranan atas :

    1)   jadwal2)   biaya3)   panggilan reparasi

      Kontraktor tidak membuat laporantetapi laporan dari mechanics

      Tidak ada standar / manual

      Banyak variasi atas lingkuppekerjaan (scope of job)

    Ciri-ciri :

      Jadwal berkala tetap (scheduled )

      Terencana ( programmed )

      Mengikuti standar & manual pabrik   Pencegahan ( preventive) atas

    kerusakan

      Prediksi dan laporan

      Kepuasan pelanggan

    Penjelasan  :PTp = Perawatan Terpadu (FM)PTj = Perawatan Terjamin (PGM)OG =  Oil and Grease   (pem.terbatas)Pangg = Perawatan atau laporan

    atas dasar panggilan (MC)

    FM =  Full MaintenancePGM =  Performance Guaranteed 

    MaintenanceMC =  Maintenance on Call 

    Lihat diagram pada halaman 10 : Hubungan prinsip kerja unsur-unsur perawatan.

    2.4. Perawatan Terencana/Terjamin

    Perawatan Terencana (Preventive Maintenance)   dirancang dengan maksud

    menghindari (dan juga menunda) kerusakan atas peralatan atau komponen yang vital,

    yang lambat atau cepat pasti terjadi. Tujuannya untuk mencegah terjadinya

    kerusakan dan atau kemacetan lift. Untuk maksud tersebut, cadangan   spare part 

    harus cukup tersedia sepanjang waktu.

     Ada dua (2) aspek yang dapat kita kemukakan dalam pelaksanaan Perawatan

    Terencana ( preventive maintenance) :

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    18/50

    13

    1.   Pemeriksaan ( in s p e c tio n ) 

    Pemeriksaan oleh tehnisi yang kompeten dan   qualified   atas bagian-bagian

    peralatan kunci (vital), sesuai SOP. Pemeriksaan seringkali memberi petunjuk

    adanya keharusan mengganti suku cadang (atau cukup reparasi), jauh-jauh hari

    sebelum terjadi kerusakan, dan biasanya sesuai dengan jadwal yang dirancang

    oleh pabrikan. Waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan harus seefisien mungkin

    sehingga tidak terlalu menganggu pelayanan operasi lift. Rasio jam pelayanan

    perawatan harus serendah mungkin, maksimal 3% pertahun dari jam operasinya.

    2.   Perawatan rutin

    Yaitu kebersihan, pelumasan, penyetelan kembali peralatan, agar senantiasaberfungsi. Jadwal berkala yang dianjurkan oleh pabrikan harus diikuti untuk tiap-

    tiap komponen disamping juga pengalaman sendiri menentukan jatah jam

    pemeriksaan.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa   Preventive Maintenance   tidak beda dengan

    Planned Maintenance.

    Catatan   : Perawatan Terencana/Terjamin hanya dapat dilakukan jika PJPL mendapat

    dukungan (back up) dari produsen pembuat dan cukup modal untuk menyediakan sukucadang sepanjang masa. Lebih dari itu harus ada tersedia teknisi yang mampu dan

    berkualitas.

    Catatan : Suatu ilustrasi

    Jumlah jam operasi lift dalam suatu bangunan kantor kira-kira 3000 jam/tahun.

    Rasio jam pelayanan perawatan, yaitu : jumlah tempo lift maksimal diizinkan jedah

    (tidak beroperasi) untuk dirawat ialah 3% atau 90 jam, terdiri atas 60 jam

    pemeriksaan berkala dan 30 jam cadangan untuk  call back  reparasi, penyetelan

    ulang (readjusment ), dan testing. Jika dalam satu tahun dilakukan 22 kali

    pemeriksaan (rata-rata 2 kali perbulan), maka tiap-tiap kunjungan memakan waktu

    2,2 jam diluar jam perjalanan. Lihat contoh daftar periksa pada halaman berikut,

    dimana diprogramkan rata-rata dua kali perbulan, yang harus diatur sendiri oleh

    teknisi pelaksana atas dasar selang waktu kira-kira 15 hari.

    2.5.   Disamping 3 macam kontrak tersebut diatas, ada satu jenis kontrak yang luar biasa,

    yang biasa berlaku pada hotel-hotel berbintang 5, atau perusahaan canggih seperti

    oil company    dan   airline company , yaitu perawatan terencana ( performance

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    19/50

    14

    guaranteed maintenance) yang mencakup semua kewajiban kontraktor apapun

    bentuknya disertai dengan sanksi dan/atau pinalty.

    Pada dasarnya perawatan terencana adalah   preventive maintenance   yang biasa

    diterapkan pada pesawat terbang.

    Secara nalar dan praktis perawatan dan pemeliharaan dikerjakan oleh ahlinya yaitu

    produsen atau agennya, karena mereka yang tahu ilmunya dan paham sifat-sifat

    produknya. Walaupun begitu pihak pengurus bangunan (MOB) harus mendapat

     jaminan dari produsen atau agennya bahwa pesawat lift dan eskalatornya berfungsi

    baik sebagaimana mestinya sepanjang masa. Jaminan itu berupa kewajiban-

    kewajiban sebagai berikut :

    a.   Tiap-tiap kemacetan harus sudah selesai diperbaiki dalam tempo satu jam saja,

    atau dua jam tetapi dengan alasan yang wajar (call back service).

     b.   Jumlah kemacetan dalam setahun tiap-tiap satuan pesawat, rata-rata tidak boleh

    lebih dari 3 kali (normal rata-rata = 2 kali per unit per tahun).

    c.   Jumlah jam lift atau eskalator berhenti tidak jalan (down time) karena dilakukan

    perawatan dan perbaikan ialah maksimal 3% dari jumlah jam tugas operasinya

    setahun (tergantung jenisnya).

    d.   Suatu kelainan dari peralatan harus dilaporkan segera, terutama jika kelainantersebut akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah ataupun kecelakaan dan

    membutuhkan biaya tinggi.

    e.   Setahun sekali diadakan audit oleh pihak ketiga untuk menilai mutu dan hasil

    pelaksanaan perawatan.

    Sanksi atas jaminan-jaminan tersebut harus jelas dalam kontrak (surat perjanjian).

    Biaya inspeksi atau audit sebaiknya dipikul bersama antara kontraktor dan

    manajemen agar auditur jujur tidak memihak siapa pun.

    Pemantauan jarak jauh atas kinerja fungsi peralatan STV telah diterapkan dibanyak

    negera maju dengan memanfaatkan sambungan telephone dan modem. Sensor yang

    mendetect kelainan fungsi langsung mengirim berita ke CRT milik kontraktor 

    dikantornya, dan dianalisa. Selanjutnya dikirim teknisi ketempat lokasi lift yang

    mengalami gangguan, dengan dibekali beberapa asumsi sebab-sebab gangguan dan

    membawa suku cadang yang kiranya akan dibutuhkan.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    20/50

    15

    RINGKASAN BAB-II

    1. Ruang lingkup perawatan STV sangat luas cakupannya, tergantung jenis kontrak (surat

    perjanjian), dan juga prinsip kerja unsur-unsur perawatan. Jika kita berpegang pada UU

    No.28 tahun 2002 tentang “Bangunan Gedung”, maka sementara dapat diasumsikan

    bahwa pelaksanaan perawatan itu meliputi pemeliharaan rutin berkala dan segala

    tindakan-tindakan koreksi yang teratur.

    2. Yang dimaksud tindakan-tindakan koreksi teratur adalah dalam rangka pencegahan

    kerusakan yaitu :

    a. Penggantian suku cadang yang umur kegunaannya telah habis.

    b. Perbaikan (repair and overhaul ).

    c. Perbaikan akibat lift macet, dicari penyebabnya dan dikoreksi agar tidak terulang.

    d. Penyetelan (general adjustment ) beberapa komponen mekanis dan komponen

    elektris agar kembali berfungsi sesuai parameter yang dipesyaratkan.

    3. Ruang lingkup dari segi surat perjanjian perawatan pada umumnya hanya ada 3 macam,

    yaitu :

    a. Kontrak panggilan (maintenance on call ).

    b. Kontrak OG (oir and grease) adalah pada dasarnya hanya pemeliharaan rutin, tidak

    termasuk suku cadang dan reparasi.c. Kontrak perawatan terpadu, dimasyarakat terkenal dengan nama full maintenance.

    LATIHAN

    1. Coba anda bandingkan apa saja untung ruginya antara kontrak OG (oil and grease)

    dibanding dengan kontrak perawatan terpadu (full maintenance).

    2. Sebutkan apa-apa saja unsur-unsur pelaksanaan perawatan.

    3. Mengapa MOB lebih suka dengan sistem pemeliharaan yang paling murah.

    4. Apa alasannya MOB menganggap perlu bantuan seorang konsultan independent untukmenilai kinerja perawatan oleh kontraktor PJPL.

    5. Bagaimana menurut anda tentang jumlah kemacetan pertahun, apakah maksimal 3

    saja? Dan berapa lama jumlah jam tidak beroperasi karena macet.

    6. Faktor-faktor apa yang mendukung agar jumlah kemacetan lift-lift pada bangunan

    tertentu tercapai maksimal rata-rata 3 kali saja pertahun.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    21/50

    16

    BAB III

    JENIS PESAWAT DAN KOMPONEN PERALATAN

    3.1.   Alat transportasi vertikal (STV) sebagai sarana dalam bangunan bertingkat tinggi

    dapat diklasifikasikan menjadi 9 macam, pesawat (device) atas dasar penggunaan

    dan fungsi bangunan, yaitu :

    a.   Lift penumpang   ( passenger elevator ), untuk maksud melayani umum,

    digunakan di gedung-gedung kantor, hotel, toserba, rumah sakit, dan

    apartemen.

    b.   Lift perumahan   (residence elevator ), untuk maksud pelayanan pribadi,

    dipasang di rumah-rumah pribadi, ruko dan rumah susun.

    c.   Lift pasien   (hospital elevator ), untuk maksud mengangkut pasien diatas

    usungan atau ranjang dengan luas kereta cukup besar. Lift ini digunakan di

    rumah sakit dan klinik.

    d.   Lift layanan darurat (emergency service elevator ), untuk dipakai oleh pasukan

    pemadam kebakaran, jika terjadi kebakaran pada gedung. Secara normal

    sehari-hari berfungsi sebagai lift service (sebagai pelengkap lift penumpang).

    e.   Lift pemandangan   (observation elevator ), adalah lift penumpang dengan

    dinding kereta bagian belakang (juga sisi kiri-kanan) dari kaca tembus pandang

    untuk memandang keluar bangunan.

    f.   Lift mobil   (automobile elevator ) adalah pada dasarnya adalah lift barang,

    dengan ukuran kereta cukup dalam, untuk maksud mengangkut mobil digedung

    parkir ( parking lot ). Biasannya pintu kereta dipasang di muka dan belakang

    untuk memudahkan arus sirkulasi keluar - masuk.

    g.   Lift panyandang cacat adalah lift penumpang yang dilengkapi dengan sarana

    mempermudah penyandang cacat menggunakannya. Lift ini dipasang di

    gedung-gedung kantor prestige dan di airport.

    h.   Lift barang   (freight elevator ), untuk maksud mengangkut barang, dipasang

    dipabrik (plant, kilang), gudang, dan kadang-kadang di toserba (atau

    departement store).

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    22/50

    17

    i.   Eskalator   (moving stairs) ialah pesawat untuk memindahkan sejumlah orang

    secara terus menerus kepermukaan lantai tertentu. Eskalator dipasang

    terutama di toserba pasar swalayan, stasiun kereta api dan airport. Kadang-

    kadang ditempat-tempat ramai seperti gedung pertemuan, stadion dan teater.

    Catatan :

    Dumbwaiter (lift pelayan) adalah termasuk klasifikasi lift barang. Lift service

    termasuk klasifikasi lift layanan darurat.

    3.2.   STV pesawat lift dan eskalator ditinjau dari segi cara menggerakannya (transmission).

    Lift tarikan dengan tenaga motor listrik (electric traction elevator ), dibedakan dengan

    tarikan langsung (drum drive) dan tarikan tidak langsung (gesek).Tarikan tidak

    langsung memperoleh tenaga atau gaya dari gesekan antara tali baja dengan roda

    puli. Sedangkan roda puli diputar langsung oleh as motor ( gearless machine) atau

    melalui transmisi gigi reduksi (geared machine). Untuk memperoleh gaya gesek yang

    cukup (atau menghindari gelincir/slip) tali baja harus cukup tegang dan bobot imbang

    dengan kereta harus “berimbang”.

    Pada tarikan langsung, tali baja digulung pada tabung (cylinder ) yang diputar oleh

    motor. Ujung tali menarik kereta, dan ujung lain diikatkan pada sisi tepi tabung gulung.

    Pesawat lift macam ini biasa untuk dumbwaiter dan lift perumahan dengan kecepatan

    kereta maksimal 30 m/m dan tinggi kerja 16.0 m. Pesawat lift yang dianggap

    sederhana dan harga ekonomis ialah lift transmisi hidrolis (hydraulic elevator ). Tinggi

    kerja vertikal dibatasi sampai maksimal 24 meter, kecepatan maksimal 60 m/m.

    3.3.   STV (lift dan eskalator) ditinjau dari segi cara operasinya (operational system)

    Pada dasarnya sistem operasi ialah suatu cara logis mengendalikan lift agar bekerja

    sesuai fungsi tugasnya. Dahulu cara operasi dikendalikan oleh kerja relay logic, yaitu

    suatu deretan relay yang diatur untuk memerintahkan lift bekerja atas kontak tombol.

    Sekarang memanfaatkan micropocessor .

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    23/50

    18

    Kendali dibedakan atas dua macam fungsi, yaitu :

    a. Kendali gerak   (speed atau drive atau motion control ) mengatur percepatan,

    kecepatan, perlambatan dan henti.

    b. Kendali operasi (operational control )

    mengatur tugas pelayanan atas panggilan (hall call button) dan permintaan

    pemakai didalam kereta (car call button), juga kerja sama kelompok beberapa unit

    lift (group supervisory operation).

    3.4.   Komponen peralatan STV untuk lift jenis traksi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    a. mesin penggerak (drive), yaitu mesin traksi dan motor 

    b. transmisi daya ( power transmission), yaitu tali baja dan rantai pada eskalator atau

    ban sabuk.

    c. komponen sarana layanan yaitu kereta, bobot imbang dan pintu-pintu lantai.

    d. peralatan pendukung, yaitu alat kendali, alat-alat pengaman, rel pemandu

    penyangga, dan governor.

    e. asesori (assessories) pelengkap, diantaranya indicator sinyal, panel operasi,

    pencahayaan dan kipas angin listrik.

    Lihat gambar-1 pada lampiran-1.

    3.5.   Komponen peralatan STV untuk eskalator dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

    a. mesin penggerak (drive) yaitu motor listrik.

    b. transmisi daya rantai dan roda sprocket atau ban sabuk.

    c. komponen sarana layanan, yaitu anak tangga (step) dan ban pegangan.

    d. peralatan pendukung, yaitu konstruksi rangka, panel penutup badan konstruksi,

    landas (bordes), dan pelat sisir.

    e. asesori (assessories) pelengkap, diantaranya indicator sinyal, saklar-saklar 

    pemutus arus, rem bantu (auxiliary brake), dan pencahayaan.

    Lihat gambar-3 pada lampiran-3.

    3.6.   Komponen peralatan STV untuk lift jenis hidrolik, dapat diklasifikasikan sebagai

    berikut :

    a. mesin hidrolik (drive) terdiri dari pompa listrik jenis ulir dan filter, yang semuanya

    terendam didalam minyak (cairan hidrolik) didalam tangki.

    b. transmisi daya ( power transmission) berupa silinder dan torak ( piston) hidrolik

    c. komponen sarana layanan, yaitu kereta dan pintu-pintu lantai.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    24/50

    19

    d. peralatan pendukung, yaitu alat kendali; alat-alat pengaman, rel pemandu,

    penyangga dan governor.

    e. asesori (assessories) pelengkap, diantaranya sinyal panel operasi, pencahayaan

    dan kipas angina.

    Lihat gambar-2 pada lampiran-2.

    RINGKASAN BAB-III

    1. Pesawat (device) adalah suatu rangkaian mekanisme yang dirancang untuk

    menghasilkan fungsi gerakan tertentu jika diumpan tenaga.

    Catatan   : istilah “pesawat telepon” tidak tepat. Karena telepon adalah suatu perangkat, bukan

    pesawat (telephone set , juga   television set ).2. STV adalah pesawat transportasi dengan berbagai macam atas dasar kegunaannya

    atau fungsinya. Pesawat transportasi dalam gedung harus dilengkapi dengan alat-alat

    pengaman dan peralatan pendukung lainnya, sehingga aman dan nyaman dipakai oleh

    orang awam (umum), sebagai sarana kegiatan. Gondola adalah bukan pesawat

    transportasi, melainkan fasilitas alat kerja untuk membersihkan dinding luar (selubung)

    bangunan gedung.

    3. Agar pesawat dapat menghasilkan suatu fungsi gerak untuk melayani

    pengguna/penumpang secara efisien perlu dengan kendali gerak ( speed control ), jugaperlu dilengkapi dengan kendali operasi kerja.

    LATIHAN

    1. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering terkecoh dengan istilah “salah kaprah” yaitu

    kata “pesawat” langsung diartikan kendaraan yang terbang. Bagaimana pendapat anda

    dengan definisi “pesawat” (device), dan “kapal terbang”.

    2. Apakah eskalator juga merupakan suatu pesawat? Jika ya apa penjelasannya. Jika

    bukan pesawat apa pula penjelasannya.

    3. Tiap satuan (unit) pesawat lift terdiri dari berbagai komponen peralatan. Bagaimana

    pendapat anda jika satu komponen tidak ikut terpasang, umpamanya bobot imbang.

    4. Bagaimana jika asesoris pelengkap lift tidak terpasang, toh masih dapat beroperasi

    melayani penumpang. Harap uraikan pendapat anda.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    25/50

    20

    BAB IV

    PROGRAM PERAWATAN

    4.1. Perawatan Rutin

    Kontrak perawatan harus lengkap mencakup semua aspek, termasuk jadwal

    pemeriksaan. Yang dimaksud pemeriksaan disini ialah kunjungan pelaksanaan

    pemeliharaan, termasuk   check up, pelumasan dan penyetelan   (lubrication and 

    adjusment). Tabel dibawah ini adalah contoh jadwal pemeriksaan untuk satu tahun

    pemeliharaan lift dan eskalator. Program ini harus merupakan salah satu pasal dari

    kontrak pemeliharaan, dan mengikat untuk dilaksanakan. Penyimpangan mungkin

    saja terjadi tetapi harus dilaporkan jalan keluarnya dengan alasan-alasan.

    4.2. Perawatan Ulangan

    Perhatikan pada contoh tabel ada satu bulan dalam satu tahun dikosongkan, (disini

    terlihat bulan ke 12) untuk mengulang pekerjaan yang dirasa tertunda dan atau

    reparasi yang direncanakan dalam rangka  preventive maintenance. Hal ini bukanlah

    suatu keharusan. Masing-masaing kontraktor perawatan lift mempunyai cara atau kiattersendiri dalam pelaksanaan program.

    Tabel-1 Jadwal Pemeliharaan unit Lift

    No Komponen Bulan

    Peralatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1 Pintu / Pembukaan  

    2 Peralatan diatap  

    3 Interior kereta  

    4 Motor & Mesin  

    5 Kendali & Saklar   

    6 Governor & pengaman  

    7 Tali baja & Puli  

    8 Peredam & Sinyal  

    9 Cara kerja  

    10 Unjuk kerja&penyetalan  

    Jumlah komponen yangdiperiksa perbulan

    3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    26/50

    21

    Tabel-2 Jadwal Perawatan unit Eskalator 

    No. Komponen Bulan

    Peralatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1 Step & Roller   

    2 Transmisi  

    3 Landas & Combplate  

    4 Motor & Mesin  

    5 Kendali & Saklar   

    6 Pengaman  

    7 Ban pegangan  

    8 Pelumasan  

    9 Fixtures  

    10 Readjustment  

    Jumlah komponen yangdiperiksa perbulan

    3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3

    Catatan :    Pemeriksaan minggu ke-1 dalam satu bulan, penemuan fakta dan gejala. Kunjungan berikutnya, minggu ke-3 dalam satu bulan dengan tugas

    perbaikan, pembentulan, dan penggantian atas dasar penemuan fakta dangejala, pada kunjungan 2 minggu yang lalu.

    4.3. Penyesuaian program

    Program perawatan dalam setahun harus dirancang khas untuk tiap-tiap jenis gedung

    yang berbeda-beda agar menyesuaikan dengan keadaan kondisi dan jumlah jam kerja

    operasi pesawat STV. Dasar penjadwalan tetap berlaku, yaitu jumlah jam

    pemeriksaan untuk tiap-tiap komponen harus sesuai petunjuk pabrikan, atau sesuai

    dengan tabel-3.

    4.4. Peralatan Aktif 

    Komponen peralatan yang lebih sering mengalami pemeriksaan rutin ialah pintu-pintu

    lantai, terutama pintu lobi karena fungsi kerjanya lebih berat (intent ). Oleh karena itu

    dianjurkan tiap-tiap bulan diperiksa, atau paling lambat dua bulan sekali, meliputi,

    diantara lain :

    a.   Kunci kait (interlock), pada pintu-pintu lantai

     b.   Kontak pintu (door contact), kontak listrik pengaman

    c.   Penggantung pintu (door hanger rollers), roller karet

    d.   Roda penahan (excentrie roller), roller baja penahan

    e.   Tali penarik (air - cord), tali baja penghubung panil pintu

    f.   Penutup pintu (door closer), motor listrik penggerak

    g.   Karet penahan (stopper), karet kunduran bagi panil pintu

    h.   Sepatu gibs  (guides), pelurus gerakan mengikuti alur sill

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    27/50

    22

    i.   Roda-roda pengungkit (retiring cam roller), roller karet

     j.   Mekanisme pengaman   (safety shoe), alat pembuka pintu kembali saat

    bersinggung

    k.   Micro switch, bagian dari pengaman pintu

    4.5. Jatah Tempo Perawatan

    Panduan jatah maksimal jam perawatan rutin per tahun dan jatah maksimal untuk

    reparasi, call back, dan adjustment untuk berbagai jenis pesawat adalah digambarkan

    sebagai panduan, tertera dalam tabel berikut ini :

    Tabel-3 Jatah Jam Perawatan Pertahun

    Jenis STV   Total jampertahun   Routine 66%   Others 34%(incl C/B)

    1.   G/L Machine, 15 lantai

    2.   G/D AC VVVF, 10 lantai

    3.   Escalator 

    4.   Hydraulic, 5 lantai

    5.   Geared AC 2 Sp, 5 lantai

    195 jam

    105 jam

    105 jam

    90 jam

    78 jam

    130

    69

    69

    60

    51

    65

    36

    36

    30

    27

    Catatan : ditambah 3 jam tiap tambahan satu lantai

    Ilustrasi Jumlah jam lift tidak beroperasi (d o w n t i m e  ) per tahun :

    (1)  Call Back Rate = 2.5 kali/unit/year  (2)  Tempo perbaikan rata-rata = 3 jam/call back(3)  Jumlah tempo perbaikan = 2.5 x 3 = 7.5 jam/unit/year (4)  PMT (Programmed Maintenance Time)

    3 jam/tiap-tiap 2 minggu = 3 x 52 = 78 jam (berkisar 51-130 jam)2

    (5)  Cadangan reparasi = 43 jam (kira-kira 50%)(6)  Jumlah down time   = 7.5 + 78 + 43 =  128 jam/tahun(7)  Operational Time = 18 x 360 = 6480 jam (Hotel)

    = 12 x 310 = 3720 (Kantor)(8)   Servicecable Ratio (SR) Hotel = 6480 - 128 x 100% = 98%

    6480Kantor = 3720 – 128 = 96.5%

    3720

    (9)   Normal Servicecable Ratio = 97% = 6285 jam/tahun < 98% (OK)(10) Normal rata-rata down time 3% = 195 jam/tahun > 128 jam/tahun (OK)

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    28/50

    23

    4.6. Perencanaan

    Jumlah jam pelaksanaan perawatan (service hours) sesuai dengan lamanya operasi

    kerja lift, jenis pesawat lift, dan isi surat perjanjian (kontrak), agar lift tetap terawat

    sesuai dengan kinerja yang dipersyaratkan.

    Hal-hal berikut merupakan faktor penentu jumlah jam pelaksanaan perawatan :

    1.   Jumlah jam kerja perhari atau perminggu.

    2.   Keadaan lingkungan termasuk iklim setempat.

    3.   Umur lift itu sendiri.

    4.   Jenis kontrol, mesin dan tinggi bangunan.

    Dibawah ini tercantum patokan minimum jumlah jam pelayanan perawatan berkala

    berbagai jenis lift dalam persentanse terhadap jumlah jam operasi kerja lift pertahun:

    Tabel-4 Peresentase jam perawatan terhadap jumlah jam operasi pertahun

    Jenis Lift dari segi mesin, control,dan jumlah lantai

    Jumlah jamroutine service

    per tahun

    Jumlah jam cadanganrepair, call back, testing

    dan sebagainya

    1.   Gearless machineVVVF, 15 lantai

    2.   Geared machineVVVF, 10 lantai

    3.   Eskalator segala jenis2 lantai

    4.   Electric Hydraulicsegala jenis, 5 lantai

    5.   Geared machine AC two speed, 5 lantai

    2,0 %

    1,10 %

    1,10 %

    0,90 %

    0,80 %

    1,10 %

    0,70 %

    0,70 %

    0,45 %

    0,40 %

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    29/50

    24

    Contoh kasus No. 1

    Contoh kasus No. 2

    .

    Satu unit lift Hotel berbintang, dengan mesin Gearless, kontrol VVVF dan melayani

    20 lantai, bekerja rata-rata 18 jam per hari, 360 hari per tahun terus menerus.Jumlah jam kerja lift = 18 x 360 = 6480 jam / tahun.Jumlah jam pelayanan perawatan berkala atas lit tersebut (lihat tabel) = 2 % atausama dengan 130 jam/tahun.Pelaksanaan kunjungan perawatan per unit lift sebaiknya dilakukan 2 kali tiap-tiapbulan. Hanya apabila atas dasar kondisi kontrak tertentu dimana terdapatsejumlah lift dalam satu bangunan, maka kunjungan berkala boleh jadi 4 kali tiapbulan. Lihat tiga alternatif dibawah ini :

    a.   Pelaksanaan berkala 2 kali per bulan, disediakan waktu 130/24 = 5,4 jam/kunjungan

     b.   Pelaksanaan berkala 3 kali per bulan, disediakan waktu 130/36 = 3,6 jam/kunjungan

    c.   Pelaksanaan berlaka 4 kali per bulan, disediakan waktu 130/48 = 2,7 jam/kunjungan

    Tempo perjalanan dan tempo yang disediakan untuk diskusi masalah denganpengurus bangunan serta “ paper work ” tidak termasuk dalam jumlah pelayananperawatan lift tersebut diatas. Jika dianggap jam kerja efektif team teknisi 70%(dimana 30% untuk hal tersebut diatas), maka per tahun jam kerja yang tersedia0,70 x 50 x 40 jam/minggu = 1400 jam/tahun.

    Jika jumlah lift pada hotel berbintang pada kasus-1 diatas ada 10 buah, dengan jenis yang sama, maka jumlah jam yang diperlukan ialah 10 x 130 jam = 1300 jam/tahun atau hampir sama dengan 1400 jam yang tersedia oleh satu teamteknisi pelaksana perawatan. Sisa 100 jam untuk paper work.

     Alternatif dibawah ini dapat dipakai sebagai pertimbangan :

     Alt. Frequensipelaksanaan

    per bulan

    Jumlah jampelaksanaan per kunjungan (jam)

    Penerapan pada jenis bangunan

    ke-1 2 kali 5 jam Kantor  

    ke-2 3 kali 3.5 jam Rumah sakit

    ke-3 4 kali 2.5 jam Hotel bisnis

    Satu unit lift pada kantor berlantai 10 dengan geared machine, kontrol VVVF,bekerja rata-rata 10 jam per hari, 300 hari per tahun.Jumlah jam kerja lift = 10 x 300 = 3000 jam/tahunJumlah jam pelayanan perawatan berkala atas lift tersebut ialah 1,1% = 33 jamper-tahun atau 1 jam 37 menit per kunjungan, 2 kali tiap bulan. Atau sebagaialternatif 3 jam per kunjungan jika dilaksanakan sekali kunjungan tiap-tiap bulan

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    30/50

    25

    RINGKASAN BAB-IV1. Program perawatan dari segi penggunaan jatah tempo yang disediakan harus

    seimbang. Dalam contoh jadwal pada tabel 1 & 2 tiap-tiap bulan teknisi hanya

    menangani 3 macam komponen peralatan (kecuali bulan ke 3 hanya 2 komponen).

    Sedangkan tiap-tiap komponen dalam setahun mendapat pelayanan pemeriksaan yang

    berbeda-beda tergantung keaktifan fungsi kerjanya. Pintu dengan operasi buka tutup

    diperiksa lima sampai enam kali pertahun karena kerjanya sangat berat (intent ).

    Sedangkan alat kendali (controller ) dan saklar-saklar cukup hanya 2 kali pertahun.

    2. Jadwal pemeliharaan yang berlaku diantara kontraktor lift berbeda-beda, baik jumlah

    pengelompokan komponen ataupun jumlah frekwensi pemeriksaan pertahun. Dalam

    contoh jadwal pada tabel 1 & 2 ada satu bulan dalam setahun (yaitu bulan ke 12) yang

    disediakan untuk mengulang pemeriksaan yang dirasa perlu untuk reparasi ataupun

    penggantian suku cadang. Meluangkan waktu satu bulan dalam setahun tersebut diatas

    adalah keputusan supervisor, bukan keputusan teknisi pelaksana.

    3. Jika seorang teknisi diberi kebebasan untuk membuat/merancang program atau

    penjadwalan pemeliharaan yang khas untuk gedung tertentu, sebaiknya tetap dipandu

    oleh supervisornya. Sebagai contoh ada lift barang dipabrik assembling motor, hanya

    boleh dilakukan pemeliharaan atau pemeriksaan dua kali atau 3 kali saja setahun dan

    hanya pada libur saja.

    LATIHAN

    1. Bagaimana anda dapat menyusun program perawatan untuk suatu hotel wisata mewah

    dengan 4 unit lift penumpang dan 2 unit lift service. Lift service beroperasi selama 24

     jam sehari dan 7 hari perminggu, kira-kira 2 kali lipat jam operasi lift penumpang.

    2. Kira-kira komponen apa saja yang terdapat pada pintu lantai, yang menyebabkan lift

    sering macet. Apa kiat untuk mencegahnya.

    3. Pada suatu kampus universitas di Jakarta terdapat beberapa unit lift dari berbagai merk

    yang mengalami kerusakan yang sama pada jenis komponen asesorisnya tertentu

    (merk lift apa saja). Kira-kira komponen asesoris apa saja, sepanjang pengalaman

    anda, dan bagaimana cara-cara mengatasinya (dari segi kontrak perjanjian dan dari

    segi teknis).

    4. Jika anda diminta oleh supervisor untuk menyusun program perawatan, tentunya anda

    harus mengetahui dulu data dan fakta. Sebutkan kebutuhan data dan fakta secara

    berurutan dari mulai yang paling mendasar.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    31/50

    26

    BAB V

    PERBAIKAN DAN PELAYANAN DARURAT

    5.1. Perbaikan

    Perdefinisi perbaikan (reparation) adalah suatu usaha mengembalikan fungsi operasi

    kerja ke status normal termasuk penggantian suku cadang.

    Unsur tahapan perbaikan komponen peralatan STV adalah sebagai berikut :

    1. Laporan gejala kerusakan atau kegagalan fungsi harus dipelajari lebih dulu.

    2. Dikenali (identify ) jenis dan nomor suku ( part ) yang aus dan dichek dibagian

    gudang, persediaan suku cadang (spare part ), apakah ada tersedia.3. Jika tidak ada, maka dicari dipasaran bebas alat-alat teknis. Jika tidak ada harus

    di import dari pabriknya (perhatikan tenggang waktu yang disediakan).

    4. Jika memungkinkan alternatif perbaikan dengan cara komponen diserahkan

    kepada vendor langganan untuk dibetulkan secara coba ulang sampai fungsi

    komponen kembali normal.

    Komponen mekanikal masih dapat direparasi pada bengkel vendor yang telah

    menjadi langganan. Tetapi komponen elektrikal dan elektronik yang patent pabrik

    harus dijaga jumlah stock minimal persediaan suku cadang digudang. Jangan sampaiterjadi kekosongan. Rekomendasi jumlah persediaan (stock ) minimum diperoleh dari

    pabrik asal atau produsennya. Lihat alur pikir perbaikan pada diagram-3 halaman

    berikut ini.

    5.2. Penggantian suku cadang

    Seperti dijelaskan pada definisi diatas bahwa penggantian baru suku cadang adalah

    satu unsur perbaikan. Jika terjadi keausan (worned out ) pada bagian-bagian peralatan

    yang senantiasa bergerak, maka dapat diarasakan oleh penumpang suara dan

    getaran/goyangan pada kereta dan pintu. Gejala-gejala tersebut diantaranya.

    1) Karena sepatu pemandu (roller guide/sliding guide) telah aus. Lihat gambar-4.

    2) Karena steadying roller  berupa bantalan roller karet telah aus. Lihat gambar-5.

    3) Pintu goyang dan menimbulkan suara karena pen penumpu ( pivot ) telah aus dan

    ungkit pelepas (retiring cam) tidak lagi centris. Lihat gambar-6

    4) Bantalan-bantalan pada mesin gigi reduksi (gambar 7 dan 8) telah beroperasi

    melebihi umur kegunaan (useful life) yang ditetapkan 6 sampai 7 tahun.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    32/50

    27

    Diagram-3

    Alur Pikir Perbaikan

    Gagal kembalidianalisa

    Ya

    Ya

    Gagal

    Ya bagus

    Ya

    Gagal   Ya bagus

    5.3. Pelayanan Darurat

    1. Pelayan panggilan darurat atau call back service adalah kegiatan menanggulangi

    lift yang macet (tidak berfungsi), agar kembali berfungsi normal. Call back service

    MULAI :Laporan

    kerusakan

    DipelajariDianalisa

    Dikenali Jenis &Nomor parts

    ( part number )

    (2)KeputusanPerbaikankomponendiserahkan

    (1)Keputusan

    diambil.Penggantian

    part baru

    PelaksanaanPemasangan

    part baru

    Dicoba(test

    oeprasi)

    Serah terimapekerjaan

    kepada

    Dicobatest

    pekerjaa

    Komponen

    dipasangkembali

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    33/50

    28

    dibagi menjadi 4 kategori, yaitu urutan-urutan mulai dari yang berat sampai yang

    ringan sebagai berikut :

    a.   Keadaan yang sangat gawat, bila ada penumpang didalam kereta yang macet,

    atau “terjebak” (terkurung) didalam lift. Ikuti prosedur evakuasi penumpang

    dari dalam kereta. Lihat box berikut ini.

     b.   Lift yang macet tetapi, tetap tidak ada penumpang yang “terjebak” didalam

    kereta.

    c.   Lift tidak macet, tetapi beroperasinya tidak normal. Sering disebut “wild 

    operation”.

    d.   Lift yang beroperasi normal, tatapi ada kekhawatiran dari pihak engineering

    gedung, atau dari MOB oleh karena adanya hal-hal yang tidak beres, seperti

    suara, getaran atau kejutan sehingga menakutkan penumpang.

    2. Pelayanan panggilan darurat harus disediakan oleh kontraktor selama 24 jam per 

    hari, dan 7 hari per minggu. Pelayanan ini dilakukan oleh teknisi khusus yang

    mahir dalam hal trouble shooting .

    Teknisi harus berjaga disuatu   service station   atau di kantor menunggu telpon

    masuk dari gedung-gedung yang meminta tolong. Teknisi call back saat menerima

    telpon harus meminta informasi sebagai beirkut :

    a.   Siapa yang memanggil (menelpon) dari gedung apa dan alamatnya.

     b.   Sifat kemacetan, apakah gawat atau tidak. Apakah sumber listrik PLN mati

    atau tidak.

    c.   Nomor lift yang macet, dan kereta lift ada dilantai berapa.

    d.   Apakah ada orang terjebak dalam lift yang macet tersebut.

    Jika kemacetan termasuk kategori 1 atau 2 maka teknisi segera berangkat

    melayani panggilan. Jika diperoleh informasi bahwa lift tidak macet maka

    perbaikan dapat ditunda sampai besok pagi sesuai persetujuan.

    Berikut ini tabel-5 adalah borang-borang pencatatan terjadinya   call back   dari

    berbagai gedung.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    34/50

    29

    PROSEDUR MENOLONG PENUMPANG DARI KEMACETAN

    1.   Pertolongan penumpang lift yang macet harus dilakukan oleh 2 orang petugasyang terlatih dan secara bersama.

    2.   Tindakan awal yang penting ialah: beritahu pengelola bangunan ataupengawas, bahwa pertolongan akan segera dilaksanakan.

    3.   Matikan sumber tenaga listrik pada panel saklar di kamar mesin.4.   Pastikan lokasi keeta yang macet ada diantara lantai-lantai berapa, terlihat

    pada indikator diselektor.

    5.   Buka dop penutup ujung as motor. Pasang alat engkol diujung as tersebut.Motor-motor lift model lain, pada ujung asnya telah terpasang roda gila   (fly 

    wheel) yang sekaligus berfungsi sebagai engkol.6.   Peringatkan penumpang agar tetap tenang didalam kereta, dan jangan

    memaksa buka pintu, karena kereta akan digerakkan.

    7.   Buka rem motor dengan alat pengungkit atau dengan handel yang terpasang.8.   Seorang memegang engkol, menahan gerakan, sementara seorang lain

    membuka rem. Rem dibuka secara bertahap dan sesuai kebutuhan.

    9.   Kemudian engkol diputar kearah yang ringan, sampai kereta bergerakmendekati pintu lantai, pada posisi kira-kira cukup 20 cm dari permukaan lantaibangunan. Pada posisi ini pengungkit (cam) pintu kereta telah mencapai kuncikait pintu lantai. (Perhatikan indikator pada selektor).

    10.   Lepaskan alat pembuka rem atau handel. Sekarang as motor dalam keadaandirem.

    11.   Pada pintu lantai dimana kereta sekarang berada, dipasang alat pembukadarurat   (emergency unlocking device).   Buka pintu dengan cukup tenaga,kemudian lepaskan alat pembuka tersebut, setelah pintu terbuka.

    12.   Setelah pintu dibuka penuh, pada bagian bawah pintu diganjal agar tetapterbuka.

    13.   Bimbing penumpang keluar dari kereta, melangkah naik atau turun ke lantai.Catatan :a. Tahapan 1 sampai dengan 10, pelaksanaan petugas di kamar 

    mesin.

     b.   Tahapan 11 sampai 13, pelaksanaan di lantai dimuka pintu,dimana kereta lift berada.

    c.   Petugas harus dilatih secara resmi oleh perusahaan pemasang(instalatir  ) lift dan pelatihan diulang tiap-tiap tahun.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    35/50

    30

    Tabel-5 (dibuat diexcel)

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    36/50

    31

    RINGKASAN BAB-V

    1. Teknisi perawatan harus memahami prosedur dan alur pikir proses perbaikan, yaitu

    dimulai dengan pengenalan bentuk kegagalan fungsi, baik mekanikal maupun elektrikal.

    Kemudian jika diperlukan penggantian suku cadang, periksa dan kenali nomor suku

    cadang ( part number )

    2. Semua pekerjaan perbaikan tidak lepas dari tata cara prosedur administrasi, dimulai

    dengan laporan gejala sampai laporan selesai pekerjaan, karena hal ini menyangkut

    sejumlah biaya kerja dan biaya material dan atas beban siapa.

    3. Gejala penyimpangan fungsi atau kerusakan harus segera ditangani. Kejadian tersebut

    penyebab dari suara-suara berasal dari getaran/goyangan yang tidak nyaman dan

    penyebab kerusakan yang lebih berat.

    LATIHAN

    1. Perbaikan dilihat dari sifatnya pada dasarnya ada 2 macam yaitu “ringan” dan “berat”.

    Bagaimana anda mulai bertindak jika kedapatan terjadi kerusakan yang berat.

    2. Setelah anda mengenali adanya penyimpangan fungsi komponen selanjutnya apa

    tindakan anda?

    3. Seandainya anda bertugas sebagai teknisi “call back ” untuk melayani panggilan darurat

    pada lift-lift yang macet, anda menerima panggilan pertelpon, maka apa-apa sajatindakan anda.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    37/50

    32

    BAB VI

    KESIMPULAN

    Ruang lingkup perawatan dan pemeliharaan harus memenuhi persyaratan sesuai isi surat

    perjanjian dengan MOB untuk menghasilkan kinerja operasi yang dipersyaratkan.

    6.1.   Kinerja atau tampil kerja ( performance) operasi terdiri dari unsur-unsur berikut :

    1.   Kenyamanan (ride comfort )

    2.   Keamanan dan Keandalan (safety and reliability )

    3.   Tanggap atas Permintaan (system response)

    4.   Hasil guna kerjasama kelompok beberapa unit (handling-efficiency of group

    operation)

    5.   Taraf bising dan getaran (noise and vibration level ) dan kejutan ( jerk ) start stop.

    Teknisi perawatan bersama dengan team adjuster berkewajiban senantiasa menjaga

    kinerja ( performance) agar sama seolah-olah seperti awal semula lift diserah

    terimakan pertama kali untuk dipakai, yaitu dalam kondisi puncak (top performance).

    Kondisi sesungguhnya yang terjadi pada waktu-waktu tertentu, harus dibandingkan

    dengan standard performance. Perbedaan yang mungkin timbul harus diusahakan

    sekecil mungkin.

    6.2.   Perjanjian perawatan harus jelas apa-apa saja yang termasuk dalam tangung jawab

    kontraktor, termasuk jika lift macet dan diperlukan panggilan darurat (call back,  CB

    service).

    6.3.   Jumlah call back  (CB) service sebaiknya rata-rata maksimal 2 kali per unit per tahun.

    Jika dalam suatu bangunan ada 10 unit tercakup dalam satu kontrak, maka jumlah CB

    tersebut dapat ditolerer sampai maksimal 20 kali per tahun. Jumlah selang waktu jeda

    STV tidak kerja (shut down hours) akibat CB diperkenankan berjumlah 10 x 4 jam per 

    tahun.

    Untuk menanggulangi kewajiban-kewajiban yang berat tersebut diatas kontraktor 

    harus mempunyai strategy /kiat-kiat, yaitu :

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    38/50

    33

    1.   Technology back-up   dari pabrikan : standard mutu yang tinggi dari tiap-tiap

    komponen/suku/part.

    2.   Persediaan spare part (suku cadang) minimal secara “ilmiah cukup”, dan berdasar 

    pengalaman (dukungan pabrikan).

    3.   Dukungan dari specialist sub-contractor dan vendor dalam hal perbaikan.

    4.   Sarana bengkel perbaikan (reparasi).

    5.   Fasilitas “lending part ”, yaitu persediaan komponen untuk sementara dipinjamkan,

     jika ada komponen rusak dan perlu diperbaiki.

    6.   Informasi peningkatan mutu (improvement ) atas part suku cadang dan komponen

    dari pabrikan.

    6.4.   Kontraktor harus menjaga catatan atas kejadian   call back , dalam logbook dan

    lamanya lift tidak beroperasi (down time) dengan betul-betul perhitungan, agar pada

    akhir tahun dapat dipertanggung jawabkan kepada management. Sebaliknya

    manajemen pun harus tanggap dan waspada atas kejadian   incidence, tegangan

    sumber tenaga listrik naik turun atau perbuatan tangan jahil, dan sebagainya.

    Hubungan dua arah komunikasi antara manajemen dan teknisi dari kontraktor harus

    terbuka dan jujur.

    Manajemen operasi bangunan (MOB) sebaiknya memanggil consultant (pihak ketiga)

    untuk membuat   quality audit   atas pekerjaan teknisi perawatan selama satu tahun

    terakhir. Audit mutu perawatan paling lambat tiga tahun sekali.

    6.5.   Komponen peralatan instalasi STV (lift dan eskalator) mulai dari pit (lekuk dasar)

    paling bawah sampai kamar mesin diatas, harus mengalami pemeriksaan,

    pemerliharaan dan perawatan secara sistimatis dan mengikuti jadwal yang teratur.

    Program perawatan harus disusun secara ilmiah dan berdasar pengalaman atas tiap-

    tiap jenis lift, oleh supervisor kerjasama dengan teknisi pelaksana.

    6.6.   Oleh karena ruang lingkup sangat luas, maka perlu adanya tugas-tugas spesialisasi.

    Diluar pekerjaan pemeliharaan rutin berkala (yaitu pemeriksaan, kebersihan dan

    pelumasan), pekerjaan lain harus ditangani oleh bagian-bagian tersendiri dibawah

    asuhan superintendent.

    1. Penyetelan oleh seorang adjuster.

    2. Testing uji coba oleh team adjuster.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    39/50

    34

    3. Reparasi oleh regu perbaikan.

    4. Service panggilan darurat (call back service) oleh teknisi khusus.

    6.7.   Dilihat dari tingkat kecanggihan teknologi maka tiap-tiap jenis lift harus dipegang oleh

    teknisi sesuai tingkat kemahiran (ketrampilan). Pada dasarnya urutan jenis lift berikut

    ini dipakai sebagai panduan tingkat kecanggihan teknologi :

    1. Mesin-mesin gearless kecepatan diatas 210 m/m dengan control canggih

    microprocessor base, fuzzy logic  dan/atau artificial intelligent .

    2. Mesin geared kecepatan dibawah 180 m/m dengan control lebih sederhana.

    3. Mesin-mesin geared kecepatan dibawah 90 m/m, dan eskalator.

    6.8.   Atas kebijakan manajer, perbaikan atas kerusakan yang berat dapat diserahkan

    kepada kontraktor spesialis diluar perusahaan (vendor ). Penyetelan (adjustment ) dan

    testing keselamatan harus dilakukan oleh teknisi perawatan yang telah

    berpengalaman selama lebih dari 5 tahun secara terus-menerus.  Call back  service

     juga harus dilaksanakan oleh teknisi-teknisi yang berpengalaman lebih dari 5 tahun

    dibagian perawatan. Teknisi-teknisi spesialis tersebut merupakan orang-orang kunci

    yang menjamin kepuasan dan kelangsungan hubungan kontrak dengan pelanggan.

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    40/50

    35

    Lampiran-1

    Gambar-1Instalasi Lift Jenis Traksi

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    41/50

    36

    No. 35-AKeterangan Gambar-1 : Instalasi Lift Jenis Traksi

    A. Lokasi di Kamar Mesin   alat kendali

      motor generator 

      motor penggerak

      selektor 

      mesin traksi gigi reduksi

      governor 

    B. Lokasi di Ruang Luncur 

      rel pemandu kereta

      tali baja tarik

      roda penyimpang

      saklar batas lintas

      kabel lari

      bobot imbang

      roda pemandu

      tali baja governor 

      pintu lantai

      ambang pintu

      rel pemandu bobot imbang

      saklar batas lintas normal

    C. Lokasi di Kereta

      roda pemandu kereta   penggerak pintu

      badan kereta

      pelindung kakai

      alat pengaman

      pengaman pintu

      pengencang rangka

      landas

    D. Lokasi di Pit

      peredam kereta

      plat pendukung (profil kanal)

      saklar batas lintas

      roda penegang tali governor 

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    42/50

    37

    Lampiran-2

    Gambar-2Instalasi Lift Jenis Hidrolik

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    43/50

    38

    Lampiran-3

    Gambar-3Instalasi Lift Jenis Eskalator 

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    44/50

    39

    Lampiran-4

    Gambar-4 : Sepatu pemandu

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    45/50

    40

    Lampiran-5

    Gambar-5Badan kereta “bersandar” pada rangka kereta

    dengan bantalan karet roller 

    Gambar-6

    Motor penggerak pintu

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    46/50

    41

    Lampiran-6

    Gambar-7Bantalan luncur 

    Gambar-8Mesin dengan Gigi Reduksi

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    47/50

    42

    DAFTAR ACUAN

    1. U.U No. 14 tahun 1969Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Kerja(sebagai dasar hukum)

    2. U.U (Lembaran Negara)No. 1 Tahun 1970Keselamatan Kerja(Sebagai dasar hukum)

    3. Permen Nakertrans No.05/MEN/1996Pedoman Teknis SMK3

    4. Permen Nakertrans No.03/MEN/1999Syarat-syarat Keselamatan Kerja Lift Orang dan Barang

    5. Pencegahan Kecelakaan, Buku PedomanInternational Labour Office GenevaPT. Pustaka Binaman Pressindo th 1989

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    48/50

    43

    DAFTAR TABEL

      Tabel-1 : Jadwal pemeliharaan unit lift

      Tabel-2 : Jadwal perawatan eskalator 

      Tabel-3 : Jatah jam perawatan pertahun

      Tabel-4 : Persentase jam perawatan terhadap jumlah jam operasi pertahun

      Tabel-5 : Contoh formulir pencatatan panggilan darurat (call back service)

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    49/50

    44

    DAFTAR DIAGRAM

      Diagram-1 : Hubungan prinsip kerja unsur-unsur perawatan

      Diagram-2 : Ringkasan konsep perawatan

      Diagram-3 : Alur pikir perbaikan

    DAFTAR GAMBAR

      Gambar-1 : Instalasi lift jenis traksi

      Gambar-2 : Instalasi lift jenis hidrolik

      Gambar-3 : Instalasi lift jenis eskalator 

      Gambar-4 : Sepatu pemandu

      Gambar-5 : Badan kereta “bersandar” pada rangka kereta

      Gambar-6 : Motor penggerak pintu

      Gambar-7 : Bantalan luncur 

      Gambar-8 : Mesin dengan gigi reduksi

  • 8/18/2019 04 Jilid 1 Buku 4

    50/50

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Modul 1 s/d 9 Pembinaan Operasi P2K3.Oleh Dirjen Binawas, Direktorat PNK3Departemen Nakertrans.

    2. SNI No. 03-22190-1999 Rev.Syarat-syarat umum konstruksi lift penumpangyang dijalankan dengan motor traksi.

    3. The Vertical Transportation Handbook.Third Edition, edited by George Strakosch1998

    4. The guide to Elevatoring, 1992Elevator world inc. NewYork