Upload
keritingheboh
View
62
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
budaya daerah
Citation preview
MELESTARIKAN PANGAN DI NEGERI JENANG KUDUS.Desember 17, 2011
Arumsekartaji Kuliner asap dapur, banaspati, gebjok, jenang kudus, kepala desa,menara kudus, mitos, sunan kudus &
Komentar
Ratusan warga Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, membawa 400 tebok atau
tampah berisi jenang. Mereka memadati jalan utama desa, Minggu ( 27/11 ) sore. Sebagian mengombinasi tebok
dan jenang itu menjadi gunungan, miniatur menara Kudus, masjid dan miniatur rumah adat Kudus yang disebut
gebyok.
Di belakang rombongan itu menyusul kelompok warga yang memvisualisasikan proses pembuatan jenang. Ada
yang membawa linggis atau pengaduk jenang seperti dayung sampan, kawah atau wajan besar, tebok, kelapa,
ember dan alat pemarut kelapa. Tak lupa tokoh-tokoh cikal bakal jenang Kudus dihadirkan dalam kesempatan
pawai kali ini.
Tokoh-tokoh itu antara lain, Mbah Dempok Soponyono, cucu Mbah Dempok. Sunan Kudus dan Syeh Jangkung
( Saridin ) dan Banaspati alias mahkluk halus berambut api. Demikian sekilas prosesi potret bancakan jenang
atau kirab Tebokan Desa Kaliputu. Kirab ini merupakan salah satu ujud syukur atas berkah yang diterima warga
desa Kaliputu dari hasil memproduksi jenang atau yang kerap disebut dodol.
Desa Kaliputu merupakan desa yang memproduksi jenang Kudus sampai sekarang ini. Berdasarkan data Kantor
Desa Kaliputu, ada 48 industri jenang skala besar maupun kecil ada di desa ini. Mereka memakai nama merk
dagang Menara, Karomah, Rizona, Kenia dan Murni. Jenang Mubarok yang ada di lain desa pun, cikal bakal
industrinya berangkat dari Desa Kaliputu.
Ratusan warga Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menyambut
pergantian tahun baru Islam 1433 Hijriyah dengan menggelar kirab "tebokan" di desa setempat.
Kirab "tebokan" yang digelar Minggu sore ( 27/11 ), diikuti oleh puluhan anak-anak, remaja, dan
orang tua. Mereka membawa makanan jenang, jajan pasar, dan ayam matang utuh, buah, dan
bubur yang diarak mengitari Desa Kaliputu.
Setiap industri jenang di desa tersebut menyerap 15 – 50 tenaga kerja. Setidaknya sekitar 960 warga desa bekerja
di sektor industri jenang dari total penduduk Kaliputu 2094 orang. ” Jenang merupakan ekonomi unggulan Desa
Kaliputu sekaligus Kudus. Melalui industri jenang inilah setiap hari asap dapur warga mengepul, ” kata Kepala
Desa Kaliputu Suyadi.
Berbicara jenang Kudus tidak terlepas dari mitos yang menyertai sejarah munculnya jenang Kudus, termasuk
keberadaan jenang di desa Kaliputu. Mitos itu dituturkan secara lisan dari generasi ke genarasi. Mitos itu berasal
dari Mbah Dempok Soponyono dan cucunya.
Konon ketika itu Mbah Dempok Soponyono sedang bermain burung dara bersama cucunya di tepi sungai
Kaliputu. Tiba-tiba cucunya tercebur dan hanyut terbawa air. Setelah dientaskan dari sungai, Sunan Kudus
menyimpulkan cucu Mbah Dempok meninggal dunia.
Namun murid Sunan Kudus, Syeh Jangkung, menyatakan cucu Mbah Dempok hanya mati suri akibat diganggu
Banaspati. Untuk membangunkannya, Syeh Jangkung meminta ibu-ibu warga desa itu membuat jenang bubur
gamping. Berkat jenang bubur gamping inilah cucu Mbah Dempok terbebas dari gangguan Banaspati.
Ilustrasi jenang dodol buatan Kudus Jawa Tengah. Enak di lidah lengket di rongga mulut, paling
enek disantap sebagai camilan saat sedang menonton televisi.
” Mitos inilah yang melatarbelakangi berkembangnya industri jenang Kudus. Karena mitos ini pulalah yang
menginspirasi ibu-ibu Desa Kaliputu bekerja membuat jenang hingga saat ini, ” ujar Suryadi. Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Hadisucipto mengatakan, Kirab Tebokan merupakan salah satu
bentuk pelestarian tradisi dan sejarah pembuatan jenang Kudus.
Kirab ini pula merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Kudus menarik wisatawan serta mengkampanyekan
pelestarian pangan lokal. ” Kami berharap melalui tradisi yang digelar setiap tahun, jenang Kudus tetap lestari.
Regenerasi pembuat jenang Kudus harus dipersiapkan sejak sekarang, ” katanya.
Sumber : Kompas/Hendriyo Widi. Foto : Kecamatan Kota Kudus.
Tebokan, Tak Sekadar Pesta Jenang
KEMERIAHAN dan kebersamaan itu menjadi satu paket dan tidak terpisahkan,
dalam tradisi Tebokan Jenang yang merupakan tradisi di Desa Kaliputu,
Kecamatan Kota, setiap 1 Muharram. Itu pula yang nampak dalam kirab
tebokan yang digelar Selasa (5/11) sore.
Mengambil star di Jalan Sosrokartono, ratusan peser5ta kirab melalui rute mengitari kampung. Tak
hanya orang tua, pelajar dan mahasiswa juga ikut terlibat dalam tradisi tebokan yang secara rutin
digelar besar-besaran sejak empat tahun terakhir.
Selain peserta kirab, masyarakat tak ketinggalan menyemarakkan dengan datang melihat langsung
dari dekat prosesi kirab. Ribuan pasang mata mulai anak-anak, pelajar, muda-mudi, hingga orang
tua tak mau ketinggalan menyaksikan kirab tersebut.
Kirab tebokan dimulai sekitar pukul 14.21, dibuka dengan group drum band yang cukup menawan.
Disusul kemudian iring-iringan pembawa jenang dengan aneka hiasan, dan dimeriahkan dengan
atraksi seni, seperti barongan, terbang papat, dan juga barongsai.
Di antara para peserta kirab, nampak pula satu sosok dengan menaiki kuda lengkap dengan
blangkon dan jubah putih, yang tak lain memerankan sosok Syeh Jangkung yang oleh masyarakat
setempat dipandang sebagai cikal bakal Desa Kaliputu dikenal sebagai desa produsen jenang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Hadi Sucipto,
mengemukakan, kirab tebokan ini merupakan puncak dari tradisi yang sudah lama berkembang di
masyarakat setempat setiap memperingati 1 Muharram.
''Sebelumnya masyarakat menggelar tirakatan,'' katanya.
Dengan adanya kirab tebokan, diharapkan Desa Kaliputu sebagai produsen jenang, bisa lebih
dikenal. ''Harapannya, ke depan pengusaha jenang di Kudus, khususnya di Desa Kaliputu, semakin
dikenal lebih luas lagi,'' ungkapnya.
Kepala Desa Kaliputu, Suyadi, menjelaskan, tradisi tebokan ini sekaligus untuk mengenang Syeh
Jangkung, yang dipercaya sebagai cikal bakal dikenalnya Desa Kaliputu sebagai produsen jenang.
''Konon, dulu ada anak dari Desa Kaliputu tenggelam di Kaligelis, yang kemudian ditolong Syeh
Jangkung,'' terangnya.
Setelah ditolong, oleh Syeh Jangkung si anak diberi jenang gamping.
''Wolak-walike zaman, Desa Kaliputu sekarang dikenal sebagai gudangnya pengusaha jenang di
Kudus. Saat ini, ada sekitar 50 pengusaha jenang di Desa Kaliputu,'' jelasnya.
Sementara itu, kirab tebokan yang mengelilingi kampung, Akhir dari kirab tebokan, pengunjung dan
tamu yang hadir disuguhi Tari Jenang hasil kreasi dan dipersembahkan oleh para mahasiswa Stikes
Muhammadiyah Kudus.
(Rosidi/CN37)
KIRAB JENANG TEBOKANWritten By Info Seputar Kudus on Tuesday, 5 November 2013 | 11/05/2013 09:01:00 pm
KUDUS. (05/11/2013) Jumlah peserta yang mengikuti Acara Kirab Jenang Tabokan di Desa Kaliputu
kecamatan Kota, sebanyak 750 Warga dari setiap masing masing Rt sejumlah 17 dan 3 Rw. Dengan
berbagai ketrampilan atas hasil yang telah di pertunjukkan, mampu membuat warga terkesima
penuh dengan glagak tawa.
Tingkatkan kesejahteraan masyarakat dan mensukseskan Visit jawa tengah tahun 2013 sebagai tujuan utama dalam mengadakan acara kirab jenang tersebut. Namun acara tersebut dari awal terjadi kesalahan dalam tata aturan baris yang sudah di tentukan oleh panitia, sehingga terjadi pengulangan barisan. Pasalnya salah satu peserta dari Group Drum Band "ABATA'' (Anak Bacin Trampil) SDN 3 Bachin sebanyak 40 siswa siswi mengaku acara ini di katakan Mendadak. Karena dari pihak sekolah menerima surat dalam jangka 3 hari menjelang hari H-nya. Acara yang rutin di adakan setiap satu tahun sekali dalam memperingati Tahun Baru Islam 1435 Hijriyyah membuat hal biasa bagi Group Drum Band tersebut, ketika harus mempertunjukan kesenian musiknya dalam jangka 3 Hari menjelang pelaksanaanya.
Acara yang telah di usung dari panitia dengan susah payah, turut membawa kabar gembira, yakni Kebudhayaan Kirab Jenang Tebokan akan di jadikan Duta Seni untuk parade seni di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta, Bahkan dalam mengumumkan kabar gembira tersebut dengan gaya bahasa ''Nyeleneh''. ''Desa kaliputu ini akan di jadikan Duta untuk parade seni di TMII, Bahkan seluruh warga desa Kaliputu akan di bawa ke TMII, Asalkan mau di angkut Truk'' Ujar Bapak Sacaka Dwi Supani,S.Pd.M.Pd sebagai sambutan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
#Sang_Pejuang #Madany #Hkr
mengabarkan
*Oemam
Kirab Tebokan Desa KaliputuWritten By kompi on Wednesday, 6 November 2013 | 11/06/2013 07:34:00 am
Kudus, kompi.org - Warga Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kudus menggelar kirab tebokan pada Selasa (5/11/2013) sore. Mengambil start di Jalan Sosrokartono, ratusan peserta kirab melalui rute mengitari kampung. Tak hanya orang tua, pelajar dan mahasiswa juga ikut terlibat dalam tradisi tebokan yang secara rutin digelar besar-besaran sejak empat tahun terakhir.
Ribuan pasang mata mulai anak-anak, pelajar, muda-mudi, hingga orang tua tak mau ketinggalan menyaksikan kirab tersebut. Kirab yang dimulai sekitar pukul 14.21, dibuka dengan group drum band, disusul iring-iringan pembawa jenang dengan aneka hiasan, dan dimeriahkan dengan atraksi seni, seperti barongan, terbang papat, dan juga barongsai.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Hadi Sucipto, mengemukakan, kirab tebokan merupakan puncak dari tradisi yang sudah lama berkembang di masyarakat setempat memperingati 1 Muharram. ''Sebelumnya, ada tirakatan,'' katanya.
Ia berharap, dengan adanya kirab tebokan, Desa Kaliputu sebagai produsen jenang, bisa lebih dikenal. ''Ke depan pengusaha jenang Desa Kaliputu, semoga kian dikenal lebih luas lagi,'' ujarnya. Kirab selesai di kompleks makam Sedomukti yang berlnjut dengan rebutan jenang yang selesai dikirab. Acara diakhiri dengan Tari Jenang kreasi mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus. (A. Neira)
Kudus Sambut Satu Suro dengan TebokanJumat, 18 Desember 2009 13:41 WIB | 2859 Views
Kudus (ANTARA News) - Warga Desa Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, memiliki tradisi menyambut Tahun Baru 1431 Hijriyah atau 1 Suro dengan acara tebokan.
Tebok merupakan istilah dari kata tebok (Jawa), yaitu sejenis nampan dari anyaman bambu yang biasa digunakan untuk meletakkan jenang, meskipun dalam perkembangannya ada tebok yang terbuat dari bahan janur kuning.
Menurut Kepala Desa Kaliputu, Suyadi, tradisi tebokan merupakan simbol warga sekitar untuk mengungkapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas keberhasilan mereka di bidang usaha jenang. Di desa tersebut merupakan sentra jenang kudus dengan jumlah perajin hingga 40 pengusaha.
Anak-anak yang membawa tebok berarak keliling desa sebagai simbol generasi penerus usaha jenang di desa ini. "Jumlah peserta tebokan mencapai 250 orang dengan usia rata-rata anak usia sekolah dasar (SD)," ujarnya.
Tradisi tebokan diawali dengan kirab yang diikuti oleh puluhan anak-anak dan remaja yang membawa sesaji berupa makanan jenang, jajan pasar, dan ayam matang utuh, buah, dan bubur yang diarak dari Jalan Gang IV Desa setempat menuju Balai Desa Kaliputu.
Kirab yang dimulai dari Jalan Gang IV dilanjutkan menuju Jalan Sosrokartono dilanjutkan ke Jalan Gang 12 - Jalan Gang 11 dan dilanjutkan ke Balai Desa Kaliputu di Jalan Sedo Mukti yang berjarak sekitar dua kilometer.
Sepanjang perjalanan, peserta kirab didukung iringan musik rebana dan "drum band" dari sekolah setempat, serta puluhan warga sekitar yang ikut kirab.
Ritual tersebut semakin menarik, anak-anak meletakkan tebok di atas kepala untuk diarak dengan berjalan kaki keliling desa.
Pembawa tebok juga menggunakan baju koko atau baju muslimah lengkap. Di antara barisan pembawa tebok tersebut, terdapat beberapa peserta yang mengusung gunungan jenang bertingkat sembilan.
Begitu sampai di balai desa, dilakukan doa yang dipimpin oleh ulama setempat, selanjutnya semua tebok yang diarak keliling diperebutkan warga yang sejak pagi mengikuti tradisi tersebut.
Sulastri (60), warga sekitar yang ikut berebut makanan yang ada di dalam tebok mengaku, ingin mendapatkan berkah dari makanan yang didahului dengan ritual keliling dan mendapatkan doa dari seorang ulama.
"Mudah-mudahan dengan memakan makanan ini saya akan mendapatkan berkah hidup," harapnya.
Ia mengakui, sejak beberapa tahun yang lalu, dirinya selalu mengikuti ritual tahunan tersebut untuk memperebutkan sejumlah makanan yang ada. "Hari ini (18/12), saya mendapatkan makanan jenang dan dua buah terong," ujarnya senang.
Warga yang lain, Nurul (11) mengaku, sejak pagi sekitar pukul 06:00 WIB hadir ditempat perayaan tradisi tebokan untuk menyambut Tahun Baru Islam.
Selain ingin mengetahui ritual perayaan menyambut tahun baru, Nurul yang masih duduk di kelas VI SD itu mengaku, ingin memperebutkan pula makanan yang dikirab keliling desa.
"Saya hanya ingin menikmati keramaiannya saja, karena perayaan ini hanya berlangsung satu tahun sekali," ujarnya. (*)Editor: Aditia MaruliCOPYRIGHT © 2009
Menilik Lebih Jauh Sejarah Jenang KudusDevran Code
14.39
Artikel
Jenang Kudus (www.kratonpedia.com)
Lintas Kudus - Kekayaan sejarah dan budaya di Indonesia merupakan suatu anugerah yang patut kita syukuri.
Beragamnya budaya lokal yang dihasilkan tiap daerah, suku, serta ras yang berbeda di tiap daerah, merupakan
aset budaya nasional Indonesia yang harus dilestarikan. Meskipun berbeda budaya dan adat istiadat di tiap
daerah, namun semangat Nasionalisme Bhinneka Tunggal Ika harus tetap dijaga. Hal itu diharapkan agar
bermacam budaya dan tradisi tersebut tetap terjaga, dan terlestarikan di tengah-tengah derasnya
perkembangan zaman.
Jenang Kudus diyakini bertalian erat dengan cerita rakyat yang terjadi di desa Kaliputu, Kudus. hal ini tidak
lepas dari legenda perjalanan Sunan Kudus dan Syekh Jangkung atau bisa dikenal dengan Saridin serta Dempok
Soponyono dan cucunya. Konon, saat mbah Dempok Soponyono sedang asyik bermain dengan burung dara
keplekan (balap) di pinggiran sungai, tanpa disadari cucunya tercebur dan hanyut di sungai itu.
Sedang Mengaduk Jenang (www.antarafoto.com)
Selanjutnya ada 2 versi yang berpendapat berbeda mengenai kelanjutan cerita rakyat ini. Versi pertama
mengatakan bahwa cucu dempok soponyono selamat namun diganggu oleh makhluk halus berambut api
(Banaspati). Sedangkan versi kedua menyebutkan bahwa anak tersebut ditolong oleh sejumlah warga,
sementara Mbah Dempok Soponyono telah menyadari cucunya telah hanyut terbawa arus.
Kedua versi tersebut bertemu kembali pada saat Sunan Kudus dan Syekh Jangkung sedang lewat lalu
menghampiri kerumunan orang yang sedang panik melihat keadaan cucu Dempok Soponyono. Akhirnya Sunan
Kudus berkesimpulan si anak sudah meninggal, namun Syeh Jangkung menyatakan cucu Mbah Dempok masih
hidup dan hanya mati suri. Oleh karenanya, Syeh jangkung meminta ibu-ibu agar membuat jenang dari bubur
gamping yang terbuat dari tepung beras, garam dan santan kelapa agar si anak lekas sadar dan dapat siuman
kembali.
Dari legenda tersebut, berkembanglah usaha pembuatan jenang di desa Kaliputu. Mulai dari pemesanan ketika
acara tasyakuran dan walimah, hingga berkembang menjadi makanan khas kudus yang dikenal masyarakat
luas baik dalam negeri maupun manca negara.
Sedang Mengemas Jenang (www.antaranews.com)
Melalui sejarah jenang inilah kemudian lahir tradisi kirab “Tebokan” yang biasanya dilaksanakan setiap tanggal
1 Muharram sebagai bentuk rasa syukur atas berkah dari usaha jenang, tepatnya di desa Kaliputu Kudus.
Tradisi “Tebokan” ini biasanya dilakukan sebagai wujud rasa syukur pengusaha jenang di Kudus. Menurut
berbagai sumber Lahirnya home industri produk jenang dimulai dari desa Kaliputu, sampai sekarang ada sekitar
60 perusahaan jenang yang terdapat di Kabupaten Kudus, namun hanya berkisar 40-an saja yang
mendaftarkan hak ciptanya kepada pemerintah.
Kirab tebokan (camatkudus.000space.com )
Tradisi “tebokan” ini menjadi momen ajang kreativitas pengusaha jenang di kudus. Kirab “Tebokan” dilaksanakan secara khidmat dengan memperagakan visualisasi alat pembuatan jenang yang diletakkan di atas bak mobil terbuka yang dihias. Seperti; kawah (wajan besar), kalo (sejenis tampah dari niru), ember, dan parutan. Tidak ketinggalan pula linggis dan alat pendukung pembuatan jenang lainnya. Kata “Tebokan” sendiri sebenarnya berasal dari generasi pertama yang meletakan Jenang di atas tampah kecil (tebok) yang terbuat dari anyaman bambu sebagai suguhan untuk tamu. Sehingga ketika arak-arakan “Tebokan”, terdapat anak-anak kecil yang berhias menggunakan pakaian adat serta di atas kepalanya membawa Tebok yang berisi jenang untuk dibagi-bagikan kepada warga yang turut hadir menyaksikan kirab “Tebokan”.
Sabtu, 23 November 2013
Tebokan, Tak Sekadar Pesta Jenang
Tradisi Tebokan di Desa Kaliputu
KEMERIAHAN dan kebersamaan itu menjadi satu paket dan tidak terpisahkan, dalam tradisi Tebokan Jenang yang merupakan tradisi di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, setiap 1 Muharram. Itu pula yang nampak dalam kirab tebokan yang digelar Selasa (5/11) sore.
Mengambil star di Jalan Sosrokartono, ratusan peser5ta kirab melalui rute mengitari kampung. Tak hanya orang tua, pelajar dan mahasiswa juga ikut terlibat dalam tradisi tebokan yang secara rutin digelar besar-besaran sejak empat tahun terakhir.
Selain peserta kirab, masyarakat tak ketinggalan menyemarakkan dengan datang melihat langsung dari dekat prosesi kirab. Ribuan pasang mata mulai anak-anak, pelajar, muda-mudi, hingga orang tua tak mau ketinggalan menyaksikan kirab tersebut.
Kirab tebokan dimulai sekitar pukul 14.21, dibuka dengan group drum band yang cukup menawan. Disusul kemudian iring-iringan pembawa jenang dengan aneka hiasan, dan dimeriahkan dengan atraksi seni, seperti barongan, terbang papat, dan juga barongsai.
Di antara para peserta kirab, nampak pula satu sosok dengan menaiki kuda lengkap dengan blangkon dan jubah putih, yang tak lain memerankan sosok Syeh Jangkung yang oleh masyarakat setempat dipandang sebagai cikal bakal Desa Kaliputu dikenal sebagai desa produsen jenang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, Hadi Sucipto, mengemukakan, kirab tebokan ini merupakan puncak dari tradisi yang sudah lama berkembang di masyarakat setempat setiap memperingati 1 Muharram.
''Sebelumnya masyarakat menggelar tirakatan,'' katanya.
Dengan adanya kirab tebokan, diharapkan Desa Kaliputu sebagai produsen jenang, bisa lebih dikenal. ''Harapannya, ke depan pengusaha jenang di Kudus, khususnya di Desa Kaliputu, semakin dikenal lebih luas lagi,'' ungkapnya.
Kepala Desa Kaliputu, Suyadi, menjelaskan, tradisi tebokan ini sekaligus untuk mengenang Syeh Jangkung, yang dipercaya sebagai cikal bakal dikenalnya Desa Kaliputu sebagai produsen jenang.
''Konon, dulu ada anak dari Desa Kaliputu tenggelam di Kaligelis, yang kemudian ditolong Syeh Jangkung,'' terangnya. Setelah ditolong, oleh Syeh Jangkung si anak diberi jenang gamping.
''Wolak-walike zaman, Desa Kaliputu sekarang dikenal sebagai gudangnya pengusaha jenang di Kudus. Saat ini, ada sekitar 50 pengusaha jenang di Desa Kaliputu,'' jelasnya.
Sementara itu, kirab tebokan yang mengelilingi kampung, Akhir dari kirab tebokan, pengunjung dan tamu yang hadir disuguhi Tari Jenang hasil kreasi dan dipersembahkan oleh para mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus.(SuaraMerdeka.com – 05 November 2013 – 22:11 wib)
(Rosidi/CN37)
"SENI BUDAYA NUSANTARA": Tebokan, Tak Sekadar Pesta Jenang: KEMERIAHAN dan kebersamaan itu menjadi satu paket dan tidak terpisahkan, dalam tradisi Tebokan Jenang yang merupakan tradisi di Des...
Diposkan oleh Slamet Priyadi di 02.42