Upload
des-miyetti
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BATANG KUESIONER ADALAH MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIK
Citation preview
1
. . . . .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Kelompok Kerja Guru (KKG) gugus Moch Syafii adalah kelompok guru dari
7 Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, yang terdiri
dari: SDN Larangan, SDN1 Purbadana, SDN Kembaran, SDN Karangsari, MIN
Karangsari, SDN Linggasari dan SDN Karangsoka. Secara geografis, letak ke-7
sekolah tersebut termasuk dalam kategori sekolah pedalaman atau luar kota, kecuali
SD Larangan yang terletak di Pusat Kecamatan. Pendidikan gurunya berragam dari
D2 sampai S1. Jumlah guru yang S1 baru mencapai 50%, dan 20% sedang dalam
mengikuti kuliah penyetaraan melalui UT, dan 10% lainnya belum. Jumlah seluruh
siswa tiap sekolah berkisar antara 209-320 anak, dan 70% didominasi dari keluarga
yang kurang mampu yaitu dari kalangan buruh tani, pedagang kecil di pasar
tradisional, dan karyawan. Kondisi gedung sekolah dalam gugus ini bervariasi ada
yang sudah cukup baik ( relatif baru) seperti di SD Kembaran, namun lainnya rata-
rata bangunan lama yang lantainya menggunakan tegel hitam yang sudah banyak
mengalami kerusakan ( termasuk SD Larangan yang ada di pusat Kecamatan).
Beberapa komputer hanya ada di ruang guru atau ruang lain yang jumlahnya tidak
melebihi 5-10 unit. Alat-alat peraga matematika yang dimiliki oleh SD pada gugus
ini masih sangat terbatas, yaitu baru sebatas model bangun ruang, model bangun
datar, alat-alat ukur panjang dan volume, dan inipun masing-masing jumlahnya tidak
melebihi dua untuk setiap jenisnya. Pola pembinaan guru terhadap profesinya
dlakukan bila ada seminar, pelatihan, atau penerapan ipteks dari perguruan tinggi atau
dinas yang frekuensinya tidak menentu. Hal ini berdampak pada kurangnya
kecakapan guru dalam mengimplementasikan pembelajarannya di kelas. Sebagai
ilustrasi terhadap pengalaman dan kecakapan guru dalam mengembangkan kegiatan
pembelajarannya, maka dilakukan diskusi dengan guru-guru pada gugus ini dan
ditemukan bahwa pada prakteknya guru mengembangkan pembelajaran secara
tradisional, yang diawali dengan ceramah kemudian diikuti dengan latihan soal dan
pemberian PR kecuali untuk pokok bahasan bangun datar dan ruang. Para guru
2
. . . . .
menyadari bahwa cara ini belum dapat menarik motivasi belajar siswa secara baik.
Akan tetapi dilakukan karena belum ada pilihan lain. Pada pokok bahasan bangun
datar dan ruang beberapa guru mempraktekkan pembelajaran dengan menggunakan
alat peraga yang melibatkan siswa melakukan pengukuran terhadap benda-benda
rekaan dan benda-benda yang berada di sekitar kelas. Cara ini dianggap oleh guru
sebagai cara yang menarik dan menyenangkan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat
Piaget dalam Darhim (1993, 25) bahwa anak yang berusia antara 7 tahun sampai 12
tahun berada dalam tahap operasi konkret, sehingga pembelajaran dengan alat peraga
akan lebih mudah diterima oleh siswa SD.
B. Permasalahan Mitra
Permasalahan yang dihadapi oleh KKG Moch Syafii antara lain adalah
rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh para siswa SD di gugus tersebut, misalnya saja
rata-rata perolehan UAN khususnya untuk pelajaran matematika, pada tahun 2008
sebesar rata-rata 57 dari target minimal 60, 2) rendahnya daya saing siswa SD di gugus
tersebut, misalnya ditunjukkan dengan sedikitnya lulusan yang masuk ke sekolah favorit
(tahun 2008 kurang dari 10 siswa yang masuk ke SMPN 1 dan SMPN 8 Purwokerto), dan
belum ada yang juara dalam lomba / olimpiade matematika baik ditingkat nasional,
propinsi, kabupaten maupun kecamatan, 3) rendahnya motivasi siswa SD di Gugus
tersebut, khususnya dalam belajar matematika misalnya ditunjukkan dengan banyaknya
siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah disekolah dan sedikitnya siswa yang bertanya
pada saat pembelajaran.Dari pantauan para guru tehadap penguasaan materi matematika
siswa, ternyata bahwa pokok bahasan yang dirasakan paling sulit oleh siswa adalah
Pokok Bahasan Pecahan dan soal cerita. Beberapa penyebab terjadinya kesulitan siswa
pada pokok bahasan pecahan antara lain adalah karena (1) algoritma untuk menghitung
pecahan sangat banyak dan sulit, (2) bilangan pecahan dicatat dengan dua bilangan cacah,
(3) setiap bilangan cacah dapat diucapkan dalam bentuk pecahan yang tak terhingga
banyaknya, (4) siswa kesulitan mengolah sepasang bilangan yang sebenarnya hanya satu
bilangan, (5) untuk ditambah, atau dikurangi, bilangan pecahan harus dinyatakan dalam
penyebut yang sama. Kesulitan siswa pada pokok bahasan pecahan dimulai dari kelas 3
yang kemudian berdampak pada kelas berikutnya.
3
. . . . .
Ternyata pokok bahasan pecahan membutuhkan cara sendiri agar dapat
dipahami dengan baik oleh siswa, terutama karena sifatnya yang abstrak dan variasi
bentuknya yang banyak. Pokok bahasan ini memerlukan alat peraga khusus yang dapat
menggambarkan konsep pecahan menjadi lebih konkrit sehingga memudahkan
pemahaman siswa. Salah satu alat peraga matematika yang khusus dirancang untuk
menjelaskan konsep pecahan adalah Batang Cuessionare yaitu berupa balok-balok
dengan ukuran tertentu dengan warna tertentu pula. Melalui alat ini maka konsep-konsep
pecahan dan operasinya dapat diilustrasikan secara jelas, dapat diamati secara konkrit
perubahan-perubahan bentuk dan jenisnya sehingga disamping memudahkan pemahaman
siswa juga dapat menarik belajar siswa. Akan tetapi alat ini belum dikenal oleh kalangan
guru SD di Kecamatan Kembaran termasuk KKG pada gugus Moch Syafii. Padahal dari
hasil penelitian Kusno (2004) penggunaan alat ini sangat efektif untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam pemahaman konsep pecahan dan operasinya. Demikian juga
hasil penelitian Lestari di kelas IV SD Negeri 2 Kalierang ( 2004), membuktikan bahwa
pembelajaran matematika pokok bahasan pecahan dengan menggunakan alat peraga
batang Cuissenaire lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran yang tanpa
menggunakan alat peraga. Ternyata kurangnya informasi KKG terhadap alat peraga
Batang Cuissenare telah menjadi permasalahan yang urgen karena menyangkut nasib
hasil belajar matematika dari para siswanya. Dari hasil diskusi dengan para guru di
lapangan disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh KKG gugus Moch Syafii
yang mendesak (urgen) untuk segera ditindaklanjuti adalah 1) bagaimana agar guru-guru
pada KKG gugus Moch Syafii mamiliki pemahaman dan kesadaran akan pentingnya alat
peraga Batang Cuissenaire untuk melakukan inovasi pembelajaran pada pokok bahasan
pecahan? 2) bagaimana agar guru-guru pada KKG gugus Moch Syafii terampil membuat
dan menggunakan alat peraga Batang Cuissenare dalam mengembangkan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) di kelas, dan 3) bagimana setiap sekolah di gugus ini memiliki
alat peraga Batang Cuissenare secara memadai yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan profesionalisme guru dalam mengembangkan KBMnya?
4
. . . . .
BAB II
METODE PELAKSANAAN IBM
A. Subjek
Adapun yang menjadi subjek dalam kegiatan IbM ini adalah Kelompok Kerja
Guru SD (KKG) pada Gugus Moch Syafii Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas
yang terdiri dari 7 SD yang terdiri dari SDN Larangan, SDN1 Purbadana, SDN
Kembaran, SDN Karangsari, MIN Karangsari, SDN Linggasari dan SDN Karangsoka,
kepala gugus, dan perwakilan Gugus lain di Kecamatan Kembaran.
B. Lokasi dan Waktu
Lokasi penerapan IbM adalah di Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas,
dengan lama pelaksanaan 5 bulan mulai bulan Agustus – Desember 2010.
1. Langkah-langkah Kegiatan IbM
Adapun rencana kegiatan / langkah-langkah solusi yang dilakukan adalah:
Gambar 1. Langkah-langkah Kegiatan IbM
Ceramah dan diskusi HASIL PENELITIAN PEMANFAATAN ALAT PERAGA BATANG CUISSENAIRE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Target:1. Wawasan guru akan
penting alat peraga meningkat
2. Motivasi guru
Peer teaching PELATIHAN MENGGUNAKAN BATANG CUISSENAIRE DALAM PEMBELAJARAN
Target:Guru mampu menggunakan alat peraga batang Cuissenaire untuk
Lesson study PRAKTEK MENGGUNAKAN BATANG CUISSENAIRE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASN PECAHAN
Target:1. Keterampilan guru dalam
mengajar pecahan meningkat
2. Motivasi dan prestasi
5
. . . . .
Target Luaran
a. Jenis Luaran Yang Akan Dihasilkan
Adapun jenis luaran yang dihasilkan dari kegiatan IbM ini adalah berupa:
1). Barang (Alat Peraga Matematika), yang berupa Batang Cuissenaire
Batang Cuissenaire yang direncanakan berjumlah 56 box untuk 7 SD (= tiap SD
mendapat jatah 8 box), dengan asumsi bahwa pada saat pembelajaran berlangsung bila
tiap kelas memiliki 40 siswa maka dapat dibagi ke dalam 5 kelompok dan masing-
masing kelompok terdapat satu box Batang Cuissenaire
2). Jasa: Berupa keterampilan penggunaan alat peraga Batang Cuissenaire dalam KBM
Bentuk Batang Cuissenaire berupa balok-balok dengan ukuran tertentu dan
warna-warna tertentu, yang masing-masing batang berjumlah 10-20 biji. Batang
Cuissenaire menurut Ruseffendi (1989 : 385) diciptakan oleh George Cuissenaire.
Kekhususan dari batang Cuissenaire adalah warna dan panjang batang. Prinsip yang
dipakai pada batang Cuissenaire ini bila dipergunakan untuk melakukan operasi hitung
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian adalah hukum kekekalan panjang.
Sebagai gambaran dapat dilihat pada contoh berikut:
Tabel 2. Gambar Batang Cuissenaire
Bilangan
BATANG UKURAN WARNA
1 1x1x1 cm3 Putih
2 2x1x1 cm3 Merah
3 3x1x1 cm3 Hijau Muda
4 4x1x1 cm3 Ungu
5
5x1x1 cm3 Kuning
6 6x1x1 cm3 Hijau Tua
7 7x1x1 cm3 Hitam
8
8x1x1 cm3 Coklat
9 9x1x1 cm3 Biru
10 10x1x1 cm3 Orange
6
. . . . .
2. Spesifikasi Alat Peraga Batang Cuissenaire
a. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan operasi pejumlahan
Misal kita pilih bentuk yang akan ditunjukkan hasil penjumlahan adalah 6 + 3 = …?
Gambar 2a Gambar 2b
b. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan operasi pengurangan
Misal akan ditunjukkan hasil pengurangann dari 9 – 4 = …?
?
Gambar 2c Gambar 2d
c. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan operasi perkalian
Gambar 2e Gambar 2f
d. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan operasi pembagian
Misalkan kita pilih bentuk yang akan ditunjukkan hasil baginya adalah 8 : 2 = …?
Gambar 2g Gambar 2h
e. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan Sifat Komutatif Jumlah
Misalkan bentuk yang akan kita tunjukkan kebenarannya adalah 2 + 3 = 3 + 2
Gambar 2i Gambar 2j
7
. . . . .
f. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan Sifat Komutatif Kali
Misalkan bentuk yang akan kita tunjukkan kebenarannya adalah 2 x 3 = 3 x 2
Gambar 2k Gambar 2l
g. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan Sifat Assosiatif Tambah
Misal akan ditunjukkan kebenarannya adalah (1 + 3) + 2 = 1 + (3 + 2)
Gambar 2m Gambar 2n
h. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan bilangan pecahan.
Misalnya pecahan 21
Gambar 3. Bentuk batang Cuissenaire untuk angka 21
i. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan Pecahan Yang Ekivalen
Misalnya akan ditunjukkan bahwa 21 =
42
1 1 1
=
21
42
8
. . . . .
=
Gambar 4. Cara menunjukkan pecahan yang ekivalen. .
Dari gambar diatas terlihat bahwa 42 ekivalen dengan
21 sebab panjang
sebuah j. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan penjumlahan dua pecahan
Misalnya, menjumlahkan 31 +
21
31
Gambar 5. mengubah 1/3 menjadi 2/6 62
21
Gambar 6. mengubah ½ menjadi 3/6 63
31 +
21
65
Gambar 7. Penjumlahan 31 +
21
k. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan pengurangan dua pecahan
Misalnya : 64 -
61
64
=
61 Ambil batang putih (Ungu–putih = hijau
muda)
9
. . . . .
Karena penyebutnya sama yaitu 6 (hijau tua), maka diperoleh :
64 -
61 =
614 − =
63 =
21
Gambar 8. Peragaan pengurangan pecahan 64 -
61
l. Dapat digunakan untuk mengilustrasikan perkalian dua buah pecahan
Misal kita akan menunjukkan 32 x
54
32 x
54
Gambar 9a Gambar 9b
Gambar 9c. 5342
xx
KuningOrangeCoklat+
= 158
10
. . . . .
BAB III
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Persiapan
Hasil yang diperoleh pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya calon peserta
Rencana awal calon peserta sebanyak 22 orang dari gugus Moch Syafii
dengan 7 SD dimana masing-masing SD diberi jatah 3 orang. Akan tetapi
berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan Kecamatan Kembaran perlu
dilibatkan juga Gugus yang lain sehingga peserta bertambah menjadi 30 orang
sebagaimana terlampir pada daftar hadir. Hal ini berakibat pada penambahan alat
peraga Batang Cuisenaire yang harus disediakan untuk peserta.
2. Dihasilkannya instrumen pengumpul data
Instrumen pengumpul data yang dibuat adalah berupa (a) Tes performan, yaitu
soal-soal / tugas yang menuntut kemampuan praktek meragakan alat peraga batang
Cuissenaire dengan tujuan untuk mengukur kemampuan menggunakan alat peraga
Batang Cuissenaire setelah diberikan pelatihan penggunaan alat peraga, (b) Lembar
observasi, yang digunakan untuk mengamati keterampilan guru dalam
mempraktekkan penggunaan alat peraga Batang Cuissenaire dalam kelas yang
sebenarnya, dimana pengamatannya dilakukan oleh teman-teman koleganya dalam
bentuk lesson study, (c) Catatan lapangan yaitu cacatan para pengamat terhadap
kinerja guru model dalam pelaksanaan lessonstudy untuk melengkapi apa-apa yang
belum tercover dalam lembar pengamatan.
3. Tersusunnya modul tentang alat peraga Batang Cuissenaire
Modul yang dihasilkan berupa materi Batang Cuissenaire yang susunannya
meliputi: Judul, daftar isi, kata pengantar, pengertian alat peraga Batang
Cuissenaire, gambar alat peraga Batang Cuissenaire, kegunaan, serta cara
penggunaan untuk tiap pencapaian indikator.
11
. . . . .
2. Dihasilkannya alat peraga Batang Cuissenaire
Alat peraga batang Cuissenaire yang diahasilkan sebanyak 61 set. Khusus untuk
Gugus Mochamad Syafii tiap sekolah mendapatkan jatah sebanyak 5 set dengan
asusmsi bahwa dalam pembelajaran yang disetting secara kelompok, maka setiap
kelompoknya mendapatkan satu set alat peraga. Adapun yang 21 lainnya
dibagikan kepada selain Gugus Mochammad Syafii tapi masih ada dalam
Kecamatan Kembaran.
B. Hasil Pelaksanaan
Pelaksanaan IbM berjalan mulai dari pendidikan/pelatihan, praktek peer
teaching/penugasan, dan lesson study. Pelatihan didahului dengan pembagian alat peraga
Batang Cuissenaire dan Modul Batang Cuissenaire dilanjutkan dengan demonstrasi, tanya
jawab dan diskusi. Selanjutnya dilakukan uji performansi berupa penugasan pemakaian
alat paraga Batang Cuissenaire dihadapan teman sejawat sebagai bentuk peer teaching.
Dari sini dapat dilihat pencapaian indikator keberhasilan utama yaitu kemampuan
menggunakan alat peraga Batang Cuissenaire.
1. Pendidikan/pelatihan
Praktek pendidikan/pelatihan dilakukan dengan metode presentasi, demonstrasi, dan
diskusi tentang (a) pengenalan alat peraga Batang Cuissenaire (b) penggunaan alat
peraga Batang Cuissenaire (c) contoh-contoh kasus peragaan alat peraga Batang
Cuissenaire untuk suatu konsep pecahan. Peserta pelatihan adalah guru-guru SD
sekecamatan Kembaran, masing-masing dari Gugus Mochamad Syafii ditambah dari
gugus-gugus lain yang secara keseluruhan berjumlah 30 orang. Berikut ini adalah
foto-foto pelaksanaan pelatihan yang bertempat di aula UPT Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas. Adapun secara hirarkis susunan acaranya sebagai berikut:
(1) Pembukaan (2) Sambutan
(a) Protokol memulai acara pelatihan (b) Kepala dinas menyambut acara
12
. . . . .
(3) Penyerahan alat peraga kepada guru (4) Presentasi dan Diskusi
(c) Gugus Moch Syafii dapat 5 set (d) Pelaksana sedang presentasi
(5) Praktek peer teaching (6) Tes perbuatan / praktekk
(e) Latihan praktek (f) Setelah selesai letakkan di meja
2. Lesson Study
Lesson study adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan cara merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan pemantauan
/pengamatan pelaksanaan pembelajaran oleh teman sejawat untuk memberikan tanggapan
dan masukkan atas pelaksanaan pembelajaran melalui prinsip Plan-Do-See. Dalam hal ini
baik rancangan maupun implementasi pembelajaran yang digunakan oleh pengembang
adalah dengan menggunakan alat peraga Batang Cuissenaire untuk mengajarkan materi
matematika SD kelas IV khususnya tentang operasi pada bilangan pecahan.
Adapun praktek pelaksanaan lesson study dipusatkan pada SD di Gugus
Mochammad Syafii. Sebagai sampling dipilih 2 SD secara acak dari 6 SD di Gugus
Mochamad Syafii yaitu SD Purbadana dan SD Karangsari. Adapun secara hierarkis
praktek lesson study yang dilakukan dalam pengabdian ini adalah sebagai berikut:
(1) Guru merancang lesson plan dengan menggunakan alat peraga Batang Cuissenaire
(2) Guru mengimplementasikan lesson plan dalam bentuk KBM
(3) Ketua pelaksana membagikan lembar observasi kepada kolega sebagai pengamat dan
memberikan penjelasan tentang prosedur pengamatan
(4) Pengamat melakukan pengamatan terhadap jalannya KBM
13
. . . . .
(5) Setelah KBM selesai dilakukan diskusi antara pelaksana, kolega, guru untuk
memberikan tanggapan terhadap praktek KBM.
Adapun Hasil dolumentasi kegiatan di dua sekolah adalah sebagai berikut:
(1) Praktek Lesson study di SD Purbadana
(a) Pengamat diberi lembar observasi (b) Guru memulai pembelajaran
( c ) Siswa tampak aktif kerja kelompok ( d) Seorang siswa berdiri menjawab
(e) Pengamat sibuk mengamati KBM (f) Diskusi untuk perbaikan
(2) Praktek Lesson study di SD Purbadana
(a) Guru siap memulai pelajaran (b) Guru membimbing praktek psikologi
14
. . . . .
(c) Siswa saling bekerjasama (d) Siswa siap menjawab bu?
(e) Para pengamat lagi observasi (f) pengamat mengisi lbr observasi
C. Hasil Pembahasan
Dari hasil pengukuran terhadap pencapaian indicator yang ditetapkan pada
praktek IbM selengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Penilaian terhadap hasil pelatihan
(a) Berdasarkan catatan lapangan pelatihan mendapatkan respon yang sangat positip
bagi para pengguna (stakeholder) hal ini ditunjukkan dengan minat peserta yang
awalnya hanya dirancang 22 peserta menjadi 30 peserta, antusiasme peserta
yang sangat tinggi hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang serius dan proses
diskusi Tanya jawab yang hidup
(b) Berdasarkan hasil tes performan untuk mempraktekkan penggunaan alat peraga
Batang Cuissenaire dalam perhitungan operasi pecahan maka 100% peserta
dapat melakukan dengan baik dan benar.
2. Penilaian terhadap Lesson study
Secara umum praktek lesson study berjalan dengan mulus dan tidak ada kendala
yang berarti. Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan lesson study yang
dilakukan para pengamat/kolega terhadap pelaksanaan KBM yang dikembangkan
oleh guru kelas IV di SD Purbadana dan SD Karangsari adalah sebagai berikut:
a) Hasil diskusi terhadap praktek lesson study di SD Purbadana
15
. . . . .
Diperoleh temuan bahwa (1) Siswa antusias dan menunjukkan
kegembiraan serta kemeriahan yang sangat tinggi terhadap praktek KBM, (2)
Tampak tuntutan kerjasama kolaboratif yang baik yang ditunjukkan dengan
proses dikusi kelompok yang hidup dan berkembang untuk setiap kelompoknya,
(3) Partisipasi siswa sangat tingi dilihat dari aspek kerjasama kelompok, dan
keberanian mengajukan jawaban atas pertanyaan guru, dan (4) Motivasi belajar
siswa tampak tinggi yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang semangat
dan tanpa pantang menyerah mencoba-coba alat peraga untuk suatu pemecahan
masalah yang diberikan.
Namun demikian ada beberapa masukkan yang perlu diperbaiki oleh guru
dalam mengembangkan pembelajaran dengan menggunaka alat peraga Batang
Cuissenaire antara lain yaitu: (1) Cara penyajian materi matematika kurang
menuntut proses berpikir siswa, (2) guru masih tampak grogi karena diamati
banyak orang.
b) Hasil diskusi terhadap praktek lesson study di SD Karangsari
Diperoleh temuan seperti pada SD Purbadana bahwa (1) Siswa antusias
dan menunjukkan kegembiraan serta kemeriahan yang sangat tinggi terhadap
praktek KBM, (2) Tampak tuntutan kerjasama kolaboratif yang baik yang
ditunjukkan dengan proses dikusi kelompok yang hidup dan berkembang untuk
setiap kelompoknya, (3) Partisipasi siswa tingi dilihat dari aspek kerjasama
kelompok, dan keberanian mengajukan jawaban atas pertanyaan guru, dan (4)
Motivasi belajar siswa tampak tinggi yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa
yang semangat dan tanpa pantang menyerah mencoba-coba alat peraga untuk
suatu pemecahan
Namun diperoleh temuan yang melemahkan yaitu sebagai berikut (1)
Guru kurang percaya diri, yang ditunjukkan dengan beberapa sikap keragu-
raguan dalam menembangkan pembelajaran dan (2) Siswa kurang dipacu untuk
mengembangkan sikap kritis dan pemecahan masalah melalui penggunaan alat
Praga Batang Cuissenaire.
16
. . . . .
BAB IV
KESIMPULAN
Pelaksanaan IbM bagi guru-guru SD yang tergabung dalam Gugus Mochammad
Syafii dilakukan melalui ceramah dan diskusi tentang alat peraga Batang Cuissenaire
diikuti praktek penggunaan alat peraga dan pendampingan setelah alat peraga Batang
Cuissenaire dibagikan, dilanjutkan dengan micro teaching dan dipraktekkan dalam
bentuk lesson study. Hasilnya menunjukkan bahwa wawasan, motivasi, dan kemampuan
guru dalam penggunaan alat peraga Batang Cuissenaire berkembang. Siswa lebih belajar
dengan meriah, terjadi kerjasama kelompok kolaboratif yang baik dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran tampak tinggi. Namun dengan demikian masih ada beberapa
kelemahan yang ditemukan antara lain adalah guru masih tampak grogi sehingga pada
tahap awal lesson study masih ditemukan kesalahan konsep. Melalui diskusi maka
kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki, sehingga dengan adanya lesson study
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meningkat.
17
. . . . .
LAMPIRAN 1. Gambar alat Peraga Batang Cuissenaire
18
. . . . .
19
. . . . .
20
. . . . .
21
. . . . .