25
TINJAUAN PUSTAKA Kematian Janin Dalam Kandungan Defenisi Kematian janin dalam kandungan ialah kematian konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Menurut WHO kematian janin dalam kandungan ialah kematian janin sesudah 28 minggu kehamilan, pada waktu lahir berat badan janin diatas 1000 gram. (Ahluwalia 1998) meyatakan kematian janin dalam rahim mencakup kematian janin yang terjadi baik selama kehamilan sebelum dan sesudah 28 minggu maupun selama persalinan. Patologi Kematian Kematian janin akan menyebabkan rusaknya desidua plasenta yang akan mengaktifkan trombolplastin jaringan. Tromboplastin jaringan masuk dalam pembuluh darah ibu yang menyebabkan terjadinya pembekuan intra vaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit menyebabkan pembekuan darah yang luas sehingga terjadi hipofibrinogenemia. Bila janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-perubahan sebagai berikut : Rigor mortis (tegang mati), berlansung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali. Stadium maserasi tk I, timbul lepuh-lepuh pada kulit, lepuh ini mula-mula terisi cairan jernih tetapi kemudian 1

Bst Iufd Lenggo-chika

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bst Iufd Lenggo-chika

TINJAUAN PUSTAKA

Kematian Janin Dalam Kandungan

Defenisi

Kematian janin dalam kandungan ialah kematian konsepsi sebelum dikeluarkan

dengan sempurna dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Menurut WHO kematian

janin dalam kandungan ialah kematian janin sesudah 28 minggu kehamilan, pada waktu lahir

berat badan janin diatas 1000 gram. (Ahluwalia 1998) meyatakan kematian janin dalam

rahim mencakup kematian janin yang terjadi baik selama kehamilan sebelum dan sesudah 28

minggu maupun selama persalinan.

Patologi Kematian

Kematian janin akan menyebabkan rusaknya desidua plasenta yang akan

mengaktifkan trombolplastin jaringan. Tromboplastin jaringan masuk dalam pembuluh darah

ibu yang menyebabkan terjadinya pembekuan intra vaskuler yang dimulai dari endotel

pembuluh darah oleh trombosit menyebabkan pembekuan darah yang luas sehingga terjadi

hipofibrinogenemia.

Bila janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-perubahan

sebagai berikut :

Rigor mortis (tegang mati), berlansung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas

kembali.

Stadium maserasi tk I, timbul lepuh-lepuh pada kulit, lepuh ini mula-mula terisi

cairan jernih tetapi kemudian menjadi merah. Berlansung sampai 48 jam setelah janin

mati.

Stadium maserasi tk II, lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah

coklat, terjadi setelah 48 jam janin mati.

Maserasi tk III, terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat

lemas, hubungan antar tulang-tulang sangat longgar, edema dibawah kulit, otak

mencair.

Janin mati dikelilingi oleh cairan yang steril, terjadi proses destruktif aseptik yang

disebut maserasi. Epidermis adalah struktur pertama yang mengalami proses tersebut, dimana

terjadi gelembung dan pengelupasan kulit. Hal ini terjadi dalam 12-24 jam setelah kematian

1

Page 2: Bst Iufd Lenggo-chika

janin. Janin menjadi sembab dan terlihat merah kabur. Selanjutnya terjadi autolisis aseptik

secara gradual terhadap jaringan-jaringan ligamentum dan pencairan otak serta organ-organ

lain. Perubahan tersebut bervariasi tingkatnya dan dapat menimbulkan tanda-tanda radiologist

yang khas.

Etiologi

Kematian janin selama kehamilan berhubungan dengan sejumlah komplikasi penyakit

dari ibu atau janin yang menyebabkan insufisiensi akut maupun kronik. Penyebab kematian

dapat tunggal atau kombinasi dari berbagai penyebab.

Penyebab kematian akut seperti abrupsio atau komplikasi tali pusat. Penyebab

kematian subakut, seperti infeksi atau insufisiensi uteroplasenta dan penyebab kematian yang

kronik seperti insufisiensi uteroplasenta yang lama, seperti diabetes mellitus atau reaksi

imunologis.

Penyebab Kematian Akut.

Solusio plasenta, plasenta previa, vasa previa

Nasib janin pada solusio plasenta tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari

dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan

kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama

sekali, atau mengakibatkan gawat janin.

Plasenta previa adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau dekat

ostium uteri internum. Gejala plasenta previa adalah perdarahan pervaginam tanpa adanya

rasa nyeri setelah kehamilan 28 minggu. Perdarahan terjadi tiba-tiba tanpa penyebab dan

berulang. Keadaan janin biasanya tidak terpengaruh kecuali pada perdarahan yang banyak

sehingga menimbulkan gawat janin oleh sebab hipotensi pada ibu yang menyebabkan perfusi

darah menurun dan janin menderita hipoksia.

Vasa previa , suatu keadaan dimana tali pusat berinsersi diluar plasenta. Pembuluh

darah arteri dan vena umbilikalis terbentang dalam selaput ketuban. Apabila letak pembuluh

darah tersebut dekat sekali dengan pinggir servik, maka oleh karena dilatasi servik pembuluh

darah tersebut dapat robek, sering bersamaan dengan pecahnya selaput ketuban pada tempat

itu. Pada keadaan ini darah yang keluar berasal dari janin dan menimbulkan gawat janin dan

berakhir dengan kematian janin.

2

Page 3: Bst Iufd Lenggo-chika

Penyebab Kematian Sub Akut

Infeksi telah lama diketahui sebagai penyebab dari kematian janin. Infeksi juga

merupakan penyebab tersering persalinan preterm pada usia kehamilan 24-29 minggu. Secara

umum terdapat 3 mekanisme infeksi yang berpengaruh terhadap kehamilan : asending infeksi,

infeksi melalui plasenta dan infeksi dari jalan lahir.

Asending infeksi terjadi ketika mikroorganisme menempel di genitalia eksterna

wanita hamil dan memasuki kantong amnion. Hal ini dapat melemahkan kantong tersebut dan

akhirnya pecah. Kuman-kuman akan menyebar melalui kantong amnion. Janin terinfeksi

akibat aspirasi kuman ke paru-paru dengan menelannya atau melalui penetrasi ke lubang

telinga.

Pada infeksi melalui plasenta, infeksi berasal dari sirkulasi ibu, kemudian memasuki

plasenta dan mempengaruhi fungsi plasenta dan dapat menyerang janin.

Beberapa kuman tidak dapat memasuki kantong amnion atau menembus sawar

plasenta. Kuman-kuman ini membentuk koloni di genitalia externa. Ketika persalinan , janin

akan terinfeksi melalui darah ibu dan sekresi dari jalan lahir.

Beberapa mikorganisme yang dapat meyebabkan kompliasi terhadap kehamilan:

Sifilis

Toksoplasmosis

Gonorhoe

Chlamydia

Streptococcus group B

Parvovirus B 19

Listerosis

Parasit malaria

Penyebab Kematian Kronik

Insufisiensi plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta baik secara anatomi

maupun fisiologi tidak mampu memberi makan dan oksigen kepada janin, juga untuk

mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara normal. Disfungsi plasenta

(isufisiensi plasenta) dapat menyebabkan janin mempunyai resiko untuk terjadinya fetal

dismatur atau intra uterine growth retardation sehingga menghasilkan small for date baby

atau kematian intra uterine.

Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian

berkurang terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar

3

Page 4: Bst Iufd Lenggo-chika

estriol. Akibat dari proses penuaan plasenta maka pemasokan makanan dan oksigen akan

menurun disamping spasme arteri spiralis, janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan

penurunan berat, dalam hal ini disebut dismatur. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang

dengan 50% menjadi hanya 250 ml/menit. Penyebab utama kematian perinatal ialah hipoksia

dan aspirasi mekonium.

Insufisiensi plasenta pada umumya terjadi pada kehamilan resiko tinggi seperti

diabetes, hipertensi pada kehamilan, penyaklit jantung, kehamilan serotinus.

Diabetes Melitus

Komplikasi ibu dan bayi pada penderita diabetes akan meningkat karena perubahan

metabolik. Angka lahir mati terutama pada kasus dengan diabetes tak terkendali dapat terjadi

10 kali dari normal. Diperkirakan kejadian diabetes dalam kehamilan ialah 0,7%.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme karbohidrat yang menunjang

pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi

secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir

menyerupai kadar darah ibu. Sedangkan insulin ibu tidak dapat mencapai janin. Pengendalian

kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin disamping hormon lain seperti estrogen, steroid

dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya reasorbsi maka terjadi hiperglikemia yang relatif

lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat

sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal.

Yang menjadi masalah ialah bila tak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga

ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan (diabetes

yang timbul hanya karena kehamilan). Kematian janin pada kehamilan dengan diabetes

melitus gestasional 22 kali lebih besar dibandingkan dengan kematian janin pada ibu non

diabetes melitus.

Kematian janin dihubungkan dengan kejadian ketoasidosis pada ibu dengan diabetes

dan juga karena disfungsi plasenta serta adanya komplikasi vaskuler pada ibu dengan

diabetes. Aliran darah melalui ruang intervillus kemungkinan berkurang sebanyak 35 – 45

%, pengurangan ini disebabkan adanya perubahan morfologi pada plasenta yaitu edema

vilosa, peningkatan percabangan dari vilus dan peningkatan volume darah intravillus janin,

sehingga mengganggu transfer oksigen dari darah ibu ke janin.

4

Page 5: Bst Iufd Lenggo-chika

Preeklampsia

Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah spasme pembuluh darah

disertai dengan retensi garam dan air. Dengan biopsi ginjal, ditemui spasme yang hebat pada

arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola demikian kecilnya sehingga hanya

dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Bila dianggap bahwa spasme arteriola juga ditemukan

juga diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat

tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar oksigenasi jaringan

dapat dicukupi.

Isoimunisasi Rhesus

Isoimunisasi rhesus (Rh) adalah suatu kelainan imunologik yang terjadi pada pasien

hamil Rh-negatif yang mengandung janin Rh-positif. Sistem imunologik pada ibu diransang

untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen Rh, yang kemudian melintasi plasenta dan

menghancurkan sel darahmerah janin.

Kehamilan serotinus

Kehamilan yang berlansung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari

hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus rata-rata 28 hari. (WHO

1977, FIGO 1986)

Diagnosa kehamilan posterm dapat ditentukan dari perhitungan rumus Naegele

setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Anderson et all mendapatkan

bahwa periode menstruasi terakhir merupakan predictor klinis terbaik usia gestasi.

Regularitas, jumlah dan lamanya menstruasi merupakan faktor klinis yang penting dalam

memperkirakan usia kehamilan.

Untuk mendiagnosa kehamilan posterm dapat ditentukan berdasarkan beberapa

keadaan berikut :

Pregnancy test positif tercatat saat 6 minggu dari LMP

Pemeriksaan pertama dilakukan 10 minggu usia gestasi dengan pemeriksaan bimanual

Fetal heart tones didengar dengan Doppler pada 12 minggu usia gestasi atau 30

minggu sejak fetal heart tones pertama klai didengar dengan Doppler

Quickening antara 16-18 minggu

Fetal heart tones didengar dengan de lee stetoskop pada usia 20 minggu gestasi atau

22 minggu sejak fetal heart tones pertama kali dengan de lee stetoskop.

Usia gestasi dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG sebelum 28 minggu.

5

Page 6: Bst Iufd Lenggo-chika

Tidak terpenuhinya keadaan diatas tidak dapat menguatkan usia kehamilan. Bila

pemeriksaan USG serial dilakukan terutama sejak trimester I maka hampir dapat dipastikan

usia kehamilan. Pemeriksaan USG tidak mempunyai nilai prediksi bila dilakukan setelah 24

minggu untuk menentukan usia kehamilan. Pemeriksaan sitologi vagina, indeks kariopiknotik

> 20% mempunyai sensitifitas 70% dan tes tanpa tekanan dengan CTG mempunyai

spesifisitas 100% dalam menetukan disfungsi plasenta atau postterm.

Monitoring ibu terhadap gerakan janin dapat berguna sebagai suatu metoda

monitoring biofisik dan biokimiawi janin. Persepsi ibu terhadap gerakan janin berhubungan

dengan onset fetal hipoksia atau asfiksia. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif

normal rata-rata 7 kali/20 menit atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10

kali/20 menit)

Gangguan pertumbuhan pada serotinus merupakan akibat insufisiensi utero plasenta.

Pertama plasenta akan mengurangi suplai makanan yang adekuat ke janin dan janin kemudian

akan lahir dengan berat badan yang berkurang karena janin menggunakan energi yang

tersimpan pada jaringan lemak dan hati. Pengurangan volume plasma janin akan mengarah

pada oligohidramnion. Kemudian plasenta akan kehilangan fungsi respirasi yang

mengakibatkan terjadinya asfiksia janin serta kemungkinan lahir mati. Kematian bayi pada

kehamilan serotinus 2 kali lebih besar dari usia kehamilan normal.

Disfungsi plasenta adalah factor komplikasi dari kehamilan posterm yang

meningkatkan resiko janin. Disfungsi plasenta terjadi kira-kira 5 – 12 % kehamilan dan

patologi plasenta ditemukan 20-40% dari semua kematian perinatal. Disfungsi ini dapat

menyebabkan hipoksia kronik yang ditemukan 60-70% kematian janin antepartum.

Menurut Clifford SA (dikutip dari Freeman RK, Lagrew Jr DC,1996) kehamilan

posterm difokuskan pada janin dismatur dimana insidennya 10% pada kehamilan 43 minggu

dimana janin menjadi kurus,mekonium stained, kuku panjang, fragile, dengan plasenta yang

kecil dan resiko stillbirth.

Gangguan pertumbuhan pada postmaturitas disebabkan oleh insufisiensi

uteroplasenta. Pertama plasenta mengurangi suplai nutrisi yang adekuat kemudian berat

badan menurun ketika janin menggunakan energi yang tersimpan pada jaringan lemak dan

hati. Pengurangan volume plasma janin mengakibatkan oligohidramnion. Dengan kerusakan

pada plasenta yang lebih lanjut menimbulkan hilangnya fungsi respirasi dan janin mengalami

asfiksia dan kemungkinan lahir mati.

Sindroma postmaturias atau disebut janin dismaturitas merupakan komplikasi janin

akibat dari fungsi plasenta yang berkurang atau disfungsi plasenta/insufisiensi plasenta.

6

Page 7: Bst Iufd Lenggo-chika

Plasenta baik secara anatomis dan fisiologis tidak mampu memberi makan dan oksigen pada

janin untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara normal. Hal ini

menyebabkan gangguan pada janin dalam bentuk dismaturitas atau gangguan pertumbuhan

intra uterine ( intra uterine growth retardation) sehingga menghasilkan bayi kecil dari masa

kehamilan.

Sindroma postmaturitas timbul tergantung dari berat dan lamanya insufisiensi

plasenta pada janin. Clifford menggambarkan janin postmatur sebagai berikut;

Stadium I, cairan amnion jernih, bayi tampak kurus dan relative lebih panjang,

terdapat gambaran kekurangan gizi. Kulit menunjukkan kehilangan vernik caseosa

dan pengurangan lemak sub kutan. Mata terbuka dan waspada.

Stadium II, gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan ) pada kulit.

Plasenta mengalami degenerasi yang menyebabkan fetal distress atau anoksia.

Stadium III, kulit janin berwarna kehijauan, terdapat pewarnaan kekuningan pada

kuku, kulit dan tali pusat.

Menegakkan Diagnosa

Pemeriksaan berulang-ulang sering dibutuhkan untuk mengkonfirmasikan diagnosa.

Symptom ; tidak adanya gerakan janin yang sebelumnya pernah dirasakan oleh

pasien.

Sign ; retrogesi payudara, penurunan berat badan, perubahan nafsu makan.

Pemeriksaan abdomen didapatkan :

Retrogesi gradual dari besar uterus

Tonus uterus berkurang dan menjadi flaccid

Gerakan janin tidak terasa selama palpasi

Bunyi jantung janin yang sebelumnya terdengar menghilang

Egg-Shell Cracking Feel , terasa retak pada kepala janin, bila muncul merupakan

patognomonic.

Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan USG tidak ditemui gerakan fetus (termasuk gerakan jantung janin)

selama 10 menit observasi yang hati-hati dengan suatu alat pengukur waktu tertentu.

Hilangnya aktivitas jantung janin mempunyai keakuratan 100% dalam diagnosa kematian

janin.

Gambaran radiologi ditemukan dalam derajat yang bervariasi, tunggal atau

kombinasi. Spalding sign; tulag tengkorak yang overlapping tidak teratur satu sama lain,

7

Page 8: Bst Iufd Lenggo-chika

biasanya 7 hari setelah kematian. Hiperfleksi tulang belakang, pada beberapa kasus

hiperekstensi leher. Bayangan tulang iga yang tampak tumpang tindih. Munculnya bayangan

gas (Robert sign) pada jantung dan pembuluh darah besar yang muncul paling cepat dalam 12

jam, tetapi sukar diiterpretasikan.

Warna cairan amnion yang coklat tua dan keruh merupakan gambaran kuat kematian

janin, tapi bukan merupakan suatu kesimpulan. Pada cairan amnion juga terjadi peningkatan

creatine phophokinase dari 30mu/ml (pada kehamilan normal) menjadi 1000 mu/ml.

Analiasa cairan amnion tetap merupakan metode yang paling sering digunakan untuk

mengukur beratnya hemolisis janin, terdapat korelasi antara jumlah pigmen empedu dalam

cairan amnion dengan beratnya anemia pada janin.

Protokol pemeriksaan penunjang IUFD, ditujukan untuk :

Mengkonfirmasikan diagnosis dengan USG atau roentgen

Memperkirakan kadar fibrinogen darah dan tromboplastin partial time secara periodic,

khususnya jika janin mati masih ada dalam 2 minggu.

Menemukan penyebab kematian.

Komplikasi

Gangguan psikologis

Infeksi

Gangguan pembekuan darah, jka janin mati tetap ada dalam rahim lebih dari 4

minggu (10-20% kaus), dimana kemungkinan terjadi defibrinasi dari DIC

tersembunyi. Terjadi absorbsi tromboplastin secara gradual.

Selama persalinan ; inertia uteri,retensio plasenta dan HPP.

Penatalaksanaan

Non interfensi

Kira-kira 80% kasus,ekspulsi spontan terjadi dalam 2 minggu kematian. Jika ekspulsi

spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, pasien harus dirawat. Kadar fibrinogen harus diperiksa

tiap minggu, jika 2 x seminggu tidak dapat dilakukan. Penurunan kadar fibrinogen mencapai

150mg% harus dicegah dengan control infus heparin.

Interfensi

Indikasi interfensi:

Gangguan psikologis pasien

Manifestasi infeksi uterus

8

Page 9: Bst Iufd Lenggo-chika

Fibrinogen turun dari kadar atau batas kritis sebelum diinterfensi.

Adanya kecenderungan prolong kehamilan dengan IUFD lebih dari 2 minggu.

Terminasi dini sekarang menjadi favorite, karena;

Diagnosa yang dapat dipercaya dapat dibuat dengan cepat dengan bantuan USG

Prostaglandin tersedia untuk induksi ynag efektif

Komplikasi-komplikasi dapat dihindarkan.

Metode Terminasi

Terminasi harus dilakukan dengan indikasi secara medis :

Jika ukuran uterus tak lebih besar dari 12 minggu kehamilan dapat dilakukan suction

curettage

Jika ukuran uterus antara 12-28 minggu, prostaglandin E2 vaginal suppositoria dapat

digunakan dengan dosis percobaan. Jika tidak menghasilkan apa yang diharapkan,

dosis ditambah menjadi 20 mg tiap 3-4 jam. Dapat juga digunakan dosis intra

muscular 15 methylprostaglandin F2α 250 µg dengan interval waktu 1,5 – 3,5 jam

jika sudah terjadi rupture membrane.

Jika kehamilan telah lebih dari 28 minggu terapi prostaglandin tidak lagi

direkomendasikan. Jika persalinan tidak terjadi dalam 2 minggu, induksi persalinan

dengan oksitosin dapat dilakukan.

Seksio cesarean pada kematian janin dalam kandungan sangat dibatasi, kecuali pada

kasus plasenta previa berta, bekas seksio cesarean dua kali atau lebih dan anak letak lintang.

Management Post Partus

Memberikan dukungan moral kepada pasien

Memberikan penjelasan singkat tentang kemungkinan penyebab kematian janin.

Laktasi ditekan dengan bromokriptin 2,5 mg 2x sehari selama 10 hari.

Setelah 6 minggu pasien dianjurkan dating ke poliklinik untuk dilakukan pemeriksaan

lanjutan dan screening untuk kehamilan selanjutnya.

9

Page 10: Bst Iufd Lenggo-chika

ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. R Nama suami : Tn. Z

Umur : 37 thn Umur : 38 thn

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu R umah Tangga Pekerjaan : Swasta

Alamat : Lubuk Begalung

MR : 77 92 87

Seorang pasien wanita umur 37 tahun masuk KB IGD RSUP Dr.M.Djamil Padang tanggal 29

Maret 2012 pukul 19.00 WIB dengan keluhan utama gerak anak tidak dirasakan sejak 2 hari

yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Gerak anak tidak dirasakan lagi sejak 2 hari yang lalu

Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari tidak ada

Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak ada

Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada

Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada

Tidak haid sejak 8 bulan yang lalu

HPHT : 8-8-2011 TP : 15-5-2012

Gerak anak mulai dirasakan sejak 4 bulan yang lalu

10

Page 11: Bst Iufd Lenggo-chika

Riwayat hamil muda : mual (+), muntah (-), perdarahan (-)

Prenatal care : ke puskesmas 5 kali selama hamil

Riwayat hamil tua : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

Riwayat menstruasi : menarche umur 13 tahun, siklus teratur 1x sebulan, lama 5-7 hari,

banyaknya 2-3 ganti duk/ hari, nyeri haid (-)

Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada riwayat sakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, hipertensi, dan riwayat alergi

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan

Riwayat perkawinan : 1 tahun 1997

Riwayat kehamilan / abortus/ persalinan : 6/2/3

1. 1999, laki-laki, 3300 gr, cukup bulan, spontan, bidan, meninggal

2. 2001, abortus pada usia kehamilan 2,5 bulan, kuret, dokter SpOG

3. 2002, abortus pada usia kehamilan 3 bulan, tidak dikuret

4. 2004, laki-laki, 4000 gr, cukup bulan, spontan, bidan, hidup

5. 2006, perempuan, 4250 gr, cukup bulan, spontan, bidan, hidup

6. Sekarang

Riwayat kontrasepsi : -

Riwayat Imunisasi : -

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

11

Page 12: Bst Iufd Lenggo-chika

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 84/menit

Frekuensi nafas : 20/menit

Suhu : 370 C

Tinggi badan : 145 cm

Berat badan : 70 kg, sebelum hamil 56 kg

LILA : 28 cm

BMI : 26,6 kg/m2 (overweight)

Sianosis : -

Anemis : -

Ikterik : -

Edema : -

Mata : konjungtiva tak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : JVP 5-2 cm H2 O, Kel. Tiroid tidak membesar

Thorak : jantung dalam batas normal

Paru dalam batas normal

Abdomen : Status obstetrikus

Genitalia : Status obstetrikus

Ekstremitas : RF +/+, RP-/-, edem -/-

STATUS OBSTETRIKUS

Muka : chloasma gravidarum (+)

Mammae : membesar, A/P hiperpigmentasi, kolostrum (+)

12

Page 13: Bst Iufd Lenggo-chika

Abdomen :

Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan preterm

linea mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatrik (-)

Palpasi L I : FUT 4 jari dibawah prosesus xypodeus

teraba massa besar, lunak, noduler

L II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri

Bagian-bagian kecil di kanan

L III : teraba massa bulat, keras, floating

L IV : tidak dilakukan

TFU : 27 cm TBA : 2170 gram His : (-)

Auskultasi : BU (+) normal, DJJ (-)

Genitalia :

Inspeksi : V/U tenang

VT : pembukaan tidak ada

Portio tebal, 1½ cm, posterior, keras

Ketuban sulit dinilai

Bagian terbawah janin masih tinggi

UPD : Promontorium dan linea inominata tidak bisa dinilai

Os sakrum cekung

DSP lurus

Spina ischiadika tak menonjol

Os koksigis mudah digerakkan

Arkus pubis > 90O

13

Page 14: Bst Iufd Lenggo-chika

DIT : Dapat dilalui 1 tinju dewasa

Ks/ Panggul luas

Laboratorium

Hb : 12,8 g%

Leukosit : 9500/mm3

Trombosit : 150.000/ mm3

Hematokrit : 38

DIAGNOSIS :

G6P3A2H2 gravid aterm 33-34 minggu

Janin mati, tunggal, intra uterin, presentasi bokong

SIKAP :

- Kontrol KU, VS, tanda in partu

- Periksa Lab. Darah lengkap dan urin rutin

- Swab vagina dan kultur urin

RENCANA : Partus pervaginam

FOLLOW UP :

30 Maret 2012, Jam 07.00 WIB

A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)

PF/

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

14

Page 15: Bst Iufd Lenggo-chika

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nad i : 84/menit

Frekuensi nafas : 20/menit

Suhu : 370 C

HIS : (-)

Genitalia :

Inspeksi : v/u tenang

VT : pembukaan 1 jari

Portio tebal, 1½ cm, posterior, lunak

Ketuban (+)

Teraba kepala HI-II

UPD : Luas

DIAGNOSIS :

G6P3A2H2 Gravid aterm 38-39 minggu

Janin mati, tunggal, intra uterin, presentasi kepala HI-II

SIKAP :

- Siapkan drip induksi

- Kontrol KU, VS, tanda-tanda in partu

- Tidur telentang

RENCANA : drip induksi

Jam 08.00 WIB

Dimulai drip induksi dengan sintosinon 5 IU dalam 500 cc RL dimulai dengan 10 tetes/1’

dinaikkan 5 tetes/ 15 menit sampai his adekuat, maksimal 60 tetes.

15

Page 16: Bst Iufd Lenggo-chika

Jam12.00 WIB

Selesai drip induksi kolf pertama

A/ Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+)

PF/

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nad i : 84/menit

Frekuensi nafas : 20/menit

Suhu : 370 C

HIS : (-)

Genitalia :

Inspeksi : v/u tenang

VT : pembukaan 3-4 cm

Ketuban (+)

Teraba kepala H II-III

UPD : Luas

DIAGNOSIS :

G6P3A2H2 parturiant aterm 40-41 minggu, kala I fase aktif

Janin mati, tunggal, intra uterin, presentasi kepala HII-III

SIKAP :

- Lanjutkan drip induksi kolf ke-2 tetesan konstan 30 tts permenit

- Kontrol KU, VS, HIS, KDL

16

Page 17: Bst Iufd Lenggo-chika

RENCANA : Partus Pervaginam

Jam 12.50. WIB

A/ pasien kesakitan dan ingin mengedan

Ketuban pecah spontan

PF/

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 88/menit

Frekuensi nafas : 24/menit

Suhu : 370 C

HIS : 2-3/50/K

Genitalia :

Inspeksi : v/u tenang

VT : pembukaan 7-8 cm

Ketuban (-) sisa keruh kecoklatan

Teraba kepala lunak H III-IV

UPD : Luas

DIAGNOSIS :

G6P3A2H2 parturient aterm 40-41 minggu + kala I fase aktif

Janin mati, tunggal, intra uterin, presentasi kepala H III - IV

Sikap/

17

Page 18: Bst Iufd Lenggo-chika

Ikuti persalinan

Kontrol KU, VS, HIS, KDL

RENCANA : partus pervagiam

Jam 13.00 WIB

Lahir seorang bayi perempuan secara spontan dengan :

BB : 1516 gram

PB : 40 cm

Ditemukan tanda-tanda maserasi tingkat III

Cairan ketuban warna cokelat kemerahan

Plasenta lahir spontan, lengkap satu buah dengan ukuran 15x 14 x 2,5 cm. Berat 300

gram dan panjang tali pusat 50 cm. Insersi para sentralis

Dilakukan eksplorasi ternyata portio dan cavum uteri utuh

Perdarahan selama persalinan +/- 100 cc

Diagnosa/ P4 A2 H2 post partus prematurus spontan

Anak mati, ibu dalam perawatan

Sikap/ Awasi kala IV

18