47
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan merupakan bagian terpenting dari suatu perusahaan, karena karyawanlah yang menggerakan maju mundurnya suatu perusahaan (Sukendar, 2004). Berbagai penyelidikanpun dilakukan untuk memenuhi harapan-harapan karyawan guna meningkatkan produktivitas kerja perusahaan, agar pekerjaan dapat segera diselesaikan dan karyawan tidak terlalu lelah bekerja. Keberhasilan proses kerja dalam mencapai tujuan kerja dipengaruhi oleh masing-masing karyawan yang melakukan pekerjaan itu. Walau berbagai metode telah diperoleh, faktor yang memegang peran penting pada karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja adalah motivasi kerja (Kosen, 1993). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Henry (2009) tentang motivasi kerja dan organisasi budaya terhadap produktivitas karyawan, menunjukkan kontribusi motivasi kerja dan organisasi budaya bersama-sama sebesar 70,1%

bESOKNAH lagi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

okey

Citation preview

Page 1: bESOKNAH  lagi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karyawan merupakan bagian terpenting dari suatu perusahaan, karena

karyawanlah yang menggerakan maju mundurnya suatu perusahaan (Sukendar,

2004). Berbagai penyelidikanpun dilakukan untuk memenuhi harapan-harapan

karyawan guna meningkatkan produktivitas kerja perusahaan, agar pekerjaan dapat

segera diselesaikan dan karyawan tidak terlalu lelah bekerja. Keberhasilan proses

kerja dalam mencapai tujuan kerja dipengaruhi oleh masing-masing karyawan yang

melakukan pekerjaan itu. Walau berbagai metode telah diperoleh, faktor yang

memegang peran penting pada karyawan dalam meningkatkan produktivitas kerja

adalah motivasi kerja (Kosen, 1993). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Henry

(2009) tentang motivasi kerja dan organisasi budaya terhadap produktivitas

karyawan, menunjukkan kontribusi motivasi kerja dan organisasi budaya bersama-

sama sebesar 70,1% memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas

karyawan, sedangkan motivasi kerja sendiri memberikan kontribusi 48,5% terhadap

produktivitas karyawan.

Halsey (2003) menyatakan bahwa motivasi kerja dapat diartikan sebagai

sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk

menghasilkan produktivitas kerja yang lebih baik tanpa menambah keletihan, dimana

karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha

kelompok sekerjanya dalam mencapai tujuan organisasi.

1

Page 2: bESOKNAH  lagi

2

Motivasi kerja yang tinggi menunjukkan karyawan bekerja dengan energik,

antusias, dan penuh dengan kemauan untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan

karyawan ingin datang bekerja dan antusias untuk bekerja ketika sampai di kantor

(Carlaw, Deming & Friedman, 2003).

Dilain pihak lain motivasi kerja yang rendah menunjukkan karyawan akan

merasakan kebosanan dan malas bekerja. Artinya karyawan tidak bergairah untuk

menyelesaikan pekerjaannya dan hanya bermalas-malasan ketika sampai dikantor.

Keadaan tersebut akan menyebabkan performance kerja karyawan menjadi rendah,

menciptakan masalah di tempat kerja cenderung menarik diri dari lingkungan kerja,

sering datang terlambat ke tempat kerja, pulang lebih awal daripada waktu yang

ditetapkan,serta tidak mau bersosialisasi atau tidak melakukan interaksi dengan

karyawan yang lainnya. (Carlaw, Deming &Friedman, 2003).

Nijstad (2009) berpendapat bahwa salah satu yang dapat memotivasi

seseorang bekerja keras dalam sebuah kelompok, karena adanya kohesivitas didalam

kelompok.Kohesivitas kelompok yang kemudian lebih lanjut dijelaskan oleh Nijstad

(2009) sebagai kekuatan yang mengikat seorang anggota di dalam sebuah kelompok,

dan mengajak mereka untuk tetap berada di dalam sebuah kelompok. Perasaan

kebersamaan dan rasa kerja sama dalam melaksanakan tugas merupakan bagian adri

kohesivitas kelompok kerja, sehingga dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi

motivasi kerja adalah rasa kesatuan yang terjalin dalam kelompok kerja (Forsyth,

2010). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Gibson (2012) yang menyatakan bahwa

kohesivitas kelompok membuat individu merasa kebersamaan dan menambah

motivasi di dalam kerja.

Page 3: bESOKNAH  lagi

3

Kohesivitas kelompok kerja juga merupakan sejauh mana anggota tertarik

satu sama lain antar anggota kelompok, dan termotivasi untuk berada dalam dalam

kelompok tersebut. Dalam hal ini, kelompok kerja dikatakan kohesif anggota-

anggotanya menghabiskan banyak waktu bersama, atau kelompok yang berukuran

kecil menyediakan sarana interaksi yang lebih intensif, atau kelompok yang telah

berpengalaman dalam menghadapi ancaman dari luar, menyebabkan anggotanya

lebih dekat satu sama lain (Robbins, 2002). Pandangan ini didukung oleh hasil

penelitian yang dilakukan oleh Trihapsari dan Nashori (2011) yang berkaitan dengan

kohesivitas kelompok terhadap komitmen di dalam organisasi dimana ada hubungan

positif yang sangatsignifikan antara kohesivitas kelompok dengan komitmen

organisasi. Semakin tinggi kohesivitas kelompok, maka semakin tinggi pula

komitmenorganisasi di dalam meningkatkan kebersamaan. Sebaliknya, semakin

rendah kohesivitas kelompok, maka semakin rendah pula komitmen organisasi.

Sehingga setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadap sebuah orgaisasi,

membuat seseorang cenderung untuk menyendiri dan melakukan apa yang mereka

inginkan.

Kasus yang ditemukan dalam Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera cabang

Makassar. Pada perusahaan tersebut ditemui adanya fenomena penurunan nasabah

yang dapat dilihat dari data sebagai berikut:

Page 4: bESOKNAH  lagi

4

Gambar 1: Rata-rata jumlah nasabah Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera dari tahun 2011-2013

Berdasarkan grafik di atas bisa dilihat terjadi penurunan rata-rata angka

nasabah yaitu dari tahun 2011 rata-ratanya yaitu 84 nasabah/tahun, menurun hingga

menjadi 34 pada tahun 2012, dan pada bulan januari-maret tahun 2013 terjadi

penurunan yang tidak terlalu signfikan. Penurunan ini diprediksikan salah satunya

dipengaruhi karena penurunan motivasi kerja. Ini didukung berdasarkan hasil

komunikasi personal yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu karyawan

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera diketahui bahwa penurunan motivasi kerja

karyawan disebabkan karena individualistik di dalam bekerja, dan terkadang terjadi

persaingan diantara mereka. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara penulis

dengan salah satu karyawan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera yang berada pada

bagian administrasi.

“Disini bekerjaan rata-rata individu karena penghasilan mereka di dapatkan

sesuai dengan jumlah nasabah yang mereka dapatkan. Sehingga sering terjadi

Page 5: bESOKNAH  lagi

5

persaingan di antara mereka. Biasanya mereka saling cuek atas pekerjaan

rekannya. Jadi kalau misalnya rekannya berhalangan hadir, pekerjaan

dibiarkan begitu saja. Apalagi terkadang dengan agen kita tidak saling

mengenal satu sama lain (X1)”

Peneliti juga melakukan wawancara dengan karyawan dari pihak agen

berikut ini adalah kutipan hasil wawancara peneliti:

“Menurut saya kita di asuransi ya begitu, jalan masing-masing mencari

nasabah. Kadang saya merasa tidak percaya diri juga, apalagi disini saya

masih baru kasihan, Maunya saya ada yang mengarahkan kita, jadi kita lebih

semangat lagi. Mau diskusi dengan teman agen yang lain, hanya waktu

tertentu kita ketemu seperti hari jum’at. Karena kurang pengalaman juga dan

tidak ada rekan kerja terkadang malaska pergi jalan cari nasabah. Jadi biasnya

tinggal ka di rumah dan pikir mau risen aja dari kerjaan ku. Soalnya kalau

begini terus tidak ada harapan.”

Berdasarkan fenomena diatas, bahwa terdapat masalah kohesivitas

kelompok kerja memiliki hubungan dengan motivasi kerja karyawan, maka perlu

diteliti seberapa besar pengaruh kohesivitas kelompok terhadap semangat kerja

karyawan. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan

kohesivitas terhadap motivasi kerja karyawan pada Asuransi Jiwa Bersama

Bumiputera.

Page 6: bESOKNAH  lagi

6

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

yang muncul adalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara kohesivitas

dengan motivasi kerja karyawan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera.?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kohesivitas

dengan motivasi kerja karyawan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Memperkaya kajian empiris mengenai kohesivitas dalam kaitannya

dengan motivasi kerja.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

hubungan antara kohesivitas terhadap motivasi kerja karyawan, gambaran

tentang tingkat motivasi kerja karyawan dan gambaran mengenai kohesivitas

kelompok khususnya pada Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi

perusahaan untuk lebih memahami keadaan hubungan antar karyawan

mengenai kohesivitas kelompok karyawan.

Page 7: bESOKNAH  lagi

7

BAB II

TNJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Kerja

1. Konsep tentang Motivasi

Menurut Robbins (2002) Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan

tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh

kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Menurut

Robbins, terdapat tiga kunci dalam pengertian motivasi diatas, yaitu intensitas,

tujuan, dan ketekunan. Intensitas menyangkut seberapa kerasnya seseorang

berusaha. Akan tetapi intensitas ini tidak akan membawa hasil yang diinginkan

kecuali jika upaya itu diarahkan ke suatu tujuan yang menguntungkan organisasi.

Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan kualitas dari upaya itu mau pun

intensitasnya. Upaya yang diarahkan menuju, dan konsisten dengan, tujuan-

tujuan organisasi adalah upaya yang seharusnya kita usahakan. Akhirnya,

motivasi memiliki dimensi ketekunan. Ini adalah ukuran tentang berapa lama

seseorang dapat mempertahankan usahanya. Individu-individu yang termotivasi

tetap bertahan pada pekerjaan cukup lama untuk mencapai tujuan mereka.

Dorongan tersebut terdiri dari dua komponen, yaitu arah perilaku (kerja

untuk mencapai tujuan), dan kekuatan perilaku (seberapa kuat usaha individu

dalam bekerja). Motivasi meliputi perasaan unik, pikiran dan pengalaman masa

lalu yang merupakan bagian dari hubungan internal dan eksternal

7

Page 8: bESOKNAH  lagi

8

perusahaan.Selain itu motivasi dapat pula diartikan sebagai dorongan individu

untuk melakukan tindakan karena mereka ingin melakukannya. Apabila individu

termotivasi, mereka akan membuat pilihan yang positif untuk melakukan sesuatu,

karena dapat memuaskan keinginan mereka.

Motivasi menurut Mangkunegara (dalam agrivina, 2012)

adalah:Merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang

terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental

karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat

motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.

Sikap mental karyawan haruslah memiliki mental yang siap sedia secara

psikofisik (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya, karyawan dalam

bekerja secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi serta

berusaha keras mencapai target (tujuan utama organisasi).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja

merupakan dorongan yang timbul dalam diri karyawan yang diarahkan untuk

pencapaian tujuan organisasi tempat mereka bekerja

2. Pengertian Motivasi Kerja

Menurut Robbin (2002) Motivasi kerja adalah kesediaan untuk

mengeluarkan upaya yang tinggi untuk organisasi yang dikondisikan oleh

kemampuan, upaya dalam memenuhi kebutuhan individual.

Selanjutnya Mulianto (2006) juga berpendapat motivasi kerja adalah

dorongan kehendak yang mempengaruhi perilaku tenaga kerja untuk dapat

meningkatkan produktivitas kerja karena adanya keyakinan bahwa meningkatkan

Page 9: bESOKNAH  lagi

9

produkrivitas mempunyai manfaat bagi dirinya. Umar (2003) juga berpendapat

motivasi kerja adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada di dalam diri

manusia yang mengaktifkan, memberi daya, serta mengarahkan perilaku untuk

melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam lingkup pekerjaannya.

Selain itu Hermansyah (2012) berpendapat motivasi kerja adalah

dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk bekerja seoptimal mungkin

secara sukarela untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi kerja adalah dorongan kehendak dalam diri yang menumbuhkan

keinginan yang akan mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas di

dalam lingkungan kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi

meningkatkan produktivitas kerja.

3. Teori Motivasi

Berdasarkan beberapa pendekatan mengenai motivasi, Swansburg (dalam

Nursalam& Efendi, 2008), mengklasifikasikan motivasi ke dalam teori-teori isi

motivasi dan proses motivasi. Teori-teori isi motivasi bcrfokus pada faktor-faktor

atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk menimbulkan semangat,

mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku.

a. Teori Isi Motivasi

Page 10: bESOKNAH  lagi

10

Teori-teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau kebutuhan dalam diri

seseorang untuk menimbulkan semangat, mengarahkan, mempertahankan,

dan menghentikan perilaku didalam bekerja

1) Teori Motivasi Kebutuhan (Abraham A. Maslow)

Maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan manusia secara hierarki,

yang terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok defisiensi dan kelompok

pengembangan. Kelompok defisiensi secara hierarkis adalah fisiologis,

rasa aman, kasih sayang dan penerimaan, serta kebutuhan akan harga diri.

Kelompok pengembangan mencakup kebutuhan aktualisasi diri. Adapun

Mangkunegara (Nursalam dan Efendi, 2008), menjabarkan hierarki

Maslow sebagai berikut.

a) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan akan pemenuhan unsur

biologis. Kebutuhan ini berupa: kebutuhan makan, minum, bernapas,

seksual, dan sebagainya. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang

paling mendasar.

b) Kebutuhan akan rasa aman, yaitu kebutuhan perlindungan dari

ancaman dan bahaya lingkungan.

c) Kebutuhan akan kasih sayang dan cinta, yaitu kcbutuhan untuk

ditcrima dalam kclompok,berafiliasi, berinteraksi, mencintai, dan

dicintai.

d) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebuluhan untuk dihormati dan

dihargai.

Page 11: bESOKNAH  lagi

11

e) Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kcbutuhan untuk menggunakan

kemampuan (skill) danpotensi, scrla bcrpendapat dcngan

mcngemukakan pcnilaian dan kritik tcrhadap sesuatu.

Aktualisasi diri

Harga diri

Kasih sayang

Rasa aman

FisioLogi

Figur H 1.Bagan hierarki kebutuhan menurut Abraham A.Maslow

(Mangkunegara dalam Nursalam dan Efendi, 2008).

2) Teori ERG (Alderfer's ERG Theory)

Teori ERG (existence, relatedness, and growth), dikembangkan

oleh Clayton Alderfcr. Menurut teori ini, komponen existence adalah

mempertahankan kebutuhan dasar dan pokok manusia. Mempertahankan

eksistensi merupakan kebutuhan setiap manusia unluk menjadi terhormat.

Hampir sama dengan teori Maslow, kebutuhan dasar manusia selain

kebutuhan fisiologis juga tcrdapat kebutuhan akan keamanan yang

merupakan komponen existence. Relatedness tercermin dari sifat manusia

sebagai insan sosial yang ingin berafiliasi, dihargai, dan diterima oleh

lingkungan sosial. Growth lebih menekankan kepada keinginan seseorang

untuk tumbuh dan berkembang, mengalami kemajuan dalam kehidupan,

Page 12: bESOKNAH  lagi

12

pekerjaan dan kemampuan, serta mengaktualisasikan diri (Siagian dalam

Nursalam dan Efendi, 2008).

3) Teori Motivasi Dua Faklor (Frederick Herzbeg's Two Factors Theory)

Herzberg, seorang psikolog yang berusaha mengembangkan

kebenaran teorinya, mclakukan penelitian kepada sejumlah pekerja untuk

menemukan jawaban dari: "Apa yang sebenarnya diinginkan seseorang

dari pckcrjaannya?" Timbulnya keinginan Herzbeg untuk meneliti adalah

karena adanya keyakinan bahwa terdapat hubungan yang mendasar antara

seseorang dengan pekerjaannya. Oleh karena itu, sikap seseorang

terhadap pekerjaannya akan sangat menentukan tingkat keberhasilan dan

kegagalannya (Siagian dalam Nursalam dan Efendi, 2008).

Dalam teori motivasi tcrdapat dua faktor yang mendasari motivasi

pada kepuasan atau ketidakpuasan kerja dan faktor yang

melatarbelakanginya. Pertama faktor pemeliharaan (maintenance factors)

yang juga disebut dissatisfies, hygiene factors, job context, dan extrinsic

factors. Faktor pemeliharaan meliputi administrasi dan kebijakan

perusahaan, hubungan dengan subordinat, kualitas pengawasan, upah,

kondisi kerja, dan status. Faktor lainnya adalah faktor pemotivasi

(motivational factors) yang disebut pula satisfies motivators, job content,

atau intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan,

kemajuan, work it-self, kesempatan berkembang, dan tanggung jawab

(Mangkunegara dalam Nursalam dan Efendi, 2008).

Page 13: bESOKNAH  lagi

13

4) Teori Motivasi Berprestasi (n-ach oleh David McClelland)

Seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya

kebutuhan untuk berprestasi.Motivasi merupakan fungsi dari tiga variabel,

yaitu (1) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, (2) persepsi

tentang nilai tugas, dan (3) kebutuhan untuk sukses.

Kebutuhan berprestasi ini bersifat intrinsik dan relatif stabii.

Orang dengan n-ach yang tinggi dicirikan dengan keinginan tinggi untuk

menyelesaikan tugas dan meningkatkan penampilan mereka, menyukai

tantangan, di mana hasil kerja mereka akan dibandingkan dengan prestasi

orang lain.

Orang dengan n-ach yang tinggi menyukai tantangan yang sedang,

realistis, dan tidak berspekulasi. Mereka tidak menyukai pekerjaan yang

mudah dan yang mereka yakini sangat sulit untuk diselesaikan dengan

baik. Keberhasilan mengerjakan tugas menjadi aspirasi mereka untuk

mengerjakan tantangan yang lebih sulit. Hal ini bertolak belakang pada

orang dengan n-ach yang rendah. Tugas yang sangat mudah akan mereka

kerjakan, karena sangat yakin tugas tersebut dapat diselesaikan dengan

baik. Sebaliknya, tugas yang sangat sulit justru gagal dikerjakan, tidak

membawa arti apa pun, karena sejak semula sudah dikctahui bahwa tugas

tersebut akan gagal dikerjakan.

b. Teori Proses Motivasi

Teori proses motivasi terdiri alas teori penguatan, teori pengharapan,

teori keadilan, dan teori penetapan tujuan.

Page 14: bESOKNAH  lagi

14

1) Teori Penguatan (Skinner's Reinforcement Theorj)

Skinner mengemukakan suatu teori proses motivasi yang disebut

operant conditioning. Pembelajaran timbul sebagai akibat dari perilaku,

yang juga disebut modifikasi perilaku. Perilaku merupakan operant, yang

dapat dikendalikan dan diubah melalui penghargaan dan hukuman.

Perilaku positif yang diinginkan harus dihargai atau diperkuat, karena

penguatan akan memberikan motivasi, meningkatkan kekuatan dari suatu

respons alau menyebabkan pengulangannya.

2) Teori Pengharapan (Victor H. Vroom’s Expectancy Theory)

Teori harapan dikembangkan oleh Vroom yang diperluas oleh

Porter dan Lawler. Inti dari teori harapan terletak pada pendapat yang

mengemukakan bahwa kuatnya kecenderungan seseorang bertindak

bergantung pada harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu

hasil tertentu dan terdapat daya tarik pada hasil tersebut bagi orang yang

bersangkutan.

3) Teori Keadilan (Adam's Equity Theory)

Teori keadilan yang dikembangkan oleh Adam didasari pada

asumsi bahwa puas atau tidaknya seseorang terhadap apa yang

dikerjakannya merupakan hasil dari membandingkan antara input usaha,

pengalaman, skill, pendidikan, dan jam kerjanya dengan output atau hasil

yang didapatkan dari pekerjaan tersebut (Mangkunegara dalam Nursalam

dan Efendi, 2008).

Page 15: bESOKNAH  lagi

15

4) Teori Penelapan Tujuan (Edwin Locke's Theory)

Dalam teori ini, Edwin Locke mengemukakan kesimpulan bahwa

penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh terhadap pekerjaan saja,

tetapi juga memengaruhi orang tersebut untuk mencari cara yang efektif

dalam mengerjakannya (Mangkunegara dalam Nursalam dan Efendi,

2008). Kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam

melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang tinggi. Tujuan

yang sulit sekalipun apabila ditetapkan sendiri oleh orang yang

bersangkutan atau organisasi yang membawahinya akan mmbuat prestasi

yang meningkat, asalkan dapat diterima sebagai tujuan yang pantas dan

layak dicapai (Siagian dalam Nursalam dan Efendi, 2008).

4. Aspek-aspek yang dapat Mempengaruhi Motivasi Kerja

Aspek-Aspek yang mempengaruhi motivasi kerja menurut Gomez

(2012), terdiri dari aspek individual dan aspek organisasi.

a. Aspek individual, yaitu

1) Kebutuhan-kebutuhan (need) yang diartikan bahwa motivasi kerja

karyawan didorong oleh adanya pemenuhan perusahaan terhadap

kebutuhan yang diperlukan karyawan.

2) Tujuan-tujuan (goals) yang menunjukkan motivasi kerja karyawan oleh

adanya pencapaian tujuan yang diinginkan oleh karyawan terkait dengan

pekerjaannya.

Page 16: bESOKNAH  lagi

16

3) Kemampuan (abilities) yaitu motivasi kerja karyawan oleh adanya

keseuaian kemampuan yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaannya.

b. Aspek organisasi terdiri dari faktor

1) Keamanan kerja (pay) dimana karyawan akan lebih termotivasi oleh

adanya kesesuaian gaji maupun bonus dengan keterampilan dan

kemampuan karyawan.

2) Keamanan kerja (job security) yang menunjukkan motivasi kerja

karyawan dapat didorong oleh adanya pemberian jaminan keamanan, baik

jaminan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja maupun jaminan hari

tua.

3) Hubungan antar pekerja (co-worker) yaitu adanya hubungan kerja dengan

sesama rekan kerja yang baik akan semakin memotivasi karyawan dalam

bekerja pada organisasi.

4) Pengawasan (supervisor) yang menunjukkan motivasi kerja dalam diri

karyawan oleha adanya pengawasan dari atasan sesuai dengan yang

diharapkan.

5) Pujian (praise) yang menunjukkan motivasi kerja dalam diri karyawan

oleh adanya dukungan dan penghargaan atas prestasinya kerja dari atasan

Pekerjaan itu sendiri (job itself) yaitu memotivasi karyawan untuk bekerja

yang didorong oleh karakteristik pekerjaan yang dijalani saat ini.

Page 17: bESOKNAH  lagi

17

Carlaw, Deming & Friedman (2003) menyatakan bahwa yang menjadi

ciri-ciri semangat kerja yang tinggi adalah sebagai berikut :

a. Tersenyum dan tertawa

Senyum dan tawa mencerminkan kebahagiaan individu dalam bekerja.

Walaupun individu tidak memperlihatkan senyum dan tawanya, tetapi di

dalam dirinya individu merasa tenang dan nyaman bekerja serta menikmati

tugas yang dilaksanakannya.

b. Memiliki inisiatif

Individu yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan memiliki kemauan

diri untuk bekerja tanpa pengawasan dan tanpa perintah dari atasan.

c. Berfikir kreatif dan luas

Individu mempunyai ide-ide baru, dan tidak mempunyai hambatan untuk

menyalurkan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas.

d. Menyenangi apa yang sedang dilakukan

Individu lebih fokus terhadap pekerjaan daripada memperlihatkan gangguan

selama melakukan pekerjaan.

e. Tertarik dengan pekerjaannya.

Individu menaruh minat pada pekerjaan karena sesuai keahlian dan

keinginannya.

f. Bertanggung jawab

Individu bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaan.Memiliki

kemuan bekerja sama Individu memiliki kesediaan untuk bekerja sama

Page 18: bESOKNAH  lagi

18

dengan individu yang lain untuk mempermudah atau mempertahankan

kualitas kerja.

g. Berinteraksi dengan atasan

Individu berinteraksi dengan atasan dengan nyaman tanpa ada rasa takut dan

tertekan.

B. Kohesivitas

1. Definisi Kohesivitas

Mcshane & Glinow (2010) mengatakan kohesivitas merupakan perasaan

daya tarik individu terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama

kelompok dimana hal tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan

kelompok. Karyawan merasa kompak adalah ketika mereka percaya kelompok

mereka akan membantu mereka menyelesaikan tujuan mereka, saling mengisi

kebutuhan mereka, atau memberikan dukungan sosial selama masa krisis.

Robbins (2013) menyatakan bahwa kohesivitas adalah sejauh mana

anggota merasa tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap berada dalam

kelompok tersebut. Misalnya, karyawan suatu kelompok kerja yang kompak

karena menghabiskan banyak waktu bersama, atau kelompok yang berukuran

kecil menyediakan sarana interaksi yang lebih intensif, atau kelompok yang telah

berpengalaman dalam menghadapi ancaman dari luar menyebabkan anggotanya

lebih dekat satu sama lain.

Gibson (2012) mengungkapkan bahwa kohesivitas adalah kekuatan

ketertarikan anggota yang tetap pada kelompoknya dari pada terhadap kelompok

Page 19: bESOKNAH  lagi

19

lain. Mengikuti kelompok akan memberikan rasa kebersamaan dan rasa semangat

dalam bekerja.

Forsyth (2011) menyatakan bahwa kohesivitas merupakan kesatuan yang

terjalin dalam kelompok, menikmati interaksi satu sama lain, dan memiliki waktu

tertentu untuk bersama dan di dalamnya terdapat semangat kerja yang tinggi.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kohesivitas

kelompok kerja merupakan daya tarik emosional sesama anggota kelompok kerja

dimana adanya rasa saling menyukai, membantu, dan secara bersama-sama saling

mendukung untuk tetap bertahan dalam kelompok kerja dalam mencapai satu

tujuan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kohesivitas

Menurut McShane & Glinow (2010) faktor yang mempengaruhi

kohesivitas, yaitu :

a. Adanya Kesamaan

Kelompok kerja yang homogen akan lebih kohesif dari pada kelompok kerja

yang heterogen. Karyawan yang berada dalam kelompok yang homogen

dimana memiliki kesamaan latar belakang, membuat mereka lebih mudah

bekerja secara objektif, dan mudah menjalankan peran dalam kelompok.

b. Ukuran Kelompok

Kelompok yang berukuran kecil akan lebih kohesif dari pada kelompok yang

berukuran besar karena akan lebih mudah untuk beberapa orang untuk

mendapatkan satu tujuan dan lebih mudah untuk melakukan aktifitas kerja.

c. Adanya interaksi

Page 20: bESOKNAH  lagi

20

Kelompok akan lebih kohesif bila kelompok melakukan interaksi berulang

antar anggota kelompok.

d. Ketika ada masalah

Kelompok yang kohesif mau bekerja sama untuk mengatasi masalah.

e. Keberhasilan kelompok

Kohesivitas kelompok kerja terjadi ketika kelompok telah berhasil memasuki

level keberhasilan. Anggota kelompok akan lebih mendekati keberhasilan

mereka dari pada mendekati kegagalan.

f. Tantangan

Kelompok kohesif akan menerima tantangan dari beban kerja yang diberikan.

Tiap anggota akan bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan, bukan

menganggap itu sebagai masalah melainkan tantangan.

3. Dimensi Koesivitas Kelompok

Forsyth (2011) mengemukakan bahwa ada empat dimensi kohesivitas, yaitu :

a. Kekuatan sosial

Keseluruhan dari dorongan yang dilakukan oleh individu dalam kelompok

untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang menjadikan anggota

kelompok selalu berhubungan dan kumpulan dari dorongan tersebut membuat

mereka bersatu.

b. Kesatuan dalam kelompok

Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan

moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap

individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan

Page 21: bESOKNAH  lagi

21

komunitasnya serta memiliki perasaan kebersamaan. individu dalam

kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya

serta memiliki perasaan kebersamaan.

c. Daya tarik

Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri

daripada melihat dari anggotanya secara spesifik.

d. Kerja sama kelompok

Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk

mencapai tujuan kelompok.

C. Hubungan Kohesivitas Dengan Motivasi Kerja Karyawan

Salah satu dorongan karyawan untuk bertahan dalam suatu kelompok pada

suatu organisasi adalah karena adanya kohesivitas dalam kelompok kerja. Sudah

menjadi sifat dasar berinteraksi dan saling membantu satu sama lain, karena itulah

karyawan menginginkan kebersamaan dalam bekerja di organisasi (Jakson, 2006).

Untuk memenuhi kebutuhan karyawan ini, perusahaan perlu memperhatikan

tingkah laku karyawan. Bila masing-masing karyawan melakukan pekerjaan dengan

rasa kebersamaan maka akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan karyawan

lebih nyaman dalam bekerja. (Jewell, 1999).

Pengertian kohesivitas kelompok kerja adalah perasaan daya tarik individu

terhadap kelompok dan motivasi mereka untuk tetap bersama kelompok dimana hal

tersebut menjadi faktor penting dalam keberhasilan kelompok. Karyawan merasa

kohesif adalah ketika mereka percaya kelompok mereka akan membantu mereka

Page 22: bESOKNAH  lagi

22

menyelesaikan tujuan mereka, saling mengisi kebutuhan mereka, atau memberikan

dukungan sosial selama masa krisis (Mcshane & Glinow, 2010),

Kelompok yang kohesivitasnya rendah tidak memiliki ketertarikan pada

anggota kelompok kerjanya. Berbeda dengan kohesivitasnya tinggi sangat

mempengaruhi keefektifan dan penilaian kelompok kerja, ikut berpartisipasi dalam

kelompok kerja, sehingga akan timbul rasa kebersamaan (Gibson, 2012).

Kohesivitas kelompok kerja yang terjalin dalam kelompok kerja dapat

meningkatkan motivasi kerja karyawan, karena anggota kelompok menikmati

interaksi satu sama lain dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Forsyth

(2011) yang menyebutkan bahwa yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan

adalah kohesivitas kelompok kerja.

Adapun kerangka pikir hubungan kohesivitas kerja dengan motivasi kerja

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2: Kerangka Pikir Hubungan Kohesivitas dengan Motivasi Kerja Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera

Karyawan

Kohesivitas Kekuatan sosial Kesatuan dalam kelompok Daya tarik Kerja sama kelompok

Tinggi Rendah

Motivasi kerja

Motivasi kerja

Produktivitas Karyawan

Tinggi Rendah

Page 23: bESOKNAH  lagi

23

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini adalah: “Ada Hubungan kohesivitas dengan motivasi kerja karyawan”.

Hipotesis ini mengandung pengertian bahwa apabila kohesivitas kelompok kerja

karyawan semakin tinggi, akan menyebabkan motivasi kerja karyawan semakin

tinggi, dan begitu sebaliknya.

Page 24: bESOKNAH  lagi

24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Masalah yang harus dipecahkan harus diidentifikasi, dipilih dan dirumuskan

dengan tepat untuk menguji hipotesis penelitian. Identifikasi variabel-variabel yang

ingin diukur dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Y: Motivasi kerja

2. Variabel X: Kohesivitas kelompok kerja

B. Definisi Operassional Variabel Penelitian

1. Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah dorongan kehendak dalam diri yang menumbuhkan

keinginan yang akan mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas di

dalam lingkungan kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi

meningkatkan produktivitas kerja. Dalam penelitian ini motivasi kerja akan

diukur dengan skala motivasi kerja berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan

oleh Carlaw, Deming & Friedman (2003) yaitu memiliki inisiatif, berfikir kreatif

dan luas, menyenangkan apa yang sedang dilakukan, bertanggung jawab,

ketergantungan, pengembangan dan afiliasi.

Skor total yang diperoleh pada skala motivasi kerja menggambarkan

semangat kerja karyawan. Semakin tinggi skor skala motivasi kerja yang

diperoleh karyawan, menunjukkan semakin tinggi motivasi kerja karyawan.

24

Page 25: bESOKNAH  lagi

25

Sebaliknya, semakin rendah skor skala motivasi kerja yang diperoleh karyawan

menunjukkan semakin rendah motivasi kerja karyawan.

2. Kohesivitas Kelompok Kerja

Kohesivitas kelompok kerja merupakan daya tarik emosional sesama

anggota kelompok kerja dimana adanya rasa saling menyukai, membantu, dan

secara bersama-sama saling mendukung untuk tetap bertahan dalam kelompok

kerja dalam mencapai satu tujuan. Dalam penelitian ini kohesivitas kelompok

kerja kemudian diukur dengan menggunakan skala kohesivitas kelompok kerja

bedasarkan dimensi kohesivitas yang dikemukakan oleh Forsyth (2011) yaitu

kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok.

Skor total yang diperoleh pada skala kohesivitas kelompok kerja

menggambarkan kohesivitas kelompok kerja. Semakin tinggi skor skala

kohesivitas kelompok kerja yang diperoleh karyawan, menunjukkan semakin

tinggi kohesivitas kelompok kerja karyawan. Sebaliknya, semakin rendah skor

skala kohesivitas kelompok kerja yang diperoleh karyawan menunjukkan

semakin rendah kohesivitas kelompok kerja kerja karyawan.

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan suatu universe, yakni wilayah generalisasi yang

terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu, yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

simpulannya (Azwar, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Page 26: bESOKNAH  lagi

26

karyawan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera yang berjumlah 147. Karakteristik

populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di

Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera Cabang Makassar.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang sengaja dipiliholeh peneliti

untuk diamati, sehingga sampel ukurannya lebih kecil dibandingkan populasi

dan berfungsi sebagai wakil dari populasi (Azwar, 2012). Cara pengambilan

sampel adalah dengan menggunakan metode random sampling yaitu suatu

metode pemilihan sampel dari populasi. Sampel akan dimbil secara ajak yang

dapat mewakili popilasi, dan jumlah sampel yang akan diambil adalah 50 orang.

D. Teknik Penggumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode pengambilan data dengan skala psikologis atau disebut dengan metode skala.

Ada dua buah skala yang digunakan yaitu skala kohesivitas kelompok kerjadanskala

motivasi kerja.

1. Skala Kohesivitas Kerja

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kohesivitas keompok kerja

adalah Skala Kohesivitas Kelompok Kerja yang dirancang oleh peneliti

berdasarkan dimensi kohesivitas kelompok yang dikemukakan oleh Forsyth

(2011), yaitu:

a. Kekuatan sosial

b. Kesatuan dalam kelompok

Page 27: bESOKNAH  lagi

27

c. Daya tarik

d. Kerja sama kelompok

Model Skala Kohesivitas Kelompok Kerja dibuat berdasarkan model

Skala Likert. Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan dengan empat alternatif

jawaban yang terdiri dari: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan

Sangat Tidak Setuju (STS). Subjek penelitian akan diminta kesesuaian dan

ketidaksesuaian dirinya dengan pernyataan yang ada pada skala ini. Setiap aspek

diuraikan ke dalam butir pernyataan yang mengungkap semangat kerja. Skala

yang disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung dan tidak mendukung.

Nilai setiap pilihan bergerak dari 1-4. Bobot penilaian untuk pernyataan

mendukung yaitu: SS=4, S=3, TS=2, STS=1, sedangkan bobot penilaian untuk

pernyataan tidak mendukung yaitu: SS=1, S=2, TS=3, STS=4.

2. Skala Motivasi Kerja

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur semangat kerja adalah

berdasarkan pada ciri-ciri orang yang memiliki motivasi kerja tinggi yang

dikemukakan Carlaw, Deming & Friedman (2003) yaitu:

a. Memiliki inisiatif

b. Berfikir kreatif dan luas

c. Menyenangi apa yang sedang dilakukan

d. Bertanggung jawab

Model skala semangat kerja yang dibuat berdasarkan model Skala Likert.

Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan dengan empat alternatif jawaban

yang terdiri dari: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat

Page 28: bESOKNAH  lagi

28

Tidak Setuju (STS). Subjek penelitian akan diminta kesesuaian dan

ketidaksesuaian dirinya dengan pernyataan yang ada pada skala ini. Setiap aspek

diuraikan ke dalam butir pernyataan yang mengungkap motivasi kerja.Skala yang

disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung dan tidak mendukung.Nilai

setiap pilihan bergerak dari 1-4. Bobot penilaian untuk pernyataan mendukung

yaitu: SS=4, S=3, TS=2, STS=1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan

tidak mendukung yaitu: SS=1, S=2, TS=3, STS=4.

E. Uji Validitas dan Reliabitas Instrumen Penelitian

1. Validitas

Validitas adalah pertimbangan yang paling utama dalam mengevaluasi

kualitas tes sebagai instumen ukur (Azwar, 2012). Konsep validitas mengacu

kepada kelayakan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan inferensi tertentu yang

dibuat berdasarkan skor hasil tes yang bersangkutan.

Selanjutnya uji validitas yang digunakan adalah validitas konstrak yang

bertujuan untuk mengukur seberapa jauh aitem-aitem teks mampu mengukur apa

yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan defenisi konsep yang telah

diberikan (Azwar, 2012).

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalh pengukuran yang mampu menghasilkan data yang memiliki

tingkat reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

Page 29: bESOKNAH  lagi

29

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subjek memang belum brubah (Azwar, 2012).

Selanjutnya reliabilitas yang akan dilakukan pada penelitian ini, dilakukan

dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Cronbach Alpha dengan rentang 0

sampai 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti

semakin tinggi realibilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah akan

mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya

F. Metode Analisis Data

Analisis data yang kemudian akan digunakan untuk melihat pengaruh

kohesivitas kelompok kerja terhadap motivasi kerja karyawan Asuransi Jiwa

Bersama Bumiputera. Cara perhitungannya akan dibantu dengan menggunakan

program SPSS versi 17.0

Page 30: bESOKNAH  lagi

30

DAFTAR PUSTAKA

Agrivina, Maya Nuriyah. 2012. Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT Megah Nusantara Perkasa Cibinong-Bogor (Skripsi). Bandung: Univerisitas Pendidikan Indonesia.

Azwar, S. 2012 Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2012 Reliabilitas dan Validitas (Edisi ke 4), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Carlaw, Deming & Friedman (2003). Managing & Motivating Contract Center Employees. USA:McGraw-Hill.

Forsyth. 2011. Group Dynamics. United State: Wadswood.

Gibson. 2012. Organizations. New York: McGraw.

Gomez. 2012. Human Dignity and Managerial Responsibility. Englangd: Gower Publising Company.

Halsey, G. (2003). Supervising People (terjemahan). Jakarta : Rineka Cipta.

Henry. 2009. Hubungan Motivasi kerja dan organisasi budaya terhadap produktifitas Kerja. Thesis. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia

Henri, Adolf. 2009. Motivasi Kerja, Budaya Organisasi dan Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal Psikologi Volume 2, No 2 tahun 2009.

Hermansyah, Rudi. 2012. Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja (Performance Appraisal)Terhadap Motivasi Kerja: Studi Persepsional pada Karyawan CV. Jaya Mekanotama Bandung (Skripsi). Bandung: Univerisitas Pendidikan Indonesia.

Jakson.2006. Managemen Sumber Daya Makassar. Jakarta: Salemba Medika.

Jewwl, L. 1998. Comtemporary Industrial/Organization Psycology.United State Of Amerika. Bookorg Publishing Company.

Page 31: bESOKNAH  lagi

31

Khairawati.2010. Analisi Pengaruh Motivasi Kerja dan Kompensasi Tidak langsung Terhadap Kinerja Dosen Universitas Malisuroah di Loksumawe (Thesis). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Khan, G.N. (1995).36 Kesalahan Terbesar Para Penjual dan Cara Membetulkannya. Yakarta: PT Gramedia.

Kosen, S. (1993).Aspek Manusia dan Organisasi.Jakarta: Erlangga.

McScane dan Glinow, Con. 2010.Organizational Behavior.New York; McGraw.

Mulianto. 2006. Panduam Lengkap Supervisi. Jakarta: Gramedia.

Nijstad. 2009. Group Performance. New York: Psycology Press.

Nursalam, Effendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Salemba: Medika.

Robbins, P. 2002. Essentials of Organization Behavior.United State: Printice Hall.

______________. 2013. Organizational Behavior.United State: Pearson Organizational.

Salim, A. (2000). Asuransi dan Manajemen Resiko. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukendar, A (2004). Pengaruh Pelaksanaan Pengembangan Karier Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional Kantor Cabang Bandung [on line]. http://www.209.85.175.104/ search?q=cache:gdhyre8OvzsJ:digilib.itb.ac.id/gdl.php%3Fmod%3Dbrowse%26o%3Dread%26id%3Djbptunikompp-gdl-s1-2004-agussukend579+pengaruh+semangat+kerja&hl=en&ct=clnk&cd=22.htmUmar, Husain. 2003. Business an Introduction. Jakarta: Gramedia.

Trihapsari & Nashori &. 2011. Kohesivitas Kelompok dan Komitmen Organisasi Pada Financial Advisor Asuransi “X” Yogyakarta. Proyeksi, Vol. 6 (2) 2011, 12-20.