23
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Status Pendidikan : MA HASYIM ASY’ARI Kelas / Semester : XI / Ganjil Mata pelajaran : Aqidah Akhlak Jumlah Pertemuan : 2 kali pertemuan (2 x 45 menit) Standar kompetensi : 1. Memahami ilmu kalam Kompetensi Dasar : 1.3. Menerapkan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah. Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran ( 4 x 45 menit ) A. Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu : 1. Menjelaskan tokoh-tokoh dalam ilmu kalam. 2. Mendeskripsikan sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah. 3. Memahami ilmu kalam dalam mempertahankan akidah 4. Mengetahui ilmu kalam dalam mempertahankan akidah. B. Materi Ajar : Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah. C. Metode : Ceramah Tanya Jawab Diskusi kelompok Inkuiri Pengamatan Penugasan D. Langkah-langkah pembelajaran : Kegiatan Waktu Aspek life

Aqidah Lagi Dan Lagi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aqidah

Citation preview

Page 1: Aqidah Lagi Dan Lagi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN( R P P )

Status Pendidikan : MA HASYIM ASY’ARI

Kelas / Semester : XI / Ganjil

Mata pelajaran : Aqidah Akhlak

Jumlah Pertemuan : 2 kali pertemuan (2 x 45 menit)

Standar kompetensi : 1. Memahami ilmu kalam

Kompetensi Dasar : 1.3. Menerapkan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah.

Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran ( 4 x 45 menit )

A. Tujuan Pembelajaran :

Siswa mampu :

1. Menjelaskan tokoh-tokoh dalam ilmu kalam.

2. Mendeskripsikan sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah.

3. Memahami ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

4. Mengetahui ilmu kalam dalam mempertahankan akidah.

B. Materi Ajar : Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah.

C. Metode :

Ceramah

Tanya Jawab

Diskusi kelompok

Inkuiri

Pengamatan

Penugasan

D. Langkah-langkah pembelajaran :

Kegiatan WaktuAspek life skill

yang dikembangkan

Pertemuan ke pertama (ke 1) ( 4 x 45 Menit )

1. Kegiatan Awal :

Apersepsi dan Motivasi :

o Memberikan salam pembuka

o Menanyakan kepada siswa tentang

Pemahaman Konsep

Page 2: Aqidah Lagi Dan Lagi

Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

o Memotivasi siswa untuk mempelajari Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

2. Kegiatan inti

o Tanya jawab awal tentang Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

o Guru memberikan ilustrasi tentang Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

o Guru menyebutkan sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah.

o Mendiskusikan dalam kelompok tentang Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

o Siswa mempresentasi hasil diskusi kelompok tentang Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah.

3. Kegiatan penutup.

o Guru mengajak siswa dan siswa edor untuk membuat kesimpulan tentang Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

o Guru memberikan tes secara lisan tentang Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

o Memberikan salam penutup

Pertemuan ke dua (ke 2 ) ( 4 x 45 Menit )

1. Kegiatan Awal :

Apersepsi dan Motivasi :

o Memberikan salam pembuka

o Menanyakan kepada siswa tentang

Page 3: Aqidah Lagi Dan Lagi

tokoh-tokoh dalam ilmu kalam

o Memotivasi siswa untuk mempelajari sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah

2. Kegiatan inti

o Tanya jawab awal tentang tokoh-tokoh dalam ilmu kalam.

o Guru memberikan ilustrasi tentang tokoh-tokoh dalam ilmu kalam.

o Guru menyebutkan sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah.

o Mendiskusikan dalam kelompok tentang sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah

o Siswa mempresentasi hasil diskusi kelompok tentang sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah.

3. Kegiatan penutup.

o Guru mengajak siswa dan siswa edor untuk membuat kesimpulan tentang sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah.

o Guru memberikan tes secara lisan tentang sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah.

o Memberikan salam penutup

E. Sumber Belajar :

Internet dan Intranet

Buku paket Aqidah Akhlak yang relevan

LKS Aqidah Akhlak

LCD

Dll

Page 4: Aqidah Lagi Dan Lagi

F. Penilaian :

Indikator Pencapaian Kompetensi

Teknik Penilaian

Bentuk Penilaian

Contoh Instrumen

Menyebutkan tokoh-tokoh dalam ilmu kalam

Tugas kelompok

Uraian Sebutkan tokoh-tokoh dalam ilmu kalam ?

Menunjukkan sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah

Tes Tulis Uraian Sebutkan sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah ?

MenghetahuiKepala Madrasah

Moh. Dimyanto, S. Ag

Guru Mapel Akidah Akhlak

Siti Shofiyah

Page 5: Aqidah Lagi Dan Lagi

S I L A B U S

Nama Sekolah : Madrasah Aliyah

Mata Pelajartan : Aqidah Akhlaq

Kelas / Semester : XI / Ganjil

Standar Kompetensi : 1. Memahami ilmu kalam

KOMPETENSI DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

PENILAIAN

1.1. Menjelaskan pengertian dan fungsi ilmu kalam

Pengertian dan fungsi ilmu kalam

Menjelaskan pengertian ilmu kalam

Mendiskusikan fungsi ilmu kalam

Membaca referensi yang terkait dengan sejarah munculnya ilmu kalam

1.1.1.Mendefnisikan pengertian ilmu kalam

1.1.2.Menjelaskan fungsi ilmu kalam

1.1.3.Menelusuri sejarah munculnya ilmu kalam

Penilaian kinerja (sikap dan praktek) dan blok tes

1.2. Menjelaskan hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnya.

Hubungan ilmu kalam dengan ilmu lainnya.

Mendiskusikan masalah pokok ilmu kalam

Menelusuri latar belakang ilmu kalam

Mendiskusikan masalah pokok yang diperdebatkan dalam ilmu kalam

1.2.1. Menyebutkan masalah pokok ilmu kalam

1.2.2. Menjelaskan latar belakang ilmu kalam

1.2.3. Menjelaskan masalah pokok yang diperdebatkan dalam ilmu kalam

Penilaian kinerja (sikap dan praktek) dan blok tes

Page 6: Aqidah Lagi Dan Lagi

KOMPETENSI DASAR

MATERI PEMBELAJARAN

KEGIATAN PEMBELAJARAN

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

PENILAIAN

1.3. Menerapkan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

Penerapan ilmu kalam dalam mempertahankan akidah

Menjelaskan tokoh-tokoh dalam ilmu kalam

Mendemonstrasikan sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah

1.3.1. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam ilmu kalam

1.3.2. Menunjukkan sikap tokoh ilmu kalam dalam mempertahankan aqidah

Penilaian kinerja (sikap dan praktek) dan blok tes

Page 7: Aqidah Lagi Dan Lagi

..............., .................. 20...

Mengetahui,Guru Mapel Aqidah Akhlak

Kepala Madrasah Aliyah

___________________ ______________________

NIP.

Ilmu Kalam

A. PENGERTIAN ILMU KALAM 

Secara Etimologi kalam berarti "pembicaraan", yaitu pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Jadi ciri-ciri utama Ilmu Kalam itu adalah rasionalitas dan logis. Kata kalam pada awalnya memang dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata "logos" yang diadopsi dari bahaa Yunani yang berarti "pembicaraan". Dari kata inilah muncul istilah logika dan logis yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan istilah mantiq, sehingga ilmu logika (khususnya logika formal/sillogisme) dinamakan mantiq. Karena diadopsi dari bahasa Yunani, maka kerangka pemikiran Yunani memberikan kontribusi yang besar untuk memperkaya Ilmu Kalam.

Secara terminologi KALAM adalah :

Page 8: Aqidah Lagi Dan Lagi

Syekh Muhammad AbduhIlmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang Wujud Allah, sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-Nya dan sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya. Selain itu ilmu kalam juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib pada dirinya, hal-hal jaiz yang dihubungkan kepada diri mereka dan hal-hal terlarang yang dihubungkan kepada diri mereka .

Ibnu KhaldunIlmu Kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan untuk mempertahankan kepercayan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyelewengkan kepercayaan salaf dan ahli sunah.

B. FUNGSI ILMU KALAM

Sebagian ketentuan agama tidak mungkin diyakini, kecuali melalui akal, seperti  : 1.    Mengetahui tentang adanya Allah dan kodrat-Nya untuk mengutus para rasul.2.    Mengetahui tentang ilmu-Nya mengenai apa yang diwahyukan-Nya kepada para rasul.3.    Mengetahui tentang iradat-Nya yg mutlak untuk menentukan siapa yang akan menjadi

rasul.4.    Mengetahui tentang segala sesuatu yang bersangkut paut dengan pengertian

kerasulan,       termasuk  membenarkan adanya rasul

Agama datang untuk mengatasi paham dan pengertian manusia yang berakal, Mustahil jika agama membawa sesuatu yang bertentangan dengan akal dan logika. Al-Qur’an telah mempertemukan akal dengan agama yang merupakan kitab Allah terakhir sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Untuk menumbuhkan tauhid perlu dihadirkan dalil akal sebagai argumen yang mudah dicerna oleh akal manusia.

Ilmu tauhid sedikit sekali mendasarkan pendapatnya kepada Al-Qur’an dan Hadits, kecuali ketetapan pokoknya. Kemudian orang berpindah kepada pembicaraan masalah yang lebih menyerupai furuk (cabang), walaupun cabang itu dipandang sebagai pokok bagi apa-apa yang datang kemudian. Kehadiran Ilmu Kalam sebagai tawaran pemikiran ke-Tuhan-an yang memberikan dalil tentang pokok agama, lebih menyerupai logika sebagaimana ahli pikir dalam menjelaskan hujjah pendiriannya

C. HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN ILMU LAINNYA

Ilmu Kalam dikenal sebagai Ilmu yang berdiri sendiri, yaitu pada masa Khalifah Al-Ma’mun (813-833) dari Bani Abasiyah. Dinamakan dengan Ilmu Kalam karena :

1. Pembicaraan yang terpenting pada abad-abad permulaan hijriah adalah “apakah kalam Allah (al-Qur’an) itu qadim atau hadits”. Karena itu Ilmu Kalam adalah salah satu bagian terpenting dari keseluruhannya.

2.   Dasar-dasar Ilmu Kalam adalah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil pikiran yang tampak jelas dalam pembicaraan para mutakallimin. Mereka jarang mempergunakan

Page 9: Aqidah Lagi Dan Lagi

dalil naqli (al-Qur’an dan Hadits), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan terlebih dahulu berdasarkan dalil-dalil pikiran.Ada beberapa macam sebutan untuk Ilmu Kalam, yaitu :

1.   Ilmu Tauhid, karena membahas tentang Allah yang meliputi sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan bagi-Nya dan sifat-sifat yang sama sekali tidak wajib bagi-Nya. Di samping itu juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kerasulan mereka, hal-hal yang wajib pada diri mereka, hal-hal yang dikaitkan kepada mereka dan hal-hal terlarang yang berkaitan dengan mereka. Tujuan Ilmu Tauhid adalah untuk memantapkan keyakinan, kepercayaan dan kemantapan hati yang didasarkan wahyu Allah.

2. Ilmu Ushuluddin, yaitu pokok-pokok kepercayaan terpenting yg menjadi pembahasannya adalah ketauhidan, kenabian dan kepercayaan pada akhirat. Tujuan Ilmu Ushuluddin adalah  untuk memurnikan keesaan Allah. Ilmu ini menempati kedudukan yang sangat penting di antara ilmu-ilmu keislaman lainnya. Hal itu disebabkan objek kajiannya adalah kepercayaan pokok dalam Islam.

3. Ilmu Akidah, pokok pembahasan ilmu ini adalah kepercayaan dalam Islam. Akidah merupakan aspek fundamental dalam Islam yang berhubungan dengan keimanan dan kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib. Beberapa istilah yang digunakan seperti akidah, tauhid, ilmu kalam dan teologi terdapat persamaan, yaitu dalam objek yang menjadi pembicaraan atau pembahasan sama-sama membicarakan tentang Allah.

Sedangkan keterkaitan ilmu kalam dengan beberapa ilmu keislaman lainnya adalah :1.  Filsafat Islam,yaitu ilmu retorika dan ilmu tentang cara berdebat yang diadopsi dari

Filsafat Yunani. Bermanfaat untuk memperkuat dalil-dalil kepercayaan Islam dalam menghadapi lawan-lawannya.

2.  Ilmu Fikih, ilmu kalam membicarakan tentang akidah, prinsip-prinsip keyakinan Islam dan keesaan Allah, sementara ilmu fikih membahas tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah, mu’amalah, perkawinan, pidana dan waris.  Di samping itu ilmu fikih juga mengatur tentang amaliah pengabdian seorang hamba kepada Allah dan hubungannya dengan sesama manusia.

3. Ilmu Tasawuf, unsur utama tasawuf adalah penyucian diri dan tujuan akhirnya adalah kebahagiaan dan keselamatan abadi. Dalam membahas masalah ibadah ilmu tasawuf lebih banyak menggunakan perasaan dan latihan kejiwaan, karena dengan cara ini dapat memperbanyak amal ibadah.  Sementara ilmu kalam menggunakan dalil-dalil pikiran yang dimasukkan ke dalam hati nurani untuk membentuk ibadah manusia.

D. METODE PEMBAHASAN ILMU KALAM

Menurut Muhammad Amien sistem mutakallimin dalam membahas ilmu kalam berbeda dengan sistem orang-orang sebelum dan sesudahnya. Sistem Al-Quran mendasarkan seruannya pada fitrah manusia.  Hampir setiap manusia dengan fitrahnya mengakui adanya Tuhan, meskipun bebeda dalam menamakan dan memberi sifat-sifat terhadap Tuhan itu sendiri. Sedangkan Mutakallimin (Ulama Kalam) menggunakan akal untuk mencari Tuhan, tidak puas dengan dogma yang berada di luar jangkauan kekuasaan akal manusia. Dogma akan lumpuh bila bertentangan dengan akal.

Page 10: Aqidah Lagi Dan Lagi

Mengenai nas-nas mutasyabihat, para ulama mutakallimin tidak merasa puas dengan beriman secara ijmal saja tanpa mengadakan takwil. Mereka mengumpulkan nas-nas yang bertentangan, kemudian ditakwilkan.  Mentakwilkan nas-nas itu adalah ciri khusus bagi mutakallimin. Mentakwilkan nas-nas ini memberikan kebebasan pada akal untuk membahas dan memikirkannya dan hal itu akan menimbulkan perbedaan hasil takwil. Mentakwil itu tidak dikenal pada masa Rasulullah Saw.

E. RUANG LINGKUP ILMU KALAM

1. Wujud Tuhan, manusia yang menghargai akal fikirannya dan ingin mempertemukan akal fikiran itu dengan ajaran-ajaran agama, pasti akan mencari bukti-bukti adanya Tuhan. Sebab Tuhan menjadi sumber soal-soal lainnya, seperti keesaan, sifat dan perbuatan-Nya, rasul-rasul dan soal keakhiratan serta masalah lain yang berkaitan dengan keimanan.

2. Ke-Esa-an Tuhan, dalil tentang keesaan Tuhan diantaranya seperti yang dikembangkan oleh filosof muslim Al-Faraby  dalam Teori Urutan Wujud. Menurut Ibn Rusyd, untuk membuktikan keesaan Tuhan menggunakan dalil-dalil syara’ yang ditujukan kepada hati dan fikiran manusia dalam berbagai tingkatannya.

3. Zat dan Sifat Tuhan, dari semua pendapat tentang zat Tuhan, pendapat Muktazilah yang lebih dekat dengan prinsip keesaan dan penyucian Tuhan (tauhid dan tanzih) dan prinsip peniadaan persamaan Tuhan dengan makhluk. Pendapat yang benar dalam soal sifat ialah pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan tanpa membicarakan qadim dan hadisnya.

4. Sifat-sifat Aktif Tuhan , Ulama Kalam tidak sama pendapatnya tentang sifat Tuhan berupa perbuatan, baik tentang definisi maupun tentang qadim hadisnya. Menurut Muktazilah setiap yang bisa ada dan bisa tidak ada, disebut sifat aktiva, seperti menjadikan, memberi rezeki dan berbicara. Menurut aliran Asy’ariyah sifat aktiva ialah sifat yang apabila tidak ada, maka tidak diharuskan adanya sifat-sifat yang berlawanan.

5. Sifat Ilmu Menurut Muktazilah, sifat ilmu adalah qadim dan tidak terkena berubahan. Asy’ariyah berpendapat bahwa manusia tidak bisa mengetahui hakikat ilmu Tuhan. Maturidiyah menetapkan sifat ilmu yang qadim didasarkan atas ayat-ayat al-Qur’an dan dikuatkan dengan dalil akal pikiran yang didapatkan dari tanda-tanda kebijaksanaan Tuhan. Ibn Rasyid menetapkan adanya sifat ilmu yang dapat dibuktikan dengan adanya ketelitian susunan alam ini.

6. Sifat Kalam , Perkataan Tuhan (kalam) adalah apa yang diwahyukan kepada manusia melalui orang-orang pilihan-Nya (rasul dan nabi-nabi). Kalam yang berisi peraturan untuk kebahagiaan manusia, berupa kepercayaan kepada Allah, syari’at dan akhlak. Kesemuanya itu (kalam) dinamakan perkataan Allah, baik dinyatakan dalam bahasa Ibrani maupun bahasa Arab dan dengan cara yang berbeda-beda

7. Kejisiman Tuhan , Kaum Musyabihah dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan adalah Jisim, bahkan seperti manusia, beranggota badan, berarah dan bergerak. Sementara Ulama Kalam menyatakan pula dengan tegas kebalikkannya, Tuhan tidak mungkin berjisim. Manusia tidak dapat mengetahui Allah dan menentukan sifat-sifat-Nya yang sebenarnya. Kecuali dengan menggunakan tasybih (persamaan) dengan makhluk dan tanzih (penyucian). Tuhan tidak pantas berjisim seperti makhluk ciptaan-Nya.

Page 11: Aqidah Lagi Dan Lagi

8. Arah, Muktazilah dengan tegas mengingkari arah bagi Tuhan karena menetapkan arah itu berarti menetapkan tempat bagi-Nya dan menetapkan tempat itu berarti menetapkan kejisiman-Nya. Menurut Asy’ary, pendapat tentang arah Tuhan lebih mendekati kepada penjisiman Tuhan.

9. Rukyat, soal rukyat bertalian erat dengan soal kejisiman dan arah serta menjadi salah satu bahan perselisihan yang penting antara aliran-aliran Islam, meskipun masing-masing aliran mendasarkan pendapatnya pada al-Qur’an. Penyebab utama perselisihan itu adalah perbedaan gambaran terhadap zat Tuhan dan pertalian antara orang yang melihat dan yang dilihat. Dalam alasan Asy’ary dan golongan Asy’ariyah banyak hal yang sukar diterima akal.

10.Keadilan Tuhan, ulama muslim tidak sama pemahamannya terhadap iradah (kemauan/kehendak) Tuhan.  Apakah kehendak itu mutlak, tidak tunduk kepada norma-norma, baik dan buruk, adil dan zalim serta kebijaksanaan ATAUKAH tunduk kepada hal-hal itu semua?

11.Qada dan Qadar, perbedaan pendapat dalam soal qada dan qadar, terutama karena adanya beberapa ayat al-Qur’an yang pengertiannya saling bertentangan. Di satu pihak, beberapa ayat menetapkan pertanggungjawaban manusia atas perbuatannya. Di pihak lain, beberapa ayat menyatakan bahwa Tuhan yang menjadikan segala sesuatu.

F. PENERAPAN ILMU KALAM

Orang-orang Islam periode pertama beriman kepada takdir baik dan buruk, beriman bahwa manusia itu diperintah untuk melaksanakan suruhan Allah. Iman mereka terhadap hal-hal tersebut sangat kuat, tanpa membahas secara mendalam dan tidak memfilsafatkan pikirannya. Kemudian datang orang-orang yang mengumpulkan ayat-ayat sekitar masalah itu dan memfilsafatkannya. Di satu pihak ada ayat-ayat yang menunjukkan adanya   paksaan (predestinasi) dalam pemberian tugas di luar kemampuan manusia. Di pihak lain banyak ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia bisa melakukan ikhtiar dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya (indeterminitis). Firman Allah :

� و وال س� ر� را� بش الل�ه� بعث أ � ال�وا ق أن إ�ال� دى ال�ه� اءه�م� ج إ�ذ� � ن�وا م� ي�ؤ� نأ الن�اس نع م ا م

Artinya : Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk datang kepadanya. (Q.S. Al-Isra’ : 94)

Ketika Rasulullah Saw wafat, beliau tidak menunjuk seorang pengganti dan tidak pula menentukan prosedur yang bisa dipergunakan dalam pemilihan khalifah. Sebagai bukti golongan muhajirin dan golongan ansar berselisih pendapat dengan alasannya masing-masing. Perselisihan politik yang telah diwarnai agama membawa mereka kepada perbedaan dalam memberikan definisi tentang iman, kufur, dosa besar, dosa kecil, hukum orang yang melakukan dosa besar.  Setelah itu mereka terbawa kepada perselisihan di bidang furuk, sehingga tiap-tiap partai menjadi golongan yang berselisih di bidang usul dan furuk sepanjang zaman.

Page 12: Aqidah Lagi Dan Lagi

Pada sisi lain, para mutakallimin memiliki kepentingan terhadap filsafat dengan tujuan untuk menghadapi dan mengimbangi musuh-musuhnya yang menguasai filsafat. Mutakallimin perlu mendebat mereka dengan mempergunakan alasan-alsan yang sama.  Tuntutan ini kemudian mengharuskan mutakallimin untuk mempelajari filsafat Yunani dalam mengambil manfaat ilmu logika, terutama dari segi ketuhanannya. Kita mengetahui an-Nadham (tokoh Muktazilah) mempelajari filsafat Aristoteles dan menolak beberapa pendapatnya. 

(Materi Akidah Akhlak Kelas XI Madrasah Aliyah)Dikutip dari berbagai sumber

 Ilmu KalamA.      PENGERTIAN ILMU KALAM

Ilmu kalam disebut juga:            Ilmu Tauhid, karena di dalamnya dibahas tentang keesaan Allah Swt, baik dzat-Nya maupun

sifat-Nya.            Ilmu Ketuhanan, karena pokok-pokok bahasan dalam ilmu tersebut tentang keberadaan Tuhan.            Teologi Islam dan ilmu Keimanan, karena membahas tentang keimanan manusia terhadap Allah

Swt.Adapun mengenai pengertian ilmu kalam sendiri para ulama masih berbeda pendapat, yaitu :

            Ibnu Kholdun, mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah.

            Syiristhoni, mengatakan bahwa ilmu kalam ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan (Islam) dengan bukt-bukti yang meyakinkan.

            Al-Baqilani, mendefinisikan ilmu kalam sebagai ilmu yang membahas tenteng wujud Allah Swt, sifat-sifat yang mesti ada, mustahil, dan mungkin ada pada-Nya, dan membicarak tentang rasul-rasul Tuhan, untuk menetapkan kerasulannya dan mengetahui sifat-sifat yang mesti ada, mustahil, dan mungkin ada padanya.

            Para ulama Mu’ tazilah, mendefinisikan ilmu kalam sebagai suatu ilmu atau pemikiran yang membahas kalam Allah Swt,

B.      FUNGSI ILMU KALAMa.       Meluruskan Aqidah Islam yang telah diselewengkan oleh orang-orang munafik dan murtad yang

ingin menghancurkan Islam.b.      Membela Aqidah Islam dari serangan-serangan dan hujjah-hujjah orang-orang kafir yang

menyerangnya dengan menggunakan filsafat (cara berfikir sistematis dan mendalam tentang sesuatu).

c.       Mengimbangi perkembangan teologi diluar Islam, yang selalu menggunakan filsafat sebagai penjabarabn atas konsep-konsep ketuhanan yang mereka yakini.

d.      Menjelaskan kepada umat Islam tentang pemahaman atas Dzat, sifat, dan perbuatan Allah yang sebenarnya menurut makna yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

e.      Sebagai wujud perkembangan ilmu-ilmu Islam yang merupakan hasil kajian yang mendalam dari Al-Qur’an dan Al-Hadits khusus tentang ketuhanan.

Page 13: Aqidah Lagi Dan Lagi

f.        Sebagai medium bagi kelahiran filsafat Islam.

C.      HUBUNGAN ILMU KALAM DENGAN ILMU-ILMU LAINNYADalam perspektif Islam, agama memiliki tiga pilar utama yang harus dijadikan dasar-dasar ajaran dan doktrinnya. Yaitu :

a.       Al-Iman; yang mengajarkan tentang Aqidah dan keiman yang benar, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan sunah. Ilmu tentang aqidah dan keimanan ini disebut ilmu Al-Aqaid, ilmu At-Tauhid, ilmu Ushuludin, dan Ilmu Kalam.

b.      Al-Islam; yang mengajarkan tentang ibadah, syari’ah, dan muamalah. Ilmu yang membahas tentang Al-Islam disebut ilmu Al-Faqh wa Ushul Al-Faqh atau Ilmu Syari’ah.

c.       Al-Ihsan; yang mengajarkan tentang sikap prilaku terpuji manusia, baik kepada Allah Swt., sesama manusia, dan makhluk Allah lainnya. Ilmu yang membahas tentang Al-Ihsan disebut Al-akhlak dan Ilmu Al-Tasawuf.

D.      MENERAPKAN ILMU KALAM DALAM MEMPERTAHANKAN AQIDAHa.       Tanamkan keimanan yang kuat didalam hati agar tidak mudah tergoyahkan oleh suatu apa pun.b.      Tanamkan keyakinan bahwa Allah Swt. Maha Esa, Tunggal, dan Utuh. Esa Dzat dan segala

sifat-Nya. Tunggal antara sifat, dzat, dan sifat-Nya. Utuh dalam segala kehendak dan perbuatan-Nya.

c.       Pelajari ilmu kalam secara mendalam dan komprehensif agar dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

d.      Pelajari ilmu-ilmu Islam dengan baik agar dapat menembah wawasan dan pengetahuan dalam mempertahankan Aqidah Islam.

e.      Mulailah dari sekarang menerapkan ilmu kalam dalam mempertahankan Aqidah Islam yang Kita cintai.

E.       ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM DAN TOKOH-TOKOHNYA1.       Khawarij

     Aliran khawarij muncul setelah terjadinya peristiwa Tahkim pada perang Shifin. Para pendiri aliran ini, semula pendukung kuat khalifah Ali Bin Abi Tholib. Namun, mereka tidak setuju dengan terjadinya peristiwa arbitrase tersebut. Oleh karena itu, mereka memisahkan diri atau keluar dari barisan pasukan Ali.     Dalam perkembangannya, khawarij terbagi menjadi 22 cabang yang merupakan hasil pengembangan dari induknya. Cabang-cabang itu ialah :

a)      Muhakimah; tokoh-tokoh pendirinya adalah Abdullah bin Al-Kawwa, Atab bin Al-Awar, Abdullah bin Wahab Ar-Rasibi, Urwa bin Jarir, Yazid bin Ashim Al-Maghribi, dan Hurqush bin Juhair.

b)      Azzariqah; tokoh-tokoh pendirinya adalah Abu Rasyid Nafi’ bin Azzariq, Athiyah bin Al-Aswad Al-Hanafi, Abdullah bin Mahkun, Amir bin Umair, dan Ubaidan bin Al-Hilal Al-Yasykari.

c)       Najdat Al-Dzari’ah; tokoh pendirinya adalah Najda bin Amir Al-Hanafi, Abu Fudaik, dan Athiyah bin Aswad.

d)      Baihasyiyah; tokoh pendirinya adalah Abu Baihasy Al-Hisyam bin Jabir.e)      Ajjaridah; tokoh pendirinya adalah Abdul Karim bin Ajrad.

Page 14: Aqidah Lagi Dan Lagi

f)       Shalthiyah; tokoh pendirinya adalah Utsman bin Abu Shalt dan Shalt bin Abu Shalt.g)      Maimuniyah; tokoh pendirinya adalah Maimun bin Khalid.h)      Hamziyah; tokoh pendirinya adalah Hamzah bin Adrak.i)        Khalafiyah; tokoh pendirinya adalah Khalaf Al-Kharij.j)        Athrafiyah; tokoh pendirinya adalah Ghalib bin Sazak Al-Sijistani.k)      Syuaibiyah; tokoh pendirinya adalah Syu’ab bin Muhammad.l)        Hazimiyah: tokoh pendirinya adalah Hazim bin Ali.m)    Tsa’alibah; tokoh pendirinya adalah Tsa’alibah bin Amir.n)      Akhnasiyah; tokoh pendirinya adalah Akhnas bin Qais.o)      Ma’badiyah; tokoh pendirinya adalah Ma’bad bin Abdurrahman.p)      Rusyaidiyah; tokoh pendirinya adalah Rusyaid Al-Thusi.q)      Syaibaniyah; tokoh pendirinya adalah Syaiban bin Salamah.r)       Mukaramiyah; tokoh pendirinya adalah Mukaram bin Abdullah Al-Jilli.s)       Bid’iyah; tokoh pendirinya adalah Yahya bin Hasyim.t)       Ibadiyah; tokoh pendirinya adalah Abdullah bin Ubadl.u)      Shufriyah; tokoh pendirinya adalah Ziyad bin Al-Ashfar.v)      Yazidiyah; tokoh pendirinya adalah Yazid bin Unaisah.w)    Haritsiyah; tokoh pendirinya adalah Al-Harits bin Ibadli.

Adapun pandangan-pandangan Khawarij antara lain :a)      Orang yang memutuskan dengan hukum Allah adalah kafir, dan halal darahnya.b)      Orang yang banyak melakukan maksiat (berdosa) adalah kafir, dan halal harta dan darahnya.c)       Al-Qur’an adalah qadim (dahulu) dan bukan hadits (baru). Oleh karena itu, Al-Qur’an bukan

makhluk.

2.       Murji’ah     Murji’ah muncul sebagai aliran setelah terjadinya peristiwa Tahkim, bersama-sama dengan Khawarij mereka menyatakan siri kelular dari barisan perang Shifin. Mereka memilih menghimpun kekuatan sendiri dan tidak bergabung dengan Ali atau Mu’awiyah pada mulanya.     Dalam perkembangannya, Murji’ah terbagi kedalam enam kelompok aliran, yang merupakan pengembangan dan penyimpangan dari induknya. Keenam cabang itu didirikan oleh para tokohnya berikut ini.

a)      Yunusiyah; tokoh pendirinya adalah Yunus bin Aun An-Numairi.b)      Ubaidiyah; tokoh pendirinya adalah Ubaid Al-Muktaib.c)       Ghasaniyah; tokoh pendirinya adalah Ghasan Al-Khufi.d)      Tsaubaniyah; tokoh pendirinya adalah Abu Tsauban, Abu Marwan Ghailan Al-Dimasyqi, Abu

Syimr, dan Muwais bin Imran.e)      Taumaniyah; tokoh pendirinya adalah Abu Mu’adz At-Taumani, Ar-Rawandi, dan Bisyr Al-

Murawisi.f)       Shalihiyah; tokoh pendirinya adalah Shalih bin Umar As-Shalihi, Muhammad bin Syabib, dan

Abu Syimr.

     Adapun pandangan kaum Murji’ah ialah “orang yang berdosa, seberapa besar atau banyak apa pun ia tidak akan disiksa didunia ini, sebab dosa itu hanya akan diperhitungkan Allah kelak di akhirat”. Jadi di dunia ini, tidak ada calon ahli surga atau neraka karena semuanya belum dapat diketahui.

Page 15: Aqidah Lagi Dan Lagi

3.       Syi’ah     Aliran Syi’ah didirikan oleh para pendukung setia Ali bin Abi Thalib, setelah terjadinya peristiwa Tahkim, mereka tetap setia kepada imam Ali. Untuk mengimbangi gerakan aliran Khawarij dan Murji’ah, mereka membentuk komunitasnya sendiri dan membuat doktrin dan paham yang dijadikan sebagai pedoman kehidupan mereka.     Dalam perkembangannya, Syi’ah terbagi kedalam lima kelompok besar yang diplopori oleh para tokohnya. Kelima kelompok ialah sebagai berikut.

a)      Kaisaniyah; tokoh pendirinya adalah Kaisan seorang hamba sahaya Ali bin Abi Thalib, Mukhtar bin Abu Ubaid, Abu Hasyim Muhammad bin Al-Hanafiyah, Bayan bin Sam’an At-Tamimi, dan Rizam bin Razm.

b)      Zaidiyah; tokoh pendirinya adlah Zaid bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, Abul Jarud Ziyad bin Ziyad, Sulaiman bin Jarir, Hasan bin Shalih bin Hay, Katsir An-Nawa Al-Abtar, Muqatil bin Sulaiman, Nashir Al-Haq, Husain bin Zaid, dan Muhammad bin Nashir.

c)       Imamiyah; tokoh pendirinya adalah Muhammad Al-Baqir bin Zainal Abidin, Ja’far As-Shadiq, Nawwus, Abdullah Al-Fath, Yahya bin Abu Shumaith, Musa bin Ja’far, Musa Al-Kadzim bin Ja’far Shadiq.

d)      Ghaliyah; tokoh pendirinya adalah Abdullah bin Saba, Abu Kamil, Al-Alba bin Dzira Al-Dawasi, Mughirah bin Said Al-Jili, Abu Manshur Al-Jili, Abul Khatab Muhammad bin Abu Zaunab, Ahmad bin Al-Kayyal, Hisyam bin Al-Hakam, dan Hisyam bin Salim Al-Jawaliqi.

e)      Ismaliyah; tokoh pendirinya adalah Isma’il bin Ja’far al-Shadiq.     Adapun pandangan kaum Syi’ah yang paling terkenal adalah para imam (pemimpin) itu harus ditunujuk dan diangkat bukan diplih, para imam juga harus bebas dari perbuatan dosa (Ma’sum), sebagaiman para nabi-nabi Allah juga terbebas dari perbuatan dosa.

4.       Jabariyah     Jabariyah adalah paham yang menganggap semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia, semata-mata dikendalikan oleh Allah Swt. Menurut mereka, manusia tidak mempunyai kekuatan apa pun untuk melakukan suatu perbuatan. Oleh karena itu, segala yang terjadi pada manusia, baik atau buruk merupakan ketentuan Allah semata.     Dalam perkembangannya, aliran ini terbagi kedalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.

a)      Jahamiyah; tokoh pendirinya adalah Jaham bin Safwan.b)      Najjariyah; tokoh pendirinya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar.c)       Dhirariyah; tokoh pendirinya adalah Dhirar bin Amar dan Hafs Al-Fard.

     Adapun pandangan kaum Jabariyah antara lain manusia tidak mampu berkehandak, sebab kehendaknya akan kalah dengan kehendak Allah. Allah Maha Berkehendak atas semua makhluk-Nya. Manusia cukup duduk manis, jika Allah menghendaki, ia akan bahagia hidupnya, dan jika tidak maka ia harus rela menderita.

5.       Qadariyah     Qadariyah merupakan salahsatu aliran dalam pemikiran Islam. Ia merupakan indung semang dari Mu’tazilah. Aliran ini pada mulanya merupakan bagian dari paham Ahlu Sunah, namun karena ada perbedaan mengenai konsep Jabbar dan Ikhtiar, maka membentuk aliran tersendiri. Sebagai cikal bakal aliran Mu’tazilah yang menyandarkan segala sesuatu pada akal budi, para

Page 16: Aqidah Lagi Dan Lagi

tokoh Qadariyah ini sama dengan tokoh-tokoh Mu’tazilah, diantaranya Wasil bin Atha (80-131 H) dan Abu Hudzail (135-226 H).     Adapun pandangan kaum Qadariyah antara lain manusia memiliki kebebasan berbuat dan berkehendak, sebab Allah telah membekali akal budi baginya. Manusia yang tidak mau berbuat (fatalisme) adalah bertentangan dengan perintah Allah sebagaimna yang terdapat dalam Surah Ar-Ra’d ayat 11.

6.       Asya’ariyah (Ahlus sunah Wal Jama’ah)     Asy’ariyah sering disebut dengan aliran Ahlu sunah Wal Jama’ah atau paham Shifatiyah karena mereka meyakini bahwa Allah Swt. itu memiliki sifat dan dzat. Jika mu’tazilah menolak keras tentang sifat Allah, maka aliran ini malah sebaliknya. Menurut mereka, selain mempunyai dzat, Allah Swt. juga memiliki sifat-sifat tertentu, meskipun sifat-sifat-Nya itu berbeda dengan sifat makhluk-Nya. Orang yang mengingkari sifat-sifat Allah, berarti tidak memahami ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik, sebab didalam Al-Qur’an sifat-sifat Allah tersebut paling dominan disebut, dibandingkan dengan dzat-Nya.     Dalam perkembangannya, Asy’ariyah terbagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu sebagai berikut.

a)      Asy’ariyah; tokoh pendirinya adalah Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari. Semula ia seorang penganut Mu’tazilah yang cukup fanatik, namun setelah berdiskusi tentang perbuatan baik dan buruk dengan gurunya, dan sang guru tidak memberikan jawaban yang memuasakan, ia menyatakan diri keluar dari Mu’tazilah.

b)      Musyabihah (para penganut anthropomorphisme); tokoh pendirinya adalah Ahmad Al-Hujaimi, Khumus, dan Mudhar.

c)       Karamiyah; tokoh pendirinya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Karam.      Adapun pandangan Asy’ariyah yang menonjol antaralain Al-Qur’an itu qadim (dahulu) bukan hadits (baru), manusia antara dua pilihan, yaitu boleh berbuat dan berkehendak, namun kehendak Tuhan yang menentukan.

7.       Al-Maturidiyah      Aliran ini merupakan pecahan dari paham Asy’ariyah. Pendiri paham ini menganut paham Shifatiyah yang dianut oleh Asy’ariyah. Namun, karena ada perbedaan mendasar atas konsep qada dan qadar, kedudukan Al-Qur’an dan lainnya, mereka memisahkan diri. Di antara tokoh pendiri aliran ini adalah Muhammad bin Muhammad Abu Mansur Al-Maturidy. Ia dilahirkan di kota Samarkand, Uzbekistan sekarang, dan wafat di kota itu pada tahun 332 H.      Di antara pandangan Maturidiyah ialah bahwa manusia wajib mengetahui Tuhannya berdasarkan akal pikiran, baik dan buruk perbuatan manusia buan ditentukan oleh takdir Tuhan, melainkan baik dan buruk itu sendiri telah terdapat dalam sifat perbuatan.

8.       Mu’tazilahMu’tazilah adalah salahsatu aliran dalam ilmu kalam yang muncul pada abad ke-2 hijriah. Dinamakan Mu’tazilah karena tokoh utamanya yang bernama Washil bin Atha telah memisahkan diri (I’tizal) dari gurunya, Imam Hasan Al-Bashri. Sesungguhnya kaum Mu’tazilah tidak senang disebut dengan nama itu, mereka lebih menyukai disebut dengan nama Ahlul ‘Adil Wat-Tauhid (ahli keadilan dan keimanan).

Page 17: Aqidah Lagi Dan Lagi

      Dalam perkembangannya, aliran Mu’tazilah terbagi kedalam beberapa kelompok aliran, yaitu sebagai berikut.

a)      Al-Washiliyah; tokoh pendirinya adalah Abu Hudzaifah Washil bin Atha Al-Gahazal.b)      Al-Hudzailiyah; tokoh pendirinya adalah Abu Hudzail Hamdan bin Al-Hudzail.c)       An-Nadzamiyah; tokoh pendirinya adalah Ibrahim bin Sayar bin Hani An-Nadzam.d)      Al-Khabitiyah; tokoh pendirinya adalah Ahmad bin Khatib dan Al-Fadal bin Al-Haditsi.e)      Al-Mu’amariyah; tokoh pendirinya adalah Mu’amar bin A’bad As-Sulami.f)       Al-Murdariyah; tokoh pendirinya adalah Abu Musa Al-Murdari.g)      Atsumamiyah; tokoh pendirinya adalah Tsumamah bin Atsras Al-Tsumami.h)      Al-Hisyamiyah; tokoh pendirinya adalah Hisyam bn Amir Al-Fuwathi.i)        Al-Jahiziyah; tokoh pendirinya adalah Amr bin Bahr Abu Utsman Al-Jahidz.j)        Al-Khayatiyah; tokoh pendirinya adalah Abul Husain bin Abul Umar Al-Khayat.k)      Al-Jubaiyah; tokoh pendirinya adalah Muhammad bin Abdul Wahab Al-Juba’i.

      Adapun pandangan kaum Mu’tazilah yang paling fenomenal adalah bahwa Al-Qur’an itu Hadits (baru) dan bukan yang qadim (dahulu). Allah tidak memaksakan kehendak-Nya (Jabbari), dan manusia wajib melakukan usaha (ikhtiar). Manusia harus menggunakan akalnya untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

9.       Teologi transformatif      Teologi transformatif merupakan pengembangan dari teologi rasional. Teologi transformatif lahir pada abad ke-20, khususnya di negara-negara yang berpenduduk muslim. Teologi ini muncul dari kesadaran kaum muslimin dunia akan ketertinggalan, kemiskinan, kebidihan, dan merajalelanya kezaliman dli berbagai tempat. Teologi ini diplopori oleh para intelektual muslim di berbagai dunia Islam, antaralain:

a)      Asghar Ali Engineer (India)b)      Daudi Bahros (Iran)c)       Gus Dur (Indonesia)d)      Harun Nasution (Indonesia)e)      Hasan Hanafi (Mesir)f)       Nurcholis Madjid (Indonesia)g)      Ziaul Haq (Pakistan)

        Di antara pandangan teologi transformatif adalah seorang muslim sejati bukan sekedar percaya kepada Alloh dan rasul-Nya, tetapi ia juga seorang mujahid yang berjuang menegakkan keadilan, melawan kezaliman dan penindasan. Sebaliknya, orang kafir yang sesungguhnya adalah mereka yang sibuk menumpuk-numpuk harta dan kekayaan, tetapi membiarkan kezaliman dan penindasan terjadi di masyarakat.