25
BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP HARGA JUAL CABE DI TINGKAT PETANI Oleh: Reny Sukmawani Yana Chefiana ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi harga jual cabe pada tingkat petani. Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah survei dengan objek penelitian menggunakan variable-variabel yang berhubungan dengan penelitian yaitu factor-faktor yang mempengaruhi harga jual cabe pada tingkat petani. Unit analisis yang digunakan adalah petani cabe di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi pada kegiatan usahatani cabe musim tanam 2005. Pengambilan sample dilakukan secar sensus, teknik penentuan sample adalah simple random sampling. Faktor-Faktor yang mempengaruhi harga jual cabe di tingkat petani dilakukan secara deskriptif, diuji dengan menggunakan alat Bantu uji statistik melalui analisis regresi liner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga jual cabe di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya biaya usahatani, harga pasar menurut petani, jumlah produksi, sistem langganan dengan pedagang pengumpul, modal panjar dan pengalaman usahatani cabe. Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap harga jual cabe pada tingkat petani menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi harga jual cabe pada tingkat petani adalah informasi harga pasar cabe menurut petani dan sistem penjualan cabe berlangganan dengan pedagang pengumpul. Kata kunci: Cabe, biaya usahatani, harga, produksi 1

Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP HARGA JUAL CABE DI TINGKAT PETANI

Oleh:Reny Sukmawani

Yana Chefiana

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi harga jual cabe pada tingkat petani. Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah survei dengan objek penelitian menggunakan variable-variabel yang berhubungan dengan penelitian yaitu factor-faktor yang mempengaruhi harga jual cabe pada tingkat petani. Unit analisis yang digunakan adalah petani cabe di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi pada kegiatan usahatani cabe musim tanam 2005. Pengambilan sample dilakukan secar sensus, teknik penentuan sample adalah simple random sampling.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi harga jual cabe di tingkat petani dilakukan secara deskriptif, diuji dengan menggunakan alat Bantu uji statistik melalui analisis regresi liner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga jual cabe di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya biaya usahatani, harga pasar menurut petani, jumlah produksi, sistem langganan dengan pedagang pengumpul, modal panjar dan pengalaman usahatani cabe. Berdasarkan hasil analisis pada masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap harga jual cabe pada tingkat petani menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi harga jual cabe pada tingkat petani adalah informasi harga pasar cabe menurut petani dan sistem penjualan cabe berlangganan dengan pedagang pengumpul.

Kata kunci: Cabe, biaya usahatani, harga, produksi

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Cabe merupakan salah satu jenis sayuran yang paling banyak diusahakan diantara

jenis tanaman sayuran lainnya karena banyak disukai. . Cabe dapat ditanam pada dataran

rendah maupun dataran tinggi. Sebagian besar petani telah melakukan usahatani cabe

dengan menggunakan teknologi anjuran tepat guna. Salah satu indikatornta adalah

1

Page 2: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

penggunaan mulsa plastik untuk menekan pertumbuhan gulma dan mempertahankan

kelembaban tanah.

Pemasaran merupakan syarat mutlak dalam pembangunan pertanian.

Keberhasilan atau strategi pemsaran tergantun kepada besar atau posisi masing-masing

perusahaan. Perusahaan besar mampu menerapkan strategi tertentu yang tidak mampu

dilakukan oleh perusahaan kecil. Tetapi dengan skala besar saja tidak menjamin

keberhasilan tanpa didukung dengan strategi yang mantap yang mampu meningkatkan

hasil yang tinggi dari perusahaan besar (Kotler, 1999).

Namun sayang kondisi ini tidak bisa diterapkan di tingkat petani. Apalagi petani

sayuran yang kepemilikan lahannya sempit, kepemilikan modal terbatas serta tingkat

pengetahuan yang rendah. Permintaan sayuran yang tinggi di beberapa daerah tidak

sejalan dengan peningkatan pendapatan petani. Karena seperti kita ketahui bersama

harga penjualan produk pertanian tidak ditentukan oleh petani sebagai produsen, namun

ditentukan oleh para pedagang pengumpul yang berpedoman pada harga jual di pasar

induk. Demikian pula halnya dengan cabe. Usahatani cabe jika tidak dilaksanakan sesuai

jadual tanam yang tepat jika diitung melalui analisa usahatani yang dihitung berdasarkan

harga pada tingkat konsumen akan mendatangkan keuntungan yang luar biasa. Harga

jual cabe pada saat-saat tertentu, misalnya menjelang hari raya akan mencapai Rp 15.000

– 30.000. Peningkatan harga yang cukup tinggi belum tentu dinikmati oleh para petani

karena harga jual tidak ditentukan oleh petani, melainkan ditentukan oleh para pelaku

pasar khususnya para pedagang baik pedagang pengumpul, pedagang besar maupun

pedagang eceran.

2

Page 3: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

Harga jual cabe pada tingkat petani dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

biaya pokok, harga pasar, jumlah produk yang dipasarkan, biaya transportasi, biaya

tataniaga serta beberapa faktor lainnya. Selain itu harga cabe ditentukan pula oleh

panjang pendeknya rantai tataniaga dari mulai tingkat produsen hingga konsumen.

Semakin pendek rantai tataniaga berarti semakin efisien tataniaga cabe dan semakin

rendah biaya tataniaga sehingga petani dapat menikmati harga yang lebih layak.

Kondisi tersebut di atas merupakan fenomena umum bagi petani di seluruh

Indonesia bahwa harga jual pada tingkat petani ditentukan oleh berbagai faktor. Hasil

analisa faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual cabe pada tingkat petani merupakan

salah satu materi yang menarik untuk dianalisa lebih jauh, sehingga akan menjadi bahan

kebijakan pemerintah untuk turut membantu para etani agar dapat meningkatkan

kesejahteraan keluarganya melalui kebijakan pemasaran..

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari biaya pokok,

harga pasar, jumlah produksi, sistem berlangganan, modal panjar dan pengalaman usaha

tani terhadap harga cabe di tingkat petani di kecamatan Sukaraja kabupaten Sukabumi.

2. Pendekatan masalah

Hubungan yang erat antara produksi, tataniaga dan pendapatan petani akan

mempengaruhi perkembangan usahatani. Produksi yang melimpah jika tidak diikuti

dengan kondisi pemasaran yang baik akan merugikan berbagai pihak terutama produsen

atau petani. Upaya peningkatan di bidang produksi harus diimbangi dengan upaya

3

Page 4: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

perbaikan dibidang tataniaga, karena selai bertujuan meningkatkan pendapatan petani

juga terutama untuk kesejahteraan petani.

Dilihat dari segi ekonomi hal tersebut dapat dipahami karena untuk meningkatkan

produksi , petani harus mengeluarkan biaya tambahan. Pengeluaran tambahan biaya ini

jika tidak disertai dengan harga yang baik akan berakibat timbulnya masalah finansial

dalam usahatani.

Harga jual cabe pada tingkat petani dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya: biaya pokok, harga pasar, jumlah produk yang dipasarkan, biaya

transportasi, biaya tataniaga serta beberapa factor lainnya. Menurut Marius P. Agippora

(2002) dalam teori ekonomi ada beberapa konsep yang saling berkaitan yaitu harga

(price), nilai (value) dan manfaat (utility). Sistem ekonomi di Negara kita tidak

dirancang berdasarkan sistem tukar menukar, maka pengertian nilai dan manfaat dari

sebuah produk dapat sebanding dengan produk lain yang tidak dapat digunakan, tetapi

kita lebih mendayagunakan uang sebagai dominator nilai.

Harga merupakan elemen penting dalam kegiatan pemasaran dan harus

senantiasa dilihat dalam hubungannya dengan pemasaran. Dari sudut pandang

pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan

jasa) yang ditukarkan untuk memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang

dan jasa. Pengertian ini sejalan dengan konsep pertukaran dalam pemasaran.

Menurut Wasrob (2002), kekuatan yang mempengaruhi harga-harga hasil

pertanian hasil pertanian dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori:

1. Keadaan penawaran yang mempengaruhi harga output yang meliputi keputusan

produksi usahatani, cuaca, hama dan penyakit, luas areal dan impor pangan

4

Page 5: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

2. Kondisi permintaan yang meliputi pendapatan, harga, selera, pilihan-pilihan,

jumlah penduduk dan ekspor

3. Sektor tataniaga hasil pertanian

4. Pengaruh kebijakan pemerintah, misalnya melalui subsidi harga, pengendalian

penawaran, kebijakan perdagangan.

Khusus harga-harga komoditi pertanian tidak dapat ditentukan oleh petani sebagai

produsen. Harga komoditi pertanian ditentukan secara bersama oleh permintaan

konsumen, penawaran usahatani dan system tataniaga. Perubahan pada salah satu sisi

membawa dampak penyesuaian pada factor lainnya, karenanya tidak begitu jelas untuk

menyatakan alasan tentang dimana tepatnya harga-harga usahatani ditentukan.

Kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang termasuk di Indonesia

adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran sering

tidak berjalan seperti yang diharapkan sehngga efisiensi pemasaran menjadi lemah.

Keterampilan untuk melaksanakan efisiensi pemasaran memang terbatas, sementara

keterampilan dalam mempraktekkan unsur-unsur manajemen juga demikian. Belum lagi

kalau dari segi kurangnya penguasan informasi pasar sehingga kesempatan-kesempatan

ekonomi menjadi sulit dicapai.

3. Metode Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan pada musim tanam 2005 di Kecamatan Sukaraja

Kabupaten Sukabumi ini dilakukan dengan metode survei. Data yang dikumpulkan

berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari petani responden melalui

wawancara dan kuisioner sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas instansi terkait

5

Page 6: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

dan studi pustaka. Pengambilan sample untuk petani produsen dilakukan secara sensus

yaitu terhadap petani yang melakukan usahatani cabe sebanyak 35 orang petani.

Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif yang kemudian

ditabulasikan dan diuraikan secara deskriptif. Untuk menjawab identifikasi tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual cabe di tingkat petani dilakukan secara

deskriptif. Faktor-Faktor yang mempengaruhi harga jual cabe diuji dengan menggunakan

alat bantu uji statistik melalui analisis regresi linier.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Biaya Pokok

Biaya pokok adalah biaya produksi usahatani dibagi dengan jumlah produksi

dalam satu areal tertentu sehingga diperoleh harga biaya pokok per kilogram produk

usahatani. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk

menghasilkan jumlah produk dalam periode produksi. Menurut Fadholi Hernanto (1993),

biaya produksi usahatani adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses

produksi. Biaya dibagi dalam empat katagori yaitu biaya tetap, biaya variabel, biaya

tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis

dalam satu masa produksi, biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah dimana besar

dan kecilnya biaya dipengaruhi oleh besarnya skala produksi, biaya tunai adalah biaya

yang penggunaannya langsung dalam dalam proses produksi dan biaya tidak tunai adalah

biaya yang diperhitungkan seperti biaya tenaga kerja keluarga.

Biaya usahatani yang rendah serta jumlah produksi yang maksimal berdampak

pada rendahnya harga pokok dan kemungkinan besar akan meningkatkan pendapatan

6

Page 7: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

petani. Atas dasar itu maka pemerintah mengharapkan petani agar mampu menerapkan

teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas usahataninya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya usahatani cabe umumnya berkisar

antara Rp. 34.376.666,67 – Rp 41.062.000,00 per hektar dengan rata-rata Rp.

38.198.053,97 per hektar. Biaya usahatani cabe yang bervariasi ini dipengaruhi oleh

tingkat penerapan teknologi serta penggunaan sarana produksi yang berbeda pula.

Jumlah produksi per hektar pada usahatani cabe akan dipengaruhi oleh jumah biaya

usahatani yang digunakan. Dengan variasi biaya usahatani tersebut di atas jumlah

produksi yang dihasilkan pun bervariasi antara 22.000 kh – 26.000 kg per hektar dengan

nilai rata-rata produksi 24.368,44 kg per hektar. Dari biaya usahatani dan jumlah

produksi tersebut di atas diperoleh biaya pokok Rp 1.441,80 / kg – Rp. 1.747,35 / kg

dengan rata-rata biaya pokok Rp. 1.569,69 / kg. Biaya pokok berdasarkan literatur dapat

ditekan jika para petani mampu meningkatkan jumlah produksi dengan cara menerapkan

teknologi tepat guna yang dianjurkan dan menekan biaya sarana produksi dengan cara

menekan penggunaan pupuk seoptimal mungkin.

Berdasarkan teori dasar semakin tinggi biaya pokok maka harga jual cabe harus

makin tinggi agar petani memperoleh keuntungan yang optimal. Namun karena harga

ditentukan oleh pedagang atau posisi petani sebagai penerima harga maka harga jual cabe

tidak mampu dipengaruhi oleh besarnya biaya pokok.

Harga Pasar

Secara teori peningkatan harga jual eceran pada tingkat konsumen akan

berdampak pada harga jual pada tingkat petani atau produsen. Peningkatan harga jual

7

Page 8: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

pada tingkat petani akan meningkat jika terjadi perambatan harga. Harga pasar

merupakan harga yang diketahui oelh para petani melalui media komunikasi.

Informasi pasar merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan

dalam harga jual cabe di tingkat petani. Informasi pasar dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam menjual hasil usahatani cabe. Penguasaan informasi pasar dapat

meningkatkan posisi tawar petani cabe, meskipun para petani cabe bukan penentu harga

melainkan penerima harga. Informasi pasar umumnya diperoleh dari siaran radio,

sebagai salah satu media yang memberitakan harga jual produk pertanian pada beberapa

pasar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pasar cabe berdasarkan pengetahuan

petani cukup bervariasi yaitu Rp 9.000 / kg – Rp 14.000 / kg. Informasi ini diperoleh dari

pasar setempat dan dari para pedagang sembako eceran di desa-desa, sehingga

memunculkan harga yang bervariatif. Kondisi ini menggambarkan bahwa petani sangat

tergantung pada informasi harga jual dari pedagang pengumpul. Sebagian besar petani

hanya memanfaatkan radio sebagai media hiburan semata bukan merupakan media

informasi usahatani.

Jumlah Produksi

Jumlah produksi hasil usahatani yang cukup banyak merupakan salah satu faktor

pendukung agar petani mempunyai posisi tawar yang lebih baik. Jumlah produksi yang

cukup tinggi akan meningkatkan harga jual cabe, terutama pada sat-sat pasokan cabe

sedang langka di pasaran.

8

Page 9: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi sesuai dengan penguasaan

lahan petani bervariasi antara 5.000 kg – 37.000 kg. Petani yang memiliki jimlah

produksi yang lebih tinggi memperoleh harga jual yang lebih layak, yakni 8.500 / kg

dibandingkan dengan petani yang memiliki tingkat produksi yang lebih rendah.

Jumlah produksi akan dipengaruhi oleh teknologi usahatani yang diterapkan.

Teknologi usahatani akan membutuhkan sarana produksi yang memadai. Sarana

produksi yang sesuai dengan teknologi tepat guna membutuhkan biaya usahatani yang

cukup tnggi. Sebaliknya sarana produksi yang cukup belum tentu akan menghasilkan

produktivitas yang tinggi tergantung pada sistem teknologi usahatani yang diaplikasikan

di lapangan. Jumlah produksi usahatani cabe per hektar berkisar antara 22.000 kg –

26.000 kg.

Jumlah produksi cabe yang cukup banyak seharusnya menjadi bahan

pertimbangan bagi petani untuk memilih rantai tataniaga, yaitu dengan menjual hasil

produksinya langsung pada pedagang pengumpul besar atau pedagang besar. Hasil

penelitian menunjukkan petani cabe yang memiliki jumlah produksi cukup banyak tetap

menjual pada pedagang pengum[ul. Kondisi ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

yang masih kurang, pembinaan aparat pemerintah yang masih terbatas serta hubungan

kekerabatan dan faktor lainnya dengan pedagang pengfumul yang menyebabkan

rendahnya harga jual cabe.

Langganan dengan Pedagang Pengumpul

Petani yang telah lama berlangganan baik dengan pedagang pengumpul maupun

pedagang besar akan lebih akrab sehingga saat menjual produk usahataninya akan terjadi

9

Page 10: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

tawar menawar dan para pelaku tataniaga akan bertindak lebih bijaksana dalam

menetapkan harga dengan alasan langganan.

Petani yang telah menjalin hubungan baik dengan pedagang pengumpul diduga

akan memberikan pengaruh pada harga jual cabe di tingkat petani. Harga jul cabe pada

petani yang sudah berlangganan akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang

tidak berlangganan. Kondisi tersebut bisa berubah sebaliknya, karena sistem penjualan

yang berlangganan menjadi salah satu belenggu sehingga petani tidak dapat berhubungan

dengan pedagang lainnya meskipun menawarkan harga jual yangn lebih tinggi.

Hubungan antara petani yang berlangganan denan pedagang pengumpul dan

petani yang tidak berlangganan dengan harga jual digambarkan pada Tabel berikut:

Tabel 1. Hubungan Penjualan Sistem Berlangganan dan Tidak berlangganan dengan Harga Jual Cabe

N0 Petani Jumlah Harga JualRp. 8.000 Rp. 8.500

1 Langganan 15 4 112 Tidak Berlangganan 20 0 20

Jumlah 35 3 31

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 15 orang petani yang berlangganan dengan

pedagang pengumpul 11 orang diantaranya memperoleh harga jual yang lebih tinggi,

yakni Rp. 8.500 dan 4 orang memperoleh harga jual cabe Rp 8.000 / kg. Sedangkan

petani responden yang tidak berlangganan sebanyak 20 orang memperoleh harga jual

cabe Rp. 8.000 / kg.

Kondisi tersebut menggambarkan bahwa dengan berlangganan menjadikan salah

sati penyebab kedekatan batin antara petani dengan pedagang, sehingga pedagang ada

10

Page 11: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

perasaan tidak tega untuk menekan harga cabe pada petani. Para petani yang

berlangganan dengan pedagang pengumpul disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

karena pertalian kekerabatan, tetangga serta hubungan lainnya seperti pinjaman uang

dengan pedagang pengumpul.

Modal Panjar

Terbenturnya kebutuhan sehari-hari sengan biaya usahatani menghadapkan petani

pada kondisi yang sulit. Petani yang memiliki keterbatasan modal, maka petani akan

mencari sumber modal lain untuk kegiatan usahataninya. Pinjaman modal usahatani

dapat diperoleh melalui pedagang pengumpul yang memiliki modal cukup dengan cara

pembayaran dari hasil usahatani para petani peminjam. Pinjaman modal ini dapat

dikatakan sebagai modal panjar.

Modal panjar yang diberikan hanya pada waktu-waktu tertentu, terutama pada

saat petani cabe terdesak kebutuhan sehari-hari yang menyebabkan kebutuhan modal

untuk operasional usahatani cqbe tidak bisa terpenuhi. Selain itu modal panjar

diberikan kepada petani apabila permitaan cabe cukup tingi di pasaran, sehingga para

pedagang bersaing untuk mendapatkan pasokan cabe yaitu dengan cara mengikat petani

dengan memberikan modal panjar agar hasilnya dijual kepada pedangang yang memberi

panjar.

Para petani cabe terikat untuk selalu mempertahankan loyalitas kepada

langgananya, baik pada saat menerima panjar maupun tidak. Sekalipun kesepakatan ini

tidak dilakukan secara tertulis, tetapi bila petani tidak memenuhi kesepakatan tersebut,

maka penjualan hasil produksi berikutnya tidak akan diterima lagi oleh pedagang yang

11

Page 12: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

bersangkutan. Hubungan antara petani yang menggunakan modal panjar dengan harga

jual disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 2. Hubungan anatar Petani Pengguna Modal Panjar dan Petani yang tidak Menggunakan Modal Panjar dengan Harga Jual cabe

N0 Petani Jumlah Harga JualRp. 8.000 Rp. 8.500

1 Modal Panjar 10 9 12 Non Modal Panjar 25 15 10

Jumlah 35 24 11

Tabel di atas menunjukkan bahwa akibat kurangnya permodalan, sebagian besar

petani cabe menjual produknya melalui pedagang pengumpul dengan harga yang lebih

rendah.

Pengalaman Usaha Tani

Pengalaman berusahatani merupakan salah satu karakteristik petani cabe yang

penting dalam mengelola usaha pertanian. Pengalaman dalam menjalankan usahatani

cabe akan memberika corak penanaganan usaha baik mulai dari penyediaan faktor-faktor

produksi, cara atau teknis berproduksi, pengelolaan tataniaga bahkan sampai dengan

upaya pengembangan usahatani cabe.

Semakin banyak pengalaman usahatani yang dimiliki oleh seorang petani, maka

akan semakin efektif pengelolaann usahataninya, termasuk semakin selektif dalam

memilih lembaga tataniaga yang paling menguntungkan bagi kelangsungan hidup

usahataninya. Lama pengalaman usahatani sejalan dengan umur petani yang

bersangkutan, selama petani tersebut konsisten dengan jenis usahataninya. Ukuran dari

12

Page 13: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

aspek pengalaman berusahatani ini dapat diukur dengan lamanya / umur petani

melaksanakan usahatani pada komoditas yang dimaksud.

Petani yang lebih lama pengalamannya dalam usahatani cabe seharusnya

memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi sehingga berdampak pada keberhasilan

usahataninya. Usahatani cabe membutuhkan pemeliharaan yang intensif sehingga

pengalaman menjadi salah satu guru terbaik pada kegiatan usahatani cabe. Hal tersebut

juga sangat berkaitan dengan pengalaman petani dalam berusahatani cabe. Petani yang

memiliki pengalaman lebih lama akan mengetahui kondisi usahataninya beserta kondisi

pemasaran yang ada. Sehingga terdapat kecenderungan di dalam memilih lembaga

tataniaga atau cara negosiasi harga yang sesuai dengan kondisi usahataninya, dimana

petani yang memiliki pengalaman usahatani yang lebih lama memiliki motivas yang kuat

dan percaya diri untuk menanggung resiko kerugian dan ketidakpastian dalam proses

penjualan produk. Pada kenyataanya jumlah petani cabe yang befpengalaman lebih dari

10 tahun jumlahnya cukup banyak, namunbelum mampu mendorong iklim usahatani dan

pemasaran cabe di wilayah penelitian ini menjadi lebih terarah.

Hal ini disebabkan karena tidak disukung oleh daya adopsi teknologi dan

informasi pasar yang tinggi, mengingat sebagian besar patani cabe responden tingkat

pendidikannya masih rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingginya

pengalaman usahatani cabe belum mengindikasikan sistem usahatani dan pemasaran

yang dilakukan petani lebih efisien.

13

Page 14: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

5. Kesimpulan

1. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh petani cabe sangat erat kaitannya

denga harga jual cabe yang diterima petani Harga jual cabe di tingkat petani

dipengaruhi oleh biaya usahatani, harga pasar menurut petani, jumlah produksi,

sistem berlangganan dengan pedagang pengumpul, modal panjar dan pengalaman

usaha tani.

2. Salah satu faktor penetu yang penting dalam menunjang keberhasilan usahatani

adalah informasi pasar. Produksi yang melimpah jika tidak diikuti dengan kondisi

pemasaran yang baik akan merugikan berbagai pihak terutama petani Petani akan

memperoleh keuntungan yang maksimal apabila memperoleh pemasaran yang

baik berdasarkan informasi pasar yang akurat.

6. Saran

1. Petani diharapkan lebih memanfaatkan media informasi dalam pemasaran cabe.

Karena petani yang menguasai informasi pasar akan dapat meningkatkan posisi

tawar dalam menjual cabe pada pedagang pengumpul.

2. Pemerintah diharapkan lebih meningkatkan pendampingan pada petani agar

usahataninya memperoleh keuntungan maksimal dan pembinaan dalam kegiatan

pasca panen, sortasi serta grading sehingga mampu meningkatkan harga jual

cabe para petani.

7. Daftar Pustaka

Fadholi Hernanto. 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kotler P. 1999. Manajemen Pemasaran. Marketing manajemen Analisis. Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta.

14

Page 15: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

Marius P. Angiora. 2002. Dasar-dasar Pemasaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Wasrob Prakoso. 2000. Ilmu Usahatani. Universitas Terbuka. Yakarta.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2005. laboran tahunan 2005. Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi. Sukabumi.

Riwayat Hidup

Biodata

Nama : Reny Sukmawani, S.P., M.P.

Tempat Tgl lahir : Sukabumi, 12 Oktober 1974

Alamat : Perum Cigunung Indah Blok C no. 34-35 Cisaat, Sukabumi

Pekerjaan : Dosen UMMI

Jabatan : Ketua Program Studi Agribisnis UMMI

Jabatan Akademik : Lektor

Riwayat Pendidikan :

1. SD negeri Cipelang leutik II Sukabumi, lulus tahun 1987

2. SMP Negeri 1 Sukabumi, lulus tahun 1990

3. SPP-SPMA Tanjungsari - Sumedang , lulus tahun 1993

4. Sarjana Unpad Bandung, Jurusan Agronomi, lulus tahun 1999

5. Magister Pertanian UNWIM Bandung, lulus tahun 2009

Riwayat Pekerjaan :

1. 1999 – 2003 : Wiraswasta

2. 2003 - sekarang : Dosen UMMI

3. 2008 - sekarang : Wakil Direktur CV EXA Family

15

Page 16: Beberapa Faktor Yang Berpengaruh

Biodata

Nama : Yana Chefiana, S.P., M.Si.

Tempat Tgl lahir : Ciamis, 16 April 1974

Alamat : Perum Cigunung Indah Blok C no. 34-35 Cisaat, Sukabumi

Pekerjaan : - PNS Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Sukabumi

- Dosen Luar Biasa UMMI

Riwayat Pendidikan :

1. SD negeri Lugina Ciamis, lulus tahun 1987

2. SMP Negeri 1 Cisaga, lulus tahun 1990

3. SPP-SPMA Tanjungsari - Sumedang , lulus tahun 1993

4. Diploma III IPB jurusan Mekanisasi pertanian, lulus tahun 1996

5. Sarjana UNWIM, Jurusan Sosek, lulus tahun 2003

6. Magister sains STIAMI Jakarta, lulus tahun 2007

Riwayat Pekerjaan :

4. 1999 – 2002 : Wiraswasta

5. 2002 - sekarang : PNS di Badan Ketahanan Pangan kabupaten Sukabumi

6. 2008 - sekarang : Dosen Luar Biasa UMMI

16