Upload
ekodarmahusada
View
149
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
ASOSIASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA
BBM, Inflasi dan PengangguranYanuar Rizky Sekretaris Jendral ASPEK Indonesia http://www.elrizky.net [email protected] +62 816 482 6499 [email protected]
Bagian Pertama: Indonesia Outlook
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
1
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Pemerintah dengan Social Capital Yang Besar, NAMUN memiliki Tendensi MenurunSuara Pemilih Final Suara Sah Pemilu Legislatif Golput Legislatif Suara Sah Pemilu Presiden1 Golput Presiden1 Suara Sah Pemilu Presiden2 Golput Presiden2 150.028.209 113.462.414 36.565.795 116.178.602 33.849.607 22,56 26,27 24,37 %
110.616.726 39.411.483
Ada Sinyal pemilih rasional tidak percaya partai, menemukan Figur di putaran 1 TAPI di putaran kedua kehilangan kepercayaan yang lebih buruk dari legislatifYanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Social Capital Tanpa Kebijakan Pro Publik, mimpi populer di siang bolong90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Nov'04 Jan'05 Apr'05 Jul'05 Sept'05 80 77 69 64 65 59 71 65 63 58 SBY MJK
Sumber: Survey LSI, Publikasi 6 Oktober 2005
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
2
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Reformasi ala SPBU, Industrialisasi Politik tanpa Industrialisasi Ekonomi
Okt03
Okt04
Nov04
Jan05
Apr05
Jul05
Sept05
Grafik Ekspektasi Keadaan Ekonomi Sumber: Survey LSI, Publikasi 6 Oktober 2005
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Problem Utama EkonomiDefisit APBN, alokasi pengelolaan terkuras struktur hutang Disfungsi Intermediasi Lembaga Keuangan Jurang kemiskinan yang sangat tinggi Pengangguran yang terus meningkat Pertumbuhan Ekonomi RendahYanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
3
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Pekerjaan Rumah Tersisa Stabilitas Parameter Makro Ekonomi berhasil Momentum perbaikan suhu tubuh ekonomi tidak diikuti stimulus mikro khususnya pendekatan Triple Bottom Line dalam Manajemen Ekonomi Negara:
Menurunnya Ratio Investasi / GDP Meningkatnya Kredit Konsumsi Meningkat terusnya pengangguran, bahkan bekerja tapi kerjanya cari kerja Kebijakan pengelolaan BUMN dan BPPN bukan bagian dari operasi ekonomi TAPI lebih sebagai alat operasi Pasar Parahnya Kelas Menengah dan Kaum Terdidik (Comfort Zone) yang bukan buah dari arsitektur ala Restorasi Meiji akar masalah langengnya KKN Sangat rendahnya Law Enforcement
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Tantangan Pemerintahan baruGDP growth and Investment/GDP35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0 GDP growth Investment/GDP 5.0
0.0 1 -5.0 2 3 4 5 6 7 8
-10.0
-15.0
-20.0
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
4
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Implikasi Financial Literate MasyarakatKelas Menengah (Pendapatan per bulan Rp. 15,2 20,7 Juta) terkurung di Konsumsi:Riset Citibank AC Nielsen, alokasi Neraca Individual ke Investasi 8%, Tabungan 26% sisanya Konsumsi (66%) Alokasi Investasi terbesar 95% ke Deposito dan atau Investasi Pendapatan Tetap
Bank menjadi tumpuan dari potret Banking Habit > Investment Bangking Habit Rendahnya Edukasi Masyarakat Rumors Habit > Reading HabitYanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Hambatan Struktural Pertumbuhan: Safety Player Middle ClassFigure 4 Dom estic Interest Rate 19 17 15 % p.a 13 11 9 7 5 Jan-03 Source: CEICYanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Risk
Feb-03
SBI Rate 30 Days Deposit Rate 1 Month
Mar-03
Apr-03
May-03
Jun-03
Jul-03
Aug-03
SBI Rate 30 Days Lending Rate
Sep-03
Oct-03
Nov-03
Dec-03
yanuar rizky, [email protected]
5
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
SPREADS BETWEEN BANK DEPOSITS AND LENDING RATE
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Source: The World Bank.
Peta Penyebaran Dana Masyarakat90%
BANK
Lembaga Keuangan
10%
BUKAN BANK
Perbankan Masih Terlalu Diandalkan Untuk Fungsi IntermediasiYanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
6
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Tanpa penyehatan akar masalah, Momentum emas mudah sirnaB B B B A A B
B
B
B A B A B B B
Kejarlah SBI, IHSG Kutangkap Bloomberg, diolah kembali, 18/02/00 18/02/05Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
US Market, Balancing in Policy Bloomberg, diolah kembali, 18/02/00 18/02/05
IHSG didorong Saham Sektor Finance
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
7
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Sebaik-baiknya Sebuah Nasihat, Suri TauladanAnalisa Aktivitas Perbankan 2003, Peduli Amat Sektor Riil, yang Penting Bonus Pencapaian Parameter tercapai..berlanjut di 2004 (FR0028 tidak laku, Bunga minta tinggi)26 Bank Go Publik:46% Tren Laba ANOMALI Tren Loan to Deposit Ratio 58% Tren Laba ANOMALI Operating Cash Flow 81% ANOMALI Triple Liner Factor Korelitas (Laba, LDR dan OCF) Dari 42% Tren Laba SEGARIS Tren OCF, hanya 14 % (4 Bank) yang memiliki korelitas pertumbuhan (+) (+)
Intermediasi LOYO, Tapi Laba Tinggi.. Bankir main surat berharga (saham) di saat SBI rendah dan meniru Kegenitan Pemerintah dalam menunjukan perbaikan Ekonomi dari parameter-parameter liner TANPA didukung Operasi Penyakit Ekonomi
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Market Friendly, benarkah?Teknokrasi dana produktif masyarakat selalu dibenturkan dengan Market Friendly Siapakah Market?:Teori Pasar secara literatur didasari kepada persaingan sempurna (economic scale) dan efisien (technology scale) Peran Negara adalah memahami pasarnya:
Kesalahan pemerintah yang harus ditinggalkan, salah strategi regulasi maupun clustering ekonomi dengan Push Suply Factor di tengah PDB yang rendah, Human Capital Index yang rendah dan Timpangnya akses masyarakat ke pasar 4L
Jika Pasar Kompetitif dan Efisien, Maka Doronglah Regulasi dengan Strategi Push Suply Factor Jika Pasar Belum Kompetitif dan tidak Efisien, Maka ciptakanlah Pasar dengan strategi Pull Demand Factor
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
8
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Racing Tanpa FundamentalIHSG Naik Dibanggakan dengan genit, IPO tidak ada Proporsi OCF dari laba emiten (EBITDA) di BEJ paling rendah (78,17%) dibandingkan(1) MSE (116,36%); (2) SET (112,4%); (3) KLSE (85,84%).
Artinya, struktur laba dari aktivitas utama usaha (suistainable index) di bursa kita lebih lemah dibandingkan bursa lainnya..MESKI Racing Index BEJ terbaik.. PER Tinggi di BEJ, EPS negatif 85 dari 334 Emiten (25,45%)..jauh dibawah Thailand (12,90%) Data perbandingan pertumbuhan parameter fundamental perusahaan di BEJ dan SET selama setahun menunjukan(1) pertumbuhan Aset 10,03% : 40,24%; (2) pertumbuhan Modal Kerja 11,50% : 14,95% dan (3) pertumbuhan cash flow per lembar saham 24,51% : 96,47%.
Lalu mengapa IHSG lebih kuat melawan badai Tsunami dibandingkan Indeks SET?
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Harga Minyak, Benarkah Unpredictable Factor?
Pemerintahan Baru
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
9
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Harapan Masyarakat dari Pemilu
PERUBAHANJika tidak ingin GAGAL jangan ulangi Fatsoen Ekonomi yang terbuai oleh simbol manusia sexy dari Pasar Penting diingat pemerintahan baru, Ekpektasi terlalu besar dari asal ada perubahan (Legitimasi mengambang SANGAT TERGANTUNG PROGRAM, popularitas branding bulan madunya hampir habis)
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Full Employment adalah Obat Kemiskinan, bukan BLTTanpa kebijakan yang integral & holistik tumbuhkan Sektor Riil yang meyerap tenaga kerja, maka kemiskinan menjadi BUDAYA, indikatornya kebijakan publik bermuara ke timbulnya masalah ketenagakerjaan, yaitu:Hilangnya kesempatan kerja Pengangguran baru Menurunnya penghasilan Terbatasnya keterampilan pekerja
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
10
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Inflasi bukan Ekspektasi Semata, Percaya Diri Berlebihan Saja tak Cukup
Sumber Data: Press Realese BPS, Oktober 2005Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Bagian Kedua: Realita paska kenaikan BBM, yang Terungkap di Media MasaAnalisa dilakukan ASPEK Indonesia Research Institute Sumber Data bekerjasama dengan : Periode 1 September 23 November 2005 di Media:Ambon Ekspres, Analisa, Bali Post, Banjarmasin Post, Batam Ekspress, Batam Pos, Berita Buana, Berita Kota, Bisnis Bali, Bisnis Indonesia, Bisnis.com, Business News, Business Week, Cakram Komunikasi, cendrawasihpos.com, CHIP, Denpasar Post, Detik.com, Fajar, Fear Eastern Economic Review, Gatra, Harian Ekonomi Neraca, Harian Equator, Harian Pakuan Raya, Harian Seputar Indonesia, Harian Terbit, Indo Pos, Info Bank, infopapua.com, Investor Daily Indonesia, Investor Indonesia, Jawa Pos, Jurnal Uang & Bank, Kaltim Post, Kedaulatan Rakyat, Kendari Pos, Kompas, Kompas Cyber Media, Kontan, Koran Bogor, Koran Tempo, Lampung Pos, Majalah Investor, Majalah Tambang, Malang Post, Manado Post, Manajemen, Marketing, Medan Bisnis, Media Indonesia, Merdeka, Metro Bogor, Newsweek, Otomotif, Palembang Pos, Pedoman Rakyat, Pelita, Petrominer, Pikiran Rakyat, Pontianak Post, Pos Kota, Pos Metro, Proteksi, Radar Bogor, Rakyat Merdeka, Republika, Riau Mandiri, Riau Pos, Sentana, Sinar Harapan, Sinar Pagi, Solo Pos, Sriwijaya Post, Suara Karya, Suara Merdeka, Suara Pembaruan, Sumatera Ekspress, Surat Kabar Pakuan, Surya, SWA, Tempo Mag Indonesian, Terbit, The Asian Wall Street Journal, The Economist, The Herald Tribun, The Jakarta Post, Tribun Kaltim, Tribun Timur, Trust Magazine, Warta Bisnis, Warta Ekonomi, Warta Kota, Waspada, Wawasan.
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
11
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Distribusi ISU, mengingatkan kembali Penyakit Ekonomi belum sembuhIndikator:Subsidi ekspor 1% Kebutuhan Hidup Minimum 1% Insetif pajak 2% Kebutuhan Hidup Layak 3% Fahmi Idris 6% Ijin usaha 0%
Demonstrasi 35%
PHK 23%
Pengangguran 29%
Pemerintah Tidak memiliki exit strategy ke penyehatan sektor riil, dengan sedikitnya berita dari sumber pemerintah tentang insentif berusaha (ijin Usaha, Subsidi Ekspor, Insentif Pajak Jangankan tumbuh, bertahan-pun sulit, terbukti dengan meningkatnya isu PHK dan pengangguran di Media melebihi isu ekonomi lainnya Terdapat pengalihan isu dari pemerintah, terkait respon keras gerakan SP/SB dalam demonstrasi ke metodologi KHL, dibandingkan subtansi KHM
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Kebijakan Over Shooting harga BBM, memberi Pil Kina atau Pil Koplo dalam Sistem Ekonomi?40Fahmi Idris: "Antisipasi PHK massal dg. SOP: meniadakan kerja lembur, membuat shift kerja, merumahkan pekerja sementara waktu dan mengurangi upah pekerja" Fahmi Idris: "pemerintah tidak akan memberikan sanksi kepada pengusaha yang melakukan pemutusan hubungan kerja" Fahmi Idris: "memperkirakan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kenaikan harga BBM mencapai sekitar satu juta orang, sebagian besar dari sektor TPT"
35
30Fahmi Idris: "Kami minta pesangon dibayarkan secara tunai. Tetapi kalau memang perusahaan tidak mampu, ya mau bagaimana lagi? Daripada tidak dibayar sama sekali kan mendingan dicicil?" Fahmi Idris: "Ancaman PHK Massal Hanya Reaksi Psikologis sesaat saja"
25SBY statement: "cegah PHK massal"
Depperin bantah terjadi PHK di TPT
20
15
Fahmi Idris: "Pengusaha Diimbau tidak Melakukan PHK"
Fahmi Idris
10
5
001-Sep-05 02-Sep-05 03-Sep-05 04-Sep-05 05-Sep-05 06-Sep-05 07-Sep-05 08-Sep-05 09-Sep-05 10-Sep-05 11-Sep-05 12-Sep-05 13-Sep-05 14-Sep-05 15-Sep-05 16-Sep-05 17-Sep-05 18-Sep-05 19-Sep-05 20-Sep-05 21-Sep-05 22-Sep-05 23-Sep-05 24-Sep-05 25-Sep-05 26-Sep-05 27-Sep-05 28-Sep-05 29-Sep-05 30-Sep-05 01-Oct-05 02-Oct-05 03-Oct-05 04-Oct-05 05-Oct-05 06-Oct-05 07-Oct-05 08-Oct-05 09-Oct-05 10-Oct-05 11-Oct-05 12-Oct-05 13-Oct-05 14-Oct-05 15-Oct-05 16-Oct-05 17-Oct-05 18-Oct-05 19-Oct-05 20-Oct-05 21-Oct-05 22-Oct-05 23-Oct-05 24-Oct-05 25-Oct-05 26-Oct-05 27-Oct-05 28-Oct-05 29-Oct-05 30-Oct-05 31-Oct-05 01-Nov-05 02-Nov-05 04-Nov-05 05-Nov-05 06-Nov-05 07-Nov-05 08-Nov-05 09-Nov-05 10-Nov-05 11-Nov-05 12-Nov-05 13-Nov-05 14-Nov-05 15-Nov-05 16-Nov-05 17-Nov-05 18-Nov-05 19-Nov-05 20-Nov-05 21-Nov-05 22-Nov-05 23-Nov-05
-5
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
12
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
100
120
140
-20 20 40 60 80 0
-10 20 30 40 50 60 70
10
0
yanuar rizky, [email protected] Rizky [[email protected]] [[email protected]]beberapa sektor industri mengalami kesulitan untuk bertahan hidup
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]demonstrasi tolak kenaikan BBM semakin marak elemen terbesar: Mahasiswa & LSM, elemen buruh hanya Jawa Barat yang tergabung dalam Gerakan Aliansi Perlawanan Rakyat Jawa Baratrencana PHK 10 ribu orang karyawan di Kalbar 15.000 Buruh Sepatu di Jatim Terancam PHK
demonstrasi tolak kenaikan BBM
pengangguran di jawa barat dan karawang di perkirakan bertambah menyusul kenaikan BBM, TDL dan melemahnya kurs rupiah Sri Mulyani: "Pengangguran Korban BBM Diserap Proyek Pemerintah"
demonstrasi kenaikan BBM semakin meluas
gelombang aksi semakin menyusut ada pemecahan isu. Contoh: tentang UMP aksi menjadi bersifat lebih lokal
aksi sudah bergeser pada isu lokal dan elitis
01-Sep-05 02-Sep-05 03-Sep-05 05-Sep-05 06-Sep-05 07-Sep-05 08-Sep-05 09-Sep-05 10-Sep-05 11-Sep-05 12-Sep-05 13-Sep-05 14-Sep-05 15-Sep-05 16-Sep-05 17-Sep-05 18-Sep-05 19-Sep-05 20-Sep-05 21-Sep-05 22-Sep-05 23-Sep-05 24-Sep-05 25-Sep-05 26-Sep-05 27-Sep-05 28-Sep-05 29-Sep-05 30-Sep-05 01-Oct-05 02-Oct-05 03-Oct-05 04-Oct-05 05-Oct-05 06-Oct-05 07-Oct-05 08-Oct-05 09-Oct-05 10-Oct-05 11-Oct-05 12-Oct-05 13-Oct-05 14-Oct-05 15-Oct-05 16-Oct-05 17-Oct-05 18-Oct-05 19-Oct-05 20-Oct-05 21-Oct-05 22-Oct-05 23-Oct-05 24-Oct-05 25-Oct-05 26-Oct-05 27-Oct-05 28-Oct-05 29-Oct-05 30-Oct-05 31-Oct-05 01-Nov-05 02-Nov-05 04-Nov-05 05-Nov-05 06-Nov-05 07-Nov-05 08-Nov-05 09-Nov-05 10-Nov-05 11-Nov-05 12-Nov-05 13-Nov-05 14-Nov-05 15-Nov-05 16-Nov-05 17-Nov-05 18-Nov-05 19-Nov-05 20-Nov-05 21-Nov-05 22-Nov-05 23-Nov-05
01-Sep-05 02-Sep-05 03-Sep-05 04-Sep-05 05-Sep-05 06-Sep-05 07-Sep-05 08-Sep-05 09-Sep-05 10-Sep-05 11-Sep-05 12-Sep-05 13-Sep-05 14-Sep-05 15-Sep-05 16-Sep-05 17-Sep-05 18-Sep-05 19-Sep-05 20-Sep-05 21-Sep-05 22-Sep-05 23-Sep-05 24-Sep-05 25-Sep-05 26-Sep-05 27-Sep-05 28-Sep-05 29-Sep-05 30-Sep-05 01-Oct-05 02-Oct-05 03-Oct-05 04-Oct-05 05-Oct-05 06-Oct-05 07-Oct-05 08-Oct-05 09-Oct-05 10-Oct-05 11-Oct-05 12-Oct-05 13-Oct-05 14-Oct-05 15-Oct-05 16-Oct-05 17-Oct-05 18-Oct-05 19-Oct-05 20-Oct-05 21-Oct-05 22-Oct-05 23-Oct-05 24-Oct-05 25-Oct-05 26-Oct-05 27-Oct-05 28-Oct-05 29-Oct-05 30-Oct-05 31-Oct-05 01-Nov-05 02-Nov-05 04-Nov-05 05-Nov-05 06-Nov-05 07-Nov-05 08-Nov-05 09-Nov-05 10-Nov-05 11-Nov-05 12-Nov-05 13-Nov-05 14-Nov-05 15-Nov-05 16-Nov-05 17-Nov-05 18-Nov-05 19-Nov-05 20-Nov-05 21-Nov-05 22-Nov-05 23-Nov-05
Isu Demonstrasi..
Fahmi Idris
Ketika akhirnya, Buruh menjadi Korban Over Dosis sebuah Pil Kebijakan
Demonstrasi
PHK
Fahmi Idris
13
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Bagian Ketiga: Indeks Persepsi Pekerja COLA Dicinta, Inflasi-pun Tiba
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Focus Group Discussion: Indeks Persepsi Pekerja ASPEK Ind(range upah peserta FGD: 1,5-8,5 Juta Rp
Paska Kenaikan BBM IILaba P erusahaan Meningkat, diikuti peningkatan Kesejahteraan
Memiliki Sisa P endapatan Kenaikan Biaya Konsumsi Riil, di atas BPS Rate Kenaikan Biaya Konsumsi Riil, P aska kenaikan harga BBM Tidak Ya
P enerapan COLA
0%
20%
40%
60%
80%
100% 120%
Paska Kenaikan BBM ILaba P erusahaan M eningkat, diikuti peningkatan Kesejahteraan
M em iliki Sisa P endapatan
Kenaikan Biaya Konsum si Riil, di atas BP S Rate Kenaikan Biaya Konsum si Riil, P aska kenaikan harga BBM
Tidak Ya
P enerapan COLA
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
14
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Indeks ekpektasi Pekerja turun tajam
Paska Kenaikan BBM I
Paska Kenaikan BBM II
Lebih Sejahtera Sama Saja Lebih Miskin
Lebih Sejahtera Sama Saja Lebih Miskin
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Cara Mengatasi InflasiTidak Membayar Penuh Kartu Kredit Pinjaman Saudara Pinjaman Koperasi Karyaw an Mengurangi Alokasi Menabung / Investasi Tabungan
Pekerjaan Sampingan
Kenaikan Gaji dari Prestasi
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
15
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Preferensi Alokasi Sisa PendapatanBerdagang
Tanah, Rumah, Kendaraan dan Barang Lainnya
Emas
Investasi Surat Berharga
Menabung
0%
20% 40%
60% 80% 100% 120%
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Survey LapanganPenyebaran Kuesioner disebarkan dan dianalisa oleh AIR Inti (ASPEK Indonesia Research Institute), dengan profil Responden
Sektor Bank 9%
Jenis Kelamin Pria Perempu an 56%
Umur 20-30 th 56,6%
Upah per Bulan 300-500 Ribu Rp 17,7%
Manufacturing Jasa Lainnya Pos Cleaning Service Perawat
6% 6% 20% 18% 21%
44%
31-40 th 41-50 th 51-60 th
30,1% 12% 1,3%
501 Ribu-1 Juta Rp 1-2 Juta Rp 2,1-3 Juta Rp 3,1-4 Juta Rp
29,1% 49,3% 2,6% 1,3%
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Riset Data: Timbul Siregar [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
16
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Struktur Cadangan Devisa Personal Sebelum Kenaikan BBM
1.40% Responden memiliki Tabungan, 60% lainnya habis oleh Konsumsi 2.100% Responden tidak memiliki Reksa Dana dan Deposito
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Dampak Kenaikan BBM, tertinggi di TranportKenaikan Biaya Transport ratarata 53,81% [Tertinggi 150%, Terendah 12,5%]Semakin rendah pendapatan semakin tinggi kenaikannya, semakin tinggi pendapatan semakin rendah alokasi ke transportasi (analisa: mengurangi berpergian yang tak penting, serta beralih ke Motor serta semakin rendah rumah semakin jauh)
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
17
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Ketika Makan pun ikut NaikKenaikan biaya makan di saat pergi bekerja (untuk diri sendiri) meningkat rata-rata 41,42% [tertinggi 150%, terendah 11.11%]Semakin rendah pendapatan semakin rendah kenaikannya, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi alokasi ke makan (analisa: Life Style dan Kelas)
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Riset Data: Timbul Siregar [[email protected]]
Makan Keluarga pun MeningkatKenaikan biaya makan keluarga meningkat rata-rata 51,52% [tertinggi 150%, terendah 13.04%]Semakin rendah pendapatan semakin rendah kenaikannya, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi alokasi ke makan (analisa: Life Style dan Kelas)
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Riset Data: Timbul Siregar [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
18
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
Biaya untuk tinggal naik, terlebih mayoritas masih ngontrakKenaikan untuk biaya rumah naik 47,02% (tertinggi 150%, terendah 0%]Semakin rendah pendapatan semakin rendah kenaikannya, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi alokasi ke kondisi tinggal (analisa: Life Style dan Kelas)
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Kebutuhan Primer di luar kebutuhan dasar turunAlokasi kebutuhan lain di luar Kebutuhan dasar paska kenaikan BBM rata-rata sebesar 17,38% setelah kenaikan 16,82%Semakin tinggi pendapatan semakin mengurangi belanja non-dasar, semakin rendah TETAP yang berarti konsumsi memang sesuatu yang harus dikeluarkan karena selama ini pun tidak punya kemewahan untuk hiburan
Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
Riset Data: Timbul Siregar [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
19
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
SimulasiSurvey Membuktikan sampai Gaji 1Juta Rupiah tidak Punya Cadangan Devisa Personal Artinya Gaji = Transport + Makan (sendiri+Keluarga) + Rumah + Lainnya Struktur rata-rata Rekening Personal Transport (50% + 30% + 15% +5%) Maka dampak Kenaikan [53,81%x50%] +[[41,42%x10%]+[51,52%x20%]]+[15%x47,02%]+[0,56%x4%] = 48% Dengan hitungan yang sama, kelompok gaji 3-9Juta ke atas memiliki Loan untuk rumah dan kendaraan, rata-rata 30% dari upah, berarti yang terkena dampak adalah 70%, artinya impak rata-rata COLA 48%x70%=33,6% Logikanya semakin atas semakin kecil, asumsi rata-rata mengikuti BPS rate di 17,89% Dan ada belanja solidaritas antar kelas yang dapat membantu kelas dibawahnya, maka rata-rata COLA (UMR) harus naik minimal di angka 25%, atau kebijakan stabilitas harga dan BBM dikoreksi pemerintah..Tanpa itu baik Pekerja dan Pengusaha sama-sama terjepit
Sebuah angka yang besar, Naasnya bukan bagian dari BLT Disebut Kelompok TERJEPIT yang jumlahnya Besar..Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
berarti inilah yang
Riset Data: Timbul Siregar [[email protected]]
Bagian Ke-empat: Solusi :Bekerja dengan Berpikir, Bertindak Dengan Rasional, Bersama Kita BisaProduce GDP Create Government Revenue Corporate Sector
DemocracyState Sector*
Law and Order Economic and physical infrastructure Provide goods and services Provide jobs
Create Government Revenue Provide workforce Provide Market
DemocracySociety at large**
Intentionally left blank
* State pertains to Executive, Legislative and Judicative arms ** Society at large includes but not limited to NGOs, Political Parties, Labor Unions, CommunitiesYanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
20
Kenaikan BBM, Inflasi dan pengangguran
TERIMA KASIHDorong Good Governance, bebaskan Indonesia dari Korupsi9.0 8.0
Corruption (TI)
7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 0 1 2 3 4 5 6
Hong Kong Malaysia Korea China Thailand Philippines Indonesia7 8
Taiwan
India
Corporate Governance (CLSA)
semoga Indonesia menjadi Negara yang Lebih baik Yanuar Rizky [[email protected]] [[email protected]]
yanuar rizky, [email protected]
21