bahan alam farmasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekstraksi, fraksinasi, isolasi

Citation preview

Ekstraksi 1. Ekstraksi Kurkumin secara Maserasi

a. Alat

Peralatan yang digunakan untuk maserasi adalah blender, labu erlenmeyer,

hotplate stirrer, magnet stirrer, neraca analitik, pompa vakum, dan rotary vacuum

evaporator. Peralatan yang digunakan untuk analisis konsentrasi senyawa

kurkumin adalah spektrofotometer U-2010.b. Bahan

Bahan yang digunakan adalah rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) usia 9 bulan etanol 95%, aseton asam asetat, kertas saring, dan standar kurkumin.c. Cara kerja

Pemilihan metode maserasi dikarenakan pengerjaannya sangat sederhana,

tidak membutuhkan alat khusus dan lebih terjangkau.Tahap ekstraksi dilakukan dengan cara rimpang temulawak sebanyak 50 gram diekstrak dengan metode maserasi menggunakan dua pelarut yang berbeda, yaitu etanol dan aseton dengan perbandingan 1:7 selama 7 jam. Proses ekstraksi dilakukan pada suhu ruang dengan putaran 220 rpm. Pengadukan berfungsi meningkatkan efektifitas ekstraksi. Penggunaan etanol dan aseton dikarenakan sifat fisikokimia kurkuminoid sangat larut pada kedua pelarut tersebut. Selain itu, dikarenakan kepolaran, toksisitas, dan penelitian-penelitian sebelumnya. Kurkuminoid merupakan senyawa polar yang disebabkan oleh gugus OH yang terdapat pada struktur kurkuminoid. Kurkuminoid larut dalam pelarut-pelarut yang mempunyai kepolaran yang hampir sama. Etanol dan aseton memiliki kepolaran mirip kurkumin sehingga cocok digunakan untuk mengekstrak kurkumin. Hasil ekstraksi dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipekatkan dengan penguap putar menggunakan alat rotary vacuum vaporator. Hasil ekstrak ditimbang untuk dihitung rendemen ekstraknya. Selanjutnya dilakukan analisis kandungan kurkumin dengan cara mengukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 530. d. Analisis kuantitatif kurkumin

Pada tahap analisis dilakukan pengujian kuantitatif kurkumin menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 530 nm. Analisis kuantitatif kurkumin dimulai dengan pembuatan kurva standar kurkumin. Standar kurkumin dibuat dengan cara melarutkan standar kurkumin ke dalam asam asetat dengan konsentrasi 100 ppm dan kemudian dilakukan pengenceran sampai didapatkan konsentrasi 0, 1, 2, 3, dan 4 ppm. Setelah itu dilakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 530 nm. Analisis kurkumin dilakukan dengan cara memasukkan sampel sebanyak 5 10 gram ke dalam labu takar 50 ml. Setelah itu ditambahkan asam asetat sepertiga volume labu takar kemudian dipanaskan selama 60 menit dan didinginkan. Selanjutnya ditambahkan asam oksalat serbuk dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan kemudian ditambahkan asam borat, diencerkan menjadi 50 kalinya dan diukur serapannya pada panjang gelombang 530 nm. (Aini.2013)

2. Isolasi minyak atsiri

a. Alat

Alat yang digunakan yaitu labu alas bulat 5000 ml, kondensor, stahl destilasi, botol vial, timbangan analitik, b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rimpang temulawak,c. Cara kerja

Penetapan rendemen minyak atsiri rimpang temulawak menggunakan alat destilasi stahl. Berat rimpang temulawak yang digunakan sebanyak 2 kg dan penyulingan dilaksanakan selama 4-6 jam, dimaksudkan supaya minyak atsiri yang terdapat dalam rimpang temulawak benar-benar tersuling. Rendemen minyak atsiri dihitung sebagai perbandingan antara volume minyak atsiri hasil penyulingan terhadap bobot bahan yang didestilasi. (Sudrajad.2009)Dapus :

Aini.Syarifah.2013. Ekstraksi Senyawa Kurkumin Dari Rimpang Temulawak Dengan Metode Maserasi. IPB:Bogor

Sudrajad.Heru.2009. Uji Aktivitas Antifungi Minyak Atsiri Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorriza Roxb.) Secara In Vitro Terhadap Candida Albicans. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

3. Isolasi senyawa xanthorrizol

a. Dengan maserasi

Alat yang dibutuhkan : kaca. Pipet ukur, hot plate, shaker, ove, rotavapor, KCKT, GC-MS

Hwang (2000) melakukan ekstraksi xanthorrizol dengan menggunakan pelrut metanol 75%, sedangkan Asriani (2010) menggunakan etanol 96%. Rendemen ekstrak yang diperoleh dengan metode Asriani namun masih terdapat senyawa pengganggu pada hasil akhirnya. Sebanyak 250 gr simplisia temu lawak diekstraksi dengan maserasi dengan etanol 96% selama 6 jam sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulang dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Kemudian ditambahkan natrium sulfat anhidrat untuk menghilangkan air. Selanjutnya disaring kembali dua kali dan diuapkan. Ekstrak kasar yang sudah dipekatkan membentuk dua fase sehingga dilakukan partisi dengan menambahkan 200 ml heksana. Fase heksana dan fase etanol dianalisis kandungan xanthorrizolnya dengan hplc.Asetilasi

Ekstrak kental yang diperoleh diasetilasi dengan melarutkannya ke piridin:asam asetat 1:20 dan direaksikan selama 24 jam di suhu kamar. Dihasilkan ekstrak etanol sebanyak 1.8067 gram dan ekstrak heksana 0.2253 gram. Ekstrak sebelum dan sesudah asetilasi dicirikan dengan KLT.

KLT

Digunakan eluen heksana: etil asetat 10:1, terdapat 9 fraksi pada ekstrak etanol dan 11 fraksi pada ekstrak heksana. Spot dugaan xanthorrizol dengan nilai Rf 0.71. larik dikerok lalu dilarutkan dengan etanol dan diuapkan dengan rotavapor untuk mendapatkan fraksi xanthorrizol dari masing2 ekstrak.Deasetilasi dan KLT

Fraksi xanthorrizol lali dideasetilasi dengan resin penukar kation jenis amberlite IR 120 sehingga dihasilkan fraksi dugaan senyawa. Lalu dikarakterisasi dengan KLT analitik, FTIR dan HPLC. Hasil KLT analitik diduga spot xanthorrizol adalah yang memiliki nilai Rf 0.47 pada ekstrak etanol dan pada ekstrak heksana Rf 0.54.

Dapus

Sutisna, Wina Apriani. 2012. Isolasi dan Pemurnian Xantorizol dari Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) tersedia di http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58031/G12was.pdf?sequence=3 (diakses 18 Oktober 2014 23.14)