Upload
dangkiet
View
224
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN INDIKATIP
5.1. ARAHAN RPJPN DAN RPJMN BIDANG PU
ebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005–2025, Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025
adalah : INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam
mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) Misi yang
dijabarkan ke dalam sasaran pokok berdasarkan tujuan pembangunan jangka panjang
tahun 2005–2025 yaitu mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan
bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian PU,
maka tugas Kementerian PU yang secara eksplisit dinyatakan di dalam sasaran-sasaran
pokok dan arahan pembangunan nasional.
Adapun tahapan dan skala prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap ke-3 (2019-2025)
untuk bidang pekerjaan umum dan permukiman adalah :
1. Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel makin
meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua
tingkatan pemerintahan.
2. Kesejahteraan rakyat terus meningkat yang ditunjukkan dari menurunnya angka
kemiskinan dan tingkat pengangguran, menurunnya kesenjangan kesejahteraan
antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan antardaerah, dan dipercepatnya
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan potensial di luar Jawa.
3. Daya saing perekonomian meningkat antara lain melalui percepatan pembangunan
infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha
yang antara lain didukung oleh pengembangan jaringan infrastruktur transportasi,
pengembangan sumber daya air dan pengembangan infrastruktur perumahan dan
permukiman.
4. Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber
daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang ditandai dengan
S
2
berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup, menguatnya partisipasi aktif masyarakat; mantapnya kelembagaan dan kapasitas
antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; dan yang
didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi
pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan
pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian
pemanfaatan ruang.
Berdasarkan arah pembangunan jangka panjang tersebut, maka prioritas dan fokus
pembangunan infrastruktur PU dan permukiman 2019-2025 ditetapkan sebagai berikut :
Prioritas Pembangunanan
1. Pencapaian pembangunan yang berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Prioritas sebagai bagian dari upaya dan komitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan yang berkelanjutan dalam pembangunan infrastruktur pekerjaan umum
dan permukiman, dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip efisiensi dan
kebertangungjawaban dalam pemanfaatan seluruh sumberdaya yang langka, baik
sumber daya alam, manusia, maupun sumberdaya ekonomi.
2. Percepatan pembangunan infrastruktur untuk peningkatan daya saing perekonomian
dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkualitas. Prioritas ini menekankan
pentingnya pencapaian kondisi infrastruktur Pekerjaan Umum dan permukiman yang
memadai demi peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional melalui tersedianya
infrastruktur yang memadai dan mampu meningkatkan penyerapan dan penampungan
jutaan tenaga kerja.
3. Peningkatan kesejahteraan dan penurunan kesenjangan kesejahteraan antarkelompok
masyarakat, dan antardaerah. Prioritas pembangunan ini diarahkan bagi pemenuhan
dan memperluas akses terhadap hak-hak dasar yang terkait bidang Pekerjaam Umum
dan permukiman seperti perumahan, air bersih, sanitasi, permukiman dan lingkungan
hidup yang layak, serta percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendukung
pertumbuhan wilayah-wilayah strategis yang maish tertinggal, terpencil dan kawasan
perbatasan.
3
4. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan
akuntabel yang ditandai dengan terpenuhinya Standar Pelayanan Minimum (SPM) di
semua tingkatan pemerintahan. Prioritas ini ditujukan bagi upaya peningkatan kinerja
pengelolaan bidang pekerjaan umum dan permukiman yang memenuhi prinsip-prinsip
good governance dan mendorong pemerintah daerah untuk dapat memenuhi seluruh
jenis dan mutu pelayanan dasar bidang pekerjaan umum dan permukiman sesuai
dengan kewajibannya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR); peningkatan kualitas
permukiman yang diindikasikan dengan terpenuhinya sarana dan prasana permukiman
yang memadai seperti air minum, air limbah, drainase dan persampahan; serta upaya
revitalisasi maupun penyediaan infrastruktur permukiman di berbagai kawasan yang
memiliki peran strategis secara nasional.
5.2. RENCANA PROGRAM
ebagai perwujudan dari beberapa kebijakan dan strategi dalam rangka
mencapai setiap tujuan strategisnya, maka langkah operasionalnya harus
dituangkan ke dalam program dan kegiatan indikatif yang mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan tugas dan fungsi Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Provinsi NTT.
Adapun rincian kegiatan-kegiatan yang merupakan implementasi program dilihat pada tabel
berikut ini :
1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan lainnya.
Tabel 5.1. Indikator Satuan Keluaran Kegiatan SNVT PJPA
NO. INDIKATOR SATUAN (OUTPUT)
SATUAN (OUTCOME)
1 Jaringan Irigasi baru yang dibangun/ditingkatkan 14 bendung
156 km, 26.872 ha
2 Jaringan Irigasi yang direhabilitasi 10 bendung,
429 km 30.167 ha
3 Jaringan Irigasi Air Tanah yang dibangun/ditingkatkan 53 titik,
53 sumur, 0,636 m3/dt
2.638 ha
4 Jaringan Irigasi Air Tanah yang direhabilitasi 459 titik,
459 sumur, 5,508 m3/dt
4.610 ha
S
4
5 Jaringan Reklamasi Rawa yang dibangun/ditingkatkan ... km ... ha
6 Jaringan Reklamasi Rawa yang direhabilitasi ... km ... ha
7 Jaringan Tata Air Tambak yang dibangun /ditingkatkan
... km ... ha
8 Jaringan Tata Air Tambak yang direhabilitasi ... km ha ...
9 Layanan Perkantoran 216 bulan 216 bulan
10 Persiapan Konstruksi 31 laporan 31 laporan
2. Program Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan Pengamanan Pantai
Tabel 5.2. Indikator Satuan Keluaran Kegiatan SNVT PJSA
NO. INDIKATOR SATUAN (OUTPUT)
SATUAN (OUTCOME)
1 Sarana/Prasarana Pengendali Banjir yang dibangun 130,20 Km 13.020 ha
2 Sarana/Prasarana Pengendalian Banjir yang direhabilitasi
23,50 Km 2.270,8 ha
3 Panjang Sungai yang dikonservasi ... Km ... Km
4 Sarana/Prasaran Pengendali lahar/sedimen yang dibangun
1 bh .. Jt m3
5 Sarana/Prasarana Pengendali lahar/sedimen yang direhabilitasi
... bh ... Jt m3
6 Sarana/Prasarana Pengaman Pantai yang dibangun 78,2 km 781,90 ha
7 Sarana/Prasarana Pengaman Pantai yang direhabilitasi 4,50 km 45 ha
8 Layanan Perkantoran 96 bulan 96 bulan
9 Persiapan Konstruksi 5 laporan 5 laporan
3. Peningkatan Kualitas Pengelolaan SDA Terpadu
Tabel 5.3. Indikator Satuan Keluaran Kegiatan Satuan Kerja Balai
NO. INDIKATOR SATUAN
(OUTPUT) SATUAN
(OUTCOME)
1 Sistem Pelaporan Secara Elektronik (e-Monitoring) 20 laporan 20 laporan
2 Dokumen Keterpaduan Perencanaan dan Pelaksanaan Pengelolaan SDA pada SWS
4 dokumen 4 dokumen
3 Laporan Peningkatan Layanan Data dan Informasi SDA di tingkat BWS
5 laporan 5 laporan
4 Laporan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat Pengelola SDA
130 laporan
130 laporan
5 Monitoring Banjir Satuan Kerja BWS 5 laporan 5 laporan
6 Layanan Perkantoran 180 bulan 1.056 layanan
5
4. Program Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan
Penampung Air lainnya.
Tabel 5.4. Indikator Satuan Keluaran Kegiatan SNVT PJSA
NO. INDIKATOR SATUAN
(OUTPUT) SATUAN
(OUTCOME)
1 Waduk yang dibangun 2 bh 20 Jtm3
2 Embung/Situ/Bangunan penampung air lainnya yang di bangun
570 bh 2,90 Jtm3
3 Waduk yang direhabilitasi ... bh ... Jtm3
4 Embung/Situ/Bangunan penampung air lainnya yang direhabilitasi
226 bh 1.362 Jtm3
5 Kawasan Sumber Air/Situ lainnya dilindungi/ dikonservasi
... kwsn ... kwsn
6 Dokumen Keterpaduan Perencanaan dan Pelaksanaan Pengelolaan SDA pada SWS
32 dokumen 250 embung
7 Layanan Perkantoran 116 bulan 116 bulan
8 Persiapan Konstruksi 12 dokumen 12 dokumen
5. Program Pengelolaan dan Penyediaan Air Baku
Tabel 5.5. Indikator Satuan Keluaran Kegiatan SNVT PJPA
NO. INDIKATOR SATUAN
(OUTPUT) SATUAN
(OUTCOME)
1 Sarana/Prasarana Penyediaan Air Baku yang dibangun /ditingkatkan
... m, 220 unit
672 ltr/det
2 Sarana/Prasarana Penyediaan Air Baku yang direhabilitasi
... m, 209 unit
60 ltr/det
3 Sarana/Prasarana Air Tanah untuk Air Baku yang direhabilitasi
90 sumur 270 ltr/det
4 Layanan Perkantoran 120 bulan 120 bulan
5 Persiapan Konstruksi 5 dokumen 5 dokumen
6. Program Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur SDA
Tabel 5.6. Indikator Satuan Keluaran Kegiatan Satuan Kerja Balai
NO. INDIKATOR SATUAN
(OUTPUT) SATUAN
(OUTCOME)
1 Jaringan Irigasi yang dioperasikan dan dipelihara 476
bendung, ... km,
... ha
2 Jaringan Irigasi Air Tanah yang dioperasikan dan dipelihara
1.612 titik, 0,96 m3/det
11.400 ha
3 Jaringan Reklamasi Rawa yang dioperasikan dan dipelihara
... km ... ha
6
4 Jaringan Air Tambak yang dioperasikan dan dipelihara ... km ... ha
5 Sarana/Prasarana Pengendalian Banjir yang dioperasikan dan dipelihara
42,50 km 1.960 ha
6 Sarana/prasarana pengendali lahar/sediman yang dioperasikan dan dipelihara
... bh ... m3
7 Sarana/Prasarana Pengaman Pantai yang dipelihara 34,80 km 213 ha
8 Waduk/Embung/situ/bangunan penampung air lainnya yang dioperasikan dan dipelihara
1.185 bh 0,066 Jtm3
9 Sarana/Prasarana Penyediaan Air baku yang dioperasikan dan dipelihara
206 bangunan
1,20 m3/det
5.3. RENCANA KEGIATAN INDIKATIF 2015-2019
Rencana Rincian peogram dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam Uraian dan matriks
berikut ini :
5.3.1. Program Perencanaan
1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan lainnya.
a) Untuk mendayagunakan potensi lahan irigasi yang ada di Pulau Timor, Rote, Flores
dan Sumba akan dilakukan sekitar 31 kajian Detail Desain terhadap Daerah Irigasi
Potensial, dengan harapan kedepan dapat memberikan sumbangan produksi padi
dan palawija bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya petani di
daerah ini.
b) Dalam kaitan upaya pemenuhan kebutuhan air untuk penduduk dan pertanian
dengan sumber dari air tanah, maka akan dilakukan identifikasi dan detail desain
JIAT di Pulau Timor, Pulau Flores, Pulau Sumba dan Kepulauan.
2. Program Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan Pengamanan Pantai
a) Secara khusus untuk penanganan Pantai, akan dilakukan Studi Identifikasi Detail
Desain terhadap kondisi Pantai Kritis yang ada di Pulau Sumba Bagian Selatan
sebagai kelanjutan dari pada kegiatan-kegiatan sebelumnya. Upaya ini dilakukan
dalam rangka penanganan secara bertahap terhadap kondisi pantai kritis yang
ada.
b) Upaya pengendalian banjir pada beberapa sungai yang berkaitan dengan
keberadaan prasarana Sumber Daya Air dan pemukiman penduduk, perlu
dilakukan sedini mungkin sehingga dampak negatif yang akan ditimbulkan dapat
7
diminimalisir dengan baik. Untuk itu studi identifikasi dalam rangka pengendalian
bajir pada beberapa sungai di Pulau Timor, Alor, Rote, Sabu, Sumba dan Flores
menjadi sangat penting untuk dilaksanakan sebagai kegiatan yang sangat
strategis; disamping melakukan studi potensi dan pemetaan daerah rawan banjir
di WS. Noelmina, Benanain dan Flores.
3. Program Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan
Penampung Air lainnya
a) Untuk penyediaan air baku untuk irigasi lahan sawah tadah hujan masyarakat di
Pulau terluar dan daerah terpencil maupun daerah perbatasan dalam rangka
ketahanan pangan yang hampir setiap tahun mengalami kegagalan panen akibat
kekurangan air/bencana kekeringan, telah dilakukan perencanaan desain
Waduk/bendungan 2 buah di Pulau Timor, Disain Embung Irigasi 60 buah, SID
Embung Kecil 220 buah.
b) Penyediaan air minum masyarakat pedesaan untuk keperluan sehari-harian,
beternak dan berladang yang sering kali harus menjangkau sumber air mencapai
3-5 km dengan debit yang sangat kecil dan bahkan kering pada bulan Oktober-
Desember menjadi jarak jangkuan 100-200 m direncanakan Disain Embung Kecil
sebanyak 220 buah tersebar di Pulau Timor, Flores, Sumba dan Kepulauan
sehingga diharapkan dapat menampung air sebesar 5.000.000 m3 air minimal
6.500 KK dan areal kebun 600 ha dan ternak 2500 ekor equivalen sapi.
c) Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan dan pengembalian fungsi embung kecil
dan langkah-langkah apa yang perlu dilalukan dalam upaya pemenuhan air
minum masyarakat pedesaan, dilakukan Studi Identifikasi Kerusakan terhadap
bangunan terbangun minimal 5 tahun sebelumnya; termasuk diantaranya
melakukan supervisi konstruksi terhadap embung yang akan dibangun.
d) Setiap pembangunan infrastuktur selalu memberikan dampak positip dan negatip,
sejalan dengan itu masalah air baku/bersih perkotaan khususnya di Kota Kupang
mengalami permasalahan dengan hanya mengharapkan pada sejumlah sumber
air yang tetap tetapi penduduk yang terus meningkat akibat kelahiran dan
urbanisasi sehingga pemikiran untuk dapat memanfaatkan lembah di Sungai
Kolhua yang berair sepanjang tahun dan terbuang percuma ke laut menjadi
8
prioritas saat ini. Kajian dampak lingkungan menjadi hal yang utama untuk
memotret hal yang bersinggungan dengan alam lingkungan baik hal yang
menguntungkan dan merugikan.
e) Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Benanain
dilaksanakan pada tahun anggaran 2011 yang merumuskan beberapa
rekomendasi untuk dapat ditindaklajuti dengan suatu perencanaan rinci melalui
master plan yang disusun agar setiap sektor pemanfaat SDA wajib mendasari
pelaksanaan kegiatannya masing-masing. Kelanjutannya dari hasil penyusunan
pola ini, setelah mendapat legitimasi akan diproses lebih lanjut lewat kegiatan
master plan di waktu yang akan datang.
4. Program Pengelolaan dan Penyediaan Air Baku
a) Penyediaan air bersih bagi kebutuhan masyarakat menjadi sangat penting untuk
mendapat perhatian pemerintah saat ini karena selain merupakan hak dasar
manusia untuk mendapat akses terhadap air juga merupakan suatu target
masyarakat dunia di dalam meningkatkan mutu kesehatan manusia. Potensi mata
air yang selama ini menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan air baku
terutama untuk penduduk dan pertanian dalam skala yang terbatas perlu menjadi
perhatian dalam pemanfaatannya. Untuk itu perlu dilakukan studi identifikasi
potensi mata air yang difokuskan pada lokasi-lokasi yang tersebar di Pulau Timor,
Flores, Sumba, Rote, Alor dan Kepulauan.
b) Secara umum, pertumbuhan penduduk menunjukan adanya trend kenaikan oleh
karena kelahiran, perkembangan pendidikan, industri dan pusat perdagangan
sehingga pertumbuhan ekonomi cukup menarik arus urbanisasi yang besar pula.
Selanjutnya seiring dengan itu pertumbuhan penduduk tersebut menyebabkan
kebutuhan air minum juga semakin meningkat dan menjadi masalah yang
kompleks saat ini.
c) Melalui perencanaan tampungan air baku dan jaringannya yang tersebar di Pulau
Sabu Raijua, Timor, Rote, Alor, Flores, Lembata, Sumba dan Kepulauan diharapkan
dapat memanfaatkan potensi air yang ada untuk dipergunakan dalam memenuhi
kebutuhan air baku masyarakat.
9
5.3.2. Program Pelaksanaan Konstruksi
1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan
Pengairan lainnya.
a) Dalam upaya penyediaan stok pangan masyarakat lokal dengan melaksanakan
Lanjutan pembangunan dan Pembangunan Baru Daerah Irigasi di Pulau Timor dan
Kepulauan, Pulau Sumba dan Pulau Flores dan Kepulauan seluas 26.872 Ha yang
terdiri dari 14 Bendung dengan panjang Jaringan 156 km.
b) Untuk peningkatan produksi pangan terhadap Daerah Irigasi terbangun di wilayah
provinsi NTT akan dilakukan Rehabilitasi prasarana Pengairan di wilayah Pulau
Timor dan Kepulauan, Pulau Sumba dan Pulau Flores dan Kepulauan seluas 30.167
Ha yang terdiri dari 10 Bendung dengan panjang Jaringan 429 km.
c) Untuk wilayah lahan tadah hujan/kering yang telah dikembangkan oleh
masyarakat disiapkan Sumur Bor dan JIAT seluas 2.638 Ha, 53 titik, 53 sumur,
dengan total debit pengambilan sebanyak 0,636 m3/det.
e) Fasilitasi pembentukan P3A Irigasi Air Tanah dalam rangka meningkatkan peran
serta kelembagaan dan masyarakat dalam menentukan kebijakan pelaksanaan
pengelolaan Irigasi Air Tanah di wilayah kerjanya.
2. Program Pengendalian Banjir, Lahar Gunung Berapi dan Pengamanan Pantai
a) Penanganan masalah banjir ditargetkan pada wilayah daerah perbatasan Timor
Leste yang setiap tahun mengalami bencana banjir yang merusak prasarana ke PU-
an termasuk prasarana pengairan dan fasilitas umum lainnya seluas 3.300 ha
dengan Melanjutkan Pembangunan dan Pembangunan Baru prasarana
Pengendalian Banjir Total yang akan dibangun adalah 130,20 km.
b) Beberapa Daerah Irigasi yang perlu Pengamanan antara lain Malaka, Ponu,
Oebobo, Haekesak, Wanokaka, Tidas dan Melolo dengan luas mencapai 13.020 Ha.
c) Pantai di Maumere, Paga, Sabu Raijua, Reo, Alor, Kupang, Ende dan Rote yang
mengalami kerusakan selain karena gempa bumi juga gelombang pasang akibat
berbagai jenis badai yang terjadi setiap tahun dan umumnya mempunyai
kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan tempat wisata dengan kondisi pantai
telah mengalami abarasi dan kerusakan akibat gelombang pasang diperlukan
pengamanan segera guna menghindari kerugian yang timbul.
10
d) Operasi dan Pemeliharaan bangunan Pantai dan bangunan sungai dianggap perlu
agar terhindar dari pekerjaan rehabilitasi dengan biaya yang besar jika terabaikan.
e) Pengamanan pantai Pulau terluar untuk menjaga wilayah NKRI meliputi pantai
Pulau Batek dan Pulau Ndana yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.
3. Program Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan
Penampung Air lainnya
a) Lahan tadah hujan yang selama ini diusahakan oleh masyarakat selalu mengalami
gagal panen dikarenakan suplay aliran permukaan dari sungai relatif tidak dapat
memenuhi kebutuhan pertanian, bahkan hampir tidak ada diakhir musim hujan
sehingga pembangunan Waduk sebanyak 3 buah dan Embung Irigasi sebanyak 27
buah di daerah tersebut sangat diharapkan untuk menjawab permasalahan yang
ada.
b) Kawasan lahan Kering di Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai potensi untuk
dikembangkan menjadi kebun pekarangan dan lahan pengembalaan direncanakan
akan di bangun 1.082 buah embung kecil yang tersebar di Pulau Timor, Rote, Alor,
Flores dan Sumba yang sekaligus dapat menyiapkan/mendekatkan akses air
minum penduduk dengan kapasitas tampung 21.640.000 m3.
c) Kegiatan Operasi dan pemeliharan pada Waduk Tilong dengan tampungan 19 juta
m3 diharapkan agar fungsi prasarana bangunan air bagi pemenuhan 1.484 Ha areal
irigasi dan air baku minum penduduk kota Kupang sebesar 150.55 liter/detik tetap
terpenuhi.
d) Sistim Pengelolaan Hidrologi yang tertata secara baik dan rutin sangat diperlukan
untuk perencanaan prasarana pengairan.
e) Sampai saat ini pengelolaan air baku pada embung irigasi dan embung kecil belum
tersedia padahal 910 buah embung kecil, 30 Embung Irigasi dan 1
Bendungan/Waduk telah terbangun yang membutuhkan perhatian masyarakat
penerima manfaat dengan demikian pembentukan Kelompok Pemakai Air Embung
(P3AE) di pandang perlu untuk dibentuk agar sebagian fungsi pemeliharaan dapat
diserahkan kepada kelompok yang terbentuk tersebut. Pada tahun 2012 dan 2013
Satuan Kerja Balai melalui kegiatan Wajib Balai yaitu Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Pengelolaan SDA Wilayah Sungai telah memfasilitasi terbentuknya P3AE
11
sebanyak 3 (tiga) lembaga antara lain; P3AE Irigsi Benkoko (Kab. TTU), P3AE Irigasi
Haekrit (Kab. Belu), dan P3AE Irigasi Haliwen (Kab. Belu). Selain itu perlu dilakukan
OP terhadap embung irigasi yang ada sekaligus melaksanakan rehabilitasi embung
dalam upaya meningkatkan/mengembalikan fungsi dan manfaat embung tersebut.
f) Kerusakan DAS akibat pemanfaatan bagi aneka tambang bahan galian dan
eksploitasi sumber air yang tak terkendali dibutuhkan adanya koordinasi lintas
sektor untuk setiap Rekomtek yang diterbitkan dapat dilaksanakan termasuk
pengendalian dan pengawasan, maupun penindakan terhadap setiap pelanggaran.
Demikian juga dengan Pembentukan dan dukungan terhadap sekretariat Timn
Koordinasi SDA dalam Wilayah Sungai; termasuk diantarnya dukungan dan
fasilitasi terhadap kegiatan GN-KPA di DAS kritis yang ada di WS Noelmina,
Benanain, Flores, Sumba dan Flotim-Lembata-Alor.
4. Program Pengelolaan dan Penyediaan Air Baku
a) Kontribusi sumur bor dan bangunan tampungan/embung air baku serta jaringan
pipa untuk keperluan air minum sangat memberikan suatu harapan dan semangat
baru bagi masyarakat pedesaan untuk selanjutnya dapat memenuhi akan
kebutuhan dasar berupa air minum melalui program penyediaan air bersih bagi
wilayah Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Timor dan Kepulauan berupa bangunan
tampungan sebanyak 1.772 buah.
b) Bangunan tampungan penyediaan air minum terbangun di Pulau Timor, Rote,
Sabu, Sumba, Flores dan Kepulauan sejak di bangun tahun 1981 dengan
keterbatasan dana pemeliharaan menyebabkan kerusakan sehingga sebagian tidak
dapat berfungsi untuk itu diperlukan perbaikan segera sehingga diharapkan
tersedianya suplay air bersih berupa rehabilitasi prasarana air baku sebanyak
1.405 buah.
c) Perlu dilakukan Revitalisasi Air Tanah untuk Air Baku menggunakan pembangkit
listrik tenaga matahari (solar sear).
5. Program Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur SDA
a) OP Jaringan Irigasi
Pada Bidang Irigasi diupayakan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi yang mantap
pada daerah irigasi seluas 52.000 ha, dengan kebutuhan biaya minimum Rp. 300.000/
12
ha. Secara kongkrit kesejahteraan dan fasilitas/sarana untuk menunjang para penjaga
pintu atau juru bendung yang ada masih sangat minim hampir pada semua sistim
jaringan irigasi yang ada di propinsi ini, untuk menunjang kegiatan diatas kita
membutuhkan biaya sebesar 15 miliar/tahun. Untuk OP Jaringan Irigasi di Tugas
Pembantuan (TP) langsung ke Kabupaten/kota.
b) OP Waduk, Embung dan Sumber Air lainnya
Sebanyak 910 buah Embung Kecil, 32 buah embung irigasi, serta 1 buah waduk yang
telah di bangun, memerlukan perhatian dalam bidang OP supaya tetap berfungsi,
prioritas saat ini adalah setiap tahun diupayakan melakukan pemeliharaan 36 buah
embung kecil, 7 buah embung irigasi dan 1 buah waduk dengan biaya rata-rata 3
miliar/tahun.
c) OP Jaringan Irigasi Air Tanah dan Air Baku
Terdapat JIAT dengan 252 buah sumur, 25,2 liter/detik untuk area seluas 4.108 ha,
sedangkan untuk Air Baku dengan 470 titik, 651,30 liter/detik untuk melayani ± 130
KK/650 jiwa telah dibangun. Oleh sebab itu diperlukan perhatian serius dalam bidang
OP sehingga sarana prasarana tetap berfungsi. Prioritas saat ini adalah setiap tahun
diupayakan melakukan pemeliharaan pada sumur-sumur penunjang kegiatan pertanian
lahan kering, dengan biaya rata-rata 5 miliar/tahun.
d) OP Sungai
Mengadakan piket banjir secara rutin pada musim penghujan, mengisi blanko-blanko
untuk laporan bencana alam banjir, membuat laporan bencana alam, mengadakan
survey dan investigasi kerusakan serta merencanakan (design) perbaikan bangunan–
bangunan sungai akibat bencana alam banjir, normalisasi sungai, membuat perkuatan
tebing sungai serta memantau longsoran pada tebing sungai yang kritis, mengadakan
sosialisasi kepada masyarakat tentang rencana tindak darurat (RTD) akibat bencana
alam banjir dan mengadakan peralatan penunjang operasional lapangan bagi petugas
serta pengadaan peralatan berat untuk OP sungai
e) OP Hidrologi
Pengelolaan hidrologi merupakan kegiatan yang mencakup perencanaan, inventarisasi,
pengolahan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengawasan baik data informasi
13
hidrologi, pos/bangunan hidrologi, termasuk peralatan hidrologi sebagai bagian dari
pengelolaan sumber daya air.
Berdasarkan data yang ada sampai saat ini, kondisi pos/alat hidrologi yang ada
terpasang di Propinsi Nusa Tenggara Timur sangat memprihatinkan, hampir 75 % pos/
alat hidrologi yang ada telah mengalami kerusakan atau hilang serta sangat tergantung
pada produksi luar negeri. Selain permasalahan tersebut, yang tidak kalah penting
untuk mendapatkan perhatian adalah kondisi SDM para pengelola hidrologi yang relatif
sedikit dari sisi jumlah maupun kompetensinya, sarana prasarana penunjang serta
ketersediaan data Operasi dan Pemeliharaan yang sangat terbatas sehingga akan
berdampak secara langsung mutu dan kesinambungan data hidrologi yang dihasilkan.
Kedepan diperlukan Rasionalisasi Hidrologi dan SISDA yang Mantap dan akurat dengan
target ISO 2019.
6. Peningkatan Kualitas Pengelolaan SDA Terpadu
a) Sistem Pelaporan secara Elektronik (e-Monitoring) SATKER Kementerian PU V
(Jumlah Paket > 60)
Sistim Pelaporan secara elektronik adalah monitoring yang dilaksanakan secara terus
menerus selama pelaksanaan program dan harus dapat menyajikan informasi yang
akurat baik input maupun output, membandingkan antara perencanaan dengan
pelaksanaan, mendeteksi jika ada penyimpangan dan permasalahan yang terjadi.
Sedangkan Evaluasi adalah aktifitas penilaian pelaksanaan program berdasarkan
informasi yang disajikan dari hasil monitoring. Mengingat hal tersebut dan
mengindahkan amanat UU No. 17/2003 tentang Pelaksanaan Anggaran Berbasis
Kinerja, Permen PU No.14/PRT/M/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian PU yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri,
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.15/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kegiatan Kementerian PU. Dalam Renstra Balai Wilayah Sungai Nusa
Tenggara II 2015-2019, sistim pelaporan secara elektronik (e-Monitoring) akan
menghasilkan 20 laporan atau 4 laporan/tahun, dengan biaya rata-rata 0,3 miliar/
tahun antara lain :
1) Sistem Pelaporan secara Elektronik (e-Monitoring) SATKER Kementerian PU I
(Jumlah Paket 1 - 10).
14
2) Monitoring dan Evaluasi Pelaporan e-Monitoring.
3) Monitoring dan Evaluasi Pelaporan Keuangan (SAI).
4) Fasilitasi Kegiatan Workshop dan Monitoring evaluasi (e-Monitoring).
5) Monitoring dan Evaluasi Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN).
b) Dokumen Keterpaduan Perencanaan dan Pelaksanaan Pengelolaan SDA pada WS
Penyelesaian dokumen keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan SDA
pada 2 (dua) wilayah sungai di Pulau Timor yaitu WS Benanain dan WS Noelmina akan
dilanjutkan dalam 2 (dua) tahun kedepan yaitu 2015-2016 dan akan menghasilkan 4
Dokumen Rencana Pengelolaan SDA Wilayah Sungai atau 2 laporan/tahun, dengan
biaya rata-rata 1,5 miliar/tahun
c) Laporan Peningkatan Layanan Data dan Informasi SDA di Tingkat BWS
Peningkatan Sistem Informasi Data pada Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II melalui
kegiatan Operasi Penyelenggaran Data dan Informasi bidang SDA. Untuk kelancaran
kegiatan perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang ada dan memadai dalam
melaksanakan kegiatan layanan 5 tahunan direncanakan akan menghasilkan 25
laporan atau 5 laporan/tahun, dengan biaya rata-rata 30 miliar/tahun antara lain :
1) Operasional Rutin Penyelenggaraan Data dan Informasi Bidang SDA (SISDA)
termasuk pelatihan SISDA.
2) Operasi Rutin Pengelolaan Sistem Hidrologi.
3) Operasional Rutin Operasi Sistem Pemantauan Kualitas Air.
4) Necara Air.
5) Audit Teknis Sarana Prasarana Waduk/Embung.
d) Laporan Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Masyarakat Pengelola SDA
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat pengelola SDA yang
pelaksanaannya melalui kegiatan wajib balai, baik kegiatan yang bersifat operasioanal
rutin, fasilitasi, sosialisasi, monitoring dan pelatihan maupun audit dalam 5 tahunan
direncanakan akan menghasilkan 130 laporan atau 26 laporan/tahun, dengan biaya
29,75 miliar untuk 2 tahun dan 3 tahun selanjutnya dengan biaya rata-rata 7,1
miliar/tahun