Bab v Hasil Dan Pembahasan

Embed Size (px)

Citation preview

BAB V HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 5 . 1 . Pembekalan PRA (Parsipatory Rural Apraisal) Pembekalan Parsipatory Rural Apraisal (PRA) dimaksudkan agara mahasiswa dapat terjun langsung dalam masyarakat dan menjelaskan tentang bagaimana tata cara berinteraksi langsung dengan masyarakat yang berbeda-beda karakter. Pembekalan ini dilaksanakan di posko PKL-PHL desa Paoq Rempek diikuti oleh seluruh mahasiswa Kehutanan Unram. Pembekalan PRA : dilakukan dengan tujuan agar anggota PKL-PHL bisa dan mengerti dalam hal melakukan fasilitasi dengan msayarakat disekitar hutan. Bagaimana cara berkomunikasi dengan masyarakat sekitar hutan agar mereka mau menerima kita dengan baik dan dapat dengan mudah memberikan informasi-informasi sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

5 . 2 . Inventarisasi Kawasan Paoq Rempek Inventarisasi kawasan ini dilakukan oleh seluruh mahasiswa PKL-PHL Kehutanan Unram. Pada inventarisasi mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok dimana tiap-tiap kelompok hanya membuat satu jalur dan terdiri dari 4 plot.

5.2.1. Tingkat Semai (Batang/Ha) Tabel 5.1 Kerapatan tingkat Semai. Nama Jenis No. 1 2 3 Nama Lokal Kopi Kakao Jelateng Botani Coffea Arabica Theobrema cacao Laportea decumana Jumlah Individu (Batang) 1 1 1 kerapatan suatu jenis (Batang/Ha) 2500 2500 2500

Terlihat pada tabel 5.1 di atas hanya ada 3 jenis semai pohon yang teridentifikasi yaitu Kopi, Kakao dan Jelateng. Seperti terlihat, sangat jarang semai yang berhasil teridentifikasi dan berdasarkan hasil perhitungan,50

didapatkan ketiganya memiliki nilai kerapatan yang sama yaitu 2.500 batang/ha.

5.2.2. Tingkat Pancang (Batang/Ha) Tabel 5.2 Kerapatan Tingkat Pancang Nama Jenis No. 1 2 Nama Lokal Kopi Kakao Botani Coffea Arabica Theobrema cacao Jumlah Individu (Batang) 6 1 kerapatan suatu jenis (Batang/Ha) 240 40

Jika pada tingkat semai hanya sedikit tanaman yang berhasil teridentifikasi, maka pada tingkat pancang jumlah tanaman teridentifikasi semakin berkurang menjadi 2 jenis saja yaitu Kopi dan Kakao, Dengan kopi sebagai tanaman di tingkat pancang dengan nilai kerapatan terbesar yaitu 240 batang/Ha. Sebagai tambahan, data tingkat semai, pancang dan tiang yang di analisis semuanya berasal dari jalur 1. Sementara data tingkat semai, pancangdan tiang dari jalur 2 tidak ada.

5.2.3.5.2.3.1.

Tingkat Tiang Luas Bidang Dasar (m2)

Tabel 5.3 LBDS Tingkat Tiang Jalur 15.2.3.2.

PU 1 0.028

PU 2 0.0226

PU 3 0.051

PU 4 0.0597

Luas Bidang Dasar2

Tabel 5.4 LBDS2 Tingkat Tiang Jalur 1 PU 1 0.00078 PU 2 0.0000001 PU 3 0.0000008 PU 4 0.0000015

51

5.2.3.3. Rata Rata, Varians dan Standar Deviasi LBDS Tabel 5.5 Rata rata, varians dan standar deviasi LBDS tingkat tiang Jalur 1 Plot 1 2 3 4 Rata Rata 0,028 0,113 0,17 0,0199 Varians -0,0247 -0,00085 -0,00117 Standar deviasi Ragam Standar Contoh Error -0,0123 -0,00028 -0,0003928 CV -

Pada tingkat pancang, jenis tanaman / pohon yang terindifikasi mulai beragam. Tercatat ada 5 Jenis pohon yang teridentifikasi dengan jumlah dan jenis yang berbeda-beda di setiap plot.Untuk perhitungan luas tutupan lahan, digunakan rumus perhitungan Luas Bidang Dasar Spesies (LBDS). Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai LBDS tiap plot tidak terlalu jauh berbeda, dan ada kecenderungan, semakin jauh posisi plot dari titik awal inventarisasi, semakin besar nilai LBDS yang ada.Hal ini mungkin karena jalur inventarisasi yang dimulai dari tepi jalan dalam kawasan hutan dan terus masuk kedalam hutan. Nilai dari LBDS yang tidak terlalu jauh berbeda ini juga dikarenakan jumlah tanaman tingkat tiang yang ada dalam tiap plot juga tidak terlalu jauh berbeda. Dari hasil analisis rata-rata terlihat penutupan lahan oleh luas bidang dasar spesies tidaklah terlalu besar, dengan hasil rata rata tiap plot yang hampir sama. Hasil perhitungan varians yang juga tidak terlalubesar mengindikasikan penyebaran nilai data (LBDS tiap spesies) tidak terlalu jauh dari nilai rata rata yang telah dihitung. Dari hasil Standar Deviasi yang juga bernilai kecil menandakan penyebaran data yang juga tidak terlalu besar. Yang tidak kalah penting untuk dibahas adalah tidak adanya nilai varians dan standar deviasi dari plot 1. Hal ini dikarenakan jumlah spesies (tiang) yang teridentifikasi dalam plot tersebut hanya ada satu. Sehingga ketika data dimasukkan kedalam rumus, menyebabkan pembagi bernilai nol dan tidak memiliki hasil.5.2.3.4.

Volume (m3) PU 1 0.1766 PU 2 0.0891 PU 3 0.2702 PU 4 0.31

Tabel 5.6 Volume tingkat tiang. Jalur 1

52

5.2.3.5.

Volume2

Tabel 5.7 Volume2 tingkat tiang Jalur 1 PU 1 0,0312 PU 2 0,0041 PU 3 0,0252 PU 4 0,0338

5.2.3.6. Rata Rata, Varians dan Standar Deviasi Volume Tabel 5.8 Rata rata, variansi dan standar deviasi volume tingkat tiang Jalur Plot 1 2 3 4 Rata Rata 0,1766 0,0446 0,09 0,1033 Varians 0,0002 0,0004 0,0009 Standar deviasi 0,014142 0,02 0,03 Ragam Contoh 0,0001 0,00013 0,0003 Standar Error 0,01 0,0114 0,0173 2 CV 31,708 22,222 290,416

1

Dari data volume yang ada di tabel 5.8, terlihat volume tiang yang ada bernilai kecil. Hal ini selain karena ukuran diameter dan tinggi tanaman kelas tiang memang kecil juga karena sedikitnya jumlah tanaman jenis tiang yang ada dalam satu plot. Tercatat paling banyak hanya ada 3 tiang dalam 1 plot yang sama. Hasil rata rata, varians dan standar deviasi dari volume juga bernilai kecil seperti pada hasil analisis data LBDS. 5.2.4.5.2.4.1.

Tingkat Pohon Luas Bidang Dasar (m2)

Tabel 5.9 Luas bidang dasar tingkat pohon Jalur I II5.2.4.2.

PU 1 4,1939 38,0252

PU 2 3,2754 30,1952

PU 3 5,157 22,7201

PU 4 1,5933 1,9047

Luas Bidang Dasar2 PU 1 1,4049 55,1604 PU 2 1,2502 41,6595 PU 3 2,68 33,4398 PU 4 0,3745 0,252953

Tabel 5.10 LBDS2 tingkat pohon. Jalur I II

5.2.4.3. Rata Rata, Varians dan Standar Deviasi LBDS Tabel 5.11 Rata- rata, varians dan standar deviasi LBDS tingkat pohon Jalur 1 Plot 1 2 3 4 1 2 3 4 Rata Rata 0,2207315 0,251953 0,3438 0,15933 1,653,269 1,041,213 103,273 0,08658 Varians 0,0266 0,035417 0,0647 0,01341 0,3545 0,365 0,475 0,00419 Standar deviasi 0,163 0,1881 0,2543 0,1158 0,5953 0,6041 0,6892 0,0647 Ragam Contoh 0,0014 0,0027 0,004313 0,0013 0,0107 0,01258 0,052159 0,00189 Standar Error 0,0374 0,0519 0,0656 0,036 0,1034 0,1121 0,2283 0,0434 CV 73,85 7,465,678,123 7,396,742,292 7,267,934,476 3,600,744,948 5,801,886,838 6,673,573,925 7,472,857,473

2

Sedikit berbeda dengan data dari tingkat semai, pancang dan tiang yang hanya memiliki data dari jalur 1, pada tingkat pohon ada data dari jalur 2 sehingga data yang dianalisis bertambah banyak. Dari nilai LBDS terlihat perbedaan yang mencolok antara hasil perhitungan LBDS jalur 1 dan jalur 2. Data LBDS dari jalur 2 terlihat sangat besar bila dibandingkan dengan jalur 1 kecuali pada plot 4 jalur 2 walaupun jumlah pohon yang ada di tiap masingmasing jalur hampir sama jumlahnya. Ini dikarenakan Pohon yang ada di jalur 2 rata rata memiliki diameter yang jauh lebih besar daripada dengan yang ada di plot 1. Dengan jenis spesies yang hampir mirip, tapi memiliki nilai Diameter dan Volume yang berbeda menandakan bahwa umur pohon yang ada di jalur 2 jauh lebih tua daripada dengan yang ada di jalur 1. Hasil rata rata dari kedua jalur ini juga menunjukkan perbedaan yang kontras antara keduanya. Akan tetapi nilai varians dan nilai standar deviasi sama sama bernilai kecil yang menunjukkan penyebaran data,baik itu dengan nilai rata rata maupun antar data, tidak terlalu besar.5.2.4.4.

Volume (m3)

Tabel 5.12 Volume tingkat pohon Jalur I II PU 1 37,5784 298,213 4 PU 2 6,4715 160,6859 PU 3 25,2412 122,6458 PU 4 11,8495 17,3067

54

5.2.4.5.

Volume2

Tabel 5.13 Volume2 tingkat pohon Jalur I II PU 1 212,5394 3776,29 2 PU 2 5,3448 1239,017 PU 3 126,1688 1048,792 PU 4 39,6981 19,8848

5.2.4.6.

Rata Rata, Varians dan Standar Deviasi Volume.

Tabel 5.14 Rata-rata, varians, dan standar deviasi volume tingkat pohon Jalur 1 Plot 1 2 3 4 1 2 3 4 Rata Rata 1,9784 0,4978 1,6827 1,18495 9,0065 5,5409 5,5748 0,7867 Varians 7,7318 0,1769 5,9782 2,8507 33,7939 12,4526 18,3364 0,2986 Standar deviasi 27,806 0,4205 2,445 16,884 58,132 35,288 42,821 0,5464 Ragam Contoh 0,4069 0,0136 0,3985 0,285 1,024 0,4294 0,1946 0,0248 Standar Error 0,6378 0,1166 0,6312 0,5338 10,119 0,6552 0,4411 0,1574 CV 140,547 84,47 145,302 142,487 64,544 63,686 76,811 69,454

2

Jika perbedaan nilai LBDS yang walaupun besar tapi hanya berselisih puluhan, maka perbedaan hasil tersebut semakin terlihat pada data volume dengan perbedaan hasil antara jalur 1 dan jalur 2 dengan selisih yang mencapai ratusan. Yang menarik untuk dibahas adalah besarnya nilai varians dan standar deviasi untuk data volume tingkat pohon. Seperti yang terlihat pada tabel 18, baris jalur 2 plot 1 memiliki nilai varians terbesar dengan nilai 33,7939 dan standar deviasi 1,0241. Hal ini berarti ukuran data sangat beragam dengan rentang nilai data dari nilai rata rata sangat besar.

55

5 . 3 . Inventarisasi Kawasan Kekait Daye

Kegiatan inventarisasi ini dilaksanakan di wilayah administrasi KPH Rinjani Barat Di Kawasan Hutan Cadangan Pangan (HCP) Kekait Daye Desa Kekait Kec. Gunung Sari tepatnya pada tanggal 26 Juli 2011. Adapun mahasiswa yang melakukan kegiatan inventarisasi ini adalah Remukan dari seluruh mahasiswa PKL dengan jumlah anggota perkelompok adalah 10 orang. dan pada masing masing jalur dibuat empat plot ukur yang berukuran 20x100 m untuk pengambilan sampel pohon. Adapun untuk pengambilan sampel semai,pancang dan tiang dibuat sub plot sendiri denganukuran masing masing 2x2 m, 5x5 m dan 10x10 m. Kegiatan inventarisasi ini dilakukan oleh mahasiswa sendiri tanpa dibimbing oleh para mandor dari KPH Rinjani Barat. Data hasil inventarisasi dapat dilihat pada lampiran yang dilampirkan di akhir laporan ini,dan data hasil perhitungan dan analisis data dapat dilihat pada tabel tabel di bawah ini. 5.3.1. Tingkat Semai (Batang/Ha) Tabel 5.15. Tingkat Semai Kekait Daya No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kopi Aren Sirih Rumput Paku Jahe Melinjo Dadap Nama Jenis Nama Lokal Botani Coffea Arabica Arena piata Jumlah Individu (Batang) 13 2 3 39 42 17 7 9 kerapatan suatu jenis (Batang/Ha) 32.5 5 7.5 97.5 105 42.5 17.5 22.5

gnetum gnemon

5.3.2.

Tingkat Pancang (Batang/Ha)56

Tabel 5.16. Tingkat Pancang Kekait Daya No. 1 2 3 Nama Jenis Nama Lokal Botani Kopi coffe arabica Melinjo gnetum gnemon Rambutan Jumlah Individu (batang) 25 13 7 kerapatan suatu jenis (Batang/ha) 10 5.2 2.8

5.3.3.

Tingkat Tiang

Tabel 5.17. Luas Bidang Dasar (m2) Tingkat Tiang Jalur 1 PU 1 O,018344 PU 2 0,014045 PU 3 0,024968 PU 4 0,049435

Tabel 5.18. Luas Bidang Dasar2 Tingkat Tiang Jalur 1 PU 1 0,0000337 PU 2 0,000197 PU 3 0,000623 PU 4 0,000879

Tabel 5.19 Rata rata, varians dan standar deviasi LBDS tingkat tiang Jalur 1 Plot 1 2 3 4 Rata Rata O,018344 0,014045 0,024968 0,016478 Varians 0,0000644 Standar deviasi 0,008024 Ragam Contoh 0,002674 Standar Error 0,05171 CV 48,6952

Tabel 5.20 Volume (m3) Tingkat Tiang Jalur 1 PU 1 0,165096 PU 2 0,098312 PU 3 0,174777 PU 4 0,374228

Tabel 5.21 Volume2 Tingkat Tiang Jalur PU 1 PU 2 PU 3 PU 457

1

0,027257

0,009665

0,030547

0,065478

Tabel 5.22 Rata rata, varians dan standar deviasi volume tingkat tiang Jalur 1 Plot 1 2 3 4 Rata Rata 0,165096 0,098312 0,174777 0,124742 Tingkat Pohon Varians 0,018795 Standar deviasi 0,137098 Ragam Contoh 0,006265 Standar Error 0,079151 CV 109,90524

5.3.4.

Tabel 5.23 Luas Bidang Dasar (m2) Tingkat Pohon Jalur 1 PU 1 0,992914 PU 2 1,966019 PU 3 1,39453 PU 4 3,500907

Tabel 5.24 Luas Bidang Dasar2 Tingkat Pohon Jalur 1 PU 1 0,077059 PU 2 0,409658 PU 3 0,127586 PU 4 6,910,814

Tabel 5.25 Rata rata, varians dan standar deviasi LBDS tingkat tiang Jalur 1 Plot 1 2 3 4 Rata Rata 0,066194 0,1310679 0,082031 0,2693005 Varians 0,011334 0,151976 0,013191 5,968018 Standar deviasi 0,106461 0,389840 0,114852 2,442952 Ragam Contoh 0,0007556 0,010131 0,0007759 0,459078 Standar Error 0,027488 0,100656 0,027855 7 0,677553 CV 160,8317 297,4336 140,010483 907,14722

Tabel 5.26 Volume (m3) Tingkat Pohon Jalur 1 PU 1 15,07291401 PU 2 40,75468 PU 3 26,24364 PU 4 77,27992834

Tabel 5.27 Volume2 Tingkat Pohon Jalur PU 1 PU 2 PU 3 PU 458

1

21,99622008

208,8401

47,83359

3963,257893

Tabel 5.28 Rata rata, varians dan standar deviasi Volume tingkat tiang Jalur 1 Plot 1 2 3 4 Rata Rata 1,0048609 2,71697866 1,54374352 5,944609 Varians 6,8500376 98,110504 7,320141 3503,8588 Standar deviasi 2,6172,576 9,905074 2,7055759 59,195402 Ragam Contoh 0,456669 6,5207002 0,430596 269,5276 Standar Error 0,675773 2,557479 0,656198 16,417295 CV 260,4596 364,56208 175,260713 995,7996

Perhitungan kerapatan batang untuk satu jenis yang hanya ditemukan pada satu plot saja menggunakan rumus : Kerapatan = Jumlah individu / Luas contoh. Untuk tingkat pancang dan semai hanya dilakukan penghitungan untuk kerapatannya dengan satuan individu/m2 atau individu/ha. Caranya adalah dengan mengkonversikan dari satuan per-plot menjadi per-ha. Untuk satu jenis ditemukan pada beberapa plot maka digunakan rumus : Kerapatan = Jumlah individu / (Jumlah Plot x Luas contoh). Untuk tingkat tiang dan pohon dihitung Luas Bidang Dasar (LBDS), dan Volume pohon (m3) dihitung menggunakan rumus :

LBDS (g) =

* * (diameter/100)

2

Volume (v) = * * (diameter/100)2 * tinggi bebas cabang

59

Untuk tingkat tiang dan pohon juga dihitung Volume Plot dan Luas Bidang Dasar (LBDS) plot dengan cara menjumlahkan per plot dapat dilihat pada tabel yang terdapat di lampiran. Sedang rumus yang digunakan untuk mengukur rata-rata, varians, standar deviasi, ragam contoh, standar eror, dan koefisien variasi adalah :

Rata-rata =

xi

nxi2 - ( xi )2 / n n-1

Varian = S2 =

Standar deviasi =

S2

Ragam contoh (S) =

S2

n

Standar Eror =

Ragam

60

Koefisien Variasi (CV)=

Ragam contoh Rata-rata

X 100

Keterangan : n = jumlah pohon dalam plot xi = LBDS plot atau volume plot

5.4. Persemaian Kegiatan persemaian tidak dapat dilakukan berhubung waktu yang tidak memungkinkan sehingga hanya memperkenalkan bagaimana kondisi atau bentuk persemaian yang dilakukan di desa Paoq Rempek. Luas area persemaian yang ada di desa paoq rempek, kecamatan gangga, kabupaten Lombok utara ini adalah 1 are. Persemaian ini termasuk kedalam persemaian sementara karena luasannya yang tergolong kecil. Lokasi ini dipilih karena dekat dengan kawasan hutan yang akan ditanami. Didalam area persemaian ini terdapat beberapa bedengan tempat media tanam ditaruh. Media yang digunakan adalah tanah yang dimasukkan ke dalam polibag. Ukuran polibag yang digunakan berdiameter 10 cm sehingga pada setiap bedengnya mampu menampung 1000 polibag karena luas per bedengannya 100 m2 (20x5 meter). Jenis tanaman yang diusahakan pada persemaian ini adalah sengon. Akan tetapi jenis tanaman tersebut dapat saja berubah sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan untuk penanaman kawasan hutan.

5 . 5 . Analisis Vegetasi di Kawasan Jebak Gawah Senaru Analisis vegetasi Jebak gawah dan sekitarnya Dilikasanakan oleh seluruh anggota kelompok. Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui jenis dan tutupan 61

lahan yang ada pada kawsan hutan TNGR. Dari analisis vegetasi yang kami lakukan, tutupan lahan pada kawasan TNGR lebih rapat jika dibandingkan dengan tutupan lahan pada hutan sebelumnya (pada kawasan hutan Paoq Rempek) ini dikarenakan status dari hutan Senaru ini adalah Hutan Konservasi dimana keanekaragaman hayati menjadi factor yang diutamakan. Pada kegiatan Analisis Vegetasi ini kami melakukan pengukuran dimana hasil dari kegiatan tersebut dihitung Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi Relatif (C), Indek Nilai Penting (INP), Summed Dominance Ratio (SDR), dan Indek Keanekaragaman dengan menggunakan rumus :

a. Kerapatan Relatif (KR)

Kerapatan = Jumlah Individu/Luas Contoh

Kerapatan relatif= (Kerapatan dari suatu jenis/Kerapatan seluruh jenis) x 100%

atau

Kerapatan relatif = (Jumlah individu dari suatu jenis/jumlah individuseluruh jenis) x 100%

b. Frekuensi Relatif (FR) 62

Frekuensi = Jumlah plot diketemukannya suatu jenis/jumlah seluruh plot

Frekuensi relatif= (Frekuensi dari suatu jenis/Frekuensi seluruh jenis) x 100%

c. Dominansi Relatif (c)

Dominansi = Jumlah bidang dasar/Luas contoh

Dominansi relatif= (Dominansi dari suatu jenis/Dominansi seluruh jenis) x 100% atau Dominansi relatif= (Jumlah bidang dasar dari suatu jenis/jumlah bidang dasar seluruh jenis) x 100%

d. Indek Nilai Penting

INP = Kerapatan relatif + frekuensi relatif + dominansi relatif

e. Summed Dominance Ratio (SDR)

SDR = INP/3

63

f.

Indek Keanekaragaman

A = ni/N = INP/N B = Log (ni/N) Keterangan : N = total INP pada tingkat (semai/pancang/tiang/pohon) ni = INP per species Dalam kegiatan analisis vegetasi kali ini Mahasiswa dibagi dalam 2 kelompok besar untuk selanjutnya melakukan kegiatan analisis vegetasi dalam dua jalur besar yang berbeda sehingga tiap-tiap jalur terdiri atas 4 plot. Analisis Vegetasi Tingkat Semai Tabel 5.29 Hasil perhitungan Kerapatan, Frekuensi, dan Coverage tingkat semai.Jumlah pohon di seluruh plot sampel (phn) Frekuen si ditemuk an dalam plot sampel (plot)

No .

Spesie s

Luas Bidan g Dasar (m) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Densitas (K) K-i (phn/ha ) 4375 2187,5 625 13750 2187,5 1875 25.000, 00

Frekuensi (F) F-i 0.62 5 0.5 0.25 0.37 5 0.37 5 0.25 2.38 FR-i

Coverage

KR-i

C-i

CR-i

1 2 3 4 5 6

Jenis A Jenis B Jenis C Kasol Jelata ng Klokos Jumlah

14 7 2 44 7 6 80,00

5 4 2 3 3 2 19,00

17,50 8,75 2,50 55,00 8,75 7,50 1000 0

0.26 0.21 0.11 0.16 0.16 0.11 1.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

64

Tabel 5.30 Hasil perhitungan INP, SDR, dan Indek Keanekaragaman tingkat semai.indek keanekaragaman a B Axb ni/N Logni/N 0.1758 67 0.0887 14 0.0257 92 0.5461 14 0.0881 94 0.0752 97 1.00 0.7548 1 1.0520 1 1.5885 1 0.2627 2 1.0545 6 1.1232 2 -5.84

INP

SDR

17.76 8.96 2.61 55.16 8.91 7.61 101.0 0

5.92 2.99 0.87 18.39 2.97 2.54 33.67

-0.13275 -0.09333 -0.04097 -0.14347 -0.09301 -0.08458 -0.59

Dalam analisis dan perhitungan data pengamatan kegiatan analisis vegetasi tingkat semai, variabel yang dihitung antara lain Kerapatan,Frekuensi, INP, SDR dan indeks keragaman. Nilai coverage tidak dihitung, karena untuk menghitungnya dibutuhkan data mengenai diameter tanaman. Sementara untuk pengamatan tingkat semai, tidak dilakukan pengukuran diameter. Dari hasil perhitungan tingkat keragaman pada tingkat semai yang ada pada 8 plot pengukuran tidak terlalu besar. Tercatat hanya ada 6 spesies dengan 3 spesies belum berhasil teridentifikasi, sementara 3 spesies lainnya antara lain Kasol, Jelatang dan Klokos. Terlihat dari hasil perhitungan kerapatan, spesies Kasol memiliki nilai terbesar dengan nilai kerapatan yang65

mencapai 13.750. Akan tetapi bila dibandingkan dengan nilai frekuensi kasol yang tidak terlalu besar, dapat diketahui bahwa spesies Kasol tingkat semai hanya banyak ditemukan di beberapa plot saja, atau tidak tersebar secara merata di kedelapan plot ukur yang ada. Berbeda dengan semai dari jenis A yang walaupun jumlah semai dan nilai kerapatannya tidak terlalu besar, namun dapat dikatakan jenis A tersebar secara merata pada plot ukur, yang ditandakan dengan nilai frekuensi jenis A yang besar. Indeks Nilai Penting yang merupakan hasil penjumlahan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan coverage relatif, menandakan variabel pentingnya keberadaan spesies tersebut dalam populasi. Dan jenis yang memiliki nilai INP terbesar berasal dari jenis kasol dengan nilai INP sebesar 55,16. Besarnya nilai INP kasol sangat dipengaruhi besarnya nilai kerapatan relatifnya yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan semai spesies lain. Analisis Vegetasi Tingkat Pancang Tabel 5.31 Hasil perhitungan Kerapatan, Frekuensi, dan Coverage tingkat pancang.Jumlah pohon di seluruh plot sampel (phn) Frekuens i ditemuk an dalam plot sampel (plot)

No.

Spesie s

Luas Bidan g Dasar (m) 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Densitas (K) K-i (phn/h a) 350 250 150 50 50 50 50 100 1,050. KR-i 33.3 3 23.8 1 14.2 9 4.76 4.76 4.76 4.76 9.52 100

Frekuensi (F) F-i 0.75 0.62 5 0.37 5 0.12 5 0.12 5 0.12 5 0.12 5 0.25 2.5 FR-i 30 25 15 5 5 5 5 10 100

Coverage C-i 0 0 0 0 0 0 0 0 0 66 CR-i 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 2 3 4 5 6 7

Jenis A Jenis B Jenis C Birak Prek Kasol

7 5 3 1 1 1 1 2 21

6 5 3 1 1 1 1 2 20

Bering in Jelatan 8 g Jumlah

00

Tabel 5.32 Hasil perhitungan INP, SDR, Indek Keanekaragaman tingkat pancang.indek keanekaragaman a b Axb ni/N logni/N 0.3166 -0.4994 0.1581 67 4 0.2440 -0.61253 0.1494 48 9 0.1464 -0.83437 0.1221 29 8 0.0488 -1.3115 0.0640 1 1 0.0488 -1.3115 0.0640 1 1 0.0488 -1.3115 0.0640 1 1 0.0488 -1.3115 0.0640 1 1 0.0976 -1.01047 0.0986 19 4 1 -8.2 -0.78

INP 63.33 48.81 29.29 9.76 9.76 9.76 9.76 19.52 200

SDR 21.11 16.27 9.76 3.25 3.25 3.25 3.25 6.51 66.67

Dari hasil pengamatan Analisis Vegetasi yang merupakan hasil pengamatan tingkat pancang ditemukan ada 8 spesies tanaman. Diantara 8 spesies tersebut didapatkan nilai kerapatan tertinggi terdapat pada jenis A dengan jumlah 350 batang/ha. Sedangkan nilai yang terendah terdapat pada birak, prek, kasol,dan beringin yang memiliki kerapatan masing-masing 50 btg/ha. Menarik untuk dibahas, nilai frekuensi jenis A juga merupakan yang terbesar dengan nilai 0,75, maka selain memiliki nilai kerapatan yang besar jenis A juga tersebar secara merata di seluruh plot ukur.67

Analisis Vegetasi Tingkat Tiang Tabel 5.33 Hasil perhitungan Kerapatan, Frekuensi, dan Coverage tingkat tiang.Jumlah pohon di seluruh plot sampel (phn) Frekuen si ditemuk an dalam plot sampel (plot)

No .

Spesie s

Luas Bidan g Dasar (m) 0.04 0.08 0.02 0.09 0.04 0.27

Densitas (K) K-i (phn/ha )

Frekuensi (F)

Coverage

KR-i

F-i

FR-i

C-i

CR-i

1 2 3 4 5

Kasol Jelata ng Bajur Dao Jenis A Jumlah

3 6 4 6 1 20

2 5 3 2 1 13

37.50 75.00 50.00 75.00 12.50 250

15.00 30.00 20.00 30.00 5.00 100.0 0

0.25 0.62 5 0.37 5 0.25 0.12 5 1.62 5

15.3 8 38.4 6 23.0 8 15.3 8 7.69 100. 00

0.49 1.03 0.21 1.19 0.47 3.39

0.15 0.30 0.06 0.35 0.14 1.00

Tabel 5.34 Hasil perhitungan INP, SDR, Indek Keanekaragaman tingkat tiang.indek keanekaragaman a B INP SDR ni/N 0.1518 92 0.3421 14 0.2146 25 0.2275 35 0.0638 36 logni/N 0.8184 7 0.4658 3 0.6683 2 0.6429 5 1.1949 axb 0.1243 2 0.1593 7 0.1434 4 0.1462 9 0.0762 68

30.53 68.77 43.14 45.73 12.83

10.18 22.92 14.38 15.24 4.28

4 201.0 0 67.00 1.00 -3.7905

8 0.6497

Dari hasil pengamatan Analisis Vegetasi yang merupakan hasil pengamatan tingkat tiang ditemukan ada 5 spesies tanaman. Diantara 5 spesies tersebut didapatkan nilai kerapatan tertinggi terdapat pada jelatang dan dao dengan yang masing-masing 75 batang/ha. Sedangkan nilai yang terendah terdapat pada jenis A yang memiliki kerapatan12.50 btg/ha. Menarik untuk dibahas, nilai kerapatan jelatang dan dao walaupun memiliki nilai yang sama yaitu 75 batang/ha tetapi nilai frekuensi berbeda yang masing-masing bernilai 0,625 untuk jelatang sedangkan 0,25 untuk dao. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah plot tempat spesies tersebut ditemukan. Sedangkan untuk nilai frekuensi total untuk tingkat tingkat tiang berjumlah 1,625. Untuk coverage (dominansi) didapatkan nilai tertinggi pada dao 1,19 yang disebabkan nilai LBDS dao tinggi yaitu 0,09. Untuk nilai INP total bernilai 201 dimana angka ini di dapatkan dari hasil jumlah INP masing-masing spesies. Sedangkan nilai INP masing-masing spesies didapatkan dengan menjumlah nilai kerpatan batang, frekuensi, dan coverage dari msing-masing jenis.

Analisis Vegetasi Tingkat Pohon Tabel 5.35 Hasil perhitungan Kerapatan, Frekuensi, dan Coverage tingkat pohon.Jumlah pohon di seluruh plot sampel (phn) Frekuen si ditemuk an dalam plot sampel (plot)

No .

Spesies

Luas Bidan g Dasar (m) 0.18 1.09 2.18 0.06

Densitas (K) K-i (phn/ ha) 6.25 31.25 37.50 3.13

Frekuensi (F) F-i FR-i

Coverage

KR-i

C-i

CR-i

1 2 3 4

Birak Bumbung Kasol Bajur Terep

2 10 12 1

2 4 6 1

2.82 14.08 16.90 1.41

0.25 0.5 0.75 0.12 5

5.00 10.00 15.00 2.50 69

0.57 3.42 6.80 0.18

1.74 10.45 20.81 0.55

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Dao Jelatang Jukut Koak Birak Klokos Getaq Pohon 1 Sentul Senyirang Udu Garu Jumlah

9 14 1 2 2 3 6 1 3 1 3 1 71

5 6 1 2 1 2 3 1 2 1 2 1 40

0.70 1.28 0.09 0.18 0.24 1.45 0.61 0.42 1.22 0.04 0.40 0.32 10.47

28.13 43.75 3.13 6.25 6.25 9.38 18.75 3.13 9.38 3.13 9.38 3.13 221.8 8

12.68 19.72 1.41 2.82 2.82 4.23 8.45 1.41 4.23 1.41 4.23 1.41 100.0 0

0.62 5 0.75 0.12 5 0.25 0.12 5 0.25 0.37 5 0.12 5 0.25 0.12 5 0.25 0.12 5 5.00

12.50 15.00 2.50 5.00 2.50 5.00 7.50 2.50 5.00 2.50 5.00 2.50 100.0 0

2.18 4.01 0.29 0.56 0.74 4.54 1.90 1.31 3.81 0.14 1.26 1.00 32.7 0

6.67 12.27 0.89 1.70 2.28 13.87 5.80 4.02 11.64 0.43 3.85 3.04 100.0 1

Tabel 5.36 Hasil perhitungan INP, SDR, Indek Keanekaragaman tingkat pohon.indek keanekaragaman a B INP SDR ni/N 0.0318 56 0.1151 26 0.1756 86 0.0148 5 logni/N 1.4968 1 0.9388 2 0.7552 6 1.8282 8 axb 0.0476 8 0.1080 8 0.1326 9 0.0271 5 70

9.56 34.54 52.71 4.46

3.19 11.51 17.57 1.49

31.85 46.98 4.79 9.52 7.59 23.09 21.75 7.93 20.87 4.34 13.08 6.95 300.0 1

10.62 15.66 1.60 3.17 2.53 7.70 7.25 2.64 6.96 1.45 4.36 2.32 100.0 0

0.1061 63 0.1566 1 0.0159 81 0.0317 32 0.0253 1 0.0769 77 0.0725 08 0.0264 26 0.0695 64 0.0144 55 0.0435 84 0.0231 73 1.0000 01

0.9740 3 0.8051 8 1.7964 1 1.4985 1 1.5967 1 1.1136 4 1.1396 1 1.5779 8 1.1576 1 1.8399 9 1.3606 7 1.6350 1 21.514 5

0.1034 1 0.1261 0.0287 1 0.0475 5 0.0404 1 0.0857 2 0.0826 3 0.0417 0.0805 3 0.0266 0.0593 0.0378 9 1.0761 5

Dari hasil pengamatan Analisis Vegetasi yang merupakan hasil pengamatan tingkat pohon ditemukan ada 16 spesies tanaman. Diantara 16 spesies tersebut didapatkan nilai kerapatan tertinggi terdapat pada jelatang dengan nilai 43,75 batang/ha. Sedangkan nilai yang terendah terdapat pada

71

Garu, senyirang, Pohon 1 (jenis yang tidak dapat diidentifikasi), jukut dan terep yang masing-masing bernilai 3,13 batang/ ha. Sedangkan kerapatan total yang dihitung dari jumlah kerapatan masing-masing spesies. Menarik untuk dibahas, nilai kerapatan Garu, senyirang, Pohon 1 (jenis yang tidak dapat diidentifikasi), jukut, dan terep memiliki nilai yang sama yaitu 3,13 batang/ha tetapi nilai frekuensi juga sama yaitu bernilai 0,125 yang disebabkan karena masing-masing jenis tersebut hanya ditemukan pada satu plot saja. Sedangkan untuk nilai frekuensi total untuk tingkat pohon berjumlah 5,00 dengan asumsi tidak ada spesies yang menyebar secara merata diseluruh plot. Untuk coverage (dominansi) didapatkan nilai tertinggi pada bajur 6,80 yang disebabkan nilai LBDS bajur tinggi yaitu 2,18 dibandingkat yang lain. Untuk nilai INP total bernilai 300,01 dimana angka ini di dapatkan dari hasil jumlah INP masing-masing spesies. Sedangkan nilai INP masing-masing spesies didapatkan dengan menjumlah nilai kerpatan batang, frekuensi, dan coverage dari masing-masing jenis.

5 . 6 . Pengamatan Satwa Pengamatan satwa dilakukan di Jebak Gawah, Senaru. Pengamatan dibagi menjadi dua criteria yaitu pengamatan satwa didalam kawasan TNGR dan pengamatan satwa di luar kawasan TNGR. Pengamatan satwa kami lakukan menggunakan dua cara yaitu : 1. Berjumpa atau secara langsung. 2. Secara tidak langsung yakni melalui tanda-tanda yang

ditinggalkan seperti : jejak satwa, melalui kotoran, melalui bagian tubuh yang ditinggalkan, suara atau bunyi satwa, melalui tanda-tanda pada habitat, melalui bau bauan satwa, melalui sarang satwa. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis jenis satwa yang ditemukan, waktu, banyak satwa yang ditemukan dari setiap jenisnya dan metode yang digunakan (pengamatan langsung atau secara tidak langsung).

72

Dari hasil pengematan diatas, jenis satwa yang paling banyak ditemukan adalah satwa jenis burung baik yang ditemukan secara langsung (melintas) maupun secara tidak langsung (melalui suara). Selain itu ditemukan juga kelelawar dan ayam serta beberapa jenis serangga. Dalam laporan ini, pada bab hasil pengamatan Praktikan tidak mencantumkan hasil data-data pengamatan satwa karena banyak yang tidak diketahui spesies dari satwa-satwa tersebut diakibatkan pada saat pengamatan dibagi kedalam beberapa kelompok dimana pada satu kelompok terdiri hanya 3 orang dan keterbatasan kamera/buku pengenalan jenis satwa yang dimiliki masing-masing praktikan sehingga menyulitkan praktikan dalam mengidentifikasi satwa atau mengambil sampel gambar dari satwa yang tidak diketahui tersebut.

5 . 7 . Interpretasi dan pree test Pada kegiatan interpretasi ini tidak ada data yang disajikan karena inti dari kegiatan ini hanya untuk memperhatikan dan menalar kritis dari obyek wisata yang terdapat sambil melakukan pengamatan tempat, fasilitas, dan sarana-sarana penunjang lainnya. Interpretasi di Sendang gile Dilikasanakan oleh seluruh anggota kelompok. Objek yang kami amati berupa fasilitas umum dan keadaan objek wisata tersebut. Dari pengamatan yang kami lakukan, objek wisata ini banyak sekali dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal. Namun disisi lain dari pengamatan yang kami lihat, fasilitas yang ada di objek yang wisata ini belumlah memadai. Dari tangga yang menjadi jalan masuk dan keluar wisatawan yang mana dapat kita lihat bahwa masih dilakukan perbaikan. Namun dalam perbaikannya belum ada penyelesaian (masih dalam pengerjaan) yang apabila tidak dilakukan dengan cepat maka akan dikawatirkan dapat mecelakai pengunjung yang ada. Kemudian, fasilitas umum berupa toilet dan kamar ganti yang belum sesuai. Pre test bertempat di Pusat informasi BTNGR Senaru Dilikasanakan oleh seluruh anggota kelompok. dilakukan dengan tujuan sejauh mana anggota PKL-PHL memahami materi yang telah dipraktikan.

73

5.8. Pengamanan dan Patroli Kawasan 5.8.1. Rempek Pengamanan dan patrol kawasan pada saat berada di desa Paoq Rempek dilakukan pada tanggal 13 juli 2011. Pada saat pengamanan ini ditemukan beberapa lubang galian yang dilakukan oleh masyarakat. Lubang galian ini merupakan aksi dari masyarakat yang menolak kedatangan para tamu peserta konferensi kehutanan. Mereka beranggapan bahwa kedatangan para tamu ini dating ke desa mereka untuk mengambil kawasan hutan yang telah lama mereka kelola secara swadaya, padahal yang sebenarnya terjadi adalah para tamu peserta konferensi datang ke desa mereka sebagai salah satu rangkaian tinjauan lapangan, untuk mempelajari hutan yang ada di pulau Lombok. Selain itu masyarakat juga memblokir jalan menuju ke kawasan hutan yang akan dikunjungi oleh para peserta konferensi. 5.8.2. Pengamanan dan Patroli Kawasan di Senaru Pengamanan dan Patroli Kawasan di Desa Paoq

Pengamanan dan patrol kawasan TNGR dilakukan oleh praktikan dan petugas dari TNGR. Pada saat pengamanan ditemukan beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat yaitu: 1. Ditemukan pal batas yang bergeser tempatnya. Masyarakat menggeser letak pal batas kearah TNGR, hal ini dilakukan oleh masyarakat untuk memperluas lahan kebun mereka. 2. Ditemukan masyarakat yang memburu babi hutan Hasil tangkapan berupa babi hutan dibiarkan begitu saja oleh masyarakat ketika mereka melihat petugas TNGR melintas. Selain babi hutan didalam karung yang ditinggalkan juga terdapat buah kesambi dan batang rotan. Memburu babi hutan seharusnya tidak boleh dilakukan karena TNGR 74

merupakan kawasa konservasi dimana satwa, ekosistemnya harus dijaga kelestariannya untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada.

5 . 9 . Analisis Jenis Komoditi & Alur Pemasaran serta Analisis Alur sejarah Desa kekait terletak di kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat. Mata pencaharian utama masyarakat yang tinggal di desa ini adalah sebagai petani. Dari hasil berkebun inilah mereka menggantungkan kehidupan mereka. Jenis komoditi yang dikembangkan di desa ini adalah nangka, durian, aren, kopi, pisang, melinjo dan sirih. Jenis komoditi ini mereka tanam di dalam suatu kawasan yang mereka sebut HCP (hutan cadangan pangan). Pemanenan untuk komoditi berupa nangka, durian, kopi, dan melinjo dilakukan setiap musimnya. Sedangkan untuk komoditi berupa pisang, aren dan sirih dilakukan setiap hari. Setiap harinya para penggarap atau petani mampu memanen pisang sebanyak 15 tandan dengan jenis pisang yang beragam seperti pisang mas, pisang kayu dll. Untuk aren mereka biasanya menggambil bagian buah dan nira dari pohon tersebut dimana untuk buahnya diolah terlebih dahulu (kolang-kaling). Adapun prosesnya adalah buah dipisahkan terlebih dahulu dari tandannya, kemudian dicuci dan dimasak sampai 2 jam (sampai matang). Kemudian isi dipasahkan dengan kulitnya. Baru setelah itu siap dijual ke pasar. Sedangkan untuk niranya sendiri, dioleh menjadi gula merah. Adapun prosesnya adalah setelah air nira ditampung dan diambil dari pohonnya. Air nira ini direbus sampai matang dan mengental. Pada saat memasak harus dijaga agar tidak gosong. Setelah air nira mulaii mengental, diaduk terus kemudian setelah suhunya agak dingin, baru mulai dicetak denagn menggunakan cetakan yang terbuat dari bambu atau batok kelapa. Tetapi tdak jarang juga air nira langsung dijual ke konsumen (tuak manis). Tergantung dari jumlah air nira yang didapat oleh petani. Pemasaran hasil dilakukan langsung oleh para petani itu sendiri. Disini peran para wanitalah yang paling penting. Karena mereka yang memiliki andil dalam proses pemasaran hasil kebun atau hasil lahan garapan. Pemasaran dilakukan langsung di pasar tradisional terdekat tapi tidak jarang juga hasil-hasil tersebut 75

dikumpulkan olh tengkulak (misalnya untuk pisang), yeng kemudian dibeli oleh pemborong dan kemudian dijual lagi dipasar-pasar diluar desa kekait baru kemudian berada di tangan konsumen.

Alur distribusi hasil hutan bukan kayu. Hasil hutan bukan kayu yang dihasilkan penggarap hutan didistribusikan langsung ke pasar, pengepul, atau bisa juga langsung kepada konsumen. Biasanya masyarakat penggarap hutan yang menjual langsung kepada konsumen harganya lebih murah dibandingkan dengan pasar atau pengepul. Setelah terjual ke pasar alur distribusinya bisa juga ke konsumen individu atau ke pemborong, dimana pemborong tersebut mendistribusikan lagi ke luar desa kekait. Telihat dari bagan dibawah bahwa alur distribusi yang melalui pengepul langsung ke pemborong karena penjualan suatu jenis komoditi HHBK oleh pengepul secara borongan, berbeda dengan alur distribusi komoditi melalui pasar yang dapat juga langsung menjual kepada konsumen individu. Hasil hutan bukan kayu yang telah sampai ke tangan pemborong bila didistribusikan lagi keluar desa kekait harganya jauh meningkat dibandingkan dengan membeli langsung pada penggarap hutan, pengepul, atau pasar kekait.

Pengepu l

Masyaraka t Penggarap hutan

Pasar Kekait

Pemboro ng

76

Konsumen individu

Keluar desa

Gambar 5.1. Alur distribusi HHBK desa Kekait kec. Gunung Sari

Alur sejarah hutan cadangan pangan (HPC). Hutan cadangan pangan yang ada di desa ini memiliki luas 100 Ha. Dibuka pada tahun 2000 yang merupakan proyek dari pusat. Pada tahun 1983, hutan ini merupakan kawasan hhutan lindungsampai dengan tahun 1985. Setelah tahun 1985 masyarakat masuk untuk menyerobot hutan sehinnga pada tahun 1987 masuklah program reboisasai dari pemerintah dimana pemerintah memberikan 10.000 bibit mahoni untuk ditanam pada kawasan hutan yang telah gundul akibat penyerobotan lahan oleh masyarakat disekitar hutan. Pada tahun 1999 eksploitasi yang dilakukan oleh masyarakat local membuat tanman yang ditanaman pada saat reboisasi hancur. Eksploitasi ini dilakukan oleh kurang lebih 100 orang. Sehingga pada tahun 2000 pemerintah menetapkan kawasan hutan ini sebagai hutan cadangan pangan sampai dengan sekarang.

Analisis masalah 1. Pada desa ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang mengelola hutan dan kelompok yang tidak mengelola hutan dan ingin mengelola hutan sehingga biasanya terjadi konflik dan penyerobotan lahan garapan. 2. Alih pengelolaan lahan yaitu lahan garapan yang dipindah tangankan (jual beli) atas alasan upah capek.

77

3. Retribusi per orang yang dikeluarkan oleh penggarap yang kemudian dikumpulkan ke ketua kelompok dari masing-msaing kelompok tani yang kemudian disetorkan ke dinas kehutanan setempat yang mana retribusi yang mereka keluarkan tidak tau arahnya kemana.

5.10. Manajemen Hutan Pada KPH Rinjani Barat masalah yang ada yaitu masih belum adanya mandor pada setiap lahan garapan sehingga dalam pengawasan masih ada penggarap yang bertingkah curang dengan menjual lahannya kepada penggarap lain dan pada saat pendataannya jadi sangat sangat susah. Struktur organisasi KPH belum disosialisasikan lebih dalam akibatnya masyarakat sekitar hutan masih belum begitu akrab dengan proses yang dijalankan oleh KPH, sehingga dalam proses transfer rencana dari KPH masih banyak hambatan. Terlebih lagi adanya penduduk yang menggarap lahan dan sekaligus tinggal di lahan garapannya tersebut dimana kegiatan tersebut tidak diperbolehkan. Pada BTNGR juga hampir sama dengan masalah yang ada di KPH yaitu kekurangan personil terlebih lagi status BTNGR sendiri adalah konservasi yang prosesnya yaitu menjaga kelestarian hutan itu sendiri. Masyarakat sekitar hutan yang cenderung memanfaatkan hasil hutan dan berburu di dalam kawasan.

78