65
5.5 Definisi Keluarga Berencana Menurut WHO (World Health Organisation) expertcommite 1970 : keluarga berencana adalahtindakan ang membantu pasangansuami istri untuk menghindari kehamilan ang tidak diinginkan! mendapatkan kelahiran ang memang sangat diingi mengatur inter"al di antara kehamilan! mengontrol #aktu saat kelahiran dalam hub dengan umur suami istri serta menentukan $umlah anak dalam keluarga% &ecara umum ' dapat di artikan sebagai suatu usaha ang mengatur banakna kehamilansedemikian rupa sehingga berdampak positi bagi ibu!bai!aah serta keluargana ang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat lan dari kehamilan tersebut% *iharapkan dengan adana perencanaan keluarga kehamilan merupakan suatu hal ang memang sangat diharapkan sehingga akan terhin dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi% +rogram ' ! sebagai salah satu kebi$akan pemerintah dalam bidang kependuduka memiliki implikasi ang tinggi terhadap pembangunan kesehatan ang bersi at kua dan kualitati oleh karenaitu! program ' memiliki posisi strategis dalam upaa pengendalian la$upertumbuhanpenduduk melaluikelahiran dan pende#asaan usia perka#inan ( secarakuantitati )! Mupun pembinaan ketahanandan peningkatan kese$ahteraan keluarga ( secara kualitati ) dalam me#u$udkan keluarga kecil ba se$ahtera! sehingga memungkinkan program dan gerakan ' di posisikan sebagai bag penting dari strategi pembangunan ekonomi% ,pabila program ' tidak be berimplikasi negati terrhadap sektor pembangunan lain seperti : pendid ekonomi dan sektor lainna% *i -ndonesia! berdasarkan .ndang/.ndang tahun 1999! dan keputusan presiden 10 tahun 001! ang menatakan bah#a sebagian ke#enangan bidang keluarga beren diserahkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah% Hal ini memberikan konsekuensi logisterhadap pengadaan alatdan obat kontrasepsi sebagaiprasarat kesinambungan program ' di daerah% .ntuk itu! program ' di daerah s men$adisebuah program prioritas dan men$adi dasar dalam pengembangan program/ program pembangunan lainna! mengingat program ' secara umum memiliki daa ung terhadap berbagai sektor pembangunan nasional% 5.5.2 Konseling 1

BAB V baru

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ph ph ph

Citation preview

5.5 Definisi Keluarga BerencanaMenurut WHO (World Health Organisation) expert commite 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Secara umum KB dapat di artikan sebagai suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi. Program KB, sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif oleh karena itu, program KB memiliki posisi strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan ( secara kuantitatif ), Mupun pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga ( secara kualitatif ) dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, sehingga memungkinkan program dan gerakan KB di posisikan sebagai bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi. Apabila program KB tidak berhasil, akan berimplikasi negatif terrhadap sektor pembangunan lain seperti : pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sektor lainnya.

Di Indonesia, berdasarkan Undang-Undang tahun 1999, dan keputusan presiden no 103 tahun 2001, yang menyatakan bahwa sebagian kewenangan bidang keluarga berencana diserahkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Hal ini memberikan konsekuensi logis terhadap pengadaan alat dan obat kontrasepsi sebagai prasyarat kesinambungan program KB di daerah. Untuk itu, program KB di daerah sepatutnya menjadi sebuah program prioritas dan menjadi dasar dalam pengembangan program- program pembangunan lainnya, mengingat program KB secara umum memiliki daya ungkit terhadap berbagai sektor pembangunan nasional.

5.5.2 Konseling

Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu di berikan konseling. Jenis dan bobot konseling yang diberikan sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya.

Konseling di butuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkannya sendiri.

5.5.2.1 Tujuan konseling

1. Memahami diri secara lebih baik.

2. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensi nya.

3. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapi, sehingga:

a. Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif

b. Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki

c. Terhindar dari gejala- gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri

d. Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan

e. Memperoleh dan merasakan kebahagiaan.

Informasi yang diberikan meliputi :

a. Arti keluarga berencana

b. Manfaat keluarga berencana

c. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi

d. Desas desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya

e. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang rasional

f. Rujukan pelayanan kontrasepsiHal-hal yang perlu diperhatika supaya konseling berhasil dengan baik adalah bahwa konseling merupakan suatu kegiatan dalam hubungan antar manusia, dimana kita melakukan serangkaian tindakan yang akhirnya akan membantu peserta/ calon peserta KB yang memecahkan permasalhan yang dihadapinya, antara lain masalah pemilihan pengunaan kontrasepsi yang paling cocok dengan keadaan dan kebutuhan yang dirasakan.

Bila setiap calon pesrta KB, sebelum memakai kontrasepsi melalui proses konseling yang baik, maka kelangsungan pemakaian akan lebih tinggi.5.6 Zat Gizi

Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk melakukan fungsi yaitu menghasilkan energi, membuang sel-sel, memelihara jaringan dan mengatur proses-proses tubuh.

Sumber-sumber energy makanan terdiri atas enam zat gizi (nutrients).

1. Karbohidrat

Contohnya seperti nasi, ubi, kentang, roti,dll

2. Lemak

Contohnya seperti kacang-kacangan, minyak tumbuhan, dll.

3. Protein

Contohnya seperti ikan, daging, telur, tahu, tempe,dll.

4. Vitamin

Contohnya seperti sayuran dan buah-buahan.

5. Mineral

Contohnya seperti susu, makanan hasil laut,dll.

6. Air

Zat gizi/ nutrients dapat dikelompokkan dalam dua bagian:

1. Micronutrient adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit tapi penting (vitamin, mineral dan air).2. Makronutrient adalah zat gizi yang diperlukan dalam jumlah besar dalam tubuh yang menghasilkan energy (karbohidrat, protein dan lemak).

5.7 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia, dan lingkungan hidup manusia. Status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh manusia dan penggunaanya. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variable pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai.

Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai suatu status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

Gizi buruk = KEP (Kekurangan Energi Protein )/energy, kwashiorkor/protein

Gizi kurang = kekurangan iodium, vitamin A, zat besi, vitamin C

Gizi baik = Normal, baik

Gizi lebih = Obesitas

Tabel 5.7.1Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks.IndeksKategori Status GiziAmbang Batas (Z-Score)

Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Anak Umur 0-60 BulanGizi Buruk< -3 SD

Gizi Kurang-3 SD sampai Dengan 2 SD

Panjang Badan Menurut Umur ( PB/U) atau Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) anak Umur 0 - 60 BulanSangat Pendek< -3 SD

Pendek-3 SD sampai Dengan 2 SD

Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB) Atau Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) anak Umur 0-60 BulanSangat Kurus< -3 SD

Kurus-3 SD sampai Dengan 2 SD

Indeks Massa TubuhMenurut Umur (IMT/U) Anak umur 0-60 BulanSangat Kurus< -3 SD

Kurus-3 SD sampai Dengan 2 SD

Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 TahunSangat Kurus< -3 SD

Kurus-3 SD sampai Dengan 2 SD

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalam dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score=z).Menurut waterlow, et, al, gizi anak-anak di Negara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished) sebaiknya digunakan presentil, sedangkan di Negara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (undern nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan (Djumadias Abunaim,1990).(1,3)

Pengukuran skor simpang baku (Z Score) dapat di peroleh dengan nilai individual subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR), atau dengan menggunakan rumus : (1,3)

5.8 Gizi Kurang

Kurang Energi Protein (KEP) diberi nama internasional Calori Protein Malnutrition (CPM) dan kemudian diganti dengan Protein Energy Malnutrition (PEM). Kurang Energi Protein adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Manifestasi KEP dari diri penderitanya ditentukan dengan mengukur status gizi anak atau orang yang menderita KEP.

KEP pada balita sangat berbeda sifatnya dengan KEP orang dewasa. Pada balita, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi, kematian anak dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit. Diperkirakan bahwa Indonesia kehilangan 220 juta IQ poin akibat kekurangan gizi dan penurunan produktivitas diperkirakan antara 20% - 30%.

Salah satu gejala dari penderita KEP ialah hepatomegali, yaitu pembesaran hepar yang terlihat sebagai pembuncitan perut. Anak yang menderita tersebut sering pula terkena infeksi cacing. Kedua gejala pembuncitan perut dan infeksi cacing ini diasosiasikan dalam pendapat oleh para ibu-ibu di Indonesia bahwa anak yang perutnya buncit menderita penyakit cacingan dan bukan karena kurang energi protein.

Dalam pandangan ahli gizi KEP dibedakan gambaran penyakit kwashiorkor, marasmus dan marasmus kwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KEP dengan kekurangan protein sebagai penyebab dominan, marasmus adalah gambaran KEP dengan defisiensi energi yang kronis dan marasmus kwashiorkor adalah kombinasi defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi.

Upaya terhadap penanggulangan KEP merupakan tindakan-tindakan preventif. Pencegahan dan penanggulangan KEP tidak cukup ditinjau dari aspek pangan atau makanannya. Di masyarakat sering terdapat anggapan bahwa masalah kurang gizi adalah sama dengan kekurangan pangan. Upaya yang langsung ke sasaran berupa pelayanan dasar gizi, kesehatan dan pendidikan. Sedangkan upaya tidak langsung meliputi :

a) Jaminan ketahan pangan

b) Memperluas kesempatan kerja untuk meningkatkan daya beli

c) Membangun dan meningkatkan industri kecil dan menengah untuk memberikan kesempatan pada penduduk miskin meningkatkan pendapatan.

5.8.1 Definisi Gizi Kurang

Gizi kurang adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).

5.8.2 Faktor penyebab (3,4,7)

Gizi Kurang disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu:

1. Balita tidak mendapatkan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI yang tidak bergizi.2. Ketersediaan pangan rumah tangga yang rendah.

3. Gaya hidup yang tidak sehat.

4. Ekonomi rendah.

5. Pengetahuan orang tua yang rendah tentang gizi buruk.

6. Keadaan lingkungan yang buruk.

7. Penyakit infeksi.

1.8.3 Tipe-Tipe Penyakit Gizi Kurang

1.8.3.1 Kurang Kalori dan Protein (KKP)a. Gejala

Kekurangan kalori dan protein banyak terjadi pada kelompok usia balita dengan tanda-tanda sebagai berikut :

Mula-mula berat badan tidak berubah dalam jangka waktu tertentu (2-3 bulan berturut-turut), lalu menurun

Anak menjadi agak malas, kurang bergairah, dan suka menyendiri

Berat badan makin rendah dibanding umur, mudah terkena infeksi, kulit kering dan kusam, muka pucat, rambut berwarna merah tembaga, perut buncit, kaki kurus dan bengkak. Timbul edema pada kaki dan tangan, otot di sekitar mata menjadi kendor

Hal lain yang mungkin terjadi adalah pembesaran hati dan borok ada berbagai tempat, berak encer, dan kulit pecah mengelupas.

b. Penyebab

Penyakit kurang kalori dan kurang protein disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein dalam jangka waktu yang cukup lama. Apabila kekurangan tersebut hanya terjadi untuk konsumsi satu atau dua hari maka kekurangan tersebut dapat dipenuhi oleh cadangan teori dan protein yang ada pada tubuh, atau dapat dipenuhi oleh konsumsi pada hari berikutnya. Terjadinya KKP pada anak dapat disebabkan oleh kekurangan pangan dan kebersihan. Apabila kebersihan tubuh dan lingkungan buruk, seseorang dapat menderita cacingan dan berbagai penyakit infeksi, seperti inkfeksi saluran pernafasan dan saluran pencernaan.

Orang yang menderita cacingan atau infeksi, metabolism tubuhnya akan terganggu. Akhirnya, zat-zat gizi, kalori, dan protein tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh tubuh. Dua istilah KKP yang sudah dikenal, yaitu Marasmus dan Kwasiorkor.

1.8.3.2 Kurang Vitamin A (KVA)

Kekurangan Vitamin A di Indonesia, masih merupakan masalah gizi utama. KVA paling sering dijumpai pada anak kelompok umur 2 -3 tahun. Kasus terparah ditemukan pada bayi yang tidak minum ASI.a. Gejala

Anak yang menderita kekurangan vitamin A memperlihatkan gejala gangguan pada kulit, kulit yang kering dan kasar, serta garis-garis pada kulit tampak tegas. Kadang dijumpai pula terjadinya penebalan kulit, dan pertumbuhan yang terhambat. Gejala kekurangan vitamin A juga dapat dilihat di mata yang disebut xerophtalmia dengan tahap gejala sebagai berikut :

Buta senja atau buta ayam

Pada tahap ini, penglihatan anak cukup baik dalam keadaan terang, tetapi akan menjadi kurang baik pada keadaan remang-remang, misalnya pada senja hari.

Xerosis conjunctivaBagian putih mata menjadi kering, kusam, tegang, dan keriput.

Pada bagian mata yang putih timbul bercak putih seperti buih sabun atau kadang-kadang seperti lemak. Xerosis corneaBagian mata yang hitam menjadi kering, keruh, dan keriput. Kadang-kadang timbul pula bercak sehingga mengganggu penglihatan.

Keratomalasia

Bagian mata yang hitam menjadi lunak dan rusak yang mengakibatkan kebutaan.

b. Penyebab

Kekurangan vitamin A terjadi akibat penerimaan vitamin A yang kurang dari penerimaan tubuh. Masalah kekurangan vitamin A juga erat hubunganya dengan beberapa penyakit, antara lain diare, campak, dan infeksi saluran pernafasan.

1.8.3.3 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium

a. Gejala

Gejala yang sering tampak ialah pembengkakan kelenjar gondok. Pemdesaran kelenjar gondok dapat dibedakan atas tiga tingkat sebagai berikut ;

Pembesaran kelenjar tidak kelihatan jelas, tetapi terasa bila diraba. Jika menengadah, pembesaran sedikit terlihat. Pembesaran sudah terlihat walapun tidak menengadah.

Pembesaran tampak jelas sekali dari kejauhan walaupun kepala dalam posisi normal.

Akibat kekurangan yodium yang lain adalah pertumbuhan yang tidak normal dan dalam keadaan yang parah terjadi kretinisme ( tubuh kerdil ). Kondisi kretinisme juga disertai keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan.

b. Penyebab

Kasus kekurangan yodium terutama terjadi di daerah terpencil di pegunungan yang air tanahnya miskin yodium, sedangkan bahan makanan yang berasal dari laut yang kaya yodium tidak sampai ke daerah tersebut. 1.8.3.4 Anemia Gizi

a. Gejala

Orang yang mendderita anemia gizi mengalami gejala awal berupa rasa lelah, lemah, nafsu makan hilang atau berkurang, daya konsentrasi menurun, dan sakit kepala. Muka, selaput lender kelopak mata, bibir, dan kuku tampak pucat. Lidah terasa panas, kering, dan sakit bila terkena makanan.

b. Penyebab

Menu sehari hari kurang mengandung zat besi Diet yang salah Penyerapan zat besi didalam usus terganggu Infeksi, misalnya infeksi cacing Kebutuhan zat besi meningkat

5.8.4 Pencegahan (7,12)

1. Berikan makanan yang bergizi dan seimbang antara lain makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral

2. Timbang berat badan Balita secara teratur setiap bulan di posyandu

3. Berikan ASI ekslusif kepada Balita hingga umur 6 bulan

4. Memberikan makanan pendamping ASI setelah umur 6 bulan

5. Imunisasi

5.8.5 Penatalaksanaan(12)

Prinsip dasar pengobatan rutin yang dilakukan pada penderita KEP berat/gizi buruk adalah :

1. Atasi/cegah hipoglikemia

2. Atasi/cegah hipotermia

3. Atasi/cegah dehidrasi

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

5. Obati/cegah infeksi5.8.6 Akibat Gizi Kurang(2,4)

1. Gangguan tumbuh kembang dan kecerdasan balita

2. Mudah terinfeksi penyakit, seperti batuk, pilek, diare, TBC dan lain-lain

3. Kematian 5.9 Tinjauan Tentang Tingkat Pendapatan Keluarga

Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan yang lainnya setiap orang memerlukan pekerjaan. Dengan bekerja mereka akan memperoeh pendapatan, apabila pendapatan tersebut dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dan mencukupi kebutuhan rumah tangga lainnya, maka keluarga tersebut dikatakan makmur.

Pendapatan adalah semua penghasilan yang didapatkan oleh keluarga baik berupa uang ataupun jasa. Untuk masyarakat yang mempunyai penghasilan kecil, mereka berupaya hasil dari pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan lain-lain. Sedangkan keluarga yang berpenghasilan tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi segala keinginan yang mereka inginkan termasuk keingginan untuk menyekolahkan anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (Karsidi, 2008)

Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) membedakan pendapatan menjadi 4 golongan, yaitu :

1. Golongan pendapatan sangat tinggi, yaitu jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp.3.500.000 per bulan.2. Golongan pendapatan tinggi, yaitu jika pendapatan rata-rata antara Rp.2.500.000 sampai Rp.3.500.000 per bulan.3. Golongan pendapatan sedang, yaitu jika pendapatan rata-rata antara Rp.1.500.000 sampai Rp.2.500.000 per bulan.

4. Golongan pendapatan rendah, yaitu jika pendapatan rata-rata kurang dari Rp.1.500.000 per bulan.

Pendapatan masyarakat satu sama lain berbeda-beda tergantung jenis/profesi pekerjaan yang dilakukan sehingga variasi tingkatan pendapatannya dapat berbeda-beda.

5.10 Tinjauan Tentang PengetahuanPengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

a. Proses adopsi perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

2. Interest, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini bersikap responden sudah lebih baik lagi

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:

1. Tahu (know)

2. Memahami (comprehension)

3. Aplikasi (application)

4. Analisis (analysis)

5. Sintesis (sintesys)

6. Evaluasi (evaluation)5.11 Tinjauan Tentang Tindakan (Practice)Suatu sikap tidak langsung terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adanya fasilitas. Selain itu diperlukan juga factor pendukung (support) dari pihak lain.

Praktek ini merupakan beberapa tingkatan:

1. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil.

2. Respon terpimpin (guided respons), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Akhirnya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukaan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau tindakan responden.

5.12 Metodologi Penelitian5.12.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian survei deskriptif kuantitatif. Dekripsi kuantitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan melakukan eksplorasi gambaran secara kuantitatif untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang pengetahuan, sikap dan tindakan ibu terhadap gizi kurang pada balita.

5.12.2 Lokasi dan waktu Penelitian

5.12.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada masyarakat di Desa Sei Buah Keras Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.

5.12.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari tanggal 4 September sampai dengan 14 September 2013.

5.13 Sasaran Penelitian

Ibu- ibu yang memiliki Balita di Desa Sei Buah Keras Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.5.14 Populasi dan Sampel

5.14.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini sebanyak 321 orang, yaitu seluruh ibu yang memiliki Balita di Desa Sei Buah Keras Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.5.14.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara quota sampling sebanyak 50 orang, yaitu ibu ibu yang memiliki balita di Desa Sei Buah Keras. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada 50 orang melalui Penyuluhan Posyandu.

Yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu :

Ibu yang memiliki Balita umur > 6 bulan - < 5 tahun

Ibu yang bertempat tinggal di Desa Sei Buah Keras Ibu yang bersedia menjadi responden.Yang tidak memenuhi kriteria inklusi (kriteria ekslusi adalah) yaitu :

Ibu yang memilik Balita umur < 6 bulan

Ibu yang memilik anak > 5 tahun

Ibu yang tidak bertempat tinggal di Desa Sei Buah Keras Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.5.15 Kerangka Konsep

Karakteristik

1. Tingkat Pendidikan

Keterangan Kerangka KonsepBahwa pendapatan, pengetahuan, dan tindakan keluarga berkaitan dengan status gizi pada balita. Jika pendapatan, pengetahuan, dan tindakan keluarga baik maka status gizi balita juga baik.5.16 Definisi Operasional

1. Pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh anggota keluarga yang bekerja yang dihitung dalam satu bulan.

2. Gizi kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).3. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang didapatkan setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

4. Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respons untuk mewujudkan suatu tindakan.5. Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau kelompok yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan.

5.17 Pengumpulan Data

5.17.1 Data Primer

Data primer diperoleh menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 50 responden di Desa Sei Buah Keras Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.

5.17.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Puskesmas Pagurawan Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.5.18 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pendidikan, pendapatan dan jumlah anggota keluarga serta pengetahuan dan tindakan ibu terhadap Gizi Kurang pada balita di Desa Sei Buah Keras Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 43 pertanyaan berdasarkan tinjauan pustaka sebagai berikut :

a. 5 pertanyaan untuk menilai sosial ekonomi keluarga

b. 20 pertanyaan untuk menilai pengetahuan

c. 18 pertanyaan untuk menilai tindakan

Untuk responden yang buta huruf, pengisian kuesioner dibantu oleh peneliti dengan membantu membacakan setiap pertanyaan yang tertera di dalam kuesioner.5.19 Teknik Penilaian

Teknik Penilaian / Skoring

Skoring jawaban dikategorikan berdasarkan tingkat skala pengukuran menurut Hadi Pratono dan Sudarti (1986).Kategori ordinalnya adalah sebagai berikut :

a. Baik: > 75% dari nilai tertinggi untuk setiap variabel

b. Sedang: 40 75 % dari nilai tertinggi untuk setiap variabel

c. Kurang: < 40% dari nilai tertinggi untuk setiap variabel.

Tabel 5.19.1Tingkatan Skala Pengukuran Menurut Hadi Pratomo dan Sudarti (1986)

SkorKategori

>75% jawaban benar dari total nilai kuisionerBaik

40-75% jawaban benar dari total nilai kuisionerSedang