20
BAB VI RANCANGAN BUKAAN TAMBANG 6.1. Dasar Teori Penambangan dengan sistem terbuka menyebabkan adanya perubahan rona atau bentuk dari suatu daerah yang akan ditambang menjadi sebuah front penambangan. Pada sistem tambang terbuka terdapat beberapa metode penambangan seperti open pit, strip mine, dan contour mining. a. Sistem penambangan Contour mining Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara yang terdapat dipegunungan atau perbukitan.Penambangan batubara dimulai dari singkapan batubara dipermukaan atau crop linedan selanjutnya mengikuti garis kontur sekeliling bukit atau pegunungan tersebut.Lapisan penutup batubara dibuang kearah lereng bukit dan selanjutnya batuan yang telah tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan penambangan berikutnya dimulai lagi seperti tersebut diatas pada lapisan batubara yang lain sampai pada suatu ketebalan lapisan penutup batubara yang 1

BAB VI BARU

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB VI BARU

BAB VI

RANCANGAN BUKAAN TAMBANG

6.1. Dasar Teori

Penambangan dengan sistem terbuka menyebabkan adanya perubahan rona

atau bentuk dari suatu daerah yang akan ditambang menjadi sebuah front

penambangan. Pada sistem tambang terbuka terdapat beberapa metode

penambangan seperti open pit, strip mine, dan contour mining.

a. Sistem penambangan

Contour mining

Tipe penambangan ini pada umumnya dilakukan pada endapan batubara

yang terdapat dipegunungan atau perbukitan.Penambangan batubara dimulai

dari singkapan batubara dipermukaan atau crop linedan selanjutnya mengikuti

garis kontur sekeliling bukit atau pegunungan tersebut.Lapisan penutup

batubara dibuang kearah lereng bukit dan selanjutnya batuan yang telah

tersingkap diambil dan diangkut. Kegiatan penambangan berikutnya dimulai

lagi seperti tersebut diatas pada lapisan batubara yang lain sampai pada suatu

ketebalan lapisan penutup batubara yang menentukan batas limit ekonominya

atau sampai batas maksimum kedalaman dimana peralatan tambang tersebut

dapat bekerja.

Batas ekonomi ini ditentukan oleh beberapa variabel antara lain :

a) Ketebalan lapisan batubara

b) Kualitas

c) Pemasaran

d) Sifat dan keadaan lapisan penutup

e) Kemampuan peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan untuk cara penambangan ini pada umumnya

memakai peralatan yang mempunyai mobilitas.

1

Page 2: BAB VI BARU

Penambangan Open pit

Open pit mining adalah penambangan secara terbuka dalam pengertian

umum. Metode ini dilakukan dengan cara mengupas terlebih dahulu lapisan

material penutup batubara kemudian dilanjutkan dengan mengekstraksi

batubaranya. Penambangan tipe open pitbiasanya dilakukan pada endapan

batubarayang mempunyai lapisan tebal dan dilakukan dengan menggunakan

beberapa bench (jenjang).

Strip mining

Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara yang

lapisannya datar dekat permukaan tanah.Alat yang digunakan dapat berupa alat

yang sifatnya mobil atau alat penggalian yang dapat membuang sendiri. Untuk

pemilihan metode ini perlu diperhatikan bahwa :

Bahan galian relative mendatar

Bahan galian cukup kompak

Bahan galian tabular, berlapis

Kemiringan relative, lebih cocok untuk horizontal atau sedikit miring

Kedalaman kecil (nilai ekonomi tergantung stripping ratio, teknologi dan

peralatan)

b. Parameter-parameter Rancangan (Design)

Informasi Topografi Permukaan (Surface) Secara Detail

Informasi ini dapat dalam bentuk kontur hasil digitasi yang tersimpan

dalam file komputer, atau berupa file survey titik-titik ketinggian.Alternative

lain yaitu memodelkan permukaan dari data titik-titik ketinggian

menggunakan Digital Terrain Modelling (DTM) yang dibangun secara

efektif dengan metode triangulasi.

Kemiringan Jenjang

Pada awalnya desain pit dibuat dengan overall slope sebesar ±450 dan

kemudian dimodifikasi berdasarkan informasi geoteknik dari material yang

ada dalam pit tersebut. Menurut Robert, Hook dan Fish (1972) sebaiknya

kemiringan lereng kurang dari 600 pada kedalaman 65m dan kurang dari 400

pada kedalaman 300m.

Tinggi Jenjang

2

Page 3: BAB VI BARU

Lereng pada overburden yang lemah atau tak terkonsolidasi, atau pada tanah

yang terekpos ; relative lebih tipis, kurang lebih 2-5m. pada operasi tambang

yang besar, yang berproduksi 10.000 ton/hari ; penambangan dapat

dioperasikan pada lereng dengan ketinggian 9m. pada Continental Pit, Butte,

Montana, terdapat lereng berketinggian 12m pada alluvium hingga 24m pada

batuan kompeten. Operasi-operasi tambang yang lebih kecil biasanya

menggunakan lereng dengan ketinggian 6-8m.

Permukaan lereng (Bench Face)

Kemiringan dari lereng dapat dibedakan menurut jenis dari lereng

tersebut.Misalnya sebuah lereng aktif atau lereng kerja (working bench) dapat

menggunakan pedoman stabilitas jangka pendek yaitu lereng dapat dibuat

relative lebih terjal.Namun untuk lereng permanen, pertimbangan utama yang

digunakan adalah jangka panjang.Kemiringan lereng dapat ditentukan dan

dicapai dengan pemilihan alat yang tepat.

Lebar Bench

Lebar jenjang disesuaikan dengan ultimate slope dan single slope pada

ketinggian yang ditentukan.Namun, jika pit semakin dalam, maka lebar

jenjang juga semakin lebar.Bench dapat pula merefleksikan ukuran ore

deposit. Misalnya bench yang lebar untuk tembaga porfiri dan bench yang

lebih kecil untuk urat emas.Lebar dari jalan angkut yang umumnya mengikuti

bench, ditentukan oleh ukuran truk yang digunakan, yang relatife terhadap

ukuran ore body dan kapasitas produksi yang diharapkan.

Kedalaman Pit Bottom

Penentuan Pit Bottom (dasar pit) sangat tergantung pada banyak factor seperti

naiknya biaya produksi dan pengangkutan, nilai mineral yang ditambang,

ukuran (jumlah) deposit, serta kapasitas mill dan produksi.

Jalan Angkut (Haul Road)

Faktor ini biasanya mengikuti proses design setelah kedalaman pit bottom

didefinisikan. Jalan angkut dirancang pada jenjang dasar kemudian mengikuti

naiknya jenjang kearah permukaan dengan gradien (kemiringan) berkisar

antara 8-12%.Ramp ini dapat berupa jalan lingkar yang melingkar keatas

melalui dinding pit.

3

Page 4: BAB VI BARU

c. Faktor-faktor Lain dalam Parameter Desain

Informasi Geoteknik

Hal ini termasuk detail dari kekuatan batuan, diskontinuitas pada

masa batuan dan hubungannya terhadap orientasi tiap permukaan

penambangan yang akan dirancang (potensi munculnya longsoran).

Informasi Hidrogeologi

Informasi hidrogeologi antara lain curah hujan tahunan, daerah

tangkapan hujan, sumbangan air tanah, dan fluktuasinya seperti ; tekanan

piezometrik, gradient hidrolik, porositas, permeabilitas pada lapisan-lapisan

yang akan ditambang, drainase alami pada permukaan, kemungkinan

keberadaan lapisan aquifer dan aquiclude, lokasi daerah yang pernah banjir,

dan lain sebagainya.

Pada Bab Rancangan Bukaan Tambang dengan bahan galian seam

batubara yang memiliki ketebalan dan kemiringan cukup landai akan

dirancang bukaan tambang strip mine dimana terdapat 2 bagian yaitu high

wall (dinding berjenjang) dan long wall mengikuti lapisan seam batubara

yang memiliki kemiringan cukup landai.

Selanjutnya dalam merancang bukaan tambang dengan autocad,

perancangan yang dilakukan antara lain pembukaan desain bukaan tambang

(jenjang-jenjang penambangan) dan dilanjutkan dengan pembuatan

rancangan jalan tambang (ramp).

6.2. Langkah Kerja

4

Page 5: BAB VI BARU

1. Buka Autocad, kemudian import peta dengan cara : insert>Raster image>cari

gambar peta yang sudah di save pada file directory

2. Buat Dimensi untuk mengetahui skala yang sebenarnya, dengan cara :

dimension>linear.

3. Jadikan ke ukuran yang sebenarnya dengan cara : 50 dibagi dengan 3.6271

kemudian ketik perintah scale>blok gambarnya>enter>klik base

pointnya>paste hasil dari 50 dibagi 3.6271>enter

5

Page 6: BAB VI BARU

4. Samakan koordinatnya dengan cara membuat garis bantu. Perintahnya :

polyline>klik di koordinat yang mau kita samakan.

5. Ketik pada command : move>blok objek petanya>klik perpotongan garis

koordinat yang ingin kita samakan>masukkan koordinat x dan y pada

command. Tampilkan petanya dengan perintah pada command :

z>enter>e>enter.

6

Page 7: BAB VI BARU

6. Lakukan digitasi pada peta dengan perintah :Polyline>buat garis mengikuti

tiap kontur. Masukkan elevasi pada tiap-tiap kontur dengan cara klik kanan

pada garis kontur>properties>masukan elevasinya.

7. Hapus bingkai luar pada peta, kemudian QuickSurf>Extract from

drawing>Extract to surface>blok objeknya>enter.

7

Page 8: BAB VI BARU

8. Hapus Objek peta>QuickSurf>Contour Interval>masukkan nilai contour

intervalnya = 1>enter. Kemudian pilih QuickSurf

>contour>enter>draw>enter 2x

9. Langkah selanjutnya : QuickSurf>annotate>smooth contours>blok

objek>enter.

10. QuickSurf>Annotate>Index Contour>masukkan nilai index intervalnya =

5>enter>masukkan nilai index widthnya =1>enter>select objeknya>enter.

8

Page 9: BAB VI BARU

11. Buat polyline agar semua garis kontur dapat diketahui masing-masing

ketinggiannya.

12. Setelah itu klik QuickSurf>Annotate>AutoLabel Contour>masukkan nilai

label interval =5>enter>masukkan nilai text height =2>enter>klik garis

polylinenya>enter.

9

Page 10: BAB VI BARU

13. Buat Dimensi pit dengan cara menuliskan perintah pada command : pl>pada

specify start point masukkan koordiant x, y dan elevasi (z)>masukkan

dimensi pit pada specify next point or di command hingga terbentuk pit

seperti gambar dibawah ini.

14. Buat layer baru dengan nama pit dan nama topo untuk menandai pit dan

topografi.

15. Non aktifkan layer topografi, sehingga yang terlihat hanya gambar pit saja.

10

Page 11: BAB VI BARU

16. Buat jarak Crest to crest dengan cara : Offset>masukkan nilai offset = 6>klik

kedalam. Lakukan sebanyak 2x hingga terbentuk gambar seperti dibawah ini.

17. Langkah berikutnya membuat crest to toe dengan cara : offset>masukkan

nilai offset =2>klik crest bagian luar kemudian offset kedalam. Ulangi

langkah tersebut hingga membentuk gambar seperti dibawah ini.

11

Page 12: BAB VI BARU

18. Setelah itu kita buat layer baru lagi dengan nama crest dan toe untuk

memisahkan crest dengan toe.

19. Masukkan elevasi tiap crest dan toe dengan perintah : klik pada salah satu

bagian crest>klik kanan>properties>masukkan elevasinya. Lakukan langkah

tersebut untuk memasukan elevasi toenya.

20. Klik pada command :3do untuk memeriksa hasil crest dan toenya apakah

sudah benar atau belum.

12

Page 13: BAB VI BARU

21. Aktifkan layer topo untuk memunculkan topografi.

22. Hapus kontur yang bertabrakan dengan pit dengan perintah :trim

23. Non aktifkan layer topo dan toe sehingga yang terlihat hanya objek crestnya

saja.

13

Page 14: BAB VI BARU

24. Langkah berikutnya setelah pit kita modifikasi yaitu membuat Ramp yang

dimulai dari jenjang teratas dan diarahkan ke pit bottom. Terlebih dahulu kita

buat lebar semunya dengan cara : Ls = Lebar jalan ÷ cosØ. Ø didapat dari

perhitungan sin-1 jarak crest ¿crest ¿100 .

25. Setelah itu masukkan jarak horizontalnya dengan rumus : D = 100 HG(%) . Lihat

hasilnya seperti gambar dibawah ini.

26. Ulangi langkah 25 dan 26 lalu modifikasi hingga terbentuk ramp seperti

gambar dibawah ini.

14

Page 15: BAB VI BARU

27. Ketik perintah pada command : 3do, untuk melihat apakah ramp sudah benar

atau belum. Jika ramp belum nyambung pada pit pilih draw>3d polyline

untuk menyambungkannya.

28. Aktifkan layer topo untuk melihat hasil akhir dari pembuatan ramp.

15

Page 16: BAB VI BARU

30. Beri sayatan untuk membuat sayatan pit dan rampnya. Hal ini bertujuan

untuk mengecek apakah pit dan ramp yang sudah kita buat benar atau masih

ada yang salah. Gambar dengan menggunakan 3D polyline disambungkan

pada osnap perpendicular pada masing-masing tempat yang terlewati oleh

garis.

31. Untuk mendapatkan hasil gambar sayatan perintahnya : Quicksurf>Design

Tools>Flatten>klik polylinenya>masukkan vertical multiplier =1>enter>text

size for labeling = 1>enter>masukkan base elevation>enter>enter>vertical

spacing =5>vertical labeling =2>horizontal spacing =5>horizontal labeling

=2>klik di sembarang tempat.

16

Page 17: BAB VI BARU

32. Modifikasi hasil sayatan hingga terbentuk gambar seperti dibawah ini.

17