Upload
nguyendieu
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum
Lokasi penelitian bertempat di Kantor PT. PLN (Persero) Area
Gorontalo. Dipilihnya lokasi ini disamping karena beberapa pertimbangan
masalah revitalisasi fungsi kelembagaan sebagaimana yang telah
dijelaskan pada latar belakang, alasan lain yang mendasari adalah
Provinsi Gorontalo merupakan provinsi yang baru berdiri selama 13 tahun,
hal ini tentunya memberikan peluang bagi daerah ini untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki melalui pertumbuhan ekonomi,
perdagangan barang dan jasa yang ditopang oleh ketersediaan fasilitas
kelistrikan yang memadai.
Deskripsi wilayah penelitian untuk memberikan gambaran lingkungan
internal berdasarkan sejarah, visi, misi, kepegawaian, fasilitas untuk
memberikan gambaran lingkungan PT. PLN (Persero) Area Gorontalo
berdasarkan wilayah kerja, keadaan umum dan distribusi penduduk
Provinsi Gorontalo sebagai pelanggan PT. PLN (Persero) Area Gorontalo.
Provinsi Gorontalo dibentuk dengan Undang-undang nomor 38
Tahun 2000 tanggal 22 Desember 2000. Provinsi Gorontalo terletak di
Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Luas
wilayah provinsi ini 12.215,44 km² dengan jumlah penduduk sebanyak
47
1,038.585 jiwa (berdasarkan Sensus Penduduk 2010), dengan tingkat
kepadatan penduduk 85 jiwa/km². Wilayah adminitrasi Provinsi Gorontalo
mencakup 5 Kabupaten (Kabupaten Boalemo, Bone Bolango, Gorontalo,
Gorontalo Utara, dan Pohuwato), 1 Kota (Kota Gorontalo), 75 kecamatan,
532 desa, dan 69 kelurahan dimana Kota Gorontalo ditetapkan sebagai
ibu kota provinsi. Secara geografis Provinsi Gorontalo terletak pada
bagian utara Pulau Sulawesi, tepatnya pada 0,19‟–1,15„ LU dan 121,23‟–
123,43‟ BT. Letaknya yang strategis, karena diapit oleh dua perairan
(Teluk Tomini di selatan dan Laut Sulawesi di utara). Provinsi Gorontalo
berbatasan dengan laut Sulawesi disebelah utara, Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara dan Bolaang Mongondow Selatan, Provinsi Sulawesi
Utara disebelah timur, Teluk Tomini disebelah selatan, Kabupaten Parigi
Moutong dan Buol, Provinsi Sulawesi Tengah disebelah barat.
Karakteristik wilayah Provinsi Gorontalo, yaitu daratan yang membentuk
semenanjung atau jazirah yang memanjang sempit dari barat ke timur.
4.1.2 Sejarah PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Ketenagalistrikan di Indonesi dimulai pada akhir abad ke 19, ketika
beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk
keperluan sendiri. Perusahaan tenaga listrik untuk kepentingan umum
dimulai sejak perusahaan swasta Belanda NV. NIGM memperluas
usahanya di bidang tenaga listrik, yang semula hanya bergerak di bidang
gas. Kemudian meluas dengan berdirinya perusahaan swasta lainnya.
48
Setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia, tanggal 17
Agustus 1945, perusahaan listrik yang dikuasai Jepang direbut oleh
pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945, lalu diserahkan
kepada Pemerintahan Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945
dibentuklah jawatan listrik dan gas oleh Presiden Soekarno. Waktu itu
kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar 157,5 Mega Watt.
Tanggal 01 Januari 1961 dibentuk BPU-PLN (Badan Pimpinan
Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik gas dan
kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN dibubarkan dan dibentuk dua
perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang
mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang
mengolah gas. Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar
300 Mega Watt. Tahun 1972, pemerintah Indonesia menetapkan status
Perusahaan Listrik Negara sebagai perusahaan umum listrik negara
(PLN). Tahun 1990 melalui peraturan pemerintah No. 17, PLN ditetapkan
sebagai pemegang kuasa ketenaga listrikan. Tahun 1992, pemerintah
memberikan kebijakan di atas, pada bulan Juni 1994 status PLN dialihkan
dari perusahaan umum menjadi perusahaan perseroan (Persero).
PT. PLN (Persero) dalam kegiatannya berusaha untuk menyediakan
tenaga listrik bagi kepentingan umum dan mengusahakan tenaga listrik
dalam jumlah dan mutu yang memadai sesuai dengan undang-undang
yang berlaku, dengan tujuan untuk mencari keuntungan atau laba
berdasarkan peraturan pembangunan gunan mendukung program
49
pemerintah. Selain itu, PT. PLN (Persero) juga bertujuan meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata
mendorong peningkatan kegiatan ekonomi baik kota maupun pedesaan.
Titik awal perubahannya terjadi pada saat perubahan dari Perum
pada tahun 1994 ke Perseroan Terbatas (PT). Setelah itu PT membenahi
terus mulai dari organisasi. Organisasi secara skala nasional dirubah yang
semuanya dulu harus melalui Direktorat PLN Pusat dirubah menjadi 3
untuk memperkecil wilayah pelayanan yang terdiri dari wilayah khusus
Indonesia Jawa Bali, Indonesia Barat, dan Indonesia Timur. Setelah itu
dibagi lagi perwilayah yang ada kantor wilayah yang dipimpin oleh
seorang pimpinan wilayah. Pimpinan Wilayah ini yang ruang lingkup
pengertian kekuasaannya terbatas dalam mengatur sebuah organisasi,
maka sekarang dirubah menjadi istilah General Manager. General
Manajer mempunyai pengertian yang lebih luas lagi dimana diberi
kekuasaan penuh untuk mengatur dan mengelola wilayah pelayanan.
Selanjutya diperkecil lagi ke cabang yang dulu namanya kepala cabang
yang punya pengertian kepala yang tidak bisas mengatur, maka dirubah
menjadi Manager Cabang. Secara struktural nama maneger cabang di
rubah menjadi manager area untuk menyesuaikan dengan perubahan
yang ada. Selanjutnya secara structural bagian atau fungsi yang ada juga
mengalami perubahan, dari yang terbagi dari 2 bagian yang terdiri dari
bagian administrasi dan teknik, kemudian dirubah lagi menjadi 6 bagian
atau fungsi yang terdiri dari bagian pembangkitan, bagian distribusi,
50
bagian transaksi energy listrik, bagian pelayanan dan administrasi, bagian
niaga dan bagian keuangan. Terakhir keenam bagian ini dirubah sudah
menjadi 4 bagian, dengan menghilangkan bagian niaga dan bagian
keuangan dan istilah kepala bagian sudah diganti dengan manager yang
diberi kekuasaan untuk memenej bagiannya itu sendiri.
Kebutuhan kelistrikan di Provinsi Gorontalo dikelola oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah Suluttenggo Area Gorontalo. Untuk mempermudah
penyelenggaraan operasional perusahaan maka dibentuk kantor area
yang siap melayani pelanggan sesuai dengan wilayah atau daerah yang
telah ditetapkan. PT. PLN (Persero) Area Gorontalo yang berada di
Provinsi Gorontalo dibentuk berdasarkan SK Direksi yang merupakan unit
pelaksana yang dipimpin oleh seorang manager area yang berada
dibawah dan bertanggung jawab pada PT. PLN (Persero) Wilayah
Suluttenggo.
Tabel 4.1 Luas Daerah dan Rasio Elektrifikasi Provinsi Gorontalo
No Unit Luas
(km2) Penduduk
Pelangga
n Total
Rasio
Elektrifikas
i (%)
1 Kota
Gorontalo 64.79 180.127 43.659 96.95
2 Kabupaten
Gorontalo 2.124.60 355.988 65.752 73.88
51
3 Kabupaten
Boalemo 2.576.36 139.761 27.986 72.23
4
Kabupaten
Bone
Bolango
1.984.31 141.915 15.449 64.68
5
Kabupaten
Gorontalo
Utara
1.230.07 122.144 21.734 71.18
6 Kabupaten
Pohuwato 4.244.31 128.748 8.135 23.92
Provinsi
Gorontalo 12.224.44 1.068.683 182,715 69.95
Sumber: Dokumentasi PT. PLN (Persero) Area Gorontalo tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.1 maka, rasio elektrifikasi terbesar yaitu
terdapat di daerah Kota Gorontalo sebagai Ibukota Provinsi Gorontalo
yang didukung oleh sektor industri dan perdagangan yang paling banyak
berada di daerah ini. Selanjutnya Kabupaten Gorontalo dengan rasio
eletrifikasinya tertinggi kedua setelah Kota Gorontalo. Kabupaten
Gorontalo merupakan kabupaten induk dari kabupaten yang ada di
Provinsi Gorontalo yang dimekarkan menjadi empat kabupaten yaitu
Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Bone
Bolango, dan yang terakhir adalah Kabupaten Pohuawato yang
52
merupakan Kabupaten termuda dengan rasio elektrifikasinya sebesar
23,92 persen.
4.1.3 Profil PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
a. Visi dan Misi PT. PLN
Visi PT. PLN (Persero) “Diakui sebagai perusahaan kelas dunia
yang bertumbmuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu
pada potensi insani”.
Misi PT. PLN (Persero) adalah sebagai berikut:
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang
saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
4.1.4 Struktur Organisasi
PT. PLN (Persero) Area Gorontalo dipimpin oleh seorang manager
dan dibantu empat Asisten Manager, yaitu Asisten Manager
Pembangkitan, Asisten Manager Distribusi, Asisten Manager Transaksi
Energi Listrik, Asisten Manager Pelayanan dan Administrasi, yang sesuai
53
dengan SK Nomor 044.K/GMSUTG/2009 masing-masing memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Manager Area yang dipimpin oleh Bapak Prijo Nugroho yang bertugas
mengkoordinir proses bisnis yang ada di PT. PLN (Persero) Area
Gorontalo.
b. Asisten Manager Pembangkitan yang dipimpin oleh Bapak Saleh
Petonengan adalah bagian yang mengoperasikan dan melaksanakan
pemeliharaan mesin pembangkit, serta menjaga agar instalasi
pembangkit dapat beroperasi sesuai rencana kerja yang ditentukan.
c. Asisten Manager Jaringan Distribusi yang dipimpin oleh Bapak Recky
Jopi Adampe, adalah bagian yang melakukan perencanaan dan
keandalan system yang berkaitan dengan kontinuitas penyaluran
tenaga listrik kepada pelanggan, serta melakukan perencanaan dan
pelaksanaan pemeliharaan jaringan tetap terjaga.
d. Asisten Manager Transaksi Energi Listrik yang dipimpin oleh Bapak
Yayan Gobel, adalah bagian yang melaksanakan Penertiban
Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL), baca meter dan juga pemeliharaan
dan pengoperasian Alat Pengukur dan Pembatas (APP) pada
pelanggan.
e. Asisten Manager Pelayanan dan Administrasi yang dipimpin oleh
Bapak Afif Efendi, adalah bagian yang merencanakan dan
melaksanakan penjualan tenaga listrik dan mengendalikan saldo
piutang untuk meningkatkan pendapatan serta mengevaluasi potensi
54
pasar, pengelolaan dana, pengasuransian, dan kegiatan perpajakan
serta usaha untuk memaksimalkan pendapatan perusahaan dan
sumber daya manusia, serta administrasi yang meliputi sekretariat,
kepegawaian, kesejahteraan pegawai dan humas.
Sesuai SK Direksi PT. PLN (Persero) No.044.K/023/Dir/2011 maka
susunan organisasi adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI
PT. PLN (Persero) AREA GORONTALO
Gambar 4.2 Struktur Organisasi
MANAGER AREA
Asman Transaksi
Energi Listrik
Asman
Pembangkitan Asman Pelayanan
& Administrasi
Asman Jaringan
Distribusi
Supervisor
Pengendalian
Susut
Supervisor
Operasi
Supervisor Operasi
& Pemeliharaan
Supervisor
Pemeliharaan
Supervisor
Pelayanan
Pelanggan
Supervisor Adm.
Umum
PLTD
Telaga
Rayon
Telaga
Rayon
Limboto
Rayon
Kwandang
Rayon Marisa
55
4.1.5 Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan tugas dan fungsi di PT. PLN (Persero) Area gorontalo
ditunjang oleh mesin pembangkit tenaga listrik sebanyak 31 unit. PT. PLN
(Persero) Area Gorontalo dalam menjalankan kegiatan operasionalnya
memiliki beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro (PLTMH) yang semuanya dapat
dilihat pada gambar 4.2.
Tabel 4.2 Mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Unit Jumlah
Kwh
Terpasang
Daya
Mampu
Beban
Puncak
1. PLTD Telaga 9 23.500 15.700 15.700
2. PLTD Tilamuta 4 1.650 770 770
3. PLTD Marisa 1 1.530 1.000 1.000
5. PLTD Lemito 4 875 580 580
6. PLN Cabang 2 350 330 0
7. PLTMH Mongango 2 1.200 600 600
8. PLTM Taludaa 1 2.330 1.300 1.300
PLTD
22
29.105
18.980
18.650
1. Sewa Telaga 1 1 8.000 5.000 5.155
1. Sewa Telaga 2 1 0 0 2.000
3. Sewa Telaga 3 1 8.360 5.000 4.725
56
4. Sewa Isimu 1 1 8.000 5.000 800
5. Sewa Isimu 2 1 0 0 5.000
6. Sewa Isimu 3
(HSD) 1 12.600 5.500 6.000
7. Sewa Isimu 4
(MFO) 1 0 0 2.500
8. Sewa Marisa 1 3.200 2.000 2.000
9. Sewa PLTD
Paguat 1 7.000 7.000 7.000
Diesel Sewa
9
47.160
29.500
35.180
TOTAL 31
76.265
48.480
53.830
Tabel 4.2 menggambarkan bahwa energy listrik yang dihasilkan oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel milik PT. PLN tidak mampu memenuhi
kebutuhan listrik masyarakat Gorontalo. Untuk menanggulangi
kekurangan energy listrik ini, maka PT. PLN melakukan kerja sama
dengan pihak ketiga yaitu dengan cara menyewa mesin pembangkit listrik
milik swasta yang dikenal dengan istilah mesin sewa, yang tersebar di
seluruh kantor/unit yang ada di wilayah Provinsi Gorontalo. Hal ini
mengakibatkan tingginya biaya operasional karena harus membayar biaya
57
sewa pada pihak ketiga dan biaya Bahan Bakar Minyak (BBM), karena
mesin tersebut menggunakan bahan bakar solar.
Beberapa alasan mengapa pihak PT. PLN mengadakan
peminjaman/sewa mesin swasta karena kondisi Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel milik PT. PLN tidak mampu lagi menghasilkan energy listrik
sesuai kapasitasnya karena rata-rata mesin ini sudah tua. Hal ini
mengakibatkan PT. PLN mengalami krisis atau kekurangan daya. Daya
mampu pembangkit listrik yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, apalagi pada saat beban puncak yaitu pada pukul 18.00
sampai pukul 20.00. Ada beberapa alasan pegawai mengapa hal ini
terjadi, diantaranya adalah pembangkit yang harus jalan terus karena
tidak boleh padam, akibatnya pemeliharaan tidak dapat dilakukan.
Seandainya dilakukan pemeliharaan maka membutuhkan waktu, karena
pengadaan spare part yang lama karena harus menunggu proses
mengiriman dari PT. PLN Pusat.
Kebergantungan PT. PLN Area Gorontalo akan listrik dari mesin
sewa dan mesin swasta harus segera diakhir dengan memberdayakan
pembangkit listrik yang ada sekarang dengan rajin melakukan
pemeliharaan terhadap pembangkit tersebut. Sehingga Pembangkit
menghasilkan listrik sesuai dengan desain kapasitas agar modal yang
ditanam bisa kembali.
Hal tersebut diatas dapat dilakukan dengan memperbaiki cara
pemeliharaan, dan cara menjaga mesin pembangkit listrik tersebut.
58
Mengapa mesin sewa lebih baik dari mesin milik PT. PLN. Hal ini
disebabkan kurang tanggungjawab pegawai PLN terhadap mesin
pembangkit, serta kurangnya rasa memiliki terhadap mesin tersebut
karena mesin PT. PLN tidak menghasilkan pendapatan secara langsung.
Kalau mesin pembangkit sewa merupakan suatu pendapatan yang
langsung diterima, bila mesin sewa tidak dapat beroperasi maka mesin
sewa tersebut tidak dibayar berhubung tidak menghasilkan KwH, malah
dikenakan sanksi denda penalty. Sedangkan mesin pembangkit PT. PLN
tidak ada sanksi
4.2 Deskripsi Hasil
4.2.1 Gambaran Deskriptif Hasil Penelitian
Tercapainya visi dan misi adalah merupakan target akhir dari
pelaksanaan setiap tugas-tugas dalam perusahaan. Perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lainnya tentu sangat berbeda visi dan misi
yang di inginkan, hal ini tergantung pada bidang kegiatan yang
dilaksanakan suatu perusahaan. Pengaruh kemepimpinan terhadap visi
dan misi perusahaan sangatlah penting karena tercapainya tujuan akhir
suatu perusahaan dipengaruhi oleh bagaimana pimpinan dalam
perusahaan tersebut betanggung jawan dan melaksanakan visi dan
misinya. Maju mundur perusahaan tergantung pada sumber daya manusia
yang merupakan penggerak utama dalam sebuah organisasi atau
perusahaan.
59
Dalam suatu organisasi pemerintah maupun swasta, kepemimpinan
merupakan salah satu faktor penting, hal ini dapat dikatakan bahwa faktor
kepemimpinan dapat memberikan pengaruh yang baik kepada
pegawai/karyawan untuk memaksimalkan pekerjaannya dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Jika dilihat dari realitas dilapangan bahwa suatu
organisas/perusahaani akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar
ditentukan oleh kepemimpinan, oleh karena itu seorang pemimpin harus
memiliki kompetensi, komitmen dan skill untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan
Mengetahui kepemimpinan transformasional merupakan bentuk
kepemimpinan yang memberi inspirasi dan motivasi kepada pengikutnya
untuk mencapai hasil yang maksimal dengan kata lain kepemimpinan
transformasional bukan hanya sekedar mempengaruhi pengikutnya untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, melainkan lebih dari itu bermaksud ingin
mengubah sikap dan nilai-nilai dasar pengikutnya melalui pemberdayaan
dan membangun budaya dalam organisasi. Indikator – indikator dan faktor
– faktor yang ikut berpengaruh terhadap kepemimpina transformasional
sangat penting untuk diketahui, sehingga dapat menganalisis bagaimana
kepemimpinan transformasional pada PT. Perusahaan Listrik Negara Area
Gorontalo.
Dari hasil wawancara penulis dengan Bapak Edy Pranoto selaku
asisten manager pelayanan administrasi tentang penerapan gaya
kepemimpinan transformasional di PLN menyatakan bahwa :
60
“Sebelumnya saya belum tahu tentang pengertian dari kepemimpinan
transformasional, tetapi di perusahaan manufaktur seperti di perusahaan
kami gaya kepemimpinan transformasional memang ada. Kita
menyebutnya COC (coaching and controling) yaitu setiap harinya dengan
memberikan coaching kepada seluruh karyawan dan mengontrol
perkembangan setiap karyawan. Saya rasa itu termasuk gaya
kepemimpinan transformasional karena disitu juga kita memberikan
motivasi pada seluruh karyawan untuk menjadi lebih baik”. (Hasil
wawancara tanggal 11 Januari 2013).
Selanjutnya Bapak Edy Pranoto menambahkan bahwa COC
(coaching and controlling) sendiri mempunyai buku yang terbit sejak tahun
2009, tetapi kita baru menerapkan di awal tahun 2013 dan sampai
sekarang masih berjalan dengan lancar. (Hasil wawancara tanggal 11
Januari 2013)
Dari hasil wawancara diatas kepemimpinan transformasional telah
diterapkan di PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Adapun tugas dan
fungsi PT PLN adalah Fungsi Pembangkitan, Fungsi Distribusi, Fungsi
Transaksi Energi Listrik dan Fungsi Pelayanan dan Adminsitrasi. Dengan
komitmen dan konsistensi dibawah koordinasi pimpinan maka ketiga
fungsi ini dapat dijalankan secara baik oleh para karyawan untuk
mencapai tujuan perusahaan. tujuan tersebut akan mengarahkan seluruh
karyawan untuk bertindak efektif dan efesien agar dapat memberikan
konstribusi yang maksimal bagi perusahaan. Oleh karena itu dalam
61
memehami sebuah kepemimpinan tidak semata-mata didasarkan oleh
kebutuhan untuk bekerja tetapi lebih dari itu, dibalik memimpin sebuah
perusahaan terkandung suatu hasil yang akan dicapai.
Berikut wawancara tentang pelayanan administrasi yang
disampaikan oleh Bapak Edy Pranoto menyatakan bahwa :
“Fungsi pelayanan administrasi dari kami adalah pelayanan pelanggan,
yaitu untuk pemasangan baru dan penambahan daya dan sosialisasi
tentang listrik yaitu tentang bahayanya listrik, benefit dan lainnya. Kalau
pelayanan secara internal itu di urus oleh bagian administrasi seperti
masalah kepegawaian, data base dan masalah gaji”. (hasil wawancara
tanggal 11 Januari 2013)
Beliau juga mengutarakan tentang faktor penghambat dalam
pelaksanaan proses tranformasional sebagai berikut :
“Balik lagi ke pemimpin, kalau pemimpinnya tidak peduli maka semuanya
tidak akan berjalan. Dan faktor penghambat pelayanan administrasi
sebenarnya terletak pada masyarakat, seperti tipikal orang indonesia pada
umumnya yaitu tidak begitu peduli pada aturan. Ada beberapa orang yang
suka instan contohnya menggunakan jasa orang lain yang biasa disebut
calo. Yang sebenarnya membuat perusahaan kami rugi. Mungkin itu saja
dari saya”. (hasil wawancara tanggal 11 Januari 2013)
62
4.2.2 faktor – faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
transformasional
Dalam era globalisasi seperti saat ini, para pemimpin
transformasional mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan
menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-niali moral seperti
kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi
seperti keserakahan, kecemburuan atau kebencian. Kepemimpinan
transformasional berkaitan dengan nilai-nilai yang relevan bagi proses
pertukaran (perubahan), seperti kejujuran, keadilan dan tanggung jawab
yang justru nilai seperti ini hal yang sangat sulit ditemui di Indonesia
.Pemimpin transformasional bertujuan untuk menghasilkan suatu hasil
yang superior dengan perilaku salah satu atau lebih faktor-faktor berikut:
1. Simulasi individu (Individual Stomulation). Pemimpin
transformasional menstimulasi usaha bawahannya untuk berlaku
inovatif dan kreatif dengan mempertanyakan asumsi, pembatasan
masalah dan pendekatan dari situasi lama dengan cara yang baru.
2. Konsiderasi Individual (Individual Consideration). Pemimpin
transformasional memiliki perhatian khusus terhadap kebutuhan
individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan yang mereka
harapkan dengan berperilaku sebagai pelatih atau mentor.
3. Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation). Pemimpin
transformasional berperilaku dengan tujuan untuk memberi
motivasi dengan inspirasi terhadap orang-orang disekitarnya.
63
4. Pengaruh Idealis (Idealized Influence). Pemimpin Transformasional
berperilaku sebagai model bagi bawahannya. Pemimpin sepeti ini
biasanya dihormati dan dipercaya
Dari penjelasan diatas, hasilnya sama dengan yang dapatkan
dilapangan ketika mewawancarai salah satu karyawan, Bapak Deden
Rahmat Gobel selaku staff PAD mengatakan bahwa :
“Berbicara tentang transformasional adalah kepedulian dan perhatian dari
atasan yang paling penting, sistem pelayanan administrasi itu tidak akan
bergerak kalau atasannya juga tidak bergerak. Jadi sepeduli apapun
bawahan jika atasannya tidak bekerja secara maksimal pasti semuanya
tidak akan berjalan. kalau secara struktural kita hanya fokus pada
motivasi, jadi kesimpulannya semua ada pada pemimpin, mungkin begitu
menurut saya”. (hasil wawancara tanggal 11 Januari 2013)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kepedulian
dan perhatian dari pemimpin sangat berpengaruh pada kinerja karyawan
lebih khususnya dalam pelayanan administrasi. Dengan adanya gaya
Kepemimpinan Transformasional yang diterapkan pada manager PT. PLN
mampu bekerjasama dengan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan
dan dengan terjalinnya kerja sama yang baik maka hubungan antara
manager dan karyawan lebih produktif sehingga kualitas pekerjaan dapat
ditingkankan lagi agar tercapai tujuan perusahaan.
64
Berikut wawancara tentang adanya kepuasan masyarakat tentang
kepemimpinan transformasional di PLN yang disampaikan oleh Bapak
Deden Rahmat Gobel sebagai berikut :
“Soal kepuasan balik lagi ke masyarakat yang menilai, seperti anda. Tapi
yang paling dirasakan masyarakat adalah untuk pemasangan baru,
sekarang PLN sudah lebih terbuka. Kalau dulu pemasangan baru dan
tambah daya mungkin mahal bagi masyarakat tapi sekarang tidak lagi
bahkan untuk pemasangannya pun bisa melalui via web atau telfon tanpa
harus ke kantor kita. Hanya dengan mendaftar online kemudian diberikan
nomor registrasi dan menyelesaikan administrasinya di bank atau loker-
loker yang tersedia, setelah itu sudah menjadi tugas kita untuk memasang
listirknya”. (hasil wawancara tanggal 11 Januari 2013).
Hasil wawancara bersama masyarakat yaitu Ibu Sarah tentang
pendapat ibu dalam pelayanan administrasi di PLN saat ini : “Saya cukup
puas dengan pelayanan PLN sekarang karena sudah banyak kemudahan
untuk melakukan transaksi pembayaran listrik pra bayar, pemasangan
baru dan gangguan listrik. itu sudah sangat membuat masyarakat puas”.
Kemudian bedanya pelayanan administrasi yang dulu dan sekarang :
“Dulu saya dan masyarakat lain apabila ingin membayar tagihan listrik
harus melalui loket-loket yang ada di kantor PLN dengan cara mengantri
cukup lama tapi sekarang sudah bisa diakses melaui sistem online dan
atm”.
65
Hasil wawancara dengan Bapak Kadir mengenai kemudahan untuk
pemasangan listrik baru : “Iya, sekarang sudah sangat mudah untuk
pemasangan listrik baru dan tambah daya. tidak perlu datang lagi ke PLN
hanya dengan cara menelfon dan mendaftar secara online”.
Selanjutnya jawaban dari Bapak Kadir tentang adanya listrik pintar :
“Sangat bagus, karena dengan adanya listrik pintar pemakaian listrik
perbulan akan lebih terkontrol, pembayaran akan lebih hemat
dibandingkan dengan listrik biasa dan mudah untuk pengisian kembali”.
Ditambahkan dengan saran kepada PLN terhadap pelayanan
administrasi dalam meningkatkan pelayanan : “Lebih ditingkatkan kinerja
para karyawan agar pelayanan administrasi lebih mudah, agar
masyarakat puas dan senang dengan pelayanan administrasi pada PLN”.
Dari jawaban responden diatas maka Kepemimpinan
Transformasional di PT. PLN telah berjalan dengan baik dan maksimal,
jawaban dari para responden telah membuktikan bahwa kemempinian
transformasional telah berhasil dijalankan oleh manager, sehingga tercipta
program-program baru yang memudahkan masyarakat untuk
menggunakan listrik dengan baik.
4.3 Pembahasan
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi
kondisi kerja, dimana akan berhubungan dengan bagaimana karyawan
66
menerima suatu gaya kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak.
Di satu sisi gaya kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan
kinerja disisi lain dapat menyebabkan penurunan kinerja.
Hasan (Jurnal Administrasi dan Bisnis, Vol. 2, No. 1, Juli 2008)
menjelaskan bahwa adanya perubahan lingkungan organisasi yang
semakin kompleks dan kompetitif, mensyaratkan perusahaan untuk
bersikap lebih responsif agar tetap bertahan. Dalam perubahan organisasi
baik yang terencana maupun tidak terencana, aspek yang terpenting
adalah perubahan individu. Perubahan pada individu ini tidak mudah,
tetapi harus melalui proses. Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi,
sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas
(pemimpin). Untuk itu organisasi memerlukan pemimpin yang reformis
yang mampu menjadi motor penggerak perubahan (transformation).
Dengan penerapan kepemimpinan transformasional bawahan akan
merasa dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya. Pada
akhirnya bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang
diharapkan.
Penjelasan diatas sesuai dengan teori kepemimpinan
transformasional yang dikemukakan oleh Dewanna (dalam Yulk, 2003)
yaitu ciri dan karakteristik pemimpin transformasional adalah dimulai
dengan adanya pengakuan kebutuhan atau perubahan,diikuti oleh
67
penciptaan sebuah visi yang baru, dan kemudian pelembagaan
perubahan.
Lebih jauh Dewanna menyarankan beberapa buah pendekatan
bagi para pemimpin transformasional untuk meningkatkan kepekaan para
anggota organisasi terhadap perubahan-perubahan dan ancaman-
ancaman lingkungan sebagai berikut:
a. Menantang asumsi-asumsi yang berlaku dengan mendorong
munculnya kritik-kritik dan opini-opini atau usulan-usulan obyektif
yang berbeda pendapat.
b. Perbaiki pemantauan lingkungan dengan mengembangkan
jaringan kerja eksternal dan lebih baik yang mencakup orang-
orang yang dapat memberikan evaluasi objektif mengenai
kekuatan-kekuata dan kelemahan-kelemahan organisasi
c. Mendorong anggota organisasi untuk mengunjungi organisasi-
organisasi lain.
d. Ukur kinerja terhadap yang dipunyai pesaing, bukan hanya
terhadap kinerja tahun lalu. Evaluasi kinerja harus didasarkan atas
sejumlah indikator ekonomi dan indikato bukan ekonomi.
Dari teori di atas dapat dilihat bahwa kepemimpinan transformasional
pada umumnya memiliki seorang pemimpin yang memerlukan
pengetahuan dan keterampilan cukup banyak untuk memahami budaya
68
dalam sebuah organisasi yang sudah dewasa dan mampu
mengimplementasikan perubahan-perubahan dengan berhasil. Dalam
penelitian deskripsif ini cenderung tidak terlalu cermat untuk mencapai
suatu kesimpulan yang kuat mengenai sifat kepemimpinan
transformasional, namun membantu mengidentifikasi jenis-jenis perilaku
kepemimpinan yang mampu meningkatkan komitmen staf,
mengkomunikasikan suatu visi dan impelmentasinya, memberikan
kepuasan dalam bekerja dan mengembangkan fokus yang berorientasi
pada klien, dan menawarkan lebih pada kepemimpinan langsung dalam
suatu perusahaan.
Pada PT.PLN cabang gorontalo, kepemimpinan transformasional
telah diterapkan sejak lama, ini dibuktikan dengan adanya COC
(coaching and controling) yaitu setiap harinya dengan memberikan
coaching kepada seluruh karyawan dan mengontrol perkembangan setiap
karyawan. Dan karyawan PT.PLN bekerja dengan mengacu kepada
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan yang
memberikan dasar baru bagi sektor ketenagalistrikan, yang diharapkan
dapat memaksimalkan kontribusi seluruh anggota perusahaan dalam
mewujudkan cita-cita perusahaan dan dalam mengantisipasi pasar tenaga
listrik yang kompetitif. Untuk mendukung hal tersebut, maka uraian tugas
pokok dan fungsi masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
a. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Pembangkitan
69
1) Asisten Manajer Pembangkitan
Fungsinya adalah merencanakan pengoperasian dan pelaksanaan
pemeliharaan mesin pembangkit serta menjaga agar Instalasi
pembangkit dapat beroperasi sesuai dengan rencana kerja yang telah
ditentukan serta mengelola perbekalan.
2) Supervisor Pemeliharaan Pembangkitan
Fungsinya adalah menyusun, mengkoordinasikan serta mengendalikan
kegiatan pemeliharaan pembangkit baik pemeliharaan preventif
maupun periodik dan korektif untuk meningkatkan keandalan sistem
pembangkitan.
3) Supervisor Operasi Pembangkitan
Fungsinya adalah menyusun, mengkoordinasikan, mengendalikan
kegiatan Operasi pembangkit, memberikan informasi pengoperasian
mesin serta menjaga agar instalasi pembangkit dapat beroperasi sesuai
dengan pola operasi yang telah ditentukan.
4) Manajer PLTD Telaga
Fungsinya adalah mengolah dan melaksanakan kegiatan
pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit tenaga listrik secara
efisien sesuai tata kelola yang baik untuk menghasilkan mutu dan
keandalan pasokan tenaga listrik sesuai standar yang ditetapkan.
b. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Distribusi
1) Asisten Manajer Distribusi
70
Fungsinya adalah melaksanakan perencanaan dan keandalan system
yang berkaitan dengan kontinuitas penyaluran tenaga listrik kepada
pelanggan, serta melakukan perencanaan dan pelaksanaan
pemeliharaan jaringan tetap terjaga.
2) Supervisor Pemeliharaan Distribusi
Fungsinya adalah menyusun rencana kegiatan mengevaluasi hasil
kerja dan menyusun program-program distribusi serta membuat laporan
Supervisor Pemeliharaan distribusi sebagai pertanggung-jawaban
pelaksanaan tugas.
3) Supervisor Operasi Distribusi
Fungsinya adalah mengatur dan mengarahkan pelaksanaan manuver
jaringan, perbaikan gangguan dan pengaturan jaringan yang berkaitan
dengan pemasangan gardu, modifikasi dan perluasan jaringan agar
keandalan pendistribusian tenaga listrik dapat terjaga dengan baik.
c. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Transaksi Energi Listrik
1) Asisten Manajer Transaksi Energi Listrik
Fungsinya adalah melakukan tugas dan melaksanakan penyambungan
baru KWh, perubahan daya, penggantian APP yang rusak, peneraan /
pengujian APP, pencatatan KWh serta melakukan P2TL.
2) Supervisor Catat Meter
Fungsinya adalah mengatur dan mengarahkan kegiatan catat meter
yang meliputi pengawasan hasil pencatatan KWh Meter dan entry data
Stand Meter, pendataan RBM agar hasil data pencatatan akurat.
71
3) Supervisor Operasi Dan Pemeliharaan Transaksi energi Listrik
Fungsinya adalah mengatur dan mengarahkan dan Pengawasan dan
pemeliharaan APP serta menyusun program-program kerja Operasi
dan pemeliharaan APP sehingga keandalan pengukuran APP dapat
terjamin.
d. Tugas Pokok dan Fungsi Bagian Pelayanan dan administrasi
1) Asisten Manajer SDM dan Administrasi
Fungsinya adalah melaksanakan kegiatan sumberdaya manusia dan
administrasi yang meliputi, sekretariat, kepegawaian, kesejahteraan
pegawai, hukum dan kehumasan.
2) Supervisor Sumberdaya Manusia.
Fungsinya adalah mengatur dan mengarahkan kegiatan kepegawaian
yang meliputi pengembangan sumberdaya manusia, tata usaha
kepegawaian, kesejahteraan pegawai guna kelancaran tugasnya.
Berdasarkan pembagian tugas dan fungsi diatas maka seharusnya
sudah jelas bagi semua pegawai tentang apa yang menjadi tugas dan
fungsinya masing-masing. Tapi terkadang hal ini tidak tercermin pada
perilaku pegawai, karena dalam pelaksanaan tugasnya terkesan hanya
melakukan aktivitas rutinitas saja.
Adapun proses bisnis PT. PLN (Persero) Area Gorontalo meliputi
rangkaian kegiatan yang dimulai dari proses pembangkitan. Didalam
proses pembangkitan ini dilakukan pengelolaan asset dan perencanaan
produksi listrik. Proses bisnis selanjutnya adalah penyaluran yaitu
72
pengelolaan asset transmisi. Disamping itu terdapat proses ditribusi yang
didalamnya ada pengelolaan asset distribusi.
Proses tersebut dilanjutkan dengan kegiatan penjualan yaitu
pengelolaan penjualan tenaga listrik yang dipegang oleh bagian Niaga
dan Alat Pengukur dan Pembatas (APP). Untuk menunjang proses diatas
terdapat bagian-bagian yang berfungsi sebagai regulasi dan shareholder.
Bagian-bagian tersebut saling terkait antara satu dan yang lainnya dalam
menjalankan fungsi di PT. PLN (Persero) Area Gorontalo.
Fungsi/bagian lainnya adalah bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
yang menangani pelatihan dan pengembangan pegawai yang terkait
dengan pengembangan karir. Fungsi/bagian Sumber Daya Manusia
(SDM) memiliki tanggung jawab untuk mengkaji dan mengevaluasi
kebijakan perusahaan. Selanjutnya bagian kesekretariatan yang
mengurus surat keluar masuk, dan arsip-arsip perusahaan serta
menyiapkan alat tulis menulis perkantoran. Bagian lain yang juga
dibutuhkan dalam rangkaian proses bisnis adalah system Informasi dan
Teknologi (IT) yang bertugas menangani system aplikasi dan
pengembangan teknologi yang menunjang aktivitas bisnis perusahaan.
Proses bisnis yang telah diuraikan diatas menggambarkan bahwa
kegiatan bisnis PT. PLN akan berhasil jika keempat fungsi yang ada
mampu memaksimalkan pelaksanaan tugas dan fungsinya untuk saling
menunjang antara fungsi yang satu dengan fungsi lainnya.
73
Revitalisasi fungsi kelembagaan PT. PLN (Persero) Area Gorontalo
mengacu pada perubahan peraturan perundangan yakni Undang-Undang
(UU) Ketenagalistrikan nomor 30 tahun 2009 yang tidak lagi
memposisikan PT. PLN sebagai Pemegang Kuasa Usaha Kelistrikan
(PKUK), sehingga membuka pasar bagi perusahaan baru untuk menjadi
perusahaan yang bergerak dalam bidang kelistrikan. Hal ini tentunya
menjadi tantangan bagi PT. PLN untuk memperbaiki kinerja, dimana PT.
PLN harus dapat memenuhi kebutuhan pelanggan pada tingkat keandalan
dan pelayanan yang sesuai, dan didukung dengan sumber daya manusia
yang memiliki kompetensi tinggi, dan berperilaku sesuai tata kelola
perusahaan yang baik dalam menjalankan usahanya.
Hasil penelitian tentang pentingnya revitalisasi fungsi kelembagaan,
yang meliputi: revitalisasi orang (manusia), struktur, teknologi, dan proses
organisasi adalah untuk optimalisasi fungsi dalam melaksanakan tugas
dan fungsi dimasing-masing bagian yang ada di PT. PLN (Persero) Area
Gorontalo. Pertimbangan dasar dalam menentukan fokus pada
pelaksanaan tugas dan fungsi pada masing-masing fungsi/bagian adalah
karena semua aspek tersebut merupakan indikator kinerja kunci (Key
Performance Indikator) masing-masing fungsi atau bagian pada tahun
2013. Indikator kinerja kunci ini merupakan kontrak managemen antara
General Managemen PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo (Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengan dan Gorontalo) dengan manager Area PT. PLN
(Persero) Area Gorontalo.