Upload
others
View
7
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
33
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini akan dijelaskan hasil eksperimen dan analisis data dari penelitian yang
dilakukan. Data yang disajikan merupakan hasil dari pengambilan data perancangan jaringan
Fiber To The Building (FTTB) di Hotel Ijen Suite Malang di CV. Multi User Global Network
Malang dan eksperimen desain jaringan Fiber To The Building (FTTB) di Hotel Ijen Suite
Malang menggunakan software optisystem v.14, dan analisis kualitas jaringan Fiber To The
Building (FTTB) dilihat dari parameter BER, Q-factor, dan SNR. Penulisan Bab IV meliputi
konfigurasi perangkat eksperimen, prosedur pengambilan data, data hasil eksperimen, dan
pembahasan.
4.1 Perancangan Jaringan Fiber To The Building di Hotel Ijen Suite Malang
Pada perancangan jaringan Fiber To The Building (FTTB) di Hotel Ijen Suite Malang
merupakan jaringan akses serat optik, dengan jalur perancangan sebagaimana terlampir pada
lampiran I. Perancangan Fiber To The Building (FTTB) berbasis Gigabit Passive Optical
Network (GPON) ini menggunakan perangkat yang telah direkomendasikan oleh ITU-G.984
series.Secara teknis perancangan jaringan Fiber To The Building (FTTB) ini terdiri dari 4
komponen utama pendukung, yakni:
1. Optical Line Terminal (OLT)
2. Optical Distribution Cabinet (ODC)
3. Optical Distribution Point (ODP)
4. Optical Network Termination (ONT)
34
Gambar 4.1 Konfigurasi Perancanagn Jaringan Fiber To The Building (FTTB) di Hotel Ijen Suite
Malang
(Sumber: Perencanaan CV. Multiuser Global Network, 2016)
4.1.1 Spesifikasi Optical Line Terminal (OLT)
Perangkat Optical Line Terminal (OLT) yang merupakan komponen dari jaringan kabel
serat optik yang terhubung ke jaringan kabel serat optik yang terhubung ke jaringan luar dan
dan terhubung ke beberapa Optical Distribution Cabinet (ODC) yang bertugas
menghubungkan perangkat switching dari jaringan backbone dengan jaringan akses
ditempatkan di kantor PT. Telkom jalan basuki rahmat malang. Pada perencangan jaringan
Fiber To The Building (FTTB) mennggunakan teknologi GPON. Teknologi GPON dapat
melayani 1536 pelanggan, jenis OLT yang mendukung teknologi GPON adalah tipe
OLT
ONT
ONT
ONT
ONT
ONT
ONT
ONT
ONT
ONT ODP
ODC
ODP
ODP
ODP
ODP
ODP
ODP
ODP
ODP
LANTAI N
LANTAI 8
LANTAI 7
LANTAI 6
LANTAI 5
LANTAI 4
LANTAI 3
LANTAI 2
LANTAI 1
LANTAI 11
ONT 0,7 Km
STO
ODF ODP
20
00
m
500m
35
35
MAGNMTM
L-6140 direkomendasikan oleh ITU-T G.984 data sheet dapat dilihat pada
Lampiran I.
4.1.2 Spesifikasi Optical Distribution Cabinet (ODC)
Optical Distribution Cabinet adalah jaringan optik antara perangkat OLT sampai
perangkat ODC. Letak dari ODC ini adalah terletak di rumah kabel. ODC menyediakan
sarana transmisi optik dari OLT terhadap pengguna dan sebaliknya. Transmisi ini
menggunakan komponen pasif. Kapasitas ODC adalah 96, 144, dan 288 slot/port adapter
Output Splitter.
Gambar 4.2 Konstruksi ODC pada Jaringan FTTB
(Sumber: PT.TELKOM, 2012)
Pada konstruksi Optical Distribution Cabinet (ODC) memiliki beberapa komponen
yang harus diperhitungkan yaitu, konektor, transmitter optik, kabel serat optik, passive
splitter, WDM coupler dan splice cable. Sebelum melakukan perhitungan pada link budget,
perlu adanya mengetahui definisi masing-masing komponen. Berikut definisinya:
36
Konektor
Konektor merupakan cara terminasi kabel serat optik agar dapat disambungkan dengan
interface optic lainnya. Pada serat optik terdapat beberapa jenis konektor seperti SC, ST, FC,
LC dengan SPC, APC, dan lain-lain. Penggunaan konektor pada serat optik akan membuat
attenuation (pelemahan) pada sinyal optik yang ditransmisikan. Pada transmitter
menggunakan konektor tipe SC produksi dari RIT dengan insertion loss <0,3 dB data sheet
dapat dilihat pada lampiran. Selain itu juga menggunakan 2 buah konektor LC pada kabel drop
core dan distribusi. Konektor LC produksi Berk-Tek sebagai interface antara splitter dan kabel
distribusi dengan insertion loss (LC) sebesar 0.3 dB data sheet dapat dilihat pada Lampiran I.
Kabel Serat Optik
Kabel serat optik memiliki beberapa komponen yaitu, core, cladding, dan jacket. Core
terbuat dari glass dan ukurannya bervariasi dari 8 – 10 mikron untuk single mode fiber, 50 dan
62,5 mikron untuk multimode fiber. Cladding memiliki ukuran 125 mikron dan juga terbuat
dari kaca, tetapi memiliki indeks refraksi yang lebih kecil. Pembungkusan kabel serat optik
biasanya disebut jaket terbuat dari material PVC. Kabel serat optik 9/125 merupakan ukuran
core diameter 9 dengan ukuran cladding 125 mikron.
Perancangan GPON pada jaringan Fiber To The Building (FTTB) menggunakan tipe
kabel serat optik single mode yang telah diterapkan oleh PT.Telkom. Tipe kabel serat optik
single mode produksi dari corning tipe SMF-28e+ dimana spesifikasi lebih lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran, seperti yang telah direkomendasikan oleh ITU-T G.652 series.
Passive Splitter
Splitter merupakan penyumbang terbesar attenuasi pada ODC dan ODP. Splitter ini
ditempatkan di ODC lantai satu Hotel Ijen Suite Malang, dimana memiliki fungsi untuk
membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal-sinyal kombinasi
dalam satu jalur. Selain itu splitter juga dapat berfungsi untuk merutekan dan
mengkombinasikan berbagai sinyal optik. Alat ini setidaknya terdiri dari 2 port dan bisa lebih
hingga mencapai 32 port. Berdasarkan ITU G.983.1 BPON Standart direkomendasikan agar
sinyal dapat dibagi untuk 32 pelanggan, namun rasio meningkat menjadi 64 pelanggan
berdasarkan ITU-T G.984 GPON Standart. Hal ini berpengaruh terhadap redaman sistem,
seperti pada tabel dibawah ini:
37
Tabel 4.1 Redaman Splitter:
Rasio Redaman
Splitter 1:2 3.70 dB
Splitter 1:4 7.25 dB
Splitter 1:8 10.38 dB
Splitter 1:16 14.10 dB
Splitter 1:32 17.45 dB
Jenis splitter yang digunakan dalam perencanaan ini adalah tipe single mode PLC splitter
dengan konfigurasi 1:8 dengan insertion loss maksimal 10.38 dB dan 1:16 dengan insertion
loss maksimal 14.10 dB untuk mengakomodasi sebanyak 100 ONT. Dimana data sheet dari
splitter dapat dilihat di lampiran, sedangkan konfigurasi kabel distribusi yang menghubungkan
splitter dengan ONT pada Hotel Ijen Suite Malang direncanakan berdasarkan studi lapangan
yang telah dilakuakan.
WDM Coupler
Pada perancangan jaringan Fiber To The Building (FTTB) di Hotel Ijen Suite Malang ini
digunakan 1 buah perangkat WDM coupler (Lcoupler) dari AC photonics untuk spesifikasi
dengan besar insertion loss sebesar 0.7 dB.
Splice Cable
Pada penyambungan kabel serat optik dapat menggunakan konektor ataupun disambung
dengan teknik splicing. Penyambungan menggunakan konektor memiliki attenuasi 0.25 dB,
sedangkan penyambungan menggunkan teknik splicing memiliki attenuasi yang lebih kecil
disbanding menggunakan konektor. Teknik splicing terdiri dari 2 jenis yaitu, mechanical
splicing dan fusion splicing. Dua terknik ini memiliki attenuasi yang berbeda. Fusion splicing
memiliki attenuasi 0.01 – 0.1 dB dan mechanical splicing memiliki attenuasi 0.05 – 0.2 dB.
Teknik penyambungan dengan konektor memberikan keuntungan fleksibel sedangkan splicing
mengguntungkan dari segi attenuasi. Pada perancangan jaringan Fiber To The Building
(FTTB) ini menggunakan teknik fusion splicing dengan insertion loss (Ls) maksimal yang
dihasilkan pada setiap proses splicing adalah 0.1 dB.
38
4.1.3 Spesifikasi Distribution Point (ODP)
Optical Distribution Point merupakan sebuah perangkat yang menyimpan splitter yang
berfungsi untuk mendistribusikan serat optik ke pelanggan. Instalasi yang bagus dari serat
adalah persyaratan utama untuk menjamin kemampuan transmisi pada kabel serat optik.
Syarat utama yang harus dimiliki yaitu distribution point dapat diubah tanpa mengganggu
kabel yang sudah terpasang dengan cara melebihkan kabel serat optik beberapa meter, setiap
distribution harus memiliki ruang untuk memuat splitter, distribution point harus memilik
askses dari sisi depan, setiap distribution point harus memiliki penutup depan untuk
melindungi orang dari cahaya laser yang langsung keluar dari ujung serat, dan distribution
point harus mempunyai ruang untuk memuat dan memandu kabel serat optik.
Gambar 4.3 Konstruksi ODC pada Jaringan FTTB
(Sumber: PT.TELKOM, 2012)
4.1.4 Spesifikasi Optical Network Terminal (ONT)
Pada perancangan jaringan Fiber To The Building (FTTB) di Hotel Ijen Suite Malang
menggunakan 204 ONT. ONT dipasang sesuai kebutuhan untuk setiap lantainya. Spesifikasi
ONT yang akan digunakan adalah type ZNID – GPON – 8324 seperti yang telah di
rekomendasikan oleh ITU – T G.984 series, data sheet dari ONT/ONU dapat dilihat Lampiran
I.
39
4.2 Perhitungan Link Power Budget
Link Power Budget adalah perhitungan terhadap kebutuhan daya dalam suatu link sistem
komunikasi serat optik yang harus dipenuhi, agar didapatkan performasi sistem yang
dibutuhkan. Pada jaringan Fiber To The Building (FTTB) dengan teknologi GPON ini
digunakan 3 macam panjang gelombang yaitu, 1310 nm dan 1550 nm. Pada pengukuran link
power budget dilakukan perhitungan pada ketiga panjang gelombang yang digunakan sebab
nilai variabel – variabel yang digunakan pada perhitungan ini berdasarkan data sheet yang ada
pada setiap perangkat yang digunakan, sebagai berikut perhitungannya:
4.2.1 Link Power Budget pada panjang gelombang 1310 nm
Panjang gelombang 1310 nm digunakan untuk transmisi downstream pada jaringan Fiber
To The Building dengan teknologi GPON, dimana yang dimaksud downstream disini adalah
downstream dari OLT ke ONT. Downstream dari OLT ke ONT membutuhkan daya minimum
yang dipancarkan oleh perangkat OLT dan sensitifitas minimum yang dimiliki oleh perangkat
ONT, setra redaman yang dimiliki oleh kabel serat optik yang digunakan pada jaringan FTTB
dengan panjang gelombang 1310 nm. Sehingga dari data sheet perangkat yang digunakan ,
berikut perhitungannya:
Rugi serat optik pada 1310 nm(αf) = 3.54 dB/km
Daya minimum yang dipancarkan perangkat OLT (Ps) = 0.5 dBm
Sensitifitas perangkat ONT (Pr) = -29 dBm
Jarak transmisi (D) = 0.5 km
Jumlah splicing (Ns) = 9
Rugi splicing (Ls) = 0.1 dB
Jumlah konektor (Nc) = 7
Rugi konektor (Lc) = 0.25 dB
Rugi splitter 1:4 (S) = 7.25 dB
Rugi splitter 1:8 (S) = 10.4 dB
Rancangan system:
D = 3.54 km
OLT
Pin = 0,5
dBm
Pout = -29 dBm
ONT ke-1
40
Perhitungan yang didapat adalah sebagai berikut:
a.) Power Budget
Pt = Ps - Pr
Pt = 0,5 – (-29) dBm
Pt = 29,5 dBm
b.) Total Redaman yang ada pada jaringan perancangan :
a total = ( αf x D) + (Ns + Ls) + (Nc + Lc) + S
a total = (3.54 x 0.5) + (9 x 0.1) + (7 x 0.25) + (7.25) + (10.4)
a total = 1.77 + 0.9 + 1.75 + 7.25 + 10.4
a total = 21.53 dB
c.) Margin system :
M = (Ps – Pr) – a total – 3 dB [Safety Margin]
M = 29,5 – 21.53 – 3
M = 4.98 dB
Hasil perhitungan diatas didapatkan sebagai berikut:
Nilai Margin system diatas nol (>0 dB)
Daya total lebih besar daripada total redaman yang terjadi pada system (Pr > a total)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perancangan jaringan FTTB tersebut masih memenuhi
kelayakan operasi pada suatu perancangan jaringan FTTB menggunakan teknologi GPON.
4.2.2 Link Power Budget pada panjang gelombang 1550 nm
Panjang gelombang 1550 nm digunakan untuk transmisi downstream pada jaringan Fiber
To The Building FTTB dengan teknologi GPON, dimana yang dimaksud downstream disini
adalah downstream dari OLT ke ONT. Downstream dari OLT ke ONT membutuhkan daya
minimum yang dipancarkan oleh perangkat OLT dan sensitifitas minimum yang dimiliki oleh
41
perangkat ONT, setra redaman yang dimiliki oleh kabel serat optik yang digunakan pada
jaringan FTTB dengan panjang gelombang 1550 nm. Sehingga dari data sheet perangkat yang
digunakan , berikut perhitungannya:
Rugi serat optik pada 1550 nm(αf) = 0.2 dB/km
Daya minimum yang dipancarkan perangkat OLT (Ps) = 8 dBm
Sensitifitas perangkat ONT (Pr) = -28 dBm
Jarak transmisi (D) = 3.54 km
Jumlah splicing (Ns) = 9
Rugi splicing (Ls) = 0.1 dB
Jumlah konektor (Nc) = 7
Rugi konektor (Lc) = 0.25 dB
Rugi splitter 1:4 (S) = 7.25 dB
Rugi splitter 1:8 (S) = 10.4 dB
Rancangan sistem:
Perhitungan yang didapat adalah sebagai berikut:
d.) Power Budget
Pt = Ps - Pr
Pt = 8 – (-28) dBm
Pt = 36 dBm
e.) Total Redaman yang ada pada jaringan perancangan :
a total = ( αf x D) + (Ns + Ls) + (Nc + Lc) + S
D = 3.54 km
OLT
Pin = 8 dBm Pout = -28 dBm
ONT ke-1
42
a total = (0.2 x 3.54) + (9 x 0.1) + (7 x 0.25) + (7.25) + (10.4)
a total = 0.708 + 0.90 + 1.75 + 7.25 + 10.4
a total = 20.99 dB
f.) Margin sistem :
M = (Ps – Pr) – a total – 3 dB [Safety Margin]
M = 36 – 20.99 – 3
M = 12,0 dB
Hasil perhitungan diatas didapatkan sebagai berikut:
Nilai Margin sistem diatas nol (>0 dB)
Daya total lebih besar daripada total redaman yang terjadi pada sistem (Pr > a total)
4.3 Perhitungan Link Rise Time Budget
Analisis link rise time budget merupakan suatu metode yang mudah untuk mengurangi
limitasi / batasan disperse dari suatu hubungan kabel serat optik. Pada jaringan FTTB dengan
teknlogi GPON ini menggunakan 3 macam panjang gelombang yaitu 1310 nm dan1550 nm.
Pada pengukuran link rise time budget dilakukan perhitungan pada ketiga panjang gelombang
yang digunakan sebab nilai variabel – variabel yang digunakan pada perhitungan ini
berdasarkan data sheet yang ada pada setiap perangkat yang digunakan, sebagai berikut
perhitungannya:
4.3.1 Link Rise Time Budget pada panjang gelombang 1310 nm
Pada panjang gelombang 1310 nm digunakan untuk transmisi upstream pada jaringan
FTTB dengan teknologi GPON, dimana yang dimaksud upstream disini adalah upstream dari
ONU ke OLT. Analisis link rise time budget didapatkan parameter-parameter untuk
perhitungan link rise time buget dari data sheet yang ada adalah sebagai berikut:
Indeks bias inti serat optik yang digunakan (n1) = 1,4682
Indeks bias selubung serat optik yang digunakan (n2) = 1,4676
Koefisien Polarization Mode Dispertion (PMD) fiber optik (t PMD) = 0,06 ps/ √km
Rise Time Detektor Optic pada OLT (t Rx) = 260 ps = 0,26 ns
43
Rise Time Detektor Optic pada ONT (t Tx) = 250 ps = 0,25 ns
Jari – jari inti fiber (a) = 8,2 µm
Koefisien disperse bahan serat optik (t dm) = 0,092 ps/nm. Km
Perhitungan untuk besarnya link rise time budget pada ONT ke-1, dengan jarak transmisi
(D) sejauh 3.54 km adalah sebagai berikut:
a) Perhitungan dispersi khromatis:
τ m = t dm x Δλ x D
τ m = 0,092 x 1 x 3.54
τ m = 0.325 ps
b) Perhitungan selisih indeks bias:
ΔS =
ΔS =
ΔS = 4,0866 x 10-4
c) Perhitungan frekuensi ternormalisasi:
√
√
d) Perhitungan koefisien dispersi:
Dw =
Dw =
Dw = 0,7346
e) Perhitungan dispersi pandu gelombang:
44
f) Perhitungan total nilai disperse intramodal:
tintra = τm + τw
tintra = 0.325 ps + 3.9 ps
tintra = 4,22 ps
g) Perhitungan t PMD pada ONU 1:
t PMD = 0,06 ps / √ km
t PMD = 0,06 ps / √ 3.54
t PMD = 0.032 ps
h) Perhitungan total rise time budget pada ONU 1 pada panjang gelombang 1310 nm:
t sys = (ttx2 + tmod
2 + tintra
2 + tPMD
2 + trx
2)
1/2
t sys = [ (0.25)2 + 0
+ (0.000422)
2 + (0.000032)
2 + (0,26)
2 ]
1/2
t sys = 0.36 ns
i) Perhitungan laju bit maksimum:
Pada jaringan ini menggunakan format NRZ, sehingga:
Br sis = 0.7 / t sys
Br sis = 0.7 / 0.36
Br sis = 1.94 Gbps
Maka dapat disimpulkan bahwa laju bit maksimum masih memenuhi kebutuhan bit rate
upstream jaringan FTTB dengan teknologi GPON yaitu 1,24 Gpbs (ITU-T G.984 series).
4.3.2 Link Rise Time Budget pada panjang gelombang 1550 nm
Pada panjang gelombang 1550 nm digunakan untuk transmisi downstream untuk video
CATV analog overlay pada jaringan FTTB dengan teknologi GPON, dimana yang dimaksud
upstream disini adalah upstream dari ONU ke OLT. Analisis link rise time budget didapatkan
45
parameter-parameter untuk perhitungan link rise time buget dari data sheet yang ada adalah
sebagai berikut:
Indeks bias inti serat optik yang digunakan (n1) = 1,4682
Indeks bias selubung serat optik yang digunakan (n2) = 1,4676
Koefisien Polarization Mode Dispertion (PMD) fiber optik (t PMD) = 0,06 ps/ √km
Rise Time Detektor Optic pada OLT (t Rx) = 150 ps = 0,15 ns
Rise Time Detektor Optic pada ONT (t Tx) = 160 ps = 0,16 ns
Jari – jari inti fiber (a) = 8,2 µm
Lebar Spectrum Detector optik pada ONT (Δλ) = 1 nm
Koefisien dispersi bahan serat optik (t dm) = 18 ps/nm. Km
Perhitungan untuk besarnya link rise time budget pada ONT ke-1, dengan jarak
transmisi (D) sejauh 0,5 km adalah sebagai berikut:
a.) Perhitungan dispersi khromatis:
τ m = t dm x Δλ x D
τ m = 18 x 1 x 3.54
τ m = 63.72 ps
b.) Perhitungan selisih indeks bias:
ΔS =
ΔS =
ΔS = 4,0866 x 10-4
c.) Perhitungan frekuensi ternormalisasi:
√
√
46
d.) Perhitungan koefisien dispersi:
Dw =
Dw =
Dw = 1,3729
e.) Perhitungan dispersi pandu gelombang:
f.) Perhitungan total nilai disperse intramodal:
tintra = τm + τw
tintra = 63.72 ps + 1.187 ps
tintra = 64.907 ps
g.) Perhitungan t PMD pada ONU 1:
t PMD = 0,06 ps / √ km
t PMD = 0,06 ps / √ 3.54
t PMD =0.032 ps
h.) Perhitungan total rise time budget pada ONU 1 pada panjang gelombang 1550 nm:
t sys = (ttx2 + tmod
2 + tintra
2 + tPMD
2 + trx
2)
1/2
t sys = [ (0.15)2 + 0
+ (0.064907)
2 + (0.000032)
2 + (0,16)
2 ]
1/2
t sys = 0,228 ns
i.) Perhitungan laju bit maksimum:
Pada jaringan ini menggunakan format NRZ, sehingga:
Br sis = 0.7 / t sys
Br sis = 0.7 / 0.228
Br sis = 3.07 Gbps
47
Maka dapat disimpulkan bahwa laju bit maksimum masih sangat memenuhi kebutuhan
bit rate downstream jaringan GPON yakni 2,48 Gpbs (ITU-T G 984 series).
4.3.3 Perancangan Jaringan FTTB di Hotel Ijen dengan Nilai Total Redaman
Jaringan FTTB di Hotel Ijen Malang memiliki ODP disetiap lantainya. Keuntungan
adanya ODP di setiap lantai untuk memperoleh hasil total redaman sesuai standart ITU-T dan
instalasi kabel yang rapi. Di setiap lantai terdapat beberapa ONT kurang lebih ada 28 ONT
atau disetiap kamar mempunyai 1 ONT. Keunggulan instalasi tersebut untuk memperoleh
kualitas layanan yang terbaik untuk pelanggan tersebut. yang di setiap kamar. Kualitas yang
baik dapat dilihat dari nilai total redaman pada tiap jaringan dari OLT ke ONT, nilai total
redaman pada OLT ke ONT kurang dari 28 dB. Perancangan jaringan FTTB di Hotel Ijen
Suite Malang dari STO ke ONT dapat dilihat pada Lampiran II. Berikut merupakan
perancangan jaringan FTTB di Hotel Ijen Suite Malang dari OLT ke ODP:
48
Gambar 4.4 Perancanagn Jaringan FTTB di Hotel Ijen Suite Malang
(Sumber: CV.MGN,2016)
Pada jaringan FTTB di Hotel Ijen Suite Malang memiliki nilai total redaman yang
sesuai standart ITU-T. Grafik nilai tolat redaman disetiap lantai pada jaringan FTTB di Hotel
Ijen Suite Malang dapat dilihat pada lampiran. Berikut salah satu grafik nilai total redaman
yang diperoleh pada lantai 1 jaringan FTTB di Hotel Ijen Suite Malang:
49
18
18.5
19
19.5
20
20.5
0 5 10 15 20 25
Redaman terhadap Panjang Kabel Serat Optik
Redaman (dB)
Red
am
an
(d
B)
Panjang Kabel Serat Optik (m)
Gambar 4.5 Analisis Nilai Total Redaman Jaringan FTTB di Hotel Ijen Suite Malang
Hasil nilai total redaman dari perhitungan untuk perancangan jaringan FTTB di Hotel
Ijen Suite Malang dapat dilihat pada gambar grafik 4.5 . Nilai total redaman masih sesuai
dengan standart nilai ITU-T, dimana standart ITU-T adalah kurang dari 28 dB. Semakin
panjang kabel serat optik maka nilai total redaman yang diperoleh akan semakin mendekati
nilai 28 dB. Maka perlu adanya perhitungan terlebih dahulu agar memperoleh nilai redaman
kurang dari 28 dB. Sistem komunikasi serat optik dipengaruhi oleh panjang serat optik yang
digunakan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Hasil nilai total redaman di setiap lantai
pada jaringan FTTB di Hotel Ijen Suite Malang kurang lebih sama dengan hasil grafik diatas
atau semakin panjang kabel serat optik maka nilai total redaman semakin besar.
4.4 Konfigurasi Perangkat Pengujian dengan software Optisystem v.14
Pada sub bab ini akan dibahas tentang komponen-komponen yang digunakan dalam
penelitian. Komponen pengujian yang digunakan dalam konfigurasi penelitian terdiri atas
Optical Transmitter, Optical Power Meter, Connector, Optical Fiber, Splitter 1x8, Optical
Receiver, dan BER Analyzer. Sepesifikasi dan penjelasan dari masing-masing komponen
adalah sebagai berikut:
50
4.4.1 Optical Transmitter
Optical transmitter digunakan untuk mengkonversi sinyal listrik menjadi sumber
cahaya (laser). Laser dihasilkan dari proses relaksasi electron. Pada saat proses ini maka
sejumlah foton akan dilepaskan berbeda dengan cahaya senter emisi pada laser terjadi dengan
teratur dan emisi akan menghasilkan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Emisi
akan menghasilkan cahaya dengan banyak panjang gelombang, proses yang terjadi adalah
elektron pada keadaan ground state (pada pita valensi) mendapat energi kemudian statusnya
naik menuju pita konduksi (keadaan eksitasi) kemudian elektron tersebut kembali ke keadaan
awal (ground state) diikuti dengan beberapa foton yang terlepas. Laser dapat beroperasi pada
modus kontinyu (continuous wave) dengan amplitude keluaran konstan atau dalam bentuk
pulsa. Berfungsi untuk membangkitkan sinyal optik sebagai sinyal masukkan dengan panjang
gelombang 1550 nm dan daya sebesar 3-15 dB. Gambar komponen dapat dilihat pada gambar
4.6:
Gambar 4.6 Komponen Optical Transmitter
(Sumber: Optiwave,2014)
4.4.2 Optical Power Meter
Power meter visualizer digunakan untuk menampilkan daya pada sistem. Ada dua jenis
power meter yang digunakan pada penelitian ini yaitu optical power meter dan electrical
power meter. Optical power meter diletakkan pada keluaran modulator yang berupa sinyal
optik dan menampilkan nilai daya masukan. Electrical power meter diletakkan pada keluaran
LPF dan menampilkan nilai daya output. Gambar komponen dapat dilihat pada gambar 4.7:
Gambar 4.7 Komponen Power Meter Visualizer
(Sumber: Optiwave,2014)
51
4.4.3 Connector
Konektor adalah suatu komponen untuk menghubungkan suatu rangkaian ke rangkaian
lainnya ataupun menghubungkan suatu perangkat dengan perangkat lainnya. Pada proses
pengabungan rangkaian satu dengan yang lainnya, diperlukan proses splice pada kabel serat
optik. Proses splice tidak dapat terhubung langsung dengan rangkainan selanjutnya maka dari
itu diberi konektor terlebih dahulu dan kemudian di sambungkan ke kabel dirangkaian
selanjutnya. Gambar komponen dapat dilihat pada gambar 4.8:
Gambar 4.8 Komponen Connector
(Sumber: Optiwave,2014)
4.4.4 Optical Fiber
Serat optik jenis single mode memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan jenis
multimode. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan serat optik jenis single mode kurang
lebih sepanjang 100-800 m. yang diaplikasikan pada sistem komunikasi jarak jauh.
Gambar 4.9 Komponen Serat Optik
(Sumber: Optiwave, 2014)
Perhitungan dispersi diperlukan untuk mendapatkan kinerja sistem komunikasi serat
optik dalam jarak jangkauan transmisi maksimumnya. Perhitungan dispersi meliputi
perhitungan material, disperse pandu gelombang, dan dispersi intermodal.
Tabel 4.2 Spesifikasi komponen yang digunakan
Parameter Definisi Nilai
tdm Koefisien dispersi bahan 0,8 ps/(nm.km)
Lebar spectrum sumber optik 1 nm
n1 Nilai indeks bias inti 1,48
n2 Nilai indeks bias selubung 1,46
C Kecepatan cahaya di ruang hampa 3x108
m/s
52
Panjang gelombang 1550 nm
a Jari-jari inti serat optik 7
Nilai disperse material per-satuan panjang serat optik sesuai persaman (6):
tmaterial =
tdm x
tmaterial = 0,8 x 1 = 0,8 ps/km
disperse gelombang sesuai dengan persamaan berikut:
twaveguide =
twg = frekuensi dispersi sesuai dengan persamaan berikut:
twg =
v = frekuensi ternormalisasi, sesuai dengan persamaan berikut:
v
a√
v =
√ = 6,88073
Maka koefisien dispersi tanpa dimensi:
twg =
= 0,07846
sehingga nilai dispersi pandu gelombang per satuan panjang:
twaveguide =
= 0,00337 ps/km
Karena pada penelitian ini digunakan serat optik jenis single mode, maka tidak terjadi
dispersi intermodal, tintermodal = 0 ps/km. nilai disperse total per satuan panjang serat optik
sesuai dengan persamaan:
tfiber = √
53
tfiber =√ = 0,8 ps/ km
4.4.5 Splitter 1x8
Splitter merupakan perangkat yang berfungsi untuk membagi cahaya serat optik menjadi
beberapa bagian dengan rasio tertentu. Splitter yang digunakan pada percobaan adalah splitter
1: 8, maka ketika cahaya serat optik ditransmisikan dari splitter 1: 8, cahaya serat optik tadi
akan dibagi menjadi 8 serat optik cahaya dengan rasio yang sama yaitu 12.5% dari setiap
berkas yang asli. Gambar komponen dapat dilihat pada gambar 4.10:
Gambar 4.10 Komponen Splitter
(Sumber: Optiwave, 2014)
4.4.6 Optical Receiver
Optical receiver digunakan untuk menerima data yang dikirim melalui kabel serat optik.
Pada penerima serat optik merupakan komponen penting dalam proses ini, karena melakukan
penerimaan aktual dari cahaya dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Gambar komponen
dapat dilihat pada gambar 4.9:
Gambar 4.11 Komponen Optical Receiver
(Sumber: Optiwave, 2014)
4.4.7 BER Analyzer
BER analyzer merupakan komponen untuk menghitung dan menampilkan nilai bit
error dan Q-factor pada system secara otomatis. Gambar komponen dapat dilihat pada gambar
4.11:
54
Gambar 4.12 Komponen BER analyzer
(Sumber: Optiwave, 2014)
4.5 Desain jaringan Fiber To The Building (FTTB) di Hotel Ijen Suite Malang
Pada sub bab ini akan dibahas tentang desain jaringan Fiber To The Building (FTTB) di
Hotel Ijen Suite Malang menggunakan software Optisystem v.14. Pada desain FTTB ini akan
di desain pada setiap lantainya, tujuan di desain setiap lantai untuk memperoleh hasil BER dan
Q-factor yang baik pada jaringan FTTB yang menggunakan software Optisystem v.14.
Analisis dilakukan dengan variasi jarak ODC di setiap lantai tersebut. Desain yang lain dapat
dilihat pada Lampiran III.
4.5.1 Optiwave System V.07
Pada desain jaringan Fiber To The Building (FTTB) di Hotel Ijen Suite Malang
menggunakan Optisystem v.14. Dalam desain jaringan FTTB tersebut dibagi menjadi lima
bagian, yaitu OLT, ODF, ODC, ODP, dan ONT. Perangkat yang digunakan pada bagian OLT
adalah optical transmitter WDM, multiplexer , dan optical power meter. Untuk bagian ODF
dan ODC terdapat konektor, kabel serat optik, dan optical power meter. Selanjutnya pada
ODP terdapat konektor, splitter 1:8, kabel serat optik, dan optical power meter. Optical Power
Meter berfungsi untuk mengetahui nilai redaman yang terjadi di jalur jaringan tersebut. Dan
bagian terakhir adalah ONT terdapat optical receiver dan BER analyzer yang berfungsi untuk
menggukur Bit Error Rate dan Q-factor pada jaringan FTTB tersebut. Desain fisik jaringan
FTTB menngunakan Optisystem v.14 dapat dilihat sebagai berikut:
55
Gam
bar
4.1
3 D
esai
n J
arin
gan
FT
TB
(Su
mb
er:
Opti
wave
, 2
00
8)
56
4.5.2 Hasil dan Analisi dengan Optisystem v.14
BER Analyzer dan Q-factor
Pada percobaan jaringan FTTB menggunakan softwareOptisystem v.14 ini, variasi daya
dan jarak. Variasi daya yang digunaka sebesar 6 dB dan 8 dB, sedangakan variasi jarak kabel
serat optik yang terdapat di ODP ke ONT adalah sebesar 1 km, 1.2 km, 1.4 km, 1.8 km. Hasil
simulasi yang lain dapat dilihat pada Lampiran IV. Berikut gambar hasil simulasi dengan
software Optisystem v.14 dengan jarak 1 km:
Gambar 4.14 Hasil BER analyzer dengan jarak ODP ke 0NT 1km
(Sumber: Optiwave, 2014)
Dapat disimpulkan nilai BER dengan daya 8dB dan jarak 1 km dari eksperimen
dengan software Optisystem v.14 dapat dikategorikan cukup baik. Karena standart nilai BER
harus dari minimal 10 9, sedangkan nilai BER yang diperoleh dengan daya 8 dB, bit rate 10
Gbps dan panjang kabel serat optik 4.6 km adalah 2.22225 x 10 10. Nilai Q-factor dengan
57
daya 8 dB, bit rate 10 Gbps dan panjang kabel serat optik 4.6 km adalah 6.23683 dB. Berikut
perhitungan redaman pada jarak maksimum yang dapat ditempuh bit rate 10 Gbps.
Redama(dB) = Pin(dBm)-Pout(dBm)
= 4.352 – (-19.765)
= 24.117 dB
Secara matematis, nilai BER yang dihasilkan dari nilai Q-factor dapat dibuktikan
melalui persmaan(2.12):
BER =
√
==
√
=2.23263 x 10-10
Analisis Pengaruh Perubahan Level Noise terhadap SNR
Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) dapat dihitung dengan menggunakan hasil nilai eye
pattern pada eksperimen dengan software Optisystem v.14. Nilai eye pattern dapat dilihat
pada hasil simulasi menggunakan software Optisystem di lampiran. Secara matematis, nilai
SNR dapat dibuktikan melalui persmaan(2.16):
Signal Power = 1.488 x 10-10
Noise = 1.4722 x 10-12
Perhitungan SNR:
1.448 x 10
-10
1.4722 x 10-12
= 19.92950721 dB
BER Analyzer dan Q-factor
Pada percobaan jaringan FTTB menggunakan softwareOptisystem v.07 ini, variasi
daya dan jarak. Variasi daya yang digunaka sebesar 6 dB dan 8 dB, sedangakan variasi jarak
kabel serat optik yang terdapat di ODP ke ONT adalah sebesar 1 km, 1.2 km, 1.4 km, 1.8 km.
Hasil simulasi yang lain dapat dilihat pada Lampiran IV. Berikut gambar hasil simulasi
dengan software Optisystem v.14 dengan jarak 1.2 km:
58
Gambar 4.15 Hasil BER analyzer dengan jarak ODP ke 0NT 1.2km
(Sumber: Optiwave, 2014)
Dapat disimpulkan nilai BER dengan daya 8dB dan jarak 1.2 km dapat dikategorikan
cukup baik. Karena standart nilai BER harus dari minimal 10 9, sedangkan nilai BER yang
diperoleh dengan daya 8 dB dan jarak 1.2 km adalah 2.50896 x 10 10. Nilai Q-factor dengan
daya 8 dB, bit rate 10 Gbps dan panjang kabel serat optik 4.8km adalah 6.21723 dB.
. Berikut perhitungan redaman pada jarak maksimum yang dapat ditempuh bit rate 10
Gbps.
Redama(dB) = Pin(dBm)-Pout(dBm)
= 4.352 – (-19.765)
= 24.117 dB
Secara matematis, nilai BER yang dihasilkan dari nilai Q-factor dapat dibuktikan melalui
persmaan(2-12):
BER =
√
59
=
√
= 2.53004 x 10-11
Analisis Pengaruh Perubahan Level Noise terhadap SNR
Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) dapat dihitung dengan menggunakan hasil nilai eye
pattern pada eksperimen dengan software Optisystem v.14. Nilai eye pattern dapat dilihat
pada hasil simulasi menggunakan software Optisystem v.14 di lampiran IV.Secara matematis,
nilai SNR dapat dibuktikan melalui persmaan(2.16):
Signal Power = 1.542 x 10-10
Noise = 1.310 x 10-12
Perhitungan SNR:
1.686 x 10
-10
1.653 x 10-12
= 20.087 dB
BER Analyzer dan Q-factor
Pada percobaan jaringan FTTB menggunakan software Optisystem v.14 ini, variasi daya
dan jarak. Variasi daya yang digunaka sebesar 6 dB dan 8 dB, sedangakan variasi jarak kabel
serat optik yang terdapat di ODP ke ONT adalah sebesar 1 km, 1.2 km, 1.4 km, 1.8 km. Hasil
simulasi yang lain dapat dilihat pada Lampiran IV. Berikut gambar hasil simulasi dengan
software Optisystem v.14 dengan jarak 1.4 km:
60
Gambar 4.16 Hasil BER analyzer dengan jarak ODP ke 0NT 1.4km
(Sumber: Optiwave, 2014)
Dapat disimpulkan nilai BER dengan daya 8dB dan jarak 1.4 km dapat dikategorikan
cukup baik. Karena standart nilai BER harus dari minimal 10 9, sedangkan nilai BER yang
diperoleh dengan daya 8 dB, bit rate 10 Gbps dan jarak 1.4 km adalah 3.14039 x 10 10. Nilai
Q-factor dengan daya 8 dB, bit rate 10 Gbps dan panjang kabel serat optik 5.0 km adalah
6.18175 dB.
. Berikut perhitungan redaman pada jarak maksimum yang dapat ditempuh bit rate 10
Gbps.
Redama(dB) = Pin(dBm)-Pout(dBm)
= 4.352 – (-19.805)
= 24.157 dB
Secara matematis, nilai BER yang dihasilkan dari nilai Q-factor dapat dibuktikan melalui
persmaan(2-12):
BER =
√
61
=
√
= 3.16974 x 10-11
Analisis Pengaruh Perubahan Level Noise terhadap SNR
Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) dapat dihitung dengan menggunakan hasil nilai eye
pattern pada eksperimen dengan software Optisystem v.14. Nilai eye pattern dapat dilihat
pada hasil simulasi menggunakan software Optisystem di lampiran IV. Secara matematis, nilai
SNR dapat dibuktikan melalui persmaan(2-):
Signal Power = 1.656 x 10-10
Noise = 1.651 x 10-12
Perhitungan SNR:
1.656 x 10
-10
1.651 x 10-12
= 20.01365 dB
BER Analyzer dan Q-factor
Pada percobaan jaringan FTTB menggunakan softwareOptisystem v.14 ini, variasi daya
dan jarak. Variasi daya yang digunaka sebesar 6 dB dan 8 dB, sedangakan variasi jarak kabel
serat optik yang terdapat di ODP ke ONT adalah sebesar 0.2 km, 0.4 km, 0.6 km, 0.8 km, 1.2
km, 1.4 km, 1.6 km, dan 1.8 km. Hasil simulasi yang lain dapat dilihat pada Lampiran IV.
Berikut gambar hasil simulasi dengan software Optisystem v.14 dengan jarak 1.8 km:
62
Gambar 4.17 Hasil BER analyzer dengan jarak ODP ke 0NT 1.8km
(Sumber: Optiwave, 2014)
Dapat disimpulkan nilai BER dengan daya 8dB dan jarak 1.8 km dapat dikategorikan
cukup baik. Karena standart nilai BER harus dari minimal 10 9, sedangkan nilai BER yang
diperoleh dengan daya 8 dB, bit rate 10 Gbps dan jarak 1.8 km adalah 6.961x10 10. Nilai Q-
factor dengan daya 8 dB, bit rate 10 Gbps dan panjang kabel serat optik 5.0 km adalah
6.05501 dB.
. Berikut perhitungan redaman pada jarak maksimum yang dapat ditempuh bit rate 10
Gbps.
Redama(dB) = Pin(dBm)-Pout(dBm)
= 4.352 – (-19.885)
= 24.237 dB
Secara matematis, nilai BER yang dihasilkan dari nilai Q-factor dapat dibuktikan melalui
persmaan(2-12):
BER =
√
63
=
√
= 7.02045 x 10-11
Analisis Pengaruh Perubahan Level Noise terhadap SNR
Nilai Signal to Noise Ratio (SNR) dapat dihitung dengan menggunakan hasil nilai eye
pattern pada eksperimen dengan software Optisystem v.14. Nilai eye pattern dapat dilihat
pada hasil simulasi menggunakan software Optisystem v..14 di lampiran IV. Secara matematis,
nilai SNR dapat dibuktikan melalui persmaan(2.16):
Signal Power = 1.656 x 10-10
Noise = 1.651 x 10-12
Perhitungan SNR:
1.598 x 10
-10
1.650 x 10-12
= 19.86191355 dB
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, niali BER yang didapat pada percobaan
dengan software Optisystem v.14 hampir mendekati dengan nilai BER pada perhitungan
matematis diatas. Hasil grafik perhitungan Q-Factor yang lain dapat dilihat pada Lampiran IV.
Berikut grafik nilai BER terhadap panjang kabel serat optik:
64
2 10-10
3 10-10
4 10-10
5 10-10
6 10-10
7 10-10
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
BER terhadap Panjang Kabel Serat Optik
BER (dB)
BE
R (
dB
)
Panjang Kabel Serat Optik (km)
Gambar 4.18 Grafik Hasil BER Analyzer 1 terhadap Panjang Kabel Serat Optik
Bertambahnya panjang serat optik berbanding lurus dengan kenaikan BER. Gambar 4.
Menunjukkan semakin jauh jarak (panjang kabel serat optik), maka nilai BER semakin besar.
System komunikasi serat optic dipengaruhi oleh panjang serat optik yang akan digunakan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang telah ditampilkan pada Gambar
4.23 dapat dilihat bahwa semakin panjang kabel serat optik yang digunakan maka nilai error
bit semakin besar. Konsekuensi dari nilai BER yang tinggi adalah data yang diterima tidak
akan sama dengan data yang akan dikirimkan. Bila hal ini terjadi pengirim harus
mentrasmisikan ulang data yang error dan perlu tambahan waktu sehingga transmisi akan
berjalan lebih lama. Nilai BER yang tinggi disebabkan dari penambahan panjang kabel serat
optik atau komponen lainnyamisalnya splitter, konektor, dan lain-lain. Nilai BER tinggi yang
mengakibatkan terjadinya pelebaran pulsa sehingga terjadi Interference Intersymbol (ISI) yang
menambah jumlah error bit.
Perubahan nilai BER disebabkan karena adanya penambahan panjang kabel serat optik
atau komponen lainnya. Nilai BER yang diharapkan adalah nilai BER yang kecil. Hal ini
dikarenakan nilai BER yang kecil menunjukkan hanya sedikit kesalahan yang terjadi dalam
65
tranmisi data atau data yang diterima menyerupai data yang dikirimkan. Standart nilai BER
pada rekomendasi ITU-T adalah minimal 10-9
.
Hasil perhitungan Q-Factor terhadap panjang kabel serat optik dari jarak 1km, 1.2km,
1.4km, dan 1,8km ditampilkan dalam bentuk kurva karakteristik pada Gambar 4.24. Hasil
grafik perhitungan Q-Factor yang lain dapat dilihat pada Lampiran IV.
6.05
6.1
6.15
6.2
6.25
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
Q-Factor terhadap Panjang Kabel Serat Optik
Q-Factor (dB)
Q-F
ac
tor
(dB
)
Panjang Kabel Serat Optik (km)
Gambar 4.19 Grafik Hasil Q-Factor 1 terhadap Panjang Kabel Serat Optik
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang telah ditampilkan pada Gambar
4.23 dapat dilihat bahwa semakin panjang kabel serat optik yang digunakan maka nilai q-
factor semakin besar. Dan semakin besar Q-factor maka BER akan semakin kecil. Perubahan
pada nilai Q-factor dan nilai BER disebabkan karena adanya penambahan panjang kabel serat
optik atau komponen lainnya. Nilai Q-factor dan BER yang diharapkan adalah nilai BER
yang kecil dan nilai Q-factor yang besar. Hal ini dikarenakan nilai BER yang kecil
menunjukkan hanya sedikit kesalahan yang terjadi dalam tranmisi data atau data yang diterima
menyerupai data yang dikirimkan. Dan Q-factor yang semakin besar menunjukkan sedikit
kesalahan yang terjadi di dalam transmisi data atau data yang diterima meyerupai yang
dikirimkan.
66
Hasil perhitungan SNR terhadap panjang kabel serat optik ditampilkan dalam bentuk
kurva karakteristik pada Gambar 4.20. Hasil grafik perhitungan SNR yang lain dapat dilihat
pada Lampiran IV.
Gambar 4.20 Grafik Hasil Eye Pattren SNR 1 terhadap Panjang Kabel Serat Optik
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang telah ditampilkan pada Gambar
15. dapat dilihat bahwa semakin besar nilai SNR maka kekebalan sistem terhadap noise akan
meningkat. Hal ini dikarenakan semakin tingginya SNR menyebabkan perbandingan sinyal
terhadap noise semakin besar sehingga noise yang nilainya lebih kecil dibanding sinyal dapat
diabaikan dan ketahanan sistem terhadap noise semakin besar. Nilai SNR digunakan untuk
menunjukan kualitas jalur (medium) koneksi. Semakin besar nilai SNR, makin tinggi kualitas
jalur tersebut artinya semakin besar pula kemungkinan jalur itu dipakai untuk lalu lintas
komunikasi data dan sinyal dalam kecepatan tinggi. Nilai SNR tertinggi sebesar 20.19 dB
sedangkan yang terendah 19.86 jenis modulasi NRZ.
Pada desain jaringan FTTB menggunakan modulasi NRZ dan RZ. Besarnya degradasi
sinyal jika data yang dikirimkan dalam format non return to zero (NRZ) adalah rise time total
tidak boleh melebihi 70 % dari maksimum rise time dari bit rate sinyal NRZ atau 35 % pada
format return to zero (RZ).