42
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN 4.1. Pekerjaan Kolom 4.1.1.Pembesian Kolom 1. Untuk tulangan pokok digunakan besi ulir U 37 dengan diameter D19 (kolom tepi) dan D22 (kolom tengah) sedangkan untuk tulangan sengkang digunakan besi polos diameter Ø10 (kolom tepi dan tengah) 2. Peralatan yang digunakan yaitu meteran, kapur, kemudian untuk membuat batang besi lurus yaitu meluruskan besi utuh dari pabrik, membuat sambungan kait dan pembengkokan besi untuk untuk sengkang menggunakan alat Bar Bending (pembengkok besi). Kemudian peralatan yang digunakan LAPORAN KERJA PRAKTEK 45 Gambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolom

BAB IV

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Pekerjaan Kolom

4.1.1.Pembesian Kolom

1. Untuk tulangan pokok digunakan besi ulir U 37 dengan diameter

D19 (kolom tepi) dan D22 (kolom tengah) sedangkan untuk

tulangan sengkang digunakan besi polos diameter Ø10 (kolom

tepi dan tengah)

2. Peralatan yang digunakan yaitu meteran, kapur, kemudian untuk

membuat batang besi lurus yaitu meluruskan besi utuh dari

pabrik, membuat sambungan kait dan pembengkokan besi untuk

untuk sengkang menggunakan alat Bar Bending (pembengkok

besi). Kemudian peralatan yang digunakan untuk memotong

besi yaitu Bar Cutter (pemotong besi)

LAPORAN KERJA PRAKTEK 45

Gambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolom

Gambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesian

Gambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolomGambar 4.1. Tulangan utama kolom dan sengkang kolom

Gambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.2. Peralatan pekerjaan pembesian

Page 2: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

3. Perakitan tulangan dilakukan 4 orang pekerja (1 tukang dan 3

buruh) yang dilakukan selama 2 minggu (13 hari) dengan jam

kerja normal selama 8 jam/hari.

4. Besi yang dirakit diikat kuat agar besi beton menjadi lebih kuat

dan tidak berubah tempat pada saat proses pengecoran

dilaksanakan. Pengikatannya menggunakan kawat pengikat besi

beton yang diikat menggunakan alat pengikat (ganco).

5. Pemasangan besi tulangan pokok dan perletakan jarak sengkang

pada daerah tumpuan dan lapangan disesuaikan dengan gambar

rencana. Berikut contoh gambar detail pembesian kolom 700

700 mm:

LAPORAN KERJA PRAKTEK 46

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepiGambar 4.4. Detail penulangan kolom tepi

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Gambar 4.3. Proses meluruskan besi dan pembengkokan besiuntuk kolom

Page 3: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK 47

Gambar 4.5. Detail penulangan kolom tengah

Gambar 4.6. Pembesian kolom tepi

Gambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengahGambar 4.5. Detail penulangan kolom tengah

Gambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepiGambar 4.6. Pembesian kolom tepi

Page 4: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1.2.Pekerjaan Bekisting dan Perancah

1. Bahan yang digunakan untuk membuat bekisting kolom yaitu

kayu matoa 5/10 cm sebagai rangka dan cincin bekisting serta

multiplek 11 mm.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 48

Gambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mm

Gambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolomGambar 4.7. Pekerjaan bekisting kolom

Gambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mmGambar 4.8. Kayu matoa 5/10 dan multiplek 11 mm

Page 5: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

2. Peralatan yang digunakan untuk membuat bekisting yaitu

gergaji kayu, pahat, meteran, martelu, siku, pensil kayu, paku 7

cm.

3. Bekisting dibuat sesuai ukuran kolom 700 700 mm (ukuran

kolom tepi dan tengah sama), yang dimulai dengan pembuatan

rangka bekisting lalu dilanjutkan dengan menutupi rangka

bekisting dengan multipleks 11 mm.

4. Bekisting kolom dipasang (tegak) menutupi 4 sisi kolom

(persegi) sebagai acuan pengecoran, lalu di jepit sedemikian

rupa dengan cincin bekisting kayu matoa 5/10 untuk

memberikan perkuatan-perkuatan, kemudian untuk menjaga

bekisting kolom tetap dalam kondisi berdiri tegak digunakan

LAPORAN KERJA PRAKTEK 49

Gambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolom

Gambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.9. Peralatan pekerjaan kayu

Gambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolomGambar 4.10. Pekerjaan pembuatan bekisting kolom

Page 6: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

kayu matoa 5/10 sebagai penyangga yang dipasang diagonal di 4

sisi kolom bagian atas sehingga tidak merubah kedudukan

bekisting dan pekerjaan terakhir yaitu memasang besi treck (besi

Ø10) yang dibuat oleh pekerja sebelumnya untuk menjepit

bekisting agar tidak jebol pada sudut-sudut kolom pada saat

pengecoran kolom dilaksanakan. Berikut contoh gambar

pemasangan bekisting:

5. Cek vertikalitas bekisting dengan alat unting-unting dan benang.

Pemasangan unting-unting ini ditempatkan pada kedua sisi

bekisting.

6. Bekisting yang baik adalah harus rapat (tidak ada celah) pada

sudut-sudutnya, permukaan licin, bebas dari kotoran hasil dari

pemotongan kayu dan multipleks, bebas tanah/lumpur dan

sebagainya. Sehingga kualitas serta mutu dari beton hasil

pengecoran dapat tercapai seperti yang direncanakan.

7. Pekerjaan bekisting dan pemasangan perancah dilakukan 6

orang pekerja yang dilakukan selama 1 minggu lebih (8 hari)

dengan jam kerja normal 8 jam/hari.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 50

Gambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolomGambar 4.11. Pekerjaan pemasangan bekisting kolom

Page 7: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1.3.Pengecoran Kolom

1. Setelah pekerjaan penulangan dan pekerjaan bekisting dilakukan

pihak kontraktor memberitahukan kepada pihak konsultan

pengawas bahwa pekerjaan pengecoran akan dilaksanakan.

2. Kemudian pihak konsultan pengawas melakukan pemeriksaan,

meliputi:

- Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama.

- Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang.

- Pemeriksaan panjang overlapping dan penjangkaran pada

tulangan.

- Pemeriksaan kekuatan bendrat.

- Pemeriksaan decking (tebal selimut beton)

3. Setelah semua pemeriksaan dilakukan dan hasilnya baik, maka

pihak kontraktor memesan beton campuran ke Batching Plant

sesuai mutu beton yang direncanakan yaitu mutu beton K225.

4. bekisting dibersihkan dengan menggunakan air compressor.

5. Bahan-bahan yang digunakan:

a) Semen yang digunakan adalah semen tonasa dengan isi 1

zak = 50 kg.

b) Material pasir yang digunakan termasuk jenis pasir kasar

berasal dari sungai doyo, Sentani.

c) Material kerikil yang digunakan adalah ukuran 1/2 dan 2/3

yang diperoleh dari daerah Dosai.

d) Air yang digunakan berasal dari sumur bor di daerah

batching plant (Doyo), kemudian saat dilokasi proyek

digunakan air PDAM.

e) Bahan kimia tambahan Admixture yang digunakan pada

campuran beton yaitu Plastimen VZ yaitu produk dari PT.

Sika Indonesia yang berfungsi sebagai:

Memperlambat pengerasan, dalam kasus ini

campuran diangkut dari tempat pencampuran beton

LAPORAN KERJA PRAKTEK 51

Page 8: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

(Doyo) ke lokasi proyek menggunakan Truck Mix

(paling lama 4 jam masa pengangkutan)

Mengurangi kelebihan air pada pada campuran

beton

Mempercepat proses pengerasan beton (saat

campuran beton dalam kondisi diam), akibat dari

pengaruh suhu panas beton yang tinggi ditimbulkan

oleh bahan aditif itu sendiri

6. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan oleh 6 tenaga ahli (bukan

pekerja proyek) yang bekerja khusus untuk pekerjaan

pengecoran, pekerjaan pengecoran dilakukan selama 1 hari.

7. Komposisi campuran beton untuk mutu beton K225 dengan

volume 1,5 m3 yaitu semen Portland, pasir dan kerilkil yang

terdiri dari 15 zak semen (1 zak = 50 kg) : 1364 kg Pasir : 1218

kg Kerikil (1/2) : 512 kg Kerikil (2/3). Kemudian air sebanyak

300-350 liter dan tambahan admixture Plastimen VZ sebanyak

3500 ml, bahan admixture tersebut produk dari PT. SIKA

fungsinya yaitu memperlambat pengerasan pada saat

pengangkutan (paling lama 4 jam masa pengangkutan), namun

pada saat pengecoran dan kondisi beton diam (selesei

pengecoran), maka beton cepat mengeras akibat dari pengaruh

suhu panas beton yang tinggi yang timbul dari bahan aditif itu

sendiri.

8. Beton ready mix didatangkan dari batching plant di daerah

Doyo dengan mutu yang telah disyaratkan.

9. Kemudian beton ready mix yang telah disyaratkan diangkut ke

lokasi proyek menggunakan concrete mixer truck.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 52

Page 9: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

10. Setelah concrete mixer truck tiba di lokasi proyek langsung di

lakukan pengecekan campuran serta pengambilan sampel benda

uji untuk uji kuat tekan beton yang diambil sebanyak 3 benda uji

berbentuk kubus berukuran 151515 cm3, mutu beton dalam

pekerjaan beton bertulang ini adalah K-225, untuk nilai slump

yang dipakai adalah 12 ± 2 cm. Cara pengujian tes slump

sebagai berikut:

Peralatan:

- Alat ukur

- Cetakan (kerucut terpancung)

- Sendok cekung

- Tongkat pemadat dengan diameter 10 mm

- Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air.

Bahan:

Untuk memulai tes slump beton dapat disiapkan contoh beton

segar sesuai dengan isi cetakan, diambil secara acak dari adukan

yang dibuat agar dapat mewakili beton secara keseluruhan.

Prosedur percobaan:

- Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.

- Letakkan cetakan diatas pelat.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 53

Gambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truckGambar 4.12. Concrete mixer truck

Page 10: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

- Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga

lapis. Tiap kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis

dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali

tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk

tepat sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada

bagian bawah atau lapisan pertama, penusukan bagian tepi

dilakukan dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan

kemiringan dinding cetakan.

- Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji

dengan tongkat, tunggu selama 1/2 menit dan dalam

jangka waktu ini, semua lapisan kelebihan beton segar

disekitar cetakan harus dibersihkan.

- Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas.

- Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji.

- Ukur slump yang terjadi dengan menggunakan perbedaan

tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata dari benda uji.

Hasil

Nilai slump yang didapat dari pengujian yaitu 13 cm

11. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready

mix dari concrete mixer truck dituang ke dalam concrete bucket,

kemudian concrete bucket tersebut diangkat dengan tower crane

LAPORAN KERJA PRAKTEK 54

Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.13. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.

Page 11: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

menuju ke lokasi pengecoran. Pada saat pemindahan, concrete

bucket ditutup/dikunci agar tidak tumpah.

12. Di lokasi pengecoran, tutup concrete bucket dibuka, dan beton

dituang ke dalam bekisting melalui pipa tremie.

13. Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan yang

telah ditentukan (≤ 1,50 m) usahakan sedekat mungkin antara

pipa tremie dengan permukaan beton lama. hal ini dilakukan

untuk menghindari agregat kasar, terlepas dari adukan beton

lokasi pengecoran, tutup concrete bucket dibuka, dan beton

dituang ke dalam bekisting melalui pipa tremie.

14. Proses pengecoran dilakukan tiap layer/bertahap, tahap pertama

adalah setinggi ±1,5 m, setelah itu dilanjutkan ke tahap kedua

setinggi elevasi yang telah ditentukan.

15. Pekerjaan pengecoran dilaksanakan sebaik mungkin untuk

menghindari terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan

sarang-sarang koral yang dapat mengakibatkan kekutan beton

kolom yang direncanakan menjadi berkurang.

16. Setelah selesai pengecoran kolom beton diharapkan terhindar

dari getaran atau benturan selama proses pengerasan selama 3

24 jam setelah pengecoran.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 55

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.14. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Page 12: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1.4.Pembongkaran Bekisting Kolom

1. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 5 hari. Karena

beton kolom yang digunakan tidak langsung menerima beban

besar (momen akibat beban sendiri termasuk kecil), maka

pembongkaran bekistingnya lebih cepat dibandingkan

pembongkaran bekisting pada balok dan pelat lantai.

2. Hal yang pertama dilakukan yaitu mengendorkan dan melepas

semua besi track.

3. Kemudian melepas balok penyangga dan cincin bekisting kolom

yang secara otomatis bersamaan bekisting kolom akan lepas

dengan sendirinya dari permukaan beton.

4. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan

ke tempat yang telah disediakan.

4.1.5.Perawatan Kolom

1. Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung

dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan menyiram

pemukaan kolom beton dengan air secara berkala.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 56

Gambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolomGambar 4.15. Pengecoran kolom

Page 13: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.2. Pekerjaan Balok

4.2.1.Pembesian Balok

1. Untuk tulangan pokok digunakan besi ulir U 37 dengan diameter

D22 (balok induk) dan D19 (balok anak) sedangkan untuk

tulangan sengkang digunakan besi polos diameter Ø12 (balok

induk) dan Ø10 (balok anak)

2. Peralatan yang digunakan yaitu meteran, kapur, kemudian untuk

membuat batang besi lurus yaitu meluruskan besi utuh dari

pabrik, membuat sambungan kait dan pembengkokan besi untuk

untuk sengkang menggunakan alat Bar Bending (pembengkok

besi). Kemudian peralatan yang digunakan untuk memotong

besi yaitu Bar Cutter (pemotong besi)

3. Pembuatan dan perakitan tulangan dilakukan 6 orang pekerja (2

tukang dan 4 buruh) yang dilakukan selama 3 minggu (20 hari)

dengan jam kerja normal selama 8 jam/hari.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 57

Gambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesian

Gambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balokGambar 4.16. Tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesianGambar 4.17. Peralatan pekerjaan pembesian

Page 14: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4. Besi yang dirakit diikat kuat agar besi beton menjadi lebih kuat

dan tidak berubah tempat pada saat proses pengecoran

dilaksanakan. Pengikatannya menggunakan kawat pengikat besi

beton yang diikat menggunakan alat pengikat (ganco).

5. Pemasangan besi tulangan pokok dan perletakan jarak sengkang

pada daerah tumpuan dan lapangan disesuaikan dengan gambar

rencana. Berikut contoh gambar pembesian balok induk dan

balok anak:

LAPORAN KERJA PRAKTEK 58

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.18. Perakitan tulangan utama balok dan sengkang balok

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Gambar 4.19. Bahan kawat pengikat dan prosespengikatan besi beton

Page 15: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK 59

Gambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolomGambar 4.20. Pertemuan balok dan kolom

Gambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok IndukGambar 4.21. Detail Penulangan Balok Induk

Page 16: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK 60

Gambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anak

Gambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok AnakGambar 4.23. Detail Penulangan Balok Anak

Gambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anakGambar 4.22. Pertemuan balok induk dan balok anak

Page 17: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

6. Pada pekerjaan balok dilakukan bersamaan dengan pekerjaan

plat lantai. Pada proses penulangan balok dan plat lantai ini

dipasang beton deking (beton tahu) setebal selimut beton supaya

pada waktu pengecoran tulangan tidak langsung terkena papan

bekisting dan supaya tulangan tidak terlihat langsung dari luar.

Berikut gambar hubungan balok dan plat lantai:

LAPORAN KERJA PRAKTEK 61

Gambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantaiGambar 4.24. Detail hubungan balok dan plat lantai

Page 18: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.2.2.Pekerjaan Bekisting dan Perancah

1. Bahan yang digunakan untuk membuat Bekisting balok yaitu

kayu matoa 5/10 cm untuk balok perancah, kayu matoa 5/5 cm

sebagai rangka dan cincin bekisting serta multipleks 11 mm.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 62

Gambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mm

Gambar 4.25. Pekerjaan bekisting balok

Gambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mmGambar 4.26. Kayu matoa 5/10 dan multipleks 11 mm

Page 19: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

2. Peralatan yang digunakan untuk membuat bekisting yaitu

gergaji kayu, meteran, martelu, siku, pensil kayu, paku 7 cm.

3. Bekisting balok dibuat sesuai gambar rencana, yang dimulai

dengan pembuatan rangka bekisting lalu dilanjutkan dengan

menutupi rangka bekisting dengan multipleks 11 mm.

4. Untuk menahan bekisting balok digunakan kayu matoa 5/10 cm

sebagai perancah yang dipasang vertikal dari permukaan lantai

setinggi bidang bawah balok di sepanjang arah perletakan balok,

LAPORAN KERJA PRAKTEK 63

Gambar 4.28. Bekisting balok

Gambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayuGambar 4.27. Peralatan pekerjaan kayu

Gambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balokGambar 4.28. Bekisting balok

Page 20: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

setelah perancah dipasang, lalu bekisting balok mulai di pasang

diawali dengan bidang bawah balok diteruskan dengan sisi-sisi

balok, setelah itu perancah dipasang lagi untuk menopang sisi-

sisi balok agar tidak berubah kedudukan serta memberikan

perkuatan-perkuatan pada bekisting. pekerjaan bekisting pada

balok membutuhkan waktu yang lebih lama daripada pekerjaan

bekisting kolom karena setelah pekerjaan bekisting balok diikuti

dengan pekerjaan bekisting untuk plat lantai.

5. Pekerjaan bekisting balok dan pemasangan perancah dilakukan

8 orang pekerja yang dilakukan selama 3 minggu lebih (24 hari)

dengan jam kerja normal 8 jam/hari.

6. Bekisting yang baik adalah harus rapat (tidak ada celah) pada

sudut-sudutnya, permukaan licin, bebas dari kotoran hasil dari

pemotongan kayu dan multipleks, bebas tanah/lumpur dan

sebagainya. Sehingga kualitas serta mutu dari beton hasil

pengecoran dapat tercapai seperti yang direncanakan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 64

Gambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balokGambar 4.29. Pekerjaan perancah balok

Page 21: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.2.3.Pengecoran Balok

1. Setelah pekerjaan penulangan dan pekerjaan bekisting dilakukan

pihak kontraktor memberitahukan kepada pihak konsultan

pengawas bahwa pekerjaan pengecoran akan dilaksanakan.

2. Kemudian pihak konsultan pengawas melakukan pemeriksaan,

meliputi:

- Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama.

- Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang.

- Pemeriksaan kekuatan bendrat.

- Pemeriksaan decking (tebal selimut beton)

3. Setelah semua pemeriksaan dilakukan dan hasilnya baik, maka

pihak kontraktor memesan beton campuran ke Batching Plant

sesuai mutu beton yang direncanakan yaitu mutu beton K225.

4. bekisting dibersihkan dengan menggunakan air compressor.

5. Bahan-bahan yang digunakan:

a) Semen yang digunakan adalah semen tonasa dengan isi 1

zak = 50 kg.

b) Material pasir termasuk jenis pasir kasar yang digunakan

berasal dari sungai doyo, Sentani.

c) Material kerikil yang digunakan adalah ukuran 1/2 dan 2/3

yang diperoleh dari daerah Dosai.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 65

Gambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balokGambar 4.30. Pekerjaan bekisting dan perancah balok

Page 22: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

d) Air yang digunakan berasal dari sumur bor di daerah

batching plant (Doyo), kemudian saat dilokasi proyek

digunakan air PDAM.

e) Bahan kimia tambahan Admixture yang digunakan pada

campuran beton yaitu Plastimen VZ yaitu produk dari PT.

Sika Indonesia yang berfungsi sebagai:

Memperlambat pengerasan, dalam kasus ini

campuran diangkut dari tempat pencampuran beton

(Doyo) ke lokasi proyek menggunakan Concrete

Truck Mixer (paling lama 4 jam masa pengangkutan)

Mengurangi kelebihan air pada pada campuran

beton

Mempercepat proses pengerasan beton (saat

campuran beton dalam kondisi diam), akibat dari

pengaruh suhu panas beton yang tinggi ditimbulkan

oleh bahan aditif itu sendiri

f) Pekerjaan pengecoran dilaksanakan oleh 7 tenaga ahli (bukan

pekerja proyek) yang bekerja khusus untuk pekerjaan

pengecoran saja, pekerjaan pengecoran dilakukan selama 1 hari.

g) Komposisi campuran beton untuk mutu beton K225 dengan

volume 1,5 m3 yaitu semen Portland, pasir dan kerilkil yang

terdiri dari 15 zak semen (1 zak = 50 kg) : 1364 kg Pasir : 1218

kg Kerikil (1/2) : 512 kg Kerikil (2/3). Kemudian air sebanyak

300-350 liter dan tambahan admixture Plastimen VZ sebanyak

3500 ml, bahan admixture tersebut produk dari PT. SIKA

fungsinya yaitu memperlambat pengerasan pada saat

pengangkutan (paling lama 4 jam masa pengangkutan), namun

pada saat pengecoran dan kondisi beton diam (selesei

pengecoran), maka beton cepat mengeras akibat dari pengaruh

suhu panas beton yang tinggi yang timbul dari bahan aditif itu

sendiri.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 66

Page 23: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

h) Beton ready mix didatangkan dari batching plant di daerah

Doyo dengan mutu yang telah disyaratkan.

i) Kemudian beton ready mix yang telah disyaratkan diangkut ke

lokasi proyek menggunakan concrete mixer truck.

j) Setelah Concrete truck mierx tiba di lokasi proyek langsung di

lakukan pengecekan campuran serta pengambilan sampel benda

uji untuk uji kuat tekan beton yang diambil sebanyak 3 benda uji

berbentuk kubus berukuran 151515 cm3, mutu beton dalam

pekerjaan beton bertulang ini adalah K-225, untuk nilai slump

yang dipakai adalah 12 ± 2 cm. Cara pengujian tes slump

sebagai berikut:

Peralatan:

- Alat ukur

- Cetakan (kerucut terpancung)

- Sendok cekung

- Tongkat pemadat dengan diameter 10 mm

- Pelat logam dengan permukaan rata dan kedap air

Bahan:

Untuk memulai tes slump beton dapat disiapkan contoh beton

segar sesuai dengan isi cetakan, diambil secara acak dari adukan

yang dibuat agar dapat mewakili beton secara keseluruhan.

Prosedur percobaan:

- Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah.

- Letakkan cetakan diatas pelat.

- Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga

lapis. Tiap kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis

dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali

tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk

tepat sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada

bagian bawah atau lapisan pertama, penusukan bagian tepi

LAPORAN KERJA PRAKTEK 67

Page 24: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

dilakukan dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan

kemiringan dinding cetakan.

- Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji

dengan tongkat, tunggu selama ½ menit dan dalam jangka

waktu ini, semua lapisan kelebihan beton segar disekitar

cetakan harus dibersihkan.

- Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus keatas.

- Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji.

- Ukur slump yang terjadi dengan menggunakan perbedaan

tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata dari benda uji.

Hasil

Nilai slump yang didapat dari pengujian yaitu 13 cm

k) Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready

mix dari concrete mixer truck dituang ke dalam concrete bucket,

kemudian concrete bucket tersebut diangkat dengan tower crane

menuju ke lokasi pengecoran. Pada saat pemindahan, concrete

bucket ditutup/dikunci agar tidak tumpah.

l) Di lokasi pengecoran, tutup concrete bucket dibuka, dan beton

dituang ke dalam bekisting melalui pipa tremie.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 68

Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.Gambar 4.31. Tes slump dan sampel benda uji kuat tekan.

Page 25: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

m) Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai dengan yang

telah ditentukan (≤ 1,50 m) usahakan sedekat mungkin antara

pipa tremie dengan permukaan yang akan di cor. hal ini

dilakukan untuk menghindari agregat kasar, terlepas dari adukan

betoni lokasi pengecoran, tutup concrete bucket dibuka, dan

beton dituang ke dalam bekisting melalui pipa tremie.

n) Proses pengecoran dilakukan tiap layer/bertahap, tahap pertama

adalah setinggi ±1,5 m, setelah itu dilanjutkan ke tahap kedua

setinggi elevasi yang telah ditentukan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 69

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.32. Pemindahan campuran beton dari concrete truck mixer ke Concrete bucket

Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.Gambar 4.33. Pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai.

Page 26: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

o) Dalam proses pengecoran sering terjadi pemberhentian atau

penyambungan beton yang sudah kering dengan beton yang

baru, pada proses pemberhentian coran terutama pada balok,

pemberhentian beton dilakukan pada saat kondisi ¼ dari panjang

bentang dari balok tersebut karena momen yang terjadi pada

titik tersebut adalah nol sehingga pembebanan pada saat

pengecoran menjadi aman.

p) Pada saat proses pemberhentian coran permukaannya dikasarkan

dan dimiringkan lalu disiram menggunakan air semen supaya

pada proses penyambungannya dapat memberikan daya lekat

yang baik antara beton lama dengan beton yang baru.

q) Padatkan beton dengan menggunakan concrete vibrator Pada

saat proses pemadatan, concrete vibrator diusahakan tidak

berinteraksi langsung dengan bekisting dan tulangan.

r) Pekerjaan pengecoran dilaksanakan sebaik mungkin untuk

menghindari terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan

sarang-sarang koral yang dapat mengakibatkan kekuatan beton

kolom yang direncanakan menjadi berkurang.

s) Setelah selesai pengecoran balok beton diharapkan terhindar

dari getaran atau benturan selama proses pengerasan selama 3

24 jam setelah pengecoran.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 70

Gambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibratorGambar 4.34. Alat Concrete vibrator

Page 27: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.2.4.Pembongkaran Bekisting Balok

1. Pembongkaran bekisting balok dilakukan setelah 4 minggu.

Karena beton balok dan plat lantai yang digunakan langsung

menerima beban besar (momen akibat beban sendiri) dan tidak

terjadi lendutan yang besar pada balok dan plat lantai, maka

pembongkaran bekistingnya lebih lama dibandingkan

pembongkaran bekisting pada kolom.

2. Kemudian melepas balok penyangga dan bekisting balok yang

secara otomatis akan lepas dengan sendirinya dari permukaan

beton.

3. Kemudian bekisting balok tersebut diangkat dan dipindahkan ke

tempat yang telah disediakan.

4.2.5.Perawatan Balok

Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan

perawatan beton (curing), yaitu dengan menyiram pemukaan balok

beton dengan air secara berkala.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 71

Gambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantaiGambar 4.35. Pembongkaran bekisting balok dan plat lantai

Page 28: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.3. Evaluasi Pekerjaan

Selama proses Kerja Praktek berjalan ada beberapa hal yang yang menjadi

bahan evaluasi antara lain:

1. Koordinasi setiap elemen pada proyek belum berjalan efektif sehingga

terjadi keterlambatan pekerjaan.

2. Jumlah tenaga pekerja masih kurang tidak sesuai dengan volume

pekerjaan yang besar mengakibatkan proses pekerjaan proyek menjadi

lambat.

3. Belum memperhatikan faktor K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

4. Balok pada rangka bekisting, cincin bekisting dan perancah kolom

dalam kondisi basah sehingga dapat mengakibatkan bekisting

melendut pada saat pengecoran berlangsung.

5. Besi sengkang yang telah dibuat sebelumnya diletakkan di daerah

terbuka dan hanya ditutupi terpal hanya pada bagian atas saja

mengakibatkan besi menjadi berkarat.

6. Pekerjaan pengecoran kolom tidak di lakukan pemadatan campuran

menggunakan alat penggetar vibrator, mengakibatkan kepadatan

beton menjadi berkurang pada kolom.

4.4. Kesulitan Yang Dihadapi

Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan proyek,

antara lain sebagai berikut:

1. Koordinasi setiap elemen pada proyek belum berjalan efektif sehingga

terjadi keterlambatan pekerjaan.

2. Tenaga pekerja terampil dan cepat masih kurang tidak sesuai dengan

volume pekerjaan yang besar.

3. Multipleks yang digunakan untuk bekisting menggunakan multipleks

biasa serta tidak dilapisi dengan plastik atau lapisan pelicin lainnya,

permukaan yang tidak licin pada saat mengakibatkan pengecoran

campuran beton sering terhambat pada sisi luar serta sudut kolom.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 72

Page 29: BAB IV

BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN

4. Cuaca dengan turunnya hujan yang tidak menentu merupakan salah

satu penghambat percepatan pekerjaan.

4.5. Kemudahan Yang Dihadapi

1. Koordinasi tukang dan buruh cukup baik untuk pelaksanaan

pekerjaan,

2. Lokasi proyek yang berada di tengah kota memperlancar mobilisasi

3. Tukang yang bekerja cukup terampil dan handal.

4. Pengadaan bahan dan material ke lokasi proyek berjalan lancar.

5. Penggunaan bahan admixture pada beton meningkatkan kualitas beton

dan mempercepat waktu pengerasan beton.

6. Pekerjaan pengecoran menggunakan alat Truck Concrete Mix, selain

mempermudah, waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran pun

menjadi lebih cepat.

LAPORAN KERJA PRAKTEK 73