76
BAB III TEORI DASAR DESAIN CASING Setelah suatu operasi pemboran sumur minyak dan gas bumi mencapai kedalaman tertentu, perlu dipasang casing pada sumur tersebut yang kemudian dilakukan penyemenan pada casing di dalam lubang bor. Casing merupakan suatu selubung terbuat dari baja campuran yang dipasang pada sumur pemboran yang berfungsi melindungi lubang sumur selama proses pemboran selanjutnya dan proses produksi yang akan dilakukan dalam kondisi operasi yang beragam. Casing memiliki beberapa Fungsi, diantaranya : 1. Mencegah gugurnya dinding sumur Pada proses pemboran, terdapat lapisan batuan yang kompak dan ada yang tidak kompak. Pemboran lapisan yang tidak kompak yang menebus lapisan tersebut dapat menyebabkan runtuhnya sebagian dinding lubang, dan lubang bor dapat mengalami pembesaran. Lapisan lunak juga memberikan efek pembelokan sehingga berakibat menyimpangnya peralatan pemboran dari trayek pemboran yang telah direncanakan. 2. Menutup zona bertekanan Abnormal dan zona Lost Zona bertekanan abnormal merupakan zona yang dapat

Bab III. Teori Dasar-ok

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab III. Teori Dasar-ok

BAB III

TEORI DASAR DESAIN CASING

Setelah suatu operasi pemboran sumur minyak dan gas bumi mencapai

kedalaman tertentu, perlu dipasang casing pada sumur tersebut yang kemudian

dilakukan penyemenan pada casing di dalam lubang bor. Casing merupakan suatu

selubung terbuat dari baja campuran yang dipasang pada sumur pemboran yang

berfungsi melindungi lubang sumur selama proses pemboran selanjutnya dan

proses produksi yang akan dilakukan dalam kondisi operasi yang beragam.

Casing memiliki beberapa Fungsi, diantaranya :

1. Mencegah gugurnya dinding sumur

Pada proses pemboran, terdapat lapisan batuan yang kompak dan ada yang

tidak kompak. Pemboran lapisan yang tidak kompak yang menebus lapisan

tersebut dapat menyebabkan runtuhnya sebagian dinding lubang, dan lubang bor

dapat mengalami pembesaran. Lapisan lunak juga memberikan efek pembelokan

sehingga berakibat menyimpangnya peralatan pemboran dari trayek pemboran

yang telah direncanakan.

2. Menutup zona bertekanan Abnormal dan zona Lost

Zona bertekanan abnormal merupakan zona yang dapat menyebabkan

kick, yaitu masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor. Jika kick membesar dan

tidak dapat ditanggulangi maka terjadi blow out. Sedangkan zona lost yaitu zona

yang memiliki tekanan yang jauh lebih rendah dibanding tekanan hidrostatik

fluida pemboran. Sehingga fluida pemboran akan masuk dan menghilang

kedalam formasi. Zona lost dapat terjadi jika ada suatu patahan (fault) atau faktor

penyebab lainnya.

3. Mencegah Terkontaminasinya air tanah oleh fluida pemboran.

Untuk mengimbangi tekanan formasi yang dilalui dipergunakan lumpur

pemboran dengan densitas tertentu. Lumpur pemboran memiliki tekanan

hidrostatik yang sedikit lebih besar dari tekanan formasi. Akibatnya lumpur

Page 2: Bab III. Teori Dasar-ok

pemboran akan masuk ke dalam formasi akibat adanya perbedaan tekanan

tersebut. Pada proses ini, pada dinding lubang bor akan terbentuk mud cake dan

fitrat lumpur. Filtrat lumpur tersebut masuk ke dalam tanah dan menyebabkan air

tanah tercemar. Diperlukan pemasangan casing untuk menghindari pencemaran

tersebut.

4. Membuat Diameter Sumur tetap

Suatu bagian sumur pemboran yang belum dipasang casing, akan terdapat

mud cake yang dihasilkan fluida pemboran. Ketebalan mud cake merupakan

fungsi waktu terhadap permeabilitas batuan. Bila permeabilitas batuan yang

ditembus besar maka mud cake semakin tebal. Pemasangan casing diperlukan

untuk membuat diameter sumur tetap dan volume annlus akan dapat diketahui

secara pasti.

5. Mencegah Hubungan Langsung Antar Formasi

Apabila suatu sumur menghasilkan minyak dan gas dari lapisan yang

berbeda, dan diproduksikan secara bersama-sama maka perlu dipasang casing dan

packer untuk memisahkan dua lapisan produktif itu, seperti pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1.

Pemisahan Dua Lapisan Produktif 9)

Tubing

Casing

Oil

Gas

Packer

Oil

Oil

Page 3: Bab III. Teori Dasar-ok

6. Tempat Kedudukan BOP dan Peralatan Produksi

BOP merupakan peralatan pelindung jika terjadi kick ataupun semburan

liar. BOP diletakkan dipermukaaan, terhubung dengan surface casing. Peralatan

pompa juga dapat diletakkan pada casing, misalnya ESP.

3.1. Klasifikasi Casing

Berdasarkan fungsinya, casing dapat dibedakan menjadi beberapa macam,

yaitu :

- Conductor casing

- Surface casing

- Intermediate casing

- Production casing

- Liner.

Pada awal pemboran, kondisi lapisan permukaan masih longgar dan

mudah terkikis oleh sirkulasi lumpur. Untuk mencegah keguguran dinding lubang

akibat sirkulasi lumpur diturunkan pipa pertama yang disebut dengan stove pipe.

Untuk lokasi yang berair pemasangan stove pipe dengan jalan ditumbuk. Untuk

lokasi daratan, lubang dibuat terlebih dahulu, baru stove pipe diturunkan.

Stove pipe tidak digolongkan sebagai casing karena sebagai stove pipe dapat

digunakan :

- Plat besi yang digulung dan di las.

- Drum bekas yang disambung-sambung dan di las

- Pipa air.

3.1.1. Conductor Casing

Conductor casing adalah casing yang berfungsi menutup formasi air tawar

agar tidak terkontaminasi oleh zat-zat kimia lumpur. Bila formasi air tawar tidak

ditutup, zat kimia lumpur akan masuk ke dalam formasi air tawar, dan

mengkontaminasi air tawar. Zat kimia lumpur banyak yang membahayakan kalau

dikonsumsi oleh manusia. Penduduk di sekitar lokasi umumnya mengambil air

untuk keperluan sehari-hari dari lapisan formasi air tawar tersebut. Gambarannya

Page 4: Bab III. Teori Dasar-ok

dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2.

Zat kimia lumpur mencemari formasi air tawar 3)

Setelah menembus formasi air tawar, rangkaian casing diturunkan, dan

rangkaian casing ini disebut dengan conductor casing. Conductor casing disemen

sampai ke permukaan. Gambaran sumur setelah dipasang conductor casing dapat

dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3.

Conductor casing mencegah formai air tawar terkontaminasi zat kimia

lumpur 3)

Page 5: Bab III. Teori Dasar-ok

Pada Gambar 3.3 terlihat bahwa setelah conductor casing menutup

formasi air tawar, zat kimia lumpur sudah ditahan oleh casing dan tidak akan

mengkontaminasi formasi air tawar.

Pada umumnya casing ini berdiameter besar, yaitu 16 inch sampai 30 inch

serta letak kedalaman pemasangan umumnya 30 sampai 300 ft.

Fungsi conductor casing antara lain :

1. Khusus di pemboran lepas pantai (offshore) untuk melindungi drill string dari

air laut, dipasang dari platform sampai dasar laut.

2. Pada pemboran di darat, sebagai pelindung apabila tanah dekat permukaan

tidak cukup kuat atau mudah gugur, seperti rawa-rawa dan sebagainya.

3.1.2. Surface Casing

Setelah conductor casing diturunkan dan disemen, dilanjutkan pemboran

melalui bagian dalam conductor casing dengan ukuran bit yang dapat melalui

conductor casing. Bila bit mendekati formasi lapisan formasi yang bertekanan

tinggi, pemboran dihentikan.

Rangkaian pemboran dicabut, kemudian diturunkan rangkaian casing, dan

disemen sampai ke permukaan. Rangkaian casing ini disebut dengan surface

casing.

Diujung atas surface casing dipasang rangkaian blowout preventer.

Gambaran surface casing dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Setelah rangkaian BOP dipasang pada bagian atas surface casing,

pemboran dilanjutkan menembus formasi bertekanan tinggi. Apabila terjadi kick

sumur sudah dapat ditutup, kick dapat dicegah, dan tidak berkembang menjadi

blowout, serta selanjutnya kick dimatikan. Gambaran saat sumur mengalami kick

dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Setelah kick dapat dimatikan, pemboran dilanjutkan menembus formasi

bertekanan tinggi.

Page 6: Bab III. Teori Dasar-ok

Gambar 3.4.

Surface Casing 3)

Gambar 3.5.

Gambaran Sumur Mengalami Kick 3)

Page 7: Bab III. Teori Dasar-ok

Pada Gambar 3.5 diatas terlihat fluida formasi yang masuk ke dalam

sumur (influx) bergerak mendorong lumpur di annulus ke permukaan. Karena

Blowout preventer telah ditutup aliran fluida (lumpur) tidak terus menyembur

karena ditahan oleh packing element dari blowout preventer.

Selanjutnya dilakukan pemboran untuk menembus lapisan abnormal

dengan berat jenis lumpur yang sama dengan kill mud weight.

Letak kedalaman pemasangan casing ditentukan oleh peraturan setempat

yang menentukan pada kedalaman berapa casing tersebut harus dipasang. Casing

ini disemen hingga ke permukaan.

Fungsi surface casing :

1. Melindungi air tanah dari kontaminasi oleh lumpur pemboran.

2. Tempat kedudukan BOP dan wellhead.

3. Menyangga seluruh berat rangkaian casing berikutnya yang telah dimasukkan

ke dalam sumur.

3.1.3. Intermediate casing

Setelah selesai menembus formasi bertekanan tinggi, diturunkan rangkaian

casing untuk menutup formasi bertekanan tinggi, dan disemen. Penyemenan dapat

dilakukan sampai ke permukaan. Akan tetapi untuk menghemat penggunaan

semen seringnya annulus antara casing dengan casing tidak perlu disemen

seluruhnya, untuk penghematan penggunaan semen. Rangkaian casing ini disebut

dengan intermediate casing atau protective casing.

Bila dalam operasi pemboran terdapat beberapa buah formasi yang

berbahaya, setiap rangkaian casing yang menutupnya bernama intermediate

casing, seperti Gambar 3.6.

Formasi-formasi yang membahanyakan adalah sebagai berikut :

- Formasi bertekanan tinggi

- Formasi yang mudah pecah atau weak zone

- Formasi yang mudah runtuh

- Formasi yang mengandung cairan korosif.

Page 8: Bab III. Teori Dasar-ok

Semen

Intermediate

Casing

Formasi yang

berbahaya

Gambar 3.6.

Intermediate Casing Menutup High Formation Zone 3)

Intermediate casing yang tidak disemen sampai ke permukaan adalah

seperti pada Gambar 3.7.

Permukaan

Semen Surface casing

semen Intermediate

Formasi yang casing

Berbahaya

Gambar 3.7.

Intermediate casing tidak disemen sampai ke permukaan 3)

Page 9: Bab III. Teori Dasar-ok

Untuk menghemat biaya, rangkaian casing tidak dipasang sampai ke

permukaan. Rangkaian casing digantungkan pada rangkaian casing yang sudah

terpasangan sebelumnya. Rangkaian ini disebut dengan intermediate liner.

Gambaran intermediate liner adalah seperti Gambar 3.8.

Permukaan

Semen

Surface

casing

Semen

Intermediate

Liner

Formasi yang

Berbahaya

Gambar 3.8.

Intermediate Liner 3)

Intermediate casing dipasang berfungsi untuk menghubungkan bagian atas

(conductor) dengan bagian bawah. Fungsinya menutup formasi-formasi yang

dapat menyebabkan kesulitan selama pemboran, seperti sloughing shale, lost

circulation, tekanan abnormal, kontaminasi lumpur dan lain-lain. Suatu sumur

Page 10: Bab III. Teori Dasar-ok

dapat mempunyai lebih dari satu intermediate casing, hal ini tergantung pada

kondisi yang dihadapi selama pemboran.

3.1.4. Production casing

Production casing adalah rangkaian casing yang dipasang dari lapisan

produktif ke permukaan. Casing ini disemen dari dasar lubang sampai ke

permukaan, atau sekurang-kurangnya 100 ft diatas casing shoe yang sudah

terpasang sebelumnya.

Bila production casing dipasang dari puncak lapisan produktif sampai ke

permukaan, dan lapisan produktif dibiarkan terbuka, cara ini disebut dengan open

hole completion. Open hole completion dapat dilakukan bila lapisan produktif

merupakan formasi yang kompak atau consolidated rock.

Bila production casing menembus lapisan produktif dari permukaan,

kemudian disemen, selanjutnya casing dan semen diperforasi, cara ini disebut

dengan perforated completion. Gambaran dari Open hole completion dan

perforated completion dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9.

Gambaran Open hole completion dan Perforated Completion 3)

Page 11: Bab III. Teori Dasar-ok

Bila production casing dipasang dari puncak lapisan produktif sampai ke

permukaan, dan kemudian dipasang liner melapisi lapisan produktif dan disemen,

cara ini disebut dengan liner completion. Liner adalah rangkaian pipa selubung

yang tidak dipasang sampai ke permukaan. Gambaran dari liner completion dapat

dilihat pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10.

Liner Completion 3)

Fungsi production casing :

1. Memisahkan lapisan yang mengandung minyak dengan lapisan-lapisan lain.

2. Melindungi alat-alat produksi yang terdapat dibawah pemukaan seperti pompa

dan lain-lain.

Page 12: Bab III. Teori Dasar-ok

3.1.5. Liner

Secara umum liner mempunyai fungsi yang sama dengan production

casing, tetapi tidak dipasang hingga ke permukaan.

Pertimbangan penggunaan liner :

1. Kemampuan dari rig.

2. Penghematan dari segi ekonomis maupun waktu.

3. Pada sumur eksplorasi ternyata payzone berada dibawah program untuk

Production casing yang telah direncanakan, maka untuk memperpanjang agar

mencapai zona yang dituju dipergunakan liner.

3.2. Komposisi Kimia Casing

Didalam mempelajari komposisi kimia casing diperlukan pengetahuan

tentang struktur atom dalam benda padat dimana sifat benda padat akan berubah

bentuk dan kristalnya akibat pengaruh tekanan dan temperatur.

3.2.1. Komposisi Kimia Baja

Semua logam akan membentuk kristal ketika bahan tersebut membeku.

Kebanyakan logam mempunyai struktur kristal berbentuk kubik (a1 = a2 = a3) dan

semua sudutnya 90°. Kristal kubik ini terdiri dari dua bentuk kisi (lattice), yaitu :

a. Kubik Pemusatan Ruang (Body Centered Cubic), KPR

Casing dibentuk dari material dasar baja (steel) yang merupakan

campuran besi dan sejumlah kecil karbon (Fe3C) dan beberapa campuran

lainnya. Tetapi tiap atom besi dalam struktur Kubik Pemusatan Ruang

(Body Centered Cubic), KPR dikelilingi oleh delapan atom tetangga (a).

Tiap atom besi dalam struktur ini mempunyai lingkungan geometrik yang

sama (b). Dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Page 13: Bab III. Teori Dasar-ok

Gambar 3.11.

Struktur Logam Kubik Pemusatan Ruang (KPR) 10)

b. Kubik Pemusatan Sisi (face Centreled Cubic), KPS

Struktur logam KPS sering dijumpai pada logam seperti

alumunium, tembaga, perak, nikel yang mempunyai atom pada setiap titik

sudutnya dan terdapat sebuah atom di tengah setiap bidang permukaan.

Jadi setiap atom dalam srtuktur KPS mempunyai 12 tetangga. Dapat

dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12.

Struktur Logam Kubik Pemusatan Sisi (KPS) 10)

3.2.2. Struktur Baja

Sifat-sifat dari baja adalah berhubungan dengan strukturnya, yaitu

mengenai kristal dan butirnya. Struktur dari baja yaitu :

Page 14: Bab III. Teori Dasar-ok

3.2.2.1. Ferrite

Modifikasi struktur besi murni pada suhu ruang disebut ferrite atau besi-α.

Dalam keadaan murni, ferrite bersifat lunak dan ulet. Dalam keadaan murni

kekuatan tariknya kurang dari 310 Mpa. Bersifat Ferromagnetis pada suhu

dibawah 770 °C. Densitas ferrite adalah 7,88 gr/cc. Karena Ferrite memiliki

struktur KPR dengan ruang antar atom kecil dan pepat, sehingga tidak

menampung atom Carbon yang kecil sekalipun. Maka daya larut Carbon sangat

rendah.

3.2.2.2. Austenite

Modifikasi besi dengan struktur KPS disebut austenite atau besi-σ. Bentuk

besi ini stabil pada temperatur 91-1394 °C. Perbandingan langsung antara sifat-

sifat mekanis austenite dan ferrite sulit, karena harus dibandingkan pada suhu

yang berlainan. Akan tetapi, pada suhu stabilnya austenite bersifat lunak dan ulet

sehingga mudah dibentuk. Penempaan baja dilakukan pada suhu 1100 °C atau

diatasnya ketika besi berbentuk KPS. Austenite tidak bersifat ferromagetik pada

suhu berapapun. Besi berstruktur KPS mempunyai jarak antar atom yang lebih

besar dibandingkan ferrite. Meskipun begitu, lubang pada struktur KPS hampir

tidak dapat menampung atom Carbon. Penyisipan atom Carbon menyebabkan

regangan pada struktur, akibatnya tidak semua lubang dapat diisi (sekitar 6% pada

suhu 912 °C). Daya larut maksimum hanya 2,11% (9% atom Carbon). Menurut

definisi, baja mengandung kurang lebih 1,2% Carbon, jadi pada waktu pemanasan

seluruh Carbon larut dalam austenite.

3.2.2.3. Sementite atau karbida besi

Pada paduan besi Carbon, jika Carbon melebihi batas daya larutnya akan

membentuk fasa kedua, yaitu karbida besi atau sementite. Karbida besi

mempunyai komposisi kimia Fe3C. Hal ini tidak berarti bahwa karbida besi

membentuk molekul-molekul Fe3C, akan tetapi kisi kristal mengandung atom besi

dan Carbon tiga berbanding satu. Fe3C mempunyai sel satuan Orthorombik

dengan 12 atom besi dari satu atom Carbon persel. Jadi, kandungan Carbon 6,7%

berat dan densitas 7,6 kg/m3 atau 7,6 gr/cc. Dibandingkan dengan ferrite dan

austenite, maka sementite lebih keras. Karbida besi dalam ferrite meningkatkan

Page 15: Bab III. Teori Dasar-ok

kekerasan baja akan tetapi, karena karbida besi murni tidak bersifat ulet, karbida

ini tidak dapat menyesuaikan diri dengan adanya konsentrasi tegangan ,oleh

karena itu bersifat kurang kuat.

3.2.2.4. Pearlite

Struktur pearlite terjadi karena selama proses pendinginan, terjadi reaksi

eutectoid Fe-C yang menyangkut pembentukan ferrite dan karbida (C). Jadi,

pearlite merupakan campuran dua fasa dan terbentuk sewaktu austenite dengan

komposisi Fe-C yang bertransformasi menjadi ferrite dan karbida.

3.2.3. Klasifikasi Baja

Baja merupakan paduan besi (Fe) dan Carbon (C) serta unsur-unsur

lainnya. Untuk baja yang terdiri dari campuran besi dengan Carbon disebut Baja

Carbon sedangkan Baja Carbon yang bercampur dengan unsur lain disebut baja

paduan.

3.2.3.1. Baja Carbon

Kekerasan baja carbon ditentukan oleh banyak sedikitnya kandungan

karbon. Semakin banyak kandungan carbon, baja tersebut semakin keras. Selain

itu kekerasan baja juga ditentukan oleh unsur paduannya.

Baja Carbon dapat dibedakan berdasar kandungan karbonnya, yaitu :

a. Low Carbon Steel

Kadar Carbonnya 0,15%, baja ini sebagai ferrite yang lunak, kenyal.

Secara normal mempunyai Tensile strength kecil, tetapi karena kadar Carbonnya

rendah, maka tidak baik jika dikerjakan dengan bantuan mesin, karena cenderung

robek oleh adanya tekanan dari peralatan potong yang keras. Baja jenis ini

mempunyai Range atau batas yield point 16,8 – 26 ton/in2, dan maksimum

strength 24,8 – 26,8 ton/in2.

b. Mild Steel

Kandungan Carbonnya 0,15% - 0,2%, dengan bertambahnya kadar

Carbon maka kekerasan baja semakin besar, Tensile strengthnya juga bertambah

sampai titik eutectoid 1,8% Carbon.

c. Medium Carbon Steel

Page 16: Bab III. Teori Dasar-ok

Kadar Carbonnya 0,2% - 0,6%, medium carbon steel mempunyai Tensile

strength 20 – 40 ton/in2, banyak digunakan pada struktur jembatan, bangunan,

kapal, lokomotif, dan mobil.

d. High Carbon Steel

Kadar Carbonnya 0,61 – 1,4%, baja dengan kandungan Carbon tertinggi

ini mempunyai kekerasan dan Tensile strength tinggi. Baja ini banyak digunakan

untuk membuat rantai, valve spring untuk mesin roda gigi dan lain-lain. Baja jenis

ini memiliki Tensile strength sebesar 39.000 psi.

3.2.3.2. Unsur-unsur Tambahan pada Baja Paduan

Unsur-unsur tambahan pada baja paduan, antara lain :

a. Mangan (Mn)

Terkandung dalam semua bahan besi dan ditambahkan dalam jumlah yang

besar pada jenis tertentu seperti baj keras mangan dengan 13 % Mn. Mangan

dapat meningkatkan kekuatan, kekerasan, ketahanan aus, peka pada pemanasan

lanjut dan getas.

b. Silinsium (Si)

Terkandung didalam baja, komponen ini menurunkan kemampuan

pengubah dalam bentuk dingin karena itu hanya diijinkan 0,2 % Si. Si

meningkatkan ketahanan elektris, kekuatan, kekerasan, kenyataan dan ketahanan

aus.

c. Nikel (Ni)

Dapat dipadukan dengan baja dan paduan di las atau di solder dan diberi

penggarapan pengelupasan serpih dengan baik, dapat dibentuk dalam keadaan

dingin atau panas dan dapat dipoles ataupun dimagnetisasikan. Ni dapat

meningkatkan keuletan, kekuatan, pengerasan menyeluruh, ketahanan karat dan

listarik (kawat pemanas), serta menurunkan kecepatan pendinginan dan regangan

panas.

d. Tembaga (Cu)

Page 17: Bab III. Teori Dasar-ok

Dengan kadar 0,2 % akan menyebabkan baja lebih kuat untuk berkarat,

tetapi untuk baja jenis lain atau baja murni yang tidak berkarat dipakai campuran

lain, terutama nikel dan chrom.

e. Chrom (Cr)

Merupakan unsur terpenting untuk baja perkakas (baja paduan tinggi) dan

baja konstruksi (baja paduan rendah). Cr dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan

batas rentang, ketahanan aus, dapat diperkeras, ketahanan panas dan karat, dapat

menurunkan ketegangan dalam suatu tingkat yang kecil.

f. Wolfram (W)

Merupakan paduan penting dalam baja karena titik leburnya tinggi, dapat

digunakan sebagai kawat pijak dan logam keras. W dapat meningkatkan

kekerasan, kekuatan batas rentang, kekuatan panas, ketahanan terhadap

normalisasi dan menurunkan sedikit regangan.

g. Moliban (Mo)

Kebanyakan dipadu dengan baja pada ikatanya dengan Cr, Ni dan

vanadium. Mo dapat meningkatkan kekuatan tarik, batas regang, kekuatan panas

dan batas kelelahan, suhu pijar dan perlakuan panas, menurunkan regangan dan

kerapuhan.

h. Vanadium (V)

Hampir sama dengan Mo dalam baja, tanpa mengurangi regangan. V dapat

meningkatkan kekuatan batas rentang, keuletan, kekuatan panas dan ketahanan

leleh, suku pijak dan perlakuan panas. Menurunkan kepekaan terhadap sengatan

panas dalam perlakuan panas.

i. Cobalt (Co)

Digunakan sebagai tambahan terhadap baja dengan cepat, magnet

permanen juga mengandung unsur ini. Co dapat meningkatkan kekerasan,

ketahanan panasdan karat, ketahanan aus, daya hantar listrik dan kejenuhan

magnetis.

j. Belerang (S)

Dapat ditempa dan dilas, mengurangi sifat baja, yaitu menjadikan baja

rapuh dalam keadaan pijar. Umumnya merugikan, oleh sebab itu harus dibawah

Page 18: Bab III. Teori Dasar-ok

ukuran tertentu.

k. Phospor (P)

Mempunyai sifat membuat baja menjdi rapuh, tetapi baja lebih lambat

berkarat. Untuk baja lain atau baja murni yang tidak berkarat dipakai campuran

lain terutama adalah nikel dan chrom.

3.3. Spesifikasi Casing

Spesifikasi casing yang telah distandarisasikan oleh API antara lain adalah

diameter, berat nominal, tipe sambungan, grade, length Range, dan yield casing.

3.3.1. Diameter

Casing mempunyai tiga macam diameter, yaitu :

1. Diameter Luar (OD)

2. Diameter Dalam (ID)

3. Drift Diameter.

Outside diameter casing adalah :

OD = ID + 2 t ……………………………………...........................(3-1)

Dimana :

OD : Outside diameter body casing, inchi

ID : Inside diameter body casing, inchi

t : Ketebalan body casing, inchi.

t

OD ID

Gambar 3.13.

Gambaran Body Casing 3)

Diameter luar (OD) maupun diameter dalam casing (ID) diukur pada body

Page 19: Bab III. Teori Dasar-ok

casing itu sendiri seperti pada Gambar 3.13 diatas, bukan pada sambungan

casing atau couplingnya. Drift diameter adalah diameter maksimum suatu benda

yang dapat dimasukkan ke dalam casing. Diameter ini berguna untuk menentukan

diameter bit untuk melanjutkan pemboran setelah terpasangnya suatu casing.

3.3.2. Berat Nominal

Berat nominal adalah berat rata-rata body dan sambungan casing per foot.

Dari harga berat nominal, untuk panjang casing tertentu dapat diketahui berat

casing.

Berat Nominal casing terdiri dari dua, yaitu berat nominal dan berat plain

end. Berat Nominal merupakan berat rata-rata dari serangkaian casing beserta ulir

(thread) dan couplingnya per satuan panjang, yang biasanya dinyatakan dalam

satuan lb/ ft.

Sedangkan berat plain end yaitu berat dari casing tiap foot tanpa

memperhitungkan pemotongan thread maupun penambahan couplingnya.

Berat casing adalah :

W = L x BN ……………………………………....................(3-2)

Dimana :

W : Berat casing, lbs

L : Panjang casing, ft

BN : Berat nominal casing , lbs/ft.

3.3.3. Tipe Sambungan

Untuk menyambung casing satu dengan casing yang lain, dipergunakan

ulir (thread). Ada tiga macam tipe sambungan casing yang dapat dilihat pada

Gambar 3.14, antara lain Round Thread and Coupling (RTC), Buttress Thread

and Coupling (BTC), Extreme Line Casing (ELC).

3.3.3.1. Round thread and coupling (RT & C)

Page 20: Bab III. Teori Dasar-ok

Bentuk ulir seperti huruf “V” dengan jumlah ulir 8 - 10 per inchi.

Sambungan ini ada dua macam, yaitu long thread & coupling (LT&C) dan short

thread & coupling (ST&C), dimana Tension strength LT&C 30% lebih kuat dari

pada ST&C.

3.3.3.2. Buttres thread and coupling (BT & C)

Bentuk ulir seperti trapezium dengan jumlah ulir 5 buah per inch.

Rangkaian casing dengan tension load besar, rangkaian casing yang panjang atau

berdiameter besar sebaiknya memakai casing jenis ini.

3.3.3.3. Extreme line casing

Tipe sambungan yang ulirnya menyatu pada badan casing, bentuk ulirnya

trapezium atau segi empat. Sambungan jenis ini sangat tahan terhadap kebocoran,

yang berdiameter 85/8” sampai 103/4” mempunyai lima ulir per inch dan

berdiameter kecil, 7” ke bawah mempunyai ulir per inch.

Gambar 3.14.

Tipe Sambungan Casing 1)

3.3.4. Grade

Page 21: Bab III. Teori Dasar-ok

Kekuatan casing dapat dilihat pada gradenya pada Tabel III-1. Grade ini

ditentukan oleh pemakaian bahan campuran pembuatannya, seperti : carbon,

belerang, atau lainnya. Selain itu juga berdasarkan yield strength minimum yang

didefinisikan sebagai besarnya beban tension minimum agar terjadi penguluran

0,5% panjang pipa kecuali P-110 sebesar 0,65% panjang pipa.

Tabel III-1.

Grade dan Yield Strength Casing 9)

Grade Min. Yield Strength

(psi)

Max. Yield Strength

(psi)

Yield Strength

rata-rata (psi)

H-40 40.000 60.000 50.000

J-55 55.000 75.000 65.000

K-55 55.000 75.000 65.000

C-75 75.000 90.000 85.000

N-80 80.000 100.000 90.000

C-95 95.000 105.000 100.000

P-110 110.000 140.000 125.000

3.3.5. Range Length

Range casing adalah panjang casing yang diukur dari ujung coupling

sampai ke ujung thread atau merupakan panjang casing bersama couplingnya (L).

Harga perkiraan panjang joint adalah Range dari setiap seksi pipa, seperti pada

Tabel III-2 dibawah ini.

Tabel III-2.

Length Range Casing 8)

Range Length Range Min (ft) Average Length (ft) Variasi Panjang (ft)

1 15 – 25 22 6

2 25 – 34 31 5

3 Over – 34 42 6

3.4. Penentuan Kedalaman Penempatan Casing

Page 22: Bab III. Teori Dasar-ok

Penempatan casing harus mempertimbangkan lithologi batuan pada lubang

bor. Sehingga casing dapat menutup zona-zona yang diperkirakan sebagai zona

abnormal pressure ataupun zona lost. Casing yang dimasukkan kedalam lubang

bor harus ditempatkan pada kedalaman yang tepat. Jika penempatan casing tidak

pada kedalaman yang seharusnya, akan terjadi problem-problem yang akan

menghambat kegiatan selanjutnya. Penentuan kedalaman penempatan casing

dilakukan dengan perhitungan terhadap data-data tekanan formasi, tekanan

lumpur yang digunakan, dan tekanan rekah formasi.

3.4.1. Tekanan Formasi

Tekanan formasi adalah tekanan yang berasal dari fluida dalam ruang pori

suatu matrik batuan. Tekanan formasi normal adalah tekanan hidrostatik dari

fluida formasi, dimana berat jenis fluida formasi bervariasi sekitar 8,33 ppg (0,433

psi/ft) sampai dengan 9 ppg (0,465 psi/ft). setiap tekanan formasi yang lebih besar

atau lebih kecil dari tekanan normal disebut tekanan abnormal dan tekanan

subnormal.

3.4.1.1. Tekanan Pori Formasi

Tekanan pori formasi (Pp) adalah aktivitas tekanan yang memperlihatkan

fluida (air, minyak, gas) dalam pori suatu matrik batuan. Tekanan pori formasi

normal dalam setiap satuan geologi akan sama dengan tekanan hidrostatik air dari

permukaan sampai bawah permukaan.

Besar gradient tekanan hidrostatik sama dengan 0,465 psi/ft. Setiap

gradient tekanan formasi diatas gradient ini disebut dengan tekanan abnormal

(abnormal pressure). Perkiraan tekanan pori formasi ini dibagi menjadi 2 ditinjau

dari pelaksanaannya yaitu sebelum pemboran dan ketika pemboran.

a. Sebelum Pemboran

Perkiranan tekanan formasi sebelum pemboran adalah dengan

menggunakan data korelasi dari sumur yang telah ada atau untuk pemboran

eksplorasi yaitu menggunakan data Seismic.

b. Ketika Pemboran

Page 23: Bab III. Teori Dasar-ok

Berbagai metode telah dikembangkan untuk mendeteksi tekanan formasi

yang lebih besar daripada gradient hidrostatik formasi normal (0,465 psi/ft).

metode yang paling banyak digunakan adalah metode drilling rate, dimana

metode ini didasarkan pada perhitungan d-exponent.

Metode d-exponent ini adalah suatu cara untuk melihat kondisi pemboran,

walaupun besarnya putaran, laju penembusan dan berat pahat bor berubah-ubah

besarnya selama operasi pemboran berlangsung. Persamaan d-Exponent dapat

digunakan untuk mendeteksi tekanan normal dan tekanan abnormal jika densitas

fluida pemboran konstan. Dasar dari persamaan ini adalah rumus Bingham

tentang proses pemboran. Persamaannya sebagai berikut:

…………………………………………….....(3-3)

Dimana :

R : Laju penetrasi, ft /jam

RPM : Kecepatan putar, rpm

WOB : Berat bit, 1000 lb

dB : Diameter bit, inch

b : Exponent berat bit, dimensionless

a : Konstanta drillability formasi, dimensionless.

Jordan dan Shirley memodifikasi persamaan Bingham menjadi:

d-Exp = ……………………………………………......(3-4)

Rhem dan Mc Clendon menyempurnakan persamaan tersebut dengan

melihat bahwa, kenaikan berat lumpur akan menutupi perbedaan tekanan formasi

normal dan aktual. Mereka mengajukan suatu perbandingan dalam Persamaan

(3-5). Untuk menghitung pengaruh peningkatan berat lumpur sebagai berikut:

……………………………………………........(3-5)

Page 24: Bab III. Teori Dasar-ok

Dimana :

dcorr : D-Exponent terkoreksi

ρn : Densitas lumpur normal equivalent dengan tekanan formasi normal, ppg

ρc : Densitas lumpur pada saat sirkulasi, ppg.

Kemudian tekanan formasi dihitung dengan Persamaan (3-6) sebagai berikut :

.......................................................................(3-6)

Dimana :

Pf : Tekanan formasi, ppg.

3.4.1.2. Tekanan abnormal

Tekanan formasi abnormal didefinisikan sebagai tekanan yang

menyimpang dari gradient tekanan normal. Penyimpangn ini dapat lebih kecil dari

0,465 psi/ft (subnormal pressure) atau lebih besar dari 0,465 psi/ft (over

pressure). Pada umumnya tekanan subnormal tidak banyak menimbulkan problem

pemboran jika dibandingkan dengan over pressure.

Asal mula terjadinya tekanan formasi subnormal secara singkat sebagai

berikut :

a. Thermal Expansion

Disebabkan karena batuan sedimen dan fluida dalam pori dipengaruhi oleh

adanya temperatur. Jika fluida mengalami pengembangan maka densitas akan

berkurang dan tekanan juga akan berkurang.

b. Formation Foreshortening (pengkerutan formasi)

Selama proses kompresi akan ada beberapa lapisan yang melengkung.

Perlapisan teratas melengkung keatas dan perlapuisan terbawah akan

melengkung kebawah sedangkan perlapisan tengah mengembang sehingga

dapat menghasilkan zona tekanan subnormal. Pada kondisi ini juga dapat

menyebabkan terjadinya overpressure pada lapisan teratas dan terbawah.

Tekanan abnormal (subnormal pressure dan over pressure) tersebut

berasosiasi dengan adanya penyekat (sealing) tersebut dan akan menggangu

keseimbangan tekanan yang terjadi dalam urutan proses geologi. Penyekat ini

Page 25: Bab III. Teori Dasar-ok

terbentuk oleh adanya penghalang (barier) permeabilitas sebagai hasil dari proses

fisika maupun kimia. Penyekat fisik dihasilkan dari patahan selama proses

pengendapan atau pengendapan butir-butir material yang lebih halus. Chemical

seal (penyekat kimia) berasal dari calsium carbonate yang terendapkan sehingga

terjadi pembatas permeabilitas. Contoh lain adalah diagenesa kimia selama proses

kompaksi dari material organik. Baik proses fisik maupun kimia dapat terjadi

secara bersamaan membentuk seal (penyekat) seperti proses penguapan gypsum.

Dengan demikian maka terjadinya tekanan abnormal memerlukan

mekanisme tertentu yang dapat menjebak tekanan. Adanya mekanisme tersebut

maka penyebab tekanan abnormal tergantung dari litologi, mineralogi, gaya-gaya

tektonik dan kecepatan sedimentasi.

3.4.1.3. Tekanan Overburden

Tekanan overburden adalah besarnya tekanan yang diakibatkan oleh berat

batuan dan fluida diatasnya terhadap suatu kedalaman tertentu tiap satuan luas.

………………………….(3-

7)

Gradien tekanan overburden adalah menyatakan tekanan overburden tiap

satuan kedalaman.

…………………………………………………………….(3-8)

Dimana :

Pob : Tekanan overburden, psi

D : Kedalaman, ft.

3.4.1.4. Tekanan Hidrostatik

Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang ditimbulkan oleh fluida yang

mengisi suatu kolom terhadap kedalaman. Penerapan utama dari tekanan

hidrostatik ini adalah untuk memperhitungkan besarnya densitas dari fluida

pemboran atau lumpur pemboran. Tekanan hidrostatik lumpur pemboran haruslah

Page 26: Bab III. Teori Dasar-ok

lebih besar dari pada tekanan pori formasi dapat dihitung dengan persamaan

sebagai berikut :

.......................................(3-

9a)

....................................(3-

9b)

..........................................(3-

9c)

Dimana :

Ph : Tekanan hidrostatik, Psi

0,052/0,00695/9,81 : Konstanta.

3.4.1.5. Tekanan Rekah Formasi

Tekanan rekah adalah tekanan hidrostatik maksimum yang dapat ditahan

tanpa menyebabkan terjadinya pecah formasi. Besarnya gradien tekanan rekah

dipengaruhi oleh besarnya tekanan overburden, tekanan formasi dan kondisi

batuan.

Mengetahui gradient tekanan rekah sangat berguna ketika meneliti

kekuatan dasar casing, sedangkan bila gradient tekanan rekah tidak diketahui,

maka akan mendapatkan kesukaran dalam pekerjaan penyemenan dan

penyelubungan sumur (casing).

3.4.1.5.1.Metode Matthews and Kelly

Matthews and Kelly membuat suatu anggapan bahwa matrik batuan

berhubungan dengan matrix stress dan derajat kompaksinya. Matthews and Kelly

mengembangkan suatu persamaan untuk menghitung gradient rekah pada batuan

sedimen.

…………………………………...............................(3-10)

Dimana :

P : Tekanan formasi pada kedalaman yang diinginkan, Psi

Page 27: Bab III. Teori Dasar-ok

D : Kedalaman yang diinginkan, ft

σ : Matrik stress pada kedalaman yang diinginkan, Psi

Ki : Matrik stress coefficient untuk kedalaman yang nilainya mungkin normal,

dimensionless

F : Gradient rekah pada kedalaman yang diinginkan, Psi/ft.

Koeficent stress ditampilkan pada Gambar 3.15 dan ini tergantung dengan

keadaan geologi suatu lapangan. Matthews and Kelly memberikan contoh pada

daerah South Texas Gulf Coast dan Louisiana Gulf Coast.

Gambar 3.15.

Matrix Stress Coeficient dari Matthews and Kelly 1)

3.4.1.5.2.Metode Ben Eaton

Ben Eaton menjabarkan konsep yang telah di kemukakan oleh Mattheus

and Kelly dengan menggunakan Poisson’s ratio dengan Persamaan sebagai

Page 28: Bab III. Teori Dasar-ok

berikut :

………………………………….....................(3-11)

Dimana :

Fg : Fracture Gradient, psi/ft

v : Poison’s Ratio (0,33-0,55)

S : Overburden Pressure, psi/ft

1 psi/ft (D < 10000 ft)

1 - 1,2 psi/ft (D > 10000 ft)

P : Formation pressure Gradient, psi/ft.

Ben Eaton mengasumsikan tekanan overburden seperti pada Gambar

3.16 dan poisson’s ratio dengan fungsi kedalaman. Ben Eaton menggunakan

perhitungan data rekah di lapangan (leak off test) dan data log yang diperlihatkan

pada Gambar 3.17.

Gambar 3.16.

Variable Overburden Stress by Eaton 1)

Page 29: Bab III. Teori Dasar-ok

Gambar 3.17.

Variable Poisson’s Ratio with Depth 1)

Poisson ratio atau nisbah poisson adalah perbandingan antara regangan

lateral terhadap regangan aksial. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan

perkiraan poisson ratio adalah :

Metode pengujian laboratorium

Metode sonic log

3.4.1.5.3. Metode Leak Off Test

Pengukuran tekanan rekah formasi selalu dilakukan sebelum pemboran

trayek berikutnya setelah casing di set dan disemen. Pengukuran ini disamping

untuk mengetahui tekanan rekah formasi, juga untuk mengetahui baik tidaknya

hasil penyemenan disekitar casing shoe. Hasil pengukuran ini sangat penting

untuk menentukan kedalaman casing.

Langkah-langkah Leak Off Test adalah sebagai berikut :

Page 30: Bab III. Teori Dasar-ok

1. Setelah dilakukan pemboran formasi baru sedalam 10 ft – 20 ft dibawah

casing shoe, tutup BOP dan pompakan lumpur kedalam perlahan dengan

rate pemompaan 0,5 bbls/menit. Catat tekanan setiap kenaikan 0,5 bbls.

2. Pompakan terus sampai ada tanda formasi mulai rekah.

3. Pemompaan dihentikan dan catat 10 detik setelah pemompaan dihentikan.

Hasil dari pencatatan tekanan setiap pertambahan volume lumpur yang di

pompakan kedalam sumur diplot dalam suatu grafik seperti dalam Gambar 3.18.

Perhitungan tekanan rekah formasi menggunakan persamaan sebagai

berikut :

Pfrac = (0,052 x ρm x TVD) + PLOT …………………………………...(3-12)

Dimana :

Pfrac : Tekanan rekah formasi, psi

ρm : Densitas lumpur, ppg

TVD : Kedalaman vertikal, ft

PLOT : Tekanan hasil Leak Off Test, psi.

Kemudian menghitung gradient tekanan rekah dengan persamaan sebagai

berikut :

GF = ……………………………………………......................(3-13)

Dimana :

GF : Gradient tekanan, psi/ft.

Jika dinyatakan dalam equivalent Mud Weight (EMW) menggunakan

persamaan :

EMW = ……………………………………................(3-14)

Dimana :

EMW : Equivalent Mud Weight, ppg.

Page 31: Bab III. Teori Dasar-ok

Gambar 3.18.

Contoh Hasil dari Leak-Off Test 1)

3.4.2. Tekanan Lumpur

Besarnya tekanan lumpur tergantung pada densitas lumpur yang digunakan

dan tinggi kolom lumpur di dalam lubang bor. Tekanan lumpur berfungsi

menahan tekanan formasi sehingga fluida formasi tidak masuk kedalam lubang

bor. Masuknya fluida formasi kedalam lubang bor disebut kick. Kick yang tidak

terkendali menyebabkan blow out. Tekanan lumpur tidak boleh lebih besar dari

tekanan rekah formasi. Apabila tekanan lumpur lebih besar dari tekanan rekah

formasi akan terjadi lost circulation yang disebabkan tekanan lumpur yang lebih

besar dari tekanan rekah formasi.

3.4.3. Langkah-langkah penentuan Casing Setting Depth

Casing harus ditempatkan pada lapisan batuan yang kompak dan kuat.

Page 32: Bab III. Teori Dasar-ok

Sehingga casing dapat bertahan dari tekanan maupun pembebanan yang

ditanggungnya. Hal ini memberikan keamanan untuk proses pemboran maupun

proses produksi tahap selanjutnya.

Casing setting depth kita mulai dari perencanaan casing terbawah.

Perencanaan casing setting depth bertujuan untuk menentukan dimana kedalaman

yang optimum untuk mendudukkan casing shoe pada batuan formasi.

Adapun langkah-langkah dalam penentuan casing setting depth, yaitu :

1. Tabelkan data-data gradient pore pressure (GPp) terhadap kedalaman

2. Cari harga gradient pore pressure (GPp) dengan ditambahkan safety 0,5

ppg

3. Tabelkan data-data gradient fracture pressure (Gf) terhadap kedalaman

4. Cari harga gradient fracture pressure (Gf) dengan dikurangi safety 0,5 ppg

5. Tabelkan data-data densitas lumpur (ρm) yang diinginkan.

Tekanan formasi (Pore Pressure) dapat diketahui dari data-data pada

sumur-sumur sekitarnya (offset well), seperti untuk sumur “BG-40” ini, data untuk

tekanan formasinya diambil dari sumur “BG-40”.

Setelah data-data tersebut didapatkan kemudian di ploting dalam grafik

Cartesian antara kedalaman dengan gradient tekanan.

3.4.3.1. Penempatan Kedalaman casing

3.4.3.1.1. Conductor casing

Perencanaan penempatan conductor casing didasarkan pada kebijaksanaan

pemerintah, dimana yang salah satunya adalah air tanah disekitar daerah

pemboran supaya tidak tercemar akibat operasi pemboran tersebut, seperti terlihat

pada Gambar 3.19. Selain itu juga conductor casing dipasang dengan

mempertimbangkan keadaan formasi sekitarnya. Contoh apabila daerah tersebut

berupa rawa maka penempatan conductor casing ini harus dipasang dibawah

kedalaman air tanah di daerah tersebut, begitu juga untuk pemboran di laut.

Pemasangan conductor casing ini mulai dari permukaan sampai beberapa meter

dari dasar laut. Adapun fungsi utama conductor casing ini adalah mencegah

kontaminasi lumpur pemboran dengan air tanah permukaan, melengkapi sistem

Page 33: Bab III. Teori Dasar-ok

pengaliran lumpur untuk trayek berikutnya dan menutupi formasi permukaan

yang mudah runtuh.

3.4.3.1.2. Surface casing

Penentuan surface casing setting depth tergantung dari peraturan

pemerintah setempat yang menetapkan kedalaman minimum, prkatek rutin di

lapangan, kondisi geologi, dan problem selama pemboran berlangsung. Surface

casing setting depth didasarkan dari fungsinya untuk menahan tekanan bila terjadi

kick pada kedalaman pemboran berikutnya, karena surface casing akan menerima

beban terbesar.

3.4.3.1.3. Intermediate casing

Pada pemboran yang menghadapi formasi yang bertekanan abnormal

penentuan intermediate casing setting depth diutamakan untuk melindungi

formasi–formasi yang lemah bila terjadi kick, dengan demikian penentuan

intermediate casing setting depth dimulai dari kedalaman target ke permukaan.

3.4.3.1.4. Production casing

Perencanaan penempatan production casing sangat dipengaruhi oleh

kedalaman lapisan produktif, batuan penyusun lapisan produktif dan tenaga

pendorong dari reservoir, sehingga digunakan open hole complesion atau cased

hole. Untuk batuan yang kompak, open hole completion lebih effektif digunakan.

Sedangkan penempatan production casing pada komplesi seperti ini di setting

sampai kedalaman diatas lapisan produktif. Bila batuan lapisan produktif tidak

kompak, maka cased hole completion lebih baik digunakan. Production casing

dipasang sampai dasar lapisan produktif yang kemudian di perforasi pada

kedalaman zona produktif ini agar tidak terjadi terproduksinya pasir secara

berlebihan dan juga untuk menghindari water coning atau gas coning.

Page 34: Bab III. Teori Dasar-ok

Gambar 3.19.

Casing Setting Depth 1)

3.5. Perencanaan Desain Casing

Setelah lubang dibuat sampai kedalaman tertentu diturunkan rangkaian

casing untuk menyelubungi dinding lubang. Casing diturunkan sebatang demi

sebatang yang disambungkan secara ulir.

Prinsip dasar perencanaan casing adalah sebagai berikut :

- Rangkaian casing yang dipasang dapat berfungsi dengan baik.

- Biaya casing semurah mungkin.

Secara garis besar, suatu rangkaian casing yang akan dipasang harus

memenuhi delapan persyaratan, antara lain :

1. Mampu menahan beban Burst

2. Mampu menahan beban Collapse

3. Mampu menahan beban Tension

4. Mampu menahan beban Tension yang ditimbulkan oleh deviasi lubang

Page 35: Bab III. Teori Dasar-ok

bor

5. Tidak ada kebocoran pada sambungan-sambungannya

6. Mampu menahan beban kompresi

7. Mampu menahan beban putiran

8. Tidak mudah terkena korosi.

Langkah-langkah dalam perencanaan casing adalah sebagai berikut :

- Tentukan atau perkirakan gaya dan tekanan yang diterima casing.

- Pilih casing yang mempunyai kekuatan yang sedikit lebih besar dari

pada gaya dan tekanan yang diterima casing.

Gaya-gaya dan tekanan yang diterima casing adalah sebagai berikut :

- Tension load

- External pressure

- Internal pressure

- Biaxial Stress.

Kalau gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang diterima casing melebihi

kekuatannya, maka casing akan rusak. Kerusakan-kerusakan casing tersebut

adalah sebagai berikut :

- Casing putus

- Casing collapse

- Casing Bursting.

Untuk menghadapi gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang diterima casing,

casing mempunyai kekuatan-kekuatan untuk menghadapinya. Kekuatan-kekuatan

tersebut adalah sebagai berikut :

- Joint strength

- Collapse resistance

- Internal pressure resistance.

Mengingat biaya untuk rangkaian casing sangat mahal, rangkaian casing

yang dipilih harus semurah mungkin. Jadi dalam perencanaan rangkaian casing,

dipilih casing yang dapat menahan gaya-gaya dan tekanan-tekanan yang bekerja

pada rangkaian casing dan semurah mungkin.

Page 36: Bab III. Teori Dasar-ok

Langkah-langkah penggambaran desain casing adalah :

1. Membuat Collapse load line

2. Membuat Collapse load line design

3. Membuat Burst load line

4. Membuat Burst load line design

5. Memilih casing yang akan dipasang

6. Memeriksa beban tarikan (beban tension)

7. Memeriksa beban biaxial.

3.5.1. Internal pressure

Internal pressure adalah tekanan yang diterima casing dari dalam casing.

Dalam perencanaan casing dianggap bahwa internal pressure adalah tekanan

formasi yang berasal dari trayek casing berikutnya, disaat terjadi kick. Gambaran

internal pressure yang diderita oleh casing dapat dilihat pada Gambar 3.20.

Gambar 3.20.

Internal pressure 3)

Pada Kedalaman casing yang direncanakan, internal pressure adalah :

Pi = Gf x D …………………………………….................................(3-15)

Page 37: Bab III. Teori Dasar-ok

Dimana :

Pi/Pf : Internal yield pressure / tekanan formasi, psi

Gf : Gradient tekanan rekah formasi, psi/ft

D : Kedalaman casing, ft.

Kekuatan yang dipunyai casing untuk menahan internal pressure disebut

dengan Internal pressure resistance. Apabila internal pressure yang terjadi pada

casing lebih besar dari pada kekuatan casing untuk menahannya, maka casing

akan pecah atau Bursting. Gambaran casing Bursting dapat dilihat pada Gambar

3.21.

Gambar 3.21.

Casing Bursting 3)

3.5.2. External pressure

External pressure adalah tekanan yang diterima casing dari luar. Dalam

desain casing, sebagai external pressure dianggap tekanan hidrostatis lumpur di

luar rangkaian casing, sehingga external pressure terbesar dirasakan casing di

dasar lubang dan kondisi yang terburuk terjadi disaat casing kosong atau tekanan

di dalam casing adalah nol. Pada kedalaman nol atau di permukaan external

pressure adalah nol, karena tinggi kolom lumpur yang menekan casing tidak ada.

Page 38: Bab III. Teori Dasar-ok

Pada Kedalaman casing yang direncanakan, External pressure adalah :

Pc = 0,052 x ρm x D ……………………………………..............(3-16)

Dimana :

Pc : Collapse pressure, psi

ρm : Densitas lumpur, ppg.

Bila external pressure yang terjadi pada casing lebih besar dari pada

kekuatan casing untuk menahannya, maka casing akan tertekuk kedalam atau

Collapse. Agar casing casing tidak Collapse, casing yang dipasang harus

mempunyai Collapse resistance lebih besar dari external pressure. Gambaran

casing Collapse dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22.

Casing Collapse 3)

3.5.3. Pemilihan Casing

Burst load line berpotongan dengan collapse load line. Dibawah titik

potong (titik C) sampai dasar lubang gaya atau tekanan dominan yang diterima

casing adalah external pressure. Sehingga casing-casing yang dipilih harus

Page 39: Bab III. Teori Dasar-ok

mempunyai Collapse resistance yang sedikit lebih besar dari external pressure,

supaya casing tidak collapse.

Sedangkan untuk casing diatas titik potong (titik C) sampai ke permukaan

tekanan yang dominan diterima casing adalah internal pressure. Sehingga casing-

casing yang dipilih harus mempunyai internal pressure resistance yang sedikit

lebih besar dari internal pressure yang diterima casing, supaya casing tidak

Bursting.

Pemilihan casing dilakukan terlebih dahulu untuk yang dibawah titik C

sampai kedalaman casing yang direncanakan, kemudian baru dilanjutkan untuk

kedalaman diatas titik C ke permukaan.

3.5.3.1. Pemilihan Casing Dibawah Titik C

Dalam pemilihan casing dibawah titik C, pilih casing yang mempunyai

Collapse resistance yang lebih besar dari external pressure, lihat pada Lampiran

C. Tabel Standar API Casing, Collapse resistance sesuai dengan ukuran casing

yang direncanakan. Kemudian plotkan harga Collapse resistance pada collapse

load line dalam grafik yang telah dibuat, seperti pada Gambar 3.23.

3.5.3.2. Pemilihan Casing Di Atas Titik C

Langkah selanjutnya adalah memilih casing yang akan dipasang dari titik

C ke permukaan. Casing yang dipilih harus mempunyai internal pressure

resistance yang lebih besar dari internal pressure, supaya casing tidak Bursting.

Kemudian plotkan harga internal pressure resistance pada Burst load line dalam

grafik yang telah dibuat, seperti pada Gambar 3.24. Dan hasil keseluruhan plot

harga Collapse resistance dan Internal yield pressure bisa dilihat seperti pada

Gambar 3.25.

Page 40: Bab III. Teori Dasar-ok

Gambar 3.23.

Pemilihan Casing Dibawah Titik C 3)

Gambar 3.24.

Pemilihan Casing Diatas Titik C 3)

Page 41: Bab III. Teori Dasar-ok

Gambar 3.25.

Pemilihan Casing Secara Grafis 3)

3.5.3.3. Pemilihan Casing berdasarkan kondisi sumur

Selain mempertimbangkan beban yang akan ditanggung oleh casing terhadap

beban Burst, Collapse¸dan Tension, perlu juga diperhatikan mengenai kondisi

sumur yang akan dipasangi casing. Sumur dengan kondisi khusus, diantaranya

adalah sumur HP/HT (High pressure/High temperature), atau sumur yang

memiliki kandungan CO2, H2S, dan Cl (Sour Gas Well). Sumur-sumur tersebut

dapat menyebabkan korosi pada casing, sehingga lama kelamaan akan

menyebabkan berkurangnya kekuatan terhadap beban yang ditanggung. Untuk

kondisi sumur yang khusus digunakan jenis casing yang tahan terhadap kondisi

sumur tersebut. Casing dipilih dengan kandungan material yang tahan terhadap

korosi sesuai dengan yang sudah dijelaskan pada sub-bab 3.2.3.

Tabel III-3Kebutuhan Komposisi Kimia Untuk Casing

(Bruce D Craig “Practical Oilfield Metallurgy And Corrosion”PennWell Books, 1993)

Page 42: Bab III. Teori Dasar-ok

Tabel III-4Kebutuhan Kekerasan Dan Tensile Pada Casing(Bruce D Craig “Practical Oilfield Metallurgy And Corrosion”PennWell Books, 1993)

Berbagai Grade API dengan komposisi kimia dan sifat mekaniknya yang

sesuai ditunjukkan pada Tabel III-3 dan Tabel III-4. Pada grade di grup satu

memiliki kekuatan terendah, dan kelompok keempat, memiliki kekuatan tinggi.

Spesifikasinya membutuhkan pembuatan baja dengan tanur listrik, perapian

Page 43: Bab III. Teori Dasar-ok

terbuka, atau proses basic oxygen. Persyaratan kimia yang minimal terdapat pada

kelompok satu dan tiga, yang hanya mengandung fosfor dan belerang masing-

masing dibatasi maksimal 0,030% wt. Komposisi kimia yang lebih terkontrol

disediakan dalam kelompok dua dan empat.

Grade yang terdapat pada grup dua memiliki komposisi kimia sifat

mekanik yang terkontrol untuk memberikan ketahanan yang lebih besar untuk

sulfide-stress cracking. Komposisi kimianya terbatas daripada grup lain dan juga

termasuk komposisi 9Cr dan 13Cr. Kisaran kekuatan yield-nya jauh lebih padat

untuk grade seperti L-80 vs N-80. Yang pertama memiliki kekuatan yield

diijinkan mulai dari 15000 psi sampai lebih dari 30000 psi. Selanjutnya, grade

pada grup dua memiliki kekerasan maximal dan berbagai variasi kekerasan.

Couplings diharuskan untuk seamless dan memiliki grade yang sama

seperti pada pipa, dan memenuhi semua komposisi kimia yang sama dan sifat

mekanik seperti pada pipa.

Banyak grade Non-API dari tubular yang tersedia untuk aplikasi khusus.

Ini berkisar dari casing dengan tahanan collapse tinggi, untuk baja paduan rendah

(low alloy steel) dengan sifat terbatas untuk servis hidrogen sulfida, untuk paduan

berbahan dasar nikel dan kobalt untuk sumur dalam dan panas yang mengandung

klorida, hidrogen sulfida, dan karbon dioksida. Paduan ini yang disebut sebagai

Corrotion-Resistant Alloy (CRA).

Minyak yang diproduksi dan gas sering mencakup penyebab karat seperti

hidrogen sulfida, karbon dioksida, dan klorida. Cukup langka dalam produksi

cairan tersebut bahwa tidak terdapat air dalam setidaknya jumlah yang cukup

untuk menyebabkan korosi. Pitting oleh hidrogen sulfida, karbon dioksida, dan

klorida dapat menjadi parah, dan ketika dikombinasikan dengan suhu tinggi ketika

produksi, rata-rata laju korosi menjadi pada beberapa ratus mils per year (mpy)

hingga satu inch per year (IPY) telah diamati. Selain serangan pitting, bentuk

kerusakan yang lebih parah seperti sulfide-stress cracking (SSC) dan dalam kasus

tubular paduan stainless steel dan tubular paduan nikel, stress-corrotion cracking

(SCC) dapat terjadi.

Inhibitor masih merupakan metode utama untuk pengendalian korosi dalam

Page 44: Bab III. Teori Dasar-ok

memproduksi pada sumur. Bila pendekatan ini tidak memuaskan atau tidak

efektif, langkah berikutnya adalah peningkatan konten paduan dari tubular.

Meskipun telah ada beberapa eksposur 9-1 CR Mo tubular ke lingkungan agresif,

ketahanan dari paduan ini marjinal. Yang lebih umum digunakan adalah grade

stainless steel seperti AISI420, yang berisi Cr nominal 13%. Karbon dioksida

dalam gas atau minyak yang dihasilkan dapat menyebabkan kerusakan yang

sangat cepat jika paduan mengandung kurang dari 12% Cr.

3.5.4. Tension Load

Tension load (gaya tarikan) yang diderita oleh casing adalah berat casing

yang menggantung di dalam lubang sumur. Makin panjang casing maka tension

load yang diderita casing yang teratas makin besar. Tension load yang terbesar

dirasakan oleh rangkaian casing adalah yang paling atas, sehingga kemungkinan

putus adalah pada joint teratas.

Pada saat casing dimasukkan ke dalam sumur maka lumpur yang berada

didalam lubang bor akan memberikan gaya keatas terhadap casing, sehingga

terdapat titik netral pada rangkaian casing tersebut. Rangkaian casing akan lebih

ringan jika berada di dalam lumpur dibandingkan dengan rangkaian casing di

udara bebas.

Hukum Archemedes : Benda dalam suatu cairan akan berkurang beratnya

sebesar berat cairan yang dipisahkannya.

Karena bagian yang tertipis dari suatu casing adalah pada sambungan

(joint), maka tension load disebut juga dengan Joint load. Kekuatan casing untuk

menahan Joint load, disebut dengan joint strength.

Casing yang dipasang harus mempunyai Joint Strength yang lebih besar

dari tension load (Joint load), agar casing tidak putus.

Casing mempunyai kekuatan untuk menahan Joint load. Kekuatan ini

disebut dengan joint strength. Joint strength casing tergantung pada :

- Diameter luar

Page 45: Bab III. Teori Dasar-ok

- Berat nominal

- Jenis sambungan

- Grade.

Apabila beban tension pada casing telah melampaui minimum yield

strengthnya maka casing akan mengalami deformasi permanen. Deformasi akan

terjadi pada sambungan casing, yaitu pada bagian ulir terakhir, karena luas

penampang ulir pada bagian itu minimum.

Pada umumnya, pemboran tidak menghasilkan lubang yang benar-benar

lurus, melainkan ada penyimpangan (deviasi). Casing yang dipasang pada lubang

yang mengalami deviasi akan memperbesar beban tension casing tersebut. Dalam

perencanaan casing untuk lubang yang mengalami deviasi, beban tension yang

ditimbulkan pada casing sekitar titik belok tersebut harus memperhitungkan setiap

seksi yang melewati dan ditempatkan pada titik belok tersebut. Tetapi casing

berada diatas titik belok yang tidak dipengaruhi. Pengaruh pembelokan lubang

terhadap beban tension akan lebih besar khususnya pada casing berdiameter besar

daripada casing berdiameter kecil.

Prosedur untuk menghitung beban tension adalah sebagai berikut :

1). Bouyancy factor

BF = 1 – (ρm/65,5) ……………………………………................(3-17)

2). Berat casing di udara, lbs

Wa = Ls x BN ……………………………………........................(3-18)

3). Berat casing didalam lumpur, lbs

Wm (Tension load) = Ls x BN x BF ……………………………….(3-19)

4). Luas penampang casing, in2

A = ¼ x 3,14 x (OD2 – ID2) ……………………………………(3-20)

Pengecekan Joint Strength

5). Berat maksimum yang mampu ditahan casing, lbs

Wmax = Fj / Nj ……………………………….................................(3-21a)

Berat maksimum yang mampu ditahan casing akibat adanya deviasi

Page 46: Bab III. Teori Dasar-ok

lubang, lbs

Wmax = (Fj x cos α / Nj ………………………………...................(3-21b)

6). Panjang maksimum yang mampu ditahan casing, ft

Lmax = Wmax / BN ………………………………........................(3-22a)

Panjang maksimum yang mampu ditahan casing akibat kombinasi casing,

ft

Lmax = Wmax –Tension load total / BN …………………………(3-22b)

Dimana :

OD : Diameter luar, inch

ID : Diameter dalam, inch

L : Panjang casing, ft

ρm : Densitas lumpur, ppg

BF : Bouyancy factor

A : Luas penampang dinding casing, inch2

T : Beban tension, lbs

BN : Berat nominal casing, lb/ft

Fj : Joint strength casing, lbs

Nj : Safety factor untuk mencegah casing putus

65,5 : Densitas besi/baja, ppg.

Jika dalam trayek pemboron terdiri dari beberapa seksi, maka untuk

perhitungan beban tension adalah sebagai berikut :

Seksi 1 :

Wm1 = BF1 . L1 . W1

……………………………………..............(3-

23)

Seksi 2 :

…………………………………….(3-

24)

Page 47: Bab III. Teori Dasar-ok

Seksi 3 :

…………………………………….(3-

25)

Jadi beban tension di permukaan :

Ts = Wm1 + Wm2 + Wm3

Ts = TsI + TsII + TsIII ……………………………………................(3-26)

Dimana :

Wm : Berat casing dalam lumpur, lbs

w/BN : Unit berat casing, lbs/ft.

Bowers mengemukakan suatu persamaan untuk menentukan besarnya

beban tension akibat deviasi lubang.

BL = 218 x de x Φ x A ……………………………………...............(3-27)

Dimana :

BL : Beban tension akibat deviasi lubang, lbs

de : Diameter casing, inch

Φ : Perubahan sudut, 0/100 ft.

Harga perubahan sudut dapat diperoleh dari survey dengan menganggap

deviasi terjadi pada satu arah, maka :

Φ = ……………………………………......................(3-28)

Dimana :

1 & D1 : Hasil pengukuran survey ke satu

: Deviasi sudut, 0

D : Kedalaman, ft.

Beban tension akibat dari deviasi lubang harus ditambahkan pada setiap

seksi casing yang melewatinya dan seksi casing yang ditempatkan tepat pada

kedalaman lubang dimana terjadi deviasi.

Page 48: Bab III. Teori Dasar-ok

Wt = Wm + BL ……………………………………...........................(3-29)

Dimana :

Wt : Beban tension total plus deviasi lubang, lbs

Wm : Beban tension load dalam lumpur, lbs.

3.5.5. Beban Biaksial

Adanya berbagai pembebanan pada casing, memungkinkan casing

menerima dua gaya yang bekerja secara bersamaan (biaxial). Beban Burst atau

collapse terjadi serentak dengan beban tension. Kombinasi dan pengaruh gaya-

gaya ini pada casing ditunjukkan pada kurva ellips.

Misalkan terdapat suatu rangkaian casing dengan Burst dan collapse rating

tertentu dan berada dalam lubang bor yang berisi lumpur. Pada bagian atas casing,

tension akan menyebabkan kenaikan burst rating dan penurunan collapse rating.

Sedangkan pada casing bagian bawah, compression akan menyebabkan

penurunan burst rating dan kenaikan collapse rating.

Perencanaan ini diuji mengikuti urutan terhadap beban burst, beban

collapse, beban tension dan terakhir beban biaxsial. Sehingga apabila ada salah

satu langkah pengujian dari tiga beban diatas yang tidak dapat dipenuhi maka

desain harus diulang dari beban Burst dan selanjutnya kembali seperti langkah

semula diuji terhadap beban collapse, tension dan beban biaxsial hingga terpenuhi

semuanya.

Untuk menghitung besarnya penurunan collapse resistance suatu casing

pada beban tension tertentu dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut :

1. Faktor beban axial

X = (Beban Tension / Pipe body yield strength) ………………(3-30)

2. Memasukkan harga X ke dalam grafik biaxial stress pada Gambar 3.26,

atau sudah tersedia pada Tabel III-5, sehingga didapat harga faktor

Collapse strength (Y).

3. Collapse resistance hasil koreksi terhadap beban tension

CRC = Faktor Collapse strength (Y) x Collapse Resistance ...........(3-31)

Page 49: Bab III. Teori Dasar-ok

Gambar 3.26.

Analisa Biaxial Stress 9)

Gambar 3.27.

Grafik Biaxial Stress 9)

Tabel III-3.Pasangan Harga Faktor Beban Axial (X) dan Faktor Collapse Strength (Y) 9)

x y x y x y x y x y

Page 50: Bab III. Teori Dasar-ok

0,000 1,000 0,200 0,929 0,400 0,818 0,600 0,659 0,800 0,4270,005 0,999 0,205 0,927 0,405 0,815 0,605 0,654 0,805 0,4200,010 0,997 0,210 0,925 0,410 0,812 0,610 0,650 0,810 0,4120,015 0,996 0,215 0,922 0,415 0,808 0,615 0,645 0,815 0,4050,020 0,995 0,220 0,920 0,420 0,805 0,620 0,640 0,820 0,3980,025 0,993 0,225 0,918 0,425 0,801 0,625 0,635 0,825 0,3900,030 0,992 0,230 0,915 0,430 0,798 0,630 0,630 0,830 0,3820,035 0,990 0,235 0,913 0,435 0,794 0,635 0,625 0,835 0,3740,040 0,989 0,240 0,910 0,440 0,791 0,640 0,620 0,840 0,3660,045 0,987 0,245 0,908 0,445 0,787 0,645 0,615 0,845 0,3580,050 0,986 0,250 0,905 0,450 0,784 0,650 0,609 0,850 0,3500,055 0,984 0,255 0,903 0,455 0,787 0,655 0,604 0,855 0,3420,060 0,983 0,260 0,900 0,460 0,776 0,660 0,599 0,860 0,3340,065 0,981 0,265 0,898 0,465 0,773 0,665 0,594 0,865 0,3250,070 0,980 0,270 0,895 0,470 0,769 0,670 0,588 0,870 0,3160,075 0,978 0,275 0,893 0,475 0,765 0,675 0,583 0,875 0,3070,080 0,976 0,280 0,890 0,480 0,761 0,680 0,577 0,880 0,2980,085 0,975 0,285 0,887 0,485 0,757 0,685 0,572 0,885 0,2890,090 0,973 0,290 0,885 0,490 0,754 0,690 0,566 0,890 0,2800,095 0,971 0,295 0,882 0,495 0,750 0,695 0,561 0,895 0,2700,100 0,969 0,300 0,879 0,500 0,746 0,700 0,555 0,900 0,2610,105 0,968 0,305 0,876 0,505 0,742 0,705 0,549 0,905 0,2510,110 0,966 0,310 0,874 0,510 0,738 0,710 0,543 0,910 0,2410,115 0,964 0,315 0,871 0,515 0,734 0,715 0,538 0,915 0,2300,120 0,962 0,320 0,868 0,520 0,730 0,720 0,532 0,920 0,2200,125 0,960 0,325 0,865 0,525 0,725 0,725 0,526 0,925 0,2090,130 0,958 0,330 0,862 0,530 0,721 0,730 0,520 0,930 0,1980,135 0,956 0,335 0,859 0,535 0,717 0,735 0,513 0,935 0,1870,140 0,954 0,340 0,856 0,540 0,713 0,740 0,507 0,940 0,1750,145 0,952 0,345 0,853 0,545 0,709 0,745 0,501 0,945 0,1630,150 0,950 0,350 0,850 0,550 0,704 0,750 0,495 0,950 0,1510,155 0,948 0,355 0,847 0,555 0,700 0,755 0,488 0,955 0,1390,160 0,946 0,360 0,844 0,560 0,696 0,760 0,482 0,960 0,1260,165 0,944 0,365 0,841 0,565 0,691 0,765 0,475 0,965 0,1120,170 0,942 0,370 0,838 0,570 0,687 0,770 0,469 0,970 0,0980,175 0,940 0,375 0,835 0,575 0,682 0,775 0,462 0,975 0,0840,180 0,938 0,380 0,831 0,580 0,678 0,780 0,455 0,980 0,0690,185 0,936 0,385 0,828 0,585 0,673 0,785 0,448 0,985 0,0530,190 0,934 0,390 0,825 0,590 0,668 0,790 0,441 0,990 0,0360,195 0,931 0,395 0,822 0,595 0,664 0,795 0,434 0,995 0,019

3.6. Angka Keselamatan (Safety factor)

Angka keselamatan bertujuan untuk mencegah kerusakan casing akibat

Page 51: Bab III. Teori Dasar-ok

adanya gaya-gaya atau beban yang bekerja berlebihan pada casing. Angka

keselamatan terhadap beban tension, burst, dan collapse yang dikeluarkan

Petroleum Equipment and Service dapat dilihat pada Tabel III-6.

Angka keselamatan dikalikan dengan gaya yang bekerja tetapi dengan

resistancenya dibagi. Menurut Hills, angka keselamatan dipilih sesuai dengan

empat faktor utama yaitu :

1. Ketelitian daripada strength data yang digunakan untuk desain. Makin tepat

harga minimumnya, maka Safety factor cukup kecil saja.

2. Ketelitian daripada asumsi yang digunakan untuk pembebanan. Makin besar

asumsi pembebanan dengan harga maksimum yang terjadi sebenarnya, makin

kecil Safety factornya.

3. Perbandingan antara kondisi-kondisi testing dengan yang sebenarnya. Jika

praktek sebenarnya memberikan beban yang sama, tipenya dengan yang

ditest, maka Safety factornya boleh kecil.

4. Akibat yang ditimbulkan jika terjadi kegagalan. Jika gagal, dapat

menimbulkan bahaya bagi pekerja dan kerugian ekonominya, maka Safety

factor harus dibuat besar.

Tabel III-6.

Angka Keselamatan (Safety factor) 4)

Beban / GayaAngka Keselamatan

Tinggi Rendah Rata-rata

Burst (Ni) 1,25 0,875 1,1

Collapse (Nc) 1,25 0,7 1

Tension (Nj) 2,0 1,6 1,8

Page 52: Bab III. Teori Dasar-ok

Untuk menentukan Safety factor masing-masing gaya adalah dengan persamaan:

SF Ni = ……………………………………....(3-32)

SF Nc =

……………………………………………...(3-33)

SF Nj = …………………………………….......................(3-34)

Dimana :

SF Ni = Safety factor internal pressure

SF Nc = Safety factor collpase

SF Nj = Safety factor joint strength.

3.7. Prosedur Perhitungan Desain Casing

3.7.1. Burst Load

a). Tekanan Burst di permukaan

Pb @surface (Pf) = Gf x D …………………………………….(3-35)

b). Tekanan Burst pada kaki casing

Pb @shoe = Pb @surface – (D x Gg) …………………………(3-36)

d). Desain tekanan Burst di permukaan

BPD @surface/TOL = Pb @surface/TOL x Safety factor …………..(3-37)

e). Desain tekanan Burst pada kaki casing

BPD @shoe = Pb @shoe x Safety factor ………………………….(3-38)

Plot harga Pb @surface dan Pb @shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan

adalah Burst load line. Dan plot harga BPD @surface dan BPD @shoe

pada grafik yang sudah dibuat. Garis yang dihasilkan adalah Burst load

line design.

3.7.2. Collapse Load

a). Pada kedalaman nol atau di permukaan external pressure adalah nol,

Page 53: Bab III. Teori Dasar-ok

karena tinggi kolom lumpur yang menekan casing tidak ada.

Pc @surface = 0 ……………………………………........................(3-39)

Pada kedalaman top off liner dan akibat adanya deviasi lubang, maka

external pressure adalah :

Pc @TOL = 0,052 x ρm x DTOL ………………………………..(3-40)

b). Beban Collapse pada kaki casing

Pc @shoe = 0,052 x ρm x D ……………………………………(3-41)

c). Desain tekanan Collapse di permukaan

CPD @surface/TOL= Pc @surface/TOL x Safety factor …………...(3-42)

d). Desain tekanan Collapse pada kaki casing

CPD @shoe = Pc @shoe x Safety factor ………………………….(3-43)

Plot harga Pc @surface dan Pc @shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan

merupakan Collapse load line. Dan plot harga CPD @surface dan CPD

@shoe pada grafik. Garis yang dihasilkan merupakan Collapse load line

design.

3.7.3. Pemilihan casing

Dalam pemilihan casing dibawah titik C dan Pemilihan casing yang akan

dipasang dari titik C ke permukaan seperti yang sudah dijelaskan dalam sub-bab

3.5.3 sebelumnya terurai jelas pemilihan casing.

3.7.4. Perhitungan Beban Tension

Perhitungan beban Tension seperti yang sudah dijelaskan dalam sub-bab

3.5.5 sebelumnya terurai jelas prosedur perhitungan beban Tension.

3.7.5. Perhitungan Beban Biaxial

Perhitungan beban Biaxial seperti yang sudah dijelaskan dalam sub-bab

3.5.6 sebelumnya terurai jelas prosedur perhitungan beban Biaxial.

3.7.6. Perhitungan Safety Factor

Perhitungan Safety factor seperti yang sudah dijelaskan dalam sub-bab 3.6.