of 22 /22
83 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Tenis FKIP UNS Surakarta, Jl. Menteri Supeno No. 13 Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari jumat 29 oktober 2016 pukul: 06.00 sampai 10.30 WIB, di lapangan Tenis FKIP UNS yang berada Kampus Manahan. Tabel 3.1 : Rencana Penelitian No Kegiatan Minggu ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1. Persiapan - Persiapan - Persiapan - Persiapan 2. Pelaksanaan - Tes - Tes - - - 3. Pengolahan hasil penelitian - Penyusunan hasil - Pengolahan hasil Keterangan: : Pelaksanaan kegiatan a) Penyusunan usulan penelitian antara lain: 1) Judul tesis 2) Konsultasi proposal penelitian seminar proposal 3) Revisi proposal penelitian b) Persiapan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian · BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan

  • Author
    others

  • View
    32

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian · BAB III METODOLOGI PENELITIAN A....

  • 83

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Tenis FKIP UNS Surakarta, Jl. Menteri

    Supeno No. 13 Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari jumat 29 oktober 2016 pukul: 06.00

    sampai 10.30 WIB, di lapangan Tenis FKIP UNS yang berada Kampus Manahan.

    Tabel 3.1 : Rencana Penelitian

    No Kegiatan Minggu ke

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

    1. Persiapan

    - Persiapan

    - Persiapan

    - Persiapan

    2. Pelaksanaan

    - Tes

    - Tes

    -

    -

    -

    3. Pengolahan hasil penelitian

    - Penyusunan hasil

    - Pengolahan hasil

    Keterangan:

    : Pelaksanaan kegiatan

    a) Penyusunan usulan penelitian antara lain:

    1) Judul tesis

    2) Konsultasi proposal penelitian seminar proposal

    3) Revisi proposal penelitian

    b) Persiapan penelitian

  • 84

    1) Mengurus izin penelitian

    2) Menghubungi tenaga ahli (expert)

    3) Menghubungi orang coba penelitian

    4) Menyiapkan alat ukur

    5) Tenaga pembantu pelaksanaan penelitian

    c) Ujian tesis: sesuai kalender kegiatan atau jadwal dari Pascasarjana

    d) Revisi tesis menyesuaikan Pelaksanaan Penelitian

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Menurut Arikunto, Suharsimi (1996: 115) populasi merupakan keseluruhan

    subyek penelitian. Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas

    objek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama

    untuk dipilih menjadi anggota sampel, sedangkan sampel merupakan bagian kecil dari

    suatu populasi. Sedangkan Sugiyono (2008: 117) menyatakan bahwa populasi adalah

    wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

    karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

    pembinaan prestasi tenis FKIP UNS Surakarta berjumlah 40 orang.

    2. Sampel

    Menurut Arikunto, Suharsimi (1996 : 117) Sampel adalah sebagian atau wakil

    yang diteliti. Sebagai sampel sebaiknya memiliki ciri-ciri yang sama dengan populasi

    sehingga dapat menggambar keadaan populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari

    populasi harus betul-betul representatif (mewakili), (Sugiyono, 2008: 118). Sampel

    dalam penelitian ini adalah mahasiswa pembinaan prestasi prestasi tenis FKIP UNS

    Surakarta.

    Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu cara

    pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.

    Sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah 40 mahasiswa pembinaan

    prestasi tenis lapangan FKIP UNS. Untuk menentukan besarnya sampel apabila subjek

    kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil

    antara 20-25 % (Arikunto Suharsimi, 2006).

  • 85

    C. Metode dan Rancangan Penelitian

    Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

    menggunakan rancangan Analisis Faktor Konfirmatori (Emzir, 2008: 48). Analisis

    faktor adalah salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan

    hubungan antara sejumlah perubahan-perubahan yang saling independen antara satu

    dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau lebih kumpulan perubahan yang lebih

    sedikit dari jumlah perubahan awal. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-

    faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah.

    Metode satistik multivariat banyak digunakan. Salah satu multivariat digunakan

    dalam bidang olahraga untuk mengukur variabel dominan biomotor dan psikomotor

    variabelnya yaitu (delapan variabel bebas dan satu variabel terikat) yang telah

    dikumpulkan akan diolah dan dianalisa menggunakan program SPSS (Statistical

    Product and Service Solutions) Versi 23 dan menggunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin and

    Bartlett’s Test.

    Menurut latan (2012: 74) analisis faktor konfirmatori atau sering disebut

    confirmatory factor analysis (CFA) digunakan untuk menguji dimensionalitas suatu

    konstruk. Sedangkan widarjono (2010: 275) mengatakan bahwa analisi faktor

    merupakan cara untuk mencari atau mendapatkan sejumlah variabel indikator yang

    mampu memaksimalkan korelasi antara variabel indikator. Ada dua jenis analisis faktor

    yaitu analisis faktor eksploratori (exploratory factor analysis = EFA) dan analisis faktor

    konfirmatori (confirmatory factor analysis = CFA). Pada analisis eksploratori mencari

    sejumlah indikator untuk membentuk faktor umum (common factor) tanpa ada landasan

    teori sebelumnya. Dengan kata lain analisis faktor eksploratori sebuah metode untuk

    membangun sebuah teori (theory building). Sedangkan pada analisis faktor konfirmatori

    kita mencari sejumlah variabel indikator yang tidak terukur langsung tersebut

    didasarkan pada landasan teori yang ada.

  • 86

    Desain penelitian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:

    Gambar 3. 1 Desain Penelitian

    Keterangan:

    X1 = Kekuatan Genggaman

    X2 = Fleksibilitas

    X3 = Power Otot Tungkai

    X4 = Kecepatan

    X5 = Daya Tahan Kardiovaskular

    X6 = Keseimbangan

    X7 = Koordinasi Mata tangan

    X8 = Kelincahan

    Y = Kemampuan Groundstroke forehand

    D. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas (independent)

    dan (satu) variabel terikat (dependent) dengan rincian yaitu:

    X1

    X3

    Y

    X2

    X8

    X4

    X5

    X6

    X7

  • 87

    1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah:

    a. Faktor Biomotor (ξ1) dengan variabel indikator sebagai berikut :

    1) Kekuatan genggaman (X1)

    2) Fleksibilitas (X2)

    3) Power Otot tungkai (X3)

    4) Kecepatan (X4)

    5) Daya Tahan Kardiovaskular (X5)

    b. Faktor Psikomotor (ξ2) dengan variabel indikator sebagai berikut:

    1) Keseimbangan (X6)

    2) Kordinasi Mata Tangan (X7)

    3) Kecepatan (X8)

    2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kemampuan groundstroke

    forehand (Y) tenis lapangan.

    E. Definisi Operasional

    Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel dalam penelitian ini,

    perlu dijelaskan definisi dari variabel penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Kekuatan Genggam adalah usaha kontraksi otot yang dicapai sekali usaha

    maksimal. Pengukuran dengan grip strength tes satuan kilo gram (Kg).

    2. Fleksibilitas adalah kapasitas melakukan pergerakan dengan jangkauan yang

    seluas-luasnya. Pengukuran dengan standing trunk flexion dalam satuan

    centimeter (cm).

    3. Power Otot Tungkai adalah daya/tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot tungkai

    kearah vertical hitung selisih antara tinggi loncatan dan tinggi raihan. Pengukuran

    dengan Vertical Jump dalam satuan sentimeter (cm).

    4. Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan

    berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat-

    singkatnya. Pengukuran lari 30 meter dalam satuan detik.

    5. Daya Tahan Kardiovaskular adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas kerja

    secara terus dengan intensitas yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama.

    Pengukuran dengan multistage fitness test atau beep test dalam satuan cc/kg/menit.

  • 88

    6. Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan kemampuan sikap dan posisi

    tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan (dynamic balance). Pengukuran

    dengan Modified Bass Test of Dynamic Balance dalam satuan capaian poin.

    7. Koordinasi Mata Tangan adalah hubungan yang harmonis dan hubungan saling

    berpengaruh diantara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja, yang

    ditujukan dengan berbagai tingkat keterampilan. Pengukuran dengan lempar

    tangkap bola tenis satuan kali tangkapan.

    8. Kelincahan adalah merubah posisi atau arah dalam berlari. Pengukuran dengan tes

    T Test satuan detik.

    9. Groundstroke Forehand adalah Pukulan ini dilakukan setelah bola memantul

    sekali. Pengukuran dengan menggunakan pukulan groundstroke forehand bola

    jatuh disasaran yang telah ditentukan skornya. Satuan point/skor

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

    tes dan pengukuran. Jenis tes atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1) Kekuatan Genggaman : Grip Strength Test

    Tujuan : mengukur kekuatan statis otot tangan yang di gunakan untuk

    menggengam.

    Perlengkapan : hand dynamometer.

    Prosedur :

    - Tester berdiri rikeks, lengan menggantung bebas tidak

    menyentuh bagian tubuh yang lain, lengan boleh

    sedikit ditekuk.

    - Hand dynamometer disetel sesuai ukuran tngan testi

    dan dipegang, ruang sendi kedua mepet dibawah

    pegangan (posisi meremas).

    - Testi meremas dengan sekuat mungkin dan ditahan 2-

    3 detik.

    - Tes ini diulang 2 kali setiap tangan dan istirahat 30

    detik disetiap ulangan.

  • 89

    Penilaian : Nilai yang diperoleh testi adalah kekuatan terbesar diantara dua

    ulangan yang dilakukan dari setiap tangan.

    Gambar 3.2 Grip Strength Test

    Sumber : Frank M. Verducci, 1980: 242

    Tabel 3.2 Norma Kekuatan Peras/ Genggaman

    No Norma Hasil Putra Hasil Putri

    1 Baik Sekali 55.50- ke atas 42.50- ke atas

    2 Baik 46.50-55.00 32.50-41.00

    3 Sedang 36.50-46.00 24.50-32.00

    4 Kurang 27.50-36.00 18.50-24.00

    5 Kurang Sekali Sd.-27.00 Sd.-18.00

    Sumber : Fenanlampir & Muhyi Faruq, 2015: 122

    2) Fleksibilitas : standing trunk flexion

    a. Tujuan : Untuk mengukur kelentukan togok.

    b. Perlengkapan : standing trunk flexion, multy box.

    c. Pelaksanaan :

    a) Tesi mengambil posisi berdiri, tidak memakai alas

    kaki.

    b) Bungkukkan badan perlahan ke bawah dengan posisi

    tangan lurus menyususri dan mendorong standing

    trunk flexion meter.

  • 90

    c) Ujung jari tangan mencapai skala sejauh mungkin dan

    pertahankan selama 3 detik.

    d) Dilakukan 2 kali pengulangan.

    d. Penilaian : Raihan terjauh 2 kali ulangan digunakan untuk

    menentukan kelentukan togok. Angka yang dicatat adalah skala yang

    dapat dicapai oleh keduaujung jari yang terjauh.

    Gambar 3.3 standing trunk flexion

    Sumber : Nur Ichsan Halim, 2008: 114

    Tabel 3.3 Norma penilaian kelentukan standing trunk flexion (Pate, Rotale, Clenaghan,

    1993)

    No Norma Hasil Putra Hasil Putri

    1 Baik Sekali +21 +22

    2 Baik +17 +18

    3 Sedang +11 +12

    4 Kurang +5 +8

    5 Kurang Sekali +2 +2

    Sumber : Fenanlampir & Muhyi Faruq, 2015: 140

    3) Power Otot Tungkai : Vertical Jump

    a. Tujuan : Untuk mengukur power tungkai dalam arah

    vertikal.

    b. Perlengkapan :

    a) papan bermeteran yang dipasang didinding dengan

    ketinggian dari 150 cm hinggal 350 cm. tingkat

    ketelitiannya hingga 1 cm.

    b) Bubuk kapur.

  • 91

    c) Dinding sedikitnya tinggi 365 cm (12 feet)

    c. Pelaksanaan :

    a) Tester berdiri menyamping arah dinding, kedua kaki rapat,

    telapak kaki menempel penuh di lantai, ujung jari tangan

    yang dekat dinding dibubuhi bubuk kapur.

    b) Satu tangan tester yang dekat ke dinding meraih ke atas

    setinggi mungkin, kaki tetap menempel di lantai, catat

    tinggi raihannya pada bekas ujung jari tengah.

    c) Tester meloncat ke atas setinggi mungkin dan menyentuh

    papan, lakukan 3 kali loncatan, catat tinggi loncatannya

    pada bekas ujung jari tengah.

    d) Posisi awal ketika meloncat adalah telapak kaki tetap

    menempel di lantai, lutut ditekuk, tangan lurus agak di

    belakang badan.

    e) Tidak boleh melakukan awalan ketika akan meloncat ke

    atas.

    d. Penilaian :

    a) Ukur selisih antara tinggi loncatan dan tinggi raihan.

    b) Nilai yang diperoleh tester adalah selisih yang terbanyak

    antara tinggi loncatan dan tinggi raihan dari ketiga loncatan

    yang dilakukan.

    Gambar 3.4 Vertical Jump

    Sumber : Frank M. Verducci, 1980: 247

  • 92

    4) Kecepatan: Tes Lari 30 meter

    a. Tujuan pelaksanaan tes untuk mengukur kecepatan

    b. Alat dan perlengkapan

    a) Blangko

    b) Lapangan

    c) Stopwatch

    d) Alat tulis

    c. Standar Operasional Prosedur (SOP) tes lari cepat 30 meter

    a) Peserta tes bersiap (berdiri) di belakang garis star

    dengan teknik star berdiri.

    b) Pada aba-aba “siap”, subjek dengan star berdiri

    bersiap untuk berlari secepat-cepatnya menempuh

    jarak 30 meter.

    c) Bersamaan aba-aba “ya” peserta tes berlari secepat-

    cepatnya menempuh jarak 30 meter.

    d) Kecepatan lari peserta tes dihitung mulai dari aba-aba

    “ya” dibunyikan (stopwatch dihidupkan) sampai

    peserta tes menginjak garis finish.

    e) Waktu tempuh masing-masing peserta tes dicatat

    sampai dengan satuan sepersepuluh detik (0,1 detik),

    tetapi bila memungkinkan akan lebih baik atau teliti

    jika dicatat samapai dengan satuan perseratus detik

    (0,01 detik).

    f) Peserta tes harus melakukan tes sebanyak dua kali, tes

    kedua dilaksanakan setelah melakukan istirahat

    secukupnya dimana denyut nadi sudah mendakti

    normal, atau paling tidak setelah diselingi oleh satu

    subjek lainnya.

    g) Data yang dianalisis adalah data kecepatan lari yang

    terbaik, jadi dari dua kali tes diambil waktu yang

    tekecil.

  • 93

    h) Data kecepatan tersebut selanjutnya dikonversikan ke

    dalam kriteria atau norma kecepatan. Selengkapnya

    dideskripsikan di dalam tabel berikut ini.

    Gambar 3.5 Lari 30 meter

    Sumber : Asisten Deputi Sentra Keolahragaan Deputi Bidang Pembudayaan

    OLahraga Kemenpora, 2013: 13

    Tabel 3.4 Norma Komponen Kecepatan dengan Tes Lari 30 Meter

    No Norma Prestasi Putra (Detik)

    Prestasi Putri (Detik)

    1 Baik Sekali 3.58 – 3.91 4.06 – 4.50

    2 Baik 3.92 – 4.34 4.51 – 4.96

    3 Sedang 4.35 – 4.72 4.97 – 5.40

    4 Kurang 4.73 – 5.11 5.41 – 5.86

    5 Kurang sekali 5.12 – 5.50 5.87 – 6.30

    Sumber : Fenanlampir & Muhyi Faruq, 2015: 131

    5) Daya Tahan kardiovaskular : Multistage Fitness Test (MFT) atau Beep Test

    a. Tujuan : untuk mengukur kapasitas maksimal aerobik (VO2 Maks)

    b. Perlengkapan :

    a) Pita untuk lari bolak-balik.

    b) Lintasan lari.

    c) Mesin pemutar kaset (tape recorder) atau laptop.

  • 94

    d) Tempat (space) outdoor atau di dalam gedung

    mempunyai ukuran jarak yang bermarka 20 meter

    pada permukaan yang datar, rata dan tidak licin.

    e) Stopwatch.

    f) Kerucut pembatas atau patok.

    g) Formulir

    c. Pelaksanaan :

    a) Pelaksanaan tes apabila dilaksanakan di luar gedung

    (outdoor) sebaiknya tidak boleh lebih dari jam 11.00

    karena faktor panas matahari akan berpengaruh pada

    hasil tes.

    b) Jalankan pita cadencennya atau laptop.

    c) Instruksikan tester untuk lari kea rah yang berlawanan

    dan sentuhkan satu kaki di belakang garis batas pada

    saat terdengar bunyi “tuut”, apabila tester telah sampai

    sebelum bunyi “tuut”, tester harus bertumpu pada titip

    putar, menanti tanda bunyi, kemudian berlari ke arah

    garis yang berlawanan agar supaya dapat mencapai

    tepat pada saat tanda berikutnya berbunyi.

    d) Pada akhir dari tiap menit interval waktu diantara dua

    bunyi “tuut” makin pendek, oleh karena itu, kecepatan

    lari makin bertambah cepat.

    e) Tester harus dapat mencapai garis ujung pada waktu

    yang ditentukan dan tidak terlambat. Tekankan kepada

    tester agar berputar dan lari kembali, bukannya lari

    membuat belokan melengkung, karena akan memakan

    lebih banyak waktu.

    f) Tiap tester terus berlari selama mungkin sehingga

    tester tidak dapat lagi mengejar tanda bunyi “tuut”

    dari pita rekaman. Kriteria untuk menghentikan tester

    adalah apabila tester tertinggal tanda bunyi “tuut” dua

    kali atau lebih dari dua langkah di belakang garis.

  • 95

    d. Penilaian : Catatan level pada shuttle terakhir yang dapat dilakukan

    atau diselesaikan tester (dua kali tidak dapat menyelesaikan garis akhir

    lintasan saat bunyi “tuut”), kemudian

    Gambar 3.6 Multistage fitness Test

    Sumber : http://www.tpfp.org/a_shuttle_clip_image002.jpg Minggu 23 Oktober

    2016, Pukul 12.47.

    Tabel 3.5 Norma Multistage fitness Test

    Periode waktu standar

    (detik)

    Jarak lari

    (meter)

    Periode waktu standar

    (detik)

    Jarak lari

    (meter)

    55,0 18,333 61,5 20,500

    55,5 18,500 62,0 20,686

    56,0 18,666 62,5 20,833

    56,5 18,833 63,0 21,000

    57,0 19,000 63,5 21,166

    57,5 19,166 64,0 21,333

    58,0 19,333 64,5 21,500

    58,5 19,500 65,0 21,666

    59,0 19,666

    59,5 19,833

    60,0 20,000

    60,5 20,166

    61,0 20,333

    Sumber : Muchsin Doewes & M. Furqon H, 1999: 10-11

    6. Keseimbangan : Modified Bass Test of Dynamic Balance

    a. Tujuan : Untuk mengukur keseimbangan dinamis.

    b. Perlengkapan : Lantai yang datar, selotip, pita pengukur,

    stopwatch.

    c. Pelaksanaan : Untuk melaksanakan tes ini dibuatlah diagram

    seperti gambar dibawah. Subjek dimulai dengan berdiri diam diatas

    kaki kanan atau disebut titik awal, subjek kemudian melompat

    http://www.tpfp.org/a_shuttle_clip_image002.jpg

  • 96

    ketanda pertama dengan kaki kiri dan mempertahankan sikap ini pada

    posisi statis selama lima detik. Selama 5 detik, ia kemudian melompat

    ke tanda kedua dengan mempertahankan sikap ini dengan posisi statis

    selama lima detik. Setelah 5 detik, ia kemudian melompat ke tanda

    dengan mempertahankan sikap ini dengan posisi statis selama lima

    detik. Ini terus berlanjut dengan kaki bergantian melompat dengan

    posisi statis selama lima detik pada setiap titik sampai dilewati. Pada

    setiap titik, telapak kaki benar-benar harus menginjak setiap tanda pita

    sehingga tidak dapat dilihat. Sebelum tes di mulai tester

    diperbolehkan mencoba terlebih dahulu.

    d. Penilaian : Hasil dicatat sebagai sukses atau gagal. Sebuah tes yang

    sukses terdiri dari melompat kesetiap menandai pita dan dapat

    bertahan selama 5 detik dengan posisi kaki yang lainnya tidak

    menyentuh lantai da tetap dapat mejaga keseimbangan. Setiap dapat

    melakukan lompatan dengan benar mendapat point 5, jika tidak dapat

    melakukan gerakan sesuai ketentuan pelaksanaan maka tidak memiliki

    nilai.

    Gambar 3.7 Modified Bass Test of Dynamic Balance

    Sumber : Widiastuti, 2011: 146

  • 97

    7. Koordinasi Mata Tangan: Pengukuran koordinasi mata tangan menggunakan

    tes lempar tangkap bola tenis.

    a. Tujuan : Mengukur koordinasi mata tangan.

    b. Sasaran : Laki-laki dan perempuan

    c. Perlengkapan : Bola tenis, tembok sasaran.

    d. Pelaksanaan :

    a) Bola dilempar dengan satu tangan dan di tangkap

    dengan tangan yang lain.

    b) Sebelum melakukan tes, boleh mencoba terlebih

    dahulu sampai merasa terbiasa.

    e. Penilaian :

    a) Setiap lemparan yang mengenai sasaran dan

    tertangkap tangan memeperoleh nilai.

    b) Untuk memperoleh 1 nilai bola harus dilemparkan

    dari arah bawah (under arm). Bola harus mengenai

    sasaran. Bola harus dapat langsung tertangkap

    tangan tanpa halangan sebelumnya. Orang coba

    tidak beranjak atau berpindah keluar garis batas

    untuk menangkap bola.

    c) Jumlah nilai 10 lemparan pertama dan 10 lemparan

    kedua. Nilai total yang mungkin dapat dicapai

    adalah.

    Gambar 3.8 Daerah untuk Tes Koordinasi Mata Tangan

    Sumber : Ismaryati, 2006: 54

  • 98

    8. Kelincahan : T Test

    a. Tujuan : Mengetahui kecepatan dan kelincahan

    dalam mengubah arah.

    b. Perlengkapan : meteran, stopwatch, kerucut/cone, kapur.

    c. Pelaksanaan : mengatur 4 kerucut seperti pada gambar dibawah

    ini. Subjek mulai berlari dari garis star A menuju ke titik B

    dengan menyentuh tangan kanannya pada kerucut B, kemudian

    berlari kearah kerucut C dan menyentuh kerucut dengan tangan

    kiri stetlah itu berlari kearah D dan menyentuh keurutnya

    dengan tangan kanan. Kembali ketitik B dengan menyentuh

    kerucut dengan tangan kiri, kemudian menuju garis finish titik

    A.

    d. Penilaian : Tester gagal jika tangan tidak menyentuh dasar

    kerucut, atau kerucutnya terseret. Waktu dicatat sampai 0,1 detik

    Gambar 3.9 T.Test

    Sumber : Widiastuti, 2011: 133

  • 99

    Tabel 3.6 Norma T Test

    No Norma Males (Second) Females (second)

    1 Excellent < 9.5 < 10.5

    2 Good 9.5-10.5 10.5-11.5

    3 Average 10.5-11.5 11.5-12.5

    4 Poor > 11.5 > 12.5

    Sumber : Widiastuti, 2011: 134

    9. Kemampuan Pukulan Groundstroke Forehand Tenis Lapangan

    a. Tujuan: untuk mengevaluasi kemampuan groundstroke

    forehand pada permainan tenis. Reliabilitas diperoleh melalui

    tes-rites. Personel: pada setiap lapangan diperlukan seorang

    pencatat, seorang pelayan bola dan untuk tes forehand ada

    seorang pengumpan bola.

    b. Perlengkapan: raket tenis, bola tenis, pita pengukur, kapur

    tulis atau pita pembatas, dua tonggak setinggi 7 kaki (untuk

    setiap lapangan), tangga, keranjang tempat bola, tali dengan

    penjang secukupnya untuk direntangkan selebar lapangan

    tenis, kartu pencatat hasil dan ballpoint. Ruang: lapangan

    tenis.

    c. Persiapan: untuk tes groundstroke forehand, lapangan seperti

    gambar di bawah. Seutas tali direntangkan di atas dan sejajar

    dengan net setinggi 7 kaki dan daerah sasaran dibuat di antara

    baseline dan garis servis. Tes groundstroke forehand: teste

    menempatkan posisi menerima pada titik tengah dari

    baseline. Pengumpan mengambil posisi diseberang net pada

    perpotongan garis tengah dengan garis servis. Pengumpan

    mengumpan bola kepada testi. Bola dijatuhkan sesudah garis

    servis. Di izinkan mencoba lima pukulan. Banyaknya pukulan

    sebanyak 14 bola. Bola pengembalian harus melalui net dan

    tali, dan mendarat didaerah sasaran.

    d. Skor: setiap pukulan 14 bola dikembalikan diskor 0-5,

    tergantung bola mengenai pada sasaran. Bola yang melalui di

    atas tali, tetapi jatuh pada daerah sasaran dihargai separo dari

  • 100

    harga sesungguhnya. Bola-bola yang jatuh di atas garis batas

    diskor yang harganya lebih tinggi. Dari Hewwit (Frank M.

    Verducci.1980: 349-350)

    Gambar 3.10 Groundstroke Forehand Tenis Lapangan

    Sumber : Mulyono Biyakto Atmojo, 2010: 86

    Kemampuan Performance Rally Groundstroke Forehand Tenis Lapangan

    Tujuan : Untuk menilai performance rally groundstroke

    forehand tenis lapangan.

    Validitas : Koefisiean validitas 0,84 untuk pemula dan 0,93

    umtuk pemain intermediate diperoleh melalui korelasi

    antara urutan hasil tes dengan urutan hasil pertandingan

    kompetisi.

    Realibilitas : Koefisien realibilitas 0,86 untuk pemula dan 0,90

    untuk intermediate, di hitung melalui tes-rites.

    Personil : Seorang diperlukan untuk menghitung jumlah

    pukulan yang benar dari kedua pemain, dan dua orang

    untuk menghitung kesalahan masing-masing pemain.

    Perlngkepan : Raket tenis, bola tenis, stopwatch kartu skor dan

    ballpoin, lapangan tenis.

  • 101

    Petunjuk pelaksanaan : Dua orang mahasiswa berkemampuan sama , siap di

    belakang baseline masing- masinguntuk permainan

    tunggal. Masing masing pemain menyiapkan dua buah

    bola tenis di pihaknya. Stelah aba-aba “YA” seorang

    pemaian memantulakn bola di belakang baseline dan

    memukulkan ke arah lawan lawannya. Kedua pemain

    m-rally bola selam 3 menit. Apabila bola menyangkut

    di net atau keluar garis, salah satu pemain memulai

    permainan dari belakang baseline. Apabila keempat

    bola sudah dipergunakan semua maka mereka

    bertanggung jawab untuk mengumpulkannya dan

    meneruskan permainannya. Waktu rally di berikan

    selama 3 menit. Di catat sebagai kesalahan apabila

    seorang pemain memukul bola ke net atau keluar garis

    pada setiap memulai permainan dari belakang baseline.

    Dianggap gagal apabilatidak dapat memukul bola

    melalui atas net selama rally, gagal melakukan start

    kembali dari belakang baseline, menempatkan bola di

    daerah permainan tunggal atatu gagal memukul bola

    sebelum pantulan yang kedua. Bola yang jatuh di garis

    batas permainan tunggal pada pantulan yang pertama

    adalah sah. Bola yang mengenai net dan jauh di daerah

    lawan permainan (inplay). Diperkenankan melakukan

    pemanasan sebelum tes dimulai.

    Skoring : Selama rally 3 menit, jumlah pukulan kedua

    pemainan dihitung. Kesalahanyang dilakukan masing-

    masing pemain dihitung. Skor final adalah jumlah

    pukulan kedua pemain dikurangi keselahan masing-

    masing pemain.

    Norma : Tidak ada.

  • 102

    H. Teknik Analisis Data

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis faktor

    konfirmatori yaitu suatu teknik analisis faktor yang secara apriori berdasarkan teori dan

    konsep yang sudah diketahui atau ditentukan sebelumnya (Gudono, 2012). Data akan

    diolah menggunakan program SPSS Versi 23. Menurut Siswandari (2015: 153) Teknik

    analisis faktor merupakan salah satu teknik pengelompokan (grouping technique)

    dimana kelompok besar variabel akan dikurangi dengan menggunakan teknik tersebut

    atau dengan kata lain sejumlah besar variabel dikelompokkan dalam sejumlah faktor

    yang tentu saja jumlahnya lebih kecil. Dengan menghitung faktor loading atau koefisien

    faktor atau nilai lamda (λi) yang serupa dengan nilai koefisien regresi βi yaitu factor

    loding antara indikator X1 dengan faktor F1 yang terbentuk. Apabila nilai loading faktor

    atau nilai lamda (λi) yang diperoleh lebih besar atau sama dengan setengah (λi ≥ 0,5)

    atau dapat diuji dengan uji t, dan apabila variabel menunjukkan nilai signifikan berarti

    variable X1 atau instrumen atau item tersebut sah untuk dijadikan sebagai anggota

    faktor yang bersangkutan. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis faktor

    konfirmatori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Uji Prasyarat Analisis

    Sebelum dilakukan proses analisis data dengan menggunakan metode analisis

    faktor, terlebih dahulu dilakukan beberapa uji prasyarat statistik yaitu:

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode One-Sample

    Kolmogorov-Smirnov Test, diolah menggunakan program SPSS Versi 23.

    b. Uji Linearitas

    Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan

    sudah benar atau tidak. Fungsi yang digunakan dalam suatu empiris sebaiknya

    berbentuk linier, kuadrat atau kubik. Untuk uji linieritas regresi dalam penelitian ini

    menggunakan fungsi “Compare Mean”, diolah menggunakan program SPSS versi

    23.

    2. Analisis Faktor dan Pengujian Hipotesis

    Analisis faktor dalam penelitian ini digunakan untuk menerangkan hubungan

    antara sejumlah perubahan-perubahan yang saling independen antara satu dengan yang

    lain serta untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah.

  • 103

    Dalam penelitian ini variabel bebas yang dianalisis untuk mengetahui faktor dominan

    penentu kemampuan groundstroke forehand tenis lapangan adalah Daya Tahan

    Kardiovaskular, Power Otot Tungkai, Kecepatan, Kelincahan, Keseimbangan,

    Koordinasi Mata tangan, Kekuatan Genggam, dan Fleksibilitas. Pengujian hipotesis

    dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari koefisien korelasi masing-masing

    prediktor, persamaan regresi Y atas masing-masing variabel prediktor, persamaan

    regresi Y atas semua variabel prediktor secara bersama-sama dengan koefisien korelasi

    ganda.

    Adapun penghitungan dalam pengujian hipotesis sebagai berikut:

    a. Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett’s test of sphericity

    Angka KMO-MSA (Kaiser-Meyer-Olkin and Measure of Sampling

    Adequacy) berkisar antara 0 sampai dengan 1 yang menunjukkan apakah

    sampel bisa dianalisis lebih lanjut atau tidak. Apabila nilai KMO-MSA sama

    dan lebih besar dari 0,5 dan dengan nilai signifikan (sig) atau peluang (p)

    lebih kecil dari 0,5 maka dikatakan bahwa variabel-variabel yang dianalisis

    dalam analisis faktor sudah layak untuk difaktorkan.

    b. Anti-image correlation test

    Nilai Anti-image correlation test adalah angka koefisien korelasi yang

    berada pada off diagonal (nilai yang ditebalkan). Apabila nilai matriks anti

    image correlation lebih kecil dari 0,5 maka variabel tersebut harus

    dikeluarkan atau dieliminasi dari analisis faktor (nilai yang diberi tanda

    dengan ª atau yang ditebalkan), sehingga variabel tersebut tidak layak untuk

    dianalisis lebih lanjut.

    c. Total variance explained test

    Jumlah faktor bersama yang terbentuk adalah sebanyak variabel

    penyusunnya atau dimensinya. Faktor bersama dengan nilai initial

    enginevalue total yang ≥ 1, merupakan faktor yang mewakili sub-variabel

    pembentuknyua. Sumbangan faktor bersama yang terbentuk dalam analisis

    dapat dilihat dari nilai Total variance explained.

    d. Communalities atau peranan faktor

    Dalam komunaliti (Communalities) faktor yang terbentuk merupakan

    satu kesatuan, sehingga peranan atau sumbangan masing-masing sub-

  • 104

    variabel merupakan penyusun terhadap faktor secara bersama. Nilaiinitial

    mencerminkan peranan atau sumbangan kalau variabel penyusun faktor

    secara individual membentuk faktor tersebut, sedangkan extraction

    menjelaskan persentase peranan atau sumbangan masing-masing dimensi

    atau sub-variabel penyusun faktor secara individual terhadap faktor.

    e. Component matrix (dimensi penyusun faktor)

    Apabila nilai komponen faktornya ≥ 0,5 berarti bahwa dimensi atau

    sub-variabel pengukuran faktor tersebut merupakan anggota factor yang

    terbentuk. Sebaliknya, jika nilai komponen faktor < 0,5 berarti bahwa

    dimensi sub-variabel pengukuran bukan anggota faktor tersebut.

    f. Component score coefficient matrix atau koefisien dimensi penyusun

    faktor

    Componenscore coefient matrix menekankan pada bentuk hubungan

    atau model atau persamaan antara faktor dengan variabel penyusunnya.

    Score coefient merupakan nilai konstanta yang serupa dengan koefisien

    sregresi (βi) pada persamaan regresi berganda.