Author
others
View
32
Download
0
Embed Size (px)
83
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Tenis FKIP UNS Surakarta, Jl. Menteri
Supeno No. 13 Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari jumat 29 oktober 2016 pukul: 06.00
sampai 10.30 WIB, di lapangan Tenis FKIP UNS yang berada Kampus Manahan.
Tabel 3.1 : Rencana Penelitian
No Kegiatan Minggu ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan
- Persiapan
- Persiapan
- Persiapan
2. Pelaksanaan
- Tes
- Tes
-
-
-
3. Pengolahan hasil penelitian
- Penyusunan hasil
- Pengolahan hasil
Keterangan:
: Pelaksanaan kegiatan
a) Penyusunan usulan penelitian antara lain:
1) Judul tesis
2) Konsultasi proposal penelitian seminar proposal
3) Revisi proposal penelitian
b) Persiapan penelitian
84
1) Mengurus izin penelitian
2) Menghubungi tenaga ahli (expert)
3) Menghubungi orang coba penelitian
4) Menyiapkan alat ukur
5) Tenaga pembantu pelaksanaan penelitian
c) Ujian tesis: sesuai kalender kegiatan atau jadwal dari Pascasarjana
d) Revisi tesis menyesuaikan Pelaksanaan Penelitian
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto, Suharsimi (1996: 115) populasi merupakan keseluruhan
subyek penelitian. Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi anggota sampel, sedangkan sampel merupakan bagian kecil dari
suatu populasi. Sedangkan Sugiyono (2008: 117) menyatakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
pembinaan prestasi tenis FKIP UNS Surakarta berjumlah 40 orang.
2. Sampel
Menurut Arikunto, Suharsimi (1996 : 117) Sampel adalah sebagian atau wakil
yang diteliti. Sebagai sampel sebaiknya memiliki ciri-ciri yang sama dengan populasi
sehingga dapat menggambar keadaan populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus betul-betul representatif (mewakili), (Sugiyono, 2008: 118). Sampel
dalam penelitian ini adalah mahasiswa pembinaan prestasi prestasi tenis FKIP UNS
Surakarta.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu cara
pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan.
Sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah 40 mahasiswa pembinaan
prestasi tenis lapangan FKIP UNS. Untuk menentukan besarnya sampel apabila subjek
kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil
antara 20-25 % (Arikunto Suharsimi, 2006).
85
C. Metode dan Rancangan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,
menggunakan rancangan Analisis Faktor Konfirmatori (Emzir, 2008: 48). Analisis
faktor adalah salah satu metode statistik multivariat yang mencoba menerangkan
hubungan antara sejumlah perubahan-perubahan yang saling independen antara satu
dengan yang lain sehingga bisa dibuat satu atau lebih kumpulan perubahan yang lebih
sedikit dari jumlah perubahan awal. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-
faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah.
Metode satistik multivariat banyak digunakan. Salah satu multivariat digunakan
dalam bidang olahraga untuk mengukur variabel dominan biomotor dan psikomotor
variabelnya yaitu (delapan variabel bebas dan satu variabel terikat) yang telah
dikumpulkan akan diolah dan dianalisa menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solutions) Versi 23 dan menggunakan uji Kaiser-Meyer-Olkin and
Bartlett’s Test.
Menurut latan (2012: 74) analisis faktor konfirmatori atau sering disebut
confirmatory factor analysis (CFA) digunakan untuk menguji dimensionalitas suatu
konstruk. Sedangkan widarjono (2010: 275) mengatakan bahwa analisi faktor
merupakan cara untuk mencari atau mendapatkan sejumlah variabel indikator yang
mampu memaksimalkan korelasi antara variabel indikator. Ada dua jenis analisis faktor
yaitu analisis faktor eksploratori (exploratory factor analysis = EFA) dan analisis faktor
konfirmatori (confirmatory factor analysis = CFA). Pada analisis eksploratori mencari
sejumlah indikator untuk membentuk faktor umum (common factor) tanpa ada landasan
teori sebelumnya. Dengan kata lain analisis faktor eksploratori sebuah metode untuk
membangun sebuah teori (theory building). Sedangkan pada analisis faktor konfirmatori
kita mencari sejumlah variabel indikator yang tidak terukur langsung tersebut
didasarkan pada landasan teori yang ada.
86
Desain penelitian yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 3. 1 Desain Penelitian
Keterangan:
X1 = Kekuatan Genggaman
X2 = Fleksibilitas
X3 = Power Otot Tungkai
X4 = Kecepatan
X5 = Daya Tahan Kardiovaskular
X6 = Keseimbangan
X7 = Koordinasi Mata tangan
X8 = Kelincahan
Y = Kemampuan Groundstroke forehand
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel bebas (independent)
dan (satu) variabel terikat (dependent) dengan rincian yaitu:
X1
X3
Y
X2
X8
X4
X5
X6
X7
87
1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah:
a. Faktor Biomotor (ξ1) dengan variabel indikator sebagai berikut :
1) Kekuatan genggaman (X1)
2) Fleksibilitas (X2)
3) Power Otot tungkai (X3)
4) Kecepatan (X4)
5) Daya Tahan Kardiovaskular (X5)
b. Faktor Psikomotor (ξ2) dengan variabel indikator sebagai berikut:
1) Keseimbangan (X6)
2) Kordinasi Mata Tangan (X7)
3) Kecepatan (X8)
2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kemampuan groundstroke
forehand (Y) tenis lapangan.
E. Definisi Operasional
Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel dalam penelitian ini,
perlu dijelaskan definisi dari variabel penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan Genggam adalah usaha kontraksi otot yang dicapai sekali usaha
maksimal. Pengukuran dengan grip strength tes satuan kilo gram (Kg).
2. Fleksibilitas adalah kapasitas melakukan pergerakan dengan jangkauan yang
seluas-luasnya. Pengukuran dengan standing trunk flexion dalam satuan
centimeter (cm).
3. Power Otot Tungkai adalah daya/tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot tungkai
kearah vertical hitung selisih antara tinggi loncatan dan tinggi raihan. Pengukuran
dengan Vertical Jump dalam satuan sentimeter (cm).
4. Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Pengukuran lari 30 meter dalam satuan detik.
5. Daya Tahan Kardiovaskular adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas kerja
secara terus dengan intensitas yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama.
Pengukuran dengan multistage fitness test atau beep test dalam satuan cc/kg/menit.
88
6. Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan kemampuan sikap dan posisi
tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan (dynamic balance). Pengukuran
dengan Modified Bass Test of Dynamic Balance dalam satuan capaian poin.
7. Koordinasi Mata Tangan adalah hubungan yang harmonis dan hubungan saling
berpengaruh diantara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja, yang
ditujukan dengan berbagai tingkat keterampilan. Pengukuran dengan lempar
tangkap bola tenis satuan kali tangkapan.
8. Kelincahan adalah merubah posisi atau arah dalam berlari. Pengukuran dengan tes
T Test satuan detik.
9. Groundstroke Forehand adalah Pukulan ini dilakukan setelah bola memantul
sekali. Pengukuran dengan menggunakan pukulan groundstroke forehand bola
jatuh disasaran yang telah ditentukan skornya. Satuan point/skor
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
tes dan pengukuran. Jenis tes atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan Genggaman : Grip Strength Test
Tujuan : mengukur kekuatan statis otot tangan yang di gunakan untuk
menggengam.
Perlengkapan : hand dynamometer.
Prosedur :
- Tester berdiri rikeks, lengan menggantung bebas tidak
menyentuh bagian tubuh yang lain, lengan boleh
sedikit ditekuk.
- Hand dynamometer disetel sesuai ukuran tngan testi
dan dipegang, ruang sendi kedua mepet dibawah
pegangan (posisi meremas).
- Testi meremas dengan sekuat mungkin dan ditahan 2-
3 detik.
- Tes ini diulang 2 kali setiap tangan dan istirahat 30
detik disetiap ulangan.
89
Penilaian : Nilai yang diperoleh testi adalah kekuatan terbesar diantara dua
ulangan yang dilakukan dari setiap tangan.
Gambar 3.2 Grip Strength Test
Sumber : Frank M. Verducci, 1980: 242
Tabel 3.2 Norma Kekuatan Peras/ Genggaman
No Norma Hasil Putra Hasil Putri
1 Baik Sekali 55.50- ke atas 42.50- ke atas
2 Baik 46.50-55.00 32.50-41.00
3 Sedang 36.50-46.00 24.50-32.00
4 Kurang 27.50-36.00 18.50-24.00
5 Kurang Sekali Sd.-27.00 Sd.-18.00
Sumber : Fenanlampir & Muhyi Faruq, 2015: 122
2) Fleksibilitas : standing trunk flexion
a. Tujuan : Untuk mengukur kelentukan togok.
b. Perlengkapan : standing trunk flexion, multy box.
c. Pelaksanaan :
a) Tesi mengambil posisi berdiri, tidak memakai alas
kaki.
b) Bungkukkan badan perlahan ke bawah dengan posisi
tangan lurus menyususri dan mendorong standing
trunk flexion meter.
90
c) Ujung jari tangan mencapai skala sejauh mungkin dan
pertahankan selama 3 detik.
d) Dilakukan 2 kali pengulangan.
d. Penilaian : Raihan terjauh 2 kali ulangan digunakan untuk
menentukan kelentukan togok. Angka yang dicatat adalah skala yang
dapat dicapai oleh keduaujung jari yang terjauh.
Gambar 3.3 standing trunk flexion
Sumber : Nur Ichsan Halim, 2008: 114
Tabel 3.3 Norma penilaian kelentukan standing trunk flexion (Pate, Rotale, Clenaghan,
1993)
No Norma Hasil Putra Hasil Putri
1 Baik Sekali +21 +22
2 Baik +17 +18
3 Sedang +11 +12
4 Kurang +5 +8
5 Kurang Sekali +2 +2
Sumber : Fenanlampir & Muhyi Faruq, 2015: 140
3) Power Otot Tungkai : Vertical Jump
a. Tujuan : Untuk mengukur power tungkai dalam arah
vertikal.
b. Perlengkapan :
a) papan bermeteran yang dipasang didinding dengan
ketinggian dari 150 cm hinggal 350 cm. tingkat
ketelitiannya hingga 1 cm.
b) Bubuk kapur.
91
c) Dinding sedikitnya tinggi 365 cm (12 feet)
c. Pelaksanaan :
a) Tester berdiri menyamping arah dinding, kedua kaki rapat,
telapak kaki menempel penuh di lantai, ujung jari tangan
yang dekat dinding dibubuhi bubuk kapur.
b) Satu tangan tester yang dekat ke dinding meraih ke atas
setinggi mungkin, kaki tetap menempel di lantai, catat
tinggi raihannya pada bekas ujung jari tengah.
c) Tester meloncat ke atas setinggi mungkin dan menyentuh
papan, lakukan 3 kali loncatan, catat tinggi loncatannya
pada bekas ujung jari tengah.
d) Posisi awal ketika meloncat adalah telapak kaki tetap
menempel di lantai, lutut ditekuk, tangan lurus agak di
belakang badan.
e) Tidak boleh melakukan awalan ketika akan meloncat ke
atas.
d. Penilaian :
a) Ukur selisih antara tinggi loncatan dan tinggi raihan.
b) Nilai yang diperoleh tester adalah selisih yang terbanyak
antara tinggi loncatan dan tinggi raihan dari ketiga loncatan
yang dilakukan.
Gambar 3.4 Vertical Jump
Sumber : Frank M. Verducci, 1980: 247
92
4) Kecepatan: Tes Lari 30 meter
a. Tujuan pelaksanaan tes untuk mengukur kecepatan
b. Alat dan perlengkapan
a) Blangko
b) Lapangan
c) Stopwatch
d) Alat tulis
c. Standar Operasional Prosedur (SOP) tes lari cepat 30 meter
a) Peserta tes bersiap (berdiri) di belakang garis star
dengan teknik star berdiri.
b) Pada aba-aba “siap”, subjek dengan star berdiri
bersiap untuk berlari secepat-cepatnya menempuh
jarak 30 meter.
c) Bersamaan aba-aba “ya” peserta tes berlari secepat-
cepatnya menempuh jarak 30 meter.
d) Kecepatan lari peserta tes dihitung mulai dari aba-aba
“ya” dibunyikan (stopwatch dihidupkan) sampai
peserta tes menginjak garis finish.
e) Waktu tempuh masing-masing peserta tes dicatat
sampai dengan satuan sepersepuluh detik (0,1 detik),
tetapi bila memungkinkan akan lebih baik atau teliti
jika dicatat samapai dengan satuan perseratus detik
(0,01 detik).
f) Peserta tes harus melakukan tes sebanyak dua kali, tes
kedua dilaksanakan setelah melakukan istirahat
secukupnya dimana denyut nadi sudah mendakti
normal, atau paling tidak setelah diselingi oleh satu
subjek lainnya.
g) Data yang dianalisis adalah data kecepatan lari yang
terbaik, jadi dari dua kali tes diambil waktu yang
tekecil.
93
h) Data kecepatan tersebut selanjutnya dikonversikan ke
dalam kriteria atau norma kecepatan. Selengkapnya
dideskripsikan di dalam tabel berikut ini.
Gambar 3.5 Lari 30 meter
Sumber : Asisten Deputi Sentra Keolahragaan Deputi Bidang Pembudayaan
OLahraga Kemenpora, 2013: 13
Tabel 3.4 Norma Komponen Kecepatan dengan Tes Lari 30 Meter
No Norma Prestasi Putra (Detik)
Prestasi Putri (Detik)
1 Baik Sekali 3.58 – 3.91 4.06 – 4.50
2 Baik 3.92 – 4.34 4.51 – 4.96
3 Sedang 4.35 – 4.72 4.97 – 5.40
4 Kurang 4.73 – 5.11 5.41 – 5.86
5 Kurang sekali 5.12 – 5.50 5.87 – 6.30
Sumber : Fenanlampir & Muhyi Faruq, 2015: 131
5) Daya Tahan kardiovaskular : Multistage Fitness Test (MFT) atau Beep Test
a. Tujuan : untuk mengukur kapasitas maksimal aerobik (VO2 Maks)
b. Perlengkapan :
a) Pita untuk lari bolak-balik.
b) Lintasan lari.
c) Mesin pemutar kaset (tape recorder) atau laptop.
94
d) Tempat (space) outdoor atau di dalam gedung
mempunyai ukuran jarak yang bermarka 20 meter
pada permukaan yang datar, rata dan tidak licin.
e) Stopwatch.
f) Kerucut pembatas atau patok.
g) Formulir
c. Pelaksanaan :
a) Pelaksanaan tes apabila dilaksanakan di luar gedung
(outdoor) sebaiknya tidak boleh lebih dari jam 11.00
karena faktor panas matahari akan berpengaruh pada
hasil tes.
b) Jalankan pita cadencennya atau laptop.
c) Instruksikan tester untuk lari kea rah yang berlawanan
dan sentuhkan satu kaki di belakang garis batas pada
saat terdengar bunyi “tuut”, apabila tester telah sampai
sebelum bunyi “tuut”, tester harus bertumpu pada titip
putar, menanti tanda bunyi, kemudian berlari ke arah
garis yang berlawanan agar supaya dapat mencapai
tepat pada saat tanda berikutnya berbunyi.
d) Pada akhir dari tiap menit interval waktu diantara dua
bunyi “tuut” makin pendek, oleh karena itu, kecepatan
lari makin bertambah cepat.
e) Tester harus dapat mencapai garis ujung pada waktu
yang ditentukan dan tidak terlambat. Tekankan kepada
tester agar berputar dan lari kembali, bukannya lari
membuat belokan melengkung, karena akan memakan
lebih banyak waktu.
f) Tiap tester terus berlari selama mungkin sehingga
tester tidak dapat lagi mengejar tanda bunyi “tuut”
dari pita rekaman. Kriteria untuk menghentikan tester
adalah apabila tester tertinggal tanda bunyi “tuut” dua
kali atau lebih dari dua langkah di belakang garis.
95
d. Penilaian : Catatan level pada shuttle terakhir yang dapat dilakukan
atau diselesaikan tester (dua kali tidak dapat menyelesaikan garis akhir
lintasan saat bunyi “tuut”), kemudian
Gambar 3.6 Multistage fitness Test
Sumber : http://www.tpfp.org/a_shuttle_clip_image002.jpg Minggu 23 Oktober
2016, Pukul 12.47.
Tabel 3.5 Norma Multistage fitness Test
Periode waktu standar
(detik)
Jarak lari
(meter)
Periode waktu standar
(detik)
Jarak lari
(meter)
55,0 18,333 61,5 20,500
55,5 18,500 62,0 20,686
56,0 18,666 62,5 20,833
56,5 18,833 63,0 21,000
57,0 19,000 63,5 21,166
57,5 19,166 64,0 21,333
58,0 19,333 64,5 21,500
58,5 19,500 65,0 21,666
59,0 19,666
59,5 19,833
60,0 20,000
60,5 20,166
61,0 20,333
Sumber : Muchsin Doewes & M. Furqon H, 1999: 10-11
6. Keseimbangan : Modified Bass Test of Dynamic Balance
a. Tujuan : Untuk mengukur keseimbangan dinamis.
b. Perlengkapan : Lantai yang datar, selotip, pita pengukur,
stopwatch.
c. Pelaksanaan : Untuk melaksanakan tes ini dibuatlah diagram
seperti gambar dibawah. Subjek dimulai dengan berdiri diam diatas
kaki kanan atau disebut titik awal, subjek kemudian melompat
http://www.tpfp.org/a_shuttle_clip_image002.jpg
96
ketanda pertama dengan kaki kiri dan mempertahankan sikap ini pada
posisi statis selama lima detik. Selama 5 detik, ia kemudian melompat
ke tanda kedua dengan mempertahankan sikap ini dengan posisi statis
selama lima detik. Setelah 5 detik, ia kemudian melompat ke tanda
dengan mempertahankan sikap ini dengan posisi statis selama lima
detik. Ini terus berlanjut dengan kaki bergantian melompat dengan
posisi statis selama lima detik pada setiap titik sampai dilewati. Pada
setiap titik, telapak kaki benar-benar harus menginjak setiap tanda pita
sehingga tidak dapat dilihat. Sebelum tes di mulai tester
diperbolehkan mencoba terlebih dahulu.
d. Penilaian : Hasil dicatat sebagai sukses atau gagal. Sebuah tes yang
sukses terdiri dari melompat kesetiap menandai pita dan dapat
bertahan selama 5 detik dengan posisi kaki yang lainnya tidak
menyentuh lantai da tetap dapat mejaga keseimbangan. Setiap dapat
melakukan lompatan dengan benar mendapat point 5, jika tidak dapat
melakukan gerakan sesuai ketentuan pelaksanaan maka tidak memiliki
nilai.
Gambar 3.7 Modified Bass Test of Dynamic Balance
Sumber : Widiastuti, 2011: 146
97
7. Koordinasi Mata Tangan: Pengukuran koordinasi mata tangan menggunakan
tes lempar tangkap bola tenis.
a. Tujuan : Mengukur koordinasi mata tangan.
b. Sasaran : Laki-laki dan perempuan
c. Perlengkapan : Bola tenis, tembok sasaran.
d. Pelaksanaan :
a) Bola dilempar dengan satu tangan dan di tangkap
dengan tangan yang lain.
b) Sebelum melakukan tes, boleh mencoba terlebih
dahulu sampai merasa terbiasa.
e. Penilaian :
a) Setiap lemparan yang mengenai sasaran dan
tertangkap tangan memeperoleh nilai.
b) Untuk memperoleh 1 nilai bola harus dilemparkan
dari arah bawah (under arm). Bola harus mengenai
sasaran. Bola harus dapat langsung tertangkap
tangan tanpa halangan sebelumnya. Orang coba
tidak beranjak atau berpindah keluar garis batas
untuk menangkap bola.
c) Jumlah nilai 10 lemparan pertama dan 10 lemparan
kedua. Nilai total yang mungkin dapat dicapai
adalah.
Gambar 3.8 Daerah untuk Tes Koordinasi Mata Tangan
Sumber : Ismaryati, 2006: 54
98
8. Kelincahan : T Test
a. Tujuan : Mengetahui kecepatan dan kelincahan
dalam mengubah arah.
b. Perlengkapan : meteran, stopwatch, kerucut/cone, kapur.
c. Pelaksanaan : mengatur 4 kerucut seperti pada gambar dibawah
ini. Subjek mulai berlari dari garis star A menuju ke titik B
dengan menyentuh tangan kanannya pada kerucut B, kemudian
berlari kearah kerucut C dan menyentuh kerucut dengan tangan
kiri stetlah itu berlari kearah D dan menyentuh keurutnya
dengan tangan kanan. Kembali ketitik B dengan menyentuh
kerucut dengan tangan kiri, kemudian menuju garis finish titik
A.
d. Penilaian : Tester gagal jika tangan tidak menyentuh dasar
kerucut, atau kerucutnya terseret. Waktu dicatat sampai 0,1 detik
Gambar 3.9 T.Test
Sumber : Widiastuti, 2011: 133
99
Tabel 3.6 Norma T Test
No Norma Males (Second) Females (second)
1 Excellent < 9.5 < 10.5
2 Good 9.5-10.5 10.5-11.5
3 Average 10.5-11.5 11.5-12.5
4 Poor > 11.5 > 12.5
Sumber : Widiastuti, 2011: 134
9. Kemampuan Pukulan Groundstroke Forehand Tenis Lapangan
a. Tujuan: untuk mengevaluasi kemampuan groundstroke
forehand pada permainan tenis. Reliabilitas diperoleh melalui
tes-rites. Personel: pada setiap lapangan diperlukan seorang
pencatat, seorang pelayan bola dan untuk tes forehand ada
seorang pengumpan bola.
b. Perlengkapan: raket tenis, bola tenis, pita pengukur, kapur
tulis atau pita pembatas, dua tonggak setinggi 7 kaki (untuk
setiap lapangan), tangga, keranjang tempat bola, tali dengan
penjang secukupnya untuk direntangkan selebar lapangan
tenis, kartu pencatat hasil dan ballpoint. Ruang: lapangan
tenis.
c. Persiapan: untuk tes groundstroke forehand, lapangan seperti
gambar di bawah. Seutas tali direntangkan di atas dan sejajar
dengan net setinggi 7 kaki dan daerah sasaran dibuat di antara
baseline dan garis servis. Tes groundstroke forehand: teste
menempatkan posisi menerima pada titik tengah dari
baseline. Pengumpan mengambil posisi diseberang net pada
perpotongan garis tengah dengan garis servis. Pengumpan
mengumpan bola kepada testi. Bola dijatuhkan sesudah garis
servis. Di izinkan mencoba lima pukulan. Banyaknya pukulan
sebanyak 14 bola. Bola pengembalian harus melalui net dan
tali, dan mendarat didaerah sasaran.
d. Skor: setiap pukulan 14 bola dikembalikan diskor 0-5,
tergantung bola mengenai pada sasaran. Bola yang melalui di
atas tali, tetapi jatuh pada daerah sasaran dihargai separo dari
100
harga sesungguhnya. Bola-bola yang jatuh di atas garis batas
diskor yang harganya lebih tinggi. Dari Hewwit (Frank M.
Verducci.1980: 349-350)
Gambar 3.10 Groundstroke Forehand Tenis Lapangan
Sumber : Mulyono Biyakto Atmojo, 2010: 86
Kemampuan Performance Rally Groundstroke Forehand Tenis Lapangan
Tujuan : Untuk menilai performance rally groundstroke
forehand tenis lapangan.
Validitas : Koefisiean validitas 0,84 untuk pemula dan 0,93
umtuk pemain intermediate diperoleh melalui korelasi
antara urutan hasil tes dengan urutan hasil pertandingan
kompetisi.
Realibilitas : Koefisien realibilitas 0,86 untuk pemula dan 0,90
untuk intermediate, di hitung melalui tes-rites.
Personil : Seorang diperlukan untuk menghitung jumlah
pukulan yang benar dari kedua pemain, dan dua orang
untuk menghitung kesalahan masing-masing pemain.
Perlngkepan : Raket tenis, bola tenis, stopwatch kartu skor dan
ballpoin, lapangan tenis.
101
Petunjuk pelaksanaan : Dua orang mahasiswa berkemampuan sama , siap di
belakang baseline masing- masinguntuk permainan
tunggal. Masing masing pemain menyiapkan dua buah
bola tenis di pihaknya. Stelah aba-aba “YA” seorang
pemaian memantulakn bola di belakang baseline dan
memukulkan ke arah lawan lawannya. Kedua pemain
m-rally bola selam 3 menit. Apabila bola menyangkut
di net atau keluar garis, salah satu pemain memulai
permainan dari belakang baseline. Apabila keempat
bola sudah dipergunakan semua maka mereka
bertanggung jawab untuk mengumpulkannya dan
meneruskan permainannya. Waktu rally di berikan
selama 3 menit. Di catat sebagai kesalahan apabila
seorang pemain memukul bola ke net atau keluar garis
pada setiap memulai permainan dari belakang baseline.
Dianggap gagal apabilatidak dapat memukul bola
melalui atas net selama rally, gagal melakukan start
kembali dari belakang baseline, menempatkan bola di
daerah permainan tunggal atatu gagal memukul bola
sebelum pantulan yang kedua. Bola yang jatuh di garis
batas permainan tunggal pada pantulan yang pertama
adalah sah. Bola yang mengenai net dan jauh di daerah
lawan permainan (inplay). Diperkenankan melakukan
pemanasan sebelum tes dimulai.
Skoring : Selama rally 3 menit, jumlah pukulan kedua
pemainan dihitung. Kesalahanyang dilakukan masing-
masing pemain dihitung. Skor final adalah jumlah
pukulan kedua pemain dikurangi keselahan masing-
masing pemain.
Norma : Tidak ada.
102
H. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis faktor
konfirmatori yaitu suatu teknik analisis faktor yang secara apriori berdasarkan teori dan
konsep yang sudah diketahui atau ditentukan sebelumnya (Gudono, 2012). Data akan
diolah menggunakan program SPSS Versi 23. Menurut Siswandari (2015: 153) Teknik
analisis faktor merupakan salah satu teknik pengelompokan (grouping technique)
dimana kelompok besar variabel akan dikurangi dengan menggunakan teknik tersebut
atau dengan kata lain sejumlah besar variabel dikelompokkan dalam sejumlah faktor
yang tentu saja jumlahnya lebih kecil. Dengan menghitung faktor loading atau koefisien
faktor atau nilai lamda (λi) yang serupa dengan nilai koefisien regresi βi yaitu factor
loding antara indikator X1 dengan faktor F1 yang terbentuk. Apabila nilai loading faktor
atau nilai lamda (λi) yang diperoleh lebih besar atau sama dengan setengah (λi ≥ 0,5)
atau dapat diuji dengan uji t, dan apabila variabel menunjukkan nilai signifikan berarti
variable X1 atau instrumen atau item tersebut sah untuk dijadikan sebagai anggota
faktor yang bersangkutan. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis faktor
konfirmatori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan proses analisis data dengan menggunakan metode analisis
faktor, terlebih dahulu dilakukan beberapa uji prasyarat statistik yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test, diolah menggunakan program SPSS Versi 23.
b. Uji Linearitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan
sudah benar atau tidak. Fungsi yang digunakan dalam suatu empiris sebaiknya
berbentuk linier, kuadrat atau kubik. Untuk uji linieritas regresi dalam penelitian ini
menggunakan fungsi “Compare Mean”, diolah menggunakan program SPSS versi
23.
2. Analisis Faktor dan Pengujian Hipotesis
Analisis faktor dalam penelitian ini digunakan untuk menerangkan hubungan
antara sejumlah perubahan-perubahan yang saling independen antara satu dengan yang
lain serta untuk mengetahui faktor-faktor dominan dalam menjelaskan suatu masalah.
103
Dalam penelitian ini variabel bebas yang dianalisis untuk mengetahui faktor dominan
penentu kemampuan groundstroke forehand tenis lapangan adalah Daya Tahan
Kardiovaskular, Power Otot Tungkai, Kecepatan, Kelincahan, Keseimbangan,
Koordinasi Mata tangan, Kekuatan Genggam, dan Fleksibilitas. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari koefisien korelasi masing-masing
prediktor, persamaan regresi Y atas masing-masing variabel prediktor, persamaan
regresi Y atas semua variabel prediktor secara bersama-sama dengan koefisien korelasi
ganda.
Adapun penghitungan dalam pengujian hipotesis sebagai berikut:
a. Kaiser-Meyer-Olkin and Bartlett’s test of sphericity
Angka KMO-MSA (Kaiser-Meyer-Olkin and Measure of Sampling
Adequacy) berkisar antara 0 sampai dengan 1 yang menunjukkan apakah
sampel bisa dianalisis lebih lanjut atau tidak. Apabila nilai KMO-MSA sama
dan lebih besar dari 0,5 dan dengan nilai signifikan (sig) atau peluang (p)
lebih kecil dari 0,5 maka dikatakan bahwa variabel-variabel yang dianalisis
dalam analisis faktor sudah layak untuk difaktorkan.
b. Anti-image correlation test
Nilai Anti-image correlation test adalah angka koefisien korelasi yang
berada pada off diagonal (nilai yang ditebalkan). Apabila nilai matriks anti
image correlation lebih kecil dari 0,5 maka variabel tersebut harus
dikeluarkan atau dieliminasi dari analisis faktor (nilai yang diberi tanda
dengan ª atau yang ditebalkan), sehingga variabel tersebut tidak layak untuk
dianalisis lebih lanjut.
c. Total variance explained test
Jumlah faktor bersama yang terbentuk adalah sebanyak variabel
penyusunnya atau dimensinya. Faktor bersama dengan nilai initial
enginevalue total yang ≥ 1, merupakan faktor yang mewakili sub-variabel
pembentuknyua. Sumbangan faktor bersama yang terbentuk dalam analisis
dapat dilihat dari nilai Total variance explained.
d. Communalities atau peranan faktor
Dalam komunaliti (Communalities) faktor yang terbentuk merupakan
satu kesatuan, sehingga peranan atau sumbangan masing-masing sub-
104
variabel merupakan penyusun terhadap faktor secara bersama. Nilaiinitial
mencerminkan peranan atau sumbangan kalau variabel penyusun faktor
secara individual membentuk faktor tersebut, sedangkan extraction
menjelaskan persentase peranan atau sumbangan masing-masing dimensi
atau sub-variabel penyusun faktor secara individual terhadap faktor.
e. Component matrix (dimensi penyusun faktor)
Apabila nilai komponen faktornya ≥ 0,5 berarti bahwa dimensi atau
sub-variabel pengukuran faktor tersebut merupakan anggota factor yang
terbentuk. Sebaliknya, jika nilai komponen faktor < 0,5 berarti bahwa
dimensi sub-variabel pengukuran bukan anggota faktor tersebut.
f. Component score coefficient matrix atau koefisien dimensi penyusun
faktor
Componenscore coefient matrix menekankan pada bentuk hubungan
atau model atau persamaan antara faktor dengan variabel penyusunnya.
Score coefient merupakan nilai konstanta yang serupa dengan koefisien
sregresi (βi) pada persamaan regresi berganda.