17
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian 3.1.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan selama bulan november hingga desember 2012. 3.1.2 Tempat Adapun tempat pelaksaan penelitian dalam hal ini dilaksanakan di SMPN 2 Walea Besar. 3.2 Populasi Dan Sampel 3.2.1 Populasi Menurut Darminto populasi merupakan bagian secara keseluruhan objek penelitian yang akan dikenai treatment dalam penelitian (Darminto:2011), sehingga itu yang akan di jadikan populasi target didalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMPN 2 Walea Besar serta populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas 8 yang secara umum berjumlah 67 dan tersebar di 2 kelas. 3.2.2 Sampel Sampel merupakan Bagian secara khususr dari keseluruhan populasi yang diberi treatment dalam penelitian, Arikunto (2002:115) mengemukakan tentang tetapan sampel sebagai berikut: “apabila jumlah populasi kurang dari 100, maka yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari populasi atau disebut sampel total, sedangkan apabila jumlah populasi lebih dari 150 maka hanya diambil 10%-15% atau 20%-25%. Agar diperoleh sampel yang representatif, seimbang dan sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing kelas populasi yang tersebar dalam 2 kelas, maka teknik sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat ...eprints.ung.ac.id/1513/8/2012-2-84202-411408009-bab3... · BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

3.1.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan selama bulan november hingga desember 2012.

3.1.2 Tempat

Adapun tempat pelaksaan penelitian dalam hal ini dilaksanakan di SMPN 2 Walea Besar.

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Darminto populasi merupakan bagian secara keseluruhan objek penelitian yang

akan dikenai treatment dalam penelitian (Darminto:2011), sehingga itu yang akan di jadikan

populasi target didalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMPN 2 Walea Besar serta

populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas 8 yang secara umum berjumlah 67 dan

tersebar di 2 kelas.

3.2.2 Sampel

Sampel merupakan Bagian secara khususr dari keseluruhan populasi yang diberi treatment

dalam penelitian, Arikunto (2002:115) mengemukakan tentang tetapan sampel sebagai berikut:

“apabila jumlah populasi kurang dari 100, maka yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari

populasi atau disebut sampel total, sedangkan apabila jumlah populasi lebih dari 150 maka

hanya diambil 10%-15% atau 20%-25%.

Agar diperoleh sampel yang representatif, seimbang dan sebanding dengan banyaknya

subjek dalam masing-masing kelas populasi yang tersebar dalam 2 kelas, maka teknik sampling

33

yang digunakan adalah Proporsional Random Sampling. Jadi banyaknya sampel yang diambil

dalam penelitian ini dapat ditentukan melalui perhitungan di bawah ini:

𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = 67% 𝑋𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖

𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =67

100𝑋 45

Sampel = 30,15 orang≈30 orang

3.3 Variabel Penelitian

a. Definisi Konseptual

Kemampuan spasial siswa adalah kemampuan untuk mengambarkan dalam pikiran bentuk

dari berbagai benda, bagaimana dimensi, koordinat, proporsi, pergerakan dan tekstur fisik dari

benda. Ini juga terkait dengan kemampuan untuk mengimajinasikan benda yang berotasi dalam

ruang, bergerak dalam halang rintang, dan melihat benda dalam perspektif tiga dimensi.

b. Definisi Operasional

Salah satu aspek dari kognisi adalah kemampuan spasial. Kemampuan spasial sebagai

konsep abstrak yang di dalamnya meliputi hubungan spasial (kemampuan untuk

mengamati hubungan posisi objek dalam ruang), kerangka acuan (tanda yang dipakai

sebagai patokan untuk menentukan posisi objek dalam ruang), hubungan proyektif

(kemampuan melihat objek dari berbagai sudut pandang), konservasi jarak (kemampuan

untuk memperkirakan jarak antara dua titik), representasi spasial (kemampuan untuk

mempresentasikan hubungan spasial dengan memanipulasi secara kognitif), rotasi mental

(membayangkan perputaran objek dalam ruang).

34

c. Kisi-kisi Instrumen Tes kemampuan Spasial

Langkah awal yang dilakukan dalam penyusunan instrumen kemampuan spasial dan

untuk mendapatkan tes yang sesuai dengan indikator dan materi yang akan diteliti, maka dibuat

kisi-kisi instrumen tes kemampuan spasial kisi-kisinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kemampuan

Spasial

Indikator Nomor Soal Ket

-Kemampuan

untuk mengamati

hubungan posisi

objek dalam

ruang

1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14 13 Nomor

Pengelompokkan

Gambar dalam

Ruang

15,9,16,17,18,19,20,21 8 Nomor

-kemampuan

mengidentifikasi

gambar dalam

ruang

22,23,24,25,26,27,28,29,30 9 Nomor

3.3.1 Variabel Hasil Belajar Matematika Siswa

Hasil belajar matematika siswa diperoleh melalui teknik dokumentasi. Dan yang akan

dijadikan dokumentasi adalah hasil ujian semester ganjil siswa kelas 8 SMP NEGERI 2 Walea

Besar tahun ajaran 2012 – 2013.

a. Definisi Konseptual

Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti

kemampuan pembelajaran matematika selama kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini meliputi ranah kognitif yang meliputi: ingatan,

pemahaman, dan penerapan terhadap materi pelajaran.

35

b. Definisi Operasional

Hasil belajar matematika adalah kemampuan siswa kelas 8 SMP NEGERI 2 Walea Besar

dalam menjawab soal ujian semester pada mata pelajaran matematika yang mencakup ranah

kognitif berupa ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

c. Kisi instrumen Tes hasil belajar matematika

adapun kisi-kisi untuk instrumen tes hasil belajar matematika khusus bangun ruang nampak

pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4 KISI-KISI INSTRUMEN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

No soal Indikator Butir soal Aspek

Kognitif

Jumlah Soal

1. Mendefinisikan jumlah rusuk bangun prisma,

jarring-jaring kubus

C1 3,4,19

2. Menerapkan rumus luas permukaan bola dalam

pemecahan masalah

C3 25

3. Menghitung luas sisi balok, selimut tabung,

kerucut

C2 2,10,16,17,20,21,27,29

4. Menghitung volume tabung, kerucut C2 7,8,15,28

5. Menghitung luas permukaan prisma dan sisi

tabung, limas,kulit bola

C2 6,9,13,14,21,25

6. Menghitung volume limas, bola C2 11,12,26

7. Menghitung panjang jari-jari bola jika

diketahui volume bola

C2 22

8. Menghitung luas sisi kubus C2 1

9. Menentukan tinggi prism, kerucut, bola C3 5,18,30

36

3.4 Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui

berapa besar hubungan kemampuan spasila siswa terhadap hasil belajar matematika . Untuk itu

metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan

korelasional.

3.5 Desain Penelitian

Keterangan:

X : variabel bebas, (Kemampuan spasial siswa)

Y : variabel teikat, (hasil belajar matematika)

r : koefisien korelasi

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data kemampuan spasial peserta didik dan data hasil belajar

matematika. Pengumpulan masing-masing data diatas dilakukan dengan menggunakan instrumen

tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengetahuan awal dan hasil belajar

mata pelajaran matematika pada lampiran 4

1.1.1. Variabel Kemampuan spasial siswa

Aturan skoring harus ditentukan dalam pengembangan spesifikasi. Pengukuran adalah

pemberian angka pada objek-objek atau kejadian-kejadian menurut aturan Kerlinger (dalam

r

X Y

37

Purwanto, 2011: 89) dan aturan scoring menjadi aturan mengubah gejala kualitatif menjadi

ukuran kuantitatif. Misalnya

1. Pada sebuah tes, bila seorang peserta menjawab benar dalam sebuah butir diberikan skor

1 (satu) dan bila salah 0 (nol). Bila kemungkinan menebak tidak diperhitungkan maka

kesalahan menjawab tidak dikenakan denda, sebaliknya dikenakan denda,

Sebelum Tes diedarkan nantinya pada anggota sampel, terlebih dahulu Tes diuji kesahian

dan keterandalannya. Pengujian ini adalah sebagai pemenuhan syarat validitas dan reliabilitas.

Dmana validitas menyatakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrmen, sedangkan reabilitas menunjukkan pada suatu pengetahuan bahwa suatu instrumen

cukup dapat diercaya untuk dapat digunakan dalam pegumpulan data.

Pengujian validitas tes lebih ditiitk beratkan pada uji kesejajaran skor antara iitem dengan

skor total dari item. Penilaian validitas tes dilakukan dengan analisis rasional, dimana yang

menjadi tolak ukur penilaian bukanlah ukuran skor atau ukuran statistik, melainkan suatu yang

lebih bersifat kualitatif. Dalam analisis ini yang dijadikan tola ukur adalah indikator-indikator

yang ada.

Untuk menghitung validitas instrument tes kemampuan spasial dengan menggunakan

rumus Korelasi Poin Biserial adalah

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = 𝑋𝑖−𝑋𝑡

𝑆𝑡 𝑝𝑖

𝑞𝑖

(Arikunto, 2002: 144)

keterangan :

38

rpbis = koefisien korelasi

Mp = rata-rata skor subjek yang menjawab benar

Mt = rata –rata skor subjek yang menjawab salah

St = Simpangan baku skor total

p = proporsi jawaban yang benar terhadap semua jawaban

q = proporsi jawaban yang salah terhadap semua jawaban (q = 1-p)

kriteria pengujian

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka korelasi signifikan item dinyatakan valid.

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka korelasi tidak signifikan item dinyatakan tidak valid.

Sedangkan pengujian realibilitas angket digunakan rumus KR20 yakni:

𝑟11 = 𝑛

𝑛 − 1

𝑠𝑡2 − ∑𝑝𝑞

𝑠𝑡2

(Purwanto, 2011:169)

Dimana,

r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir soal

p = proporsi jawaban benar pada butir tes tertentu

= 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

𝑁

q = proporsi jawaban salah pada butir tes tertentu

= 1-p

𝑠𝑡2 = varians total instrument

Kriteria koefisien reliabilitas berdasarkan patokan menurut J.P Guilford sebagaimana

yang dikutip Sulistyowati dalam Muhsin (2011: 27) adalah sebagai berikut:

39

𝑟 < 0,20 : tingkat reliabilitas sangat rendah

0,21 ≤ 𝑟 < 0,40 : tingkat reliabilitas rendah

0,41 ≤ 𝑟 < 0,70 : tingkat reliabilitas sedang

0,71 ≤ 𝑟 < 0,90 : tingkat reliabilitas tinggi

0,91 ≤ 𝑟 < 0,100 : tingkat reliabilitas sangat tinggi

Tabel 3.3 kisi –kisi Instrumen Kemampuan Spasial

Kemampuan

Spasial

Indikator Nomor Soal Ket

-Kemampuan untuk

mengamati hubungan

posisi objek dalam

ruang

1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,

14

13 Nomor

Pengelompokkan

Gambar dalam Ruang

15,9,16,17,18,19,20,21 8 Nomor

-kemampuan

mengidentifikasi

gambar dalam ruang

22,23,24,25,26,27,28,29,30 9 Nomor

3.6 Hasil Uji Coba Lapangan

a. Pengujian Validitas Butir

Uji coba instrument kemampuan spasial siswa dilaksanakan pada 30 orang responden pada

siswa SMPN Negeri 2 Walea Besar kelas VII tahun pelajaran 2011-2012. Instrument ini berisi

30 butir soal. Tes kemampuan Spasial berbentuk pernyataan dilengkapi dengan 2 alternatif

jawaban, yaitu yang salah di beri skor 0 dan yang benar diberi skor 1

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel For

Windows 2007, dari 30 butir yang diujikan kepada 30 siswa (responden) diperoleh 23 butir soal

yang dinyatakan valid tersebut adalah butir 1,2,4,6,7,9,10,12,13, 14, 16, 17, 18, 19 ,20, 21, 23,

24. 26, 27, 28, 29, 30 Hasil perhitungan disajikan pada lampiran 2.

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

40

Pengujian reliabilitas instrument kemampuan spasial , setelah butir yang tidak valid

dihilangkan menggunakan formula KR 20 dengan bantuan program Microsoft Excel For

Windows 2007. Dari hasil perhitungan diperoleh reliabilitas sebesar 0.91. Sesuai dengan criteria

pengujian maka perangkat instrument kemampuan spasial siswa memiliki tingkat kepercayaan

yang tinggi.

Dengan memperhatikan hasil pengujian validitas dan reliabilitas empirik, maka 23 butir

pernyataan kemampuan spasial siswa dinyatakan memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai

instrument penelitian. Hasil perhitungan disajikan pada lampiran 3.

Kemampuan

Spasial

Indikator Nomor Soal Ket

-Kemampuan untuk

mengamati hubungan

posisi objek dalam

ruang

1,2,4,6,7,10,12,13,14 9 Nomor

Pengelompokkan

Gambar dalam Ruang

9,16,17,18,19,20,21 7 Nomor

-kemampuan

mengidentifikasi gambar

dalam ruang

23,24,26,27,28,29,30 7 Nomor

41

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang akan diperoleh pada penelitian nanti dianalisis dengan menggunakan teknik

analisis statistik yaitu statistik deskriptif dan inferensial.

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Dimana analisis deskriptif dilakukan untuk menyajikan data setiap veriabel dalam besaran-

besaran statistik sepeerti rata-rata (mean), nilai tengah (modus), dan sebagainya. Sedangkan

analisis inferensial digunakan untuk menguju hipotesis penelitian. Sebelum pengujian hipotesis

secara inferensial, maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu pengujian

normalitas galat regresi.

3.7.2 Uji Normalitas Galat Regresi

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas

galat regresi dengan menggunakan uji Lilliefors (Sudjana, 2002:467). Uji normalitas galat

regresi dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data dari populasi sebagai syarat

untuk uji hipotesis. Hipotesis statistic yang diuji dinyatakan sebagai berikut:

H0 : populasi galat taksiran berdistribusi normal

H1 : populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika 𝐿0 ≤ 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan tolak H0 jika 𝐿0 > 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

pada taraf nyata α yang dipilih.

Melaksanakan perhitungan normalitas regresi Y dan X dengan menggunakan uji lilliefors

dengan tahapan sebagai berikut:

1) Pengamatan X1, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku z1, z2,z3,…,zn, dengan menggunakan

rumus 𝑧 = 𝑋𝑖−𝑋

𝑆

2) Untuk bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi normal baku.

42

3) Menghitung proporsi z1,z2,…,zn yang lebih kecil atau sama dengan zn

4) Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka

𝑆 𝑧𝑖 =𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎𝑧1, 𝑧2,… ,≤ 𝑧𝑖

𝑛

5) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya.

6) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Harga

tersebut dinamakan L0. Jika L0 ≤ Ldaftar maka galat regresi berdistribusi normal, dan

sebaliknya, jika L0> Ldarftar maka galat regresi tifak berdistribusi normal.

3.7.3 Analisis Statistik Inferensial

1. Uji Signifansi Dan Linearitas Regresi

uji signifikansi dan liniearitas regresi dilakukan untuk mengukur derajat keeratan

hubungan, memprediksikan besarnya arah hubungan antar variabel, serta meramalkan besarnya

variabel terikat jika variabel bebas diketahui.

a. Menetapkan persamaan, yakni sebagai berikut

Persamaan umum regresi liniear,

𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋 (Riduwan , 2010:145)

Dimana:

𝑌 = Subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan

a = Nilai kosntanta harga Y jika X = 0

b =Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan

(+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

43

Harga a dan b dapat dicari dengan rumus:

𝑎 = ∑𝑌𝑖 ∑𝑋𝑖

2 − ∑𝑋𝑖 ∑𝑋𝑖𝑌𝑖

𝑛 ∑𝑋𝑖2− ∑𝑋𝑖

2 (Riduwan , 2010:145)

𝑏 =𝑛 ∑𝑋𝑖𝑌𝑖− ∑𝑋𝑖 ∑𝑌𝑖

𝑛 ∑𝑋𝑖2− ∑𝑋𝑖

2 (Riduwan , 2010:145)

Dengan:

a = Konstanta

b = Koefisien korelasi arah regresi

∑𝑋𝑖 = Jumlah nilai kemampuan spasial

∑𝑌𝑖 = Jumlah nilai hasil belajar

∑𝑋𝑖2 = Jumlah kuadrat kemampuan spasial

∑𝑋𝑖𝑌𝑖 = Hasil kali antara nilai kemampuan spasial dengan hasil belajar

b. Menguji signifikansi regresi (menguji keberartian koefisien arah regresi)

Untuk menguji keberartian arah regresi 𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋, menggunakan uji Fisher dengan

rumus sebagai berikut:

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 (𝑏\𝑎)

𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 (Riduwan, 2010:97)

Dimana:

𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 (𝑏\𝑎) = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 𝑏\𝑎 = 𝑏 ∑𝑋𝑌 − ∑𝑋 ∑𝑌

𝑛 dan

𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠

(𝑛 − 2)

44

Keterangan:

𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 𝑏\𝑎 = rata-rata jumlah kuadrat regresi b|a

𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 = rata-rata jumlah kuadrat sisa

𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 𝑏\𝑎 = jumlah kuadrat regresi b|a

𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 =∑𝑌2 − 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 𝑏\𝑎 = rata-rata jumlah kuadrat sisa

𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔 (𝑎) = ∑𝑌 2

𝑛= jumlah persamaan kuadrat regresi

Hipotesis yang diuji:

H0 : model regresi tidak signifikan/berarti

H1 : model regresi signifikan/berarti

Kriteria pengujian:

Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk)

pembilang 1 dan sk penyebut = n - 2 maka regresi signifikan, dalam hal lain tidak signifikan.

c. Menguji Linieritas persamaan regresi (keliniearan regresi)

Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel X dan variabel Y apakah

benar-benar liniear. Hubungan antara kedua variabel tersebut dinyatakan oleh persamaan regresi

dengan batas-batas keliniearan dan keberartian sebagaimana terdapat pada penjelasan rumus di

bawah ini:

Menggunakan uji Fisher dengan rumus

𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅𝐽𝐾 𝑇𝐶

𝑅𝐽𝐾𝐸

Dimana:

𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 =𝐽𝐾𝑇𝐶

𝑘−2

𝑅𝐽𝐾𝐸 =𝐽𝐾𝐸

𝑛−𝑘

45

𝐽𝐾𝐸 = ∑ ∑𝑌2 − ∑𝑌 2

𝑛 𝑘

𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 − 𝐽𝐾𝐸

Hipotesis yang diuji:

H0 : model regresi tidak berbentuk linear

H1 : model regresi berbentuk linear

Kriteria pengujian:

Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H1 diterima, dalam hal lain H1 ditolak pada taraf signifikan α

= 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang k - 2 dan dk penyebut = n – k.

2. Uji Hipotesis

a. Menghitung koefisien korelasi

Untuk mencari hubungan antara 2 variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung

korelasi antar variabel yang akan diari hubungannya, (Sugiyono, 2009:224). Korelasi merupakan

angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih. Dimana

arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan

dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan rumus

berikut untuk menghitung koefisien korelasi.

𝑟𝑥𝑦 =∑𝑥𝑦

∑𝑥2𝑦2 (Sugiyono, 2009:228)

Dimana:

𝑟𝑥𝑦 = korelasi antara variabel X dan variabel Y

𝑥 = 𝑥𝑖 − 𝑋

𝑦 = 𝑦𝑖 − 𝑦

46

𝑟𝑥𝑦 =𝑛 ∑𝑥𝑖𝑦𝑖− ∑𝑥𝑖 ∑𝑦𝑖

𝑛 ∑𝑥𝑖2− ∑𝑋𝑖

2 𝑛 ∑𝑦𝑖2− ∑𝑌𝑖

2 (Sugiyono, 2009:228)

Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 = koefisien korelasi antara skor kemampuan spasial siswa dengan hasil

belajar matematika

X = nilai tabel kemampuan spasial siswa

Y = nilai tabel hasil belajar matematika

n = jumlah sampel

Nilai r adalah: | r | ≤ 1 atau -1, yang bermakna:

r = 0 : tidak ada hubungan/pengaruh antara variabel X dengan Y

r = 1 : hubungan/pengaruh positif sempurna antara variabel X dan Y

r = -1 : hubungan/pengaruh negative sempurna antara variabel X dengan Y

Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang diperoleh besar atau

kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan seperti pada tabel berikut.

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup Tinggi

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

(Riduwan,2010:110)

47

b. Menghitung koefisien determinasi

Menghitung koefisien determinasi (r2) dimaksudkan untuk melihat tingkat keeratan

hubungan antara variabel kemampuan spasial siswa (X) dengan hasil belajar (Y). rumus yang

digunakan adalah:

Koefisien determinasi = r2 x 100%

c. Menguji signifikansi koefisien korelasi (menguji keberartian hubungan)

Langkah-langkah yang digunakan untuk menguji keberartian koefisien korelasi adalah

sebagai berikut:

1. Menentukan pasangan hipotesis yang diuji

H0 : koefisien korelasi tidak signifikan / berarti

H1 : koefisien korelasi signifikan / berarti

2. Uji T

Untuk menguji keberartian korelasinya. Pengujian sinifikasi koefisien korelasi dapat

dihitung dengan uji t yang rumusnya:

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑟 𝑛−2

1−𝑟2 (Sugiyono, 2009:230)

Keterangan:

thitung = nilai t

r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah sampel

48

Kriteria pengujian:

Jika thitung ≥ ttabel maka tolak H0 artinya signifikan

Jika thitung ≤ ttabel maka terima H0 artinya tidak signifikan

Hipotesisi statistik

H0 : 𝜌 ≤ 0

H1 : 𝜌 > 0

Keterangan

𝜌 = koefisien korelasi populasi antara kemampuan spasial siswa terhadap hasil

belajar matematika siswa

H0 =tidak terdapat hubungan antara kemampuan spasial siswa denagn hasil

belajar matematika siswa

H1 = terdapat hubungan antara kemampuan spasial siswa dengan hasil belajar

matematika siswa