55
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Tinjauan pustaka yang dibahas pada penelitian ini adalah penelitian sebelumnya tentang museum, peran, dan fungsinya yang dianggap relevan, terutama yang berhubungan dengan daya tarik wisata berupa museum sebagai daya tarik wisata budaya. Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan rujukan serta dipakai sumber untuk menemukan konsep-konsep yang terkait dengan penelitian ini. Tinjauan pustaka tersebut diuraikan sebagai berikut ini, 2.1 Penelitian tentang Museum di Bali Dinamika daya tarik wisata telah berubah dengan cepat khususnya pada pariwisata budaya yang menjadikan museum sebagai daya tarik. Museum sebagai daya tarik wisata diharapkan mampu berkontribusi terhadap pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa museum dapat diukur oleh pertumbuhan positif pengunjung yang datang ke sebuah museum. Usaha mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan berkaitan erat dengan tercapainya harapan para pengunjung terhadap berbagai faktor yang dipertimbangkan oleh para pengunjung terhadap museum sebagai daya tarik wisata budaya. Berikut dipaparkan beberapa penelitian yang berkaitan erat dengan museum, baik yang ada di luar negeri maupun di dalam negeri. 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

  • Upload
    domien

  • View
    239

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL

PENELITIAN

Tinjauan pustaka yang dibahas pada penelitian ini adalah penelitian

sebelumnya tentang museum, peran, dan fungsinya yang dianggap relevan,

terutama yang berhubungan dengan daya tarik wisata berupa museum sebagai

daya tarik wisata budaya. Hasil-hasil penelitian tersebut selanjutnya dijadikan

rujukan serta dipakai sumber untuk menemukan konsep-konsep yang terkait

dengan penelitian ini. Tinjauan pustaka tersebut diuraikan sebagai berikut ini,

2.1 Penelitian tentang Museum di Bali

Dinamika daya tarik wisata telah berubah dengan cepat khususnya pada

pariwisata budaya yang menjadikan museum sebagai daya tarik. Museum sebagai

daya tarik wisata diharapkan mampu berkontribusi terhadap pembangunan

pariwisata yang berkelanjutan. Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

museum dapat diukur oleh pertumbuhan positif pengunjung yang datang ke

sebuah museum. Usaha mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan

berkaitan erat dengan tercapainya harapan para pengunjung terhadap berbagai

faktor yang dipertimbangkan oleh para pengunjung terhadap museum sebagai

daya tarik wisata budaya. Berikut dipaparkan beberapa penelitian yang berkaitan

erat dengan museum, baik yang ada di luar negeri maupun di dalam negeri.

21

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

22

Penelitian terkait museum sebagai daya tarik wisata di Bali, tergolong

masih sedikit. Penelitian tentang museum yang pernah dilakukan oleh Dinas

Pariwisata Provinsi Bali (2011) tentang analisa pasar wisatawan mancanegara

pengunjung museum mencatat bahwa persoalan utama yang dihadapi dalam

menganalisis pasar wisata museum-museum di Bali adalah keterbatasan data

komprehensif. Data yang berhasil dihimpun kurang lengkap, tidak menyeluruh,

dan kurang akurat. Beberapa museum besar, pengelolaannya tampak profesional

namun data kunjungannya tidak tersedia dengan lengkap sehingga menimbulkan

pertanyaan dan keraguan terhadap keberlanjutannya sebagai daya tarik wisata

budaya. Data yang tersedia juga kurang terklasifikasikan berdasarkan negara asal

wisatawan. Klasifikasi terkadang dibuat dalam dua kategori yaitu wisatawan

manca negara dan wisatawan domestik. Ada juga museum yang datanya tersedia

penuh dalam rentang waktu tertentu tetapi sulit digunakan untuk membuat

perbandingan dengan museum lain yang datanya tersedia secara fragmentaris.

Hasil penelitian Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2011) tersebut, juga

mencatat bahwa kunjungan wisatawan ke museum-museum di Bali dari tahun

2000-2009 secara umum menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini cukup

memprihatinkan karena tidak sejalan dengan kecenderungan umum jumlah

kedatangan wisatawan ke Bali yang terus meningkat terutama pasca-tragedi bom

Bali 2002 dan 2005. Pada tahun 2010, angka kunjungan wisatawan mancanegara

ke Bali melebihi angka dua juta orang, mestinya jika angka kunjungan wisatawan

ke Bali meningkat, angka kunjungan ke museum semestinya meningkat pula.

Statistik angka kunjungan yang tersedia kenyataannya menunjukkan bahwa

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

23

kecenderungan umum yang ada, pertumbuhan angka kunjungan wisatawan ke

Bali tidak dirasakan atau tidak tampak pada peningkatan kunjungan museum-

museum di Bali. Angka kunjungan ke museum-museum di Bali secara umum

relatif kecil. Angka yang ada menunjukkan bahwa rata-rata kunjungan wisatawan

ke sebuah museum di bawah 10 ribu per tahun. Kalau dibagi ke dalam 365, berarti

dalam sehari sebuah museum kira-kira memperoleh kunjungan sekitar 30 orang.

Jumlah ini tentu saja sedikit sekali dan tidak mungkin dapat memberikan

pendapatan bagi pengelola museum untuk biaya operasi dan perawatan museum.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2011) juga mencatat bahwa angka

kunjungan ke museum ditentukan oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor

internal berkaitan dengan kualitas koleksi museum, suasana dan kenyamanan

ruang pameran, pelayanan, fasilitas umum buat pengunjung, serta popularitas

museum. Faktor eksternal adalah akses lalu-lintas ke lokasi museum. Wisatawan

mengunjungi museum tentulah disebabkan oleh rasa ingin tahu untuk menikmati

koleksi museum, untuk menikmati karya master piece yang mungkin hanya ada di

museum tersebut. Semakin bermutu, unik, otentik koleksi museum semakin kuat

daya tariknya memikat pengunjung. Semakin popular atau terkenal sebuah

museum, semakin kuat juga daya tariknya memikat pengunjung. Ada museum

yang memberikan pengunjung segelas minuman penyambutan yang ongkosnya

sudah termasuk dalam harga tiket. Pelayanan seperti ini telah membuat kesan

yang positif pada pengunjung dan bisa menjadi dasar untuk pengalaman

mendalam ketika menyimak atau menyaksikan koleksi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

24

Catatan lain dari hasil penelitian Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2011)

adalah wisatawan Jepang yang berkunjung ke Bali merupakan wisatawan yang

paling dominan berkunjung ke museum-museum di Bali. Data yang ada

menunjukkan paling tidak mereka menempati urutan pertama dalam jumlah angka

kunjungan ke tiga museum utama di Bali yaitu Museum Bali, Museum Neka, dan

Museum Puri Lukisan. Selain karena faktor internal museum (kualitas koleksi,

pelayanan, fasilitas) dan eksternal (lokasi dan ruang parkir), kehadiran dalam

jumlah tinggi wisatawan Jepang ke museum-museum di Bali juga terjadi karena

faktor-faktor berikut.

Pertama, karakter wisatawan Jepang yang senang berkunjung ke museum.

Di negeri mereka sendiri, mereka juga mengunjungi museum dan tempat-tempat

bersejarah. Kebiasaan ini sudah terjadi sejak anak-anak sekolah. Kedua, kehadiran

wisatawan Jepang di Bali dalamg grup-grup yang perjalanan ke museum sudah

merupakan paket yang dirancang biro perjalanan.

Analisis pasar wisatawan yang berkunjung ke museum Bali oleh Dinas

Pariwisata Provinsi Bali (2011) memberikan implikasi terhadap dua hal. Pertama,

perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan informasi mengenai museum ke

dalam materi promosi pariwisata kepada wisaatwan yang gemar berkunjung ke

museum. Termasuk dalam negara asal pasar pariwisata ini adalah negara-negara

di benua Eropa seperti Jerman, Belanda, dan Perancis, sedangkan untuk di negara

Asia adalah Jepang dan Korea. Kedua, bagi negara pasar wisatawan yang

wisatawannya relatif rendah berkunjung ke museum saat berlibur ke Bali, fakta ini

bisa dijadikan alasan untuk melakukan evaluasi apakah hal itu terjadi karena

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

25

promosi museum masih belum dilaksanakan dengan baik dan optimal.

Peningkatan promosi museum di pasar wisata mancanegara diharapkan dapat

meningkatkan minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke museum saat

berlibur di Bali. Hal penitng bisa dilakukan adalah dengan mengajak biro

perjalanan atau travel agent luar negeri untuk berkunjung ke museum ketika

mereka melakukan familiarization trip ke Bali. Kalau mereka mengenal museum,

besar kemungkinan mereka akan menjual, atau menawarkan ke dalam paket

wisata yang mereka tawarkan.

Jumlah museum di Bali terus bertambah termasuk yang didirikan terakhir

adalah Museum Marketing yang lokasinya dalam areal Museum Puri Lukisan

Ubud. Dalam museum ini dipamerkan audio visual perusahaan-perusahaan

internasional yang sudah menerapkan sistem Marketing 3.0, yaitu sistem

marketing yang tidak saja berusaha menjual barang dan memuaskan konsumen

tetapi juga memperhatikan aspek spiritual. Bertambahnya museum di Bali berarti

bertambah pula tenaga promosi Bali ke dunia internasional karena setiap museum

berusaha melakukan promosi atas propertinya sendiri yang dengan sendirinya

juga memperomosikan kekayaan seni dan keindahan alam Bali. Namun demikian,

promosi dengan strategi khusus menjadikan museum sebagai menu utama dalam

promosi pariwisata juga perlu dilakukan, antara lain bekerja sama dengan

museum-museum besar di dunia, terutama di negara-negara pasar utama

pariwisata Bali. Pada tahun 2011, ada dua museum terkemuka dunia yang

menggelar pameran Bali, yaitu Asian Arts Museum di San Fransisco dengan tajuk

"Bali: Art, Ritual, Performance" dan Hornimaan Museum London dengan judul

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

26

'Bali: Dancing for the Gods'. Yang kedua memamerkan kekayaan seni budaya

Bali selama hampir setahun, diisi dengan beberapa pentas kesenian Bali. Pameran

ini bukan saja memperkenalkan kesenian Bali tetapi sekaligus juga berarti penting

bagi promosi pariwisata Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya. Promosi

seperti ini perlu dilakukan secara terus menerus dengan sistem kolaborasi

sehingga keterbatasan dana tidak menjadi hambatan. Kualitas, pengelolaan dan

keunikan beberapa museum di Bali dapat dikatakan tidak kalah dengan museum

internasional, oleh karena itu mengundang biro perjalanan ke museum akan

membuat mereka terpikat untuk menawarkan museum kepada calon wisatawan di

negerinya.

Penelitian tentang museum di Bali oleh Mardika (2001) yang mengambil

studi kasus di Museum ARMA menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya

budaya lebih banyak menekankan perspektifnya dari sudut budaya sehingga

ditemukan pemanfataannya sebagai sumber daya budaya. Pemanfaatan museum

sebagai sumber daya budaya dalam upaya pelestarian sumber daya pada Museum

Arma menerapakan model “subsidi silang” yang mengintegrasikan unsur-unsur

budaya lokal dengan budaya global. Model integratif ini dapat diamati dari

mekanisme pengelolaan museum Arma, baik di bidang pengelolaan koleksi,

sumberdaya manusia, keuangan, dan bidang pemasarannya. Dalam pengelolaan

koleksi, Museum Arma melakukan integrasi aspek-aspek seni budaya, seperti

unsur seni visual, seni pertunjukan, seni kehidupan dan lingkungannya, dikemas

menjadi satu kesatuan yang utuh berciri khas Arma. Demikian juga sistem

pengelolaan yang memadukan museum dengan unit usaha berorientasi profit

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

27

(seperti hotel, restaurant, café, warung kopi, serta gallery) ternyata dapat saling

memberikan kontribusi di bidang sumber daya manusia, sumber daya keuangan

dan pemasarannya. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih terfokus

pada pengelolaan museum sebagai daya tarik wisata dari lima museum yang ada

di kawasan Ubud serta kajian penelitian yang lakukan jauh lebih luas yakni dari

perspektif pengelola dan wisatawan.

2.2 Penelitian tentang Museum di Luar Bali

Berikut dipaparkan beberapa penelitian terkait museum yang dilakukan di

luar Bali, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Markovic., et al

(2013: 201-216) di Kroasia tentang investigasi terhadap kualitas layanan museum.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur harapan para pengunjung dan

persepsinya terhadap layanan yang telah diterima. Pada akhir penelitian tersebut,

dipaparkan perbedaan antara harapan dan kualitas layanan museum di Kroasia.

Kajian yang mendasari penelitian Markovic., et al (2013: 201-216) adalah kajian

terhadap kepuasan konsumen yang termasuk teori dasar perilaku konsumen.

Menurutnya analisis kepuasan konsumen penting untuk dilakukan karena

persaingan antara destinasi pariwisata semakin ketat, harapan para pengunjung

semakin meningkat, dan persaingan antara daya tarik wisata selain museum juga

semakin ketat. Penelitian tersebut mencatat bahwa harapan pengunjung yang

paling tinggi adalah harapan terhadap kebebasan akses terhadap koleksi museum

yang berarti pula bahwa pengunjung tidak berharap adanya larangan untuk

melihat, mengambil gambar, dan mungkin juga harapan-harapan lainnya. Para

pengunjung juga berharap untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

28

pameran terhadap koleksi museum. Jika dilihat dari persepsi para pengunjung,

para pengunjung yang usia lanjut mendapatkan banyak kesulitan untuk mengakses

koleksi museum. Namun, jika dilihat dari penggunaan teknologi pada museum,

mendapatkan persepsi yang cukup tinggi sebagai faktor penting untuk memikat

para pengunjung. Secara keseluruhan, terdapat perbedaan antara persepsi dan

harapan pengunjung. Harapan pengunjung lebih tinggi daripada persepsi sehingga

dapat dikatakan bahwa pengunjung belum puas terhadap layanan yang diberikan

oleh pengelola museum di Kroasia. Pada analisis faktor yang telah dilakukannya,

terbentuk lima faktor penting yang menentukan para pengunjung mengunjungi

sebuah museum. Lima faktor tersebut terdiri atas (1) fasilitas museum, (2)

aksesibilitas, (3) penampilan dan pameran, (4) empati para pengelola, dan (5)

komunikasi dan informasi untuk para pengunjung.

Pratminingsih dan Soedijati (2014) menyatakan bahwa museum tidak

hanya berupa tempat untuk memajang benda-benda yang dilestarikan namun

sebenarnya menyediakan informasi tentang banyak hal berkaitan dengan

kebesaran sebuah budaya masa lalu, mendidik, dan menghibur para pengunjung.

Mirip dengan penelitian Markovic., et al (2013) bahwa keberlanjutan daya tarik

wisata berupa museum dapat diukur berdasarkan pertumbuhan jumlah

pengunjung. Kreativitas pengelola menjadi penting untuk dapat memikat para

pengunjung datang berkunjung. Penelitian yang dilakukan oleh Pratminingsih

dan Soedijati (2014) berlokasi di Kota Bandung pada tiga buah museum yang

melibatkan 500 pengunjung sebagai responden. Analisis yang digunakan adalah

analisis kinerja layanan dan korelasi. Hasil analisis yang telah dilakukannnya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

29

menunjukkan terdapat hubungan positif antara kualitas layanan dan kepuasan

terhadap loyalitas pengunjung. Hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa

faktor daya tanggap dan empati adalah faktor yang paling memperngaruhi

kepuasan para pengunjung. Hasil penelitian yang telah dilakukannnya

mengindikasikan bahwa saat ini, khususnya di Bandung, daya tarik wisata berupa

museum bukanlah daya tarik yang populer bagi para wisatawan. Para pengelola

museum dapat meningkatkan jumlah kunjungan jika mereka mampu

meningkatkan kualitas layanan khususnya faktor daya tanggap dan empati

terhadap para konsumennya.

Ozer., et al (2013) pada penelitian yang telah dilakukannya di Turki yang

meneliti tentang perbandingan harapan para pengunjung museum menunjukkan

bahwa terdapat lima faktor yang menentukan para pengunjung datang ke sebuah

museum. Lima faktor tersebut terdiri atas (1) perhatian dan empati, (2) impresi

budaya, (3) ketenangan, (4) nilai sejarah, dan (5) nilai uang. Responden yang

dilibatkan pada penelitiannya terdiri dari 163 wisatawan domestik dan 184

wisatawan asing. Delapan puluh persen menyatakan bahwa faktor informasi

tentang Mevlana telah menjadi penentu mereka berkunjung, sedangkan 57%

ditentukan oleh informasi tentang Mevleviyeh. Ada dua sisi yang berbeda antara

wisatawan domestik dan wisatawan asing. Wisatawan domestik menganggap

bahwa empati dan impresi budaya sebagai faktor penentu jika dibandingkan

dengan wisatawan asing. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor

empati adalah faktor penentu para wisatawan mengunjungi sebuah museum

sebagai daya tarik wisatawan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

30

Chan., et al (2014) pada penelitiannya tentang museum budaya sebagai

penggerak baru bisnis di Hong Kong menjelaskan bahwa museum telah menjadi

daya tarik yang diharapkan mampu meningkatkan fungsinya berkontribusi dalam

peningkatan ekonomi dan pariwisata di Hong Kong. Penelitiannya menggunakan

pendekatan kualitatif untuk melakukan investigasi tentang museum budaya

sebagai produk pariwisata. Hasil penelitiannya mengindikasikan bahwa telah

terjadi dikotomi antara museum-museum dan pariwisata yang diatur oleh

kebijakan sektor museum di Hong Kong. Dikotomi terjadi pada museum-

museum milik pemerintah yang lebih banyak menuntup diri untuk bekerjasama

dengan sektor pariwisata sehingga sulit untuk dijadikan bagian dari daya tarik

wisata di Hongkong. Kebanyakan museum pemerintah di Hong Kong telah

mendapat pendanaan yang memadai dari pemerintah, sehingga para pengelolanya

belum menganggap penting menjadikan museum sebagai daya tarik wisata hanya

tujuan mendapatkan keuntungan ekonomi saja. Chan., et al (2014) memberikan

saran untuk melakukan pemotongan anggaran/pendanaan terhadap museum

pemerintah sehingga para pengelola museum akan perlu menjadikan museum

sebagai daya tarik wisata untuk keberlanjutan museum itu sendiri dan

pembangunan pariwisata Hong Kong yang mengusung tema pariwisata budaya.

Wickhama dan Lehman (2015) pada penelitiannnya tentang sektor

museum di Australia menemukan bahwa keberlanjutan komunikasi praktis

memegang peranan penting pada organisasi sektor warisan budaya. Menurutnya,

pariwisata warisan budaya terdiri atas sosial, alam, museum seni, bangunan

bersejarah, situs dan tempat bersejarah, desa, dan kompleks industri, dan lainnya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

31

Keberlanjutan museum sebagai daya tarik wisata menurut Wickhama dan Lehman

(2015) terdiri atas (1) museum itu sendiri yang termasuk didalamnya ketenaran,

fasilitas dan infrastrukturnya. (2) Jumlah dan variasi koleksi museum. (3) para

pengelolannya termasuk para pengawai yang bekerja dan melayani para

pengunjung. (4) pengelolaan lingkungan. Empat faktor tersebut mestinya

terintegrasi dengan baik untuk keberlanjutan museum sebagai organisasi sektor

warisan budaya khususnya untuk mendukung sektor pariwisata di Australia.

Yulianto (2010:73-88) pada penelitiannya tentang kepuasan pengunjung

museum menjelaskan bahwa sebagai lembaga pelestarian benda-benda budaya,

museum tidak saja berfungsi sebagai pusat informasi, namun sekaligus sebagai

media edukatif-kultural bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, maka sarana

pelayanan masyarakatnya yang utama adalah sistem pengelolaan yang baik

dengan pusat perhatian pada: (1) registrasi koleksi yang sistematis serta mudah

ditelusuri dan dirujuk silang; (2) teknik dan metode perawatan yang dapat

diandalkan; dan (3) program pameran yang terarah sesuai dengan tujuan-tujuan

yang harus ditetapkan untuk kurun-kurun waktu tertentu (Rosyadi 1991;

Sedyawati 1996 dalam Yulianto 2010), sehingga terjadi hubungan fungsional

yang akrab antara petugas dengan koleksi museum. Menurutnya, ada dua kata

kunci dalam pemanfaatn museum, yaitu: (1) jasa, dan (2) pelayanan. Kualitas jasa

akan berubah-ubah tergantung pada interaksi antara karyawan dan pelanggan,

pengharapan mereka dibentuk oleh pengalaman masa lalu, kabar dari mulut ke

mulut dan iklan perusahan jasa. Pengunjung museum seyogyanya diperlakukan

sebagai pelanggan (customer) yang merupakan penggerak utama dalam perubahan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

32

museum. Hal ini juga turut memberi sumbangan pada perubahan paradigma dari

collection oriented menjadi visitor oriented. Menurut Irawan (dalam Yulianto

2010), terdapat lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu: (1) tangible karena suatu

pelayanan yang tidak bisa dilihat, dicium, diraba atau kemampuan perusahaan

dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal; (2) reliability yang

mengukur kehandalan kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang

terbaik sesuai yang dijanjikan secara akurat dan percaya; (3) responsiveness yaitu

harapan pelanggan atau tanggapan suatu kemampuan untuk membantu dan

memberikan palayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, kesigapan dan

ketulusan dalam menjawab pertanyaan atau permintaan pelanggan,

menyampaikan informasi yang jelas; (4) assurance yang merupakan keramahan

atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan sopan santun kemampuan para

pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada

museum; dan (5) emphaty yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya

memahami keinginan pelanggan. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan pelanggan, Yulianto (2010) menemukan beberapa faktor sebagai

berikut ini: (a) fitur produk dan jasa, (2) emosi pelanggan, (3) atribusi untuk

keberhasilan atau kegagalan jasa, (4) persepsi terhadap kewajaran dan keadilan

(equity and fairness), dan (5) pelanggan lain, keluarga, dan rekan kerja.

Temuan hasil penelitian tentang museum di atas menunjukkan bahwa

menjaga kualitas layanan museum adalah hal yang penting sehingga mampu

menjadi daya tarik wisata budaya yang bekelanjutan. Pemanfaatan museum

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

33

modern sebagai daya tarik wisata budaya yang ada di Ubud seperti: The Blanco

Renaissance Museum, Museum Puri Lukisan, Agung Rai Museum of Art

(ARMA), Museum Rudana, dan Neka Art Museum. Kelima museum ini

merupakan museum modern yang telah dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata

budaya. Penelitian yang dilakukan ini terkait dengan persepsi pengunjung

museum modern yang interpretatif, komunikatif dan kreatif karena penelitian

yang dilakukan pada museum-museum tersebut terdapat interpretatif karya

pelukis-pelukis terkenal yang merupakan bagian dari koleksi (Lukisan Arie Smit,

Lempad, dan Walter Spies). Karya-karya pelukis tersebut merupakan pelukis-

pelukis ternama yang merupakan koleksi pada museum Neka. Pada beberapa

museum seperti Museum Agung Rai dan Rudana juga memamerkan karya-karya

baru Young Artist yang merupakan karya para pelukis muda yang ada di Ubud

yang juga mengisi pameran pada sudut-sudut pamer tertentu pada kurun waktu

tertentu.

Paparan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan

museum mengindikasikan bahwa permasalahan yang mendesak untuk dituntaskan

terkait keberlanjutan museum sebagai daya tarik wisata budaya. Indikasi lainnya

adalah berhubungan dengan telah terjadinya dinamika harapan pengunjung

terhadap eksistensi museum sebagai daya tarik wisata. Faktor kepuasan

pengunjung telah menjadi indikator yang baik untuk mengukur keberlanjutan

museum karena faktor kepuasan diukur berdasarkan tingginya harapan

pengunjung dibandingkan dengan kinerja yang telah ditunjukkan oleh para

pengelola museum. Berdasarkan paparan hasil penelitian terkait museum tersebut

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

34

di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan telah memiliki bahan

komparasi yang layak secara ilmiah.

2.3 Konsep

Konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beberapa pengertian

dasar yang secara langsung terkait dengan topik penelitian. Konsep yang

dijelaskan untuk mendapat gambaran ruang lingkup penelitian ini meliputi

pemanfaatn museum sebagai daya tarik wisata budaya.

2.3.1 Kawasan Pariwisata

Definisi konseptual kawasan pariwisata pada penilitian ini adalah kawasan

strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah

administrasi Ubud yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata,

aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta

aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan

kepariwisataan.

Definisi konseptual tersebut di atas dirujuk dari Peraturan Daerah Provinsi

Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali

Tahun 2009-2029, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 55 bahwa kawasan

pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu

atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi

daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan

fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling

mendukung dalam perwujudan kepariwisataan. Berdasarkan Peraturan Daerah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

35

tersebut, dalam Lampiran XV. a tentang sebaran dan cakupan geografis kawasan

pariwisata, Provinsi Bali memiliki 16 kawasan pariwisata. Ubud merupakan

kawasan pariwisata yang terdaftar dalam urutan ke-5 terletak di Desa Ubud,

Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.

2.3.2 Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata pada penelitian ini adalah museum yang dibangun dan

dikelola serta diperuntukkan untuk para wisatawan yang berwisata di Kawasan

Ubud. Definisi konseptual ini diadopsi dari beberapa rujukan diantaranya undang-

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang

kepariwisataan, dan definisi para pakar pariwisata.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 (1)

daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan

nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan; (2) menurut

Yoeti (2001), daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering

digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk

mengunjungi suatu daerah tertentu. Lebih lanjut menurut Yoeti (2006) secara

garis besar terdapat empat kelompok yang menjadi daya tarik bagi wisatawan

yang mengunjungi suatu negara sebagai suatu daerah tujuan wisata yaitu : (1)

natural attraction, yang termasuk dalam kelompok ini adalah pemandangan alam,

pantai, laut, danau, air terjun, kebun raya, agrowisata, gunung berapi serta flora

dan fauna, (2) Build Atraction, yaitu bangunan dengan arsitektur yang menarik,

seperti rumah adat, bangunan kuno dan bangunan modern, (3) Cultural Atraction,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

36

yaitu diantaranya peninggalan sejarah (historical heritage), ceritera rakyat

(folklore), kesenian tradisional, museum, upacara keagamaan, festival kesenian,

(4) Social Attraction, yaitu tata cara kehidupan suatu masyarakat (the way of life),

ragam bahasa (languages), upacara perkawinan dan upacara keagamaan lainnya.

Pendit (2003) menyatakan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu

yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Jadi berdasarkan ketiga

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu

yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan

wisatawan datang ke suatu daerah tertentu. Menurut Leiper (2006:17) daya tarik

wisata adalah keistimewaan atau karakteristik suatu tempat yang formasinya

difokuskan pada suatu kesenangan atau menarik perhatian wisatawan.

Menurut Cooper (1993:80-81) menyatakan unsur-unsur yang menentukan

keberhasilan suatu daerah tujuan wisata ditentukan oleh faktor 4 A’S yaitu: (1)

Attractions (daya tarik wisata) yang meliputi daya tarik alam dan buatan; (2)

Accessibilties (kemudahan untuk mencapai akses) seperti tersedianya transportasi

baik darat, laut, udara maupun lokal serta sarana dan prasarana pendukungnya, (3)

Amenities (fasilitas pendukung); tersedianya kualitas akomodasi, restoran,

hiburan, jasa keuangan dan keamanan, serta jasa lainnya, (4) Ancilliary Services

(jasa pendukung) dalam bentuk institusi (local organization) seperti Destination

Management Organization (DMO), baik yang disediakan oleh pemerintah

maupun swasta termasuk di dalamnya ketentuan dan perundangan-undangan

tentang kepariwisataan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

37

2.3.3 Museum sebagai Daya Tarik Wisata

Walaupun sebenarnya terdapat definisi lainnya tentang museum, yang

dimaksud museum sebagai daya tarik wisata adalah museum yang dibangun dan

dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata budaya serta diperuntukkan untuk para

wisatawan yang berwisata di Kawasan Ubud. Museum-museum yang dimaksud

pada penelitian ini adalah (1) Museum ARMA, (2) Museum Blanco, (3) Museum

Neka, (4) Museum Puri Lukisan, dan (5) Museum Rudana.

Museum adalah lembaga yang diperuntukkan untuk masyarakat umum.

Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan

warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau

hiburan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum

adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan

benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya

guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Sedangkan menurut Intenasional Council of Museum (ICOM), museum adalah

sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani

masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat,

menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan

lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995, museum

bertugas untuk menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi

museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum mempunyai dua

fungsi besar yaitu: (1) Sebagai tempat pelestarian, museum wajib melaksanakan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

38

kegiatan yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan

koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi. Perawatan, yang meliputi

kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi. Pengamanan, yang

meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau

kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia. (2) Sebagai sumber informasi,

sehingga museum melakukan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan

penyajian. Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional,

ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyajian wajib tetap memperhatikan aspek

pelestarian dan pengamanannya.

2.4 Teori

Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori manajemen museum,

pemasaran, dan daya tarik wisata budaya.

2.4.1 Manajemen Museum

Manajemen menurut Leiper, 1990 (dalam Pitana, 2009:80), merujuk pada

seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, atau

bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-

fungsi manajemen tersebut meliputi: planning (perencanaan), directing

(mengarahkan), organizing (termasuk coordinating), dan controlling

(pengawasan). Follet, 1960 (dalam Pitana, 2009:80) menekankan bahwa

koordinasi merupakan fungsi utama dan terpenting yang harus dipisahkan dan

memerlukan pembahasan sendiri. Fungsi koordinasi merujuk kepada fungsi

seorang manajer untuk menerjemahkan sebuah informasi, seperti perencanaan dan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

39

pengawasan, dan mengaplikasikan informasi tersebut secara sistematis ke dalam

semua fungsi manajerial yang diterjemahkan secara nyata dalam kegiatan

pengarahan (directing), perencanaan (planning), dan pengawasan (controlling).

Pengelolaan sebuah organisasi digambarkan dalam suatu struktur organisasi,

dimana bagian-bagian dalam struktur organisasi tersebut memiliki tugas, fungsi

dan wewenang masing-masing yang saling berkaitan dan saling membutuhkan

sebagai satu kesatuan yang terintegritas. Teori manajemen dalam penelitian ini

dipergunakan untuk mengetahui pengelolaan museum sebagai daya tarik wisata di

kawasan Ubud.

Moore (2000:1-13) menyatakan bahwa fokus manajemen saat ini tentang

museum adalah untuk meningkatkan perannya berdasarkan apa yang ingin

dicapai, dan bagaimana untuk dapat merealisasikannya secara efektif. Dari sisi

perspektif manajemen, tantangannya berupa peluang sebagai suatu ancaman.

Sementara kebanyakan museum selalu tergantung terhadap public funding dan

pengurangan pendanaan memberi pengaruh yang buruk. Penekanan pada

pendekatan efisiensi dalam penggunaan public funds melalui manajemen yang

lebih efektif. Dengan hal yang sama, pemberian layanan dapat memberikan

keuntungan dalam perbaikan kualitas dan harga terhadap pelanggan. Pada

berbagai kasus, perkembangan menuju contract culture tidak begitu banyak

sebagai hasil dari perubahan politik yang merupakan suatu kekuatan ekonomi,

merefleksikan perubahan yang lebih luas dalam dunia kerja yang akan

memberikan pengaruh terhadap museum. Manajemen yang benar dapat

memungkinkan museum untuk menghentikan peluang-peluang, tidak hanya untuk

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

40

dapat hidup dalam era penuh tantangan, melainkan sejahtera di masa depan.

Terdapat manajemen museum yang paling efektif saat ini untuk mengambil

kesempatan-kesempatan ini, bila tidak bagaimana hal ini dapat berkembang.

Untuk menjawab tantangan ini, sangat bermanfaat pertama-tama untuk

memperhitungkan perkembangan manajemen dalam museum. Secara tradisional,

dulunya museum tidak dikelola sama sekali tetapi teradministrasi. Posisi seperti

manajer sebelumnya tidak pernah digunakan sebagai suatu title job pada museum.

Dalam hal pengelolaan museum terdapat beberapa metode pengelolaan

antara lain: (1) peran pelaksanaan, (2) manajemen koleksi (3) manajeman program

umum, (4) manajemen akomodasi dan (5) manajeman keuangan (Lord, dan Barry

Lord, 2000:47-158). McKinsey (dalam Moore, 2000:7) menyatakan bahwa

pengenalan terhadap manajemen museum terstruktur dalam bentuk 7-S framework

(kerangka kerja) yang terdiri dari tujuh elemen yang saling terkait: (1) shared

values (nilai-nilai yang disepakati), (2) strategy (strategi), (3) staff (staf), (4) skills

(ketrampilan), (5) style (gaya), (6) structure (struktur), dan (7) system (sistem)

yang merupakan hal-hal penting pada manajemen yang baik (management

excellent). McKinsey (dalam Sabardi, 2008:39) menyatakan bahwa keseluruhan

7-S tersebut adalah Budaya Korporat yang berintikan nilai-nilai yang disepakati

bersama oleh semua anggota organisasi, kemudian dijabarkan melalui Strategy

(strategi), Structure (struktur), System (sistem), Style (gaya), Staff (staf) dan

Skills (ketrampilan) ke dalam program-program organisasi. Apabila 7-S tersebut

merupakan pedoman, maka keserasian tercapai jika untuk semua posisi panah

mengacu pada arah yang sama. Di dalam keadaan demikian organisasi tersebut

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

41

berposisi organized. Apabila posisinya tidak demikian disebut disorganized.

Kedua istilah ini digunakan untuk mengemukakan bahwa organisasi dan struktur

bukanlah hal yang identik. Organisasi mencakup konsep yang lebih luas.

Dalam manajemen diperlukan proses. Proses yang harus dilakukan oleh

seorang manajer, yaitu : (1) planning (perencanaan), meliputi pemilihan misi dan

tujuan organisasi serta cara terbaik untuk mencapainya, (2) organizing

(pengorganisasian), yaitu proses membagi pekerjaan, pengalokasian sumber daya,

dan pengaturan serta koordinasi untuk melaksanakan rencana, (3) leading

(kepemimpinan), adalah mempengaruhi anggota organisasi agar mereka

memberikan kontribusi terhadap tujuan kelompok dan organisasi, (4) controlling

(pengendalian), adalah pengukuran dan perbaikan unjuk kerja individu dan

organisasi (Wiludjeng, 2007:8-9).

Gambar 2.1 Fungsi Manajemen

Sumber: Wiludjeng (2007:9)

PLANNING Setting performance

Objectives and deciding how to achieve them

ORGANIZING Arranging tasks, people,and other

resources to accomplish the work

CONTROLLING Measuring performance

and taking action to ensure desired results

LEADING Inspiring people to work hard to achieve high performance

THE MANAGEMENT PROCESS

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

42

2.4.2 Fungsi Museum

Aktivitas berkaitan dengan museum saat ini makin meluas sebagai akibat

dari terjadinya perubahan cara pandang dan persepsi terhadap keberadaan

museum. Pada awalnya aktivitas berkaitan dengan museum hanya berpusat pada

koleksi, namun dalam perkembangannya aktivitas museum lebih dipusatkan pada

masyarakat. Museum tidak lagi sekedar menjadi tempat penyimpanan benda

langka, melainkan sebagai sebuah institusi kebudayaan yang melayani masyarakat

(Magetsari, 2008). Dengan demikian, museum mulai mengembangkan dirinya

menjadi institusi yang lebih terbuka bagi masyarakat.

2.4.2.1 Fungsi Pendidikan

Menurut Ambrose dan Paine, (2006) perubahan aktivitas museum juga

membuat misi pendidikan museum mengalami perubahan. Selama ini fungsi

pendidikan museum berperan untuk menyampaikan pendidikan kepada anak-

anak, namun dengan perkembangan dan perubahan jaman, museum juga mesti

dapat menyampaikan misi pendidikannya kepada semua lapisan masyarakat.

Museum tidak lagi sekedar menjadi tempat untuk mendidik masyarakat, tetapi

menjadi tempat pembelajaran, yang termasuk di dalamnya tempat di mana

pengunjung dapat memperoleh pengalaman yang berharga dari perkunjungannya.

Peran museologi baru kemudian mendasari peran museum sebagai suatu

lembaga yang melayani masyarakat dengan memusatkan perhatian pada

pengembangan hubungan timbal balik antara museum dengan masyarakat

(Magetsari, 2008). Bagi dunia pendidikan, keberadaan museum tidak dapat

dipisahkan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya, dan lingkungannya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

43

Museum merupakan wahana untuk mengabdikan dan mendokumentasikan

aktivitas-aktivitas maupun peristiwa-peristiwa dan benda-benda bersejarah. Agar

terjadi hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara museum dengan

masyarakat, pengelolaan museum perlu diatur dengan prinsip pengelolaan yang

mampu menyampaikan berbagai macam informasi dan pengalaman kepada

pengunjungnya.

Belajar di museum merupakan salah satu cara belajar yang memberikan

pengalaman langsung kepada pengunjung, karena di museum pengunjung dapat

belajar pada obyek dan informasi yang ada. Benda-benda yang ada di museum

merupakan benda yang dapat dilihat dan sebagian diantaranya dapat dipegang

atau diraba, sehingga pengunjung dapat mengerti secara tepat tentang yang

dipelajarinya secara langsung. Kontribusi yang diberikan oleh museum dalam

fungsi pendidikan ini adalah menyediakan kesempatan bagi pengunjung untuk

belajar langsung dari obyek, menstimulasi rasa keingintahuan dan ketertarikan

mereka, mengenalkan cara belajar dengan menggunakan indera dan persepsi

melalui pengalamannya, serta mendukung belajar secara mandiri (Beer, 1994).

2.4.2.2 Fungsi Komunikasi

Menurut Eilean Hooper - Greenhill, (1996), salah satu perbedaan antara

museum tradisional dengan museum baru adalah bahwa pada museum tradisional

terjadi proses komunikasi searah, sedangkan pada museum baru lebih

menekankan terjadinya proses komunikasi timbal balik. Jika perbedaan itu

ditelusuri, maka dapat dilihat dua ciri yang terdapat pada museum tradisional,

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

44

yaitu: (1) penyajian koleksinya masih secara transmisi searah, bukan komunikasi

dua arah, dan (2) berkonsentrasi kepada koleksi.

Untuk berkomunikasi dengan para pengunjungnya, museum

menggunakan berbagai cara, yakni menetapkan kerjasama dengan media lokal

dan nasional, membangun jaringan pendukung lokal dan nasional, bisnis,

pendidikan dan komunikasi budaya, dan penggunaan berbagai teknik pemasaran,

Museum juga dapat membuat aktivitas program yang diorganisir oleh museum

tetapi dilaksanakan di tempat umum seperti pusat perbelanjaan, sekolah, atau

rumah sakit (Plant,1992). Beberapa museum menggunakan unit-unit mobil yang

membawa koleksi-koleksi dan kegiatan ke perusahaan, perumahan, tempat

bermain di sekolah, bazar atau konser. Beberapa museum juga mempunyai

koleksi-koleksi pinjaman yang tersedia dari sekolah-sekolah dan lembaga lain

(Greenhill,1996).

2.4.2.3 Fungsi Pembelajaran Konstruktivis

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat pada

era globalisasi ini membawa perubahan yang radikal. Perubahan itu telah

berdampak pada setiap aspek kehidupan, termasuk pada sistem pendidikan dan

pembelajaran. Dampak dari perubahan yang luar biasa itu adalah dengan

terbentuknya “komunitas global” yang tiba lebih cepat dari yang diperhitungkan.

Revolusi informasi telah mengakibatkan dunia baru yang benar-benar menjadi

kenyataan (Gasong, 2007). Dalam pandangan konstruktivis, peran edukator di

museum adalah memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan

diskusi, yang dihubungkan dengan pengalaman konkret. Dalam konteks edukasi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

45

di museum, dengan didasarkan pada paragdima konstruktivis, museum atau

edukator dapat bertindak sebagai fasilitator. Walaupun demikian, pihak museum

dapat menggunakan cara didaktik sebagai aspek lain dalam hubungannya dengan

publik (Greenhill, 1994).

2.4.3 Pemasaran Museum

Neil., et al (1998:219-263) menyatakan bahwa dalam pemasaran museum

dan hal-hal yang terkait dalam mendukung pemasaran antara lain: (1) advertising,

(2) image dan branding building, (3) public relation, (4) pemasaran langsung

(direct marketing and sales). Advertising dapat dikatakan sebagai suatu

representasi non-personal dalam bentuk pembayaran dan promosi produk, jasa,

ide atau organisasi oleh sponsor tertentu. Advertising atau periklanan dapat

menambahkan nilai usaha-usaha suatu museum dalam beberapa hal, yaitu: sebagai

suatu pembangunan image museum dalam waktu jangka panjang (institutional

advertising), membangun suatu koleksi khusus (product advertising), desiminasi

informasi tentang even khusus (classified advertising atau pengumunan tentang

pembentukan anggota baru (promotional advertising) yang dapat dijabarkan

sebagai berikut ini:

2.4.3.1 Periklanan

Museum memasang iklan pada media cetak (koran) dan majalah pada bill-

board, radio dan sewaktu-waktu memasang di televisi. Museum juga mencetak

brosur, mail letters (surat elektronik), melakukan komunikasi melalui telepon

untuk berkomunikasi dengan anggota. Periklanan merupakan media komunikasi

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

46

memberikan mereka yang memasang iklan memberikan mereka keuntungan:

mendapatkan sebuah kontrol tingkat tinggi dalam isi pesan dan media yang

dipilih, begitu pula dengan pengawasan terhadap penjadwalan terhadap pesan

(iklan). Pada kenyataannya periklanan merupakan pemberitahuan kepada umum

tentang standar dan legitimasi dari produk yang diiklankan. Pada museum

periklanan bisanya ditangani oleh marketing personel yang bekerjasama dengan

agen periklanan. Dalam pengembangan program periklanan yang efektif

melibatkan beberapa hal: (1) menetapkan tujuan daripada iklan, (2) menentukan

anggaran periklanan, (3) merancang pesan (disigning the message), (4)

menentukan media, (5) menentukan waktu pemunculan pada media dan (6)

mengevaluasi keefektifan dari iklan tersebut.

2.4.3.2 Pencitraan dan Membangun Branding

Sebuah Museum atau perusahaan lainnya dapat menentukan piranti apa

yang dipergunakan untuk melakukan komunikasi dan promosi sebaiknya

memiliki sebuah pencitraan atua pesan tertentu tentang suatu produk, jasa,

pengalaman yang akan dipomosikan. Citra ini harus merupakan sesuatu yang akan

mendapat tanggapan dari pelanggan, menarik atau menimbulkan suatu keinginan

membeli atau berpartisipasi di dalamnya. Citra suatu produk, jasa atau perusahaan

(yang biasa disebut dengan brand image) merupakan suatu cara untuk menarik

perhatian dan membangun kepercayaan terhadap produk tersebut.

Dalam membangun pencitraan tersebut yang bermanfaat sebagai piranti

komunikasi dan informasi, tercakup di dalamnya suatu simbol visual atau logo

dan pesan/message, yang dituangkan ke dalam sebuah slogan atau tag line yang

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

47

secara keseluruhan dapat menarik perhatian. Image tersebut sebaiknya dikemas

secara sederhana, langsung, menarik, penting dan mudah diingat.

2.4.3.3 Kehumasan

Pemasaran dengan kehumasan atau marketing Public Relations (PR)

merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program yang

mendorong pembelian dan kepuasan pelanggan melalui kredibilitas komunikasi

informasi dan kesan yang mengidentifikasikan produk dan kepentingan,

keinginan, kepedulian, dan ketertarikan dari masyarakat. Tugas public relations

adalah untuk membentuk, menjaga, atau mengubah perilaku masyarakat terhadap

produk. Dapat dikatakan bahwa public relations merupakan sebuah fungsi

pengelolaan untuk melanjutkan dan merancang suatu pencitraan melalui suatu

cara bagaimana perusahaan mendapatkan keunggulan dan memelihara pengertian

simpati dan dukungan dari para pelanggan.

Seorang PR dalam museum, berhadapan langsung dengan anggota,

donatur, dimana museum sangat tergantung dalam pemerolehan pendapatan

(income). Tugas-tugas seorang PR pada museum antara lain: (1) sebagai image

PR terkait dengan revitalisasi citra museum dan membangun citra dari

kepercayaan pelanggan. (2) routine PR. Seorang PR memerlukan rutinitas usaha

dari hari ke hari untuk mempromosikan museum dan koleksinya, pamerannya,

event-eventnya, dan programnya. Memperkenalkan produk baru dengan cara

menulis artikel di media tentang pameran yang akan datang. Merupakan hal yang

penting untuk membangun daya tarik penjualan tiket sebelum pameran

berlangsung serta WOM (word of mouth) sebagai suatu cara untuk

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

48

menyebarluaskan berita tentang pameran yang akan dilaksanakan. (3) crisis PR

bertujuan untuk memproteksi museum dan pengelolaannya, staff, keanggotaan

secara luas dari publisitas yang dapat mengurangi pencitraan, reputasi dan

dukungan terhadap museum. Hall tersebut membantu museum untuk

mengantisipasi dan dapat menangani secara strategis dengan media stakeholders

(pemangku kepentingan) bila suatu masalah serius muncul.

2.4.3.4 Pemasaran Langsung

Pemasaran dilakukan melalui surat elektronik, tele-marketing, dan

personal contact sering lebih efektif dalam memupuk kerja sama dengan patron,

donatur, anggota dan pengunjung. Penjualan melalui komunikasi personal telah

berhasil dengan baik dilakukan dari waktu ke waktu, dan dengan piranti

telekomunikasi, surat elektronik dna berbagai aplikasi dari database pelanggan,

jangkauan teknik pemasaran langsung hampir tak terbatas. Pemasaran langsung

memberikan beberapa keuntungan dengan berbagai modus komunikasi, antara

lain: (1) prospect selectivity, (museum dapat mengirim sebuah surat kepada bukan

pengunjung, kepada pengunjung yang sering datang, surat lainnya kepada para

pendonor baru dan masih ada juga pendonor-pendonor lainnya), (2)

personalization, (museum dapat menyesuaikan pesan-pesan dari orang atau

kelompok yang berbeda), (3) relationship building, (museum dapat membangun

hubungan yang lebih kuat dengan setiap pengunjung dan anggota), (4) timing,

(museum dapat merancang waktu pemasaran langsung secara lebih meyakinkan

dibandingkan dengan iklan untuk menjangkau prospek pada momen terbaik), (5)

attention, (materi pemasaran langsung museum menerima keterbacaan lebih

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

49

tinggi dibandingkan dengan iklan karena hal tersebut ditujukan langsung kepada

prospek yang lebih tertarik), dan (6) research opportunities, (museum dapat

menguji alternatif media pemasaran langsung dan pesan-pesan untuk mengetahui

pendekatan yang paling efektif).

Di samping teori pemasaran dari Kotler dan Kotler (1998) tentang

Museum Strategy and Marketing, tulisan Bradford (dalam Moore, 2000:41-50)

tentang a new framework for museum marketing juga dipakai acuan teori dalam

penelitian ini, menyatakan bahwa terdapat beberapa katagori yang penting dalam

kajian museum dan menetapkan ciri-ciri yang penting bagi kurator yang berhasil.

Katagori tersebut mengacu pada tiga orientasi penting dalam aktivitas museum

yang berhasil, antara lain: (1) pengelolaan museum, (2) reputasi museum, dan (3)

hubungannya dengan patron. Istilah patron dipergunakan untuk seseorang yang

menyediakan dana bagi museum. Hal ini termasuk pemerintah setempat, grant

awarding body atau a paying visitor. Salah satu ciri dari katagori tersebut adalah

pemisahan antara siapa yang menetapkan reputasi museum (audience) dari

mereka yang menyediakan dana (pemerintah, sponsor, funding agencies, dan

benefactors).

Dalam membangun reputasi dengan pengunjung sangatlah penting. Hal ini

tidak perlu untuk meyakinkan pendanaan dan kesuksesan finansial khususnya

pada museum yang tidak mengenakan tiket masuk. Hal ini merupakan kontras

langsung terhadap consumer good sector di mana reputasi yang baik di antara

pelanggan dan penjualan yang tinggi merupakan pondasi bagi kesuksesan

finansial. Bagi museum-museum yang dikaji, kesuksesan finansial paling tidak

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

50

dalam hal viabilitas sangat tergantung terhadap kelompok patron. Hal ini berarti

museum memahami pentingnya untuk menjaga hubungan yang positif dengan

para patron.

Gambar 2.2 Diagram Pengelolaan Museum Integratif

Sumber : Bradford (dalam Moore, 2000:47)

Diagram pada Gambar 2.2 di atas menunjukkan pengelolaan museum yang

baik beserta alur pengelolaan, patron, kurator, serta awarding bodies, yang juga

menunjukkan bahwa pengelolaan masing-masing bagian: (a) dalam hal

pengelolaan hubungan dengan patron hal ini sangat terkait dengan pemerintah

setempat (local authority), para sponsor yang menyumbangkan dananya, grand

awarding bodies serta trustees yang merupakan patron daripada museum harus

tetap dikelola dengan baik sehingga museum memiliki cukup dana untuk

operasional keberlanjutannya, (b) dalam hal pengelolaan reputasi museum terkait

Management of the

Relationship with

Patrons

Management of

the Museum

Management of the Museum

Reputation

Grant Awarding

Bodies

Sponsors

Local

Authority

y

Trustees

Local

Community

Visitors

Media

Tourist

Board

Collections Staff

Exhibition

Programm

Objectives

Curator

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

51

dengan media, Tourism Board, pemerintah setempat dan pengunjung; dalam

pengelolaan ini media memegang peranan penting baik di bidang promosi atau di

bidang pencitraan didukung oleh lembaga pariwisata serta masyarakat setempat

sehingga keberlanjutan kunjungan pengunjung selalu ada baik berupa repeated

visitors maupun pengunjung baru, (c) pengelolaan museum tergantung pada

koleksi, program eksibisi, tujuan dan staf. Semua bagian ini saling mendukung

untuk pencapaian kesuksesan pengelolaan sebuah museum. Kurator seperti

tertera pada diagram di depan memegang peranan penting baik dalam pengelolaan

hubungan dengan patron, pengelolaan reputasi museum maupun pengelolaan

museum itu sendiiri.

2.4.4 Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata pada awal perkembangan pariwisata di Indonesia adalah

untuk mengistilahkan objek wisata, namun setelah Peraturan Pemerintah (PP)

pada tahun 2009 diterbitkan, kata objek wisata selanjutnya tidak digunakan lagi

untuk menyebut kata objek wisata yang merupakan suatu daerah tujuan para

wisatawan. Untuk memahami pengertian dan makna dari kata daya tarik wisata

tersebut, berikut dijabarkan pengertian daya tarik wisata dari beberapa sumber

berikut ini:

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, daya

tarik wisata bisa dijelaskan sebagai segala sesuatu yang mempunyai keunikan,

kemudahan, dan nilai yang berwujud keanekaragaman, kekayaan alam, budaya,

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.

Sedangkan menurut Yoeti (2006:164), menyatakan bahwa daya tarik wisata

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

52

adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi

suatu daerah tertentu. Begitu juga dengan Pendit (2003: 35), menyatakan bahwa

daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menarik dan mempunyai nilai untuk

dikunjungi dan dilihat. Pada dasarnya, daya tarik wisata dapat dikelompokkan

menjadi dua kelompok, yakni daya tarik wisata alamiah, dan daya tarik wisata

buatan. Daya tarik wisata alamiah adalah daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang

Maha Esa yang terdiri dari keadaan alam, flora dan fauna, sedangkan daya tarik

wisata buatan merupakan hasil karya manusia yang terdiri dari museum,

peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru, wisata

petualangan alam, taman rekreasi, dan kompleks hiburan. Lebih lanjut Pendit

(2003) juga menyatakan bahwa terdapat daya tarik wisata lainnya yakni minat

khusus yang merupakan suatu hal yang menjadi daya tarik sesuai dengan minat

dari wisatawannya seperti berburu, mendaki gunung, menyusuri gua, industri dan

kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat

ziarah dan lainnya.

Paparan beberapa pengertian yang diberikan di atas tentang daya tarik

wisata, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan daya tarik wisata

adalah segala sesuatu disuatu tempat yang memiliki keunikan, keindahan,

kemudahan dan nilai yang berwujud keanekaragaman kekayaan alam maupun

buatan manusia yang menarik dan mempunyai nilai untuk dikunjungi dan dilihat

oleh wisatawan. Lebih lanjut tentang faktor-faktor yang dapat menjadi daya tarik

wisata, menurut Pitana dan Gayatri, (2005: 56) mengidentifikasikan terdapat 10

faktor yang menjadi faktor penarik suatu daerah menjadi daya tarik wisata, yaitu:

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

53

(1) iklim suatu daerah, (2) gencarnya usaha promosi, (3) produk barang maupun

jasa pada suatu daerah, (4) even-even khusus, (5) insentif potongan harga dan

sejenis, (6) ajakan teman, (7) mengunjungi kerabat dan teman, (8) daya tarik

wisata, (9) budaya, dan (10) lingkungan alamiah maupun buatan manusia. Dalam

kaitannya dengan faktor-faktor yang menentukan wisatawan untuk membeli atau

mengunjungi daya tarik wisata, Ariyanto (2005), menyatakan ada lima faktor

yang menentukan seseorang untuk membeli jasa atau mengunjungi objek wisata,

yaitu: (1) lokasi, (2) fasilitas, (3) citra atau image, (4) harga atau tarif, dan (5)

pelayanan.

Jika melihat pengertian dan pendapat di atas, mengindikasikan bahwa

tidak semua tempat yang ada di suatu kawasan wisata dapat dikelompokkan

sebagai daya tarik daerah tujuan wisata. Terdapat syarat-syarat yang mesti dapat

dipenuhi untuk menjadi daya tarik wisata pada tujuan wisata. Daya tarik daerah

untuk tujuan wisata akan mampu menarik wisatawan untuk mengunjunginya jika

memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya, Maryani (1991:11)

menyatakan syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

[1] Daya tarik yang dapat disaksikan (what to see), hal ini mengisyaratkan bahwa

pada daerah harus ada sesuatu yang menjadi daya tarik wisata, atau suatu

daerah mestinya mempunyai daya tarik yang khusus dan atraksi budaya yang

bisa dijadikan sebagai hiburan bagi wisatawan. Apa yang disaksikan dapat

terdiri dari pemandangan alam, kegiatan, kesenian, dan atraksi wisata.

[2] Aktivitas wisata yang dapat dilakukan (what to do), hal ini mengisyaratkan

bahwa di tempat wisata, menyaksikan sesuatu yang menarik, wiatawan juga

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

54

mesti disediakan fasilitas rekreasi yang bisa membuat para wisatawan betah

untuk tinggal lebih lama di tempat tujuan wisata.

[3] Sesuatu yang dapat dibeli (what to buy), hal ini mengisyaratkan bahwa tempat

tujuan wisata mestinya menyediakan beberapa fasilitas penunjang untuk

berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat yang bisa berfungsi

sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ketempat asal wisatawan.

[4] Alat transportasi (what to arrived), hal ini mesti mampu dijelaskan bahwa

untuk dapat mengunjungi daerah daya tarik tujuan wisata tersebut, kendaraan

apa yang digunakan dan berapa lama wisatawan tiba ke tempat tujuan wisata

yang akan dituju.

[5] Penginapan (where to stay), hal ini menunjukkan bagaimana wisatawan akan

dapat tinggal untuk sementara selama mereka berlibur. Untuk menunjang

keperluan tempat tinggal sementara bagi wisatawan yang berkunjung, daerah

tujuan wisata perlu mempersiapkan penginapan-penginapan, seperti hotel

berbintang atau hotel tidak berbintang dan sejenisnya.

2.4.5 Museum sebagai Daya Tarik Wisata

Leiper (2006:17) membahas tentang museum seni sebagai daya tarik

wisata menerapkan teori yang berkaitan dengan : (1) struktur dan design fisik, (2)

sebab akibat (causation), (3) proses, (4) evolusi, (5) herarki dan (6) keaslian,

yang dijabarkan sebagai berikut ini:

1) Struktur dan Design Fisik: terkait dengan struktur dan design fisik sebuah

daya tarik wisata terdapat tiga buah komponen penting yang perlu

diperhatikan antara lain: (1) nucleus, (2) inviolate belt dan (3) zone of closure.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

55

Pertama, komponen nucleus terkait dengan konseptualisasi daya tarik

wisata sebagai unsur nucleusnya adalah pusat perhatian utama wisatawan

yang menjadi basis berkenaan dengan kreasi mereka atau pengalaman

budayanya. Yang menjadi nucleus dalam museum seni adalah koleksi yang

dipajang yang merupakan refleksi yang dihadapkan pada kenyataan yang tidak

saja menyangkut barang seni yang dipajang dalam museum karena rekreasi

wisata dan pengalaman budaya dapat difokuskan dalam fenomena yang lain.

Dalam sebuah museum sebagai daya tarik wisata tidak saja terfokus pada

barang yang dipajang tetapi terkait dengan hal-hal yang ada di sekeliling

lokasi yang disebut dengan inviolate belt di mana secara keseluruhan nucleus

beserta inviolate beltnya merupakan satu zone of closure. Misalnya di

Museum Neka, sebagai elemen nucleus dalam sistem daya tariknya adalah

ketika seorang wisatawan berfikir tentang tempat untuk dikunjungi saat

mereka datang ke sana masuk ke lokasi melihat kebun, bangunan, koleksi seni

dan stafnya dapat menjadi dasar pengalaman bagi wisatawan. Nucleus yang

lain adalah keseluruhan koleksi seni pada museum tersebut. Nucleus terdiri

dari bagian-bagian kecil seperti penataan barang seni berdasarkan lukisan

tradisional Bali dalam satu ruangan, lukisan gaya Young Artists, lukisan

pelukis ternama I Gusti Nyoman Lempad dalam satu ruangan, dan lukisan

pelukis terkenal seperti Abdul Azis. Museum sebagai suatu daya tarik dapat

memikat wisatawan yang menjadi elemen utama dalam sejenis daya tarik

terjadi dalam dua arah: pertama, wisatawan sering memperhatikan wisatawan

lainnya dan tertarik pada suatu perilaku atau penampilan mereka; kedua,

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

56

percakapan yang sering dimulai dengan pembicaraan antara orang asing yang

mengunjungi satu museum khususnya diawali dengan perhatian terhadap

lukisan tertentu yang istimewa.

Kedua, Inviolate belt dalam daya tarik wisata merupakan hal-hal yang

ada di sekeliling masing-masing nucleus; hal-hal ini harus dimanfaatkan

sebagai sesuatu yang efektif. Beberapa jenis inviolate belt dan fungsi

gandanya dapat dilihat pada museum; salah satu fungsinya adalah menjaga

nucleus dan yang lainnya membantu wisatawan untuk mendapatkan

pengalaman, misalnya: lukisan yang memiliki nilai tinggi harus dilindungi

dalam satu museum dan memerlukan beberapa jenis pengamanan sehingga

lukisan tersebut terhindar dari kerusakan dan pencurian.

Ketiga, Zone of closure dalam daya tarik wisata merupakan

komponen-komponen daya tarik wisata di luar inviolate belt yang berfungsi

sebagai lokasi dan waktu yang cocok untuk aktivitas komersial dan

pendukung fasilitas yang digunakan oleh pengunjung. Seperti di Museum

Neka, yang menjadi zone of closure adalah yang menghubungkan beberapa

tempat seperti lobi dengan meja informasi, tempat yang berisi buku-buku dan

foster yang dijual, toko, teras dari cafe, public toilet dan tempat parkir. Tidak

satupun dari bagian-bagian ini penting bagi wisatawan untuk dialami, tetapi

bagian-bagian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengalaman

wisatawan secara keseluruhan.

2) Sebab Akibat (Causation) dalam Daya Tarik Wisata: wisatawan akan tertarik

pada suatu tempat jika ada fenomena yang memotivasinya. Motivasi

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

57

memerlukan penerimaan informasi yang akurat atau yang benar yang bereaksi

secara positif pada keperluan individu dan menimbulkan motivasi. Daya tarik

suatu tempat dapat menimbulkan pengaruh pada calon wisatawan yang akan

mengunjungi suatu tempat, misalnya: seseorang yang ingin mengunjungi satu

museum tentunya sebelumnya sudah memiliki sekurang-kurangnya informasi

yang menarik tentang museum tersebut. Jika seseorang ingin berkunjung ke

the Blanco Renaissance Museum tentunya ingin mengetahui lebih detail dan

secara mendalam tentang gaya lukisan erotis dari pelukisnya.

3) Proses dalam Daya Tarik Wisata: Daya tarik tidak pernah terjadi secara

harafiah dalam konteks pariwisata, sebagai gantinya daya tarik merupakan

proses yang mengakibatkan wisatawan tertuju ke arah atau mengarah ke suatu

necleus atau obyek utama. Suatu proses daya tarik diakibatkan oleh tiga

elemen: seorang pengunjung (a tourist), a sight, dan a marker (merupakan

informasi tentang the sight yang diterima oleh seorang wisatawan). Hal ini

terkait dengan proses informasi merupakan hal yang penting dalam daya tarik

wisata. Kemudian sight menjadi sebuah marker yang merupakan tindakan

informasi tentang suatu kota, misalnya suatu museum, merupakan site dari

tempat tersebut.

4) Evolusi dalam Daya Tarik Wisata: Evolusi dalam daya tarik wisata umumnya

menyangkut lima fase: naming (penamaan), framing (pembingkaian),

elevation (penempatan obyek pada satu posisi sehingga lebih gampang untuk

diketahui), shrinement (suatu proses dimana situs dikenal sebagai suatu shrine

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

58

atau peninggalan suci) dan duplication (menduplikasikan dalam satu

reproduksi dalam replikasi, fotografi, poster, kartu pos atau model). Fase-fase

tersebut terakumulasi sehingga pada fase ke lima sebuah daya tarik sudah

memiliki nama, kerangka, elevation, shrine dan duplication.

5) Daya Tarik Terpadu dan Herarkinya: Seorang wisatawan mungkin muncul

dalam benaknya dari rumah yang dipusatkan dalam satu pengalaman terfokus

pada daya tarik tertentu. Lazimnya ketika seorang wisatawan memilki pikiran

multi daya tarik dapat dilakukan satu urutan dari yang utama, sekunder, tersier

yang relevan untuk wisatawan perorangan atau populasi dalam satu arus. Daya

tarik pertama mempengaruhi keputusan wisatawan untuk mengunjungi tempat

tersebut di mana nucleus berada. Hal ini memerlukan informasi yang diterima

oleh seorang wisatawan yang berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki

kepentingan tertentu menstimulasi motivasinya sehingga membuat keputusan

untuk pergi ke suatu tempat.

6) Keaslian dalam Daya Tarik Wisata: Reputasi museum seni berkaitan dengan

keaslian adalah penting dalam mendukung reputasi museum dan

keberhasilannya. Di museum, wisatawan memperoleh pengetahuan, kesan

sejarah, kultur atau fenomena alam sebuah negara atau daerah yang

dikunjungi. Museum adalah sumber yang efisien untuk memuaskan tentang

perlunya belajar sesuatu mengenai tempat yang dikunjungi khususnya budaya

dan hal-hal lain yang diperlukan untuk pengalaman yang otentik. Reputasi

sebuah museum sangat dekat dengan perannya sebagai tolok ukur keaslian

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

59

(arbitrator of authentic city). Seni yang dianggap berharga untuk ditempatkan

dalam satu museum biasanya dipertimbangkan keasliannya atau asli dari

beberapa segi: keaslian gaya, mutu intelektual dan diciptakan oleh senimannya

sendiri.

2.4.6 Peran Museum dalam Kluster Industri Pariwisata Budaya

Menurut Tien (2003) pada awalnya museum didirikan untuk tujuan

pendidikan, pembelajaran, koleksi, konservasi, penelitian dan kesenangan

(enjoyment), namun saat ini telah mengalami perubahan peran di bidang ekonomi

yang menjadi lebih ditonjolkan. Beberapa museum telah menyadari potensinya

untuk mendapatkan nilai tambah bagi masyarakat dengan menarik wisatawan

yang tertarik dengan budaya (cultural tourist) karena budaya merupakan faktor

kunci dalam kompetisi antara kota untuk menarik wisatawan yang ditekankan

pada bagian penting jasa pelayanan ekonomi (service-based economy).

Fenomena pariwisata budaya telah banyak menarik perhatian dan dapat

dikatakan bahwa pariwisata budaya sebagai satu sektor yang sedang tumbuh pada

industri pariwisata (tourism industry). Dengan meningkatnya permintaan

pariwisata budaya yang sedang berkembang maka museum merupakan mitra

penting dalam pariwisata dan lebih ditekankan pada fungsingya sebagai leisure.

Untuk meningkatkan kunjungan, museum dapat bekerjasama dengan industri

pariwisata dengan berbagai cara: melakukan kerjasama dengan institusi budaya

lainnya, leisure venue, dan kabupaten dengan mendukung festival daerah.

Sehingga dari sudut ekonomi museum dapat dikatakan sebagai produk budaya

yang menarik wisatawan.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

60

Museum memberikan dampak ekonomi dan sebagai pusat dari

pertumbuhan ekonomi baru di beberapa kota, serta sebagai institusi budaya yang

menjadi katalisator bagi pembangunan kota dan peningkatan yang signifikan dari

kekuatan ekonomi daerah. Manfaat ekonomi yang didatangkan oleh sektor

museum pada ekonomi lokal saat ini mendapat perhatian dan museum dapat

meminta bantuan kepada umum (public support) dan subsidi dari pemerintah

daerah. Manfaat ekonomi (economic benefit) ini juga menarik perhatian para

pengelola museum dan orang-orang profesional di bidang ekonomi.

Myerscough et. al. (dalam Tien, 2003) menyatakan museum sebagai

institusi budaya merupakan dasar perkembangan ekonomi di banyak kota dan

sangat penting melakukan promosi pada bidang industri pariwisata, seperti

diketahui bahwa wisatawan yang berkunjung ke museum di London yaitu 3 dari

10 wisatawan berkunjung ke museum. Nilai ekonomi dari industri budaya seperti

institusi seni dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan menyediakan nilai yang

memacu perkembangan pariwisata dan pembangunan daerah. Dalam hal ini

museum sebagai bagian pokok dari industri pariwisata dapat mendorong

wisatawan membelanjakan uangnya lebih banyak. Manfaat ekonomi yang terkait

langsung terhadap pariwisata budaya mereka lebih berpendidikan dan memiliki

pendapatan lebih tinggi dibandingkan wisatawan lainnya. Hal ini berarti lebih

banyak uang yang dibelanjakan per kunjungan dengan masa tingal rata-rata lebih

lama. Bila wisatawan pergi ke suatu daerah untuk mengunjungi museum-museum

mereka biasanya makan, minum dan menginap. Museum juga dapat menarik

wisatwan dan para pelancong yang hanya menghabiskan waktu sehari ke daerah

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

61

tujuan wisata dan membelanjakan uang untuk tiket masuk, hotel, berbelanja, dan

restoran sehingga dapat meningkatkan perkembangan ekonomi di daerah tersebut.

Manfaat positif pada ekonomi daerah disebut dampak ekonomi, besarnya dampak

ini dapat diteliti sehingga memberikan fakta yang kuat untuk meyakinkan publik

untuk memberikan dukungan pada museum tersebut. Dampak ekonomi dapat

didefinisikan sebagai jumlah tambahan pengeluaran yang didapat pada satu kota

yang dapat secara langsung dikaitkan dengan even; untuk membuktikan tentang

dampak ekonomi harus dibuktikan bahwa museum dapat menarik jumlah

kunjungan yang lebih dan lebih banyak uang yang dibelanjakan oleh wisatawan di

daerah tersebut. Pengeluaran tahap kedua, misalnya ketika restoran yang ada di

museum membeli bahan-bahan dari suplayer setempat disebut dengan dampak

tidak langsung, sedangkan pegawai museum membelanjakan gajinya di daerah

tersebut disebut dampak sampingan (induced impact).

Forter (dalam Tien, 2003) memperkenalkan istilah kluster sebagai suatu

kelompok secara geografis yang terdiri dari perusahaan-perusahaan yang secara

berinterkoneksi dan institusi terkait di satu bidang tertentu. Kerjasama seperti ini

membangun struktur yang stabil dan efisiensi serta fleksibilitas untuk ekonomi

seperti halnya dalam satu kluster, beberapa perusahaan-perusahan atau institusi-

institusi dapat dipacu untuk menjadi lebih kompetetitif sehingga terbangun

kompetesi ekonomi baru. Komponen-komponen yang menentukan terbentuknya

sebuah kluster termasuk pemilihan tempat, tingkat keterlibatan masyarakat lokal,

perbaikan di bidang kualitas dari kelompok tersebut dan peningkatan

kerjasamanya. Daerah-daerah yang menerapkan kluster budaya yang terkenal

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

62

memiliki label, mixed use area di kota yang dapat memiliki konsentrasi tinggi

fasilitas budaya sebagai daya tarik khusus. Adanya kluster budaya di kota-kota

besar memudahkan institusi tersebut untuk mendapatkan peningkatan ekonomi;

biaya per unit dapat ditekan bila institusi-institusi tersebut berbagi sumber daya

tarik.

Kluster budaya merupakan suatu revitalisasi strategis ekonomi jika semua

institusi bekerjasama. Tujuan kluster budaya secara umum adalah untuk

merevitalisasi suatu daerah di kota dengan menyediakan fasilitas seni dan

aktivitas untuk penduduk dan wisatawan. Dampak dari kluster budaya sebagai

berikut: kota-kota yang indah dan hidup, menyediakan lapangan kerja, menarik

penduduk dan wisatawan ke kota tersebut, melengkapi antara usaha-usaha terkait,

meningkatkan nilai properti, memperluas pendapatan pajak, menarik karyawan

yang berpendidikan dan berkontribusi yang inovatif pada lingkungan. Mekanisme

kerjasama kluster budaya dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu dengan

packaging, promosi dan kemitraan (partnership). Misalnya kolaborasi antara

beberapa museum dan sektor lain seperti contoh yang terjadi di di Taipe, Taiwan:

Museum Shung Ye Aborigin Formosa dengan National Palace Museum: harga

tiket masuk untuk National Palace Museum NT $ 160, dan 150 untuk Shung Ye

Museum Aborigin Formosa. Mereka melakukan kerjasama yaitu satu tiket masuk

yang berlaku untuk dua museum dengan harga lebih murah yitu NT $ 245. Dalam

hal ini pengunjung merasa mendapat harga yang lebih murah untuk dua tempat

dibandingkan dengan membeli tiket masuk masing-masing. Hasil dari kerjasama

ini dapat meningkatkan kunjungan ke kedua museum tersebut sebesar 17 % dari

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

63

jumlah pengunjung dari tiga bulan yaitu dari bulan April sampai Juni 2008

dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada saat penjajagan awal, peneliti menemukan masing-masing museum

yang ada di Ubud menerapkan single entry admision begitu pula dengan cultural

attraction lainnya seperti: Wayang Puppet Show, Legong Dance in Ubud Palace,

Topeng Dance, Painting and Carving Practice, Traditional Busket Weaving in

Puri Lukisan Museum, Bali Cooking Lesson in Paon Bali Class, dan Casa Luna

Cooking School in Casa Luna Restaurant, belum ada ya membuat kolaborasi atau

kerjasama secara kluster. Museum-museum di Ubud dapat melakukan kerajasama

secara kluster budaya dengan lembaga-lembaga yang mengelola cultural

atraction, sehingga dapat dilakukan satu museum dengan museum lainnya atau

dengan daya tarik seperti Puppet Shadow Show dan Balinese Cooking Lesson

dalam satu packaging, kemitraan dan promosi, sehingga dapat melakukan

kerjasama dengan menggunakan satu tiket masuk untuk dua museum atau dengan

daya tarik budaya lainnya, sehingga wisatawan dapat merasakan harga tiket

masuk lebih murah dan mendapatkan manfaat yang lebih bervariasi; kunjungan

bisa meningkat dan lama tinggal (length of stay) lebih lama serta pengeluaran

(expenditures) wisatawan akan menjadi lebih banyak. Hal ini akan dapat

memberikan implikasi terhadap dampak ekonomi langsung (direct economy

impact), dampak ekonomi tidak langsung (indirect economy impact) dan dampak

ekonomi sampingan (induced economy impact).

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

64

2.4.7 Museum dalam Pariwisata Budaya

Sektor pariwisata merupakan sektor bisnis jasa yang paling rentan

terhadap perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik dan keamanan, yang sifatnya

tidak saja lokal atau regional namun bahkan sudah mengglobal menyebabkan

kunjungan wisatawan berfluktuasi. Adat istiadat dan Budaya Bali yang dijiwai

oleh Agama Hindu merupakan kekuatan yang cukup penting dalam

pengembangan pariwisata, mengingat pariwisata yang dikembangkan di Bali

adalah pariwisata budaya.

Terkait dengan pariwisata budaya, Rosenfeld (2002:1-5) menyatakan

bahwa yang termasuk dalam konsep cultural and heritage tourism meliputi

berbagai industrial cultural district, institutional cultural district, museum

cultural district, dan metropolitan cultural district. Museum yang termasuk

dalam cultural district biasanya merupakan suatu lokasi yang terletak pada kota

sejarah (historical downtown) dengan keramaian penduduk. Kebijakan pemerintah

diperlukan untuk membentuk district ini karena mereka tergantung pada zona dan

perencanaan kebijakan. Pembentukan suatu museum cultural district akan

menimbulkan keperluan adanya jasa hotel, kerajinan, dan jasa budaya lainnya.

Demikian pula halnya dengan cultural district lainnya, suatu masyarakat akan

menyadari berbagai konsumsi luar yang diminati dalam skala ekonomi dan

jangkauan waktu serta jaringan eksternal. Di beberapa daerah, masyarakat

memiliki museum-museum kecil yang merupakan tantangan dalam mewujudkan

suatu museum cultural district dan merupakan suatu yang lebih besar

dibandingkan kepemilikan secara individu. Terkait dengan pernyataan di atas,

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

65

Ubud sebagai suatu daerah tujuan wisata yang merupakan suatu desa yang penuh

dengan kegiatan budaya, terdapat berbagai museum sebagai daya tarik wisata,

diantaranya: Museum Blanco, Museum Puri Lukisan, ARMA, Museum Rudana,

dan Neka Art Museum.

Taylor (2004:417-433) menyatakan bahwa warisan budaya sangat terkait

dengan kepariwisataan, pemanfaatn warisan budaya (heritage) sebagai suatu hal

yang berkelanjutan bukan semata-mata untuk kunjungan wisatawan, di sini yang

dimaksudkan adalah tidak mengeksploitasi warisan budaya secara berlebihan dan

lebih ditekankan pada konservasi dan pelestarian. Seperti misalnya: Candi

Borobudur dengan cultural landscape setting, Muang Boran Floating Market di

Bangkok yang merupakan refleksi kehidupan tradisional bangsa Thai sepanjang

aliran sungai. Situs-situs ini dilestarikan dan dikonservasi bukan semata-mata

untuk kunjungan wisatawan namun lebih ditekankan pada konservasi dan

pelestarian yang dilindungi oleh dunia (UNESCO). Dengan adanya upaya

oraganisasi perlindungan dunia terhadap situs heritage yang diberikan aturan-

aturan pemanfaatn secara global dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat

tentang pemahaman pentingnya melakukan konservasi terhadap nilai-nilai situs

warisan budaya sebagai suatu refleksi sejarah masa lalu yang diwariskan oleh

nenek moyang bangsa tersebut. Hal-hal yang terkait dengan penentuan suatu situs

yang dilindungi UNESCO serta tertuang dalam piagam harus memiliki arti

penting mengenai nilai-nilai generasi masa lalu, saat ini, atau masa mendatang

yang meliputi: (a) nilai seni untuk melakukan persepsi sensori; (b) memiliki nilai

sejarah terkait dengan kejadian sejarah, tokoh sejarah, kejadian sejarah dan fase-

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

66

fasenya; (c) memilki nilai sosial yang kualitasnya terkait dengan suatu tempat

yang diperuntukkan untuk kegiatan spritual, politik, nasional atau budaya lainnya;

(d) memiliki nilai ilmiah tergantung dengan pentingnya data, kelangkaan, kualitas,

keterwakilan dan kemampuan untuk memberikan kontribusi informasi penting.

Terkait dengan penelitian tentang museum yang merupakan suatu konservasi dan

pelestarian keberlanjutan dapat menjadi suatu pedoman dalam pelestarian sejarah

masa lalau tentang karya-karya seni pada kurun waktu tertentu yang

merefleksikan kekhasan jamannya.

Ardiwidjaja (2010:101-115) menyatakan bahwa untuk mewujudkan

keberlanjutan museum diperlukan sistem informasi yang tepat tentang museum

dalam pemanfaatnnya. Museum sebagai pusat informasi dan pendidikan budaya

bagi masyarakat merupakan bagian dari preservasi dan konservasi, pengumpulan

dan pengamanan warisan alam dan budaya, penyimpanan dokumentasi dan

penelitian ilmiah, penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum, pengenalan dan

penghayatan kesenian, pengenalan budaya antar daerah dan bangsa, visualisasi

alam dan budaya, dan cermin pertumbuhan peradaban umat manusia. Di

Indonesia, pemahaman terhadap museum jika dibandingkan dengan di negara-

negara maju, sangat berbeda, di mana di Indonesia museum secara umum

memberi kesan hanya sebagai penyimpanan benda-benda bersejarah saja. Agar

museum memiliki peran maksimal, maka perlu ditata secara baik tanpa

mengabaikan peran pendidikannya.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

67

TOP LEVEL ESS

Informasi internal dan eksternal

Keputusan jangka panjang

Analisis masa lalu-kini

Proyeksi ke depan

DSS

MID LEVEL MIS

Informasi internal, sedikit eksternal

Analisis detail masa lalu-kini

Keputusan jangka pendek

TPS

LOW LEVEL

Informasi aktual dan detail

Hanya informasi internal

Keputusan operasional

Topik spesifik

Gambar 2.3

Level Pengelolaan dan Hubungan Sistem Informasi

Sumber: Szymansky et al, (1991)

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi seperti alat yang

digerakkan dengan komputer, presentasi audio visual, pajangan video secara

interaktif akan membuat aset basis data koleksi menjadi lebih menarik. Sistem

informasi yang dapat dimanfaatkan pada museum meliputi: (a) sistem pengelolaan

dokumen, (b) sistem informasi publik, dan (c) sistem otomasi perkantoran (Lihat

Gambar 2.3). Daftar singkatan dalam Gambar 2.3 di atas, dapat dijelaskan sebagai

berikut:

(a) ESS= Executive Support System (Sistem Pendukung Eksekutif) merupakan

sistem informasi yang mendukung pengelolaan tingkat pimpinan dengan

informasi strategis yang mencakup perencanaan, pemantauan dan anlisis.

(b) DSS=Decision Support System (Sistem Pendukung Keputusan) merupakan

sistem yang terkait dengan sistem informasi eksekutif dan sistem pakar.

STRATEGIC

MANAGEMENT

TACTICAL MANAGEMENT

OPERATIONAL MANAGEMENT

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

68

(c) MIS= Management Information System (Sistem Informasi Pengelolaan)

merupakan sistem informasi yang mendukung pengelolaan tingkat teknis dan

taktis dengan informasi pemecahan masalah yang terstruktur, terjadwal dan

terkait erat dengan proses usaha dan kerja.

(d) TPS= Transaction Process System (Sistem Pemrosesan Transaksi) meliputi

data koleksi, validasi data, proses informasi, proses kalkulasi hingga proses

penyimpulan (Ardiwidjaja, 2010:105-106).

Rancangan sistem informasi museum merupakan sistem informasi

pengelolaan data dan informasi untuk kepentingan manajerial level teknis dan

taktis serta untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas operasional di seluruh

jajaran museum yang mendukung fungsi yang ada di divisi administrasi.

Sedangkan master plan informasi meliputi rancangan induk yang menjadi acuan

atau pedoman dalam melaksanakan kegiatan pengembangan sistem informasi

yang berisi strategi dan penjabaran yang cukup.

Cakupan sistem informasi museum ditinjau dari aspek misi atau peran

museum mencakup: (a) pembinaan fungsi permuseuman (informasi koleksi,

informasi penelitian, informasi pameran, informasi konservasi); (b) misi

pengelolaan sumber daya merupakan misi yang diemban untuk mendukung

pengelolaan sumber daya yang dimiliki museum agar seluruh tugas dan fungsinya

dapat dilaksanakan secara optimal. Kelompok sistem informasi untuk mendukung

misi pengelolaan sumber daya museum antara lain meliputi: informasi pemasaran,

kepegawaian, keuangan, perlengkapan, hukum dan organisasi, informasi

pendidikan dan latihan, informasi dokumentasi dan kepustakaan, dan informasi

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

69

perencanaan; (c) misi pelayanan yang diemban untuk memberikan layanan

informasi kepada masyarakat terkait dengan kegiatan pembangunan museum.

Kelompok layanan informasi publik untuk mendukung informasi pelayanan

museum, antara lain: layanan informasi kegiatan museum, perpustakaan museum,

informasi komunitas museum, serta layanan interaktif.

Menurut Ardiwidjaja (2010:115), keberhasilan museum dalam

mengembangkan sistem informasi dapat mendukung pencapaian tujuan lembaga

yang bertanggungjawab tidak hanya kepada pengelolaan museum dalam

mendukung efektivitas dan efisiensi proses pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan pengelolaan, tetapi juga kepada pemahaman kepedulian dan wawasan

ilmu pengetahuan, sejarah dan budaya komunitas/publik melalui layanan

penyampaian data dan informasi untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan

hiburan. Untuk mengakomodasi kebutuhan informasi baik di lingkungan internal

maupun eksternal, museum selain didukung oleh sistem dan teknologi informasi

yang memadai juga harus menjadi kesepakatan teknologi informasi digunakan

secara konsisten sebagai sarana strategis dalam memenuhi kebutuhan data dan

informasi. Tulisan ini bermanfaat untuk meneliti apakah museum-museum yang

ada di Ubud telah menggunakan sistem teknologi dan informasi dalam sistem

pengelolaan maupun dalam sistem pemasaran melalui situs jejaring sosial.

2.4.8 Museum sebagai Daya Tarik Wisata Budaya

Menurut Suryasih (2010:91), untuk menarik minat masyarakat

berkunjungan ke museum sebagai daya tarik wisata, perlu dilakukan terobosan-

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

70

terobasan baru. Suryasih (2010:71) merekomendasi beberapa langkah untuk dapat

menarik kunjungan ke museum di antaranya adalah sebagai berikut ini:

1) Melengkapi museum dengan berbagai koleksi benda-benda tinggalan budaya,

sehingga di museum dapat dilihat berbagai jenis, bentuk, ukuran, asal-usul dan

nilai sejarahnya. Dengan koleksi yang menarik, pengunjung dapat

memberikan apresiasi, pemahaman, pengetahuan dan dapat memaknai koleksi

tersebut.

2) Pengelolaan museum dengan tetap memperhatikan unsur koleksi, bangunan,

penataan, informasi dan pelayanan yang memuaskan para pengunjungnya.

3) Pengelola museum menghidupkan berbagai aktivitas dengan cara membuat

berbagai atraksi atau aktivitas yang berkaitan dengan koleksi museum

sehingga pengunjung lebih tertarik untuk berkunjung. Hal-hal yang bisa

dilakukan diantaranya; kursus singkat menari, melukis, memasak, bertani,

membuat kerajinan tangan dan lain-lain. Membuat berbagai perlombaan yang

disesuaikan juga dengan koleksi museum.

4) Sesuai dengan persyaratan daya tarik wisata, museum juga dapat dilengkapi

dengan some thing to see, some thing to do and some thing to buy.

5) Penerapan manajemen satu pintu dalam suatu destinasi pariwisata, sehingga

perlu dibuatkan kebijakan yang sebaiknya dilakukan oleh stakeholders

pariwisata agar selalu mencantumkan museum sebagai paket wisata.

6) Melengkapi dengan teknologi informasi dengan peralatan modern misalnya

video player berbagai bahasa untuk menginformasikan keberadaan koleksi

museum, juga dapat dilakukan dengan pertunjukan boneka yang bergerak

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

71

secara komunikatif yang menceritakan koleksi museum sehingga menarik bagi

anak-anak.

Sunarto (2012) menyatakan bahwa salah satu potensi budaya adalah

budaya tangible (bendawi) banyak tersimpan di museum-museum, meskipun

masih banyak juga masih tersimpan di lokasi aslinya (insitu) yang ada di berbagai

daerah yang acapkali sulit dijangkau untuk dikunjungi. Kesulitan tersebut dapat

diatasi dengan mengunjungi museum yang memiliki koleksi yang dimaksud

sebagai tugas dan fungsi museum untuk memamerkan dan menginformasikan

potensi budaya dan alam kepada masyarakat. Koleksi museum yang disajikan di

suatu ruang pamer, diharuskan bukan saja memamerkan benda (artefak) tetapi

juga harus menyampaikan informasi dan nilai-nilai yang terkandung dari suatu

koleksi museum yang berkaitan dengan artefak lainnya di suatu koleksi yang ada

di museum ataupun mungkin benda budaya lainnya yang masih berada di

lapangan.

Pengelola museum dituntut untuk menata koleksinya agar semaksimal

mungkin menjangkau semua tipe pengunjung. Sunarto (2012) menyarankan

metode yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam penataan agar berbagai

kepentingan pengunjung terakomodir. Metode yang dimaksud meliputi: (1)

metode pendekatan romantika yaitu penyajian koleksi disusun sedemikian

sehingga dapat mengungkap suasana tertentu yang berhubungan dengan benda

yang dipamerkan atau penataan evokatif. (2) metode pendekatan Intelektual yaitu

penyajian koleksi disusun agar dapat mengungkap dan memberikan informasi

ilmu pengetahuan tentang koleksi yang dipamerkan. (3) metode pendekatan estetis

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

72

yaitu penyajian yang lebih memunculkan segi-segi keindahan atau nilai artistik

koleksi yang ditata. (4) metode pendekatan simbolik yaitu penyajian koleksi

dengan menggunakan simbol-simbol tertentu sebagai media interpretasi

pengunjung. (5) metode pendekatan kontemplatif yaitu penyajian koleksi yang

ditata sedemikian untuk membangun imajinasi pengunjung terhadap koleksi yang

dipamerkan. (6) metode pendekatan interaktif yaitu penyajian koleksi yang

memungkinkan pengunjung untuk dapat berinteraksi langsung dengqn koleksi

yang dipamerkan. Penyajian ini dapat menggunakan teknologi informasi.

Idealnya, museum mesti dapat berfungsi sebagai institusi pelestari sumber

daya budaya (culture resources) dan alam tetapi juga dapat menjadi sebagai

media pembinaan edukasi baik budaya maupun ilmu pengetahuan bagi

masyarakat tertama pada generasi muda, memperkokoh ketahanan atau jatidiri

bangsa, serta sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar

museum. Idealisme tersebut menunjukkan bahwa museum memiliki peran ganda

sebagai jendela informasi alam dan budaya serta promosi kepariwisataan

sekaligus sebagai benteng dan penangkal bagi generasi muda terhadap pengaruh

negatif yang merupakan dampak kemajuan teknologi dan tingginya intensitas

interaksi dengan budaya luar. Museum sebagai daya tarik wisata budaya mestinya

tetap dapat mempertahankan idealisme tanpa menutup kemungkinan melakukan

penambahan fungsi yang masih terkait dengan fungsi utamanya yakni fungsi

preservasi, konservasi, edukasi, dan rekreasi berbasis budaya masyarakat lokal.

Untuk dapat menjadikan museum sebagai daya tarik wisata budaya, pengelolaan

museum membutuhkan usaha dan upaya pelestarian nilai-nilai luhur budaya lokal

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

73

Museum sebagai daya tarik wisata budaya

Masalah 3:

Bagaimanakah

hubungan museum

dengan komponen

kepariwisataan?

Masalah 2:

Bagaimanakah

museum

menurut

wisatawan?

Metode:

Kualitatif didukung

dengan data kuantitatif

Teori:

1. Manajemen Museum

2. Kawasan Pariwisata dan Daya Tarik

Wisata

3. Museum sebagai Daya Tarik Wisata

Analisis Kualitatif

Pariwisata Budaya

Pola hubungan museum-museum dengan

komponen kepariwisataan di Ubud

Masalah 1:

Bagaimanakah

museum menurut

pengelola?

Museum sebagai daya tarik wisata budaya

menurut pengelola

Museum sebagai daya tarik wisata budaya

menurut wisatawan

Temuan dan

Kebaharuan

untuk ditranformasikan pada masyarakat sebagai benteng terhadap pengaruh

budaya negatif dampak interaksi.

2.5 Model Penelitian

Gambar 2.4

Model Penelitian Museum sebagai Daya Tarik Wisata Budaya

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

74

Dari rumusan masalah yang dikaji dengan berbagai indikatornya dan

mengacu pada konsep dan teori yang mendasari dalam penelitian ini, diharapkan

menghasilkan temuan penelitian (output) yang dapat digunakan sebagai

rekomendasi pengelolaan museum sebagai daya tarik wisata. Gambar 2.4 adalah

model penelitian yang disajikan secara grafis. Model tersebut dapat dijelaskan

bahwa museum sebagai daya tarik wisata memiliki hubungan yang erat dengan

pariwisata budaya. Museum sebagai daya tarik wisata bertujuan dan menjalankan

fungsi mulia yakni pendidikan, rekreasi, dan konservasi budaya. Ubud sebagai

kawasan wisata memiliki keunikan dibandingkan dengan kawasan wisata lainnya

di Bali terutama tentang museum-museum sebagai daya tarik wisata.

Beberapa museum berusaha menambah koleksinya, dan menambahkan

atribut selain koleksi utamanya sehingga berpotensi berubahnya idealisme, fungsi,

dan peran museum. Tantangan yang dihadapi oleh para pengelola museum adalah

semakin berkembangnya daya tarik wisata lainnya, seperti adanya penambahan

atribut destinasi wisata Ubud, semula dikenal sebagai destinasi wisata dengan

daya tarik kesenian seperti tari, museum, dan kini bertambah menjadi destinasi

yoga, adevneture, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut penelitian tentang

museum penting untuk dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab

tiga pokok permasalahan. Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai

berikut: (1) museum sebagai daya tarik wisata budaya menurut pengelola, (2)

museum sebagai daya tarik wisata budaya menurut wisatawan, dan (3) pola

hubungan museum-museum dengan komponen kepariwisataan di Ubud.

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … 2... · TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... Indikator keberlanjutan daya tarik wisata berupa

75

Penelitian ini diharapkan mampu menjawab pokok permasalahan sehingga

dihasilkan temuan penelitian tentang museum sebagai daya tarik wisata budaya

yang berkelanjutan, dan diharapkan dapat menjadi model pengembangan museum

yang berkelanjutan. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat secara teoritis dan

praktis demi kelangsungan pariwisata budaya khususnya pariwisata yang

berwawasan budaya.