23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Keluarga Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluarga merupakan group yang terbentuk dari sebuah perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan banyak berlangsung lama untuk membesarkan dan menciptakan anak-anak termasuk pola asuh, cara merawat anak-anaknya hingga menjadi dewasa (Ahmadi, 1999). 1. Definisi Pola Asuh Karakteristik individual mempengaruhi cara orang dewasa mengasuh anak-anak mereka khususnya yang berhubungan dengan disiplin. Orang tua berusaha keras kepada anak-anak apa yang mereka perlu ketahui dan kerjakan agar menjadi orang yang bahagia, percaya diri dan bertanggung jawab di masyarakat. Menurut Edwards seorang pakar psikologi anak, pola asuh adalah suatu cara atau metode yang dilakukan oleh seseorang kepada anak didiknya, guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya, agar anak tersebut dapat diarahkan sesuai dengan yang diinginkan si pendidik tersebut (Edwards, 2006). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola asuh orang tua adalah model, cara atau ragam yang digunakan oleh ayah dan ibu dalam menjaga, merawat dan mendidik anak-anaknya (Poerwadaramita, 1976). Pola asuh orang tua dapat pula merupakan interaksi sosial awal yang berguna untuk 14 Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Keluargarepository.ump.ac.id/721/3/BANGKIT YUDHA KRISTIANTO BAB II.pdf · ... mempunyai hubungan baik dengan ... terjadi akibat dari tidak berfungsinya

  • Upload
    lytram

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Asuh Keluarga

Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam

masyarakat. Keluarga merupakan group yang terbentuk dari sebuah perhubungan

laki-laki dan wanita, perhubungan banyak berlangsung lama untuk membesarkan

dan menciptakan anak-anak termasuk pola asuh, cara merawat anak-anaknya

hingga menjadi dewasa (Ahmadi, 1999).

1. Definisi Pola Asuh

Karakteristik individual mempengaruhi cara orang dewasa mengasuh

anak-anak mereka khususnya yang berhubungan dengan disiplin. Orang tua

berusaha keras kepada anak-anak apa yang mereka perlu ketahui dan kerjakan

agar menjadi orang yang bahagia, percaya diri dan bertanggung jawab di

masyarakat. Menurut Edwards seorang pakar psikologi anak, pola asuh adalah

suatu cara atau metode yang dilakukan oleh seseorang kepada anak didiknya,

guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya, agar anak tersebut dapat

diarahkan sesuai dengan yang diinginkan si pendidik tersebut (Edwards,

2006).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola asuh orang tua adalah

model, cara atau ragam yang digunakan oleh ayah dan ibu dalam menjaga,

merawat dan mendidik anak-anaknya (Poerwadaramita, 1976). Pola asuh

orang tua dapat pula merupakan interaksi sosial awal yang berguna untuk

14

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

15

mengenalkan anak pada aturan, norma dan tata nilai yang berlaku pada

masyarakat (Hurlock, 1978).

2. Tipe-Tipe Pola Asuh

a. Pola asuh otoritative ( otoriter ).

Pola asuh yang otoriter akan terjadi komunikasi satu dimensi atau

satu arah. Orang tua menentukan aturan-aturan dan mengadakan

pembatasan-pembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak

boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang

tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua memerintah

dan memaksa tanpa kompromi. Anak melakukan perintah orang tua

karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakan itu

akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Orang tua memberikan tugas

dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan anak,

keinginan anak, keadaan khusus yang melekat pada individu anak yang

berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain. Perintah yang

diberikan berorientasi pada sikap keras orang tua, sikap keras merupakan

suatu keharusan bagi orang tua. Sebab tanpa sikap keras ini anak tidak

akan melaksanakan tugas dan kewajibannya.

b. Pola asuh permisive ( bebas ).

Pola asuh bebas, berorientasi bahwa anak itu makhluk hidup yang

berpribadi bebas. Anak adalah subjek yang dapat bertindak dan berbuat

menurut hati nuraninya. Seorang anak yang lapar, ia harus memasukan

nasi ke dalam mulutnya sendiri, mengunyah sendiri dan menelan sendini.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

16

Tidak mungkin orang tua yang mengunyah dan memasukkan makanan ke

dalam perut anaknya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan

menemukan sendiri apa yang diperlukan untuk hidupnya. Anak telah

terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik. Orang

tua sering mempercayakan anaknya kepada orang lain, sebab orang tua

terlalu sibuk dalam pekerjaan, organisasi sosial dan sebagainya. Orang tua

hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi permainan menegur dan

mungkin memarahi. Orang tua kurang bergaul dengan anak-anaknva,

hubungan tidak akrab dan anak harus tahu sendiri tugas apa yang harus

dikerjakan.

Jika perhatikan dua pola asuh tersebut di atas kita dapat

mengetahui bahwa pola otoriter memandang anak tidak ada pilihan lain,

kecuali mengikuti perintah dan orang tua. Pada pola yang kedua anak

dipandang sebagal subjek yang diperbolehkan berbuat menurut pilihannya

sendiri. Segala tugas diserahkan sepenuhnya pada anak. Dua pola ini

memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Pola asuh memang

memiliki kelebihan dan kekurangan. Pola asuh otoriter memang

memungkinkan terlaksananya proses transformasi nilai dapat berjalan

lancar. Akan tetapi anak mengerjakan tugas dengan rasa tertekan dan

takut. Akibatnya jika orang tua tidak ada mereka akan bertindak yang lain.

Dia akan melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan yang telah

ditetapkan. Pola asuh bebas memang memandang anak sebagai subyek,

anak bebas menentukan pilihannya sendiri. Akan tetápi anak justru

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

17

menjadi berbuat semau-maunya; ia berbuat dengan mempergunakan

ukuran diri sendiri. Pada hal anak berada dalam dunia anak dan dia harus

masuk pada dunia nilai dan dunia anak. Oleh karena itu anak akan

kebingungan bagaikan anak ayam yang ditinggalkan induknya. Akhirnya

anak akan lari ke sana-kemari tanpa arah.

Dalam dua kondisi tersebut di atas tidak akan terjadi pola asuh

yang bersifat berbeda antara orang tua dan anak. Relasi antara orang tua

dan anak tampak berbeda pada pola asuh bebas dan ada batas yang kuat

serta jurang pemisah antara anak dan orang tua pada pola asuh yang

otoriter.

c. Pola asuh authoritative ( demokratis )

Pola asuh ini berpijak pada dua kenyataan bahwa anak adalah

subjek yang bebas dan anak sebagal makhluk yang masih lemah dan butuh

bantuan untuk mengembangkan diri. Manusia sebagai subjek harus

dipandang sebagal pribadi. Anak sebagai pribadi yang masih perlu

mempribadikan dirinya, dan terbuka untuk dipribadikan. Proses

pempribadian anak akan berjalan dengan lancar jika cinta kasih selalu

tersirat dan tersurat dalam proses itu. Dalam suasana yang diliputi oleh

rasa cinta kasih ini akan menimbulkan pertemuan sahabat karib, dalam

pertemuan dua saudara. Dalam pertemuan itu dua pribadi bersatu padu.

Dalam pertemuan yang bersatu padu akan timbul suasana keterbukaan.

Dalam suasana yang demikian ini maka akan terjadi pertumbuhan dan

pengembangan bakat-bakat anak yang dimiliki oleh anak dengan subur.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

18

3. Karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh orang tua.

Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik anak dengan pola-pola

asuh tersebut di atas.

a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang

mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman,

mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan

koperatif terhadap orang-orang lain.

b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,

pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar

norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.

c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang

sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

B. Teori –teori tentang sikap orang tua terhadap anak

Menurut Al-Istambuli (2002), “Kecemasan orang tua disebabkan oleh

timbulnya perbuatan negatif anak yang dapat merugikan masa depannya.”

Kekhawatiran orang tua ini cukup beralasan sebab anak kemungkinan akan

berbuat apa saja tanpa berpikir risiko yang akan ditanggungnya. Biasanya

penyesalan baru datang setelah anak menanggung segala risiko atas perbuatannya.

Keadaan ini tentu akan mengancam masa depannya.

Menurut Prayitno (2004), “ sumber-sumber permasalahan pada diri

siswa banyak terletak di luar sekolah.” Hal ini disebabkan oleh anak lebih lama

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

19

berada di rumah daripada di sekolah. Karena anak lebih lama berada di rumah,

orang tualah yang selalu mendidik dan mengasuh anak tersebut.

Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta,

gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan

kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori

Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik.

Artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan.

Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka

sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini

dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.

Menurut Clemes (2001) bahwa terjadinya penyimpangan perilaku anak

disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini

terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal.

Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat dari keinginan anak

untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari orang tua dalam

segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi “masalah” kemungkinan

terjadi akibat dari tidak berfungsinya sistem sosial di lingkungan tempat

tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas perlakuan

lingkungan terhadap dirinya.

(Syamsu Yusuf ,2005 :51)Becker, Deutsch, Kohn, sheldon, tentang kaitan

antara pola asuh orang tua berdasar kelas sosial.(Samsu Yusuf ,2005:53) sebagai

berikut :

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

20

Kelas bawah cenderung lebih keras dan menggunakan hukuman fisik terjadi

dapa kelas menengah, anak dari kelas bawah bersikap lebih agresif,

independen, lebih awal dalam pengalaman seksual.

Kelas menengah cenderung lebih memberikan pengawasan dan perhatian

sebagai orang tua. Para ibunya merasa bertanggung jawab terhadap tingkah

laku anak-anaknya dan menerapkan ambisi untuk meraih status tinggi, dan

menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan dan latihan

profesional.

Kelas atas cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan

tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi,

dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya, anak-anaknya

cenderung memiliki rasa percaya diri dan cenderung memanipulasi aspek

realititas ; Tabel 2.5 Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku Anak

(Syamsu Yusuf, 2005 ).

Sedangkan tugas perkembangan anak-anak pada usia sekolah menurut

(Wiwit W,Jash,& Metta R, 2003):

1. Belajar keterampilan fisik untuk bermain

2. Sikap yang sehat untuk diri sendiri

3. Belajar bergaul

4. Memainkan peran jenis kelamin yang sesuai

5. Keterampilan dasar

6. Konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

7. Mengembangkan hati nurani, nilai moral dan nilai social

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

21

8. Mencapai kebebasan social dan kemandirian pribadi

9. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga social.

Menurut Djamarah (2002) seorang anak dengan kemiskinan ilmu

pengetahuan sangat sulit untuk beradaptasi dan memahami perputaran roda

zaman. Oleh karena itu, suatu hal yang harus anak lakukan adalah belajar.

Sardiman (2001) menyatakan beberapa pendapat tentang motivasi belajar

antara lain: motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelektual. Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,

merasa senang dan semangat untuk belajar. Seseorang yang memiliki motivasi

kuat akan mempunyai banyak energi untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa

anak yang memiliki motivasi belajar akan dapat meluangkan waktu belajar lebih

banyak dan lebih tekun daripada mereka yang kurang memiliki atau sama sekali

tidak mempunyai motivasi belajar. Anak akan terdorong dan tergerak untuk

memulai aktivitas atas kemauannya sendiri, menyelesaikan tugas tepat waktu dan

gigih serta tidak putus asa saat menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugas

jika anak tersebut mempunyai motivasi dalam belajar. Motivasi belajar adalah

suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi yaitu

menguasai, memanipulasi dan mengatur lingkungan sosial maupun fisik,

mengatasi rintangan dan memelihara kualitas belajar serta bersaing melalui usaha

untuk melebihi perbuatannya yang lalu dan mengungguli perbuatan orang lain.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

22

(Suryabrata, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar antara lain:

1. faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu yang terbagi menjadi dua: faktor

sosial meliputi faktor manusia lain baik hadir secara langsung atau tidak langsung

dan faktor non sosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat

belajar, dan lain-lain,

2. faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu yang terbagi menjadi dua:

faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis

dan faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, dan persepsi.

( Turmudji, 2003 ).Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak

dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti

orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak

untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

masyarakat.

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa

dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang

dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi,untuk mengetahui prestasi

yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana

siswa telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi

belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Winkel (1997) bahwa proses belajar

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

23

yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan.

Adapun perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan

oleh siswa pada pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru.

Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang

telah dicapainya dalam belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana

peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh

munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal

ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian

terhadap hasil belajar siswa ( Marsun dan Martaniah, 2000).

Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996) yang dimaksud

dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan

oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai

prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan

dicatat dalam buku rapor sekolah.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi

belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa

suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada

jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam bukti

laporan yang disebut raport.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

24

Simbol – simbol nilai Huruf Predikat

86 – 100 A Baik Sekali

71 – 85 B Baik

56 – 70 C Cukup

41 – 55 D Kurang

< 40 E Sangat Kurang

Tabel 2.1 Tingkatan Prestasi Belajar ( sumber buku raport siswa )

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu

diperhatikan, karena dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang

mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat

untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam

kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor

yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998) dan Shertzer dan

Stone (Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor yang mem-pengaruhi

belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal :

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu :

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan

dengan kesehatan badan dan pancaindera, seperti :

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

25

a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan

fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam

menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara

kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan

pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.

Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat

meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

b) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu

berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di

antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam

belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian

besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui

penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak

yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan

menghambat dirinya didalam menerima pelajaran, sehingga pada

akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

26

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa, antara lain adalah :

a) Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang

dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997) hakikat inteligensi

adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu

tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka

mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis

dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi

belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf

inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai

prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki

taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki

prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak

mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki

prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .

b) Sikap

Sikap pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan

faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi

belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997) sikap adalah kesiapan

seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

27

Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah

merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar

di sekolah.

c) Motivasi

Menurut Irwanto (1997) motivasi adalah penggerak perilaku.

Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar.

Motivasi timbul karena adanya keingintahuan atau kebutuhan-

kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar

karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991)

motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh

siswa akan tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang

bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal

gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain

diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,

antara lain adalah :

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

28

1) Faktor lingkungan keluarga

a) Sosial ekonomi keluarga

Diperoleh sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik,

mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi

cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang

mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat

berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara

langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak

langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

2) Faktor lingkungan sekolah

a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan

membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, selain

bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah

juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

29

b) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi,

kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik

dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa

merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah

terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga

pendidik yang berkualitas, yang dapat memenihi rasa

ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya

berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar

yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk

terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi

tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif

sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta

siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (1994)

mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru.

Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin

tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan

pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,

palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

30

3) Faktor lingkungan masyarakat

a) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan

mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.

Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan

enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung

memandang rendah pekerjaan guru atau pengajar.

b) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan

pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan

anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih

menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu

pengetahuan.

3. Pengukuran prestasi belajar

Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang

tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan

mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di

sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam

rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa

tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh

pendapat Sumadi Suryabrata (1998) bahwa rapor merupakan perumusan

terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar

murid-muridnya selama masa tertentu.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

31

Syaifuddin Azwar (1998) menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi

penilaian dalam pendidikan, yaitu :

a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)

Fungsi penilaian merupakan pengukuran akhir dalam suatu

program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat

dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan

kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi

terhadap beberapa siswa, misalnya:

1) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah

2) Memilih siswa untuk dapat naik kelas

3) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa

b. Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai

siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya

penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-

masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka

kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.

c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)

Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut

ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya

pada prestasi belajar yang telah dicapainya.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

32

d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)

Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program

dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di

sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk

mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil

diterapkan atau tidak pada siswa .

Nilai raport biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai

dengan 10, tetapi dalam kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan

nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 6 berarti tidak tuntas atau buruk ,

sedangkan nilai-nilai di atas 6 berarti cukup baik, baik dan sangat baik.

D. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

(sumber : Sumadi Suryabrata, 1998 ; psikologi pendidikan; Winkle, 1997; psikologi

anak ; dan Hurlock, 1978 ; psikologi anak )

Faktor internal

Pola asuh orang tua Prestasi belajar

Hubungan orang tua dan anak

Sikap orang tua

Ekonomi keluarga

Suasana dalam keluarga

keluarga Faktor

eksternal

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

33

E. Kerangka Konsep

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya

masih perlu diteliti lebih lanjut (Notoamodjo, 2005). Hipotesis dalam penelitian

ini adalah :

H0 = Tidak ada hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan

prestasi anak SMP N 1 Bukateja

Ha = Ada hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi

anak SMP N 1 bukateja

Karakteristik Keluarga

Pola Asuh Keluarga

Prestasi Belajar

- Kesehatan badan

- Pancaindera

- Intelligensi

- Sikap

- Motivasi

- Perhatian orang tua

- Suasana hubungan antara

anggota keluarga

- Sarana dan prasarana

- Kompetensi guru dan siswa

- Kurikulum dan metode

mengajar

- Sosial budaya

- Partisipasi terhadap

pendidikan

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

34

G. Karakteristik Orang Tua

1. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan

masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya

adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah

lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan

(Harlock, 2004).

2. Agama

Agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan

praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan

masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut

keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama

mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan

masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari

cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi

diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan

agama atau kepercayaannya ( Durkheim, 2003 ).

3. Suku

Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan

rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi

suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri

biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri

paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

35

4. Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata

“me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi

latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,

tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.

( Kamus Bahasa Indonesia, 1991 ).

5. Pekerjaan atau profesi

dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.

Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau

kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-

hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.

( Kamus Bahasa Indonesia,1991) .

6. Tipe keluarga

Menurut effendi ( 1998 ) tipe keluarga terdiri dari :

- Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.

- Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak

saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,

paman, bibi, dsb.

- Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga inti.

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016

36

- Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

- Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

- Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

7. Penghasilan

pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat

dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.

( Winardi 1992 : 171)

Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016