Upload
lytram
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pola Asuh Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam
masyarakat. Keluarga merupakan group yang terbentuk dari sebuah perhubungan
laki-laki dan wanita, perhubungan banyak berlangsung lama untuk membesarkan
dan menciptakan anak-anak termasuk pola asuh, cara merawat anak-anaknya
hingga menjadi dewasa (Ahmadi, 1999).
1. Definisi Pola Asuh
Karakteristik individual mempengaruhi cara orang dewasa mengasuh
anak-anak mereka khususnya yang berhubungan dengan disiplin. Orang tua
berusaha keras kepada anak-anak apa yang mereka perlu ketahui dan kerjakan
agar menjadi orang yang bahagia, percaya diri dan bertanggung jawab di
masyarakat. Menurut Edwards seorang pakar psikologi anak, pola asuh adalah
suatu cara atau metode yang dilakukan oleh seseorang kepada anak didiknya,
guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya, agar anak tersebut dapat
diarahkan sesuai dengan yang diinginkan si pendidik tersebut (Edwards,
2006).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola asuh orang tua adalah
model, cara atau ragam yang digunakan oleh ayah dan ibu dalam menjaga,
merawat dan mendidik anak-anaknya (Poerwadaramita, 1976). Pola asuh
orang tua dapat pula merupakan interaksi sosial awal yang berguna untuk
14
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
15
mengenalkan anak pada aturan, norma dan tata nilai yang berlaku pada
masyarakat (Hurlock, 1978).
2. Tipe-Tipe Pola Asuh
a. Pola asuh otoritative ( otoriter ).
Pola asuh yang otoriter akan terjadi komunikasi satu dimensi atau
satu arah. Orang tua menentukan aturan-aturan dan mengadakan
pembatasan-pembatasan terhadap perilaku anak yang boleh dan tidak
boleh dilaksanakannya. Anak harus tunduk dan patuh terhadap orang
tuanya, anak tidak dapat mempunyai pilihan lain. Orang tua memerintah
dan memaksa tanpa kompromi. Anak melakukan perintah orang tua
karena takut, bukan karena suatu kesadaran bahwa apa yang dikerjakan itu
akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Orang tua memberikan tugas
dan menentukan berbagai aturan tanpa memperhitungkan keadaan anak,
keinginan anak, keadaan khusus yang melekat pada individu anak yang
berbeda-beda antara anak yang satu dengan yang lain. Perintah yang
diberikan berorientasi pada sikap keras orang tua, sikap keras merupakan
suatu keharusan bagi orang tua. Sebab tanpa sikap keras ini anak tidak
akan melaksanakan tugas dan kewajibannya.
b. Pola asuh permisive ( bebas ).
Pola asuh bebas, berorientasi bahwa anak itu makhluk hidup yang
berpribadi bebas. Anak adalah subjek yang dapat bertindak dan berbuat
menurut hati nuraninya. Seorang anak yang lapar, ia harus memasukan
nasi ke dalam mulutnya sendiri, mengunyah sendiri dan menelan sendini.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
16
Tidak mungkin orang tua yang mengunyah dan memasukkan makanan ke
dalam perut anaknya. Orang tua membiarkan anaknya mencari dan
menemukan sendiri apa yang diperlukan untuk hidupnya. Anak telah
terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik. Orang
tua sering mempercayakan anaknya kepada orang lain, sebab orang tua
terlalu sibuk dalam pekerjaan, organisasi sosial dan sebagainya. Orang tua
hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi permainan menegur dan
mungkin memarahi. Orang tua kurang bergaul dengan anak-anaknva,
hubungan tidak akrab dan anak harus tahu sendiri tugas apa yang harus
dikerjakan.
Jika perhatikan dua pola asuh tersebut di atas kita dapat
mengetahui bahwa pola otoriter memandang anak tidak ada pilihan lain,
kecuali mengikuti perintah dan orang tua. Pada pola yang kedua anak
dipandang sebagal subjek yang diperbolehkan berbuat menurut pilihannya
sendiri. Segala tugas diserahkan sepenuhnya pada anak. Dua pola ini
memang memiliki kelebihan dan kekurangan. Pola asuh memang
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pola asuh otoriter memang
memungkinkan terlaksananya proses transformasi nilai dapat berjalan
lancar. Akan tetapi anak mengerjakan tugas dengan rasa tertekan dan
takut. Akibatnya jika orang tua tidak ada mereka akan bertindak yang lain.
Dia akan melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan yang telah
ditetapkan. Pola asuh bebas memang memandang anak sebagai subyek,
anak bebas menentukan pilihannya sendiri. Akan tetápi anak justru
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
17
menjadi berbuat semau-maunya; ia berbuat dengan mempergunakan
ukuran diri sendiri. Pada hal anak berada dalam dunia anak dan dia harus
masuk pada dunia nilai dan dunia anak. Oleh karena itu anak akan
kebingungan bagaikan anak ayam yang ditinggalkan induknya. Akhirnya
anak akan lari ke sana-kemari tanpa arah.
Dalam dua kondisi tersebut di atas tidak akan terjadi pola asuh
yang bersifat berbeda antara orang tua dan anak. Relasi antara orang tua
dan anak tampak berbeda pada pola asuh bebas dan ada batas yang kuat
serta jurang pemisah antara anak dan orang tua pada pola asuh yang
otoriter.
c. Pola asuh authoritative ( demokratis )
Pola asuh ini berpijak pada dua kenyataan bahwa anak adalah
subjek yang bebas dan anak sebagal makhluk yang masih lemah dan butuh
bantuan untuk mengembangkan diri. Manusia sebagai subjek harus
dipandang sebagal pribadi. Anak sebagai pribadi yang masih perlu
mempribadikan dirinya, dan terbuka untuk dipribadikan. Proses
pempribadian anak akan berjalan dengan lancar jika cinta kasih selalu
tersirat dan tersurat dalam proses itu. Dalam suasana yang diliputi oleh
rasa cinta kasih ini akan menimbulkan pertemuan sahabat karib, dalam
pertemuan dua saudara. Dalam pertemuan itu dua pribadi bersatu padu.
Dalam pertemuan yang bersatu padu akan timbul suasana keterbukaan.
Dalam suasana yang demikian ini maka akan terjadi pertumbuhan dan
pengembangan bakat-bakat anak yang dimiliki oleh anak dengan subur.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
18
3. Karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh orang tua.
Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik anak dengan pola-pola
asuh tersebut di atas.
a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman,
mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan
koperatif terhadap orang-orang lain.
b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang
sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
B. Teori –teori tentang sikap orang tua terhadap anak
Menurut Al-Istambuli (2002), “Kecemasan orang tua disebabkan oleh
timbulnya perbuatan negatif anak yang dapat merugikan masa depannya.”
Kekhawatiran orang tua ini cukup beralasan sebab anak kemungkinan akan
berbuat apa saja tanpa berpikir risiko yang akan ditanggungnya. Biasanya
penyesalan baru datang setelah anak menanggung segala risiko atas perbuatannya.
Keadaan ini tentu akan mengancam masa depannya.
Menurut Prayitno (2004), “ sumber-sumber permasalahan pada diri
siswa banyak terletak di luar sekolah.” Hal ini disebabkan oleh anak lebih lama
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
19
berada di rumah daripada di sekolah. Karena anak lebih lama berada di rumah,
orang tualah yang selalu mendidik dan mengasuh anak tersebut.
Dalam mengasuh anak orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta,
gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan
kepribadian anak (Riyanto, 2002). Pendapat tersebut merujuk pada teori
Humanistik yang menitikberatkan pendidikan bertumpu pada peserta didik.
Artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan.
Apabila anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka
sudah tidak menunjukkan niat belajar yang sesungguhnya. Kalau gejala ini
dibiarkan terus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajarnya.
Menurut Clemes (2001) bahwa terjadinya penyimpangan perilaku anak
disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini
terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal.
Ketergantungan anak kepada orang tua ini dapat terlihat dari keinginan anak
untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari orang tua dalam
segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi “masalah” kemungkinan
terjadi akibat dari tidak berfungsinya sistem sosial di lingkungan tempat
tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas perlakuan
lingkungan terhadap dirinya.
(Syamsu Yusuf ,2005 :51)Becker, Deutsch, Kohn, sheldon, tentang kaitan
antara pola asuh orang tua berdasar kelas sosial.(Samsu Yusuf ,2005:53) sebagai
berikut :
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
20
Kelas bawah cenderung lebih keras dan menggunakan hukuman fisik terjadi
dapa kelas menengah, anak dari kelas bawah bersikap lebih agresif,
independen, lebih awal dalam pengalaman seksual.
Kelas menengah cenderung lebih memberikan pengawasan dan perhatian
sebagai orang tua. Para ibunya merasa bertanggung jawab terhadap tingkah
laku anak-anaknya dan menerapkan ambisi untuk meraih status tinggi, dan
menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan dan latihan
profesional.
Kelas atas cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan
tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi,
dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya, anak-anaknya
cenderung memiliki rasa percaya diri dan cenderung memanipulasi aspek
realititas ; Tabel 2.5 Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku Anak
(Syamsu Yusuf, 2005 ).
Sedangkan tugas perkembangan anak-anak pada usia sekolah menurut
(Wiwit W,Jash,& Metta R, 2003):
1. Belajar keterampilan fisik untuk bermain
2. Sikap yang sehat untuk diri sendiri
3. Belajar bergaul
4. Memainkan peran jenis kelamin yang sesuai
5. Keterampilan dasar
6. Konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan hati nurani, nilai moral dan nilai social
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
21
8. Mencapai kebebasan social dan kemandirian pribadi
9. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan lembaga social.
Menurut Djamarah (2002) seorang anak dengan kemiskinan ilmu
pengetahuan sangat sulit untuk beradaptasi dan memahami perputaran roda
zaman. Oleh karena itu, suatu hal yang harus anak lakukan adalah belajar.
Sardiman (2001) menyatakan beberapa pendapat tentang motivasi belajar
antara lain: motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Seseorang yang memiliki motivasi
kuat akan mempunyai banyak energi untuk belajar. Hal ini menunjukkan bahwa
anak yang memiliki motivasi belajar akan dapat meluangkan waktu belajar lebih
banyak dan lebih tekun daripada mereka yang kurang memiliki atau sama sekali
tidak mempunyai motivasi belajar. Anak akan terdorong dan tergerak untuk
memulai aktivitas atas kemauannya sendiri, menyelesaikan tugas tepat waktu dan
gigih serta tidak putus asa saat menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugas
jika anak tersebut mempunyai motivasi dalam belajar. Motivasi belajar adalah
suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan prestasi yaitu
menguasai, memanipulasi dan mengatur lingkungan sosial maupun fisik,
mengatasi rintangan dan memelihara kualitas belajar serta bersaing melalui usaha
untuk melebihi perbuatannya yang lalu dan mengungguli perbuatan orang lain.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
22
(Suryabrata, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar antara lain:
1. faktor eksternal yaitu faktor dari luar individu yang terbagi menjadi dua: faktor
sosial meliputi faktor manusia lain baik hadir secara langsung atau tidak langsung
dan faktor non sosial meliputi keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat
belajar, dan lain-lain,
2. faktor internal yaitu faktor dari dalam diri individu yang terbagi menjadi dua:
faktor fisiologis meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis
dan faktor psikologis meliputi minat, kecerdasan, dan persepsi.
( Turmudji, 2003 ).Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak
dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti
orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang
dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi,untuk mengetahui prestasi
yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana
siswa telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi
belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Winkel (1997) bahwa proses belajar
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
23
yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang
pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan.
Adapun perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan
oleh siswa pada pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru.
Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang
telah dicapainya dalam belajar.
Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana
peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh
munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal
ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian
terhadap hasil belajar siswa ( Marsun dan Martaniah, 2000).
Menurut Poerwodarminto (Mila Ratnawati, 1996) yang dimaksud
dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan
oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai
prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan
dicatat dalam buku rapor sekolah.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi
belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa berupa
suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada
jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam bukti
laporan yang disebut raport.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
24
Simbol – simbol nilai Huruf Predikat
86 – 100 A Baik Sekali
71 – 85 B Baik
56 – 70 C Cukup
41 – 55 D Kurang
< 40 E Sangat Kurang
Tabel 2.1 Tingkatan Prestasi Belajar ( sumber buku raport siswa )
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan, karena dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang
mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat
untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam
kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor
yang perlu diperhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998) dan Shertzer dan
Stone (Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor yang mem-pengaruhi
belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal :
a. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan
dengan kesehatan badan dan pancaindera, seperti :
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
25
a) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan
fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam
menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara
kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan
pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.
Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat
meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
b) Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di
antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam
belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian
besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui
penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak
yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan
menghambat dirinya didalam menerima pelajaran, sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
26
2) Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain adalah :
a) Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997) hakikat inteligensi
adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu
tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka
mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis
dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi
belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf
inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai
prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki
prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak
mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki
prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya .
b) Sikap
Sikap pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan
faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi
belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan (1997) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
27
Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah
merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar
di sekolah.
c) Motivasi
Menurut Irwanto (1997) motivasi adalah penggerak perilaku.
Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar.
Motivasi timbul karena adanya keingintahuan atau kebutuhan-
kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar
karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991)
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh
siswa akan tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang
bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal
gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain
diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,
antara lain adalah :
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
28
1) Faktor lingkungan keluarga
a) Sosial ekonomi keluarga
Diperoleh sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik,
mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.
b) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi
cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang
mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara
langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak
langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
2) Faktor lingkungan sekolah
a) Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan
membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, selain
bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah
juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
29
b) Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi,
kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik
dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa
merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah
terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga
pendidik yang berkualitas, yang dapat memenihi rasa
ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya
berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar
yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk
terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c) Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi
tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif
sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan (1994)
mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru.
Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin
tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan
pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,
palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
30
3) Faktor lingkungan masyarakat
a) Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan
mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.
Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan
enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung
memandang rendah pekerjaan guru atau pengajar.
b) Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan
pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan
anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih
menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.
3. Pengukuran prestasi belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang
tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan
mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di
sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam
rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa
tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh
pendapat Sumadi Suryabrata (1998) bahwa rapor merupakan perumusan
terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar
murid-muridnya selama masa tertentu.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
31
Syaifuddin Azwar (1998) menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi
penilaian dalam pendidikan, yaitu :
a. Penilaian berfungsi selektif (fungsi sumatif)
Fungsi penilaian merupakan pengukuran akhir dalam suatu
program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat
dinyatakan lulus atau tidak dalam program pendidikan tersebut. Dengan
kata lain penilaian berfungsi untuk membantu guru mengadakan seleksi
terhadap beberapa siswa, misalnya:
1) Memilih siswa yang akan diterima di sekolah
2) Memilih siswa untuk dapat naik kelas
3) Memilih siswa yang seharusnya dapat beasiswa
b. Penilaian berfungsi diagnostik
Fungsi penilaian ini selain untuk mengetahui hasil yang dicapai
siswa juga mengetahui kelemahan siswa sehingga dengan adanya
penilaian, maka guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-
masing siswa. Jika guru dapat mendeteksi kelemahan siswa, maka
kelemahan tersebut dapat segera diperbaiki.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan (placement)
Setiap siswa memiliki kemampuan berbeda satu sama lain.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui di mana seharusnya siswa tersebut
ditempatkan sesuai dengan kemampuannya yang telah diperlihatkannya
pada prestasi belajar yang telah dicapainya.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
32
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan (fungsi formatif)
Penilaian berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu program
dapat diterapkan. Sebagai contoh adalah raport di setiap semester di
sekolah-sekolah tingkat dasar dan menegah dapat dipakai untuk
mengetahui apakah program pendidikan yang telah diterapkan berhasil
diterapkan atau tidak pada siswa .
Nilai raport biasanya menggambil nilai dari angka 1 sampai
dengan 10, tetapi dalam kenyataan nilai terendah dalam rapor yaitu 4 dan
nilai tertinggi 9. Nilai-nilai di bawah 6 berarti tidak tuntas atau buruk ,
sedangkan nilai-nilai di atas 6 berarti cukup baik, baik dan sangat baik.
D. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori
(sumber : Sumadi Suryabrata, 1998 ; psikologi pendidikan; Winkle, 1997; psikologi
anak ; dan Hurlock, 1978 ; psikologi anak )
Faktor internal
Pola asuh orang tua Prestasi belajar
Hubungan orang tua dan anak
Sikap orang tua
Ekonomi keluarga
Suasana dalam keluarga
keluarga Faktor
eksternal
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
33
E. Kerangka Konsep
Keterangan :
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya
masih perlu diteliti lebih lanjut (Notoamodjo, 2005). Hipotesis dalam penelitian
ini adalah :
H0 = Tidak ada hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan
prestasi anak SMP N 1 Bukateja
Ha = Ada hubungan antara karakteristik dan pola asuh keluarga dengan prestasi
anak SMP N 1 bukateja
Karakteristik Keluarga
Pola Asuh Keluarga
Prestasi Belajar
- Kesehatan badan
- Pancaindera
- Intelligensi
- Sikap
- Motivasi
- Perhatian orang tua
- Suasana hubungan antara
anggota keluarga
- Sarana dan prasarana
- Kompetensi guru dan siswa
- Kurikulum dan metode
mengajar
- Sosial budaya
- Partisipasi terhadap
pendidikan
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
34
G. Karakteristik Orang Tua
1. Umur
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan
masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya
adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah
lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan
(Harlock, 2004).
2. Agama
Agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Agama merupakan
masalah yang essensial bagi kehidupan manusia karena menyangkut
keyakinan seseorang yang dianggap benar. Keyakinan terhadap agama
mengikat pemeluknya secara moral. Keyakinan itu membentuk golongan
masyarakat moral (umat). Umat pemeluk suatu agama bisa dikenali dari
cara berpakaian, cara berperilaku, cara beribadah, dan sebagainya. Jadi
diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat berdasarkan
agama atau kepercayaannya ( Durkheim, 2003 ).
3. Suku
Menurut Hassan Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan
rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi
suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri
biologis yang sama, seperti ras. Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri
paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan budaya.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
35
4. Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata
“me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi
latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
( Kamus Bahasa Indonesia, 1991 ).
5. Pekerjaan atau profesi
dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia.
Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau
kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-
hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.
( Kamus Bahasa Indonesia,1991) .
6. Tipe keluarga
Menurut effendi ( 1998 ) tipe keluarga terdiri dari :
- Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
- Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak
saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi, dsb.
- Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016
36
- Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
- Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
- Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
7. Penghasilan
pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat
dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi.
( Winardi 1992 : 171)
Hubungan Antara Karakteristik..., BANGKIT YUDHA KRISTIANTO, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2016