Upload
phamxuyen
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari
anggota keluarga inti seperti ayah, ibu, dan anak-anak. Menurut Shochib (2010),
pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah, sosial, psikologis
dan juga pedagogis. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu
kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lain.
Dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang
diikat oleh adanya saling berhubungan dan interaksi dan saling mempengaruhi,
antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara mereka tidak ada hubungan
darah. Menurut pengertian psikologis keluarga adalah sekumpulan orang yang
hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota
merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling
memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Soelaeman, 1994). Dalam
pengertian pedagogis keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh
kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Menurut
Gerungan (2004), Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam
kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial
dalam hubungan interaksi dengan sekelompoknya.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
10
Burgess, 1963 (Friedmand, 1998) keluarga merupakan orang-orang yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, dan ikatan adopsi. Menurut Friedmand
(1998), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidetifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
keluarga adalah orang-orang yang tinggal dalam satu rumah yang mempunyai
hubungan perkawinan, hubungan darah dan saling berinteraksi satu sama lain.
2. Pengertian Dukungan Keluarga
Friedman (1998), dukungan keluarga adalah dukungan yang mengacu
kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai
suatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersikap mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan. Menurut Kane (Friedman, 1998) dukungan keluarga
adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan
sosialnya. Dukungan keluarga juga merupakan sebuah proses yang terjadi
sepanjang kehidupan masa kehidupan ; sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-
beda dalam berbegai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat
berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau
dukungan dari saudara-saudara kandung, dan dukungan keluarga eksternal, yaitu
dukungan eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja keluarga). Menurut
Friedman (1998), studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptulisasi
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
11
dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat
eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat.
Sarwono (2003), dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut
dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan keluarga juga didefinisikan sebagai
informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam
lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan
keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Orang
yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena
diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Smet,
1994). Dukungan keluarga menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu
bantuan atau dorongan psikologis yang diberikan oleh keluarga (Kamus Besar
Bahasa Inonesia, 2003).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
dukungan keluarga dapat diartikan sebagai dukungan yang diperoleh dari anggota
keluarga, dimana dukungan tersebut dapat berupa perhatian, pemberian afeksi,
sikap menghargai, dan dukungan moril lainnya yang langsung diberikan pada
seseorang.
3. Fungsi Dukungan Keluarga
Friedman (1998), menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi
dukungan yaitu :
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
12
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (pembayar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi
yang dapat digunakan mengungkap suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan
dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek
dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing
dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumberdan validator indentitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
13
House & Kahn (1985), ada empat aspek dukungan keluarga yang
diberikan yaitu:
a. Dukungan emosional (Emotional Support)
Dukungan emosional meliputi ekspresi, empati, perlindungan, perhatian,
kepercayaan. Dukungan ini membuat seseorang merasa nyaman, tentram, dan
dimiliki dan dicintai.
b. Dukungan instrumental (Instrumental Support)
Dukungan instrumental adalah dukungan dalam bentuk penyediaan sarana
yang dapat mempermudah tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk materi juga
berupa jasa pelayanan.
c. Dukungan informasi (Informational Support)
Dukungan informasi adalah bentuk dukungan yang, meliputi pemberian
nasehat, arahan, pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus berbuat.
d. Penilaian
Dukungan ini berupa penghargaan atas usaha yang telah dilakukan,
memberi umpan balik mengenai hasil/prestasi.
Aspek dukungan keluarga yang diungkapkan oleh House (dalam Smet,
1994) antara lain sebagai berikut:
a. Emosional : harapan, cinta dan kasih sayang, kepercayaan, perhatian dan
kesediaan mendengarkan.
b. Informatif : nasehat, sugesti, saran yang berguna untuk mempermudah individu
dalam menjalani hidupnya dan memberikan informasi.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
14
c. Instrumental : tersedianya sarana untuk menolong individu melalui waktu, alat
pekerjaan, bantuan uang, kesempatan dan modifikasi lingkungan.
d. Penilaian : berupa dukungan dalam bentuk penguatan dan perbandingan sosial
serta umpan balik yang diterima individu. Dukungannya berupa penghargaan
positif, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan penderita.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi
dukungan keluarga dibagi menjadi 4 (empat) yaitu : dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional.
4. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan
bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan
pengalaman perkembangan. Anak yang berasal dari keluarga kecil menerima
lebih banyak perhatian dari pada anak dari keluarga yang besar. Selain itu, usia
orangtua khususnya ibu juga dapat mempengaruhi pemberian perhatian kepada
anak. Ibu yang masih muda cenderung tidak bisa merasakan atau mengenali
kebutuhan anaknya dibandingkan dengan usia ibu yang lebih tua. Faktor yang
mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua.
Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua
dan tingkat pendidikan orangtua. Dalam keluarga kelas menengah, suatu
hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara pada keluarga
kelas bawah, yang ada adalah hubungan yang otoritas dan otokrasi. Selain itu
orangtua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan
keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orangtua dengan kelas sosial bawah.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
15
Purnawarman, 2001 (Setiadi, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga adalah :
a. Faktor internal
1. Tahap perkembangan
Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia
perkembangan, dalam hal ini tahap perkembangan sangat berpengaruh dalam
setiap dukungan keluarga individu.
2. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan keluarga.
3. Faktor emosional
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
dukungan keluarga dan cara melaksanakannya. Seorang yang sangat memerlukan
dukungan selalu ingin selalu diperhatikan dalam di setiap langkahnya dalam
menggapai suatu tujuan
4. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan
dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti hidup.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
16
b. Faktor eksternal
1. Dalam keluarga
Anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian
dari pada anak dari keluarga yang besar. Selain itu usia orangtua khususnya ibu
juga dapat mempengaruhi pemberian perhatian kepada anak. Ibu yang masih
muda cenderung tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya
dibandingkan dengan usia ibu yang lebih tua.
2. Faktor sosial ekonomi
Meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua dan tingkat
pendidikan orangtua. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan
demokratis dan adil mungkin ada, sementara pada keluarga menengah bawah
yang ada adalah hubungan yang otoritas dan otokrasi. Selain itu orangtua dengan
kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang
lebih tinggi dari pada orangtua dengan kelas sosial bawah.
3. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu
dalam memberikan dukungan keluarganya.
B. Tunagrahita
1. Pengertian Anak Tunagrahita
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
17
asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental
deficiency, mental defective, dan lain-lain (Somantri, 2007)
Istilah tersebut sesungguhnya mempunyai arti yang sama yang
menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai
oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. AAMD
(American Association Of Mental Deficiency) “keterbelakangan mental
menunjukan fungsi intelektual dibawah rata-rata secara jelas dengan disertai
ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa
perkembangan” (Kauffman dan Hallahan, dalam Somantri 2007). Menurut
Semiun (2006), retardasi mental adalah tingkat fungsi intelektual yang secara
signifikan berada dibawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes intelegensi yang
dilaksanakan secara individual.
Grossman (Sularyo, 2000), Retardasi mental adalah penurunan fungsi
intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan
gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan.
Berdasarkan pengertian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa tunagrahita
adalah anak yang mempunyai kemampuan inteleaktual dibawah rata-rata dan juga
memiliki keterbatasan intelegensi, interaksi sosial, dan fungsi mental lainnya.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita
Somantri, (2007) menentukan beberapa karakteristik umum tunagrahita
yaitu :
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
18
a. Keterbatasan Intelegensi
Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan-ketrampilan
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru,
belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara
kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan dan
kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki
kekurangan dalam semua hal tersebut. kapasitas belajar anak tunagrahita terutama
yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca juga
terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung
belajar dengan membeo.
b. Keterbatasan Sosial
Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga
memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu
mereka memerlukan bantuan.
Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda
usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul
tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing
dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu
tanpa memikirkan akibatnya.
c. Keterbatasan Fungsi-Fungsi Mental Lainnya
Anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
19
reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten
dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu
kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.
Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan
(perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena
alasan itu mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya.
Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukan secara berulang-ulang.
Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,
membedakan antara yang baik dengan yang buruk, dan membedakan yang benar
dan salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita
tidak dapat membayangkan terlabih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.
DSM-III R mengemukakan tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam
mendiagnosis seorang individu yang menderita retardasi mental: (1) individu
harus memiliki “fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada dibawah
rata-rata”. Secara teknis, fungsi intelektual dari individu tersebut berada pada IQ
70 atau lebih rendah dari 70; (2) individu tersebut harus mengalami kekurangan
atau kerusakan dalam tingkah laku adaptif yang disebabkan oleh atau ada
hubungannya dengan inteligensi yang rendah. Kerusakan dalam tingkah laku
adaptif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menerima tanggung jawab
sosial dan mengurus diri sendiri (misalnya mengenal atau mengatakan tentang
waktu, menangani uang, berbelanja, atau berpergian sendiri) (Semiun, 2006).
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
20
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan karakteristik anak
tunagrahita yaitu keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial dan juga
keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya.
3. Klasifikasi Anak Tunagrahita
Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya,
yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang dan berat. Pengelompokannya
seperti ini sebenarnya bersifat artificial karena ketigannya tidak dibatasi oleh garis
demarkasi yang tajam. Gradasi satu level ke level berikutnya bersifat kontinuum.
Kemampuan intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes
Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC) (Somantri, 2007)
a. Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki
IQ antara 68-52. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung
sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak dengan
terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan
untuk dirinya sendiri.
b. Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ
antara 51-36 pada skala Binet dan 54-40 pada skala Weschler (WISC). Anak
terbelakang mental sedang bisa mencapai perkembangan MA (umur mental)
sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat didik mengurus diri sendiri,
melindungi diri sendiri dari bahaya, seperti menghindari kebakaran, berjalan
dijalan raya, berlindung dari hujan dan sebagainya.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
21
c. Tunagrahita Berat
Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat
dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat
(severe) memilki IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut
skala Weschler (WISC).
d. Tunagrahita Sangat Berat
Tunagrahita sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut
skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut skala Weschler (WISC). Kemampuan
mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural
Disorders, WHO, Geneva, 1994 (Sularyo, 2000) retardasi mental dibagi menjadi
4 golongan yaitu :
Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
Moderate reterdation (reterdasi mental sedang), IQ 35-49
Severe retardation (reterdasi mental berat) IQ 20-34
Profound retardation (reterdasi mental sangat berat), IQ < 20
Sularyo (2000), menggolongkan retardasi mental menjadi 4 golongan
yaitu :
a. Reterdasi Mental Ringan
Reterdasi mental ringan dikategorikan sebagai reterdasi mental dapat
mendidik (educable). Anak mengalami gangguan bahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
22
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan,
mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih) meskipun
tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan yang
utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang
bermasalah dalam membaca dan menulis.
b. Reterdasi Mental Sedang
Reterdasi mental sedang dapat dikategorikan sebagai reterdasi dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan
perkembangan dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas.
Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan keterampilan motor juga
mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan
sepanjang hidupnya. Kemajuan disekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar
dasar-dasar membaca, menulis, dan berhitung.
c. Reterdasi Mental Berat
Kelompok reterdasi mental berat ini hampir sama dengan reterdasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang
terkait. Perbedaan utama adalah pada reterdasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
d. Reterdasi Mental Sangat Berat
Reterdasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
23
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu dalam
bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
Para ahli klinis menggunakan 4 kategori retardasi mental berdasarkan pada
nilai tes intelligensinya, yakni: ringan, sedang, berat, dan sangat berat (Semium,
2006).
TINGKAT-TINGKAT RETARDASI MENTAL DALAM PANDANGAN
KLINIS
Tingkat Kehebatan Perkiraan Rentang
IQ
Persentasi Reterdasi
Mental
Reterdasi mental ringan 50-70 Kira-kira 85
Reterdasi mental sedang 35-49 10
Reterdasi mental berat 20-34 3-4
Reterdasi mental sangat
berat
Dibawah 20 1-2
Sumber : disadur dari DSM-III, 32-33.
PPDGJ-III menggolongkan reterdasi mental menjadi 4 golongan yaitu :
a. Retardasi Mental Ringan
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50
sampai 69. Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada
berbagai tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami
keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagian besar dapat mencapai
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
24
kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat
mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan
keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat
daripada normal. Kesulitan utama biasanya tampak pada pekerjaan sekolah yang
bersifat akademik, dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.
b. Retardasi Mental Sedang
Biasanya IQ berada pada rentang 35 sampai 49. Umumnya ada profil
kesenjangan (discrepancy) dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat
yang lebih tinggi dalam keterampilan visio-spasial dari pada tugas-tugas yang
tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat
mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana. Tingkat perkembangan
bahasa bervariasi: ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan
yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka.
c. Retardasi Mental Berat
Biasanya IQ berada pada rentang 20 sampai 34. Pada umumnya mirip
dengan retardasi mental sedang dalam hal:
Gambaran klinis
Terdapat etiologi organik
Kondisi yang menyertainya
Tingkat presentasi yang rendah
Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan
motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukan adanya
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
25
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yeng bermakna secara klinis dari
susunan saraf pusat.
d. Retardasi Mental Sangat Berat
Biasanya IQ dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas,
hanya dapat mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana.
Keterampilan visio-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan
mencocokan mungkin dapat dicapainya, dan dengan pengawasan dan petujuk
yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan
rumah tangga.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
tunagrahita dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita
sedang, tunagrahita berat, dan tunagrahita sangat berat.
C. Kerangka Berpikir
Setiap orangtua menginginkan anaknya tumbuh secara sempurna, namun
demikian kenyataaan yang tidak sesuai dengan harapan yang dialami oleh satu
atau keduanya, akan menimbulkan kekecewaan. Salah satunya adalah mempunyai
anak yang berkebutuhan khusus yaitu memiliki anak tunagrahita. Somantri
(2007), tunagrahita merupakan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah
rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam
interaksi sosial.
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
26
Memiliki anak tunagrahita merupakan suatu tantangan yang cukup berat
bagi banyak orangtua. Tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan bahwa merawat
dan mengasuh anak tunagrahita tidaklah mudah, karena merawat anak tunagrahita
membutuhkan tenaga dan perhatian yang ekstra karena berbeda dengan anak-anak
normal pada umumnya.
Keluarga merupakan lingkungan terdekat dan utama dalam kehidupan
anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunagrahita. Adanya keterbatasan
yang dimiliki oleh anak, maka dari itu peran dukungan keluarga merupakan suatu
hal yang sangat penting bagi perkembangan anak. Peningkatan kemampuan hidup
anak tunagrahita akan sangat ditentukan oleh peran serta dan dukungan penuh dari
keluarga, sebab keluarga adalah pihak yang mengenal dan memahami berbagai
aspek dalam diri seseorang dengan jauh lebih baik daripada orang-orang yang
lain. Dukungan dan penerimaan dari orangtua dan anggota keluarga yang lain
akan memberikan semangat dan kepercayaan dalam diri anak tunagrahita untuk
lebih berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan
ketrampilan hidupnya. Sebaliknya, penolakan atau minimnya dukungan yang
diterima dari orang-orang terdekat akan membuat mereka semakin rendah diri dan
menarik diri dari lingkungan, enggan berusaha karena selalu diliputi oleh
ketakutan ketika berhadapan dengan orang lain maupun untuk melakukan sesuatu,
dan pada akhirnya mereka benar-benar menjadi orang yang tidak dapat berfungsi
secara sosial serta selalu tergantung pada bantuan orang lain, termasuk dalam
merawat diri sendiri. Sebagaimana hasil penelitian Siswono (2008) menjelaskan
bahwa keberadaan anak tunagrahita membutuhkan dukungan keluarga yang besar
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014
27
sehingga anak mampu menyesuaikan diri dan memiliki perkembangan yang baik
sesuai dengan kemampuannya.
Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan diatas, penelitian dukungan
keluarga terhadap anak tunagrahita penting untuk dilakukan. Kerangka berfikir
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Anak
Didiagnosis Mengalami Tunagrahita
Dukungan Keluarga
Dukungan Informasional
Dukungan Penilaian
Dukungan Instrumental
Dukungan Emosional
Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014