19
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari anggota keluarga inti seperti ayah, ibu, dan anak-anak. Menurut Shochib (2010), pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah, sosial, psikologis dan juga pedagogis. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lain. Dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan dan interaksi dan saling mempengaruhi, antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara mereka tidak ada hubungan darah. Menurut pengertian psikologis keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Soelaeman, 1994). Dalam pengertian pedagogis keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Menurut Gerungan (2004), Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan sekelompoknya. Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari

anggota keluarga inti seperti ayah, ibu, dan anak-anak. Menurut Shochib (2010),

pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah, sosial, psikologis

dan juga pedagogis. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu

kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lain.

Dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang

diikat oleh adanya saling berhubungan dan interaksi dan saling mempengaruhi,

antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara mereka tidak ada hubungan

darah. Menurut pengertian psikologis keluarga adalah sekumpulan orang yang

hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota

merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling

memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Soelaeman, 1994). Dalam

pengertian pedagogis keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh

kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan

pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Menurut

Gerungan (2004), Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam

kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial

dalam hubungan interaksi dengan sekelompoknya.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

10

Burgess, 1963 (Friedmand, 1998) keluarga merupakan orang-orang yang

disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, dan ikatan adopsi. Menurut Friedmand

(1998), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan

kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidetifikasi diri mereka sebagai

bagian dari keluarga.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

keluarga adalah orang-orang yang tinggal dalam satu rumah yang mempunyai

hubungan perkawinan, hubungan darah dan saling berinteraksi satu sama lain.

2. Pengertian Dukungan Keluarga

Friedman (1998), dukungan keluarga adalah dukungan yang mengacu

kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai

suatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga. Anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersikap mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. Menurut Kane (Friedman, 1998) dukungan keluarga

adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan

sosialnya. Dukungan keluarga juga merupakan sebuah proses yang terjadi

sepanjang kehidupan masa kehidupan ; sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-

beda dalam berbegai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat

berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau

dukungan dari saudara-saudara kandung, dan dukungan keluarga eksternal, yaitu

dukungan eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja keluarga). Menurut

Friedman (1998), studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptulisasi

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

11

dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat

eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat.

Sarwono (2003), dukungan keluarga adalah suatu upaya yang diberikan

kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut

dalam melaksanakan kegiatan. Dukungan keluarga juga didefinisikan sebagai

informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku

yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam

lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan

keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Orang

yang merasa memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena

diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Smet,

1994). Dukungan keluarga menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu

bantuan atau dorongan psikologis yang diberikan oleh keluarga (Kamus Besar

Bahasa Inonesia, 2003).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

dukungan keluarga dapat diartikan sebagai dukungan yang diperoleh dari anggota

keluarga, dimana dukungan tersebut dapat berupa perhatian, pemberian afeksi,

sikap menghargai, dan dukungan moril lainnya yang langsung diberikan pada

seseorang.

3. Fungsi Dukungan Keluarga

Friedman (1998), menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi

dukungan yaitu :

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

12

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (pembayar)

informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

yang dapat digunakan mengungkap suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing

dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumberdan validator indentitas

anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum,

istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari

dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,

adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

13

House & Kahn (1985), ada empat aspek dukungan keluarga yang

diberikan yaitu:

a. Dukungan emosional (Emotional Support)

Dukungan emosional meliputi ekspresi, empati, perlindungan, perhatian,

kepercayaan. Dukungan ini membuat seseorang merasa nyaman, tentram, dan

dimiliki dan dicintai.

b. Dukungan instrumental (Instrumental Support)

Dukungan instrumental adalah dukungan dalam bentuk penyediaan sarana

yang dapat mempermudah tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk materi juga

berupa jasa pelayanan.

c. Dukungan informasi (Informational Support)

Dukungan informasi adalah bentuk dukungan yang, meliputi pemberian

nasehat, arahan, pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus berbuat.

d. Penilaian

Dukungan ini berupa penghargaan atas usaha yang telah dilakukan,

memberi umpan balik mengenai hasil/prestasi.

Aspek dukungan keluarga yang diungkapkan oleh House (dalam Smet,

1994) antara lain sebagai berikut:

a. Emosional : harapan, cinta dan kasih sayang, kepercayaan, perhatian dan

kesediaan mendengarkan.

b. Informatif : nasehat, sugesti, saran yang berguna untuk mempermudah individu

dalam menjalani hidupnya dan memberikan informasi.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

14

c. Instrumental : tersedianya sarana untuk menolong individu melalui waktu, alat

pekerjaan, bantuan uang, kesempatan dan modifikasi lingkungan.

d. Penilaian : berupa dukungan dalam bentuk penguatan dan perbandingan sosial

serta umpan balik yang diterima individu. Dukungannya berupa penghargaan

positif, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan penderita.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi

dukungan keluarga dibagi menjadi 4 (empat) yaitu : dukungan informasional,

dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional.

4. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan

bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan

pengalaman perkembangan. Anak yang berasal dari keluarga kecil menerima

lebih banyak perhatian dari pada anak dari keluarga yang besar. Selain itu, usia

orangtua khususnya ibu juga dapat mempengaruhi pemberian perhatian kepada

anak. Ibu yang masih muda cenderung tidak bisa merasakan atau mengenali

kebutuhan anaknya dibandingkan dengan usia ibu yang lebih tua. Faktor yang

mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua.

Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua

dan tingkat pendidikan orangtua. Dalam keluarga kelas menengah, suatu

hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara pada keluarga

kelas bawah, yang ada adalah hubungan yang otoritas dan otokrasi. Selain itu

orangtua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan

keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orangtua dengan kelas sosial bawah.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

15

Purnawarman, 2001 (Setiadi, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah :

a. Faktor internal

1. Tahap perkembangan

Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia

perkembangan, dalam hal ini tahap perkembangan sangat berpengaruh dalam

setiap dukungan keluarga individu.

2. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel

intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir

seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan keluarga.

3. Faktor emosional

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan keluarga dan cara melaksanakannya. Seorang yang sangat memerlukan

dukungan selalu ingin selalu diperhatikan dalam di setiap langkahnya dalam

menggapai suatu tujuan

4. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, menyangkut nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan

dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti hidup.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

16

b. Faktor eksternal

1. Dalam keluarga

Anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian

dari pada anak dari keluarga yang besar. Selain itu usia orangtua khususnya ibu

juga dapat mempengaruhi pemberian perhatian kepada anak. Ibu yang masih

muda cenderung tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya

dibandingkan dengan usia ibu yang lebih tua.

2. Faktor sosial ekonomi

Meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orangtua dan tingkat

pendidikan orangtua. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan

demokratis dan adil mungkin ada, sementara pada keluarga menengah bawah

yang ada adalah hubungan yang otoritas dan otokrasi. Selain itu orangtua dengan

kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang

lebih tinggi dari pada orangtua dengan kelas sosial bawah.

3. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu

dalam memberikan dukungan keluarganya.

B. Tunagrahita

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang

mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

17

asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental

deficiency, mental defective, dan lain-lain (Somantri, 2007)

Istilah tersebut sesungguhnya mempunyai arti yang sama yang

menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai

oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. AAMD

(American Association Of Mental Deficiency) “keterbelakangan mental

menunjukan fungsi intelektual dibawah rata-rata secara jelas dengan disertai

ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa

perkembangan” (Kauffman dan Hallahan, dalam Somantri 2007). Menurut

Semiun (2006), retardasi mental adalah tingkat fungsi intelektual yang secara

signifikan berada dibawah rata-rata sebagaimana diukur oleh tes intelegensi yang

dilaksanakan secara individual.

Grossman (Sularyo, 2000), Retardasi mental adalah penurunan fungsi

intelektual yang menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan

gangguan adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan.

Berdasarkan pengertian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa tunagrahita

adalah anak yang mempunyai kemampuan inteleaktual dibawah rata-rata dan juga

memiliki keterbatasan intelegensi, interaksi sosial, dan fungsi mental lainnya.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita

Somantri, (2007) menentukan beberapa karakteristik umum tunagrahita

yaitu :

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

18

a. Keterbatasan Intelegensi

Intelegensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk mempelajari informasi dan ketrampilan-ketrampilan

menyesuaikan diri dengan masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru,

belajar dari pengalaman masa lalu, berpikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara

kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-kesulitan dan

kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki

kekurangan dalam semua hal tersebut. kapasitas belajar anak tunagrahita terutama

yang bersifat abstrak seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca juga

terbatas. Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung

belajar dengan membeo.

b. Keterbatasan Sosial

Disamping memiliki keterbatasan intelegensi, anak tunagrahita juga

memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu

mereka memerlukan bantuan.

Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda

usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak mampu memikul

tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga mereka harus selalu dibimbing

dan diawasi. Mereka juga mudah dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu

tanpa memikirkan akibatnya.

c. Keterbatasan Fungsi-Fungsi Mental Lainnya

Anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama untuk

menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka memperlihatkan

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

19

reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten

dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu

kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa.

Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan

(perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena

alasan itu mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya.

Selain itu perbedaan dan persamaan harus ditunjukan secara berulang-ulang.

Anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan sesuatu,

membedakan antara yang baik dengan yang buruk, dan membedakan yang benar

dan salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak tunagrahita

tidak dapat membayangkan terlabih dahulu konsekuensi dari suatu perbuatan.

DSM-III R mengemukakan tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam

mendiagnosis seorang individu yang menderita retardasi mental: (1) individu

harus memiliki “fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada dibawah

rata-rata”. Secara teknis, fungsi intelektual dari individu tersebut berada pada IQ

70 atau lebih rendah dari 70; (2) individu tersebut harus mengalami kekurangan

atau kerusakan dalam tingkah laku adaptif yang disebabkan oleh atau ada

hubungannya dengan inteligensi yang rendah. Kerusakan dalam tingkah laku

adaptif didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menerima tanggung jawab

sosial dan mengurus diri sendiri (misalnya mengenal atau mengatakan tentang

waktu, menangani uang, berbelanja, atau berpergian sendiri) (Semiun, 2006).

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

20

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan karakteristik anak

tunagrahita yaitu keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial dan juga

keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya.

3. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya,

yang terdiri dari keterbelakangan ringan, sedang dan berat. Pengelompokannya

seperti ini sebenarnya bersifat artificial karena ketigannya tidak dibatasi oleh garis

demarkasi yang tajam. Gradasi satu level ke level berikutnya bersifat kontinuum.

Kemampuan intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes

Stanford Binet dan Skala Weschler (WISC) (Somantri, 2007)

a. Tunagrahita Ringan

Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki

IQ antara 68-52. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung

sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak dengan

terbelakang mental ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan

untuk dirinya sendiri.

b. Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ

antara 51-36 pada skala Binet dan 54-40 pada skala Weschler (WISC). Anak

terbelakang mental sedang bisa mencapai perkembangan MA (umur mental)

sampai kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat didik mengurus diri sendiri,

melindungi diri sendiri dari bahaya, seperti menghindari kebakaran, berjalan

dijalan raya, berlindung dari hujan dan sebagainya.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

21

c. Tunagrahita Berat

Kelompok anak tunagrahita berat sering disebut idiot. Kelompok ini dapat

dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat

(severe) memilki IQ antara 32-20 menurut skala Binet dan antara 39-25 menurut

skala Weschler (WISC).

d. Tunagrahita Sangat Berat

Tunagrahita sangat berat (profound) memiliki IQ dibawah 19 menurut

skala Binet dan IQ dibawah 24 menurut skala Weschler (WISC). Kemampuan

mental atau MA maksimal yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural

Disorders, WHO, Geneva, 1994 (Sularyo, 2000) retardasi mental dibagi menjadi

4 golongan yaitu :

Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69

Moderate reterdation (reterdasi mental sedang), IQ 35-49

Severe retardation (reterdasi mental berat) IQ 20-34

Profound retardation (reterdasi mental sangat berat), IQ < 20

Sularyo (2000), menggolongkan retardasi mental menjadi 4 golongan

yaitu :

a. Reterdasi Mental Ringan

Reterdasi mental ringan dikategorikan sebagai reterdasi mental dapat

mendidik (educable). Anak mengalami gangguan bahasa tetapi masih mampu

menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

22

Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan,

mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih) meskipun

tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan yang

utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang

bermasalah dalam membaca dan menulis.

b. Reterdasi Mental Sedang

Reterdasi mental sedang dapat dikategorikan sebagai reterdasi dapat

dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan

perkembangan dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas.

Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan keterampilan motor juga

mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan

sepanjang hidupnya. Kemajuan disekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar

dasar-dasar membaca, menulis, dan berhitung.

c. Reterdasi Mental Berat

Kelompok reterdasi mental berat ini hampir sama dengan reterdasi mental

sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang

terkait. Perbedaan utama adalah pada reterdasi mental berat ini biasanya

mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.

d. Reterdasi Mental Sangat Berat

Reterdasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas

kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

23

Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu dalam

bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.

Para ahli klinis menggunakan 4 kategori retardasi mental berdasarkan pada

nilai tes intelligensinya, yakni: ringan, sedang, berat, dan sangat berat (Semium,

2006).

TINGKAT-TINGKAT RETARDASI MENTAL DALAM PANDANGAN

KLINIS

Tingkat Kehebatan Perkiraan Rentang

IQ

Persentasi Reterdasi

Mental

Reterdasi mental ringan 50-70 Kira-kira 85

Reterdasi mental sedang 35-49 10

Reterdasi mental berat 20-34 3-4

Reterdasi mental sangat

berat

Dibawah 20 1-2

Sumber : disadur dari DSM-III, 32-33.

PPDGJ-III menggolongkan reterdasi mental menjadi 4 golongan yaitu :

a. Retardasi Mental Ringan

Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50

sampai 69. Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada

berbagai tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi

perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa. Walaupun mengalami

keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagian besar dapat mencapai

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

24

kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat

mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan

keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat

daripada normal. Kesulitan utama biasanya tampak pada pekerjaan sekolah yang

bersifat akademik, dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.

b. Retardasi Mental Sedang

Biasanya IQ berada pada rentang 35 sampai 49. Umumnya ada profil

kesenjangan (discrepancy) dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat

yang lebih tinggi dalam keterampilan visio-spasial dari pada tugas-tugas yang

tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat

mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana. Tingkat perkembangan

bahasa bervariasi: ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan

yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka.

c. Retardasi Mental Berat

Biasanya IQ berada pada rentang 20 sampai 34. Pada umumnya mirip

dengan retardasi mental sedang dalam hal:

Gambaran klinis

Terdapat etiologi organik

Kondisi yang menyertainya

Tingkat presentasi yang rendah

Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan

motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukan adanya

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

25

kerusakan atau penyimpangan perkembangan yeng bermakna secara klinis dari

susunan saraf pusat.

d. Retardasi Mental Sangat Berat

Biasanya IQ dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas,

hanya dapat mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana.

Keterampilan visio-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan

mencocokan mungkin dapat dicapainya, dan dengan pengawasan dan petujuk

yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan

rumah tangga.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi

tunagrahita dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita

sedang, tunagrahita berat, dan tunagrahita sangat berat.

C. Kerangka Berpikir

Setiap orangtua menginginkan anaknya tumbuh secara sempurna, namun

demikian kenyataaan yang tidak sesuai dengan harapan yang dialami oleh satu

atau keduanya, akan menimbulkan kekecewaan. Salah satunya adalah mempunyai

anak yang berkebutuhan khusus yaitu memiliki anak tunagrahita. Somantri

(2007), tunagrahita merupakan kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah

rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam

interaksi sosial.

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

26

Memiliki anak tunagrahita merupakan suatu tantangan yang cukup berat

bagi banyak orangtua. Tidak sedikit orangtua yang mengeluhkan bahwa merawat

dan mengasuh anak tunagrahita tidaklah mudah, karena merawat anak tunagrahita

membutuhkan tenaga dan perhatian yang ekstra karena berbeda dengan anak-anak

normal pada umumnya.

Keluarga merupakan lingkungan terdekat dan utama dalam kehidupan

anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunagrahita. Adanya keterbatasan

yang dimiliki oleh anak, maka dari itu peran dukungan keluarga merupakan suatu

hal yang sangat penting bagi perkembangan anak. Peningkatan kemampuan hidup

anak tunagrahita akan sangat ditentukan oleh peran serta dan dukungan penuh dari

keluarga, sebab keluarga adalah pihak yang mengenal dan memahami berbagai

aspek dalam diri seseorang dengan jauh lebih baik daripada orang-orang yang

lain. Dukungan dan penerimaan dari orangtua dan anggota keluarga yang lain

akan memberikan semangat dan kepercayaan dalam diri anak tunagrahita untuk

lebih berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan

ketrampilan hidupnya. Sebaliknya, penolakan atau minimnya dukungan yang

diterima dari orang-orang terdekat akan membuat mereka semakin rendah diri dan

menarik diri dari lingkungan, enggan berusaha karena selalu diliputi oleh

ketakutan ketika berhadapan dengan orang lain maupun untuk melakukan sesuatu,

dan pada akhirnya mereka benar-benar menjadi orang yang tidak dapat berfungsi

secara sosial serta selalu tergantung pada bantuan orang lain, termasuk dalam

merawat diri sendiri. Sebagaimana hasil penelitian Siswono (2008) menjelaskan

bahwa keberadaan anak tunagrahita membutuhkan dukungan keluarga yang besar

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Keluargarepository.ump.ac.id/2833/3/BAB II.pdf · Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang

27

sehingga anak mampu menyesuaikan diri dan memiliki perkembangan yang baik

sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan diatas, penelitian dukungan

keluarga terhadap anak tunagrahita penting untuk dilakukan. Kerangka berfikir

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Anak

Didiagnosis Mengalami Tunagrahita

Dukungan Keluarga

Dukungan Informasional

Dukungan Penilaian

Dukungan Instrumental

Dukungan Emosional

Study Tentang Dukungan…, Dyah Retnowati, Fakultas Psikologi, UMP, 2014