21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku keluarga dalam perawatan kesehatan 1. Perilaku (Practice) Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation) (Notoatmodjo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia (Notoatmodjo, 2007). 2. Perilaku kesehatan Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan terbagi menjadi tiga teori penyebab masalah kesehatan yang meliputi : a. Faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. Pada seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Seseorang dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku perawatan hipertensi maka secara langsung akan bersikap positif dan menuruti aturan pengobatan, disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku keluarga dalam ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muhamadagu... · terjadinya perilaku kesehatan. dimana lingkungan yang jauh

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku keluarga dalam perawatan kesehatan

1. Perilaku (Practice)

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik

dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Dimana perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin

(Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

(Notoatmodjo, 2003). Faktor penentu atau determinan perilaku manusia

sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan

berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis

besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik,

psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis

yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia (Notoatmodjo, 2007).

2. Perilaku kesehatan

Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh

faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Menurut Lawrence

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan terbagi

menjadi tiga teori penyebab masalah kesehatan yang meliputi :

a. Faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

tradisi. Pada seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak

pada perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Seseorang dengan

pengetahuan yang cukup tentang perilaku perawatan hipertensi maka

secara langsung akan bersikap positif dan menuruti aturan pengobatan,

disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih

7

8

ada yang percaya dengan pengobatan alternatif bukan medis yang

dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.

b. Faktor pemungkin (Enabling factors) merupakan faktor yang

memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan artinya bahwa

faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk

terjadinya perilaku kesehatan. dimana lingkungan yang jauh atau jarak

dari pelayanan kesehatan yang memberikan kontribusi rendahnya

perilaku perawatan pada penderita hipertensi.

c. Faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku antara lain :

1) Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan Petugas sangat membantu, dimana dengan adanya

dukungan petugas dari petugas sangatlah besar artinya bagi

seseorang dalam melakukan perawatan hipertensi, sebab petugas

adalah yang merawat dan sering berinteraksi, sehingga pemahaman

terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering

berinteraksi akan sangat mempengaruhi rasa percaya dan menerima

kehadiran petugas bagi dirinya, serta motivasi atau dukungan yang

diberikan petugas sangat besar artinya terhadap ketaatan pesien

untuk selalu mengontrol tekanan darahmya secara rutin (Purwanto,

1999).

2) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga sangatlah penting karena keluarga

merupakan unit terkecil dalam masyarakat dan sebagai penerima

asuhan keperawatan. Oleh karena itu keluarga sangat berperan dalam

menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh anggota keluarga

yang sakit, apabila dalam keluarga tersebut salah satu anggota

keluarganya ada yang sedang mengalami masalah kesehatan maka

sistem dalam keluarga akan terpengaruhi. (Friedman, 1998).

9

3. Unsur-Unsur Perilaku

Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara tanggapan dari

individu terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya, agar bisa

beradaptasi dan tetap survive. Yang mendasari timbulnya perilaku adalah

dorongan yang ada dalam diri manusia, jadi perilaku muncul karena

adanya dorongan untuk survive. Menurut Notoatmodjo, 2007 ada tiga

unsur utama dalam perilaku yaitu :

a. Adanya afektif (perasaan atau penilaian pada berbagai hal)

b. Kognitif (pengetahuan kepercayaan atau pendapat tentang suatu

obyek)

c. Psikomotor (niat serta tindakan yang berkaitan dengan suatu obyek)

Perilaku memiliki hubungan yang cukup besar dalam menentukan

tingkat pemanfaatan sarana kesehatan. Teori Adopsi perilaku dari Rogers

yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), mengemukakan bahwa untuk

mengubah perilaku seseorang akan melewati 5 tahapan yaitu awarenes

(kesadaran), interest (perhatian atau ketertarikan dengan ide baru),

evalution (perilaku terhadap ide), trial (usaha untuk mencoba) dan terakhir

adoption (bila menerima ide baru).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Perawatan

Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip dari Lewin perilaku

ketaatan pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan

merupakan hal yang sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku

seseorang. Pengetahuan pasien tentang perawatan pada penderita

hipertensi yang rendah yang dapat menimbulkan kesadaran yang

rendah pula yang berdampak dan berpengaruh pada penderita

hipertensi dalamm engontrol tekanan darah, kedisiplinan pemeriksaan

yang akibatnya dapat terjadi komplikasi berlanjut.

b. Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau

obyek.

10

c. Ciri-ciri individual meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan

dan status sosial ekonomi.

d. Partisipasi keluarga merupakan keikutsertaan keluarga dalam

membantu pasien melaksanakan perawatan dan pengobatan.

B. Keluarga Dengan Penyakit Hipertensi

1. Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar

perkawinan antara orang dewasa atau seorang laki-laki atau seorang

perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak baik anaknya

sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. (Friedman,

1998).

b. Tipe-tipe keluarga

Menurut Friedman (1998), keluarga di bedakan menjadi beberapa

tipe, antara lain :

1) Keluarga inti (unclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau

adopsi atau keduanya.

2) Keluarga besar (exstended family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek, nenek, paman, bibi)

3) Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga inti.

4) Keluarga duda/janda adalah keluarga yang terjadi oleh karena

perceraian atau kematian.

5) Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.

11

6) Keluarga habitas (cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk keluarga.

c. Fungsi Keluarga

Lima fungsi dasar keluarga menurut (Friedman, 1998) adalah :

1) Fungsi Afektif

Apakah anggota keluarga merasa kebutuhan-kebutuhan

individu lain dalam keluarga, apakah orang tua (suami/istri) mampu

menggambarkan kebutuhan-kebutuhan persoalan-persoalan lain dari

anak-anak mereka dan pasangannya, apakah mereka saling

menghormati satu sama lain, bagaimana mereka saling mendukung

satu sama lain.

2) Fungsi sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak lahir. keluarga merupakan tempat

individu belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu

dan keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar anggota

keluarga yang di wujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga

belajar disiplin, belajar tentang norma, budaya, dan perilaku melalui

hubungan interaksi dalam keluarga.

3) Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan

dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program

keluarga bencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

4) Fungsi ekonomi

Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,pangan

dan papan.Dan sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang

ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga.

5) Fungsi perawatan keluarga

Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga

terhadap kesehatan, definisi keluarga tentang tingkat pengetahuan

12

mereka. Apakah keluarga dapat melaporkan mulai kapan menderita

hipertensi dan menyebutkan tanda-tanda atau perubahan yang terjadi

pada anggota keluarga dengan hipertensi. Apakah yang sudah di

lakukan keluarga, apa persepsi keluarga tentang hal yang telah di

lakukan dalam mengatasi masalah tersebut. Bagaimana kebiasaan

tidur keluarga : apakah anggota keluarga memenuhi syarat tidur

sesuai dengan tuntutan usia. Kebiasaan menggunakan obat-obatan :

Apakah keluarga terbiasa mengonsumsi alkohol, kopi, teh dan rokok.

Apakah keluarga secara regular menggunakan obat yang di beli di

toko untuk menghilangkan pusing. Peran keluarga dalam perawatan

diri : Apakah yang di lakukan kelurga untuk memperbaiki satus

kesehatan. Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan.

d. Tugas keluarga

Menurut Friedman dalam Murwani (2007) tugas keluarga dalam

bidang kesehatan terdiri dari :

1) Mengenal masalah

Bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan

penyakit hipertensi, pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab

dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.

2) Mengambil keputusan

Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah, bagaimana masalah dirasakan oleh keluarga, keluarga

menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi, adakah rasa

takut terhadap akibat atau adakah sikap negatif dari keluarga

terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan

keputusan yang dilakukan keluarga anggota keluarga yang sakit.

13

3) Merawat anggota keluarga yang sakit

Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat dan

perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap yang sakit.

4) Memodifikasi lingkungan

Seperti pentingnya hygien sanitasi bagi keluarga, upaya

pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga, upaya pemeliharaan

lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga

dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang berdampak

terhadap kesehatan keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan

fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang

ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,

apakah fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah

pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

2. Perawatan Hipertensi

a. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastoliknya di atas

90mmHg.Sementara itu diastolik lebih kecil dari 85 mmHg dianggap

tekanan darah normal, 85-89 mmHg normal tinggi, 90-104 mmHg

hipertensi ringan 105-114 mmHg hipertensi sedang, dan lebih dari 115

dianggap tekanan darah tinggi (Wiryowidagto, 2003). Sedangkan

menurut WHO yang dikutip oleh slamet suyono (2001) batas tekanan

darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan

darah sama dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi.

14

b. Klasifikasi Hipertensi

Menurut (Suryaman, 2002) hipertensi di klasifikasikan menjadi 2, yaitu

1) Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah penyakit hipertensi yang tidak

langsung disebabkan oleh penyebab yang tidak diketahui. Dalam

bahasa sederhana atau menurut istilah orang awam adalah

hipertensi yang penyebabnya belum diketahui.

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui

penyebabnya timbulnya, penyakit hipertensi sekunder sebagai

akibat dari suatu penyakit, kondisi, dan kebiasaan seseorang.

Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder adalah

sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi hal-hal berikut, seperti

akibat stress yang parah, penyakit atau gangguan ginial, kehamilani

atau pemakaian pil pencegah kehamilan, pemakaian obat terlarang

seperti heroin, kokain atau jenis narkoba lainnya, cedera dikepala

atau perdarahan di otak yang berat, tumor di otak atau sebagai

reaksi dari pembedahan. Secara klinis derajat hipertensi dapat

dikelompokkan sesuai rekomendasi dari “ The Six Report of The

Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment

of High Blood Presure’’ sebagai berikut :

Tabel 2.1. kategori hipertensi

No. KategoriSistolik(mmHg)

Diastolik (mmHg)

1. optimal < 120 < 80

2. normal 120-129 80-84

3. Normal- tinggi 130-139 85-89

4. Hipertensi

15

Derajad I 140-159 90-99

Derajad II 160-179 100-109

Derajad III 180-209 110-119

Derajad IV > 210 > 210

Sumber : (Smelzer, 2001)

c. Penyebab penyakit hipertensi

Menurut (Suyono, 2001), Hipertensi dapat disebabkan oleh

beberapa hal di bawah ini :

1) Penyakit ginjal, yang dapat hadir dalam bentuk :

a. Stenosis arteri renal

b. Pielonefritis

c. Glomerulonefritis

d. Tumor ginjal

e. Penyakit ginjal polikista (biasanya penyakit turunan)

f. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)

g. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

2) Kelainan hormonal, seperti :

a. Hiperaldosteronisme

b. Sindrom cushing

3) Feokromositoma obat-obatan, antara lain :

a. Pil KB

b. Kokain penyalahgunaan alcohol

c. kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

d. siklosporin, dll

4) Lain-lain

a. koarktasi aorta (penyempitan arteri besar)

b. preeklamsi (kejang) pada kehamilan

c. keracunan timbale akut

d. porfiria intermiten akut.

16

d. Faktor resiko

Faktor resiko hipertensi adalah keadaan seseorang yang lebih

rentan terserang hipertensi dibandingkan orang lain. Faktor resiko

bukanlah penyebab timbulnya penyakit, melainkan pemicu terjadinya

penyakit. Beberapa keadaan yang merupakan faktor resiko hipertensi :

1) faktor genetik, merupakan faktor bawaan yang menjadi pemicu

timbulnya hipertensi, terutama hipertensi primer.

2) Jenis kelamin, pada dewasa muda dan paruh baya, hipertensi banyak

terjadi pada kaum pria. Namun pada usia di atas 55 tahun, hipertensi

banyak menyerang wanita.

3) Pemakaian pil kontrasersi (KB), karena mengandung estrogen dan

progesterone yang berlebihan.

4) Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang lebih tinggi, kegemukan atau makan

berlebihan, stres dan pengaruh lain. Faktor tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a) Konsumsi garam yang tinggi

Dari data statistik ternyata data diketahui bahwa hipertensi

jarang diderita oieh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi

garam rendah. Dunia kedokteran juga sudah membuktikan bahwa

pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah.

Dan pengeluaran natrium oleh obat diuretik akan menurunkan

tekanan darah lebih lanjut.

b) Kegemukan atau makan berlebihan

Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan

terbukti bahwa ada hubungan antara kegemukan dan hipertensi,

Meskipun mekanismenya bagaimana kegemukan menimbulkan

hipertensi belum jelas. Tetapi sudah terbukti penurunan berat

badan dapat menurunakan takanan darah.

17

c) Stres atau ketegangan jiwa

Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa

(rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa

bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan

hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat

serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres

berlangsung lama tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian

sehingga timbiul kelainan organis atau perubahan patologis.

Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit

hitam di Amerika lebih tinggi dibandingkan dengan oranrg kulit

putih disebabkan stres atau rasa tidak puas pada nasib mereka.

d) Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah

adalah sebagai berikut :

a) Merokok, karena merangsang sistem adrenergik dan

meningkatkan tekanan darah.

b) Minum alkohol

c) Minum obat-obatan, misalnya Ephedrin, prednison,

Epineprin. (Gunawan, 2001)

e. Pengobatan hipertensi

1) Pengobatan tradisional

Tanaman tradisional banyak yang berkasiat untuk

menurunkan tekanan darah tinggi, diantaranya terdapat pada

beberapa jenis tanaman berikut menurut (Depkes RI, 2003),

diantaranya :

a) Bawang putih (alii sativa)

b) Rebusan sledri (infusum apii graveolentis)

c) Rebusan kunyit (infusum curcumae longae)

d) Rebusan rambut jagung (infusum maydis stigma)

e) Rebusan pace (infusum morindae)

f) Rebusan rumput wijen (infusum oldenlandiae)

18

g) Rebusan biji kecipir (infusum psophocarpi)

2) Pengobatan farmakologis

Perlu diingat pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka

panjang, bahkan seumur hidup. Pengobatan secara farmakologis

dapat dilakukan dengan panduan dari National Institute of Health,

sebagai berikut :

a) Hipertensi derajad 1, tekanan darah 140-159/90-99 mmHg :

melalui pola hidup sehat ditambah satu jenis obat hipertensi

b) Hipertensi derajad 2, tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih :

pola hidup sehat ditambah dua jenis atau lebih obat hipertensi

Pengobatan hipertensi diarahkan kepada penyebabnya, Pada

umumnya penanganannya meliputi kombinasi pemberian obat,

pengaturan diet, dan olah raga. Selain itu juga perlu memeriksakan

tekanan darahnya secara teratur untuk mencegah komplikasi

(Bangun, 2002).

f. Perawatan Penyakit Hipertensi

a) Mengurangi kelebihan berat badan

Penderita hipertensi yang kelebihan berat badan dianjurkan

untuk menurunkan bobotnya sampai batas ideal dengan cara

membatasi makan dan mengurangi makanan berlemak.

b) Mengurangi alkohol secara teratur

Alkohol bisa memberikan kontribusi terhadap kejadian

hipertensi. Alkohol bisa mengurangi kemampuan pompa jantung

dan kadang-kadang membuat pengobatah hipertensi kurang efektif.

19

c) Olah raga secara teratur

Latihan aerobik secara teratur tiga sampai empat kali

seminggu dengan lama 30-45 menit bisa membantu mengurangi

resiko hipertensi dan penyakit kardiovaskuler.

d) Membatasi asupan natrium yang tinggi, meskipun tidak selalu bisa

meningkatkan tekanan darah khususnya pada orang tua penderita

darah tinggi dan pasien dengan DM.

e) Berhenti merokok

merokok tidak menyebabkan hipertensi, Namun merokok adalah

salah satu faktor resiko utama dari penyakit kardiovaskuler.

f) Mengurangi lemak

Seorang penderita tekanan darah dengan kadar lemak yang banyak

mungkin memerlukan modifikasi diet atau terapi obat untuk

menormalkannya. (Anies, 2006)

C. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah sesuatu yang dikemukakan seseorang yang

merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian penginderaan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan didalam domain

kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu:

20

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari yaitu dengan menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan. Pada keluarga yang mempunyai

penderita hipertensi diharapkan dapat mengetahui gejala-gejala dan

penyebab lain dari penyakit hipertensi kepada orang lain serta untuk

dirinya sendiri.

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari. Hal ini diharapkan keluarga dapat

menjelaskan alasan dari mengapa perlu adanya perilaku perawatan

pada penderita hipertensi.

c) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukunhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain. Pada keluarga yang

mempunyai penderita hipertensi diharapkan dapat melakukan

tindakan pencegahan apabila terjadi komplikasi.

21

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya. Dimana keluarga dapat mengetahui tentang perawatan

pada penderita hipertensi sesuai dengan kondisi agar taraf

kesehatannya dapat terjaga dengan baik.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Dimana keluarga dapat menyusun suatu

program pengobatan yang merupakan bagian dari perilaku perawatan

dengan menyusun rencana menu, jadwal pemeriksaan, agar tekanan

darah dapat terkontrol.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2003), yaitu :

a) Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih

mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah

pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

22

b) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak

akan memberikan pengetahuan yang jelas terutama tentang cara

perawatan yang benar dan tepat pada penderita hipertensi.

c) Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,

karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai

dengan tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang

dianut.

d) Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang

umur semakin banyak (bertambah tua).

e) Sosial Ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan

dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang

di miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam

mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan

dengan pendapatan keluarga.

4. Cara mencari pengetahuan

Ada berbagai macam cara untuk mencari atau menperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu :

a) Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional

dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum

ditemukannya metode ilmiah untuk metode penemuan secara

sistematik dan logis (Notoatmodjo, 2003).

b) Cara coba-salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu

seseorang apabila menghadapi persoalan untuk masalah, upaya

23

pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba saja. Dimana

metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama

untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode

coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang

belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah

(Notoatmodjo, 2003).

c) Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan

dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan

ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya.

Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan,

baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas

ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman

pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan. Perlu diperhatikanbahwa tidak semua pengalaman

pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan

benar, maka perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2003)

e) Melalui jalan pikir

Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat manusia,

cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik

melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2003)

24

f) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi

penelitian. Cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung

terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakat kemudian hasil

pengmatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan

akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003).

5. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden Kedalam pengetahuannya yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut diatas (Notoatmodjo, 2003).

D. Hubungan Pengetahuan keluaga dengan perilaku keluarga Dalam

merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.

Secara spesifik, dengan adanya pengetahuan yang baik yang dimiliki

keluarga berpengaruh pada perilaku yang akan dilakukan dalam melakukan

perawatan pada penderita hipertensi, sehingga berpengaruh pula pada

menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari pada sakit. Jadi dengan

adanya pengetahuan yang baik dan tepat maka status kesehatan penderita

lebih meningkat. Pengetahuan yang baik akan mendorong keluarga untuk

berperilaku yang tepat dalam hal ini. perawatan pada penderita hipertensi,

dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh respon individu terhadap stimulus

atau pengetahuan yang bersifat baik, sedang, buruk, positif, negatif yang

tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu

stimulus tersebut yang berujung pada suatu tindakan atau perilaku

(Notoatmodjo, 2003).

Dari berbagai strategi untuk meningkatkan kekuatan dalam melakukan

kemampuan merawat penderita hipertensi salah satunya dengan adanya

keterlibatan keluarga, dimana keluarga dapat melakukan perawatan dengan

tujuan untuk meningkatkan kesehatan penderita hipertensi sehari-harinya dan

25

tercipta status kesehatan yang optimal (Marilyn, 1998). Sebuah keluarga

dapat menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan

suatu keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat menentukan tentang

perawatan yang tepat untuk responden (Niven, 2000). perilaku keluarga yang

perduli sangat diperlukan untuk menghadapi penderita yang membutuhkan

perhatian. Dalam dukungan emosional yang meliputi rasa empati, kepedulian

dan perhatian terhadap anggota keluarga yang sakit (Smet,1994). Dengan

perhatian yang berlebih maka penderita hipertensi merasa tidak sendiri dalam

menghadapi penyakitnya, karena penyakit hipertensi merupakan penyakit

seumur hidup dan perawatannya pun seumur hidup.

Dengan adanya peran serta keluarga yang dilakukan dengan baik

diharapkan dapat membantu penderita hipertensi dalam melakukan perawatan

sehari-hari, sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

Perlu diketahui bahwa penyakit hipertensi tidak akan sembuh, untuk itu

dibutuhkan suatu perilaku ketaatan jangka panjang dan kesabaran yang ekstra

selama hidupnya guna mempertahankan kesehatannya (Friedman,1998).

26

E. Kerangka Teori

Berdasarkan teori faktor-faktor yang mendukung terjadinya perubahan

perilaku dapat digarnbarkan dengan bagan alur 2.1. seperti dibawah ini.

Bagan 2 .1. Kerangka Teori

(Sumber: Lawrence Green dalam : Notoatmodjo, 2007)

F. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 2. 2. Kerangka Konsep

Faktor Predisposisi:1. Tingkat Pengetahuan2. Sikap3. Keyakinan4. Kepercayaan5. Nilai

Faktor Penguat1. Dukungan Tenaga

kesehatan2. Dukungan keluarga/

tetangga

Perilaku keluarga dalam

perawatan penderita

hipertensi

Faktor Pemungkin

1. Fasilitas Fisik :kesehatan:puskesmas, rumahsakit2. Fasilitas umum:media massa (koran,TV, Radio)

Pengetahuankeluarga

Perilaku keluarga dalam

perawatan

Penderita Hipertensi

27

G. Variabel Penelitian

1. Variabel independen : Pengetahuan keluarga

2. Variabel dependen : Perilaku perawatan pada penderita hipertensi

H. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan perilaku

perawatan pada penderita hipertensi di Desa Putat Gede Kecamatan

Ngampel Kabupaten Kendal.