Upload
vongoc
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen dalam kehidupan masyarakat dewasa ini bukanlah
merupakan istilah atau masalah baru. Manajemen berasal dari kata “to manage”
yang berarti mengelola aktifitas-aktifitas sekelompok orang agar dapat mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.
Manajemen secara umum sering disebut sebagai suatu proses untuk
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung pengertian
bahwa manajemen merupakan suatu ilmu seni yang mempelajari bagaimana cara
mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk
melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan.
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Hasibuan (2011)
manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Marwansyah (2010) menjelaskan
bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk
menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan melalui
pemanfaatan sumber daya dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2 Pengertian dan Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia
2.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen bukan saja mengelola sumber manusia tetapi juga material,
modal dan faktor produksi lainnya. Tetapi bagaimanapun juga, sumber daya
manusia merupakan salah satu produksi yang paling penting yang harus dimiliki
oleh setiap organisasi, maka konsekuensi dari semua itu adalah perlunya
pengelolaan sumber daya manusia secara lebih baik agar diperoleh sumbangan
yang berarti bagi kemajuan organisasi atau perusahaan.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat para ahli tentang
pengertian manajemen sumber daya manusia, seperti yang diungkapkan oleh
Veithzal Rivai yang dikutip oleh Suwatno (2011;29): “Manajemen sumber daya
manusia merupakan salah satu bidang dari manejmen umun yang meliputi segi-
segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian”. Sedangkan
menurut Hasibuan (2011;10):“Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan
seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.”
Dari definisi-definisi tersebut kita menekankan pada kenyataan bahwa
yang utama sekali kita kelola adalah manusia bukan sumber daya yang lainnya.
Keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan
pendayagunaan sumber daya manusia.
Pengelolaan manajemen sumber daya manusia tidaklah semudah
pengelolaan manajemen lainnya, karena manajemen sumber daya manusia khusus
menitik beratkan perhatiannya pada faktor produksi manusia yang memiliki akal,
perasaan dan juga mempunyai berbagai tujuan. Berhasil tidaknya suatu
perusahaan dalam mencapai tujuan sebagian besar tergantung pada manusianya.
Oleh karena itu, tenaga kerja ini harus mendapatkan perhatian khusus dan
merupakan sasaran dari manejemen sumber daya manusia untuk mendapatkan,
mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan karyawan sesuai dengan fungsi
atau tujuan perusahaan.
2.2.2. Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2009 : 12), tenaga kerja manusia dibedakan atas
pemgusaha, karyawan, dan pemimpin.
1. Pengusaha
Pengusaha adalah orang yang menginvestasikan modal untuk memperoleh
pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu tergantung pada laba
yang ingin dicapai perusahaan tersebut.
2. Karyawan
Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa
mereka, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif
dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai.
3. Pemimpin atau Manajer
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain seta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah
gaya seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya, agar mau bekerja efektif
sesuai dengan perintahnya. Asas-asas kepemimpinan adalah bersikap tegas
dan rasional, bertindak konsisten dan berlaku adil dan jujur.
2.2.3. Peranan Manajer Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia yang lengkap harus mencakup fungsi
manajemen dan operasional. MenurutSuwatno (2011;30) mengelompokkan fungsi
manajemen sumber daya manusia kedalam fungsi manajerial dan fungsi
operasional:
1. Fungsi Manajerial (management functional)
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses penentuan tindakan untuk mencapai tujuan.
Sebelum tujuan akhir perusahaan ditentukan, informasi, khususnya
informasi mengenai kepegawaian harus lengkap.
b. Pengorganisasian (organizing)
Sesudah diadakan perencanaan, tindakan selanjutnya adalah
membentuk organisasi untuk melaksanakan tujuan yang telah
ditentukan untuk dicapai.
c. Pengarahan (actuating)
Pengarahan berati memberi petunjuk dan mengajak para pegawai agar
mereka berkemauan secara sadar untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan yang telah ditentukan perusahaan.
d. Pengendalian (controlling)
Pengendalian berati melihat, mengamati dan menilai tindakan atau
pekerjaan pegawai, apakah mereka benar-benar melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan rencana
2. Fungsi Operasional (operational functional)
a. Pengadaan (procurement)
Pengadaan adalah merumuskan dan mencari karyawan yang tepat
untuk mengisi kesempatan kerja karyawan yang ada dalam perusahaan.
Fungsi ini terutama menyangkut penentuan kebutuhan tenaga kerja,
penarikannya, seleksi dan penempatannya.
b. Pengembangan (development)
Penarikan, seleksi dan penempatan karyawan dijalankan dengan baik
belum tentu menjamin bahwa mereka mampu menjalankan
pekerjaannya di tempat yang baru sebaik mungkin. Untuk itu
diperlukan pengembangan karyawan baru dengan maksud agar
karyawan baru mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
kemampuannya. Biasanya ini dilakukan melalui program pendidikan
dan pelatihan karyawan.
c. Kompensasi (compensation)
Kompensasi ini diartikan sebagai pemberian imbalan atau penghargaan
yang adil dan layak dari pihak perusahaan terhadap karyawannya atas
prestasi yang telah diberikan karyawan. Kompensasi ini dapat berupa
gaji, upah, tunjangan dan sarana-sarana lainnya yang memberikan
kepuasan kepada karyawan.
d. Integrasi (integration)
Integrasi merupakan usaha untuk mempengaruhi karyawan sedemikian
rupa hingga segala tindakan-tindakan mereka dapat diarahkan pada
tujuan-tujuan yang menguntungkan perusahaan, pekerjaan dan rekan
kerja.
e. Pemeliharaan (maintenance)
Fungsi ini mempermasalahkan bagaimana memelihara para karyawan
sehingga karyawan betah dan mampu bekerja dengan baik di
perusahaan. Pemeliharaan karyawan yang baik akan memberikan hal
yang baik, salah satunya adalah tingkat labour turnover yang rendah.
Dua hal yang perlu diperhatikan perusahaan dalam memelihara
karyawan adalah pemeliharaan kondisi fisik dan sikap karyawan.
f. Pemutusan (separation)
Merupakan aktivitas perusahaan untuk memberhentikan karyawannya
atau melepas karyawan karena suatu hal. Biasanya pemutusan kerja ini
terjadi karena lanjut usia atau melampaui masa kerja karyawan yang
telah ditentukan perusahaan, perusahaan sudah tidak memerlukan
karyawan itu lagi, perusahaan merasa tidak puas dengan prestasi kerja
atau karyawan mengajukan permohonan pengunduran diri dari
perusahaan.
Maksud dari semua kegiatan di atas yakni manajerial dan operasional
adalah untuk mambantu dalam menjelaskan sasaran dasar. Manajemen sumber
daya manusia diperlukan untuk meningkatkan efektivitas sumber daya manusia
dalam organisasi.
Agar manajemen sumber daya manusia diperhatikan, maka dapat kita lihat
perannya menurut Hasibuan (2009:15) yang menyatakan bahwa manajemen
sumber daya manusia adalah mengatur dan menerapkan program kepegawaian
yang mencakup masalah-masalah seperti:
1. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang
efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job
description, job specifition, job requirement dan job evaluation.
2. Menetapkan penarikan, seleksi dan penempatan karyawan berdasarkan
asas the right man on the right place and the right man on the right
job.
3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi dan
pemberhentian.
4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada
masa yang akan datang.
5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan
perkembangan perusahaan khususnya.
6. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijakan
pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.
7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penilaian prestasi kerja
karyawan.
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
10. Mengatur pensiun, pemberhentian dan pesangonnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perlu
adanya penetapan program tenaga kerja, pengaturan, serta pelaksanaan
untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas.
2.3 Lingkungan Kerja
2.3.1 Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan termasuk salah satu hal yang
penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan
proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai
pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi
tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat
meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan
dapat menurunkan kinerja dan akhirnya akan dapat menurunkan motivasi kerja
karyawan.
Lingkungan kerja didesain sedemikian rupa agar dapat tercipta hubungan
kerja yang mengikat pekerja dengan lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik
yaitu apabila karyawan dapat melaksanakan kegatan secara optimal, sehat, aman
dan nyaman. Lingkungan kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja
serta waktu yang lebih banyak dan kurang mendukung diperolehnya rancangan
sistem kerja yang efisien.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian tentang
lingkungan kerja dari beberapa ahli:
Menurut Alex S. Nitisemito (2009:) mendefinisikan “lingkungan kerja sebagai
segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan”.Menurut Sedarmayati
(2009)“lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya,
serta pengaturan kerjanya baik sebagai peseorangan maupun sebagai kelompok”.
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada
saat bekerja, yang dapat memepengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.
2.3.2 Kondisi Psikologis Kerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009), yang dimaksud kondisi
psikologis kerja adalah perasaan bosan dan keletihan. Hal ini dapat disebabkan
pekerjaan monoton atau aktivitas yang tidak disukai.
2.3.3 Bosan Kerja
Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan tidak enak, kurang bahagia,
kurang istirahat dan perasaan lelah.
Berdasarkan hasil penelitian R.P. Smith (1981) dapat disimpulkan bahwa
“kebosanan kerja dapat mengakibatkan penurunan produksi”. Untuk mengurangi
perasaan bosan kerja, antara lain dapat dilakukan melalui penempatan keja yang
sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuan karyawan, pemberian motivasi
dan rotasi kerja.
2.3.4 Keletihan Kerja
Keletihan kerja terdiri atas dua macam yaitu keletihan psikis dan keletihan
fisiologis. Penyebab keletihan psikis adalah kebosanan kerja, sedangkan keletihan
fisiologis dapat menyebabkan meningkatnya kesalahan dalam bekerja,
meningkatkan absensi, turn over dan kecelakaan kerja.
Lingkungan Kerja Non Fisik
Menurut Sedarmayanti (2010), Lingkungan kerja non fisik adalah semua
keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan
dengan atasan maupun hubungansesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan
bawahan. Lingkungan non fisik ini jugamerupakan kelompok lingkungan kerja
yang tidak bisa diabaikan. Perusahaan hendaknya dapatmencerminkan kondisi
yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupunyang
memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya
diciptakanadalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik, dan pengendalian
diri.
Suryadi Perwiro Sentoso (2010) yang mengutip pernyataan Prof. Myon
Woo Lee sang pencetus teori W dalam Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia,
bahwa pihak manajemenperusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan
suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan
bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu mendorong
inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan
antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan.
Kondisi lingkungan kerja non fisik meliputi:
1. Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan
adalah latar belakang keluarga, yaitu antara status keluarga, jumlah
keluarga, tingkat kesejahteraan dan lain-lain.
2. Faktor status sosial
Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi pula kewenangan dan
keleluasaan dalam mengambil keputusan.
3. Fakor hubungan kerja dalam perusahaan
Hubungan kerja yang ada dalam perusahaan adalah hubungan kerja
antara karyawan dengan karyawan dan antara karyawan dengan atasan.
4. Faktor sistem informasi
Hubungan kerja akan dapat berjalan dengan baik apabila ada
komunikasi yang baik diantara anggota perusahaan. Dengan adanya
komunikasi yang baik di lingkungan perusahaan maka anggota
perusahaan akan berinteraksi, saling memahami, saling mengerti satu
sama lain menghilangkan perselisihan salah faham.
2.3.6 Indikator-indikator Lingkungan Kerja
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009), kondisi fisik kerja
mencakup penerangan (cahaya), suara, warna, musik, temperatur dan kelembapan.
1. Penerangan (cahaya)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Knave (1984),
Sutton dan Rafaeli (1988) disimpulkan bahwa karyawan dapat membaca di dalam
ruangan dengan cahaya lampu 25 watt. Cahay lampu yang tidak memadai
berpengaruh negatif terhadap keterampilan kerja.
Penerangan dan cahaya lampu harus pula disesuaikan dengan luas ukuran
ruangan kerja serta kondisi mata karyawan khususnya karyawan yang matanya
plus dan minus akut.
2. Kondisi Suara
Kondisi suara ini adakah suara di dalam kantor maupun di luar kantor, suara
yang dirasakan gaduh oleh karyawan akan berpengaruh terhadap konsentrasi
kerja.
Berdasarkan hasil penelitan Glass dan Singer (1972) disimpulkan bahwa
suara gaduh akan berpengaruh terhadap efisiensi produksi kerja. Dari hasil
penelitian W. Burns (1979) dan Kryter (1970), dapat disimpulkan bahwa
karyawan yang tidak terlindungi pada suara 95-110 Db dapat menyebabkan
pembuluh darahnya mengerut, perubahan rate hati, dan pupil mata membesar.
Sebaliknya, dari hasil pemelitian Donnerstein dan Wilson (1976), dapat
disimpulkan bahwa suara gaduh sangat berpengaruh pada emosi karyawan dan
sebagai sumber stress.
2. Penggunaan Warna
Warna ruang kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi,
meningkatkan moral kerja, menurunkan kecelakaan, dan menurunkan terjadinya
kesalahan kerja. Hal ini didasarkan atas pendapat Duane P. Schultz dan Sydney E.
Schultz (1990;418) yang megemukakan: “Color, it has been alleged, can incrase
production, lower accidents and error, and raise morale” (warna dapat
menjadikan kondisi kerja yang menyenangkan dan menunjang kesehatan kerja).
Sebagai contoh warna dinding putih dapat mereflesikan ruang kerja yang lebih
terang dan cocok untuk ruangan yang sempit, sehingga ruangan tersebut dapat
dirasakan seolah-olah menjadi luas.
Penentuan warna dalam ruang kerja sangat mempengaruhi perilaku kerja,
oleh karena itu pemilihan warna perlu disesuaikan dengan luas ukuran ruangan
dan kondisi fisik ruang.
3. Musik
Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengaruh positif terhadap
semangat kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat
menurunkan tingkat absensi dan mengurangi kelelahan dalm bekerja. Hal ini
sebagaimana yang dikemukakan oleh Duane P. Schultz dan Sydney E. Shultz
(1990;419) “As with color, extravagant claims have been made about the effects
of music on production and morale. Employees are allegedly happier, work
harder, have fewer absences, and are less tired at the end of the workday as a
result of listening to music while they work”. Efektif tidaknya musik digunakan
dalam jam kerja, begantung pada jenis musik yang dimainkan. Oleh karena itu,
penggunaan musik kerja perlu disesuaikan dengan kesukaan karyawan dan
kondisi ruang kerja.
4. Temperatur dan Kelembapan
Temperatur dan kelembapan dapat mempengaruhi semangat kerja, kondisi
fisik, dan emosi. Temperatur antara 73˚F sampai 77˚F cocok untuk ruang kerja
dengan kelembapan antara 25% hingga 50%. Temperatur yang terlalu panas atau
terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi karyawan.
5. Hubungan Karyawan
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif perlu diciptakan
adanya hubungan antar karyawan yang saling dapat bekerja sama satu sama lain
dengan harmonis. Hubungan karyawan yang harmonis ini akan saling membantu
para karyawan dalam mengerjakan suatu aktivitas pekerjaan dan akan
menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.
2.3.7 Hubungan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan
yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dia emban atau
yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk meningkatkan produktifitasnya maka
lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja, karena lingkungan kerja yang
baik akan menciptakan kemudahan pelaksanaan tugas. Alex Niti Semito
memberikan pengertian lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar
para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dengan menjalankan tugas-
tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja di perusahaan juga mempengaruhi
kinerja yang dilaksanakan oleh karyawan. Lingkungan kerja ini sendiri terdiri atas
fisik dan nonfisik yang melekat dengan karyawan sehingga tidak dapat dipisahkan
dari usaha pengembagan kinerja karyawan.
2.4 Motivasi Kerja
2.4.1 Pengertian Motivasi Kerja
Kata motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasarnya
adalah motif (motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang
melakukan sesuatu. Motivasi merupakan keinginan, hasrat motor penggerak
dalam diri manusia, motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang
mencerminkan antara sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri
manusia, sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh
pimpinan.
Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi
bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan
mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi
karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung
prilaku manusia supaya mau bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil
yang optimal. Suatu perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu
mencapai tujuannya, karena didasari oleh motivasi.
Berikut adalah definisi-definisi tentang motivasi menurut beberapa ahli,
yaitu:
Menurut Stephen P. Robbins yang dikutip oleh Suwatno(2011), mengemukakan
bahwa“Motivasi sebagai kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk
mencapai tujuan-tujuan keorganisasian yang dikondisikan oleh kemampuan upaya
untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu”. Sedangkan menurut American
Encyclopedia yang dikutip oleh Hasibuan (2011) “Motivasi adalah kecenderungan
(suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan) dalam diri seseorang yang
membangkitkan topangan dan mengarahkan tindak-tanduknya.
Dari pengertian-pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang
atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang
dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya.
2.4.2 Sumber Motivasi Kerja
Teori motivasi menurut Hasibuan (2011) yang sudah lazim dipakai untuk
menjelaskan sumber motivasi sedikitnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
indvidu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang di dalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan
dari luar yang tidak berkaitan dengan dirinya.
2.4.3 Teori-teori Tentang Motivasi
Teori-teori motivasi yang akan dikemukakan berikut ini merupakan hal
penting, karena teori motivasi ini dapat memudahkan bagi manajemen perusahaan
untukdapat menggerakan, mendorong dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepada para karyawan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teori
motivasi yang akan dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah:
1) Teori Motivasi Abraham Maslow
Teorimotivasi Maslow dinamakan A Theory of Human Motivation atau teori
hierarki kebutuhan maslow. Abraham maslow dalam Suwatno (2011;176)
menyatakan bahwa : “kebutuhan yang diinginkan seseorang berjenjang artinya,
jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan
muncul menjadi yang pertama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah
terpenuhi, muncul kebutuhan tingkat ketiga dan seterusnya sapai tingkat
kebutuhan kelima.
Hasibuan (2011:154) mengemukakan jenjang/hierarki kebutuhan menurut
Abraham Maslow, yakni:
a) Physiological needs (kebutuhan fisik dan biologis)
Kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Yang termasuk ke dalam
kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum, perumahan, udara,
dan sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini
merangsang seseorang berprilaku atau bekerja dengan giat.
b) Safety and security needs (kebutuhan keselamatan dan keamanan)
Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman yakni merasa aman dari
ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan.
c) Affiliation or Acceptance Needs (kebutuhan sosial)
Kebutuhan sosial, teman, afisilasi, interaksi, dicintai dan mencintai,
serta diterima dalam pergaulan kelompok pekerja dan masyarakat
lingkungannya. Pada dasarnya manusia normal tidak akan mau hidup
menyendiri seorang diri di tempat terpencil. Ia selalu membutuhkan
kehidupan berkelompok.
d) Esteem or status needs (kebutuhan akan penghargaan atau prestise)
Kebutuhan akan penghargaan diri dan pergaulan serta penghragaan
prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya
prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya
demikian. Akan tetapi, perlu juga diperhatikan oleh pimpinan bahwa
semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarkat atau posisis
seseorang dalam organisasi, semakin tinggi pula prestisenya. Prestise
dan statuas dimanifestasikan oleh banyak hal yang digunakan sebagai
simbol status itu.
e) Self Actualization (aktualisasi diri)
Kebutuhan kan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan,
keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang
sangat menuaskan/luar biasa. Kebutuhan ini merupakan realisasi
lengkap potensi seseorang secara penuh. Keinginan seseorang untuk
mencapai kebutuhan sepenuhnya dapat berbeda satu dengan yang
lainnya. Pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan oleh para pimpinan
perusahaan dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan, sangat penting untuk memuaskan
kebutuhan manusia, ini terlihat jelas pada perusahaan modern yang selalu
memperhatikan kebutuhan karyawannya. Bentuk lain dari pembahasan ini adalah
dengan memberikan perlindungan dan kesejahteraan para karyawannya.
2) Teori Motivasi Prestasi Dari Mc Clelland
Mc Clelland mengemukakan teorinya yaitu Mc Clelland Achievement
Motivation theory atau teori Motivasi Prestasi Mc Clelland. Menurut Mc Clelland
yang dikutip oleh Hasibuan (2011) teori ini berpendapat bahwa karyawan
mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi ini dilepaskan dan
digunakan tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi
serta peluang yang tersedia.”
Menurut Mc Clelland yang dikutip oleh Hasibuan (2011:162) hal-hal yang
memotivasi seseorang yaitu:
a. Kebutuhan akan prestasi (need for achievement = n Ach),
Merupakan daya penggerak yang memovitasi semangat bekerja
seseorang. Karena itu, n Ach mendorong seseorang untuk
mengembangkan kreativitas dan mengerahkan semua kemampuan serta
energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal.
Karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan
unutk itu diberikan kesempatan. Seseorang menyadari bahwa mencapai
prestasi kerja yang tinggi akan memperoleh pendapatan yang besar.
Dengan pendapatan yang besar akhirnya memiliki serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation = n Af)
Merupaka daya tarik penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja
seseorang. Seseorang karena kebutuhan n Af akan memotivasi dan
mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya.
c. Kebutuhan akan kekuasaan (need for power = n Pow)
Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat karyawan. N Pow
akan merangsang dan memoytivasi gairah kerja karyawan serta
mengerahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau
kedudukan yang terbaik. Ego manusia ingin lebih berkuasa dari manusia
lainnya akan menimbulkan persaingan. Persaingan ditumbuhkan secara
sehat oleh manajer dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka
termotivasi untuk bekerja giat.
2.4.4 Indikator-indikator Motivasi kerja
Menurut Suwatno (2011:177), bahwa motivasi kerja karyawan
dipengaruhi oleh kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan, keselamatan,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan diri dan kebutuhan perwujudan
diri. Kemudian dari faktor tersebut diturunkan menjadi indikator-indikator untuk
mengetahui tingkat motivasi kerja pada karyawan, yaitu:
1. Kebutuhan fisik, ditunjukan dengan: kebutuhan untuk makan, minum,
perlindungan fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan paling dasar.
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,
bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup, tidak dalam arti fisik semata,
akan tetapi juga mental, psikologi dan intelektual.
3. Kebutuhan sosial, yakni kebutuhan untuk merasa memiliki yaitu
kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan
kebutuhan untuk mencintai serta dicintai..
4. Kebutuhan akan harga diri,yaitu kebutuhan untuk dihormati, dan dihargai
oleh orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan
kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat, dengan
menggunakan ide-ide, memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
2.4.5 Hubungan Motivasi Terhadap Kinerja
Dalam suatu perusahaan atau organisai ada motivasi yang diberikan kepada
karyawan berupa material, insentif, belum cukup kiranya untuk mempengaruhi
kinerja karyawan. Di lain pihak agar perusahaan dapat terus berusaha agar kinerja
karyawan dapat ditingkatkan. Sehubungan dengan hal itu, di dalam meningkatkan
kinerja karyawan ataupun kinerja organisasi seyogyanya mencari jalan keluar
berupa penciptaan kondisi-kondisi yang mendorong motivasi karyawan. Kondisi
yang diberikan harus sesuai dengan kehalian dan tingkat pendidikan yang dimiliki
karyawan, yaitu penciptaan kondisi yang berbentuk insentif non materil seperti
pembinaan karir karyawan. Dengan adanya jenjang karir inilah perusahaan
mengharapkan adanya suatu reaksi karyawannya agar dapat meningkatkan
prestasi kerja dan disiplin yang tinggi sehingga diharapkan dapat menunjang
kinerja karyawan. Menurut Buchari Zainun faktor motivasi merupakan hal yang
perlu dikembangkan pada diri karyawan agar dapat memperkuat usaha dalam
mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan. Motivasi dan kemampuan kerja
merupakan syarat pokok yang istimewa bagi manusia yang berpengaruh terhadap
tingkah laku, mutu kerja.
2.5 Kinerja Karyawan
2.5.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan aspek penting dalam upaya pencapaian tujuan
perusahaan. Dengan kinerja karyawan yang baik pada suatu perusahaan, maka
perusahan tersebut akan dapat mencapai tujuan yang diiinginkannya.
Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atauactual performance
(prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang). secara
umum yang dimaksud kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuia dengan
tangggung jawab yag diberikan kepadanya. Pada dasarnya setiap perusahaan
selalu berupaya untuk meningkatkna kinerja karyawannya.
Tujuan dari peningkatan kinerja ini adalah untuk mengatur dan
memastikan bahwa perusahaan mencapai tujuannya. Peningkatan kinerja
karyawan merupakan hal yang penting, mengingat manusialah yang mengelola
modal, sumber alam, tekhnologi sehingga dapat memperoleh keuntungan darinya.
Berikut adalah definisi-definisi tentang kinerja karyawan menurut
beberapa ahli yaitu:
Menurut August W. Smith yang dikutip oleh Suwatno (2011:196) :“Kinerja
merupakan hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Sedangkan menurut
Marwansyah (2010:229) “kinerja adalah pencapaian atau prestasi seseorang
berkenaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya”.
Oleh karena itu disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja
atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh sumber daya
manusia sesuai dengan perannya dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja merupakan suatu tingkat kemajuan seorang karyawan atas hasil dari
usahanya untuk meningkatkan kemampuan secara positif dalam pekerjaannya.
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu
dalam organisasi sebagaimana yang dijelaskan Hasibuan (2011) adalah
sebagai berikut:
1. Faktor individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang
memiliki integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan
fisiknya (jasmaniah). Dengan adanya integritas yang tinggi antara
fingsi psikis dan fisik, maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri
yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu
manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan potensi
dirinya secara optimal dalam melaksanan kegiatan atau aktivitas kerja
sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu
dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang
dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang
memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja yang
efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan dinamis,
peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan, bahwa individu dan faktor
lingkungan organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
2.5.3 Indikator-indikator Kinerja
Menurut Bernadin (2009) Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai
oleh organisasi di pengaruhi oleh tingkat kinerja karyawan secara individual
maupun secara kelompok. Dengan asumsi semakin baik kinerja karyawan maka
diharapkan kinerapai suatu kinerja organisasi semakin baik. Beberapa pendekatan
untuk mengukur sejauh mana pegawai mencapai suatu kinerja secara individual
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas
Tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati sempurna
dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktifitas
maupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktifitas.
2. Kuantitas
Jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus
aktifitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan Waktu
Tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan,
dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk aktifitas lain.
4. Efektifitas
Tingkat penggunaan sumber daya manusia organisasi dimaksimalkan
dengan maksud menaikkan keuntungan atau mengurangi kerugian dari
setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian
Tingkat dimana seorang pegawai dapat melakukan fungsi kerjanya
tanpa minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut
campurnya pengawas untuk menghindari hasil yang merugikan.
2.6 Penelitian Sebelumnya
Menurut Penelitian sebelumnya membahas tentang hubungan Lingkungan
kerja dan Motivasi terhadap Kinerja karyawan Pramedya Andesren Sengkey
(2009) menunjukkan bahwa Lingkungan kerja yang meliputi lingkungan kerja
fisik dan lingkungan kerja non fisik adalah salah satu faktor yang berhubungan
dengan kinerja karyawan. Sama halnya dengan lingkungan kerja, motivasi
merupakan pendorong karyawan agar dapat bekerja dengan lebih bersemangat dan
lebih giat untuk mencapai kinerja yang diinginkan perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa lingkungan kerja dan motivasi memiliki hubungan dengan
kinerja karyawan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Lucky (2011) membahas tentang
hubungan Lingkungan kerja dan Motivasi terhadap Kinerja karyawan
menyimpulkan bahwa lingkungan kerja dan motivasi berhubungan secara
simultam terhadap kinerja karyawan.
Menurut Iskandar Mulia Nasution (2011) membahas tentang hubungan
Lingkungan kerja dan Motivasi terhadap Kinerja karyawan menyimpulkan bahwa
variabel yang terdiri dari motivasi kerja dan lingkungan kerja dapat dipakai untuk
mengestimasi kinerja karyawan pada PT. Kawasan Industri Medan (Persero)
menyatakan bahwa variabel yang memiliki hubungan yang signifikan adalah
variabel Lingkungan Kerja (X2) sedangkan variabel Motivasi Kerja (X1) harus
ditingkatkan kembali agar dapat mengestimasi Kinerja Karyawan. Hasil koefisien
determinan memilki makna bahwa variabel motivasi kerja dan lingkungan kerja
memiliki hubungan yang erat terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil di atas, maka penulis membuat hipotesa:
1. Jika karyawan bekerja dalam kondisi lingkungan kerja yang baik, hal
tersebut dapat meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja dan akan
memperoleh kinerja kerja yang baik pula.
2. Ada hubungan langsung variabel lingkungan kerja dan motivasi terhadap
kinerja karyawan.