31
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia 2.1.1 Pengertian Lanjut Usia Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis yang berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individu (Hawari, 2001 dalam Efendy & Makhfludi 2009). Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Keliat, 1999 dalam Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008). Penggolongan lansia menurut WHO, dibagi menjadi 4 kelompok (Padila, 2013), yakni: a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun b. Lanjut Usia (elderly), ialah kelompok usia 60-74 tahun c. Lanjut Usia Tua (old), ialah kelompok usia 75-90 tahun d. Usia Sangat Tua (very old), ialah kelompok usia diatas 90 tahun Batasan lansia menurut Depkes RI terbagi dalam 4 kelompok yaitu : a. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara usia 45-54 tahun. b. Usia lanjut dini/prasemu yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55-64 tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis yang berkaitan

dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan

secara individu (Hawari, 2001 dalam Efendy & Makhfludi 2009). Lansia

dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

(Keliat, 1999 dalam Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

Penggolongan lansia menurut WHO, dibagi menjadi 4 kelompok (Padila, 2013),

yakni:

a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 tahun

b. Lanjut Usia (elderly), ialah kelompok usia 60-74 tahun

c. Lanjut Usia Tua (old), ialah kelompok usia 75-90 tahun

d. Usia Sangat Tua (very old), ialah kelompok usia diatas 90 tahun

Batasan lansia menurut Depkes RI terbagi dalam 4 kelompok yaitu :

a. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut

yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara usia

45-54 tahun.

b. Usia lanjut dini/prasemu yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut

antara 55-64 tahun.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

9

c. Usia lanjut/semua usia 65 tahun ke atas.

d. Usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70

tahun.

Menurut Pasal 1 Ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesehatan

dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

2.1.2 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia

Menua dalam diri seseorang dapat membawa pengaruh serta perubahan

menyeluruh baik fisik, sosial, mental, dan moral spiritual, yang keseluruhannya

saling terkait (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

1. Perubahan fisik

a. Perubahan pada Sistem Sensoris

Komplikasi dari DM dapat menyebabkan lansia mengalami penurunan

penglihatan seperti katarak. Sesuai dengan teori penuaan yaitu teori glikosilasi,

adanya penambahan glukosa ke dalam asam nukleat menyebabkan menurunnya

fungsi sel dan jaringan (Sa’abah, 2008). Kadar gula darah yang terlalu tinggi

dalam darah (hiperglikemi) akan mengakibatkan terjadinya penimbunan sorbitol

(hasil dari metabolisme glukosa) dalam lensa yang akan menyebabkan terjadinya

pembengkakan lensa akibat masuknya air. Awalnya mata mampu melakukan

kompensasi, tetapi pada saat yang sama pasien telah mengalami perubahan tajam

penglihatan. Terjadi pembengkakan dan kerusakan serabut lensa pada tahap

selanjutnya sehingga pasien akan mengeluh adanya glare atau silau dan akhirnya

timbul kekeruhan lensa atau katarak diabetes (Mawan, 2013).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

10

b. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular

Perubahan sistem kardiovaskular pada lansia DM tipe 2 yaitu terjadinya

peningkatan risiko penyumbatan pembuluh darah dekat jantung (serangan

jantung), otak (stroke) atau kaki (gangren) (Salma, 2010). Perubahan yang terjadi

pada sistem kardiovaskular akibat DM, menurut teori penuaan yaitu teori

glikosilasi, adanya penambahan glukosa ke dalam asam nukleat menyebabkan

menurunnya fungsi sel dan jaringan dan menyebabkan penggumpalan darah

(Sa’abah, 2008).

c. Perubahan pada Sistem persarafan

Terjadi perubahan pada saraf pancaindra menjadi makin mengecil pada

usia tua sehingga fungsinya menurun dan lambat dalam merespon baik dari

gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf

pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan (Efendy &

Makhfudli, 2009). Kualitas sirkulasi darah yang buruk akibat DM dalam jangka

panjang dapat merusak jaringan saraf. Kerusakan sistem saraf pada umumnya

terjadi di bagian kaki dan tungkai yang biasanya ditandai rasa kesemutan,

kehilangan sensasi (mati rasa) atau nyeri di jari-jari kaki, kemudian naik secara

bertahap hingga tungkai. Hal ini perlu diwaspadai karena bila terdapat luka dan

lansia DM tidak merasakan adanya luka, maka luka tersebut dapat menjadi borok

(Salma, 2010).

d. Perubahan pada Sistem Genitourinaria

Perubahan terjadi pada ginjal, dimana ginjal akan mengecil, aliran darah

ke ginjal menurun, penyaringan di glomelurus menurun, dan fungsi tubulus

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

11

menurun sehingga kemampuan mengkonsentrasi urin ikut menurun (Maryam,

Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008). Jaringan ginjal terdiri dari banyak

pembuluh darah kecil yang membentuk sebuah filter yang berperan

menghilangkan racun dan limbah dari darah. DM yang kronis dapat menyebabkan

pembuluh-pembuluh darah kecil itu rusak. DM juga membuat ginjal bekerja lebih

keras untuk menyaring kelebihan kadar glukosa darah yang tidak terserap karena

kekurangan insulin atau resistensi insulin. Hal ini berkaitan dengan teori penuaan

yaitu teori Wear and Tear dimana pada teori ini terjadinya kelebihan usaha

menyebabkan sel-sel tubuh lelah dan tidak dapat berfungsi dengan baik (Padila,

2013). Ginjal pada penderita DM akan mengalami kerusakan secara bertahap,

mulai dari hyperfiltrasi (pembengkakan ginjal karena bekerja terlalu keras),

mikroalbuminuria (kerusakan membran penyaring sehingga sebagian protein

masuk ke dalam darah dan urin), sampai akhirnya menjadi gagal ginjal (Salma,

2010).

e. Perubahan pada Sistem Endokrin

Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar gula

puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor

diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan (Padila, 2013). Sesuai dengan

teori penuaaan yaitu teori glikosilasi, dalam teori ini menyatakan bahwa adanya

ikatan glukosa (gula sederhana) pada protein yang menyebabkan berbagai

masalah. Setelah pengikatan ini terjadi protein menjadi terganggu dan tidak dapat

melakukan performa secara efisien. DM sering dipandang sebagai bentuk penuaan

akibat ketidakseimbangan terkait usia insulin dan toleransi glukosa, masalah ini

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

12

telah disebut Sindrom X. Penderita diabetes memiliki 2-3 kali jumlah silang

protein jika dibandingkan dengan orang yang sehat. Dalam teori ini juga

menyebutkan bahwa gula mengikat DNA dan dapat menyebabkan kerusakan yang

mengarah ke sel-sel cacat dan akhirnya menjadi kanker (Micans, 2014).

2. Perubahan psikososial

Perubahan pada lansia dalam sosial di masyarakat dan takut menghadapi

kematian akibat adanya penyakit menimbulkan stres dan kesepian pada lansia

(Padila, 2013). Sesuai dengan teori psikososial, munculnya stres ini diyakini dapat

mempercepat proses penuaan. Seseorang yang mengalami stres, membuat

tubuhnya harus memproduksi adrenalin untuk menenangkannya. Adrenalin yang

dipacu terus-menerus akan menyebabkan insulin akan sulit mengatur kadar gula

yang ideal (Jacken, 2005).

2.2 DM Tipe 2

2.2.1 Pengertian DM tipe 2 pada Lansia

DM merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena adanya

keturunan, karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas, atau dengan tidak

efektifnya insulin yang dihasilkan. Kurangnya peningkatan konsentrasi glukosa

dalam darah, akan mengakibatkan rusaknya banyak sistem tubuh, khususnya

pembuluh darah dan saraf (WHO, 2015). DM yang utama diklasifikasikan

menjadi DM tipe 1 (Insulin Dependen Diabetes Mellitus) dan DM tipe 2 (Non

Insulin Dependen Diabetes Mellitus) (Hasdianah, 2012).

DM Tipe 2 adalah penyakit kronis dimana tubuh tidak dapat menggunakan

insulin secara efektif yang diproduksi oleh pankreas (WHO, 2015). Kadar insulin

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

13

mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap

dihasilkan oleh sel-sel β pankreas, maka DM tipe 2 dianggap sebagai Non Insulin

Dependent DM (NIDDM) (Corwin, 2009). DM tipe 2 pada lansia, adanya

intoleransi glukosa berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang berkurang,

kurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaan obat-obatan, disamping

karena pada lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resisten. Lansia

dengan DM tipe 2 terjadi penurunan kemampuan insulin terutama pada post

reseptor (Kurniawan, 2010).

2.2.2 Etiologi DM tipe 2 pada Lansia

Peningkatan kadar gula darah pada lanjut usia disebabkan oleh beberapa

hal, yaitu (Misnadiarly, 2006):

a. Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang.

b. Perubahan karena lanjut usia sendiri yang berkaitan dengan resistensi insulin,

akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskular.

c. Aktivitas fisik yang berkurang, banyak makan, badan kegemukan.

d. Sering menderita stres

e. Sering menggunakan bermacam-macam bahan-bahan kimia dalam waktu

lama. Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan

radang pankreas, yang mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga

tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk

insulin (Hasdianah, 2012).

f. Adanya faktor keturunan. Gen penyebab DM akan dibawa oleh anak jika

orang tuanya menderita DM (Hasdianah, 2012).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

14

2.2.3 Tanda dan Gejala DM tipe 2 pada Lansia

Tanda dan gejala DM secara umum adalah banyak makan (polyphagia)

banyak minum (polydipsia), banyak kencing (polyuria) (Corwin, 2009).

Selanjutnya akan timbul gejala nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun

dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan akan

timbul rasa mual bahkan koma yang disebut dengan koma diabetik (Hasdianah,

2012). Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan,

kulit terasa panas seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah

mengantuk, mata kabur (Hasdianah, 2012). Tanda dan gejala DM pada lansia

sering kali tidak jelas dan diagnosis biasanya terlambat. Gejala DM pada lansia

dapat muncul tidak spesifik dan tidak pasti (Bilous dan Donelly, 2014). Tanda dan

gejala DM pada lansia adalah sebagai berikut (Misnadiarly, 2006):

a. Penurunan berat badan yang drastis dan katarak yang sering terjadi pada

gejala awal.

b. Infeksi bakteri dan jamur pada kulit (pruritus vulva untuk wanita) dan

infeksi traktus urinarius sulit untuk disembuhkan.

c. Disfungsi neurologi, termasuk parestesi, hipestesi, kelemahan otot,

disfungsi otomatis dari traktus gastrointestinal (diare), sistem

kardiovaskular (hipotensi ortostatik), sistem reproduksi (impoten), dan

inkontinensia stres.

d. Makroangiopati yang meliputi sistem kardiovaskular (iskemi, angina, dan

infark miokard), perdarahan intra serebral (stroke).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

15

e. Mikroangiopati meliputi mata (penyakit makula, hemoragik, eksudat),

ginjal (proteinuria, glomerulopati, uremia).

2.2.4 Pengelolaan DM Tipe 2 pada Lansia

Pengelolaan DM tipe 2 pada lansia perlu diperhatikan secara khusus yang

bertujuan untuk mengendalikan kadar gula darah, mengurangi hiperglikemik,

mencegah dan mengatasi komplikasi, serta mencapai harapan hidup yang normal

(Perkeni, 2011; Bilous dan Donelly, 2014). Pengelolaan DM dimulai dengan

pengaturan makan dan latihan jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu) serta

dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat hipoglikemik oral

(OHO) atau suntikan insulin (Misnadiarly, 2006).

Terdapat empat pilar utama dalam pengelolaan DM tipe 2 yang meliputi

(Perkeni, 2011):

a. Edukasi

Keberhasilan pengelolaan DM tipe 2 memerlukan partisipasi aktif dari

pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien menuju

perilaku yang sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku tersebut

dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi tidak

hanya kepada pasien DM tipe 2 namun juga kepada keluarganya (Perkeni, 2011).

b. Diet

Pasien DM tipe 2 perlu ditekankan pentingnya keteraturan dalam hal

jadwal, jenis, dan jumlah makanan, terutama bagi mereka yang menggunakan

Obat Hipoglikemia Oral (OHO) atau insulin (Perkeni, 2011). Standar yang

dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

16

karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat :

45-65% total asupan energi, protein: 10-20% total asupan energi, 20-25%

kebutuhan kalori.

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, usia, stres

akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan

ideal. Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari berat badan ideal dikali dengan

kebutuhan kalori basal (30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk

wanita). Alternatif diet rendah karbohidrat, tinggi lemak tak jenuh, tinggi serat

diterapkan pada pasien DM tipe 2 (Hartono, 2006). Berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) pada lansia dengan rentang usia 65-80 tahun

membutuhkan energi sebanyak 1900 kkal (Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.75 Tahun 2013). Kebutuhan diet pada lansia DM tipe 2 disesuaikan

dengan kebutuhan kalori yaitu 1900 kkal dengan kebutuhan karbohidrat sebanyak

299 gr, protein 60 gr, lemak 48 gr (Almatsier, 2004).

Tabel 2.1. Daftar Bahan Makanan Penukar

A. Golongan I: Sumber Karbohidrat

Satu satuan penukar mengandung: 175 kkalori, 4 gr protein, dan 40 gr karbohidrat

Bahan

Makanan

Berat (g) URT Bahan

Makanan

Berat (g) URT

Nasi beras

giling

100 ¾ gls Maizena* 40 8 sdm

Nasi beras ½

giling

200 1 gls Tepung beras 50 8 sdm

Nasi ketan

hitam

100 ¾ gls Biskuit 40 4 bh bsr

Nasi ketan putih 100 ¾ gls Jagung 125 3 bj sdg

Bengkuang 320 2 bj bsr Tepung

singkong*

40 8 sdm

Gadung 175 1 ptg Tepung sagu* 40 7 sdm

Kentang 200 2 bj sdg Tepung terigu 50 8 sdm

Singkong 100 1 ptg sdg Tepung

hunkwee*

40 8 sdm

Talas 200 1 bj bsr Mie basah 200 2 gls

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

17

Ubi 150 1 bj sdg Mie kering 50 1 gls

Makaroni 50 ½ gls Havermout 50 6 sdm

Roti putih 80 2 iris Bihun 50 ½ gls

Kraker 50 5 bh bsr Maizena 50 10 sdm

B. Golongan II: Sumber Protein Hewani

Menurut kandungan lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Rendah Lemak

Satu-satuan penukar mengandung: 7 gr protein, 2 gr lemak, 50 kalori

Bahan

Makanan

Berat (g) URT Bahan

Makanan

Berat (g) URT

Kepiting 50 1/3 gls Putih telur ayam 65 2 ½ btr

Cumi-cumi 45 1ekor kcl Kerang 90 ½ gls

Daging ayam

tanpa kulit

50 1 ptg sdg Ikan pindang 25 ½ ekor

sdg

Ikan lele 40 ½ ptg sdg Ikan segar 40 1 ptg sdg

Babat 40 1 ptg bsr Ikan kakap 35 1/3 ekor

bsr

Ikan kembung 30 1/3 ekor

sdg

2. Lemak Sedang

Satu-satuan penukar mengandung: 7 gr protein, 5 gr lemak, 75 kalori

Bahan Makanan Berat (g) URT Bahan

Makanan

Berat (g) URT

Bakso 170 10 bj sdg Telur ayam 55 1 btr

Daging kambing 40 1 ptg sdg Telur bebek asin 50 1 btr

Hati ayam 30 1bh sdg Telur puyuh 55 5 btr

Hati babi 35 1 ptg sdg Usus sapi 50 1 ptg bsr

Hati sapi 35 1 ptg sdg Daging sapi 35 1 ptg sdg

Otak 65 1 ptg bsr Telur penyu 60 2 btr

3. Tinggi Lemak

Satu-satuan penukar mengandung: 7 gr karbohidrat, 5 gr protein, 3 gr lemak, 75 kalori

Bahan Makanan Berat (g) URT

Bebek 45 1 ptg sdg

Belut 45 3 ekor kcl

Daging ayam dengan kulit 40 1 ptg sdg

Sosis 50 ½ ptg

Kuning telur ayam 45 4 butir

Telur bebek 55 1btr

C. Golongan III: Sumber Protein Nabati

Satu satuan penukar mengandung: 75 kalori, 5 gr protein, 3 gr lemak, dan 7 gr karbohidrat

Bahan Makanan Berat

(g)

URT Bahan Makanan Berat (g) URT

Kacang Hijau 20 2 sdm Kacang tolo 20 2 sdm

Kacang Kedelai 25 2 ½ sdm Oncom 50 2 ptg sdg

Kacang merah 20 2 sdm Tahu 110 1 bj bsr

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

18

Kacang tanah terkupas 15 2 sdm Tempe 50 2 ptg sdg

D. Golongan IV: Sayuran

Hendaknya digunakan campuran dari daun-daunan seperti: bayam, kangkung, daun singkong

dengan kacang panjang, buncis, wortel, dsb. 100 gr sayuran campur adalah lebih kurang 1 gelas

(setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran dibagi atas 3 macam berdasarkan kandungan

zat gizinya.

1. Sayuran A. Digunakan sekehendak karena sangat sedikit sekali kandungan kalorinya.

Beligo Lettuce

Gambas (oyong) Lobak

Jamur kuping segar Slada

Ketimun Slada air

Labu air Tomat

2. Sayuran B. Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung: 5 g karbohidrat, 1 g protein, 25

kalori

Cabe hijau besar Sawi

Daun koro Seledri

Daun kacang panjang Taoge kac.hijau

Jagung muda Terong

Kol Kangkung

Bawang Bombay Labu siam

Bayam Pepaya muda

Broccoli Wortel

Buncis Daun kemangi

Cabe merah besar Pare

3. Sayuran C. Satu-satuan penukar (100 g) mengandung: 10 g karbohidrat, 3 g protein, 50 kalori.

Bayam merah Kluwih

Daun katuk Mlinjo

Daun labu siam Taoge kacang kedele

Daun mangkokan Daun talas

Daun mlinjo Kacang kapri

Daun pepaya Nangka muda

Daun singkong

E. Golongan V: Buah-buahan dan gula

Satu satuan penukar mengandung: 40 kkalori dan 10 gr hidrat arang

Bahan

Makanan

Berat (g) URT Bahan

Makanan

Berat (g) URT

Gula 13 1 sdm Mangga 90 ¾ bh

bsr

Apel merah 85 1 bh kcl Nanas 95 ¼ bh

sdg

Anggur 165 20 bh sdg Nangka masak 45 3 bj sdg

Belimbing 70 1 bh bsr Pepaya 190 1 ptg

bsr

Jambu biji 100 1 bh bsr Pisang ambon 50 1 bh kcl

Jambu air 110 2 bh bsr Madu 15 1 sdm

Jambu bol 90 1 bh kcl Rambutan 75 8 bh

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

19

Duku 80 16 bh sdg Salak 75 1 bh bsr

Jeruk bali 105 1 ptg Sawo 50 1 bh

sdg

Jeruk manis 100 2 bh sdg Sirsak 60 ½ gls

Kedondong 100 1 bh bsr Semangka 180 1 ptg

bsr

F. Golongan VI: Susu

Merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin (terutaman vitamin A dan Niacin),

serta mineral (zat kapur dan fosfor).

Bahan Makanan Berat

(g)

URT Bahan Makanan Berat (g) URT

Susu sapi 200 1 gls Tepung susu asam 35 7 sdm

Susu kambing 165 ¾ gls Tepung susu skim* 20 1 sdm

Susu kerbau 100 ½ gls Tepung susu penuh 30 6 sdm

Susu kental tak

manis

100 ½ gls YogURT non fat 120 2/3 gls

Keju 35 1 ptg kcl YogURT susu

penuh

200 1 gls

G. Golongan VII: Minyak/lemak

Satu satuan penukar mengandung: 50 kalori dan 5 gr lemak

1. Lemak tidak jenuh

Bahan Makanan Berat

(g)

URT Bahan Makanan Berat (g) URT

Alpukat 60 ½ bh bsr Minyak jagung 5 1 sdt

Biji labu merah 10 2 bj Minyak kacang kedele 5 1sdt

Kacang almond 25 7 bj Minyak kacang tanah 5 1sdt

Margarine jagung 5 ¼ sdt Minyak zaitun 5 1sdt

Mayonnaise 20 2 sdm Minyak bunga matahari 5 1sdt

2. Lemak Jenuh

Bahan Makanan Berat

(g)

URT Bahan

Makanan

Berat

(g)

URT

Minyak kelapa 5 1 sdm Kelapa 15 1 ptg kcl

Minyak inti kelapa

sawit

5 1 sdm Santan 40 1/3 gls

Keju krim 15 1 ptg kcl Lemak babi 5 1 ptg kcl

Mentega 15 sdm

H. Golongan VIII (Makanan tanpa kalori)

1. Mengandung kurang dari 5 g karbohidrat dan kurang dari 20 kalori tiap penukarnya.

2. Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya. Dibatasi maksimal 3 penukar sehari,

tetapi jangan dikonsumsi sekaligus oleh karena dapat menyebabkan kenaikan gula darah.

3. Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat dikonsumsi lebih bebas.

Agar-agar Tauco

Air kaldu Teh

Air mineral Selai rendah gula

Cuka mineral Krim, non dairy, cair bubuk

Kecap Margarine, non fat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

20

Kopi Permen, tanpa gula

Minuman ringan tanpa gula Sirup tanpa gula

Minuman tonik tanpa gula Wijen

Sumber: Kemenkes R.I

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan diet DM sehari-hari, dilakukan

dengan pedoman Jadwal, Jenis, dan Jumlah atau yang sering disebut dengan

pedoman 3J, yaitu:

(1) J1: Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan interval. Pada dasarnya diet DM

diberikan dengan tiga kali makanan utama dan tiga kali makanan antara

(interval) tiga jam.

Tabel 2.2. Jadwal Waktu Makan

Waktu Makan Jenis Makanan

1. Makan pagi (pk. 07.00-08.00) Makanan utama yang terdiri dari: makanan

pokok (nasi), lauk pauk, sayuran.

2. Selingan (pk. 10.00) Buah/susu

3. Makan siang (pk. 12.00-13.00) Makanan utama

4. Selingan (pk. 16.00) Buah/susu

5. Makan malam (pk. 19.00) Makanan utama

6. Selingan (pk. 21.00) Buah

Sumber: Almatzier, 2004 (Jadwal ini dapat diubah asalkan interval tetap 3 jam)

(2) J2: Jenis makanan yang dianjurkan adalah jenis makanan pada syarat-syarat

diet DM.

a. Bahan makanan yang dianjurkan (Almatsier, 2004):

1. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong,

ubi, dan sagu.

2. Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,

tempe tahu, dan kacang-kacangan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

21

3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. Terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, dan direbus.

b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan (Almatsier, 2004):

1. Mengandung banyak gula sederhana seperti gula pasir dan gula jawa.

Buah-buahan yang diawetkan dengan gula. Sirup, selai, jeli, susu kental

manis, minuman botol ringan, dan es krim.

2. Mengandung banyak lemak, seperti cake, makanan siap saji, goreng-

gorengan.

3. Mengandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin, makanan yang

diawetkan.

(3) J3: Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi ataupun

ditambah.

Tabel 2.3. Contoh Menu Makanan Sehari Diet DM 1900 kkal

Waktu Bahan makanan Penukar (URT) Menu

Pagi Nasi

Telur ayam

Tempe

Sayuran A

Minyak

1 ½ p

1 p

1 p

S

2p

1 gls

1 btr

2 ptg sdg

1 sdm

Nasi

Telur dadar

Oseng-oseng tempe

Sop Oyong + tomat

Pukul 10.00 Buah 1 p 1 ptg sdg Pepaya

Siang Nasi

Ikan

Tempe

Sayuran B

Buah

Minyak

1 p

2 p

1 p

1 p

1 p

2 p

1 ½ gls

1 ptg sdg

2 ptg sdg

1 gls

¼ bh sdg

1 sdm

Nasi

Pepes ikan

Tempe goreng

Lalapan kacang

panjang+kol

Nanas

Pukul 16.00 Buah 1 p 1 ptg Pisang

Malam Nasi

Ayam tanpa kulit

Tahu

Sayuran B

Buah

Minyak

2 p

1 p

1 p

1 p

1 p

2 p

1 ½ gls

1 ptg sdg

1 bh bs

1 gls

1 ptg sdg

1 sdm

Nasi

Ayam bakar bumbu

kecap

Tahu bacem

Stup buncis+wortel

Pepaya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

22

Keterangan: bh = buah

ptg = potong

sdg = sedang

gls = gelas (240 ml)

sdm = 1 sendok makan

bsr = besar

btr = butir

URT= ukuran rumah tangga

atau penimbangan

menggunakan timbangan

makanan.

Nilai Gizi

Energi: 1912 kkal

Protein: 60 g (12,5% energi total)

Lemak: 48 g (22,5% energi total)

Karbohidrat: 299 g (62,5% energi total)

Kolesterol: 303 mg

Serat: 37 g

Sumber: Almatzier, 2004

Pencacatan menu makanan untuk diet DM dapat dilakukan dengan

menggunakan food record yaitu pendekatan monitoring konsumsi makanan dan

minuman dalam sehari atau lebih. Pencatatan tersebut dilakukan selama periode

waktu tertentu biasanya 1 sampai 7 hari (Berdanier, Dwyer, dan Feldman, 2007),

apabila pencacatan dilakukan beberapa hari biasanya dilakukan berturut-turut dan

tidak lebih dari 7 hari (Thompson & Subar, 2013) yaitu 2-4 hari berturut-turut

(Supariasa, 2012). Food record baik dilakukan ketika setelah makan atau minum

sehingga hasilnya akurat. Jumlah makanan atau minuman yang dikonsumsi

diperkirakan dengan menggunakan Ukuran Rumah Tangga (URT) (Thompson &

Subar, 2013).

c. Aktivitas Fisik

Manfaat aktivitas fisik pada lansia DM adalah untuk perbaikan toleransi

glukosa, peningkatan kemampuan, konsumsi oksigen maksimum, meningkatan

kekuatan otot, penurunan tekanan darah, pengurangan lemak tubuh, perbaikan

profil lipid (Kurniawan, 2010).

Aktivitas fisik secara teratur dilakukan 3-5 kali seminggu selama kurang

lebih 30 menit (Sudoyo, 2009). Jenis olahraga yang baik adalah aerobic yang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

23

bersifat daya tahan, karena dapat memperkuat otot jantung dan pembuluh darah

seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang (Sustrani, dkk, 2006).

Aktivitas fisik sebaiknya disesuaikan dengan usia dan status kesegaran jasmani

serta memperhatikan aktivitas fisik bila menggunakan insulin, untuk lansia DM

tipe 2, intensitas aktivitas fisik bisa ditingkatkan kecuali sudah mengalami

komplikasi (Perkeni, 2011).

1. Aktifitas Fisik pada pasien DM yang Bergantung Insulin (Waluyo, 2009) :

a) Monitor kadar gula darah sebelum dan sesudah beraktivitas fisik.

b) Hindari gula darah rendah dengan memakan karbohidrat sebelum

aktivitas fisik.

c) Hindari aktivitas fisik berat selama reaksi puncak insulin.

d) Lakukan suntikan insulin di tempat–tempat yang tidak akan digunakan

untuk beraktivitas fisik secara aktif.

e) Ikuti saran dokter untuk mengurangi dosis insulin sebelum melakukan

aktivitas fisik yang melelahkan atau lama.

f) Gula darah bisa turun bahkan beberapa jam setelah beraktivitas fisik

untuk itu dianjurkan untuk memeriksa gula darah secara periodik.

2. Aktivitas fisik untuk Pasien DM yang Tidak Bergantung Insulin (Waluyo,

2009):

a) Gula darah rendah jarang terjadi selama beraktivitas fisik untuk itu

tidak perlu untuk memakan karbohidrat ekstra.

b) Aktivitas fisik untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan

pengurangan asupan kalori.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

24

c) Aktivitas fisik sedang perlu dilakukan setiap hari. Aktivitas fisik berat

mungkin bisa dilakukan tiga kali seminggu.

d) Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna pemanasan dan

pendinginan sebelum dan sesudah beraktivitas fisik.

e) Pilihlah aktivitas fisik yang paling sesuai dengan kesehatan dan gaya

hidup secara umum.

f) Manfaat aktivitas fisik akan hilang jika tidak beraktivitas fisik selama

tiga hari berturut-turut.

g) Aktivitas fisik bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan

kalori bertambah. Sangat penting untuk menghindari makan makanan

ekstra setelah beraktivitas fisik.

Melakukan aktivitas fisik sebaiknya dibagi menjadi tiga waktu yaitu satu

jam setelah sarapan, satu jam setelah makan siang, dan satu jam setelah makan

malam (Waluyo, 2009). Contoh aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah

dengan dengan 2 hari libur (Fox & Klivert, 2010):

1. Jalan kaki selama 30-40 menit/hari.

2. Berenang selama 20 menit/hari.

3. Jogging selama 20 menit/hari.

4. Bersepeda selama 20 menit/hari.

Jenis aktivitas fisik untuk DM lainnya adalah senam kaki diabetes. Senam

kaki diabetes adalah suatu kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien DM

untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah

bagian kaki (Padila, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2014)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

25

melaporkan dengan melakukan latihan senam kaki diabetes menunjukan

terjadinya penurunan kadar gula darah yang dilakukan selama dua kali selama 15

menit dalam seminggu sebelum makan.

Berikut langkah-langkah pelaksanaan senam kaki diabetes (Padila, 2013):

1. Duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai.

2. Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan

keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10

kali.

3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.

Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di

lantai dan tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan secara

bersamaan pada kaki kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke

atas dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

6. Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari

kaki kedepan kemudian turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke

kanan. Ulangi gerakan ini sebanyak 10 kali.

7. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki

tersebut dan gerakkan ujung jari-jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali

ke lantai. Ulangi sebanyak 10 kali. Lakukan pada kedua kaki.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

26

8. Angkat kedua kaki lalu luruskan. Ulangi sama seperti pada langkah ke-7,

namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan. Ulangi gerakan

tersebut sebanyak 10 kali.

9. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Kemudian

gerakan pergelangan kaki kedepan dan kebelakang.

10. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada

pergelangan kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari

angka 0 hingga 10 lakukan secara bergantian.

11. Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut

menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki.

12. Buka kembali bola tersebut menjadi lembaran seperti semula menggunakan

kedua belah kaki.

13. Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran

tersebut.

14. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.

15. Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki

lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi.

16. Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri

menjadi bentuk bola.

d. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan selama dengan pengaturan makan dan

aktivitas fisik. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.

Pemilihan jenis obat disesuaikan dengan kondisi klien dan perkembangan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

27

penyakit DM tipe 2 (Perkeni, 2011). Hipoglikemia harus dihindari pada lansia

DM tipe 2, oleh karena itu sebaiknya obat-obat yang bekerja jangka panjang tidak

dipakai dan diberikan obat-obat yang mempunyai masa yang pendek tetapi

bekerja cukup lama (Misnadiarly, 2006).

2.2.5 Kadar Gula Darah pada Lansia DM Tipe 2

1. Pengertian Gula Darah

Glukosa merupakan substrat utama untuk menghasilkan energi di jaringan

seperti otak dan sel darah merah (Guyton, 2007). Gula yang diserap dari makanan

akan diangkut ke seluruh tubuh melalui aliran darah, kemudian diberikan ke sel-

sel organ tubuh yang memerlukan dengan bantuan insulin, hormon yang

dihasilkan pankreas. Bila jumlah gula berlebih maka insulin membantu

menyimpan kelebihan gula tersebut di dalam organ hati, atau tubuh mengubah

gula menjadi glikogen untuk disimpan di otot, atau diubah menjadi trigliserida

untuk disimpan di jaringan lemak (Prodia, 2008).

Pasien DM tipe 2 tidak mampu menggunakan atau menyimpan sebagian

besar gula yang diserap dari makanan, sehingga gula tersebut tetap berada dalam

darah, dan gula dalam darah yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai macam

masalah yang disebut sebagai komplikasi diabetes (Prodia, 2008). Kadar gula

darah dapat diketahui dengan rutin melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan gula

darah harus rutin dilakukan pada lansia DM tipe 2. Penelitian Badriah (2012)

dilakukan pemeriksaan gula darah pada lansia DM tipe 2 setiap dua minggu sekali

setelah dikelola oleh kelompok pendukung. Sudoyo (2009) mengemukakan

batasan atas kadar glukosa darah normal seperti pada Tabel 2.4.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

28

Tabel 2.4. Kadar Gula darah Sewaktu dan Puasa sebagai Patokan Diagnosis DM Tipe 2

Pasien DM yang berusia lebih dari 60 tahun dengan komplikasi, sasaran

kendali kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125 mg/dl,

dan sesudah makan 145-180 mg/dl) (Perkeni, 2011). Berdasarkan data WHO

didapatkan bahwa setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik

1-2 mg%/tahun pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2

jam setelah makan (Kurniawan, 2010).

2. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah pada Lansia

a. Diet

Kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dapat meningkatkan obesitas,

makanan-makanan siap saji ini banyak mengandung lemak, kalori, serta kolesterol

(Jacken, 2005). Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

seimbang dalam hal karbohidrat, protein, lemak, sesuai dengan kecukupan gizi

baik yaitu karbohidrat : 45-65% total asupan energi, protein: 10-20% total asupan

energi, 20-25% kebutuhan kalori (Hartono, 2006).

b. Aktivitas fisik

Terjadi penimbunan zat gula yang tidak terpakai akibat dari kurangnya

aktivitas yang dilakukan (Jacken, 2005), bila aktivitas fisik yang melelahkan dapat

Bukan

DM

Belum Pasti

DM

DM

Kadar glukosa

darah sewaktu

(mg/dl)

Plasma vena <100 100-199 ≥200

Darah Kapiler <90 90-199 ≥200

Kadar guloksa

darah puasa

(mg/dl)

Plasma Vena <100 100-125 ≥126

Darah kapiler <90 90-99 ≥100

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

29

menyebabkan konsentrasi glukagon dalam darah seringkali meningkat sebanyak

empat sampai lima kali lipat (Guyton, 2007).

c. Stres

Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan

akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang

tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin

(Smeltzer and Bare, 2008). Seseorang yang mengalami stres, membuat tubuhnya

harus memproduksi adrenalin untuk menenangkannya. Adrenalin yang dipacu

terus-menerus akan menyebabkan insulin akan kelabakan mengatur kadar gula

yang ideal (Jacken, 2005).

d. Usia

DM tipe 2 dalam perkembangannya hampir diderita oleh semua jangkuan

usia, baik anak-anak, remaja, dan orang dewasa apalagi jika memilki berat badan

yang tidak seimbang. Namun, DM tipe 2 sering muncul seiring dengan

bertambahnya usia, yaitu usia 45 tahun keatas, dimana keadaan fisik mulai

menurun (Jacken, 2005).

e. Jenis kelamin

Perempuan memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki

untuk terkena DM tipe 2, karena pada perempuan memiliki kadar LDL yang

umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Jacken, 2005).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

30

2.3 Keluarga sebagai Kelompok Pendukung

2.3.1 Konsep Keluarga

Keluarga dalam UU No. 10 Tahun 1992 adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, ayah dengan

anaknya, atau ibu dan anaknya. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga sebagai

suatu sistem sosial. Keluarga merupakan kelompok kecil yang terdiri dari

individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung

yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan bersama

(Padila, 2012).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-

masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan Maglaya,

1978 dalam Achjar, 2010). Tipe keluarga secara tradisional dapat dibagi menjadi

dua yaitu keluarga inti dan keluarga besar. Keluarga inti adalah keluarga yang

hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi

atau keduanya sedangkan keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)

(Harnilawati, 2013).

2.3.2 Tugas dan Peran Keluarga di Bidang Kesehatan

Keluarga dalam Depkes RI (1998) merupakan unit terkecil dari komunitas

sehingga melalui keluarga yang sehat akan tercipta komunitas yang sehat,

demikian sebaliknya. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

31

untuk menyelesaikan masalah tersebut keluargalah sebagai pengambil

keputusannya. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

mengatasi berbagai masalah kesehatan di masyarakat (Padila, 2012).

Keluarga memiliki tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan menurut Friedman (1998), meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga

yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan seluruh kekuatan

sumber daya dan dana keluarga. Apabila keluarga menyadari adanya

perubahan kesehatan pada anggota keluarganya, hal tersebut perlu dicatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa perubahannya

(Suprajitno, 2004).

b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai

tindakan kesehatan yang tepat (Suprajitno, 2004).

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan (Suprajitno,

2004).

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga

(Suprajitno, 2004).

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

(Suprajitno, 2004).

Setiap anggota keluarga memliki peranannya masing-masing dalam

perawatan di sebuah keluarga, salah satu hal yang tidak dapat ditinggalkan adalah

dalam melakukan perawatan terhadap lansia. Keluarga merupakan support system

utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

32

merawat lansia adalah memberikan kasih sayang, menghormati, dan menghargai

lansia dalam merawat dan menjaga lansia, mempertahankan dan meningkatkan

status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan

motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual lansia (Maryam, Ekasari,

Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

2.3.3 Konsep Kelompok Pendukung

1. Pengertian Kelompok Pendukung

Beberapa jenis kelompok dalam dukungan sosial yaitu kelompok

pembimbing/psikoedukasi, kelompok konseling/intrapersonal, kelompok

swabantu (self-help group), dan kelompok pendukung (support group). Kelompok

pendukung merupakan kelompok yang terstruktur yang berfungsi untuk

memberikan informasi, ketenangan, dan keterikatan dengan orang lain. Kelompok

pendukung menawarkan komunitas atau lingkungan yang aman sehingga anggota

yang berpatisipasi dapat belajar dari mendengar, mengamati, mencoba perilaku

baru, menerima umpan balik, dan merasakan dukungan dari anggota lain (Bensley

& Fisher, 2008). Kelompok pendukung memberikan kesempatan untuk berdiskusi

berbagai stategi dalam mengatasi penyakit dan pengelolaannya (Smeltzer & Bare,

2008).

Tujuan kelompok pendukung adalah meningkatkan pengetahuan,

memperjelas perubahan yang ingin dilakukan, dan membantu dalam

pengembangan ketrampilan yang diperlukan untuk mewujudkan perubahan

tersebut (Bensley & Fisher, 2008).

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

33

2. Syarat

Kelompok pendukung memiliki pertemuan yang waktunya dibatasi.

Kebanyakan kelompok pendukung mengadakan empat sampai sepuluh sesi

pertemuan yang dapat disesuaikan dengan panduan fasilitatornya dan anggota

dalam kelompok pendukung terdiri dari 5-10 orang (Bensley & Fisher, 2008).

Waktu pertemuan dalam kelompok pedukung rata-rata bagi orang dewasa

berlangsung sampai 90 menit (Bensley & Fisher, 2008). Penelitian yang dilakukan

oleh Badriah (2012) pertemuan dengan kelompok pendukung dalam pengelolaan

DM tipe 2 dilakukan sebanyak empat kali dengan durasi rata-rata 60 menit dan

rentang waktu diadakannya pertemuan selanjutnya disesuaikan dengan

persetujuan anggota, pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan gula darah pada

lansia DM tipe 2 setiap dua minggu sekali setelah dikelola oleh kelompok

pendukung dan terjadi penurunan gula darah sebesar 12,5% selama dua minggu

tersebut.

3. Tahap-tahap Kerja Kelompok Pendukung

Beberapa tahap dalam kelompok pendukung:

a. Tahap awal. Selama tahapan awal dalam proses kelompok, fokus diarahkan

pada pembentukan kelompok, dan mengarahkan anggota (Bensley & Fisher,

2008). Penelitian yang dilakukan oleh Badriah (2012) pada tahap ini

dilakukan pembentukan kelompok, perkenalan masing-masing anggota, dan

mengidentifikasi masalah terkait upaya pengelolaan lansia DM tipe 2.

b. Tahap peralihan. Kelompok pendukung berfokus pada pendidikan dan

mengubah pola komunikasi. Dalam tahap ini peran fasilitator adalah

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

34

mempertahankan objektivitas dan tetap memperlihatkan penerimaan,

perhatian, dan dukungan (Bensley & Fisher, 2008). Penelitian yang dilakukan

oleh Badriah (2012) pada tahap ini dilakukan pertemuan untuk membahas

penyakit DM.

c. Tahap kerja. Pada tahap ini, memperlihatkan adanya hubungan yang harmonis

antar anggota kelompok setelah adanya proses adaptasi terhadap perannya.

Anggota kelompok mulai relaks dalam mengambil tindakan dan beruji coba

memperlihatkan kegiatan yang baru (Bensley & Fisher, 2008). Tahap kerja

pada penelitian Badriah (2012) dilakukan pada pertemuan ketiga, dimana

dilakukan cara pengaturan diet dengan membawa bahan makanan asli oleh

masing-masing anggota dan diberikan juga dijelaskan mengenai cara

pengisian food record. Pertemuan keempat dilakukan cara penanggulangan

stres.

d. Tahap penutupan. Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana fase ini berguna

untuk mengeksplorasi perasaan anggota kelompok, mengevaluasi pencapaian

harapan, dan umpan balik (Bensley & Fisher, (2008).

2.3.4 Keluarga sebagai Kelompok Pendukung

Memberikan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit

adalah tugas dari keluarga, agar keluarga dapat menjadi sumber kesehatan yang

efektif dan utama, peran keluarga harus terlibat dalam tim perawatan kesehatan

dan keseluruhan proses teurapetik (Padila, 2013). Keluarga merupakan support

system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya (Maryam,

Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008). Kehadiran teman-teman atau

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

35

anggota keluarga telah terbukti mengurangi tingkat ini antara orang-orang selama

periode yang sulit. Penelitian yang dilakukan di Brigham Young University dan

University of North Carolina menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki

dukungan sosial yang kuat adalah 50% lebih mungkin untuk meninggal akibat

penyakit daripada mereka yang memiliki dukungan dari sekitarnya (Blue, 2010).

Dukungan keluarga adalah hubungan dan prinsip-prinsip yang

memperkuat perkembangan keluarga. Dukungan keluarga membantu setiap

anggota keluarganya dalam membangun dasar yang kuat untuk mendorong

pertumbuhan anggotanya (U.S Department of Health and Human Service, 2013).

Keluarga dapat membantu mengurangi kecemasan dan dapat mempengaruhi

ketaatan dalam pengelolaan penyakit tertentu serta dapat menjadi kelompok

pendukung untuk mencapai kepatuhan (Friedman, 2010).

Pemenuhan kesehatan lansia, cenderung untuk membutuhkan bantuan

orang lain, hal ini dikarenakan berbagai penurunan fungsi tubuh lansia. Terkait

dengan hal tersebut dukungan sosial sangat penting dalam pelaksanaan praktik

keperawatan pada lansia yang memiliki kecendrungan ketergantungan khususnya

dalam upaya promosi kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).

2.4 Hubungan Keluarga sebagai Kelompok Pendukung dengan Kadar

Gula Darah Lansia DM Tipe 2

Perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus,

dan masyarakat dalam membina, memelihara perilaku hidup sehat serta berperan

aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal karena mendapat

pendidikan dalam hal kesehatan (Nursalam & Efendi, 2011). Teori Lawrence

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

36

Green (1980) dalam Noorkasiani (2009) kesehatan individu dipengaruhi oleh

faktor perilaku dan faktor-faktor di luar perilaku. Faktor perilaku seseorang

dipengaruhi oleh faktor predisposisi (pengetahuan individu, sikap, kepercayaan,

tradisi, dan norma sosial), faktor pendukung (saran pelayanan kesehatan dan

kemudahan untuk mencapainya), dan faktor pendorong (sikap dan perilaku

petugas kesehatan.

Perubahan perilaku melalui cara ini memerlukan waktu lama, namun

perubahan yang terjadi sifatnya akan menetap karena didasari pengertian dan

kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan, bukan

karena paksaan (Maulana, 2009). Pendidikan kesehatan dari tenaga kesehatan

dapat mengubah dan menguatkan faktor-faktor perilaku dan faktor di luar perilaku

sehingga sesuai dengan tujuan kegiatan dan menimbulkan perilaku positif dari

masyarakat terhadap kesehatan (Noorkasiani, 2009).

Dukungan keluarga menurut Green (1980) dalam Noorkasiani (2009)

menyatakan bahwa dukungan keluarga termasuk dalam faktor penguat yang

membuat seseorang bersemangat untuk melakukan perubahan perilaku dalam

memperhatikan hal yang dijalankan. Menentukan keyakinan dan nilai kesehatan

individu, keluarga menjadi faktor yang sangat berpengaruh di dalamnya, selain itu

keluarga juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka

terima dalam membuat keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga

yang sakit (Friedman, 2010).

Keluarga dapat membantu mengurangi kecemasan dan dapat

mempengaruhi ketaatan dalam pengelolaan penyakit tertentu serta dapat menjadi

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

37

kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan (Friedman, 2010). Dalam

pemenuhan kesehatannya, lansia memiliki kecendrungan untuk membutuhkan

bantuan orang lain, hal ini dikarenakan berbagai penurunan fungsi tubuh lansia.

Terkait dengan hal tersebut dukungan sosial sangat penting dalam pelaksanaan

praktik keperawatan pada lansia yang memiliki kecendrungan ketergantungan

khususnya dalam upaya promosi kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).

Bentuk dari dukungan sosial adalah kelompok swabantu, dimana

pembentukan kelompok ini merupakan seuatu intevensi keperawatan yang

melibatkan masyarakat melalui pembentukan kelompok atau bekerja sama dengan

kelompok yang telah ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope &

Lancaster, 2004). Selain itu, dukungan sosial lainnya adalah adanya kelompok

sebaya dan kelompok pendukung. Kelompok pendukung merupakan kelompok

yang terstruktur yang berfungsi untuk memberikan informasi, ketenangan, dan

keterikatan dengan orang lain. Kelompok pendukung menawarkan komunitas atau

lingkungan yang aman sehingga anggota yang berpatisipasi dapat belajar dari

mendengar, mengamati, mencoba perilaku baru, menerima umpan balik, dan

merasakan dukungan dari anggota lain (Bensley & Fisher, 2008).

Pembentukan kelompok pendukung akan memberikan dukungan sosial

kepada lansia melalui proses pembentukan kelompok. Berawal dari fase orientasi

yang merupakan usaha mencari cara membangun keinginan anggota-anggota

masyarakat. Tahap ini masyarakat merasakan mempunyai masalah dan motivasi

yang sama khususnya dalam menangani lansia yang mengalami masalah DM tipe

2. Fase konflik, dalam fase ini banyak perbedaan antar kelompok dan adanya

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia ... - sinta.unud.ac.id II.pdfa. Pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan

38

keinginan yang berbeda yang sering menjadi penyebab konflik pada kelompok

yang baru dibentuk. Selanjutnya adalah fase kohesif yaitu adanya hubungan yang

harmonis antar anggota kelompok setelah adanya proses adaptasi terhadap peran

dan aturan kelompok. Tahap selanjutnya adalah fase kerja dimana setiap anggota

kelompok menjalankan peranannya masing-masing untuk memberikan dukungan

terhadap individu. Fase terminasi merupakan fase terakhir dimana fase ini

berguna untuk mengeksplorasi perasaan anggota kelompok, mengevaluasi

pencapaian harapan, dan umpan balik (Hitchcock, et al, 1999 dalam Badriah

2010).

Kelompok pendukung menurut penelitian Badriah (2010) dapat mengatasi

dua sampai tiga masalah keperawatan keluarga terkait pengendalian faktor resiko

peningkatan gula darah. Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2011) menyatakan

bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga terhadap aktivitas fisik dan kadar

gula darah pasien DM tipe 2. Berdasarkan hal tersebut pengaruh kelompok

pendukung sangat kuat dalam pengelolaan DM tipe 2 dan anggotanya terdiri dari

keluarga dari lansia karena lansia memiliki kecendrungan ketergantungan dalam

pemenuhan kebutuhannya dan keluarga termasuk dalam faktor penguat, dimana

membuat seseorang bersemangat unuk melakukan perubahan perilaku dalam

memperhatikan hal yang dijalankan.