22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Pada penelitian tentang opini audit going concern ini, membutuhkan kajian teori agensi. Menurut Jensen dan Meackling (1967), menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak dibawah satu atau lebih principal (pemilik) yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada pihak agen. Baik principal (shareholders) maupun agen diasumsikan orang ekonomi rasional dan semata-mata termotifasi oleh kepentingan pribadi. Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga manajer selalu tidak bertindak sesuai keinginan principal sebagian dikarenakan oleh adanya moral hazard. Hubungan prinsipal dan agen membutuhkan pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator. Pihak ketiga berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai keinginan prinsial. Auditor adalah pihak yang yang mampu menjembatani antara kepentingan pihak prinsipal ( shareholder) dengan pihak manajer (prinsipal) dalam mengelola keuangan manajer (Setiawan dalam Yulius 2009). Auditor melakukan fungsi monitoring 12 Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Pada penelitian tentang opini audit going concern ini,

membutuhkan kajian teori agensi. Menurut Jensen dan Meackling

(1967), menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak

dibawah satu atau lebih principal (pemilik) yang melibatkan agen

untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan

pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada pihak agen.

Baik principal (shareholders) maupun agen diasumsikan orang

ekonomi rasional dan semata-mata termotifasi oleh kepentingan

pribadi. Principal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai

perusahaan kepada manajer atau agen. Bagaimanapun juga manajer

selalu tidak bertindak sesuai keinginan principal sebagian dikarenakan

oleh adanya moral hazard.

Hubungan prinsipal dan agen membutuhkan pihak ketiga yang

bersifat independen sebagai mediator. Pihak ketiga berfungsi untuk

memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai

keinginan prinsial. Auditor adalah pihak yang yang mampu

menjembatani antara kepentingan pihak prinsipal (shareholder)

dengan pihak manajer (prinsipal) dalam mengelola keuangan manajer

(Setiawan dalam Yulius 2009). Auditor melakukan fungsi monitoring

12

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

13

pekerjaan manajer melalui sebuah sarana yaitu laporan tahunan. Tugas

auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut,

mengenai kewajarannya. Selain itu, auditor saat ini juga harus

mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan.

2.1.2 Pengertian audit

Proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-

bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan

dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara

asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan

penyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan

ASOBAC (A Statement of Basic Concepts).

Auditor digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu (Mulyadi,

2002) :

1. Auditor independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang

menyedikan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam

bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.

Audit tersebut umumnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

para pemakai informasi keuangan.

2. Auditor pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja

diinstansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas

pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

14

organisasi pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang

ditujukan kepada pemerintah.

3. Auditor intern

Auditor intern adalah audit yang bekerja dalam perusahaan

(perusahaan negri atau swasta) yang tugas pokoknya adalah

menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya

penjagaan.

2.1.3 Opini Auditor

Opini auditor menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan

Publik) SA seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor

independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang

kewajaran dalam semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha,

perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berterima umum di Indonesia. Laporan audit merupakan sarana bagi

auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan

mengharuskan, untuk menyatakan tidak dibenarkan untuk memihak

kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus

bebas dari setiap kewajiban terhadap klilennya dan tidak memiliki

suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 1994).

Terdapat lima tipe pendapat auditor menurut Mulyadi, 2002.

1. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian.

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor

menyatakan bahwa laporan keuangan mengkajikan secara wajar

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

15

dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan

arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip berterima umum di

Indonesia. Laporan audit dengan pendapat wajar tanpa

pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini

terpenuhi:

a. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan

ekuitas, dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.

b. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat

dipenuhi oleh auditor.

c. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah

melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.

d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum di Indonesia. Hal ini juga berarti bahwa

pengungkapan telah dilakukan memadai dalam catatan kaki

atau bagian lain laporan keuangan.

e. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk

menambahkan paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata

dalam laporan audit.

2. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan

yang Ditambahkan dalam Laporan Audit Baku.

Dalam keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor

menambahkan sauatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelas

yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

16

pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan.

Pendapat penjelasan ini dicantumkan setelah paragraf pendapat.

Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu

paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit

baku yaitu:

a. Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima

umum.

b. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.

c. Auditor setuju suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang

dikeluarkan oleh dewan standar akuntansi keuangan.

d. Penekanan atas suatu hal.

e. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian.

Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor

mengatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,

dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan

arus kas entitas sesuai dengan perinsip berterima umum di

Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.

Pendapat wajar dengan pengecualilan dinyatakan dalam keadaan:

a. Tidak adanya bukti komponen yang cukup atau adanya

pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan

auditor menarik kesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan

pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia mearik kesimpulan

tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

17

b. Auditor yakin atas auditnya, bahwa laporan keuangan berisi

penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di

Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan

untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

4. Pendapat tidak Wajar.

Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak

menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas

entitias tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat

Dengan pernyataan tidak memberikan pendapat, auditor

menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan

keuangan klien. Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan

oleh auditor jika auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup

memadai untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas

laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat juga

dapat diberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen

dalam hubungannya dengan klien.

2.1.4 Going Concern

Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu

perusahaan. Menurut Hani etal. dalam Kartika (2012), mendifinisikan

going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan entitas atau

badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha

dianggap mampu mempertahankan usahanya dalam jangka waktu

panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

18

Arens (1997) menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan

ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup adalah pertama, kerugian

usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja. Kedua,

ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban pada saat

jatuh tempo dalam jangka pendek. Ketiga, kehilangan pelanggan

utama, terjadinya bencana yang tidak diasumsikan seperti gempa bumi,

banjir atau masalah perburuan yang tidak biasa. Keempat, perkara

pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah terjadi

yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi.

2.1.5 Opini Audit Going concern

Opini audit going concern yaitu opini yang dikeluarkan auditor

untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Opini audit going tersebut

merupakan suatu evaluasi kesangsian dari auditor atas kemampuan

suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

jangka waktu pantas (Kartika, 2012). Auditor mempertimbangkan

hasil dari operasi mengenai kemampuan perusahaan membayar hutang

dan kebutuhan likuiditas dimasa yang akan datang. Arens (1997)

menyatakan beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian

mengenai kelangsungan hidup perusahaan yaitu ;

1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal

kerja.

2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada

saat jatuh tempo dalam jangka pendek.

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

19

3. Kehilangan pelangggan utama, terjadinya bencana yang tidak

diasuransikan seperti gempa bumi, banjir atau masalah perburuhan

yang tidak biasa.

4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang

sudah terjadi dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk

beroperasi.

Tanggungjawab auditor didalam menyatakan opini audit going

concern adalah untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup suatu

perusahaan dalam setiap pekerjaan auditnya (Warnida, 2011).

Pernyataan tersebut mengacu kepada statement on auditing standar

No. 59 (AICPA, 1998), auditor harus memutuskan apakah perusahaan

klien akan bisa bertahan dimasa yang akan datang. Berdasar pada

pernyataan Interprestasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA) nomor

30 melalui Komite Standar Profesional Akuntan Publik tentang

“Laporan Auditor Independen tentang dampak memburuknya kondisi

ekonomi Indonesia terhadap entitas”. IPSA ini menganggap auditor

perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu :

1. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya dalam

mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada)

terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya.

2. Pengungkapan peristiwa kemudian yang mungkin timbul sebagai

akibat kondisi ekonomi tersebut.

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

20

3. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi

ekonomi tersebut berdampak terhadap kamampuan entitas untuk

mempertahankan kelangsungan hidup.

Jika auditor menyimpulkan adanya keragu-raguan atas

kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, pendapat wajar

tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas perlu dibuat, terlepas dari

pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA nomor 30 membolehkan,

tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pernyataan

tidak memberikan pendapat karena adanya kesangsian atas

kelangsungan hidup. Auditor dalam mengeluarkan opini audit suatu

perusahaan perlu memberikan pernyataan mengenai kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Namun bila terjadi keraguan mengenai kelangsungan hidup

perusahaan maka auditor perlu mengungkapkan dalam laporan opini

audit (Warnida, 2011).

Didalam PSA No. 30 memberikan pedoman kepada auditor

tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut:

1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai

kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya dalam waktu pantas, auditor harus :

a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang

ditunjukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa

tersebut.

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

21

b. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara

efektif dilaksanakan.

2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak

kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertahankan

untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat

(disclamer).

3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya

adalah menyimpulkan efektifitas rencana tersebut.

a. Jika auditor berkesimpulan rencana tidak efektif dan klien

mengungkapkan keadaaan tersebut dalam catatan atas laporan

keuangan, maka auditor menyatakan bahwa tidak memberikan

pendapat.

b. Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif dan

klien mengungkapkan keadaan tersebut dalam catatan atas

laporan keuangan, maka auditor menyatakan pendapat wajar

tanpa pengecualian.

Jika auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut efektif

akan tetapi klien tidak mengungkapkan keadaan tersebut dalam

catatan laporan keuangan, maka auditor akan menyatakan pendapat

tidak wajar.

Dari pernyataan diatas, peneliti mengklasifikasi opini audit

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

22

going concern menjadi dua kategori, yaitu :

1. Going Concern Audit Opinion (GCAO), jika seorang auditor

menemukan kelangsungan hidup suatu perusahaan mengalami

ketidakpastian maka seorang auditor harus mengungkapkannya

dalam going concern audit opinion. (GCAO), berkode 1.

2. Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO), jika auditor

tidak menemukan kelangsungan hidup suatu perusahan

mengalami ketidakpastian (NGCAO), berkode 0.

2.1.6 Ratio Likuiditas

Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan

perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya

kepada kreditor jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan ini,

biasanya digunakan angka ratio sebagai berikut :

a. Modal Kerja

Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva dan utang

lancar. Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini

menjadi perhatian para kreditor jangka pendek, karena angka ini

menunjukan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana

jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali

dalam jangka pendek. Makin besar angka modal kerja, makin

bersar pula tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin

besar kepastian bahwa utang jangka pendek akan dilunasi tepat

waktu.

b. Current ratio

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

23

Current ratio adalah elemen-elemen yang digunakan dalam

perhitungan modal kerja dapat dinyatakan dalam rasio, yang

membandingkan antara total aktiva lancar dan hutang lancar.

Perhitungan sebagai berikut :

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜(CR) =Aktiva Lancar (AL)

Utang Lancar (UL)𝑥 100%

Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan asumsikan

semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar.

Sedangkan utang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan

diasumsikan semua hutang lancar benar-benar harus dibayar.

c. Acid-Test Ratio

Pada ratio ini, pos persediaan dan persekot biaya

dikeluarkan dari total akiva lancar, dan hanya menyisakan pos-pos

aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang

lancar. Perhitungan sebagai berikut :

𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝑄𝑅) =Aktifa Lancar (AL) − Persediaan − Persekot Biaya

Utang Lancar (UL)

d. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)

Rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam

hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena

memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang

perusahaan berputar menjadi kas. Perhitungan sebagai berikut :

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

24

𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =Penjualan (kredit)

Rata − rata Piutang

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =Jumlah hari per tahun

Perputaran Piutang

e. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Ratio perputaran persediaan mengukur berapa kali

persediaan perusahaan telah dijual selama periode tertentu. Ratio

perputaran persediaan dan jumlah hari ini dihitung dengan cara

sebagai berikut :

Perputaran Persediaan =Harga Pokok Penjualan

Rata − rata Persediaan

Jumlah hari Persediaan =Jumlah hari per tahun

Perputaran Persediaan

2.1.7 Rasio Solvabilitas (Leverage)

Solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai oleh hutang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio

solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

untuk membayar seluruh kewajiban, baik jangka pendek maupun

jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Berikut ini

beberapa perhitungan yang digunakan dalam mencari rasio

solvabilitas yaitu:

a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt Ratio merupakan ratio utang yang digunakan

untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

25

aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar utang perusahaan

berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi dapat

diartikan pendanaan dengan utang semakin banyak, maka

semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan

pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu

menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya.

Namun jika terbalik, apabila rasionya rendah, semakin kecil

perusahaan dibiayai dengan utang. Standar untuk menilai baik

tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri

yang sejenis.

Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan

sebagai berikut :

Debt to assets ratio =Total debt

Total assets 𝑥 100%

b. Debt to Equity Ratio

Dalam rangka mengukur, fokus perhatian kreditor

jangka panjang terutama ditunjukan pada prospek laba dan

perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka tidak dapat

mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan

antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang

didanai oleh pemilik perusahaan.

Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh

kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

26

dengan ratio debt to equity, dengan cara perhitungan sebagai

berikut :

Debt to equity =Total Hutang

Total Modal

Dengan demikian, debt to equity ini juga dapat

memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki

oleh perusahaan, sehingga dapat dillihat tingkat resiko tek

tertagihnya suatu utang.

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)

Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio

antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya

adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah

modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang,

dengan cara membandingakan antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.

Rumus untuk mencari Long Term Debt to Equity Ratio

adalah dengan perbandingan antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri.

𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =Long term debt

Equity

d. Time Interest Earned

Time Interest earned adalah untuk mengukur

kemampuan operasi perusahan dalam memberikan proteksi

kepada kreditor jangka penjang, khusunya dalam membayar

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

27

bunga, digunakan time interest earned, dengan cara

perhitungan sebagai berikut :

Time Interest earned =Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)

Biaya Bunga

e. Fixed Charge Converage (FCC)

Fixed Charge Converage atau lingkup biaya tetap

merupakan rasio yang menyerupai Time Interest Earned.

Letak perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila

perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa

aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract).

Cara menghitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Fixed charge converage =EBT + Biaya bunga + kewajiban sewa

Biaya bunga + kewajiban sewa

2.1.8 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan terlihat di dalam total aktiva yang dimiliki

suatu perusahaan. Perusahaan dengan total aktiva yang besar akan

menunjukkan tingkat prestasi perusahaan tersebut, dapat dikatakan

perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan sebab dalam tahap ini

arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki

kelangsungan hidup yang baik dalam jangka waktu yang relatif

panjang. Ukuran perusahaan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu

perusahan besar dan perusahaan kecil. Menurut Keown dalam Warnida

(2011) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan

fee audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil.

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

28

Empat faktor yang mendasari menentukan besarnya fee audit, yaitu

1. Karaktristik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba, aktiva

modal, dan lain-lain.

2. Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-

lain.

3. Karakteristik operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi

perusahaan, jumlah lini produk, dan lain-lain.

4. Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat koordinasi

dengan internal auditor, dan lain-lain.

2.1.9 Opinion shopping

Opinion shopping adalah aktifitas mencari auditor yang mau

mendukung perlakuan akuntansi yang diajukan oleh manajer untuk

mencapai tujuan pelaporan perusahaan (SEC, dalam Kartika 2012).

Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor untuk

menghindari penerimaan opini going concern menurut Teoh, 1992

dalam Januarti (2009) dengan dua cara, yaitu : Pertama, perusahaan

dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran untuk

diganti mungkin dapat mengikis independensi auditor, sehingga tidak

mengungkapkan masalah going concern. Argumen ini disebut

ancaman pergantian auditor. Kedua, bahkan ketika auditor tersebut

independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik

(auditor) yang cenderung memberikan opini going concern, atau

sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini

going concern. Argumen ini disebut opinion shopping.

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

29

Negara-negara Eropa menetapkan peraturan kepada perusahaan

untuk mempertahaankan auditor selama beberapa tahun agar tidak

terjadi strategi pergantian auditor (Lennox, 2002). Di Inggris, auditee

tidak dapat mengganti auditor tanpa alasan yang tepat dan hanya dapat

dilakukan saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2.2 Kerangka Pemikiran

Opini audit laporan keuangan merupakan informasi penting yang

dikeluarkan auditor. Karena laporan tersebut memberikan informasi kepada

para pemakai laporan audit tentang apa yang telah dilakukan oleh auditor dan

disimpulkan yang diperolehnya. Informasi yang diperoleh dari laporan audit

digunakan dalam proses pengambilan keputusan denganasumsi bahwa

informasi tersebut lengkap, akurat, dan tidak bias (Ardianingsih, 2012).

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha

perusahaan (going concern) dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan.

Karena itu, perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan

melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya (Standar

Akuntansi Keuangan, 2004). Dari hal tersebut, terlihat bahwa para pemakai

laporan keuangan sangat memerlukan opini audit yang dikeluarkan oleh

seorang auditor untuk melakukan keputusan investasi kepada perusahaan yang

menurutnya kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dalam kondisi

baik atau menguntungkan.

2.2.1 Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Penerimaan Opini Audit

Going Concern

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

30

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Pengertian likuiditas menurut Subramanyam dalam Arma

(2013) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam

jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya dan bergantung pada

arus kas perusahaan serta kewajiban lancarnya. Likuiditas perusahaan

ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah

untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang

dan persediaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri

dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, perusahaan

dapat menghitung rasio likuiditas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Warnida (2011), menyatakan bahwa rasio likuiditas berpengaruh

terhadap penerimaan opini audit going concern, penelitian ini sejalan

dengan penelitian menurut Arma (2013) serta Juandini (2010), yang

menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit

going concern dihitung dengan menggunakan rumus Quick Ratio.

2.2.2 Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit

Going Concern

Rasio Solvabilitas (Laverage) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka panjangnya. Apabila tingkat rasio solvabilitas tinggi

dapat dilihat dengan meningkatnya total utang terhadap total asset

(debt to total assets). Hasil penelitian menurut Warnida (2011) serta

Mettani (2012), yang menyatakan bahwa solvabilitas ratio berpengaruh

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

31

signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sejalan

dengan hasil penelitian menurut Kuswardi (2012), yang menyatakan

bahwa solvabilitas ratio perusahaan memiliki arah positif dan

berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern dengan

menggunakan rumus debt to total assets.

2.2.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit

Going Concern

Ukuran perusahaan dapat dihitung dari besarnya total aktifa

perusahaan tersebut. Menurut Mutchler (1985) dalam Warnida (2011),

menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit

going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai

bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan

keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil. Hasil

penelitian yang dilakukan menurut Warnida (2011) serta Ria (2010),

yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan opini audit going concern, sejalan dengan hasil

penelitian menurut Arga dan Linda (2007), yang menyatakan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini

audit going concern.

2.2.4 Pengaruh Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Audit

Going Concern

Opinion shopping didefinisikan oleh SEC, sebagai aktifitas

mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi uang

ditunjukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan pelaporan

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

32

perusahaan. Menurut Lennox (2000), menggunakan model pelaporan

audit untuk memprediksi opini yang tidak diteliti dan menguji

dampaknya pada pergantian auditor. Penelitian yang dilakukan

diIndonesia oleh (Praptitorini dan Januarti, 2009) menyatakan bahwa

perusahaan cenderung menggunakan auditor independen yang sama

apapun opini audit diberikan, karena perusahaan enggan untuk

mengganti auditor independen. Terkait dengan hal tersebut, terlihat

dari terbitnya peraturan tentang lamanya penggunaan auditor

independen selama tiga tahun dan Kantor Akuntan Publik (KAP)

selama enam tahun. Hasil dari penelitian Sudarno (2012), yang

menyatakan bahwa opinion shopping berpengaruh negatif terhadap

penerimaan opini audit going concern. Sejalan dengan hasil penelitian

menurut Irfana (2012), yang menyatakan bahwa opinion shopping

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going

concern.

Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh rasio

likuiditas, rasio solvabilitas, ukuran perusahaan dan opinion shopping

penerimaan opini audit going concern. Kerangka pemikiran yang

peneliti diajukan adalah sebagai berikut :

H 1

H 2

H 3

H 4

Rasio Likuiditas

Rasio Solvabilitas

Ukuran Perusahaan

Opinion Shoping

Penerimaan Opini

Audit Going Concern

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori …repository.ump.ac.id/658/3/AHMAD RIZQI BAB II.pdf · 2017. 2. 7. · 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1 Landasan Teori . 2.1.1

33

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis alternatif yang akan diajukan

peneliti adalah sebagai berikut:

H1 : Rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit

going concern pada perusahaan manufaktur.

H2 : Rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit

going concern pada perusahaan manufaktur.

H3 : Ukuran peusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit

going concern pada perusahaan manufaktur.

H4 : Opinion shopping berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit

going concern pada perusahaan manufaktur.

Analisis Faktor - faktor..., Ahmad Rizqi Yazid, Fak. Ekonomi UMP, 2014