18
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisikannya bila perlu. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan atau pengalaman. “Gagasan kontruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan kontruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku jika berhadapan dengan pengalalaman-pengalaman seseorang.” 6 Hal ini berarti pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran siswa harus aktif sehingga siswa menjadi pusat kegiatan belajar di kelas. Teori belajar konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. 6 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka belajar Yogyakarta, 2009.hal. 30

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar

2.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana

siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi

yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisikannya

bila perlu. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan atau pengalaman.

“Gagasan kontruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum

sebagai berikut:

1. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi

selalu merupakan kontruksi kenyataan melalui kegiatan subjek.

2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur

yang perlu untuk pengetahuan.

3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur

konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku jika

berhadapan dengan pengalalaman-pengalaman seseorang.”6

Hal ini berarti pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi

terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa. Oleh

karena itu dalam proses pembelajaran siswa harus aktif sehingga siswa menjadi

pusat kegiatan belajar di kelas.

Teori belajar konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky.

Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses

belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan

kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual.

6 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka belajar

Yogyakarta, 2009.hal. 30

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

10

Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan

disusun di dalam pikiran siswa. “Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat

penting dalam menentukan kesuksesan belajar. Aktivitas mandiri adalah jaminan

untuk mencapai hasil belajar yang optimal”.7 Proses pembelajaran

konstruktivisme Piaget menekankan pada kegiatan internal individu terhadap

objek yang dihadapi dan pengalaman yang dimiliki seseorang. Konsep belajar

konstruktivisme Vigotsky mengartikan bahwa belajar adalah adanya sebuah

proses yang melibatkan dua elemen penting. ”Pertama, belajar merupakan proses

secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai

proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial

budaya.”8 Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada interaksi sosial dan

melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial. Pandangan

konstuktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan pentingnya interaksi melalui

pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar memberikan kesempatan

kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang

dipikirkan. Hal ini nantinya akan membantu siswa untuk melihat sesuatu dengan

lebih jelas dan melihat ketidaksesuaian pandangan diri mereka sendiri.

“Menurut Paul Suparno dalam Agus Suprijono, kedua persepektif itu

sama-sama mengimplikasikan pentingnya keaktifan peserta didik

dalam belajar. Keduanya menekankan pada tindakan terhadap objek.

Hanya saja yang satu lebih menekankan pentingnya keaktifan individu

dalam melakukan tindakan terhadap objek,sedangkan yang lain lebih

menekankan pentingnya lingkungan sosial-kultural dalam melakukan

tindakan terhadap objek.”9

7 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka belajar

Yogyakarta, 2009. hal.97 8 Ibid .hal.124

9 Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka belajar

Yogyakarta, 2009Hal. 34

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

11

2.2 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung pada perencanaan kegiatan

pembelajaran, memilih model pembelajaran, dan media yang akan digunakan

dalam pembelajaran. Selain hal-hal tersebut hal yang paling penting adalah

perlakuan guru dalam menggunakan perlakuan perangkat pembelajaran tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran hendaknya bermakna bagi siswa, jangan

sampai siswa hanya datang dan duduk dikelas tanpa memperoleh sesuatu yang

bermanfaat. Oleh karena itu hendaknya guru pandai memilih model pembelajaran

yang bermakna bagi siswa. Hal lain yang harus dijadikan pertimbangan dalam

memilih model pembelajaran adalah kesesuaiannya dengan tujuan intruksional

serta pelaksanaanya dilihat dari sarana dan waktu yang tersedia.

“Suharsimi Arikunto mengungkapkan Tujuan intruksional adalah

tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan

dan sikap yang harus dimiliki siswa akibat dari hasil pengajaran yang

dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati

dan diukur.”10

Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Anita Lie beranjak

dari dasar “getting better together“11

dimana menekankan pada pemberian

kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif untuk memperoleh

dan mengembangkan pengetahuan sikap, nilai, serta ketrampilan-ketrampilan

sosial yang bermanfaat bagi kedihupannya dimasyarakat. Melalui metode

Cooperative Learning, siswa tidak hanya belajar dan menerima apa yang disajikan

10

Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, ( Pustaka Belajar : jakarta, 2005 ),

hal. 132 11

Anita Lie, Mempraktikan Cooperative di Ruang-Ruang Kelas, (PT Grasindo

Jakarta: 2002), hal. 19

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

12

oleh guru dalam proses belajar mengajar, melainkan dapat juga belajar dari siswa

lainnya dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk pembelajaran siswa lain.

Menurut Anita Lie “ Dalam model pembelajaran kooperatif siswa

dituntut untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam kelompok kecil yang

heterogen”.12

Hal ini memberi peluang besar bagi siswa untuk terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran, sehingga akan memberikan dampak positif terhadap

hasil belajar siswa. “Menirut Rusman, Pembelajan kooperatif (cooperatif

learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari

empat atau enam orang dengan struktur kolompok yang bersifat hoterogen.”13

Berdasarkan kutipan tersebut maka yang dimaksud pembelajaran

kooperatif dalam penelitian ini yaitu siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok

kecil, dimana mereka dituntut untuk saling bekerjasama dalam kelompoknya

untuk mencapai tujuan bersama.

Pada hakekatnya Cooperative Learning sama dengan kerja kelompok,

oleh karena itu banyak guru yang mengatakan tidak ada yang aneh dalam

pembelajaran Cooperative Learning, karena mereka menganggap telah terbiasa

menggunakanya. Meskipun Cooperative Learning terjadi dalam bentuk

kelompok, tetapi semua kerja kelompok tidak bisa dianggap Cooperative

Learning.

12

Anita Lie..hal. 22 13

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru:,

(Rajawali Pers: Jakarta, 2010), hal. 202

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

13

“Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suparjono lima

unsur dasar yang dapat membedakan Cooperatif Learning dengan

Kerja Kelompok,

1. Positive interdependence, yaitu saling ada tibal balik atau saling

ketergantungan positif.

2. Personal Responsibility, yaitu adanya tanggungjawab pribadi

mengenai materi.

3. Face to face promotive interaction, yaitu interaksi yang langsung

terjadi atar siswa tanpa adanya perantara.

4. Interpersonal Skill ( komonikasi antar anggota )

5. Group Processing ( pemprosesan Kelompok ).”14

Sedangkan pembelajaran kooperatif mempunyai unsur dasar sebagai

berikut :

“Unsur dasar pembelajran kooperatif menurut Rusman, yaitu;

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah berangggapan bahwa mereka

sehidup sepenganggungan bersama.

2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam

kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama

diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/

penghargaanyang juga akan dikenakan untuk semua anggota

kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk bekerjasama untuk proses belajarnya.

7. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.”15

Melihat unsur-unsur dasar yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif

terlihat bahwa pembelajaran dengan metode kooperatif menitik beratkan pada

keaktifan siswa dan kerjasama dan ketergantungan antar siswa satu dengan yang

lainnya dalam satu kelompok. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan

ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik didalam

14

Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Pustaka belajar

Yogyakarta, 2009), hal. 58 15

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru, (

Rajawali Pers: Jakarta, 2010), hal. 208

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

14

kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik dan sebagai transformator

informasi, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang

direncanakan untuk diajarkan kepada seluruh anggota kelompoknya.

2.2.2 Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur Pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat

langkah sebagai berikut:

“Langkah-langkah pembelajaran kooperatif:

1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian

pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.

Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok

materi pelajaran.

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan

penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk

sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan

melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.

Tes individu akan memberikan penilaian pada kemampuan individu,

sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan

kelompoknya. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam

kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai

bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap

anggota kelompoknya.

4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling

menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan

pernghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim

untuk terus berprestasi lebih baik lagi.”16

2.2.3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Keunggulan cooperative learning menurut Wina Sanjaya, sebagai suatu

strategi pembelajaran adalah sebagai berikut:

16

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme guru,

(Rajawali Pers: Jakarta, 2010), hal. 212-213

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

15

“Keunggulan pembelajaran kooperatif, yaitu;

a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi akademiknya.

b. Meningkatkan daya ingatan siswa.

c. Meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar.

d. Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan

berkomunikasi secara lisan.

e. Mengembangkan keterampilan sosial siswa.

f. Meningkatkan rasa percaya diri siswa.

g. Membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.”17

Melalui beberapa keunggulan cooperative learning, siswa dilatih untuk

mengembangkan ketrampilan siswa dan keaktifan selama selama dikelas, baik

aktif dalam hal bertanya ketika tidak mengerti tentang materi, ataupun menggali

informasi dari berbagai sumber, dan kemudian menularkannya kepada siswa

lainnya. hal itu akan mengajarkan siswa untuk dapat menerima perbedaan antara

siswa satu dengan siswa lainnya sehingga hubungan antar siswa dapat lebih

terjalin.

“Sedangkan kelemahan dari cooperative learning adalah:

a. Pembelajaran berkelompok membatasi siswa yang berkemampuan

tinggi dalam waktu belajar.

b. Dibandingkan dengan pengajaran langsung oleh guru, bisa terjadi

apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai

oleh siswa.

c. Penilaian yang diberikan berdasarkan hasil kerja kelompok.”18

Cooperative learning membatasi siswa yang berkemampuan tinggi,

maksudnya siswa yang dianggap memiliki kelebihan mungkin akan merasa

terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya,

keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

Penilaian yang diberikan cooperative learning didasarkan kepada hasil kerja

17

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Kencana: Jakarta,2006), hal. 249-250

18

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Kencana: Jakarta,2006), hal. 249-250

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

16

kelompok. Guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang

diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

2.3.1 Karateristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Teknik pembelajaran TSTS dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun

1992. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua

tingkatan anak usia didik. “Menurut Anita Lie, Struktur Two Stay Two Stray/Dua

Tinggal Dua Tamu, memberikan kesempatan kepada kelompok untuk

membagikan hasil dan informasi dengn kelompok lain”19

Adapun proses metode Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray,

dua orang siswa tinggal dikelompok dan dua orang siswa yang lainnya bertamu

kekelompok lain. Dua orang yang tinggal harus bertugas untuk memberikan

informasi kepada tamu dari kelompok lain tentang hasil diskusinya, sementara itu

yang bertamu bertugas untuk mencatat penjelasan hasil diskusi kelompok yang

dikunjunginya.

“Menurut Anita Lie yang dilakukan dalam metode pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah :

1. Bekerjasama dalam kelompok yang beranggotakan empat

orang. Dimana anggotanya bersifat hiterogenitas atau

beraneka ragam yaitu satu orang siswa yamg berkemampuan

tinggi, dua orang siswa yang berkemampuan sedang dan satu

orang yang berkemampuan rendah.

2. Setelah selesai berdiskusi dalam kelompoknya, kemudian dua

orang dari masing-masing kelompok yanng berkemampuan

sedang akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing

bertemu kedua kelompok lain.

19

Anita Lie, Anita Lie, Mempraktikan Cooperative di Ruang-Ruang Kelas, (PT

Grasindo Jakarta: 2002), hal. 60

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

17

3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok memiliki

kemampuan yang tinggi dan rendah bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

4. Tamu mohon diri dan kembali kekelompok masing-masing

dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

5. Kelompok mencocokan dan membahas hasil mereka.”20

2.3.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran di

SMA Negeri 2 Salatiga, Kelas XI IPS-1 dapat digambarkan sebagai berikut :

Langkah 1. Pembagian Kelompok dan Pembagian Tugas

Siswa yang berjumlah 32 dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu:

- Kelompok 1,

- Kelompok 2,

- Kelompok 3,

- Kelompok 4,

- Kelompok 5,

- Kelompok 6,

- Kelompok 7,

- Kelompok 8

Masing-masing kelompok terdiri 4 orang yaitu A,B,C dan D. Selanjutnya,

masing-masing kelompok mendiskusikan tugas mereka. Kelompok 1,3.5,7

mengerjakan tugas dengan kode A, kelompok 2,4,6,8 mengerjakan tugas kode B.

20

Anita Lie, Anita Lie, Mempraktikan Cooperative di Ruang-Ruang Kelas, (PT

Grasindo Jakarta: 2002), hal 60-61

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

18

Langkah II. Pertukaran Kelompok atau Moving Siswa

Pada tahap II, dua orang anggota kelompok bertamu kelompok lain yang

berbeda, misalkan kelompok 1 yang beranggotakan A₁, B₁, C₁ dan D₁, yang

kemudian A₁ dan B₁ bertamu kekelompok 2, C₁ dan D₁ tetap tinggal ditempat

sebagai tuan rumah. Masing-masing siswa yang bertamu bertugas mencari

informasi mengenai tugas yang telah dibahas oleh tuan rumah, sementara dua 2

anggota lainnya tetap berada dalam kelompok (sebagai tuan rumah), mereka

bertugas memberikan informasi mengenai materi yang telah dibahas dalam

kelompoknya. Setelah selesai bertamu siswa kembali ke kelompoknya dan

menyampaikan informasi tentang yang mereka peroleh dari kelompok lain dan

membuat kesimpulan antara yang dibahas dalam kelompoknya dengan kelompok

lain. Seperti yang terlihat dalam skema berikut ini :

Kel 1 Kel 2 Kel 5 Kel 6

Kel 3 Kel 4 Kel 7 Kel 8

GAMBAR 2.4

Bagan Kegiatan Moving Siswa

Dengan melihat langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray, siswa dapat

memperoleh banyak manfaat, diantaranya siswa mendapatkan informasi dalam

A₁ B₁ C₁ D₁

A₂ B₂ C₂ D²

A₃ B₃ C₁₃ D₃

A₄ B₄ C₄ D₄

A₆ B₆ C₆ D₆

A₅ B₅ C₅ D₅

A₇ B₇ C₇ D₇

A₈ B₈ C₈ D₈

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

19

kelompoknya dan dari dua tamu dari kelompok lain. Setiap siswa dapat berperan

aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar serta daya ingat karena saling

mengajarkan materi yang sudah dipelajari, khususnya Ekonomi Akuntansi.

Tipe Two Stay Two Stray, guru menentukan anggota kelompoknya

supaya merata. Selain itu, guru juga menentukan siapa yang pergi atau bertamu

dan kelompok mana yang akan didatanginya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi

kegaduhan dalam kelas, misalnya memperebutkan kelompok yang akan didatangi.

Karena jika tidak ditentukan oleh guru, biasanya siswa bebas memilih sesuatu

dengan keinginannya sehingga terjadi penyimpangan.

2.4 Aktivitas

Aktivitas siswa berperan penting dalam kegiatan proses belajar

mengajar. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi

juga meliputi aktivitas psikis seperti aktivitas mental. Banyak guru yang terkecoh

oleh sikap siswa yang pura-pura aktif padahal tidak.

“Menurut Widi Raharja Aktivitas adalah kegiatan jasmani dan

rohani manusia untuk melakukan sesuatu dalam upaya mencapai

tujuan tertentu. Dalam mengajar guru harus berupaya agar siswa

benar-benar ada keaktifan dalam mengikuti belajar mengajar baik

keaktifan secara jasmani seperti melakukan praktek/percobaan,

berlatih dan sebagainya, dan keaktifan secara rohani seperti:

mengamati, memecahkan persoalan, mengambil kesimpulan dan

sebagainya.”21

Mengajar adalah upaya yang dilakukan guru agar siswa belajar. Dalam

pengajaran, siswalah yang menjadi subjek, dimana siswa sebagai pelaku kegiatan

belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru

21

Widi Raharja, Sekitar Strategi belajar Mengajar dan Ketrampilan Mengajar,

(Fakultas Ekonomi : Salatiga, 2002). Hal. 12.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

20

hendak merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa benyak melakukan

aktivitas belajar. Hal ini tidak berati siswa dibebani banyak tugas. “Menirut R.

Ibrahim dan Nana. S, Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa

hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembanganya, serta

manfaat bagi masa depannya.”

Kegiatan belajar mengajar diperlukan suatu proses perhatian, bertanya,

menjawab, sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Peserta didik tidak akan

aktif jika proses belajar mengajarnya ada kegiatan. “Menurut Gagne yang dikutip

Agus Suparjono Belajar adalah perubahan diposisi atau kemampuan yang

dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan diposisi tersebut bukan diperoleh

langsung dari peoses pertumbuhan seseorang secara alamiah”22

Pendapat serupa yang diungkap oleh baharuddin dan Esa N.W :

“Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan

atau pengalaman-pengalaman. Belajar sebagai karakteristik yang

membedakan antara manusia dengan makhluk lain, merupakan

aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan

tiada hari tanpa belajar.”23

Berdasarkan pendapat Gagne dan Esa dapat disimpulkan bahwa hal

yang menyangkut pengertian belajar dalam penelitian ini yaitu:

a. Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang bersinambungan yang

dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.

22

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, ( pustaka Belajar:

Yogyakarta, 2009).hal. 2. 23

Baharuddin dan Esa W.N, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Ar-ruzz Media :

jogjakarta, 2010 ). Hal. 10.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

21

b. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif dan

permanen.

c. Hasil belajar ditunjukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laku secara

keseluruhan.

Indikator dari aktivitas adalah perhatian, mencatat, menjawab, bertanya,

dan menanggapi. Semakin banyak kesadaran yang menyertai suatu aktivitas,

maka semakin intensif akan indikatornya.

2.5 Hasil Belajar

Suatu kegiatan belajar mengajar, hasil belajar siswa merupakan out put

yang selalu diharapkan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses pembelajaran

tersebut, baik siswa, guru, maupun bagi orang tua siswa. Hasil belajar ini

merupakan hasil usaha guru yang bertugas untuk mengajar dan siswa yang

berfungsi sebagai subjek pengajaran. Menurut bloom yang dikutip Agus

Suparjono, “Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.”24

Pendapat serupa yang dikemukakan oleh Gagne dalam Agus Suparjono

“Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan yang berupa informasi verbal,

ketrampilan intelektual, strategi kognitif, ketrampilan motorik dan sikap.”25

Hasil pembelajaran mencakup semua efek yang dapat dijadikan sebagai

indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi

24

Agus Suprijono, Kooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Pustaka belajar

Yogyakarta, 2009, hal.6 25

Agus Suprijono, ibid. hal.6

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

22

pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi

tiga, yaitu:

“1. Keefektifan (effectiveness);

2. Efisiensi (efficiency);

3. Daya tarik (appeal).”26

Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan ratio antara keefektifan

dan jmlah waktu yang dipakai dalam pembelajaran atau jumlah biaya yang

digunakan.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan hasil belajar

pada penelitian ini yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran yang ditandai dengan adanya perubahan dalam aspek kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik (ketrampilan) dengan keefektifan,

efisien dan daya tarik.

2.6 Karateristik Pembelajaran Akuntansi di SMA

Kurikulum SMA akan mempersiapkan siswanya untuk mampu

memasuki perguruan tinggi dengan lebih mudah. Maka penjurusan di SMA juga

sangat erat kaitannya dengan kelanjutan studi setelah SMA. Idealnya di setiap

SMA ada tiga jurusan yang sediakan, yakni IPA, IPS, dan Bahasa. Pandangan

sebagian siswa, orangtua, bahkan juga guru yang menganggap kelas IPS itu kelas

buangan, kelas sisa-sisa, kelas nomor dua, atau apa pun bahasanya adalah keliru

besar. Tidak jaminan bahwa anak-anak yang masuk jurusan IPA masa depannya

26

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran,(PT. Bimu Aksara : Jakarta, 2006), hal

21

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

23

lebih cerah. Demikian juga sebaliknya, bukan berarti setiap siswa yang masuk

jurusan IPS masa depannya akan suram dan calon generasi yang gagal.

IPA adalah istilah yang digunakan untuk menghimpum ilmu biologi,

fisika dan kimia. Sementara IPS menghimpun ilmu sejarah, geografi, ekonomi,

dan sosiologi. Jurusan di SMA memilih ketika memasuki kelas XI. Tentu pilihan

tersebut harus disesuaikan dengan talenta yang dimiliki, yakni minat dan bakat

siswa. Selanjutnya dipertimbangkan secara kemampuan akademisnya sewaktu di

kelas X. barulah kemudian ditetapkan pilihan jurusan di kelas XI, IPA atau IPS.

“Kompetensi dasar mata pelajaran adalah kompetensi yang harus

dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran Akuntansi SMA,

mencakup:

1. Menganalisis akuntansi sebagai sistem informasi.

2. Menjelaskan dasar hukum pelaksanaan Akuntansi bagi perusahaan di

Indonesia.

3. Menerapkan struktur dasar Akuntansi.

4. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Perusahaan Jasa.

5. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Perusahaan Dagang.

6. Menerapkan tahapan siklus Akuntansi Koperasi.

7. Menganalisis laporan keuangan.

8. Menerapkan metode kuantitatif.”27

Pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah

pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan

bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran

transaksi keuangan sampai penyusunan laporan keuangan. Meskipun SMA

diprioritaskan untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, tapi setidaknya

sudah dibekali oleh skill atau ketrampilan.

27

http://www.google.co.id/search?q=standar+kompetensi+akuntansi&ie=utf-8&oe=utf-

8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a 18 juni 2012, jam 14.19

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

24

Pembelajaran akuntansi memiliki tujuan dan fungsi yang dapat dilihat

dalam standar kompetensi akuntansi yang harus diperlihatkan siswa setelah

pembelajaran.

“Standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa terdiri dari

delapan standar kompetensi meliputi kemampuan: (1)

mendeskripsikan akuntansi sebagai sumber informasi, (2)

mendeskripsikan pedoman akuntansi, (3) mendeskripsikan proses

terbentuknya laporan keuangan, (4) menerapkan tahapan siklus

akuntansi, (5) menganalisis laporan keuangan, (6) menerapkan

akuntansi pada kelompok aktiva, (7) menerapkan akuntansi sebagai

kelompok pasiva. (8) menerapkan metode kualitatif.”28

Melihat tujuan dan fungsi pembelajaran akuntansi, maka pembelajaran

akuntansi memiliki nilai-nilai esensial sehingga penting untuk diajarkan kepada

siswa. Setelah mempelajari akuntansi siswa diharapkan dapat mengembangkan

ketrampilan sosial dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran akuntansi dilakukan melalui pendekatan tuntas, karena

pembelajaran Akuntansi merupakan suatu siklus sehingga ketrampilan satu

berkaitan dengan ketrampilan yang lain dan lebih mengutamakan pencapaian

melalui pelatihan langsung yang dialami siswa. Bahan pelajaran yang diberikan

untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut dibagi atas beberapa kompetensi

dasar. Setiap kompetensi terdiri dari bahan-bahan pelajaran yang diurutkan secara

sistematik sesuai dengan urutan dalam proses akuntansi (pencatatan,

pengikhtisaran, dan pelaporan). Setiap siswa diharuskan menguasai bahan

kompetensi dasar sebelum melanjutkan ke kompetensi dasar berikutnya, karena

setiap kompetensi dasar merupakan satu kesatuan. Keaktifan dan hasil belajar

28

Anggra Agustina, Buku Pedoman Khusus Model 3 Akuntansi, (Debdiknas 2009 :

36-37)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

25

siswa pada mata pelajaran ekonomi akuntansi kompetensi dasar ikhtisar dan

laporan keuangan siklus akuntansi perusahaan jasa dapat ditingkatkan dengan

metode kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Pada mata pelajaran akuntansi

kompetensi dasar ikhtisar dan siklus akuntansi perusahaan jasa, Setiap kelompok

mendiskusikan soal mengenai ikhtisar dan laporan keuangan. Hal pertama yang

harus dilakukan guru yaitu menentukan anggota kelompoknya supaya merata

siswa dibagi menjadi 8 kelompok. Selain itu, guru juga menentukan siapa yang

pergi atau bertamu dan kelompok mana yang akan didatanginya. Masing-masing

kelompok terdiri 4 orang yaitu A,B,C dan D. Selanjutnya, masing-masing

kelompok mendiskusikan tugas mereka. Kelompok 1,3.5,7 mengerjakan tugas

dengan kode A, kelompok 2,4,6,8 mengerjakan tugas kode B. Setelah setiap

kelompok berdiskusi dua siswa pada setiap kelompok bertamu kelompok lain dan

mencari informasi mengenai apa yang telah disiskusikan dan yang tinggal

berkewajiban menyampaikan informasi, setelah selesai kembali kekelompoknya

dan membuat kesimpulan mengenai materi yang telah selesai didiskusikan.

Pelajaran Akuntansi mengenal istilah latihan (Training), dimana dalam

pelaksanaanya mengenal 4 langkah yang mendorong kegiatan belajar secara

efektif, yaitu memperlihatkan ( to show ), menjelaskan ( to tell ), mengerjakan ( to

do ),dan memeriksa (to check ). Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two

stray dapat menaungi kegiatan pembelajaran tersebut. Ini akan terlihat saat siswa

mengerjakan tugas dengan kelompoknya.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar 2.1.1 Teori

26

2.7 Hipotesa dan Kerangka Pikir

Berdasarkan rumusan masalah dan usulan tindakan, tujuan penelitian,

dan kajian pustaka maka diajukan hipotesa penelitian sebagai berikut :

1. Penggunaan metode pembelajaran Metode Kooperatif tipe Two Stay Two

Stray pada pembelajaran Akuntansi Kompetensi Dasar ikhtisar dan

laporan keuangan siklus akuntansi perusahaan jasa yang dapat

meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, berupa:

perhatian , bertanya, menjawab, dan menanggapi.

2. Meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Selanjutnya hipotesis penelitian ini, disajikan dalam bentuk skema

kerangka berpikir penelitian sebagai berikut:

A.

Gambar 3. Kerangka pikir

Kondisi Awal

Guru menggunakan

metode konvensional

ceramah dan

penugasan

Tindakan

PTK Siklus I

Aktivitas belajar dan hasil

belajar siswa belum atau

sudah mencapai indikator

ketuntasan ≥ 75%

Guru menggunakan

Metode Kooperatif

Model TS-TS

perbaikan siklus I

Guru menggunakan

Metode Kooperatif

Model TS-TS

Tindakan

PTK Siklus II

Aktivitas, dan hasil

belajar tidak sesuai

dengan tujuan

pembelajaran, KKM tidak

tercapai

Aktivitas belajar dan hasil

belajar meningkat ≥

indikator yang ditetapkan