48
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas” (susilowati, 2016). Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual. Rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan” (susilowati, 2016). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. 2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan Tujuan Promosi Kesehatan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu : 1. Tujuan promosi kesehatan menurut WHO a. Tujuan umum 1) Mengubah perilaku individu/ masyarakat dibidang kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Promosi Kesehatan

2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah

kombinasi upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi

untuk mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan

kesehatan individu, kelompok, atau komunitas” (susilowati, 2016).

Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai

operasionalisasi dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat

konseptual. Rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang

harus dilakukan dalam kerangka “promosi kesehatan” (susilowati, 2016).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005

tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan

adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,

oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya

setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan

Tujuan Promosi Kesehatan dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :

1. Tujuan promosi kesehatan menurut WHO

a. Tujuan umum

1) Mengubah perilaku individu/ masyarakat dibidang kesehatan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

10

b. Tujuan Khusu

1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai bagi masyarakat.

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri / kelompok mengadakan

kegiatan untuk mencapai tujuan sehat

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada (Kholid,2012).

2. Tujuan Operasional

a. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan

perubahan-perubahan sistem dalam pelayanan kesehatan serta cara

memanfaatkannya secara efisien & efektif.

b. Agar klien/masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada

kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan dan masyarakatnya.

c. Agar orang melakukan langkah2 positip dlm mencegah terjadinya sakit,

mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih parah dan mencegah

keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat karena penyakit.

d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana

caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem pelayanan

kesehatan yang normal ( Kholid, 2012).

2.1.3 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Notoatmodjo (2010b), ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan

(tempat pelaksanaannya):

1. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Mencapai perilaku sehat masyarakat,

maka harus dimulai pada tatanan masing-masing keluarga. Teori pendidikan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

11

mengatakan, bahwa keluarga adalah tempat persemaian manusia sebagai anggota

masyarakat. Pelaksanaan promosi kesehatan keluarga ini, sasaran utamanya adalah

orang tua terutama ibu. Ibulah di dalam keluarga itu yang sangat berperan dalam

meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak lahir (Notoatmodjo,

2010b).

2. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya, sekolah merupakan

tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak, termasuk perilaku

kesehatan. Peran guru dalam promosi kesehatan di sekolah sangat penting, karena

guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh anak-anak daripada orang tuanya. Sekolah

dan lingkungan sekolah yang sehat sangat kondusif bagi perilaku sehat bagi murid-

muridnya, maka sasaran antara promosi kesehatan di sekloah adalah guru. Guru

memperoleh pelatihan-pelatihan tentang kesehatan dan promosi kesehatan yang

cukup, selanjutnya guru akan meneruskannya ke murid-muridnya (Notoatmodjo,

2010b).

3. Promosi kesehatan pada tempat kerja

Tempat kerja adalah tempat dimana orang dewasa memperoleh nafkah untuk

kehidupan keluarganya, melalui produktivitas atau hasil kerjanya. Selama lebih

kurang 8 jam perhari para pekerja ini menghabiskan waktunya untuk menjalankan

aktivitasnya yang berisiko bagi kesehatannya. Memang risiko yang ditanggung oleh

masing pekerja ini berbeda satu sama lainnya, tergantung pada jenis dan lingkungan

kerja masing-masing karyawan tersebut. Promosi kesehatan ditempat kerja ini dapat

dilakukan oleh pimpinan perusahaan atau tempat kerja dengan memfasilitasi tempat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

12

kerja yang kondusif bagi perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjanya

(Notoatmodjo, 2010b).

4. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum

Dimaksud dengan tempat umum adalah tempat dimana orang-orang berkumpul

pada waktu-waktu tertentu, misalnya: pasar, terminal bus, stasiun kereta api, bandara,

mall, dan sebagainya. Umum juga perlu dilaksanakan promosi kesehatan dengan

menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi

pengunjungnya, misalnya tersedianya tempat sampah, tempat cuci tangan, tempat

pembuangan air kotor, ruang tunggu bagi perokok dan non-perokok, kantin dan

sebagainya. Pemasangan poster, penyediaan leaflet atau selebaran yang berisi cara-

cara menjaga kesehatan atau kebersihan adalah juga merupakan bentuk promosi

kesehatan (Notoatmodjo, 2010b).

5. Pendidikan kesehatan diinstitusi pelayanan kesehatan

Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,

poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya, adalah tempat yang paling strategis

untuk promosi kesehatan. Sebab pada saat orang baru sakit, atau keluarganya sakit,

maka mereka ini akan lebih peka terhadap informasi-informasi kesehatan terutama

yang berkaitan dengan masalah kesehatannya/penyakitnya, atau masalah kesehatan

keluarganya. Mereka akan mudah menerima informasi, bahkan berperilaku yang

terkait dengan kesehatannya, misalnya mematuhi anjuran-anjuran dari dokter,

perawat, dan petugas kesehatan yang lain (Notoatmodjo, 2010b).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

13

2.1.4 Metode dan Teknik Promosi Kesehatan

Pemikiran Dasar Promosi Kesehatan pada hakikatnya ialah suatu kegiatan

atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan

kesehatan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya

yaitu metode. Metode harus berbeda antara sasaran massa, kelompok atau sasaran

individual (Ali, 2010).

1. Metode perorangan

Metode ini digunakan apabila antara promotor kesehatan dan sasaran atau

kliennya dapat berkomukasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui

sarana komunikasi lainnya, misalnya telepon. Cara ini papling efektif, karena antara

petugas kesehatan dengan klien dapat saling berdialog, saling merespons dalam waktu

yang bersamaan. Ketika menjelaskan masalah kesehatan bagi kliennya petugas

kesehatan dapat menggunakan alat bantu atau peraga yang relevan dengan

masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan individual ini yang terkenal adalah

“councelling” (Notoatmodjo, 2010b).

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai

masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau

perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat bagaimana

cara membantunya maka perlu menggunakan bentuk pendekatan (metode) berikut

ini, yaitu

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) Dengan cara ini kontak antara

klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

14

digali dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,

berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut

(mengubah perilaku) (susilowati, 2016).

b. Interview (wawancara) Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan

dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk

mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang

informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk

menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik

atau belum menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka

perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi (susilowati, 2016).

2. Metode kelompok

Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran

serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya

akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada

besarnya sasaran Pendidikan (Notoatmodjo, 2010b).

1) Kelompok Besar, kelompok besar adalaha apabila peserta penyuluhan lebih dari

15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan

seminar (Notoatmodjo, 2010b).

a. Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Merupakan

metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan. Metode ini

mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi

membosankan jika terlalu lama. (Notoatmodjo, 2010b).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

15

b. Seminar

Metode ini hanya cocok untuk Pendidikan formal menengah ke atas. Seminar

adalah suatu penyajian (presentasi) dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli

tentang suatu topik yang di anggap penting dan di anggap hangat di masyarakat

(Notoatmodjo, 2010b).

2) Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok

kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain:

a. Diskusi Kelompok

Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima

informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima

informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya secara bebas,

menyumbangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu

alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah

berdasarkan pertimbangan yang seksama. Dalam diskusi kelompok agar semua

anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk

para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau

saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.

Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan

yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama

sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/ keterbukaan untuk

mengeluarkan pendapat. Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus

memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

16

kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka

pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga

semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari

salah seorang peserta (Notoatmodjo, 2010b).

b. Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok, yang diawali dengan

pemberian kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta. Prinsipnya

sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin

kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan

jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut

ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta

mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah

semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan

akhirnya terjadi diskusi (Notoatmodjo, 2010b).

c. Bola Salju (Snow Balling)

Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi kelompok

yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar. Kelompok

dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu

pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung

menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari

kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini

bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan

terjadi diskusi seluruh anggota kelompok (Notoatmodjo, 2010b).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

17

d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang

kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok

lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan

tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya (Notoatmodjo,

2010b).

e. Role Play (Memainkan Peranan)

Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran

tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai

perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau

anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau

berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas (Notoatmodjo, 2010b).

f. Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok.

Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti

permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan

menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa

orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber

(Notoatmodjo, 2010b).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

18

g. Bibliotherapy

Bibliotherapy merupakan proses bibliotherapeautic meliputi suatu seri

aktivityas penggunaan buku dalam treatment, yang di tujuakan untuk menggerakkan

seseorang agar bisa menyeleasaikan masalah. Penggunaan bibliotherapy dilakukan

dengan sepuluh tahap seperti mengembangkan rapport, rasa saling percaya, dan rasa

percaya diri dengan siswa, b. mengidentifikasi personil lain yang bisa membantu, 3

menggunakan dukungan dari orang tua, 4 menetapkan atau membatasi masalah

tertentu yang dialami siswa, 5 menentukan tujuan yang ingin dicapai dan kegiatan

yabg dapat mengatasi masalah, 6 meneliti dan melilih buku yang sesuai dengan situasi,

7 memperkenalkan buku kepada siswa, 8 menggabungkan kegiatan membaca, 9

mengimplementasikan kegiatan pasca membaca, 10 mengevaluasi (prater et al, 2006).

3. Metode massa

Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan

pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau

publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.

Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini

biasanya digunakan untuk menggugah awareness (kesadaran) masyarakat terhadap

suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku.

Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku

juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (metode) massa

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

19

ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa.

Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain:

a. Ceramah umum (public speaking) Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari

Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya

berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.

Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa (Notoatmodjo,

2010b).

b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV

maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa

(Notoatmodjo, 2010b).

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya

tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan

pendekatan pendidikan kesehatan massa (Notoatmodjo, 2010b).

d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya

jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan

promosi kesehatan massa (Notoatmodjo, 2010b).

e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga

merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke

Posyandu (Notoatmodjo, 2010b).

2.1.5 Media Promosi kesehatan

Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas.

Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut

pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian

Technology) dalam Harsoyo (2002) memaknai media sebagai segala bentuk yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

20

dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education

Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat,

didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan

tersebut. Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi

dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran

(susilowati,2016).

Usaha-usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus

dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman

belajar dari yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut

kemudian dikenal dengan nama “Kerucut Pengalaman” (The Cone of Experience) dari

Edgar Dale. Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu,

sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang

paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu (susilowati,2016).

Menurut Edgar Dale, dalam dunia pendidikan, penggunaan media

/bahan/sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman yang

membutuhkan media belajar seperti buku teks, bahan belajar yang dibuat oleh

pengajar dan “audio-visual” (susilowati,2016).Berdasarkan pada piramida

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

21

pembelajaran Dale atau dalam bahasa inggris lebih dikenal dengan dengan Cone of

Experience oleh Edgar Dale (1946) diatas, pada sisi kanan piramida pembelajaran

menunjukkan kemampuan yang akan siswa dapatkan yang relatif terhadap jenis

kegiatan atau tingkatan kegiatan yang mereka lakukan (seperti membaca, mendengar,

melihat, dan yang lainnya). Sedangkan angka-angka persentase di sisi kiri piramida

menunjukkan seberapa besar umumnya seseorang dapat mengingat dan memahami

sesuatu sesuai dengan tingkatan jenis kegiatan yang mereka lakukan. Berdasarkan

tingkatan kegiatan diatas maka didapatkan pengalaman sebagai berikut :

1. Pengalaman melalui lambang kata. Pengalaman ini diperoleh dalam buku/ bahan

bacaan.

2. Pengalaman melalui pendengaran, pengalaman ini dapat diperoleh dengan

mendengarkan seseorang, baik secara langsung, melalui radio, atau yang lainnya.

3. Pengalaman melalui gambar visual, pengalaman dari sesuatu yang diwujudkan

secara visual dalam bentuk dua dimensi misalnya lukisan, poster, potret, dan

lainnya.

4. Pengalaman melalui video, pengalaman ini diperoleh dari pemutaran video baik

itu berasal dari televisi maupun dari media lainnya.

5. Pengalaman melalui pameran/situs. Pengalaman tersebut diperoleh melalui

pertunjukan hasil pekerjaan siswa ataupun yang lainnya.

6. Pengalaman melalui demonstrasi, yaitu pengalaman melalui percontohan atau

pertunjukan mengenai suatu hal atau suatu proses

7. Pengalaman melalui karyawisata, contohnya dapat mengajak pembelajar melihat

objek yang nyata di luar dengan maksud memperkaya dan memperluas

pengalaman siswa.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

22

8. Pengalaman melalui diskusi, pengalaman ini dapat diperoleh dengan merancang

pembelajaran kelompok, sehingga antar pembelajar dapat saling berbagi atau

bertukar informasi mengenai suatu masalah.

9. Pengalaman tiruan, pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau kejadian-

kejadian tiruan yang sebenarnya.

10. Pengalaman langsung, pengalaman ini diperoleh dengan berhubungan secara

langsung dengan benda, kejadian, atau objek yang sebenarnya. Pembelajar secara

aktif bekerja untuk memecahkan masalah (susilowati,2016).

Jika meninjau piramida pembelajaran diatas, dapat dilihat secara garis besar,

bahwa pembelajaran itu terbagi menjadi 2, yakni aktif dan pasif. Pada pembelajaran

yang pasif, membaca memberikan andil penguasaan materi dan daya ingat sebesar

membaca 10%, mendengarkan 20%, dan melihatnya secara langsung memberikan

kontribusi sebesar 30%. Namun, melihat pembelajaran aktif, dimana ketika seseorang

mengatakan, mengajarkan, memperagakan, atau berdiskusi, maka hal itu dapat

memberikan 70% pemahaman dan daya ingat terhadap materi yang dikuasai, serta

jika aktif dalam melakukan /mengaplikasikan ilmu maka hal tersebut berkontribusi

90% terhadap pemahaman dan daya ingat kita terhadap sesuatu (susilowati,2016).

Pada tingkatan kegiatan membaca (10 %), mendengar (20%), dan melihat

gambar maupun video (30%), kegiatan ini, menganggap pembelajar sebagai partispan,

sehingga tingkat daya ingat dan pemahamannya pun akan lebih sedikit. Kemudian

pada tingkatan kegiatan adanya pameran/situs dan demonstrasi (50%) serta

karyawisata maupun diskusi (70%), pembelajar diberikan suatu kasus permasalahan,

maka dari itu pembelajar dapat aktif berfikir mengenai permasalahan tersebut. Pada

tingkatan ini masalah yang diberikan masih berupa permasalahan yang konkrit,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

23

sehingga pembelajar masih dianggap sebagai partisipan. Selanjutnya pada tingkatan

kegiatan bersimulasi dan melakukan hal nyata (90%), pembelajar turun langsung

untuk mengamati sebuah permasalahan. Tingkat pemahamannya pun lebih besar, dan

disini pembelajar sudah bertindak sebagai pengamat (susilowati,2016).

Selanjutnya berdasarkan sisi kanan piramida pembelajaran Dale ini,

kemampuan yang dicapai pembelajar pada tingkatan kegiatan membaca dan

mendengar adalah hanya pada mampu mendefinisikan, menggambarkan,

mendaftarkan, dan menjelaskan saja, karena pada tingkatan ini kemampuan untuk

memahami dan mengingatnya cukup rendah. Pada tingkat kegiatan melihat gambar,

menonton video, mengahdiri pameran, dan melihat demonstrasi, kemampuan yang

didapatkan adalah mampu menunjukkan, menerapkan, dan mempraktikan, karena

pada tingkat ini pembelajar mendapatkan lebih banyak gambaran dan pengetahuan

khsusunya dalam hal suatu proses. Kemudian yang terakhir pada tinggkat diskusi,

bersimulasi dan melakukan hal nyata, kemampuan yang didapatkan merupakan

kemampuan yang paling tinggi yaitu mampu menganalisis, mampu menentukan,

bahkan hingga mampu membuat , dan mengevaluasi/ menilai sesuatu, karena pada

tingkat ini pembelajar pada dasarnya berperan aktif dalam kegiatan tersebut dan

mempunyai tambahan pengalaman, pengetahuan serta wawasan yang lebih luas,

sehingga memancing pengalaman belajar dengan pemahaman dan daya ingat yang

tinggi (susilowati,2016).

Dengan demikian, hal yang penting untuk diingat bahwa bukan berarti

membaca dan mendengarkan menjadi pengalaman belajar yang tidak berharga, hanya

saja ketika dapat melakukan hal yang nyata menyebabkan pemahaman dan daya ingat

yang tinggi, maka diyakini bahwa semakin banyaknya indera yag digunakan, semakin

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

24

bersar kemampuan kita untuk memahami dan mengingat sesuatu dari pengalaman

belajar tersebut (susilowati,2016).

2.1.6 Peran media promosi Kesehatan

Bagaimana peranan media dalam promosi kesehatan? Berdasarkan definisi

diatas kita paham bahwa media sangat penting peranannya dalam pelaksanaan

penyuluhan kesehatan, karena:

1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

3. Media dapat memperjelas informasi.

4. Media dapat mempermudah pengertian

5. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

6. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

7. Media dapat memperlancar komunikasi (Kholid, 2012).

2.1.7 Jenis Media Promosi Kesehatan

Berdasarkan peran-fungsinya sebagai penyaluran pesan / informasi

kesehatan, media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yakni :

1. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran

sejumlah , gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini

adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan

pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi

kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup

banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

25

mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak

memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan

mudah terlipat (susilowati,2016).

2. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan

didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam

media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD, internet (computer

dan modem), SMS (telepon seluler). Seperti halnya media cetak, media elektronik ini

memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal

masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya

dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan

dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih

untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk

mengoperasikannya (susilowati,2016).

3. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun

elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar

lebar, umbul-umbul, yang berisi pesan, slogan atau logo. Kelebihan dari media ini

adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan,

bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat

dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya

lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

26

peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan

dan keterampilan untuk mengoperasikannya (susilowati,2016).

4. Media lain seperti :

a. Iklan di bus

b. Mengadakan event, merupakan suatu bentuk yang di adakan di pusat

perbelanjaan atau hiburan yang menarik perhatian pengunjung

c. Road show, suatu kegiatan yang di adakan di beberapa tampat.

d. Sampling, contoh produk yang di berikan kepada sasaran secara gratis

e. Pameran, suatu kegiatan untuk menunjukkan informasi program dan pesan-

pesan promosi (susilowati,2016).

2.2 Konsep Bibliotherapy

2.2.1 Definisi Bibliotherapy

Bibliotherapy adalah proses terapi dengan menggunakan buku untuk

membantu anak memikirkan, memahami, dan bekerja melalui masalah sosial dan

emosional (Akinola, 2014). Coombs (2000 dalam ogrenir, 2013) "Bibliotherapy

adalah teknik yang menggunakan literatur untuk membantu siswa mengembangkan

kesadaran diri dan untuk lebih memahami masalah mereka.

2.2.2 Tujuan Bibliotherapy

Bibliopterapi bertujuan untuk mempengaruhi pembaca seperti hal di bawah

ini:

1. empati;

2. sikap positif;

3. penyesuaian pribadi dan sosial;

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

27

4. citra diri positif;

5. kepentingan baru;

6. toleransi, rasa hormat, dan penerimaan orang lain;

7. menyadari bahwa ada yang baik di semua orang;

8. perilaku yang diterima secara sosial;

9. Pemeriksaan nilai moral, yang bisa berakibat pada pengembangan karakter

masalah (Cornett & Cornett, 1980 dalam McCulliss, D & Chamberlain, D.

2013).

Bibliotherapy juga bisa menginduksi perubahan kognitif pada pembaca, yang

telah dijelaskan sebagai berikut :

1. meningkatkan kemampuan berpikir kritis;

2. perspektif dan universalitas masalah;

3. wawasan tentang perilaku dan motif manusia;

4. peningkatan kapasitas untuk evaluasi diri;

5. penalaran tingkat tinggi;

6. Perencanaan yang cermat sebelum mengambil tindakan yang disengaja;

7. Pilihan dan solusi alternatif dalam pemecahan masalah (Cornett &

Cornett, 1980 dalam McCulliss, D & Chamberlain, D. 2013).

2.2.3 Sejarah Bibliotherapy

Bibliotherapy berasal dari kombinasi dua kata Yunani, biblion (Berarti buku)

dan therapeia (berarti penyembuhan). Istilah bibliotherapy diciptakan Pada tahun

1916 oleh Samuel McChord Crothers (1916), seorang menteri Unitarian dan esais.

Sejarah dari bibliotherapy berawal dari perang dunia I (pertama) ketika para tentara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

28

mengalami luka lalu diberi buku konten emosional untuk dibaca agar dapat

menenangkan dan membantu mereka mengungkapkan perasaan.

Selama berabad-abad, buku telah di gunakan sebagai sumber daya untuk

membantu orang mengatasi masalahnya dan sumber untuk meningkatkan kualits

hidup. Pada masa kuno pertumbuhan lewat membaca telah di akui, perpustkaan di

gambarkan sebagai “the healing pleace of soul” tempat penyembuhan jiwa. Schrank and

angel (1981) menyatakan bahwa praktek biblioterapy di gunakan sebagai sumber

bantuan untuk pengajaran dan penyembuhan si masa kuno.

Biblioterapy baru belakangan ini mendapat pengakuan sebagai sebuah

pendekatan treatment. Di mulai pada masa abad 20. Sejumlah artikel muncul dalam

literature professional pada tahun 1940’ artikel ini sering memfokuskan pada validitas

psikologi dari Teknik treatment baru ini (Biblioterapy) (berntein,1983). Selama tahun

1950 beberapa pemikiran yang berkaitan dengan bibliotherapy di buat oleh shrodes

(1949), yang menguji status seni ini yang sangat mempengaruhi pandangan filosofi.

Definisi awal shrodes tentang bibilioterapi yaitu as a process of dynamic interaction

between the personality of the reader and literature under the guidenance of trainer

helper (proses dari interaksi dinamis antara kepribadian pembaca dengan literature

yang mendasari bimbingan dari helper terlatih).pardeck (1989) berpendapat bahwa

bibliotherapy tidak harus merupakan proses yang perlu di arahkan oleh trapis terlatih.

Sebagai mana kemudian dinyatakan dalam bukunya, bibliotherapy dapat di lakukan

oleh individu yang tidak terlatih sebagai terapis. Sebagai contoh orang tua atau guru

yang di gunakan untuk membantu anak mengatasi masalah yang berhubungan denan

perkembangan dan penyesuaian pribadi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

29

Pada tahun 1960, hanning dan handerson (1963) melakukan penelitian

ekstensif tentang dampak biblioterapy terhadap kedekatan remaja penyalah guna

obat-obatan dengan pembebasan bersyarat. pene

2.2.4 Manfaat Bibliotherapy

Adapun manfaat dari Bibliotherapy yaitu dapat membantu anak

menyesuaikan diri untuk mengatasi kesulitan atau permasalahan yang mereka hadapi

(Akinola, 2014). Bibliotherapy bisa membuat seseorang memperoleh pemecahan

suatu masalah, strategi pengalaman tersebut didapatkan dalam karakter buku dan

dapat mengidentifikasi bagaimana karakter tersebut dalam buku yang berkaitan

dengan kegelisahan dan kekecewaan bahwa mereka juga mungkin akan menghadapi

masalah tersebut. Buku dapat memberikan wawasan dalam solusi alternatif atau

program tindakan yang mungkin mereka ambil. Melalui media bibiotherapy, anak-

anak yang lebih baik dapat belajar untuk memecahkan masalah karena mereka

melihat karakter dalam sebuah buku untuk memecahkan masalah (Darmawan, 2012).

2.2.5 Tahapan-tahapan dalam Bibliotherapy

Aiex (1993, Olsen 2006)menyaranakan lima tahap penerapan bibliotherapy,

baik di gunakan secara perorangan maupun kelompok. Llima tahap penerapannya

sebagai berikut.

1. Pertama : awali dengan motiva. Terapis dapat memberika kegiatan

pendahuluan seperti permainan atau baermain peran yang dapat memotivasi

peserta untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan terapi 10 menit.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

30

2. Kedua : berikan waktu yang cukup. Terapis mengajak peserta untuk membaca

bahan-bahan bacaan yang telah di siapkan hingga selesai. Yakinkan trapis

telah akrap dengan bahan-bahan bacaan yang di sediakan selama 25 menit.

3. Ketiga : lakukan inkubasi. Terapis memberikan waktu pada peserta untuk

merenungkan materi yang baru mereka baca selama 10 menit.

4. Ke empat : tindak lanjut. Lakukan metode diskusi sealma 10 menit. Lewat

diskusi peserta mendapatkan ruang untuk saling bertukar pandangan

sehingga mumunculkan gagasan baru. Lalu trapis membantu peserta untuk

merealisasikan pengetahuan itu dalam hidupnya

5. Kelima evaluasi : evaluasi di lakukan secara mandiri oleh peserta. Hal ini

memancing peserta untuk memperoleh kesimpulan yang tuntas dan

memahami arti pengalaman yang di alami selama 5 menit.

2.2.6 Buku bacan anak untuk Bibliotherapy

Bahan bacaan yang digunakan dalam bibliotherapy harus sesuai dengan

tingkat kemampuan membaca dan pemahaman anak (Suparyo, 2010; Shinn 2007),

dan tulisan harus menarik. Dalam memilih buku juga harus sesuai dengan umur dan

tingkat perkembangan anak (Stauart & Laraia, 2005). Tema bacaan seharusnya sesuai

dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dari klien dan karakter dalam buku harus

dapat dipercaya serta mampu memunculkan rasa empati. Alur kisah juga seharusnya

realistis dan melibatkan kreativitas dalam menyelesaikan masalah (Suparyo, 2010).

Memilih buku dan karakter cerita yang benar, dapat memandu anak mengatasi

disstress atau tantangan (Pehrsson et al, 2007 dalam Goddar 2011). Bahan bacaan

dapat berupa buku, artikel, puisi dan majalah. Pemilihan bahan bacaan tergantung

pada tujuan dan tingkat intervensi yang diinginkan (Suparyo, 2010). Secara garis

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

31

besar, bahan bacaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu didaktif dan imajinatif

(Suparyo, 2010). Bahan bacaan didaktif memfasilitasi suatu perubahan dalam individu

melalui pemahaman diri yang lebih bersifat kognitif, pustakanya bersifat instruksional

dan mendidik, seperti buku ajar dan buku petunjuk, materi-materinya adalah

bagaimana suatu perilaku baru harus dibentuk atau dihilangkan, bagaimana mengatasi

masalah, relaksasi dan meditasi. Bahan bacaan imajinatif atau kreatif merujuk pada

presentasi perilaku manusia dengan cara yang dramatis. Kategori ini meliputi novel,

cerita pendek, puisi, dan sandiwara (Suparyo, 2010).

2.3 Konsep Anak

2.3.1 Definisi Anak

Merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun)

hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain

mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan

pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses

perkembangan anak memiliki ciri fisik, kongnitif, konsep diri, pola koping dan

perilaku sosial (Hidayat, 2009).

2.3.2 Tahap tumbuh kembang Anak Sekolah

Tumbuh Kembang merupakan maninfestasi dari perubahan morfologi,

biokimia, dan fisiologis yang terjadi sejak konsepsi samapai dewasa/ matang.

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitait yaitu bertambahnya

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

32

jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu. (sotjiningsih dan

ranuh,2013)

Perkemabngan (development) adalah perkembangan yang bersifat kuntitatif dan

kualitatitif diamana bertambahnya kemampuan dan sturktur fungsi tubuh yang lebih

kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil

dari proses diferensiasisel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang

terorganisasi. Perkembangan menyangkut proses diferesiasi sel tubuh, jaringan, organ

dan system organ yang berkembang sehingga dapat memenuhi fungsinya.

(sotjiningsih dan ranuh,2013)

Tumbuh kembang anak usia sekolah dibagi menjadi 5 tahap yaitu sebagai

berikut :

1. Perkembengan Kognitif

Perkembangan kognitif berhubungan dengan perkembangan cara anak untuk

mencari alasan perfikit, membentuk Bahasa, memecahkan masalah, dan menambah

pengetahuan. (sotjiningsih dan ranuh,2013) Perubahan kognitif memberikan

kemampuan untuk berfikir secara logis tentang waktu dan lokasi untuk memahami

hubungan antara benda dan pikiran. Anak telah dapat membayangkan suatu peristiwa

tanpa harus mengalaminya terlebih dahulu (Hockenberry & Wilson, 2007).

Jean Piaget anak-anak perfikir dengan cara berbeda disbanding orang

dewasa dan menetapkan suatu teori pertahapan yaitu :

1. Tahap sensorik motor 0-2 tahun (Sensorimotor Stage)

Tahap sensorik motor anak belajar hanya melibatkan panca indra, dimana

anak untuk mengetahui dunia mengandalkan gerak dan panca indra melalui meraba,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

33

melihat mendengar dan merasakan. Tahapan dalam sensorimotor di bagi menjadi 6

tahap yaitu:

a. Reaksi reflek (lahir – 1 bulan)

b. Reaksi sekuler primer (1-4 bulan). Kamampuan belajar menggunakan anggota

tubuh sendiri

c. Reaksi sekuler sekunder (4-8 bulan). Kemampuan bayi berorientasi pada

benda yang bergerak.

d. Reaksi sekuler sekunder (8-12 bulan). Kemampuan mengkombinasi apa yang

sudah dipelajari.

e. Reaksi tersier (12-18 bulan). Bayi mulai minatnya pada benda yang dilihatnya.

f. Internalisasi (18-24 bulan). Perubahan dari taraf sensori motoric menjadi taraf

simbolis.

2. Tahap Praoperasional 2-7 tahun (Preorerational Stage)

Tahap ini, anak mulai memiliki konsep secara stabil penalaran mulai muncul,

egosentrisme mulai timbul, melihat suatu dari sudut pandang dirinya sendiri. Pieget

membagi tahapan praoperasional menjadi dua bagian yaitu tahap fungsi simbolis (2-4

tahun) merupakan egosentrime dimana melihat suatu sudut pandang pada diri sendiri

dan tahap pemikiran intuitif (5-7 tahun) anka secara perlahan mulai berfikir dalam

pembelajaraan di kelas menggunakan konseptualisasi dimana pada tahap ini

representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri tidak kepada

penalaran. Ciri-ciri tahap perkembangan preoperasional :

a. Umur 2-4 tahun merupakan tahap berfikir prekonseptual dan 4-7 tahap

befikir intuitif

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

34

b. Tahap prekonseptual memungkinkan representasi sesuatu dengan Bahasa,

gambar, dan permainan khayalan. Penilaian dan pertimbangan anak pada

tahap intuitif didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri.

c. Belum mampu berfikir induktif maupun deduktif

d. Mampu memanipulasi benda-benda konret.

3. Tahap Operasional konkrit (7-11 tahun)

Anak mulai memiliki kemampuan berpikir logis dengan syarat ada gambar

/obyek konkrit yang menjadi sumber berpikirnya ada secara nyata. Piagit

mengklaim bahwa sebelum mulai tahap ini ide anak-anak tentang objek yang

berbeda dibentuk dan di dominasi oleh penampilan objek. Anak-anak pada

tahap ini di kelompokkan kedalam taraf berfikir konkrit yaitu memerlukan

bantuan benda-benda konkrit atau berfikir semi konkrit yaitu dapat mengerti

jika di bantu dengan bantuan gambar benda konkrit.

4. Tahap operasional formal (11 tahun)

Anak akan berfikir secara abstrack dan imajinasi seperti kemampuan

mengemukakan ide / gagasan, memprediksi kejadian. Hal ini memungkinkan

remaja untuk melewati dunia realita yang konkrit ke dunia kemungkinan dan

untuk beroperasi secara logis pada symbol dan informasi yang tidak selalu

mengacu pada objek dan peristiwa di dunia nyata.

Beberapa factor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini :

1. Kematangan

Kematangan merupakan factor internal yang mempengaruhi perkembangan

kognitif anak. Anak mempunyai waktu kematangan masing-masing. Anak

yang telah matang siap untuk melakukan sesuatu.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

35

2. Pengalaman

Perkembangan kognitif anak di pengruhi oleh pengalaman belajar anak.

Menurut edgare dale pengalaman belajar seseorang yang di dapatkan dari jenis

kegiatan yang di lakukan dapat mengingat dan memahami berdasarkan

kegitan seperti membaca 10% pendengaran 20 %, rangsangan visual 30 %

dan pengalaman melalui diskusi 70%.

3. Interaksi dengan lingkungan

Interaksi dengan orang lain teman sebaya ataupun orang dewasa. Interaksi

sosial membuat pemikiran anak akan berkembang sesuai dengan

perkembangan kognitif menurut piagit

4. Lingkungan yang mendukung

Lingkungan yang nyaman akan mempengaruhi perkembangan kognitif anak.

Lingkungan yang susuai akan meninkgtakan kretivitas dan keterampilan

motoric diperlukan media yang sesuai dan media tersebut sebagai media

belajar.

2. Perkembangan Pengamatan Visual dan imajinasi.

Kajian Psikologi terdapat fungsi-fungsi kepribadian anak yang bersifat

kejiwaan yang perlu mendapat pengembangan. Fungsi tersebut adalah fungsi

perhatian, fungsi pengamatan, fantasi, tanggapan, ingatan, pikiran, perasaan

dan fungsi kemauan (sama’un bakry, 2005 dalam nur saidah) fungsi yang

dapat di kembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan media ilustrasi

antara lain fungsi pengamatan, perhatian dan fantasi.

Pengamatan dan perhatian merupakan aspek tingkah laku yang

mempunyai peranan penting dalam proses pembelan. Pengamatan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

36

merupakan salah satu bentuk perilaku kognitif, yaitu suatu proses mengenal

lingkungan dengan menggunakan alat indra.

Anak usia 5-7 tahun yang memasuki bangku sekolah bentuk gambar

mendapat perhatian . perkembangan persepsi visual dan pendengarannya

meningkat cepat meski masih terbatas pada pemahaman konkrit.

Perkembangan atensinya lebih mengena pada hal-hal yang terlihat mencolok

berbeda dari hal-hal yang relevan. Sehingga gambar kartun yang lucu lebih

menarik perhatian dari pada foto yang relistis.

Usia 7-11 tahun anak memasuki periode began (schematic period). Anak

mulai menggamabar objek dalam suatu hubungan dengan objek lain. Konsep

ruang mulai nampak dengan pengaturan hubungan natara objek dan ruang.

Tahap ini anak mulai menyadari warna secara objektif, adanya hubungan

antara warna dan obyek.

Usia 11 tahun Pada periode awal realisme (early realism), pengamatan visual

anak mulai berkembang, anak mulai memperhatikan detail. Karakterisasi

warna mulai mendapat perhatian. pada tahap ini mulai tampak adanya

kesadaran mendekorasi obyek. Anak mulai menemukan keindahan alamiah

dari benda-benda di sekelilingnya.

3. Perkembangan Bahasa

Perkembangan Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon

terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara sepontan. Kemampuan

komunikasi pada manusia mempunyai fungsi tertinggi dibandingkan dnegan

hewan.komunikasi tidak hanya bicara, tetapi perilaku non verbal seperti

mimik wajah dan sikap tubuh. Perdengaran dan komunikasi saling terkait

sehiungga diperlukan intelektual tinggi untuk mengerti dan berbicara.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

37

Perkembangan Bahasa meliputi komprehensi, ekspresi, simbolik, dan non

verbal komunikasi (sotjiningsih dan ranuh,2013).

Peningkatan penggunaan bahasa dan perluasan pengetahuan

strukturalnya. Mereka memahami peraturan bahasa, frase, dan kalimat.

Mereka juga mampu mengidentifikasi generalisasi dan pengecualian terhadap

aturan tersebut. Mereka memahami bahwa bahasa merupakan alat

penyampaian untuk menggambarkan dunia secara subjektif dan mereka

memahami bahwa kata-kata memiliki arti yang relatif dan bukan absolut.

Mereka dapat menggunakan kata yang berbeda untuk objek atau konsep yang

sama, selain itu juga memahami bahwa suatu kata memiliki berbagai arti.

Perkembangan perbendaharaan kata sangat berhubungan dengan kegiatan

membaca

4. Perkembangan Fisik

Kecepatan pertumbuhan pada usia sekolah awal bersifat perlahan dan

konsisten sebelum terjadinya lonjakan pertumbuhan pada usia remaja. Anak

usia sekolah tampak lebih langsing dibandingkan anak usia pra-sekolah karena

perubahan distribusi dan ketebalan lemak. Kecepatan pertumbuhan bervariasi

pada berbagai anak. Peningkatan tinggi badan sekitar 2 inci (5 cm) pertahun,

dan berat badan meningkat sekitar 4 sampai 7 pon (1,8 sampai 3,2 kg) per

tahun. Banyak anak yang mengalami peningkatan berat badan dua kali lipat,

dan sebagian besar anak perempuan mendahului anak laki-laki dalam

pertambahan tinggi dan berat badan pada akhir usia sekolah (Hockenberry &

Wilson, 2007).

5. Perkembangan Psikososial

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

38

Pada masa ini, anak mencoba memperoleh kompetensi dan keterampilan

yang dibutuhkan untuk berfungsi kelak pada usia dewasa. Mereka yang memperoleh

kegagalan sering merasa rendah diri atau tidak berharga sehingga dapat

mengakibatkan penarikan diri dari sekolah maupun kelompok temanya. Anak usia

sekolah mulai mendeskripsikan diri mereka berdasarkan karakteristik internal. Mereka

mulai mendefinisikan konsep diri dan membangun kepercayaan diri yang merupakan

suatu evaluasi mereka mendefiniskan pencapaian diri berdasarkan perbandingan

dengan pencapaian orang lain (Santrock, 2007).

6. Perkembangan Moral

Kebutuhan akan nilai moral dan sosial semakin dirasakan oleh anak usia

sekolah. Mereka menganggap peraturan sebagai prinsip kehidupan yang penting.

Pada usia awal sekolah, mereka masih menginterpretasikan peraturan sebagai hal yang

harus dita’ati. Seiring pertumbuhannya, mereka mulai membangun pertimbangan

yang lebih fleksibel dan mengevaluasi peraturan untuk penerapannya dalam situasi

tertentu sekolah (Potter & Perry, 2009).

2.4 Konsep Perilaku

2.4.1 Definisi Perilaku

Menurut Herri zan petter (2010 dalam adliyani, 2015) Perilaku adalah reaksi

manusia akibat kegiaan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perilaku dari aspek

biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup

yang baersangkutan. Menurut Skinner (1938, dalam Notoatmodjo, 2010b)

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia melalui proses: Stimulus-

Organisme-Respon, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R”.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

39

2.4.2 Klasifikasi Perilaku

Berdasarkan teori SOR skinner maka perilaku manusia dapat di kelompokka

menjadi :

1. Perilaku Tertutup (Cover Behavior) adalah perilaku tertutup terjadi bila

respon terhadap stimulus tersebut maish belum dapat diamati oleh orang

lain (Kholid, 2012)

2. Perilaku terbuka (over behavior ) adalah perilaku terbuka terjadi bila respon

terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktek yang dapat

di amati oleh orang lain dari luar ataupun observable behavior (Kholid,

2012)

2.4.3 Faktor-faktor yang berperan dalam Perubahan Perilaku

Pola-pola perilaku dapat di bentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan

(reinforcement) dengan mengkondidikan atau menciptakan stimulus-stimlus

(rangsangan) dalam lingkungan. Mekanisme proses terjadi dan berlangsungnya

perilaku individu dapat di gambarkan dalam bagan berikut : S (stimulus), R (respon),

dan O (organisme). Karena stimulus datang dari lingkungan (W=world) dan R

(respon) maka mekanisme terjadi dan berlangsungya dapat di lengkapkan seperti

tampak dalam bagan berikut ini W>S>O>R>W. (Kholid, 2012)

Notoatmodjo (2010a) strategi program-program kesehatan, agar diperoleh

perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan

usaha-usaha konkret dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan

perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga.

1. Menggunakan kekuatan (Enforcement)

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

40

Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia

mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. Cara ini dapat ditempuh

menggunakan cara-cara kekuatan baik fisik maupun psikis, misalnya dengan cara

mengintimidasi atau ancaman-ancaman agar masyarakat atau orang mematuhinya.

Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut

belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau

belum didasari oleh kesadaran sendiri (Notoatmodjo, 2010a).

2. Menggunakan kekuatan peraturan atau hukum (Regulation)

Perubahan perilaku masyarakat melalui peraturan, perundangan, atau

peraturan-peraturan tertulis ini sering juga disebut “law enforcement” atau “regulation”.

Artinya masyarakat diharapkan berperilaku, diatur, melalui peraturan atau undang-

undang secara tertulis (Notoatmodjo, 2010a).

3. Pendidikan (Education)

Perubahan perilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi

kesehatan ini diawali dengan cara pemberian informasi-informasi kesehatan.

Memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara

pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan

meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan-

pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan

menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.

Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi

perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka

sendiri (bukan karena paksaan) (Notoatmodjo, 2010a).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

41

2.4.4 Domain Perilaku

(Benyamin 1908, dalam Notoatmodjo, 2010b) membedakan adanya 3 area,

wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan

psikomotor (psychomotor). Perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain

oleh Bloom, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3

tingkat ranah perilaku sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran dan penglihatan.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat

yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi sebelumnya untuk mengingat

kembali terhadap sesuatu yang spesifik akibat rangsakan yang telah di terima

(kholid,2012). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil memori) yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.(Notoatmodjo, 2010)

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

42

b. Memahami (comprehension)

memahati diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan suatu objek

dengan benar sesuai yang di ketahui dan mampu menginterpretasikan secara

banar.(kholid,2012)

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real.(kholid,2012)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Kemampuan analisis dapat

dilihat dari pengguanaan kata kerja, mengelompokkan.(kholid,2012)

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk menghubungkan atau

meletakkan bagian-bagian dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada

(kholid,2012).

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara

lain, yaitu :

a Faktor Pendidikan Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka

akan semakin mudah untuk menerima informasi tentang objek atau yang berkaitan

dengan pengetahuan. Pengetahuan pada umumnya dapat diperoleh dari informasi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

43

yang disampaikan oleh orang tua, guru, dan media masa. Pendidikan sangat erat

kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima, serta

mengembangkan pengetahuan dan teknologi.

b Informasi/Media massa Informasi adalah suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, meyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh

dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek sehingga menghasilkan perubahan perilaku dan peningkatan pengetahuan.

Semakin berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam media masa

sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Informasi mempengaruhi

pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu

pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan

seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan

dan wawasannya.

c Faktor pekerjaan Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses

mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

d Faktor pengalaman, pengalaman seseorang sangat mempengaruhi

pengetahuan, semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan

semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan

tantang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

44

e Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat secara

turuntemurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu, keyakinan positif dan

keyakinan negatif dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

f Sosial budaya, kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu

(Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Indicator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan

responden tentang kesehatan. Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang yaitu: pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman,

kebudayaan lingkungan sekitar dan Informasi (Mubarak, 2012).

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu

yang melibatkan factor pendapat dan emosi (notoadmodjo, 2010)

Azwar (1995 dalam kholid 2012) menyatakan sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan

positifdan negative sikap meliputi rsa suka dan tidak suka, mendekati dan

menghindari situasi.

Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut:

a. Menerima

Menerima siartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

45

b. Menanggapi

Menggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan

atau objek yang dihadapi

c. Menghargai

Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus dalam artian membahas dengan orang lain

dan bahkan mengajak , mempengaruhi atau mengajurkan orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa

yang telah diyakininya.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan tentang stimulus atau obejek yang bersangkuatan. Pertnyaan secara

langsung juga dapat dilakukan denga cara memberikan pendapat dengan

menggunakan kata setuju atau tidak setuju terhadap pertnyaan tentang objek tertentu

dengan menggunakan scala Lickert

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, diantaranya :

a. Pengalaman pribadi, pengalaman dapat menjadi dasar pembentukan sikap

apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain, individu pada umumnya cenderng untuk memiliki sikap

yang searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

46

antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindar

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan, kebudayaan dapat memberi ceorak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan

telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

d. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secara obyektif

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga

pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah

mengeherankan apabila pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2011)

3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Praktek kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau

aktivitas orang dalam rangka memlihara tindakan (notoatmodjo, 2010) Menurut

Fitriani (2011) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu (a) Persepsi (Perseption)

mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama (b) Respon terpimpin (guided

response) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua (c) Mekanisme

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

47

(mechanism) apa bila orang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat

tiga (d) Adopsi (adoption) adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara atau mengingat kembali terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, hari atau bulan yang lalu melalui pertanyan-pertnyaan terhadap

subjektentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan kesehatan. Pengukuran

juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau

kegiatan responden (Fitriani, 2011 dalam okti).

2.5 Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

2.5.1 Definisi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan

seseorang keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri

(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. (kementrian RI, 2011).

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

48

2.5.2 Konsep Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Manusia hidup dalam berbagai tatanan, yakni di berbagai tempat atau

keberadaan sistem sosial seseorang saat melaksanakan kegiatan sehari-harinya. Di

setiap tatanan, faktor-faktor individu, lingkungan fisik dan lingkungan sosial

berinteraksi dan berakibat dampak terhadap kesehatan. Tatanan yaitu suatu tempat

dimana manusia secara aktif yang dimanipulasi lingkungan, sehingga dapat diciptakan

dan sekaligus juga diatasi permasalahan dalam bidang kesehatan. Terdapat lima

tatanan yang telah disepakati, yaitu :

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

PHBS di rumah tangga, merupakan sasaran primer yang harus dipraktikkan

perilaku yang dapat menciptakan Rumah Tangga ber-PHBS. Indikator PHBS dalam

rumah tangga tersebut mencakup persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,

memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih,

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pengelolalaan air minum dan makan di

rumah tangga, menggunakan jamban sehat (Stop Buang Air Besar

Sembarangan/Stop BAB), pengelolaan limbah cair di rumah tangga, membuang

sampah di tempat sampah, memberantas jentik nyamuk, makan buah dan sayur setiap

hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah dan lain-lain

(Kemenkes RI, 2011)

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Kerja

Sasaran yang harus dipraktikkan di tempat kerja (kantor, pabrik, dan lain-lain)

pada perilaku yang dapat diciptakan tempat Kerja Ber-PHBS yakni mencakup

mencuci tangan memakai sabun, mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat,

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

49

penggunaan jamban sehat, pembuangan sampah pada tempatnya, tidak merokok,

tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah pada sembarang tempat, memberantas

jentik nyamuk dan lain-lain (Kemenkes RI, 2011).

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat Umum

Sasaran primer yang harus dipraktikkan di tempat umum (tempat ibadah, pasar,

pertokoan, terminal, dermaga, dan lain-lain) pada perilaku yang dapat diciptakan di

Tempat Umum Ber-PHBS yakni mencakup mencuci tangan memakai sabun,

mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat, penggunaan jamban sehat,

pembuangan sampah pada tempatnya, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA,

tidak meludah pada sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain

(Kemenkes RI, 2011). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Institusi Pendidikan

4. Perilaku Hidup bersih dan sehat di dalam instutusi pendidikan

Perilaku hidup bersih dan sehat di dalam insitusi pendidikan (seperti: kampus,

sekolah, pesantren, seminar, dan lain-lain), sasaran yang harus dipraktikkan yakni

perilaku yang dapat diciptakan melalui institusi Pendidikan yang Ber-PHBS. Praktik

tersebut diantaranya mencakup mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi

makanan dan minuman yang sehat, menggunakan jamban sehat, membuanga

sampah pada tempatnya, tidak merokok, tidak mengonsumsi Narkotik, alcohol,

Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), dan memberantas jentik nyamuk

(Kemenkes RI, 2011)

2.5.3 Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat di lingkungan Sekolah atas

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

50

dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu

mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sehat (Kemenkes, 2014).

Perilaku hidup bersih di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa,

guru, masyaakat dan lingkungan sekolah agar mengetahui, berkemauan dan mampu

untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang

sehat. Perilaku hidup sehat di sekolah dapat diterapkan dengan mendukung

kebersihan lingkungan sekolah, meningkatkan semangat dan prestasi belajar, serta

meningkatkan citra sekolah di masyarakat umum (Depkes RI, 2007).

2.5.4 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah

1. Mencuci tangan menggunakan sabun

2. Mengkomsumsi jajanan sehat

3. Menggunakan jamban sehat

4. Membuang sampah pada tempatnya

5. Tidak merokok

6. Meberantas jentik nyamuk

7. Berolah raga yang teratur

8. Melakukan kerja bakti

2.5.5 Manfaat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan di sekolah dapat

menciptakan kondisi sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru, dan

masyarakat ligkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit. Citra

sekolah sebagai institusi pendidikan juga akan semakin meningkat sehingga citra

pemerintah daerah dalam bidang pendidikan juga meningkat. Sekolah juga

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

51

bisamenjadi menerapkan sekolah percontohan sekolah yang sehat bagi sekolah yang

lan(Notoatmodjo, 2010).

2.5.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

di Sekolah

faktor-faktor perilaku hidup bersih dan sehat di pengaruhi oleh

dua faktor yaitu :

1. Faktor internal meliputi faktor-faktor yang muncul dari dalam diri individu

bersangkutan untuk mempengaruhi individu tersebut, sehingga di dalam diri

individu timbul unsur-unsur dan dorongan berbuat sesuatu. Faktor internal

terdiri dari :

a. Kebiasaan,

Kebiasaan merupakan suatu perilaku yang pada akhirnya menjadi otomatis

dan tidak membutuhkan pemikiran dari orang tersebut, sehingga orang

tersebut dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih menarik ketika ia sedang

berperilaku yang menjadi bagian dar kebiasaan tersebut (Rudiansyah &

Jonyanis, 2014).

b. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan salah satu faktor internal yang semakin baik

kepercayaan seseorang, maka akan semakin baik pula sikap yang terbentuk di

dalam diri individu tersebut. Pada akhirnya kepercayaan yang seperti itu

membuat semakin baik pula perilaku yang dimunculkan oleh orang tersebut

(Rudiansyah & Jonyanis, 2014).

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

52

c. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak dalam mencapai suatu

tujuan tertentu, dan hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam

bentuk perilaku. Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau

motivasi tertentu. Motivasi atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh

adanya kebutuhan yang Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis,

kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani (Rudiansyah & Jonyanis, 2014).

d. Kemauan

Kekuatan kemauan sangat erat hubungannya dengan keinginan. Jika

seseorang memiliki perbedaan keinginan dalam dirinya, hal ini dapat

menyebabkan konflik keinginan (Rudiansyah & Jonyanis, 2014).

e. Kepribadian

Kepribadian adalah komponen dalam diri individu yang berupa kesadaran

maupun ketidaksadaran yang saling berhubungan antara satu dengan yang

lainnya untuk saling mengisi dan saling membantu individu tersebut dalam

melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya secara khas dan

termanifestasikan dalam pikiran , perasaan dan perilaku (Suminta, 2016)

f. Pengetahuan

Pengetahuan (ranah kognitif) adalah doman yang sangat penting dalam

pembentukan tindakan seseorang (overt behavior). Ada enam tingkatan

pengetahuan di dalam domain kognitif yakni di antaranya, Tahu (Know),

memahami (Comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

53

(synthesis), dan evaluasi (evaluation). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2012).

2. Faktor eksternal yakni, faktor-faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan

yang mempengaruhi individu tersebut, sehingga di dalam diri individu timbul

unsur-unsur dan dorongan berbuat sesuatu. Contohnya faktor eksternal Faktor

lingkungan,pendidikan, ekonomi, fasilitas, dukungan dan budaya, yaitu :

a. Faktor lingkungan,

Faktor lingkungan sangat erat berkaitannya dalam mempengaruhi

perilaku kesehatan. Faktor lingkungan juga terdiri dari, lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, lingkungan teman sebaya, lingkungan masyarakat, dan

lain-lain. Munculnya faktor lingkungan akan berdampak pada kebiasaan

perilaku masing-masing individu (Maulana, 2009).

b. Pendidikan

Pendidikan memiliki peranan penting dalam kesehatan masyarakat. Jika

pendidikan masyarakat yang rendah, menjadkan mereka sulit untuk

mendapatnya pengetahuan tentang pentingnya kesehatan perorangan dan

sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular

(Rudiansyah & Jonyanis, 2014).

c. Ekonomi

Pendapatan bila ditinjau dari faktor sosial ekonomi, maka ekonomi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat

mengenasi santasi lingkungan. Kemapuan anggaran rumah tannga juga

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

54

dipengaruhi oleh kecepatan untuk meminta pertolongan apabila anggota

keluarganya sakit (Rudiansyah & Jonyanis, 2014).

d. Fasilitas

Saranan untuk mempermudah dan memperlancar suatu pelaksanaan,

terdapat dua macam fasilitas yakni sosial dan umum. Jika fasilitas sosial adalah

fasilitas yang disediakan oleh pmerintah atau swasta untuk masyarakat, seperti

sekolah, klinik, dan tempat ibadah. Sedangkan untuk fasilitas umum

merupakan fasilitas yang disediakan untuk umum, seperti jalan dan alat

penerangan umum (Rudiansyah & Jonyanis, 2014).

2.6 Konsep Hubungan Bibliotherapy Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat.

Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatan kemampaun masyarakat

melalui upaya Pendidikan, agar bisa menjaga kesehatan individu, kelompok atau

komunitas. Promosi kesehatan hakikatnya ialah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan atau informasi kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Untuk mencapai tujuan Pendidikan keseahatan yakni perubahan perilaku di

pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya metode dan media yang menunjang

dalam penyampaian informasi. Menurut Edgar Dale (1946) seseorang dapat

mengingat dan memahami sesuatu sesuai dengan tingkatan jenis kegiatan seperti

membaca 10% , mendengar 20%, visual (melihat gambar dan video) 30%, demontrasi

50% dan memperaktekkan 70% (Ali, 2010).

Kegiatan biblioterap anak akan membaca atau dibacakan cerita. Buku cerita

ditulis dengan kalimat pendek, kosa kata dan tatabahasa yang lebih sederhana

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

55

sehingga membuat sangat effektif dalam memperngaruhi daya serap anak untuk

mengambil niai-nilai positif yang terkandung dalam isi cerita (Yustiana Olfah, Ni

Ketut Mendri, Bondan Palestin, 2017). Cerita merupakan bentuk fantasi yang

membantu perkembangan imajinasi anak, sehingga buku cerita menjadi terapeutik

karena memasuki dunia yang digambarkan di dalam buku dan terhubung dengan

karakter di dalam buku. Anak akan mengidentifikasi dan mengevaluasi bagaimana

cara yang dilakukan oleh karakter di dalam buku untuk memecahkan masalah,

sehingga diharapkan anak akan termotivasi dan mengaplikan dikehidupannya.

(Rozalski M, Stewart A & Miller J, 2012).

Buku bergambar memiliki warna yang menarik bagi anak sehingga

membangkitkan semangat dalam memperhatikan dari cerita tersebut (afnida,

fakhriyah, dan firiani. 2016). Buku bergambar mampu merangksang imajinasi dan

membantu anak dalam memperkaya imajinasi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Nurgiantoro (2010:154), “ gambar dalam buku mengandung cerita”. Gambar

digunakan untuk memperkaya teks, mengkonkretkan karakter dan alur secara naratif

digunakan sebagai daya tangkap dan imajinasi anak terhadap narasi teks yang masih

terbatas.

Missiriya (2013) melakukan penelitian tentang presentasi animasi untuk

pengetahuan PHBS pada anak sekolah dasar. Pada siswa kelas IV dan V Government

Primary School Tiruvellore. Desain penelitian menggunakan quasi experimental .

instrumenn yang digunakan dibagi menjadi 2, I – data demografi seperti umur, jenis

kelamin, Pendidikan, dan kebiasaan makan. II – kuisoner PHBS terdiri dari 24

pertanyaan multiple choice , untuk jawaban benar mendapatkan nilai satu dan jawaban

salah mendapatkan nilai nol. Paired ‘t’ test didapatkan hasil, ada keefektifitasan

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan

56

presentasi gambar pada level pengetahuan PHBS, namun pada chi-square tidapatkan

hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan data demografi.