16
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi stres kerja Menurut (Selye, dalam Beehr, et al., 1992) “Work stres is an individual’s response to work related environmental stresors. Stres as the reaction of organism, which can be physiological, psychological, or behavioural reaction” Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stresor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stresor kerja. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Menurut (Beehr and Newman, 1978 ). “a condition wherein job related factors interact with the worker to change( disrupt or enhance) his or her psychological condition such that the person is forced to deviate from normal fuctioning” Definisi tersebut melihat stres kerja adalah kondisi dimana tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan pekerja menghadapinya sehingga menyebabkan tergganggunya fungsi normal fisik maupun psikologis sang pekerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. StresKerja

2.1.1. Definisi stres kerja

Menurut (Selye, dalam Beehr, et al., 1992)

“Work stres is an individual’s response to work related environmental stresors.

Stres as the reaction of organism, which can be physiological, psychological, or

behavioural reaction”

Berdasarkan definisi di atas, stres kerja dapat diartikan sebagai sumber

atau stresor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis,

psikologis, dan perilaku. Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan

pekerjaan berpotensi sebagai stresor kerja. Stresor kerja merupakan segala

kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat

menimbulkan stres kerja.

Menurut (Beehr and Newman, 1978 ).

“a condition wherein job related factors interact with the worker to change(

disrupt or enhance) his or her psychological condition such that the person is

forced to deviate from normal fuctioning”

Definisi tersebut melihat stres kerja adalah kondisi dimana tuntutan

pekerjaan melebihi kemampuan pekerja menghadapinya sehingga menyebabkan

tergganggunya fungsi normal fisik maupun psikologis sang pekerja.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

11

Bunk etal. (1998) mengatakan bahwa stres kerja adalah suatu hasil dari

ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan individu dan apa yang disediakan oleh

pekerjaannya, atau ketidaksesuaian antara tuntutan pekerjaan dan kemampuan

pekerja. Ross dan Altmaeier (1994) mengatakan bahwa stres kerja adalah interaksi

antara kondisi kerja dan karakteristik pekerja, dimana tuntutan dari pekerjaan

melebihi kemampuan yang dimiliki oleh pekerja untuk menghadapinya. Dari

keempat definisi stres kerja diatas dapat diambil kesimpulan bahwastres kerja

adalah sumber dari hasil ketidaksesuaian individu dengan lingkungannya

dikarenakan kondisi dimana tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan pekerja

menghadapinya.

2.1.2. Definisi stres kerja guru

Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mengungkapkan

guru adalah orang yang pekerjaanya mengajar. Kyriacou (dalam Alunpah, 2005)

mendefinisikan stres guru sebagai pengalaman seorang guru yang tidak

menyenangkan, seperti ketegangan, frustasi, cemas, marah, dan depresi, sebagai

akibat dari aspek pekerjaan seorang guru.

Seamon dan Kendrick (dalam Yulianti, 2000) mengatakan bahwa besarnya

tanggung jawab, beban dan tuntutan kerja yang harus ditanggung oleh guru tidak

sebanding dengan pandangan masyarakat terhadap profesi guru dan gaji yang

diterimanya. Keadaan inilah yang menyebabkan guru memiliki kemungkinan

lebih rentan terhadap stres kerja dibandingkan dengan profesi lainnya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

12

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja guru adalah

tekanan yang terjadi di bidang pekerjaan sebagai akibat dari ketidakseimbangan

antara karakteristik seorang guru dengan tuntutan pekerjaan dan lingkungan yang

dianggap mengancam kesejahteraan guru, yang bisa merubah kondisi fisiologis

dan psikologis.

2.1.3. Aspek stres kerja

Behr dan Newman (dalam Sihombing, 2007) menempatkan stres kerja ada

tiga aspek, yaitu

a) Aspek Psikologis

Aspek yang terdiri dari kecemasan, ketegangan, menurunnya harga diri

dan rasa percaya diri, mengalami kebosanan, depresi, dan kehilangan

semangat hidup.

b) Aspek fisiologis

Yaitu meningkatnya detak jantung, tekanan darah, mudah lelah secara

fisik, kematian, gangguan pernafasan, sering berkeringat, kepala pusing,

migrain, ketegangan otot dan problem tidur.

c) Aspek perilaku

Aspek perilaku yang tampak dari menunda atau menghindari pekerjaan,

meningkatnya frekuensi absensi, menurunya produktivitas kerja,

meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, penurunan hubungan

interpersonal dengan keluarga dan teman.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

13

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Stres dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Luthans (2008: 298 –

302), sumber-sumber stres kerja meliputi :

a. Sumber stres diluar organisasi, terdiri dari: adanya perubahan sosial dan

teknologi, keadaan ekonomi, pindah rumah, perbedaan ras dan keadaan

masyarakat.

b. Sumber stres dari organisasi, yaitu:

1) Kebijakan organisasi yang meliputi penilaian kinerja kerja yang tidak

adil, sistem penggajian yang tidak adil, peraturan yang kaku, prosedur

yang tidak jelas, sering berpindah pekerjaan, serta deskripsi pekerjaan

yang tidak realistis.

2) Struktur yang berupa kurangnya kesempatan mengembangkan diri,

kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan, situasi yang

sangat formal, departemen yang tidak memiliki otoritas, konflik atasan

terhadap bawahan.

3) Kondisi fisik, seperti: kurangnya privasi, cuaca yang tidak baik,

kebisingan bahaya radiasi, situasi kerja yang berbahaya, pencahayaan

yang kurang.

c. Sumber stres kelompok seperti kurangnya dukungan sosial, konflik

interpersonal, dan konflik kelompok dan

d. Sumber stres kerja individual, seperti: konflik peran, ambiguitas,

perubahan, kehidupan dan karier.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

14

Stessor kerja bisa datang dari tempat kerja, stresor tersebut adalah:

1. Kondisi kerja, yang termasuk dalam kondisi kerja adalah:

a) Beban kerja yang berlebihan yaitu beban kerja dapat bersifat

kuantitatif, beban dapat muncul ketika tuntutan fisik dari pekerjaan

melebihi kemampuan yang dimiliki oleh pekerja. Secara kualitatif,

beban muncul ketika pekerjaan terlalu kompleks atau sulit dan

kemampuan teknis atau ketrampilan yang dimiliki oleh pekerja tidak

dapat memenuhi tuntutan tersebut.

b) Work underload, yaitu suatu kondisi dimana pekerjaan dinilai tidak

menantang dan tidak menarik minat ataupun perhatian pekerja. Hal ini

dapat terjadi karena pekerjaantidak menuntut digunakannya seluruh

kemampuan yang dimiliki oleh individu. Pengulangan pekerjaan,

dimana pekerjaan harus melakukan pekerjaan yang sama berulang-

ulang kali dapat menimbulkan kebosanan dan lama-kelamaan

menyebabkan stres kerja. Keadaan ini sering disebut dengan asembly-

line hysteriadan sering kali terjadi pada orang yang bekerja dibidang

perakitan atau di suatu organisasi dengan birokrasi yang rumit.

c) Kondisi lingkungan kerja yang tidak mendukung. Kondisi kerja yang

berbahaya juga dapat memenuhi stres kerja. Tempat kerja yang bising

adalah salah satu contoh keadaan yang dapat memicu stres kerja.

Selainitu penggunaan teknologi yang terbatasjuga dapat memicu stres

kerja (Ross & Altmaeier, 1994).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

15

2. Ambiguitas peran merupakan suatu hal yang sering dikatakan berkaitan

dengan stres kerja (Rice, 1999). Rice mengatakan bahwa ambiguitas peran

terjadi ketika individu tidak mengetahui apa yang diharapkan oleh

perusahaan dan dirinya. Selain itu ambiguitas peran dapat dialami ketika

terdapat ketidakjelasan tujuan dari suatu pekerjaan atau batasdialami

ketika terdapat ketidakjelasan tujuan dari suatu pekerjaan atau batas-batas

yang dimiliki oleh pekerja.

3. Hubungan interpersonal ditempat kerja merupakan suatu bagian penting

dari kepuasan kerja. Hubungan interpersonal dapat membantu individu

dalam menghadapi stres (Rice, 1999).

4. Pengembangan karir yakni, harapan pekerja terhadap pekerjaannya namun

terkadang hal tersebut tidak dapat dicapai oleh sebagian pekerja sehingga

menimbulkan stres kerja (Rice,1999).

5. Struktur organisasi yakni, keluhan pekerja tentang adanya struktur

organisasi yang kaku, politik yang berlaku ditempat kerja, atau

pengawasan yang kurang memadai dari manajemen sehingga dapat

menimbulkan stres kerja (Rice, 1999) Sejalan dengan faktor di atas

dikemukakan juga oleh Sarafino, Sutherland & Coper (1990: 72) yang

mengidentifikasi sumber stres, lima diantaranya berasal langsung dari

pekerjaan, sedangkan yang keenam berasal dari interaksi antara

lingkungan sosial dengan pekerjaan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

16

Stresor kerja meliputi :

1. Stresor yang ada dalam pekerjaan itu sendiri, meliputi : beban kerja,

fasilitas kerja yang kurang, proses pengambilan keputusan yang lama.

2. Konflik peran: peran didalam kerja yang tidak jelas, tanggung jawab yang

tidak jelas.

3. Masalah dalam hubungan dengan orang lain adalah stresor yang potensial,

seperti : hubungan dengan atasan, rekan sejawat, dan pola hubungan

atasan-bawahan.

4. Perkembangan karier: under/over-promotion, juga keselamatan kerja

5. Iklim dan struktur organisasi, adanya pembatasan-pembatasa perilaku

bagaimana iklim budaya didalam organisasi dan

6. Adanya konflik antara tuntutan kerja dengan tuntutan keluarga.

2.1.5. Dampak stres kerja

Cox (dalam Gibson, 1992) mengkatagorikan dampak stres sebagai berikut:

a. Dampak subyektif

Kecemasan, agresi, acuh, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi,

kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup dan merasa kesepian.

b. Dampak perilaku

Kecenderungan mendapat kecelakan, alkoholik, penyalahgunaan obat-

obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok

berlebih.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

17

c. Dampak kognitif

Ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas, kosentrasi buruk,

rentang perhatian pendek, sangat peka terhadap kritik.

d. Dampak fisiologi

Meningkatkan kadar gula, meningkatkan denyut jantung dan tekanan

darah, kekeringan mulut, tubuh panas dingin.

e. Dampak organisasi

Tingginya absen, rendahnya prokduktivitas, ketersaingan dengan rekan

sekerjanya, ketidakpuasan kerja, menurunnya keterikatan dan kesetiaan

terhadap organisasi

2.2. Kecerdasan Emosional

2.2.1. Definisi kecerdasan emosional

Steiner (1997) menjelaskan pengertian kecerdasan emosionaladalah suatu

kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta

mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan

maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.

Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan Solovey (Goleman, 1999;

Davies, Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan emosi sebagai

kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain,

dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan.

Berbedadengan pendapat sebelumnya, Patton (1998) mengemukakan

kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengetahui emosi secara efektif

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

18

guna mencapai tujuan, dan membangun hubungan yang produktif dan dapat

meraih keberhasilan.Sementara itu Bar-On (2000) menyebutkan bahwa

kecerdasan emosiadalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi dan

kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu

untuk mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif.

Dari beberapa pengertian tersebut ada kecenderungan arti bahwa

kecerdasan emosionaladalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan

perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengolah

emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.

2.2.2. Aspek-aspek kecerdasan emosional

Aspek-aspek kecerdasan emosional menurut Goleman 1992 meliputi: 1)

pengelolaan diri, 2) kemampuan untuk memotivasi diri, 3) empati, 4)

keterampilan sosial. Lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan diri

Pengelolaan diri selalu perlu mempertimbangkan pemahaman tentang diri

yang selalu berada dan berkembang dalam konteks sosial, dimana

pengelolaan diri mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri

dan perasaan yang dialaminya.

b. Kemampuan untuk memotivasi diri

Kemampuan ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang,

mengatasi setiap kesulitan yang dialami bahkan untuk melegakan

kegagalan yang terjadi. Kemampuan ini untuk memotivasi diri tanpa

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

19

memerlukan bantuan orang lain. Menurut sebuah situs memotivasi diri

merupakan proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan

seseorang. Rasa tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih

percaya diri. Sementara harapan dimunculkan kembali dengan

membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa dicapai.

c. Empati

Empati ini dibangun dari kesadaran diri dan dengan memposisikan diri

senada, serasa dengan emosi orang lain akan membantu seseorang mampu

membaca dan memahami perasaan orang lain. Menurut Bullmer dalam

sebuah situs menjelaskan bahwa empati merupakan suatu proses ketika

seseorang merasakan perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan

itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa

hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh mengerti perasaan orang

lain. Empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang

suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain.

d. Keterampilan sosial

Menurut Combs dan Slaby (1997) dalam sebuah situs menyatakan bahwa

keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan

orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat

diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan

individu, atau bersifat saling menguntungkan atau menguntungkan orang

lain. Keterampilan sosial merupakan bagian dari kompetensi sosial yaitu

faktor penting untuk memulai dan memiliki hubungan sosial dan dinilai

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

20

oleh sebaya sebagai anak yang tidak memiliki kompetensi sosial, akan

kesulitan dalam memulai dan menjalin hubungan yang positif dengan

lingkungannya, bahkan boleh jadi akan ditolak atau diabaikan oleh

lingkungan. Individu yang memiliki keterampilan sosial akan lebih efektif

karena ia mampu memilih dan melakukan prilaku yang tepat sesuai

dengan tuntutan lingkungan.

Cooper dan Slaby (1997) memetakan kecerdasan emosional meliputi lima

faktor dengan 21 aspek atau indikator.

a. Situasi saat ini terdiri atas tiga aspek, yaitu:

(1) peristiwa dalam hidup.

(2) tekanan pekerjaan.

(3) tekanan masalah pribadi.

Tiap peristiwa yang dialami dalam pekerjaan atau dalam kehidupan

pribadi antara lain : pernah menjadi korban kejahatan, diberhentikan atau

dipecat, pensiun, berpisah dan bercerai, dan kematian seorang teman atau

anggota keluarga, sakit atau cedera.

b. Keterampilan emosi. Komponen ini terdiri atas tiga aspek, yaitu:

(1) kesadaran diri emosi.

(2) ekspresi emosi.

(3) kesadaran emosi terhadap orang lain.

Komponen ini memuat pernyataan-pernyataan yang mengambarkan

seberapa baik pikiran dan perasaan tentang diri sendiri, seperti kapan bisa

marah, jika sedih tahu alasannya, cenderung menghakimi diri sendiri,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

21

mengungkapkan emosi meskipun emosi tersebut negatif, membiarkan

orang lain tahu bila ada perasaan yang tidak enak, dalam berinteraksi dapat

merasakan perasaan orang lain.

c. Kecakapan emosi. Komponen ini terdiri dari lima aspek yaitu : (1)

intensionalitas, (2) kreatifitas, (3) ketangguhan, (4) hubungan antar

pribadi, dan (5) ketidakpuasan konstruktif. Tiap indikator hendak

mengungkapkan seberapa baik pekerjaan itu menggambarkan perilaku

atau tujuan seperti mudah mengabaikan gangguan-gangguan, tahu cara

mengatakan tidak, dapat menyingkirkan imbalan-imbalan jangka pendek

dari sasaran jangka panjang, dapat memusatkan perhatian pada satu tugas

sampai selesai, dapat menunda kepuasan pribadi demi sasaran yang lebih

luas, marah apabila dikritik, sering tidak mengetahui penyebab kemarahan.

d. Nilai-nilai emosi dan keyakinan. Komponen ini terdiri dari enam aspek,

yaitu : (1) belas kasihan, (2) sudut pandang, (3) intuisi, (4) radius

kepercayaan, (5) daya pribadi, dan (6) integritas. Indikator-indikatornya

tersusun untuk memberi nilai seberapa baik pernyataan itu

menggambarkan perilaku atau hubungan, seperti dapat melihat rasa sakit

pada orang lain, meskipun mereka tidak membicarakannya, tidak ragu

menimbulkan kesibukan guna menolong orang lain yang kesulitan, dapat

menemukan solusi atas masalah-masalah yang sulit, menyukai diri apa

adanya, mengikuti kata hati ketika dihadapkan masalah yang sulit, dan

bersedia melakukan kesalahan yang dilakukan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

22

e. Hasil-hasil emosi. Komponen ini terdiri atas empat aspek yaitu : (1)

kesehatan secara umum, (2) kualitas hidup, (3) kecakapan berelasi, dan (4)

kinerja optimal.Indikatornya menunjukkan seberapa sering (jika pernah)

mengalami gejala-gejala seperti sakit kepala karena tegang, sakit dan nyeri

yang sulit dijelaskan, merasa menjadi korban atau dimanfaatkan orang

lain, menyalahkan atau melecehkan orang lain, merasa kelebihan beban

pekerjaan, pikiran kosong, kesal dan putus asa.

Goleman, 1995 (Salovey) menjelaskan lima faktor yang dapat dipelajari

untuk mengembangkan kecerdasan emosional, faktor tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Mengenali emosi diri. Mengenali perasaan yang dirasakan terjadi

merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau

perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi pemahaman

diri.

b. Mengelola emosi. Menangani perasaan agar dapat terungkap dengan pas

adalah kecakapan yang tergantung pada kesadaran diri. Kemampuan untuk

menghibur diri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau

ketersinggungan, merupakan hal-hal yang terkait dengan keterampilan

emosional ini.

c. Memotivasi diri sendiri. Penataan emosi sebagai alat untuk mencapai

tujuan adalah hal yang sangat penting dalam keterkaitan memberi

perhatian untuk,memotivasi diri sendiri dan menguasai diri serta mampu

melakukan kreasi secara bebas. Pengendalian emosi seperti menahan diri

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

23

terhadap suatu kepuasan dan pengendalian dorongan hati merupakan

keberhasilan dalam berbagai bidang.

d. Memahami emosi orang lain. Empati adalah kemampuan yang juga

tergantung pada kesadaran diri emosional dan merupakan keterampilan

bergaul berinteraksi dengan orang lain. Jika seseorang diberikan

kemampuan empati yang tinggi, situasi demikian dapat mengarahkan

pekerjaan yang cocok untuk individu tersebut, seperti keperawatan,

pendidikan, penjualan dan manajemen.

e. Membina hubungan. Setelah melakukan identifikasi, hal lain yang perlu

dilakukan untuk dapat mengembangkan kecerdasan emosional yaitu

dorongan memelihara hubungan dan membina hubungan tersebut.

Keterampilan memberikan hubungan merupakan bagian dari keterampilan

sosisal dan dapat menunjang dalam mengembangkan pergaulan.

2.2.3. Efek kecerdasan emosional

Menurut Gunawan (dalam Oktiarini, 2004) dalam materi “7 habits”

beberapa manfaat kecerdasan emosi dibagi pengembangan diri sendiri, yaitu:

a. Lebih dapat berkembang dan berprestasi.

b. Menjadi pribadi yang menyenangkan.

c. Dapat memperbaiki prilaku.

d. Dapat mengendalikan diri.

e. Dapat meminimalisasikan pikiran negatif.

f. Menjadi rileks.

g. Sukses dalam kehidupan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

24

Sedangkan manfaat kecerdasan emosional bagi diri sendiri dan orang lain

yaitu:

a. Lebih bijaksana dalam berelasi.

b. Dapat membina hubungan dengan baik.

c. Dapat mengurangi konflik.

d. Dapat menciptakan iklim organisasi yang nyaman.

e. Memprioritaskan emosi dalam bekomunikasi denganorang lain

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat dilihat bahwa banyak sekali

efek positif dari seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi. Di

dalam suasana kerja seorang guru yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi

akan lebih dapat mengenali emosinya sendiri sehingga mereka dapat mengelola

emosinya sendiri mengungkapkan amarah dengan tepat sehingga tidak merugikan

rekan kerjanya maupun siswa-siswa yang ada di sekolahnya. Mereka akan lebih

dapat berempati terhadap orang lain, dan lebih dapat memikirkan kepentingan

sosial daripada kepentingan pribadinya.

2.3. Kajian Penelitian yang Berhubungan

Berkaitan dengan kecerdasan emosional dan stres kerja guru, penelitian

yang dilakukan oleh Anitasari (2009) menemukan adanya hubungan yang negatif

dan signifikan antara kecerdasan emosional dan stres kerja yang terjadi pada guru-

guru SLB di Kota Malang. Subyek penelitian Anitasari adalah guru-guru SLB.

Penelitian oleh Rohkayati (2010) yang berjudul Hubungan kecerdasan

emosional dan stres kerja pada pegawai Kecamatan Sidoharjo, Kota Surabaya.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. StresKerja 2.1.1. Definisi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3558/3/T1... · 10 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. StresKerja . 2.1.1. Definisi

25

Menemukan ada hubungan yang positif dan tidak signifikan antara kecerdasan

emosional dengan stres kerja yang terjadi di pegawai Kecamatan Sidoharjodi Kota

Surabaya.

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik hipotesis.

Ada hubungan yang signifikan antara emosional dengan stres kerja pada guru SD.

Makin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki maka makin rendah stres

kerjanya. Sebaliknya, makin rendah emosionalnya makin tinggi stres kerjanya.