Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan yaitu hasil dari tahu yang terjadi
melalui proses sensoris khususnya mata dan
telinga terhadap suatu objek tertentu (Sunaryo,
2004). Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal (Depdiknas,
2003). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003,
pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan
suatu objek. Penginderaan yang terjadi melalui
panca indera manusia, yaitu indera pendengaran,
penglihatan, peraba, perasa, dan penciuman.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan didapat dari informasi
baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman
seseorang. Pengetahuan didapat dari fakta atau
kenyataan dengan mendengar radio, melihat
televisi, dan sebagainya.
9
Serta didapat dari pengalama berdasarkan
pemikiran kritis (Soekanto, 2002). Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan umumnya bersifat
langgeng (Sunaryo, 2004). Ketiga definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah
hasil dari tahu yang didapat melalui panca indera,
dimana pengetahuan itu merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang.
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003)
bahwa yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
2.1.2.1 Tahu (Know)
Tahu adalah tingkat pengetahuan yang
rendah. Tahu artinya dapat mengingat
suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang
itu tahu yaitu dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan dan
menyatakan.
10
2.1.2.2 Memahami (Comprehension)
Memahami adalah kemampuan dalam
menjelaskan dan menginterpretasikan
dengan benar tentang objek yang
diketahui.
2.1.2.3 Aplikasi (Aplication)
Aplikasi yaitu kemampuan dalam
menggunakan materi yang dipelajari
pada situasi atau kondisi yang
sebenarnya.
2.1.2.4 Analisis (Analysis)
Analisa merupakan suatu kemampuan
dalam menjabarkan suatu objek atau
materi ke dalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam satu struktur
organisasi tersebut dan ada kaitannya
satu sama lain.
2.1.2.5 Sintesis (Syntesis)
Sintesis yaitu menunjukkan pada suatu
kemampuan meletakkan atau
11
menghubungkan bagian-bagian dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
2.1.2.6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan dalam
penilaian terhadap suatu objek.
Evaluasi ini berkaitan dengan
kemampuan dalam melakukan penilaian
terhadap objek materi atau objek
penilaian berdasarkan kriteria yang
ditentukan sendiri atau responden.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2003). Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
macam-macam faktor yaitu :
2.1.3.1 Usia
Menurut Notoatmodjo (2003), umur
adalah variabel yang selalu diperhatikan
dalam penelitian-penelitian epidemiologi
karna merupakan salah satu hal yang
12
mempengaruhi pengetahuan. Umur yaitu
lamanya waktu hidup seseorang dalam
tahun yang dihitung sejak ia lahir sampai
berulangtahun yang terakhir (Depkes,
2007).
2.1.3.2 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi
persepsi seseorang untuk lebih
menerima teknologi dan ide-ide baru
Pendidikan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang
terhadap suatu hal. Karena dapat
membuat seseorang untuk lebih mudah
bertindak dan mengambil keputusan.
2.1.3.3 Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Seseorang yang tingkat ekonominya
lebih tinggi lebih mudah mendapatkan
informasi dalam penyediaan media
informasi.
13
2.1.3.4 Informasi
Seseorang yang memiliki sumber
informasi lebih banyak mempunyai
pengetahuan yang lebih luas (Soekanto,
2002). Faktor pengetahuan merupakan
hal penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang atau pengetahuan mempunyai
pengaruh sebagai motivasi seseorang
dalam berperilaku. Hal yang perlu
diperhatikan bahwa perubahan
pengetahuan tidak selalu mempengaruhi
perubahan perilaku seseorang, walaupun
hubungan positif antara variabel
pengetahuan dan variabel perilaku sudah
banyak diperlihatkan.
2.2 Menopause
2.2.1 Definisi
Menopause yaitu berhentinya menstruasi
secara permanen yang disebabkan hilangnya
fungsi folikel-folikel sel telur (Safrina, 2009).
Menurut Pakasi (2000), menopause yaitu
perdarahan terakhir dari uterus yang masih
14
dipengaruhi oleh hormon-hormon dari otak dan sel
telur. Menopause yaitu suatu fase alamiah yang
akan dialami oleh setiap wanita yang terjadi di atas
usia 40 tahun. Kondisi ini merupakan akhir proses
biologis yang menandai berakhirnya masa subur
seorang wanita. Wanita dapat dikatakan
menopause jika siklus menstruasinya telah berhenti
selama satu tahun. Berhentinya haid tersebut
membawa dampak pada kesehatan baik fisik
maupun psikis (Retnowati, 2001). Menopause
merupakan fase terakhir, saat perdarahan haid
seorang wanita berhenti. Fase ini terjadi berangsur-
angsur, semakin hari semakin jelas penurunan
fungsi kelenjar indung telurnya (Yatim, 2001).
Tanda paling penting pada perempuan usia
pertengahan 40 tahun hingga 60 tahun yaitu
menopause. Menopause merupakan berhentinya
menstruasi, tetapi kata ini umumnya digunakan
mencakup masa premenopause dan 10 tahun lebih
setetelah berhentinya menstruasi. Masa ini lebih
tepat disebut masa klimakterik. Dari definisi
tersebut disimpulkan bahwa menopause adalah
15
suatu fase alamiah yang dialami oleh perempuan di
atas usia 40 tahun, dimana terjadi perdarahan akhir
dari uterus yang dipengaruhi oleh hormon-hormon
dari otak dan sel telur.
2.2.2 Periode menopause dalam fase klimakterium
Menopause yaitu proses alamiah yang akan
dialami oleh setiap perempuan dan umumnya
terjadi pada usia 50 tahun (rentang usia 40-60
tahun). Sekitar 1 % perempuan mencapai
menopause sebelum usia 40 tahun yang disebut
menopause prekoks, berhentinya menstruasi usia
40-45 tahun disebut dengan menopause dini (early
menopause) yang terjadi pada 10 % perempuan
(Ninsih, 2008). Rambulangi (2006) menyatakan,
usia seorang perempuan memasuki masa
premenopause antara 40-49 tahun. Berikut
pembagian fase klimakterium terdiri dari empat fase
(Baziad (2003), yaitu :
2.2.2.1 Premenopause
Premenopause terjadi pada usia 40
tahun dan merupakan fase dimulainya
klimakterik. Fase ini ditandai dengan
16
timbulnya keluhan- keluhan
klimakterium seperti perdarahan uterus
yang tidak teratur. Perubahan ini terjadi
karena menurunnya kadar estrogen,
insufisiensi corpus luteum dan
kegagalan proses ovulasi. Perubahan
menstruasi dapat berupa amenorrhoe,
polimenorrhoe, dan hipermenorrhea
(Baziad, 2003).
2.2.2.2 Perimenopause
Perimenopause merupakan fase
peralihan antara premenopause dan
postmenopause. Rentang waktu antara
1 sampai 2 tahun sebelum dan
sesudah menopause. Fase ini ditandai
dengan siklus menstruasi yang tidak
teratur. Meskipun terjadi ovulasi, kadar
progesteron tetap rendah, kadar FSH,
LH dan estrogen sangat bervariasi.
Umumnya perempuan telah mengalami
berbagai keluhan klimakterik berupa
gejolak panas ( hot flushes), insomnia,
17
depresi, berkeringat banyak, serta
perasaan mudah tersinggung (Baziad,
2003).
2.2.2.3 Menopause
Fase berikutnya ditandai dengan
berhentinya haid atau haid yang terakhir
akibat fungsi estrogen dalam tubuh
menurun. Menopause terjadi sekitar
umur 50 tahun (Dorland, 2002).
2.2.2.4 Pasca menopause
Postmenopause periode setelah
perimenopause sampai senium. Masa
yang berlangsung kurang lebih 3
sampai 5 tahun setelah menopause.
Ovarium sudah tidak befungsi sama
sekali, kadar estradiol berada antara 20-
30 pg/ml, dan kadar hormon
gonadotropin biasanya meningkat
(Baziad, 2003).
2.2.3 Penyebab dan proses terjadinya menopause
Fungsi ovarium menurun rata-rata pada saat
seorang perempuan berusia pertengahan empat
18
puluhan. Pada saat usia tersebut, kondisi kadar
hormon yang naik turun menyebabkan berbagai
gangguan. Ada dua faktor utama yang berperan
dalam hal ini, yaitu lebih sedikit folikel yang
matang, selanjutnya produksi sel telur mulai
berkurang, dan mengakibatkan ovulasi tidak
terjadi setiap siklus menstruasi. Konsekuensi
dari perubahan tersebut adalah pola baru
perubahan kadar hormon selama siklus
menstruasi. Sebaliknya jika folikel tidak matang,
hanya sedikit estrogen yang diproduksi selama
dua minggu pertama. Karena tidak ada sel telur
yang matang dalam folikel, maka folikel tidak
dapat melepaskan sel telur.
Jika tidak terjadi ovulasi, maka tidak ada
progesteron yang diproduksi oleh korpus luteum
pada paruh kedua siklus. Hal ini berarti estrogen
terus membentuk lapisan endometrium tanpa
diimbangi oleh efek dari progesteron yang
menyebabkan menstruasi yang berat di luar.
Kedua, gagalnya ovarium mengeluarkan sel telur
yang matang menyebabkan kadar estrogen
19
turun menjadi rendah sehingga lapisan
endometrium tidak terangsang untuk
menyiapkan sel telur yang dibuahi. Hal ini
menyebabkan tidak terjadi menstruasi. Ketika
kadar estrogen dan progesteron menurun,
kelenjar hipothalamus dan kelenjar pituitari
berusaha mengoreksi keadaan dengan
menaikkan produksi Folicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteineizing Hormone (LH) untuk
merangsang ovarium akan melakukan fungsi
normalnya. Jika ovarium tidak mampu bereaksi
dengan membuat matang folikel dalam setiap
siklus, kadar FSH dan LH yang tinggi akan
mengganggu operasi normal dari sistem tubuh
termasuk metabolisme, kimiawi otak, dan
keadaan tulang (Emma, 2003).
2.2.4 Dampak kesehatan bagi fisik maupun psikis
Menjelang menopause perempuan kerap
tidak mengetahuinya, tapi pada akhirnya mereka
menyadari dengan merasakan adanya
perubahan pada tubuhnya. Perubahan yang
terjadi biasanya diketahui dengan berhentinya
20
siklus menstruasi. Selain itu menopause juga
sering disertai gejala yang bermacam-macam,
mulai dari gejala fisik, jiwa hingga perasaan yang
berubah-ubah serta gangguan lainnya (Lestari,
2010). Kadar hormon estrogen rendah di dalam
tubuh akan menyebabkan keluhan-keluhan di
awal masa menopause (Baziad, 2003). Keluhan
fisik yang merupakan beberapa tanda dan gejala
dari menopause, yaitu :
2.2.4.1 Ketidakteraturan siklus haid
Tanda umum adalah fluktuasi dalam
siklus haid, kadang kala menstruasi
muncul tepat waktu, tetapi tidak pada
siklus berikutnya. Ketidakteraturan
sering disertai dengan jumlah darah
yang sangat banyak, tidak seperti
volume pendarahan haid yang normal.
2.2.4.2 Gejolak rasa panas (hot flushes)
Arus panas timbul pada saat darah
menstruasi mulai berkurang dan
berlangsung sampai menstruasi benar-
benar berhenti. Arus panas disertai oleh
21
rasa menggelitik disekitar jari-jari kaki
maupun tangan serta pada kepala, atau
bahkan timbul secara menyeluruh.
2.2.4.3 Kekeringan vagina
Kekeringan vagina terjadi dikarenakan
leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya
adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang vagina menjadi
lebih kering, lebih tipis, dan kurang
elastis. Alat kelamin mulai mengerut,
keputihan, dan rasa sakit pada saat
kencing.
2.2.4.4 Perubahan kulit
Estrogen berperan menjaga elastisitas
kulit, ketika menstruasi berhenti maka
kulit akan terasa lebih tipis, kurang
elastis terutama pada sekitar wajah,
leher, dan lengan.
2.2.4.5 Keringat dimalam hari
Berkeringat malam hari, bangun
bersimbah keringat, sehingga perlu
22
mengganti pakaian dimalam hari,
sehingga tidak dapat tidur nyenyak.
2.2.4.6 Sulit tidur
Imsomnia (sulit tidur) terjadi pada waktu
menopause, tetapi hal ini mungkin ada
kaitannya dengan rasa tegang akibat
berkeringat malam hari.
2.2.4.7 Kerapuhan tulang
Rendahnya kadar estrogen adalah
penyebab proses osteoporosis
(kerapuhan tulang). Osteoporosis
adalah penyakit kerangka yang umum
dan merupakan persoalan bagi yang
telah berumur, paling banyak
menyerang wanita yang telah
menopause. Kehilangan 1 % tulang
dalam setahun dapat akibat proses
penuaan, tetapi kadang setelah
menopause kita kehilangan 2%
setahunnya.
23
2.2.4.8 Badan menjadi gemuk
Selama menopause banyak wanita
menjadi gemuk, rasa letih yang
biasanya dialami pada masa
menopause, diperburuk dengan perilaku
makan yang sembarangan.
2.2.4.9 Penyakit
Beberapa penyakit yang sering dialami
wanita menopause, dari sudut pandang
medis ada dua perubahan penting yang
terjadi saat menopause yaitu
meningkatnya kemungkinan terjadi
penyakit jantung, pembuluh darah serta
hilangnya protein dan mineral di dalam
tulang (osteoporosis). Beberapa
keluhan psikologis yang menjadi tanda
dan gejala dari menopause adalah
depresi, stress, ingatan menurun,
kecemasan, dan mudah tersinggung.
24
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi seorang
wanita mengalami menopause
Setiap wanita akan mengalami menopause.
Namun cepat atau lambatnya seorang wanita
mengalami menopause tergantung dari faktor
yang mempengaruhinya. Berikut ini adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi seorang
wanita mengalami menopause (Kasdu,2002) :
2.2.5.1 Usia saat haid pertama kali
(menarche)
Semakin muda seseorang mengalami
haid pertama kalinya, semakin tua
atau semakin lama memasuki masa
menopause.
2.2.5.2 Faktor psikis
Keadaan wanita yang tidak menikah
dan bekerja mempengaruhi
perkembangan psikis seorang wanita.
Menurut beberapa penelitian, wanita
akan mengalami masa menopause
lebih awal, dibandingkan mereka yang
25
menikah dan tidak bekerja atau tidak
menikah dan tidak bekerja.
2.2.5.3 Jumlah anak
Semakin sering wanita melahirkan
maka akan semakin tua atau semakin
lama mereka memasuki masa
menopause.
2.2.5.4 Usia melahirkan
Berhubungan dengan usia melahirkan
anak, bahwa semakin tua seseorang
melahirkan anak maka semakin tua ia
mulai memasuki usia menopause.
Wanita yang melahirkan di atas usia
40 tahun akan mengalami usia
menopause yang lebih tua. Hal ini
terjadi karena kehamilan dan
persalinan dapat memperlambat
sistem kerja organ reproduksi. Bahkan
akan memperlambat proses penuaan
tubuh.
26
2.2.5.5 Pemakaian kontrasepsi
Pemakaian alat kontrasepsi,
khususnya alat kontrasepsi jenis
hormonal. Hal ini bisa terjadi karena
cara kerja kontrasepsi yang menekan
fungsi indung telur sehingga tidak
dapat memproduksi sel telur. Pada
wanita yang menggunakan
kontrasepsi ini akan lebih lama atau
tua memasuki usia menopause.
2.2.5.6 Merokok
Merokok memiliki efek mengurangi
produksi estrogen sampai batas
tertentu. Wanita perokok berpotensi
mengalami menopause lebih cepat
daripada mereka yang tidak merokok.
Wanita yang tidak merokok rata-rata
mencapai menopause usia 46 – 51
tahun. Sementara wanita yang
merokok, mengalami menopause lebih
cepat antara usia 43 – 50 tahun.
27
2.2.5.7 Sosial ekonomi
Meskipun belum ada data pasti, dalam
bukunya dr Faisal menyebutkan
bahwa menopause kelihatannya
dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi, di samping pendidikan dan
pekerjaan suami. Begitu juga
hubungan antara berat badan dan
tinggi badan wanita yang termasuk
dalam pengaruh sosial ekonomi.
2.2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi gejala
menopause
Menurut Hartono (2000), terdapat empat faktor
yang mempengaruhi gejala menopause, yaitu :
2.2.6.1 Faktor fisik dan psikologis
Perubahan fisik maupun perubahan
psikologis ini berhubungan dengan
kadar estrogen, gejala yang menonjol
adalah berkurangnya konsentrasi,
kecemasan, berkurangnya tenaga dan
gairah, serta timbulnya perubahan
emosi.
28
2.2.6.2 Faktor sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi dapat
mempengaruhi faktor kesehatan, fisik
dan pendidikan. Apabila sosial ekonomi
baik akan mengurangi beban fisik dan
psikologis.
2.2.6.3 Faktor budaya dan lingkungan
Pengaruh lingkungan dan budaya
mempengaruhi wanita untuk dapat atau
tidak menyesuaikan diri dengan masa
ini.
2.2.6.4 Faktor lainnya
Wanita yang berkarir baik yang sudah
ataupun belum berumah tangga akan
mempengaruhi keluhan-keluhan yang
ringan.
2.2.7 Upaya-upaya menghadapi menopause
Berikut ini upaya-upaya yang dilakukan untuk
menghadapi menopause :
1) Menjaga pola makan yang teratur dengan
gizi yang seimbang.
29
2) Olahraga teratur sesuai kemampuan
fisik, setidaknya jalan kaki.
3) Menghentikan kebiasaan buruk seperti
merokok atau mengkonsumsi alkohol.
4) Berpikir positif dan jangan panik atas
perubahan pada bentuk. Semua itu normal
terjadi pada setiap perempuan.
5) Berkonsultasi dengan dokter jika menderita
penyakit tertentu, supaya mendapat
pengobatan yang tepat dan aman. Dan
apabila ingin menggunakan terapi hormon,
supaya mendapatkan dosis yang sesuai
kebutuhan (Depkes, 2007).
2.3 Kesiapan menghadapi menopause
Kesiapan (readiness) yaitu tingkat perkembangan dari
kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan
dalam mempraktikkan sesuatu (Chaplin, 2005:418).
Dapat diartikan sebagai keadaan siap siaga untuk
mereaksikan atau menanggapi sesuatu. Kesiapan dapat
diartikan sebagai suatu keadaan ibu untuk
mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menopause,
baik secara fisik maupun mental atau psikologisnya.
30
Wanita menopause akan mengalami penurunan
berbagai fungsi tubuh, sehingga berdampak pada rasa
ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupannya. Untuk
itu, penting bagi seorang wanita untuk selalu berpikir
positif bahwa kondisi tersebut merupakan sesuatu yang
bersifat alami, seperti keluhan yang muncul pada fase
kehidupannya yang lain. Sikap positif ini bisa muncul jika
diimbangi oleh informasi atau pengetahuan yang cukup,
sehingga ibu lebih siap baik secara fisik, mental, dan
spiritual. Perlu diketahui, kehidupan yang dijalani pada
masa sebelumnya juga memiliki pengaruh yang kuat di
masa yang akan datang (Kasdu, 2002). Menopause
merupakan proses alamiah yang terjadi pada
perempuan, namun efek sampingnya dapat
mempengaruhi keharmonisan rumah tangga apabila tidak
siap menghadapinya. Masa perubahan ini dapat dilalui
dengan baik, tanpa gangguan yang berarti, jika wanita
mampu menyesuaikan diri dengan kondisi baru yang
muncul.
Faktor penentu apakah wanita siap dengan
datangnya masa menopause ini pada wanita itu sendiri.
Faktor pengetahuan tentang menopause sangat
31
berpengaruh dalam menghadapi masa menopause
(Maspaitela, 2007). Masa premenopause bukanlah
sesuatu yang harus ditakuti, para wanita yang memiliki
umur senja jika mereka mengetahui dengan benar proses
menopause, mereka akan lebih siap menghadapi segala
kemungkinannya (Suheimi, 2006). Diperlukan kesiapan
dalam menghadapi masa menopause sangat diperlukan.
Secara umum melalui wawancara yang efektif dan
pengetahuan tentang masa menopause diharapkan para
wanita lebih tabah menghadapi. Kesiapan seorang wanita
dalam menghadapi masa menopause akan sangat
membantu ia dalam menjalani masa menopause dengan
lebih baik. Berikut ini hal-hal yang sebaiknya dilakukan
untuk menyiapkan diri dalam menghadapi menopause :
2.3.1 Mengonsumsi makanan bergizi
Menurut Melani (2007), wanita premenopause
sebaiknya mengkonsumsi makanan dengan gizi
yang seimbang. Pemenuhan gizi yang memadai
akan membantu dalam menghambat berbagai
dampak negatif menopause terhadap kinerja otak,
mencegah kulit kering, dan berbagai penyakit
lainnya. Gizi seimbang yang dimaksud adalah
32
memenuhi kebutuhan gizi per hari dengan asupan
gizi seimbang yang mengandung karbohidrat,
vitamin, protein, mineral, air, dan lemak. Kebutuhan
kalori dan zat gizi setiap orang berbeda-beda,
tergantung tinggi badan, berat badan, umur, dan
aktivitas. Kebutuhan gizi orang dewasa dengan
berat normal sekitar 2.000 - 2.200 kkal/hari.
Pemenuhan gizi secara seimbang diharapkan
seseorang tidak kelebihan atau kekurangan berat
badan dan juga tidak terjangkit suatu penyakit.
Apabila cukup dengan mengkonsumsi gizi
seimbang, tidak diperlukan asupan gizi tertentu
untuk mencegah suatu gangguan. Namun, tidak
ada salahnya untuk mengantisipasi kebutuhan
makanan yang diperlukan pada masa menopause
atau pada saat berhentinya hormon estrogen dalam
tubuh. Terutama apabila memiliki risiko terkena
gangguan tubuh tertentu yang mungkin terjadi
dimasa yang akan datang. Misalnya, asupan
kalsium dapat diperoleh dari susu, yogurt, keju, ikan
teri, sereal, kacang-kacangan dan hasil olahannya
(tahu dan tempe). Jenis kacang-kacangan yang
33
mengandung isoflavon fungsinya mirip estrogen.
Asupan zat gizi tidak hanya cukup, tetapi juga
harus memperhatikan. Batasi dalam mengkonsumsi
lemak, sebaiknya hanya mengkonsumsi lemak
berupa asam lemak tak jenuh. Mengurangi
makanan yang terlalu pedas dan asin juga dapat
mencegah keluhan premenopause menjadi berat.
Tambahkan juga vitamin dalam menu sehari-hari
yaitu vitamin A, B, C, D, dan E sebagai antioksidan.
2.3.2 Menghindari stress
Gaya hidup rileks dengan menghindari tekanan
yang dapat membebani pikiran adalah upaya untuk
menghindari stress. Hal ini penting untuk
menghindari dampak psikologis akibat menopause.
Wanita yang memasuki masa menopause, tidak
jarang merasa tidak sempurna lagi sebagai seorang
wanita. Kondisi ini sering menimbulkan tekanan
psikologis. Jika tekanan ini tidak diatasi akan
berkembang menjadi stres yang berdampak buruk
pada kehidupan sosial seorang wanita. Selain itu,
stres akan merangsang otak yang dapat
mengganggu keseimbangan hormon yang akhirnya
34
berdampak pada kesehatan. Oleh karena itu,
biasakan untuk hidup lebih rileks dan mengatasi
setiap masalah dengan baik.
2.3.3 Menghindari merokok dan minum- minuman
beralkohol
Merokok dapat merusak kesehatan seseorang,
bukan hanya itu saja, merokok juga akan merusak
kecantikan seseorang. Asap nikotin membuat kulit
wajah menjadi kering dan kusam. Berhenti merokok
akan mengurangi gejala-gejala pada saat
premenopause.
2.3.4 Olahraga secara teratur
Selain dapat menguatkan tulang, olahraga juga
dapat mencegah penyakit jantung, diabetes, jenis
kanker tertentu, dan juga dapat menghilangkan
stress. Olahraga yang dilakukan seperti jalan kaki,
jogging, bersepeda, berenang, naik turun tangga,
dan sebagainya. Olahraga dilakukan paling sedikit
tiga kali dalam seminggu, minimal 30 menit sekali
latihan. Tetap berusaha hidup aktif akan
memperlambat osteoporosis, menekan gejala
35
insomnia, penyakit jantung, serta mencegah hot
flushes.
2.3.5 Berkonsultasi dengan dokter
Meskipun menopause merupakan peristiwa normal
yang akan terjadi pada setiap wanita, tetapi tidak
ada salahnya sebelum memasuki masa
menopause, mempersiapkan diri dengan mencari
informasi yang benar. Hal ini tentu saja bisa
diperoleh dengan membaca buku bacaan yang
mudah diperoleh. Namun, tidak ada salahnya jika
berkonsultasi dengan dokter. Apalagi jika ada
masalah kesehatan atau mempunyai gaya hidup
yang memungkinkan munculnya masalah pada
masa menopause.
2.3.6 Dukungan keluarga
Menopause dapat berjalan dengan lancar apabila
ada kemauan diri memandang hidup yang akan
datang sebagai sebuah harapan yang
membahagiakan, sehingga menopause yang
dialami selalu dipandang dari segi yang baik. Hal
tersebut dapat berlangsung dengan baik bila ada
dukungan dari orang disekitarnya, khususnya
36
suami. Peran yang positif akan menumbuhkan
perasaan bahwa kehadirannya masih sangat
dibutuhkan oleh keluarganya. Seorang suami yang
peka, akan menyadari bahwa istrinya tidak selincah
dulu sehingga suami harus berinisiatif untuk
membantu istri menyelesaikan tugas rumah tangga.
Anak-anak hendaknya membuat upaya tulus untuk
memahami alasan naik turunnya emosi ibunya.
Mereka perlu menyadari kebutuhan ibu mereka
untuk mendapatkan waktu pribadi. Apabila
menopause dapat dihadapi dengan baik, maka
kualitas hidup dalam menjalani menopause akan
menjadi lebih baik dan akan tercipta kehidupan
keluarga yang harmonis.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan
menghadapi menopause :
2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan yang cukup akan membantu
wanita dalam memahami dan mempersiapkan
dirinya menghadapi masa menopause dengan
lebih baik (Kasdu, 2002). Diperlukan
pengetahuan dan persiapan yang memadai
37
dalam menghadapi menopause. Pemahaman
wanita tentang menopause diharapkan wanita
dapat melakukan pencegahan sedini mungkin
untuk siap memasuki umur menopause tanpa
harus mengalami keluhan yang berat (Admin,
2005).
2.4.2 Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, selain itu informasi
dan faktor pengalaman juda dapat menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat
nonformal. Wanita yang berpendidikan akan
mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih
baik (Soekanto, 2002).
2.4.3 Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor
pendidikan, kesehatan, dan faktor fisik.
2.4.4 Budaya dan lingkungan
Budaya sangat berpengaruh terhadap cara
wanita menanggapi proses berhentinya haid.
Masalah yang dihadapi tidak hanya pada wanita
menopause tetapi juga pada wanita
38
premenopause dimana tanggapan masyarakat
tentang menopause akhir-akhir ini semakin
meningkat (Prawirohardjo, 2005).
2.4.5 Riwayat kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang dapat
mempengaruhi kondisi psikologis, misalnya
pada penderita penyakit kronis. Hal itu dapat
terjadi pada wanita menjelang menopause,
karena di sana terjadi masa peralihan atau
perubahan-perubahan.
2.4.6 Umur
Semakin bertambahnya umur seseorang,
pengalamannya akan bertambah sehingga akan
lebih siap dalam menghadapi menopause
(Notoatmodjo, 2003).
39
2.5 Kerangka Konseptual
Variabel Terikat
Variabel Bebas
Ket : Huruf tebal menunjukkan variabel yang diteliti
2.6 Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan tentang
menopause dengan kesiapan menghadapi menopause
pada ibu premenopause.
Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang
menopause dengan kesiapan menghadapi menopause
pada ibu premenopause.
Tingkat pengetahuan
tentang menopause
Umur
Tingkat Pedidikan
Sosial Ekonomi
Budaya dan Lingkungan
Riwayat Kesehatan
Kesiapan Menghadapi
Menopause