23
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1.1 Pengawasan Fasilitas Keselamatan 2.1.1.1 Pengawasan Didalam manajemen, pengawasan (controlling) adalah merupakan fungsi yang terakhir dari sebuah manajemen. Dan akan menjadi sangat kritis dan sangat menentukan pelaksanaan dari suatu proses manajemen, untuk itu sebuah pengawasan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya atau dengan kata lain sebuah proses manajemen tidak akan berhasil sesuai dengan apa direncanakan sebelumnya jika pengawasan tidak dilakukan dengan benar. Dan menurut beberapa ahli manajemen, pengawasan didefinisikan sebagai berikut: Strauss (2006) menyatakan bahwa pengawasan salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehinga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah digariskan. Sukamdiyo (2009) menyatakan bahwa “pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan menilainya, mengoreksinya dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula. Reksohadiprodjo (2008) mengemukakan bahwa “pengawasan merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana”.

BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.stimart-amni.ac.id/441/2/Bab II edit.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU 2.1.1 Pengawasan Fasilitas Keselamatan

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

    2.1.1 Pengawasan Fasilitas Keselamatan

    2.1.1.1 Pengawasan

    Didalam manajemen, pengawasan (controlling) adalah

    merupakan fungsi yang terakhir dari sebuah manajemen. Dan

    akan menjadi sangat kritis dan sangat menentukan pelaksanaan

    dari suatu proses manajemen, untuk itu sebuah pengawasan

    harus dilakukan dengan sebaik-baiknya atau dengan kata lain

    sebuah proses manajemen tidak akan berhasil sesuai dengan

    apa direncanakan sebelumnya jika pengawasan tidak dilakukan

    dengan benar. Dan menurut beberapa ahli manajemen,

    pengawasan didefinisikan sebagai berikut:

    Strauss (2006) menyatakan bahwa pengawasan salah

    satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan

    sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehinga apa yang

    sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang

    benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah

    digariskan. Sukamdiyo (2009) menyatakan bahwa

    “pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

    menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan

    menilainya, mengoreksinya dengan maksud agar pelaksanaan

    pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula. Reksohadiprodjo

    (2008) mengemukakan bahwa “pengawasan merupakan usaha

    memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu

    bertindak sesuai dengan rencana”.

  • 8

    2.1.1.2 Fasilitas

    Menurut Moekijat (2007) secara sederhana yang

    dimaksud dengan fasilitas adalah suatu sarana fisik yang dapat

    memproses suatu masukan (input) menuju keluaran (output)

    yang diinginkan. Selanjutnya menurut Buchari (2007) fasilitas

    adalah penyedia perlengkapan – perlengkapan fisik untuk

    memberikan kemudahan kepada penggunanya, sehingga

    kebutuhan – kebutuhan dari pengguna fasilitas tersebut dapat

    terpenuhi.

    Menurut Suryo Subroto (2012), menyatakan bahwa

    fasilitas “segala sesuatu yang dapat memudahkan dan

    melancarkan pelaksanaan suatu usaha”.

    Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan

    bahwa fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang

    dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu

    kegiatan.

    2.1.1.3 Keselamatan

    Frank E. Bird, Jr. dan George L. Germain (2006), yang

    dikenal dengan teori ILCI yang menjabarkan tentang Loss

    Caution Model mendefinisikan keselamatan sebagai kebebasan

    dari kecelakaan atau kondisi aman dari nyeri, luka atau

    kerugian dimana definisi ini berhubungan dengan kontrol dari

    kerugian akibat kecelakaan dan ini sangat berkaitan dengan

    fungsi pengendalian dalam sistem manajemen. Menurutnya

    kecelakaan dapat terjadi terutama karena kurangnya

    pengawasan manajemen (lack of control management), dimana

    fungsi kontrol ini terdapat pada tingkat manajemen atau

    jabatan pada tingkat tertentu. Sedangkan keselamatan

    pelayaran adalah hal-hal yang berhubungan dengan keamanan

    dan keselamatan pelayaran, investigasi, kecelakaan pelayaran,

    dan pencegahan terjadinya kecelakaan pelayaran melalui

  • 9

    pembuatan peraturan, pendidikan dan pelatihan. Pada

    pelayaran baik militer maupun sipil, keselamatan pelayaran

    diselenggarakan oleh Pemerintah.

    2.1.1.4 Pengertian Pengawasan Fasilitas Keselamatan

    Pengawasan fasilitas keselamatan secara umum adalah

    mengawasi secara rutin maupun bertahap terhadap seluruh

    fasilitas yang ada demi keselamatan di dalam melakuakan

    suatu pekerjaan.

    Di dalam dunia pelayaran pengawasan fasilitas

    keselamatan sangat penting karena berpengaruh terhadap

    keselamatan pelayaran. Adapun fasilitas keselamatan yang

    dimaksud dalam hal ini antara lain seperti Sarana Bantu

    Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran, Kapal

    Negara Kenavigasian, Bengkel Kenavigasian, Survey

    Hidrografi untuk menentukan alur pelayaran yang aman serta

    infrastruktur lainnya. Pengaturan alur lalu-lintas dan

    perambuannya guna kelancaran dan keselamatan pelayaran.

    Menurut Pasal 118, Kenavigasian sebagaimana

    dimaksud dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008

    Tentang pelayaran Pasal 117 ayat (1) huruf b terdiri dari :

    a. Sarana Bantu Navigasi –Pelayaran

    b. Telekomunikasi-Pelayaran

    c. Hidrografi dan meteorologi

    d. Alur dan perlintasan

    e. Pengerukan dan reklamasi

    f. Pemanduan

    g. Penanganan kerangka kapal, dan

    h. Salvage dan pekerjaan bawah air

    Seksi Pengawasan fasilitas dan pelayanan pelabuhan

    mempunyai tugas melakukan pengawasan kelaikan dan

    keselamatan fasilitas dan peralatan pelabuhan, alur pelayaran

  • 10

    kolam pelabuhan, pelayanan jasa dan operasional pelabuhan

    serta pengawasan pelaksanaan pembangunan fasilitas

    pelabuhan dan kinerja operasional pelabuhan.

    Menurut Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2008

    Tentang pelayaran :

    Pasal 121 : Yang dimaksud dengan “sistem pengamanan

    fasilitas pelabuhan” adalah prosedur

    pengamanan di fasilitas pelabuhan pada semua

    tingkatan keamanan ( security level ).

    Huruf b : Sarana dan prasarana pengamanan fasilitas

    pelabuhan meliputi pagar pengamanan, pos

    penjagaan, peralatan monitor, peralatan

    detektor, peralatan komunikasi dan penerangan.

    Huruf c : Yang dimaksud dengan “sistem komunikasi” adalah

    tata cara berhubungan atau komunikasi internal

    fasilitas pelabuhan, komunikasi antara

    koordinator keamanan pelabuhan dengan

    fasilitas pelabuhan dan dengan instansi terkait.

    2.1.2 Pemeriksaan Teknis

    Secara umum pengertian pemeriksaan adalah proses

    perbandingan antara kondisi dan kriteria. Kondisi yang dimaksud disini

    adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang sebenarnya yang melekat

    pada objek yang diperiksa. Kriteria adalah tolak ukur, yaitu hal yang

    seharusnya terjadi atau hal yang seharusnya melekat pada objek yang

    diperiksa.

    Pemeriksaan teknis dalam dunia pelayaran secara umum adalah

    pemeriksaan terhadap seluruh aspek yang mempengaruhi layak atau

    tidaknya kapal tersebut mendapatkan surat izin berlayar yang

    dikeluarkan oleh Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan di

  • 11

    pelabuhan asal sebelum bertolak ke pelabuhan tujuan berikutnya demi

    keselamatan pelayaran.

    Pemeriksaan teknis dilakukan dalam rangka pengendalian suatu

    kegiatan yang dijalankan oleh suatu unit usaha tertentu. Oleh karena itu,

    pemeriksaan merupakan bagian dari pengawasan sedangkan

    pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Pengawasan terdiri

    dari pengawasan dan tindak lanjut. Suatu pengawasan akan

    menghasilkan temuan-temuan yang memerlukan tindak lanjut. Apabila

    keseluruhan tindak lanjut itu dilaksanakan, maka keseluruhan pekerjaan

    tersebut merupakkan pengendalian. Akan tetapi bilamana tindak lanjut

    tidak dilaksanakan maka tetap dinamakan pengawasan.

    Berdasarkan Undang – Undang RI Nomor 17 Tahun 2008

    Tentang Pelayaran :

    Keselamatan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi

    persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan pelistrikan,

    stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat

    penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat

    setelah dilakuakan pemeriksaan dan pengujian.

    Sebelum kapal mendapatkan Surat Izin Berlayar harus

    memenuhi kelaiklautan kapal. Kelaiklautan kapal yang dimaksud

    adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal,

    pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,

    pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status

    hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran

    dari kapal dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan

    tertentu.

    Pasal 73 Ayat (2) : Yang dimaksud dengan kelayakan “teknis” antara

    lain mengenai kondisi lahan perairan (gelombang,

    arus, kedalaman, dan pasang surut) dan kondisi

    lahan (kontur permukaan tanah).

  • 12

    Yang dimaksud dengan “kelayakan lingkungan”

    adalah tempat yang akan digunakan untuk lokasi

    pelabuhan tidak mengganggu lingkungan dan

    sesuai dengan peruntukannya.

    Pasal 74 Ayat (2) : Yang dimaksud dengan “fasilitas pokok” antara lain

    dermaga, gudang, gudang, lapangan penumpukan,

    terminal penumpang, terminal peti kemas, terminal

    Ro-Ro, fasilitas penampungan dan pengolahan

    limbah, fasilitas bunker, fasilitas pemadam

    kebakaran, fasilitas gudang untuk bahan atau

    barang berbahaya dan beracun, fasilitas

    pemeliharaan dan perbaikan peralatan, serta Sarana

    Bantu Navigasi-Pelayaran.

    2.1.3 Pemberian Surat Izin Berlayar

    2.1.3.1 Pengertian Surat Izin Berlayar

    Menurut undang-undang RI No. 17 Tahun 2008 tentang

    pelayaran menyebutkan Surat Izin Berlayar (SIB) adalah Surat

    persetujuan berlayar yang dalam kelaziman internasional di

    sebut Port Clearance diterbitkan setelah dipenuhinya

    persyaratan kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya.

    2.1.3.2 Ketentuan Umum

    (Undang-undang RI No. 17 Tahun 2008: Tentang

    Pelayaran) Berdasarkan peraturan menteri perhubungan tentang

    tata cara penerbitan surat persetujuan berlayar (port clearance).

    Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

    1. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance)

    adalah suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh

    Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan

    pelabuhan untuk memastikan bahwa kapal, awak kapal dan

  • 13

    muatannya secara teknis-administratif telah memenuhi

    persyaratan keselamatan dan keamanan pelayaran serta

    perlindungan lingkungan maritim.

    2. Surat PerSetujuan Berlayar (Port Clearance) adalah

    dokumen negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada

    setiap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan

    setelah kapal memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal dan

    kewajiban lainnya.

    3. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang

    diangkat oleh Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi

    untuk menjalankan .dan melakukan pengawasan terhadap

    dipenuhinya ketentuan peraturan perundang.-undangan untuk

    menjamin keselamatan dan keamanan pelayaran.

    4. Pejabat Pemeriksa Kelaiklautan Kapal adalah pejabat

    kesyahbandaran yang ditunjuk, dan telah memiliki kualifikasi

    dan kompetensi di bidang kesyahbandaran.

    5. Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi

    persyaratan keselamatan kapal, pencegahan pencemaran

    perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan,

    kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status

    hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan

    pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal

    untuk berlayar di perairan tertentu.

    6. Kewajiban Kapal Lainnya adalah kewajiban pembayaran atas

    jasa pelayanan kepelabuhanan, jasa pengawasan di bidang

    keselamatan dan keamanan pelayaran yang berlaku di bidang

    pelayaran :

    1. Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Surat

    Persetujuan Berlayar (Port Clearance) yang dikeluarkan

    oleh Syahbandar setelah kapal memenuhi persyaratan

    kelaiklautan kapal dan kewajiban lainnya.

  • 14

    2. Kewajiban memiliki Surat Persetujuan Berlayar (Port

    Clearance) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku

    bagi semua jenis dan ukuran kapal yang berlayar di laut,

    kecuali bagi kapal perang dan kapal Negara / kapal

    pemerintah.

    2.1.3.3 Permohonan Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar

    (Undang-undang RI No. 17 Tahun 2008: Tentang Pelayaran) :

    Pasal 3

    (1) Untuk memperoleh Surat Persetujuan Berlayar (Port

    Clearance), pemilik atau operator kapal mengajukan

    permohonan secara tertulis kepada Syahbandar dengan

    menggunakan format sebagaimana contoh Lampiran I

    Peraturan ini, dengan melampirkan :

    a. surat pernyataan kesiapan kapal berangkat dari Nakhoda

    (Master Sailing Declaration) sebagaimana format pada

    Lampiran Peraturan ini.

    b. dokumen muatan serta bukti-bukti pemenuhan kewajiban

    kapal lainnya.

    (2) Bukti pemenuhan kewajiban lainnya sebagaimana

    dimaksud pada ayat huruf b, meliputi :

    a. bukti pembayaran jasa kepelabuhanan;

    b. bukti pembayar.anjasa kenavigasian;

    c. bukti pembayaran penerimaan uang perkapalan;

    d. persetujuan (clearance) Bea dan Cukai;

    e. persetujuan (clearance) Imigrasi;

    f. persetujuan (clearance) Karantina kesehatan; dan

    g. persetujuan (clearance) Karantina hewan dan

    tumbuhan;

  • 15

    (3) Berkas permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar

    (Port Clearance) sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    diserahkan kepada Syahbandar setelah semua kegiatan di

    atas kapal selesai dan kapal siap untuk berlayar yang

    dinyatakan dalam surat pernyataan kesiapan kapal

    berangkat dari Nakhoda (Master Sailing Declaration) .

    (4) Penyerahan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) dapat dilakukan dengan cara :

    a. menyerahkan ke loket pelayanan satu atap pada Kantor

    Syahbandar; atau

    b. mengirimkan secara elektronik (upload) melalui

    Inaportnet pada pelabuhan yang telah menerapkan

    National Single Window (NSW).

    2.1.3.4 Pemeriksaan Kelaiklautan Kapal

    (Undang-undang RI No. 17 Tahun 2008: Tentang Pelayaran) :

    Pasal4 :

    Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

    ayat (1), pejabat pemeriksa kelaiklautan kapal melakukan

    pemeriksaan kelaiklautan kapal, meliputi:

    a. administratif; dan

    b. fisik di atas kapal.

    Pasal5 :

    (1) Pemeriksaan administratif kelaiklautan kapal sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, dilakukan untuk meneliti

    kelengkapan, dan masa berlaku atas:

    a. surat-surat dan dokumen yang di lampirkan pada saat

    penyerahan surat permohonan penerbitan Surat

    Persetujuan Berlayar (Port Clearance); dan

  • 16

    b. sertifikat dan surat-surat kapal yang telah diterima oleh

    Syahbandar pada saat kapal tiba di pelabuhan.

    (2) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1),

    pejabat pemeriksa kelaiklautan kapal membuat kesimpulan

    atau resume tingkat pemenuhan persyaratan administratif

    dengan menggunakan daftar pemeriksaan sebagaimana

    tercantum dalam Lampiran III Peraturan ini.

    (3) Dalam hal kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan

    persyaratan administratif telah terpenuhi maka pemeriksaan

    fisik dapat dilakukan.

    (4) Dalam hal kesimpulan atau resume tingkat pemenuhan

    persyaratan administratif belum terpenuhi, Pejabat

    Pemeriksa Kelaiklautan Kapal menyampaikan secara

    tertulis kepada pemilik atau operator kapal untuk

    melengkapi dengan menggunakan contoh sebagaimana

    tercantum dalam Lampiran IV Peraturan ini.

    2.1.4 Keselamatan Pelayaran

    Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan dapat

    dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan pencegahan

    kecelakaan pada saat melaksanakan kerja di bidang pelayaran

    Keselamatan kerja telah menjadi perhatian pemerintah dan pebisnis

    sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat

    terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pemeliharaan

    kebijakan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang

    berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

    aman, efisien, dan produktif (Mahruzar, 2009).

    Dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 1 butir

    32 menyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah

    suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan

  • 17

    yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhan, dan lingkungan

    maritim. Pasal 1 butir 33 menyatakan bahwa kelaiklautan kapal adalah

    keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal,

    pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat,

    permuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status

    hokum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran

    dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan

    tertentu. Keselamatan pelayaran telah diatur oleh lembaga internasional

    yang mengurus atau menangani hal-hal yang terkait dengan

    keselamatan jiwa, harta laut, serta kelestarian lingkungan. Lembaga

    tersebut dinamakan International Maritime Organization (IMO) yang

    bernaung dibawah PBB. Salah satu faktor penting dalam mewujudkan

    keselamatan serta kelestarian lingkungan laut adalah keterampilan,

    keahlian dari manusia yang terkait dengan pengoperasian dari alat

    transportasi (kapal) di laut, karena bagaimanapun kokohnya konstruksi

    suatu kapal dan betapapun canggihnya teknologi baik sarana bantu

    maupun peralatan yang ditempatkan di atas kapal tersebut kalau

    dioperasikan manusia yang tidak mempunyai keterampilan/keahlian

    sesuai dengan tugas dan fungsinya maka semua akan sia-sia. Dalam

    kenyataannya 80% dari kecelakaan di laut adalah akibat kesalahan

    manusia (human error).

    2.1.4.1 Ancaman terhadap keselamatan dan keamanan kapal

    Pada dasarnya ancaman terhadap keselamatan dan

    keamanan kapal dapat datang dari berbagai sumber, seperti :

    a. Bahaya alam dapat berupa gelombang pasang (tsunami),

    badai (topan), gempa bumi dan suhu udara yang luar biasa.

    Kebakaran dan pencemaran dapat juga dianggap bahaya alam

    meskipun kebanyakan disebabkan oleh manusia. Gejalanya

    dapat diramalkan dan untuk penanggulangannya dengan

    meningkatkan kewaspadaan dan menghindarinya.

  • 18

    b. Bahaya yang disebabkan oleh manusia terdiri dari bermacam-

    macam bentuk seperti perompakan/pembajakan, terror,

    sabotase, pengrusakan, pembunuhan dll. Ancaman ini dapat

    diantisipasi dengan meningkatkan kewaspadaan nakhoda dan

    seluruh awak kapal pada waktu kapalnya sedang berlayara di

    perairan yang rawan/berbahaya seperti di selat-selat, sungai-

    sungai dan di perairan yang sempit dan pada waktu kapal

    sedang berlabuh/sandar di pelabuhan.

    c. Bahaya yang disebabkan oleh karena sifat-sifat muatan

    tertentu yang menuntut persyaratan penanganan khusus untuk

    melindungi muatan dari pengaruh luar yang dapat

    menyebabkan reaksi kimia yang membahayakan keselamatan

    jiwa dan harta benda maupun lingkungan hidup dari bahaya-

    bahaya muatan tersebut.

    2.1.4.2 Antisipasi Terhadap Ancaman Bahaya

    Menurut Capt. Hengky Supit (2009) dalam bukunya tentang

    Pedoman Khusus Keselamatan dan Keamanan Pelayaran :

    a. Syahbandar melakukan monitoring serta mengadakan

    pengawasan terhadap semua kegiatan didaerah lingkungan

    kerja pelabuhan yang dinyatakan terlarang dengan tetap

    berkoordinasi dengan para nakhoda, petugas keamanan

    fasilitas pelabuhan dan instansi terkait lainnya.

    b. Nakhoda dapat meminta bantuan kepada Syahbandar

    (Harbour Master) setempat apabila memerlukan bantuan

    pengamanan yang lebih ketat seperti patroli disekitar kapal

    tempat berlabuh atau sedang bersandar di dermaga.

    c. Setiap nakhoda Negara bendera, bertanggung jawab atas

    tindakan keselamatan dan keamanan kapalnya masing-

    masing dengan memperhatikan urutan tindakan sebagai

    berikut pada waktu kapal tiba di pelabuhan :

  • 19

    1. Berdasarkan petunjuk dari nakhoda, perwira deck, dan

    mesin yang ditugaskan untuk mengatur tata pengamanan

    di atas kapal.

    2. Ruangan-ruangan yang tidak dipakai harus dikunci dengan

    baik dan diadakan pengawasan secara terus menerus.

    3. Masuknya orang-orang keatas kapal harus dibatasi hanya

    kepada orang-orang yang ada sangkut-pautnya dengan

    urusan kapal-atau orang-orang yang diwenangkan oleh

    nakhoda.

    4. Harus diadakan penjagaan 24 jam penuh selama kapal

    tambat / berlabuh dan untuk daerah-daerah yang rawan

    perlu ditambah petugas keamanan dengan cara menambah

    petugas dan personil kapal itu sendiri atau dengan

    meminta bantuan petugas keamanan dan pelabuhan

    setempat.

    5. Pada waktu berlabuh jangkar dan kurang dapat

    dilaksanakan pengawasan maka tangga-tangga kapal

    hanya dapat diturunkan pada kerendahan yang diperlukan

    dan pada malam hari lampulampu geladak harus

    dinyalakan untuk memungkinkan dilakukan pengawasan

    yang baik didaerah geladak dan sekitarnya dan dinas jaga

    di anjungan secara khusus meningkatkan kewaspadaan

    terhadap kapal-kapal kecil yang mendekati kapal.

    6. Peningkatan penjagaan pada tangga-tangga naik dengan

    menempatkan petugas keamanan kapal.

    7. Pemeriksaan pada rantai jangkar dan tali tambat pada

    waktu tertentu terhadap objek luar harus dilakukan selama

    kapal berada dipelabuhan.

    8. Slang-slang yang telah diatur konsistennya dengan

    prosedur keselamatan normal harus digelar sejauh yang

    dapat dilakukan dengan cara sedemikian sehingga bisa

  • 20

    dipergunakan secara berdaya guna dan berhasil guna

    seperti untuk menahan /mengusir orang-orang yang akan

    mengganggu dengan cara paksa untuk naik ke atas kapal.

    9. Tidak dibenarkan orang-orang yang tidak berkepentingan

    berada di atas anjungan kapal terutama pada ruang

    kemudi. (Capt.Hengky Supit : 2009)

    2.1.4.3 Aspek Kepelabuhanan

    1. Melakukan pengawasan keselamatan fasilitas dan peralatan

    pelabuhan, alur pelayaran dan kolam bandar

    2. Melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan fasilitas

    pelabuhan dan kinerja operasional pelabuhan.

    2.1.4.4 Aspek Keselamatan Pelayaran

    1. Melakukan pengawasan tertib bandar, tertib berlayar dan

    pemberian surat izin berlayar.

    2. Melakukan pengusutan kecelakaan kapal, memberikan

    bantuan Search and Rescue laut, penanggulangan

    pencemaran dan penanganan kerangka kapal.

    3. Melakukan kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air serta

    pengamanan.

    4. Melakukan penertiban dan menegakkan peraturan di bidang

    pelayaran di pelabuhan dan perairan bandar.

    5. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kegiatan

    usaha / perbaikan docking kapal.

    6. Mengadakan sosialisasi peraturan dibidang pelayaran baik

    peraturan Nasional maupun peraturan Internasional.

    7. Melakukan pemantauan dan meningkatkan pengawasan

    terhadap kegiatan kapal-kapal yang berlabuh dan melakukan

    kegiatan baik dikolam bandar maupun dikolam pelabuhan

  • 21

    dan dititik beratkan pengawasan terhadap kegiatan Ship To

    Ship ( STS ) Transfer di area STS yang di tetapkan.

    8. Membuat laporan yang berkaitan dengan tugas penilikan dan

    pengawakan kelaiklautan kapal, sertifikasi dan ketertiban

    bandar kepada Direktur Jendral Perhubungan Laut.

    2.1.4.5 Aspek Kelaiklautan Kapal

    1. Melakukan pemeriksaan keselamatan kapal.

    2. Melakukan pengukuran pencemaran, pengurusan dokumen

    pelaut, perjanjian kerja laut dan penyijilan awak kapal.

    3. Melakukan persiapan penertiban sertifikasi keselamatan

    kapal, surat kebangsaan dan hipotek kapal (Laporan tahunan

    Kantor Administrator Pelabuhan Kelas II Tanjung Balai

    Karimun).

    2.1.5 Penelitian Terdahulu

    Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

    N

    O

    PENULIS DAN

    JUDUL

    VARIABEL KESIMPULAN

    1 Sulfadly. (2013)

    KETERSEDIAAN

    PERALATAN

    KESELAMATAN

    TRANSPORTASI

    KAPAL LAYAR

    MOTOR DI

    PELABUHAN

    PAOTERE

    Alat keselamatan

    (kondisi dan

    kuantitas) dan

    tingkat

    kecelakaan KLM

    kaitannya dengan

    kelengkapan alat

    keselamatan.

    Metode yang digunakan

    dalam analisi ini adalah

    bersifat Deskriptif

    Kualitatif. Hasil analisis

    ditemukan bahwa kondisi

    kelengkapan alat

    keselamatan KLM

    dipelabuhan Paotere untuk

    kategori administrasi berada

    pada kategori rendah

    sekali (0%). Sedangkan

    untuk kategori teknis alat

  • 22

    keselamatan berada pada

    kategori rendah life jacket

    dan sekoci (30,04% dan

    27,34%) dan alat lifebouy

    berada pada kategori cukup

    tinggi (41,63%), untuk

    kuantitas alat keselamatan

    fire hous box, lampu sekoci

    para chut signal, hand flare,

    smoke signal dan baju tahan

    api masih dalam kategori

    “Tidak Baik”. Botol

    pemadam, life jacket, life

    buoy, sekoci dan alat

    komunikasi dikategorikan

    “Baik”.

    2 Wiji Santoso. (2013)

    EVALUASI

    PROGRAM

    REVITALISASI

    SARANA BANTU

    NAVIGASI

    PELAYARAN DAN

    PRASARANA

    KESELAMATAN

    PELAYARAN DI

    DISTRIK NAVIGASI

    TARAKAN

    KALIMANTAN

    TIMUR

    Variabel

    Independen :

    Sarana bantu

    navigasi

    pelayaran (X1),

    dan

    Telekomunikasi

    pelayaran (X2).

    Variabel

    dependen :

    Keamanan,

    keselamatan

    pelayaran (Y).

    Analisis ini menggunakan

    Uji Validitas dan Reabilitas,

    Uji Asumsi Klasik, Regresi

    Linier Berganda, Uji

    Hipotesis.

    Hasil dari penelitian ini

    adalah prioritas

    pembangunan SBNP dan

    sarana penunjangnya adalah

    bagian yang berkaitan

    langsung dengan

    peningkatan keselamatan

    pelayaran dan keamanan

    transportasi laut

  • 23

    3 Benny Agus Setiono.

    (2010)

    PENGARUH

    SAFETY

    EQUIPMENT

    TERHADAP

    KESELAMATAN

    BERLAYAR

    Peralatan

    keselamatan

    terhadap

    keselamatan

    berlayar

    Metode yang digunakan

    adalah Deskriptif Kualitatif.

    Hasil analisis ditemukan

    dalam kecelakaan faktor

    manusia hanya

    menyumbang 20 persen saja

    dari angka kecelakaan,

    sebanyak 30 persen

    disebabkan oleh Human

    eror, yang salah satunya

    adalah tiadanya jaminan

    keselamatan yang memadai.

    Syahbandar memang

    memegang semua izin-izin

    kapal, tapi kalau ada

    kerusakan nakhoda harus

    lapor ke syahbandar.

    Tanggung jawab dikapal

    ada pada Nakhoda Nakhoda

    memberangkatkan kapal

    atau tidak ada di nakhoda,

    bukan syahbandar. Nakhoda

    wajib memastikan kapal

    dalam keadaan layak.

    4 Rinto B. (2012)

    KEBUTUHAN

    NAKHODA

    MELAKUAKAN

    PEMERIKSAAN

    BOAT

    BERDASARKAN

    Kepatuhan

    Nakhoda dalam

    pemeriksaan alat

    keselamatan Boat

    berdasarkan

    Checklist harian

    kapal terhadap

    Analisis ini menggunakan

    Metode Analisis Deskriptif

    dan Kualitatif.

    Hasil penelitian

    menyatakan bahwa

    Penggunaan checklist

    dalam pemeriksaan

  • 24

    CHECKLIST

    HARIAN UNTUK

    KESELAMATAN

    PELAYARAN DI

    PERUSAHAAN

    PELAYARAN

    keselamatan

    pelayaran.

    boat adalah sebagai

    panduan bagi para nahkoda

    agar tidak ada bagian-

    bagian peralatan

    keselamatan dan mesin boat

    yang terlewatkan

    pada saat inspeksi harian

    sebelum memulai

    pelayaran. Hasil penelitian

    menggambarkan

    sebagian besar kepatuhan

    nahkoda dalam

    memeriksa boat

    berdasarkan checklist masih

    rendah dimana para

    responden melakukan

    pencontrengan checklist

    tanpa memeriksa

    peralatan keselamatan dan

    kondisi mesin boat

    mengikuti poin-poin di

    dalam checklist.

    5 Lazuardi Saputra.

    (2013)

    TANGGUNG

    JAWAB NAKHODA

    KAPAL CEPAT

    ANGKUTAN

    PENYEBRANGAN

    TERHADAP

    tanggung jawab

    seorang Nakhoda

    kapal cepat yang

    menjadi angkutan

    penyeberangan

    terhadap

    kelaiklautan

    kapalnya yang

    1. Nakhoda dalam

    menjalankan tanggung

    jawabnya sebagai

    pemimpin tertinggi dikapal

    yang bertanggung jawab

    terhadap

    Keselamatan dan keamanan

    pelayaran belum maksimal.

  • 25

    KELAIKLAUTAN

    KAPAL DALAM

    KESELAMATAN

    DAN KEAMANAN

    PELAYARAN

    bertujuan

    menjamin

    terciptanya

    keselamatan dan

    keamanan di

    dalam pelayaran.

    Hal tersebut dikarenakan

    ketidaktegasan Nakhoda

    dan intervensi dari

    perusahaan pelayaran

    terhadap kewenangan

    Nakhoda.

    2. Nakhoda telah

    menjalakan tanggung

    jawabnya sebagai pengawas

    dan pemelihara

    peralatan keselamatan

    kapal, namun hal tersebut

    tidak besar berarti dalam

    menjamin

    keselamatan kapal jika

    Nakhoda selaku pemimpin

    kapal masih saja

    membiarkan terjadi

    kelebihan muatan baik itu

    penumpang atau barang

    walaupun dengan alasan

    kebijakan perusahaan

    pelayaran, hal ini tetap saja

    menganggu atau

    mengancam keselamatan

    pelayaran.

    Pada umumnya penelitian terdahulu menggunakan beberapa variabel

    yang berbeda, namun terdapat hubungan antara penelitian terdahulu dengan

    penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dengan bukti Variabel (Y) yaitu

    tentang Keselamatan Pelayaran. Disetiap penelitian masing-masing penelitian

  • 26

    terdahulu peneliti mengambil satu variabel dan dikembangkan pada penelitian

    ini dengan tempat dan sasaran responden yang berbeda. Berharap dengan

    pengembangan penelitian ini terdapat perbedaan hasil dimana beberapa

    variabel yang digunakan dapat saling mempengaruhi dan menghasilkan

    kesimpulan yang baik dan bermanfaat.

    2.2 Hipotesis

    Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2006)

    hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

    terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

    terkumpul. Sugiyono (2007) mengatakan dalam statistic, hipotesis dapat

    diartikan sebagai pernyataan statistic tentang parameter popolasi. Statistic

    adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada sampel, sedangkan parameter

    adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada populasi. Jadi hipotesis

    merupakan taksiran terhadap parameter populasi, malalui data-data sampel.

    Didalam usulan penelitian ini penulis menarik beberapa anggapan

    sementara antara lain :

    1. Diduga bahwa faktor Pengawasan Fasilitas Keselamatan berpengaruh

    positif terhadap Keselamatan Pelayaran.

    2. Diduga bahwa faktor Pemeriksaan Teknis berpengaruh positif terhadap

    Keselamatan Pelayaran.

    3. Diduga bahwa factor Pemberian Surat Izin Berlayar berpengaruh positif

    terhadap Keselamatan Pelayaran.

    2.3 Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan landasan teori mengenai Pengawasan fasilitas

    keselamatan, Pemeriksaan teknis dan Pemberian Surat Izin berlayar

    berpengaruh terhadap Keselamatan pelayaran, maka kerangka pemikiran

    teoritis yang mendasari penelitian ini, sebagai berikut:

  • 27

    Gambar Kerangka Pemikira

    Gambar 2.1 Alur Penelitian

    Latar Belakang masalah

    Identifikasi Permasalahan

    Penentuan Daerah

    Studi

    Pengumpulan Data

    Pengolahan Data

    Data Primer

    Data utama yang

    digunakan oleh peneliti

    yaitu melalui daftar

    pertanyaan atau

    kuesioner. Daftar

    pertanyaan dibuat

    sedemikian rupa,

    sehingga

    obyektivitasnya atau

    tujuannya menjadi jelas

    bagi pihak responden.

    Data Skunder

    Data yang digunakan

    untuk mendukung

    penelitian, seperti

    studi kepustakaan

    dan internet.

    Data

    Cukup Tidak Ya Analisis Data

    Pemeriksaan

    Teknis

    Pemberian Surat Izin

    Berlayar

    Pengawasan fasilitas

    Keselamatan

    Keselamatan

    Pelayaran

    Implikasi Manajerial

    Kesimpulan & Saran

  • 28

    Gambar 2.2

    Kerangka Pemikiran

    Keterangan :

    = Indikator = Pengukur

    = Variabel = Pengaruh

    Pengawasan

    Fasilitas

    Keselamatan

    (X1)

    Pemeriksaan

    Teknis

    (X2

    Pemberian

    Surat Izin

    Berlayar

    (X3)

    Keselamatan

    Pelayaran

    (Y)

    X3.3

    X3.2

    X3.1

    X2.3

    X2.2

    X2.1

    Y.3

    Y.2

    Y.1 H1

    H2

    H3

    X1.1

    X1.2

    X1.3

  • 29

    Variabel dalam penelitian ini meliputi Pengawasan fasilitas Keselamatan,

    Pemeriksaan teknis dan Pemberian Surat Izin Berlayar berpengaruh terhadap

    Keselamatan Pelayaran.

    Variabel Pengawasan Fasilitas Keselamatan (X1) mempunyai indikator yaitu :

    1. (X1.1) = Kelengkapan fasilitas keselamatan

    2. (X1.2) = Penyediaan fasilitas keselamatan

    3. (X1.3) = Pemeriksaan fasilitas keselamatan

    Variabel Pemeriksaan Teknis (X2) mempunyai indikator yaitu :

    1. (X2.1) = Kelengkapan dokumen kapal

    2. (X2.2) = Perlengkapan keselamatan kapal

    3. (X2.3) = Pencegahan pencemaran lingkungan

    Variabel Pemberian Surat Izin Berlayar (X3) mempunyai indikator yaitu :

    1. (X3.1) = Kelengkapan dokumen Clearance In dan Clearance Out

    2. (X3.2) = Kelaiklautan kapal

    3. (X3.3) = Cuaca

    Variabel Keselamatan Pelayaran (Y) mempunyai indikator yaitu :

    1. (Y.1) = Penertiban dan penegakan peraturan

    2. (Y.2) = Pemantauan dan pengawasan

    3. (Y.3) = Pelayanan