16
6 TINJAUAN PUSTAKA Kanker Definisi Kanker Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel - sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2008). Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker berkembang ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik) (Wiseman 2007). Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik, yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel normal. 1. Klonalitas : Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas. 2. Autonomi : Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh biokimia dan fisik normal dalam lingkungan. 3. Anaplasia : Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi 4. Metastasis : Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (Mendelsohn 2000). Etiologi dan Patofisiologi Kanker Kanker adalah suatu pertumbuhan maligna yang selnya memiliki sifat – sifat : replikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambat, invasif dan kemampuannya untuk menyebar, jika tidak ditangani maka akan menjadi fatal. Faktor lingkungan merupakan penyebab kejadian kanker sebesar 80-85%,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

6

TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Definisi Kanker Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang

berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada

sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumulasi dari

waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang

berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel - sel tersebut,

yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat

pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan

neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke

organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2008).

Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan

populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan

diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker berkembang

ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari

fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur

nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik)

(Wiseman 2007).

Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik,

yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel

normal.

1. Klonalitas : Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada

sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas.

2. Autonomi : Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh

biokimia dan fisik normal dalam lingkungan.

3. Anaplasia : Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi

4. Metastasis : Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak

kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (Mendelsohn 2000).

Etiologi dan Patofisiologi Kanker Kanker adalah suatu pertumbuhan maligna yang selnya memiliki sifat –

sifat : replikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambat, invasif dan

kemampuannya untuk menyebar, jika tidak ditangani maka akan menjadi fatal.

Faktor lingkungan merupakan penyebab kejadian kanker sebesar 80-85%,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

7

sedangkan sekitar 10-15% disebabkan oleh kesalahan replikasi dan genetika,

dan diyakini sepertiga dari kanker berhubungan dengan diet (Damayanthi 2008).

Penyebab kanker bervariasi dan tidak dapat diketahui dengan pasti.

Kanker terjadi karena kerusakan struktur genetik yang menyebabkan

pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol. Pola insiden kanker bervariasi sesuai

jenis kelamin, ras, dan letak geografik. Beberapa kanker dapat dipengaruhi faktor

genetik keluarga, namun yang paling sering terjadi karena faktor lingkungan dan

gaya hidup. Promotor kanker, yang disebut karsinogen seperti bahan kimia, virus

serta faktor lingkungan dan gaya hidup (Mendelsohn 2000 dan Duyff 2006).

Kanker adalah nama untuk sekelompok kondisi yang dihasilkan dari

pertumbuhan tidak terkendali dari sel - sel yang abnormal. Perkembangannya

kompleks melalui beberapa tahap yaitu: aktivasi, inisiasi, promotor, progresi

(perkembangan dan penyebaran), dan kemungkinan remisi (sukses pengobatan

atau pembalikan).

Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah

sebagai berikut :

1. Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu

perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat

menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus substansi

menetap dan menempel pada DNA dalam sel.

2. Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu

terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap

zat berbahaya dan/atau radiasi.

3. Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel

membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan

sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau

tumor.

4. Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan

terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal

akan diangkut ke organ tubuh lain.

5. Pembalikan. Tujuan dari pembalikan adalah untuk mencegah

perkembangan kanker atau untuk memblokir salah satu dari keempat

tahap pertama.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

8

Kategori kanker Tumor diidentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh.

Akhiran “oma” biasanya ditambahkan ke istilah jaringan untuk mengidentifikasi

suatu kanker (Corwin 2001). Beberapa kategori umum kanker yaitu, karsinoma

adalah kanker jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar

penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum,

lambung, pankreas dan esophagus. Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang

mencakup kapiler limfe, lakteal, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh

limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara

lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limpa) dan limfoma

malignum. Leukemia adalah kanker dalam darah dimana sumsum tulang

belakang memproduksi sel darah putih abnormal yang mendesak keluar sel

darah putih normal, sel darah merah dan platelet. Sarkoma adalah kanker

jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang (Escott 2008).

Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma

in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang

masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (Corwin

2001).

Stadium kanker Stadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan

ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya

ke tempat-tempat jauh pada seseorang (Corwin 2001). Sebuah prediktor secara

kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien

yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti

tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan

diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis

pasien, hasil observasi selama intervensi pembedahan, dan hasil laporan

patologis (Nasca 2008).

Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih

terbatas dan stadium yang sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk

kategori kanker in situ (tumor yang terbatas pada lapisan atas sel epitel),

penyebaran kanker masih terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat

digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran

tumor), N (metastasis ke kelenjar getah bening regional), dan M (ada atau tidak

adanya metastasis jauh). Sistem TNM telah dikembangkan oleh gabungan The

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

9

International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint

Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008).

Gejala kanker Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari

jenis atau organ tubuh yang terserang yaitu :

a. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan

pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap

kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan

atau kecemasan.

b. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah,

batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan

puting susu yang mengandung darah, cairan lubang senggama yang

berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah

dalam air kemih.

c. Perubahan kebiasaan buang air besar.

d. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein

(kaheksia).

e. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.

f. Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada

jaringan-jaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang

atau otak

g. Anemia yang terjadi akibat berbagai sebab

h. Kelelahan sering terjadi akibat gizi yang buruk, malnutrisi protein, dan

gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia.

Menurut Corwin (2001), Wilson (2003), dan Escott (2008), terdapat beberapa

gejala kanker yag secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami, yaitu :

a. Kanker paru-paru

Batuk persisten, dispnea, nyeri pleura (dada), hemoptisis (batuk

berdarah). Anoreksia, penurunan berat badan adalah manifestasi kanker

paru yang lanjut.

b. Kanker payudara

Adanya benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan bentuk, kulit

menjadi merah, panas, edematosa (pembengkakan), berindurasi

(benjolan) dan nyeri

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

10

c. Kanker lambung

Gejala dini rasa sedikit tidak enak pada abdomen bagian atas, rasa

penuh setelah makan. Pada akhirnya terjadi anoreksia dan penurunan

berat badan.

d. Kanker kolon

Perubahan kebiasaan defekasi, pendarahan, nyeri, anoreksia dan

penurunan berat badan

e. Kanker andung kemih atau ginjal

Ada darah pada air seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil,

keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.

f. Kanker prostat

Kencing tidak lancar, rasa sakit ketika buang air kecil, rasa terbakar

Limfoma

Kelenjar getah bening membesar, mual , muntah , anoreksia demam atau

penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

g. Leukemia

Pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, anemia, mual, muntah,

dan demam.

h. Kanker otak

Sakit kepala sering merupakan manifestasi kanker otak stadium lanjut

i. Kanker mulut

Bengkak kecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan tidak menimbulkan

nyeri.

j. Kanker hati

Nyeri akut karena pendarahan dari tumor, acites (penumpukan cairan di

rongga perut), nafsu makan menurun dan muncul ikterus (kuningan)

k. Kanker pankreas

Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan nyeri punggung

l. Nasofaring

Gejala pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk meluas ke

lingkungan sekitar misalnya menyebabkan mata juling, tuli satu telinga

dan bengkak di leher akibat metastasis di kelenjar limfe leher.

m. Kanker servik

Gangguan siklus haid, keputihan berlebihan dan bau busuk, penderita

sering mendadak sakit perut.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

11

Faktor risiko

Faktor-faktor risiko untuk kanker antara lain adalah pajanan ke bahan

fisik, kimiawi, atau virus yang diketahui bersifat mutagenik dan pajanan

berkepanjangan ke suatu promotor. Mutagen dapat terhirup, tertelan, atau

bekerja di kulit, misalnya radiasi ultraviolet. Menurut Corwin (2001) dan Krinke

(2005) terdapat pula beberapa faktor risiko lainnya yaitu :

a. Faktor risiko hormonal

Hormon estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu,

misalnya kanker payudara dan kanker endometrium. Wanita yang

menstruasi memiliki kadar estrogen yang tinggi, maka risiko terbentuknya

kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi dini

dan mencapai menopause lambat. Terlambat mengandung atau tidak

memiliki anak dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

b. Faktor kejiwaan, emosi psikis

Gangguan yang terjadi pada emosi dapat menyebabkan atau

memperberat kanker seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam

atau sakit hati. Peranan faktor kejiwaan pada kanker dapat melalui

beberapa cara, diantaranya; stress atau dendam yang mempengaruhi

perkembangan sel menjadi liar dan efek yang melemahkan sistem

kekebalan tubuh sel T sehingga tidak mampu melenyapkan sel kanker

tertentu.

c. Faktor yang bersifat protektif terhadap pembentukan kanker.

Hormon progesteron bersifat protektif terhadap kanker yaitu dengan

menghambat efek stimulasi estrogen. Hormon progesteron meningkat

pada wanita saat kehamilan dan saat menyusui, oleh karena itu wanita

yang menyusui selama paling sedikit 6 bulan berturut-turut, wanita yang

hamil beberapa kali, akan mengurangi risiko terkena kanker payudara.

d. Faktor riwayat keluarga

Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, terutama dari satu jenis,

adalah faktor risiko terjangkitnya kanker. Kecenderungan genetik untuk

kersinogenesis mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen regulator,

kerentanan terhadap inisiator atau promotor tertentu, kesalahan enzim

pengkoreksi, atau gagalnya fungsi sistem imun (Corwin 2001).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

12

e. Faktor prilaku individu

Perilaku tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan lebih

sering terpajan ke inisiator atau promotor. Faktor-faktor risiko perilaku

antara lain adalah merokok, dan konsumsi makanan yang banyak

mengandung lemak dan daging yang diawetkan. Faktor risiko perilaku

berkaitan dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti pasangan, dan

melakukan hubungan intim pada usia dini, meningkatkan risiko terinfeksi

virus papiloma manusia yang berkaitan dengan neoplasma alat kelamin.

Infeksi oleh virus herpes simplek tipe-2 yang ditularkan melalui hubungan

kelamin dapat menigkatkan risiko kanker (Corwin 2001).

f. Faktor makanan

Diet dapat merubah peran genetik dalam perkembangan kanker.

Walaupun pola diet berdampak lebih besar ketika awal kehidupan, tetapi

perhatian ditunjukan lebih besar pada orang dewasa dalam menurunkan

risiko kanker. Asupan buah, sayuran dan antioksidan berhubungan

dengan penurunan kanker pada tahap inisiasi dan progresi. The American

Cancer Society Expert Committe telah menunjukan bahwa manfaat dari

peningkatan asupan buah dan sayuran dapat mencegah kanker payudara,

kolon, paru-paru dan prostat (Krinke 2005). Adapun faktor risiko kanker

yang berkaitan dengan gizi secara umum, disajikan pada tabel 1. Tabel 1 Faktor risiko gizi pada kanker secara umum

Tipe kanker Faktor risiko gizi dengan fakta nyata maupun diduga berpengaruh Paru – paru - Rendahnya asupan buah dan sayur Payudara - Rendahnya asupan buah dan sayur

- Obesitas (terutama pada wanita menopause) - Peningkatan asupan alkohol

Lambung - Rendahnya asupan buah dan sayur - Asupan makanan yang diawetkan - Tingginya penggunaan obat, merokok dan makanan awetan.

Kolon/ rektum - Rendahnya asupan buah dan sayur - Tingginya asupan daging merah (terutama lemak pada daging merah) - Asupan alkohol berlebih

Nasofaring - Rendahnya asupan buah dan sayur - Asupan alkohol dan tembakau berlebih - Kebiasaan merokok

Hati - Tingginya asupan alkohol - Konsumsi makanan yang terkontaminasi (terutama kontaminasi

aflatoxins) Servik - Rendahnya asupan buah dan sayur Esophagus - Rendahnya asupan buah dan sayur

- Kekurangan gizi - Asupan tinggi alcohol

Prostat - Tingginya asupan daging merah atau lemak daging dan produk olahanya Sumber : Klinke 2005

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

13

Terapi kanker Terapi pada pasien kanker bertujuan untuk membinasakan sel-sel kanker

dengan membunuhnya ataupun membuangnya (uripi 2002). Walaupun saat ini

cukup banyak pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk setiap jenis kanker tetapi

sebagian besar menimbulkan komplikasi dan penyulit pada penderitanya. Secara

umum tujuan terapi kanker adalah memperbesar angka harapan hidup dan

mengatasi gejala yang berarti memperbaiki kualitas hidup. Berikut ini jenis terapi

untuk pasien kanker : a. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia atau obat untuk mengobati

kanker. Sedangkan operasi dan terapi radiasi digunakan untuk mengobati tumor

lokal. Kemoterapi adalah terapi sistemik yang efeknya mempengaruhi seluruh

tubuh. Aksi target dari kemoterapi tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, hal

itu juga mempengaruhi sel-sel normal. Sel-sel tubuh dengan peredaran yang

cepat seperti sumsum tulang, folikel rambut, dan mukosa saluran pencernaan

biasanya yang paling terpengaruh. Gejala gizi yang dialami akibat kemoterapi

meliputi myelosupresi (penurunan dalam produksi sel darah merah, sel darah

putih dan trombosit oleh sumsum tulang), kelelahan, mual dan muntah,

kehilangan nafsu makan, mucositis, perubahan rasa dan bau, xerostomia (mulut

kering), disfagia, dan perubahan fungsi usus. Akibatnya, asupan makan dan

status gizi dapat terpengaruh (Grant 2008).

Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk penyembuhan atau

pengendalian kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat

mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini akan bekerja dengan menghambat atau

mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh pada sel normal seperti ketika

sel-sel pada saluran pencernaan terkena dapat menyebabkan diare, konstipasi,

ataupun menghambat penyerapan zat gizi. Efek samping ini bersifat sementara

karena sel-sel saluran cerna menganti dirinya sendiri setiap tiga hari. Namun

karena kemoterapi dilakukan dalam waktu yang lama sehingga dapat

menyebabkan status gizi buruk (Levine and Colleagues 2008 dalam

Peckenpaugh 2010).

Tingkat keparahan efek samping tergantung pada agen tertentu, dosis,

lamanya pengobatan, obat yang digunakan, respon individu, dan status

kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang tepat seperti antiemetic,

antidiarrhe, agen hematopoetik, dan antibiotik, serta perubahan pola makan,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

14

sangat penting bagaimana mengatur efektivitasnya terkait dengan efek samping

pengobatan (Grant 2008).

b. Radiasi

Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari

akselerator liniear atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumber

radioaktif secara langsung di dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis tinggi.

Berbeda dengan kemoterapi yang merupakan terapi sistemik, terapi radiasi

berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping terapi

radiasi biasanya hanya pada daerah yang teradiasi. Radiasi juga dapat diberikan

dengan mengkombinasikannya dengan terapi kemoterapi agar meningkatkan

efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher, dada, kerongkongan, dan

perut menyebabkan masalah makan yang akut. Efek samping dari pengobatan

sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulut

sakit, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air

liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008).

c. Operasi

Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk

mengangkat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran

cerna). Masalah gizi dapat berkembang tergantung pada jenis prosedur yang

dilakukan. Memberikan gizi yang optimal diperlukan dengan cara memodifikasi

diet berdasarkan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk

mengkonsumsi, dan mencerna makanan. Operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula dikombinasikan

dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi atau pasca operasi atau terapi

radiasi. Setelah operasi diet yang diberikan yaitu tinggi energi dan protein yang

diperlukan untuk penyembuhan luka dan pemulihan. Gejala yang umum terjadi

seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan.

Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari

setelah operasi (Peckenpaugh 2010).

d. Imunoterapi

Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang

memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun : spesifitas dan daya

ingat. Imunoterapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tumor dan

memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yang tersembunyi.

Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan pejamu agar berespons secara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

15

lebih agresif terhadap tumor, atau sel-sel tumor dapat diserang oleh antibodi

yang dibuat di laboratorium. Imunoterapi yang digunakan seperti ; Antibodi

Berlabel Fluoresen, Stimulan Imunitas, dan Antibodi penyerang. Selain itu,

sedang dikembangkan terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor

yang khas yang berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk

tumor yaitu menggunakan obat-obat yang secara spesifik menghambat faktor

angiogenesis dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV

(Corwin 2001).

Pengetahuan gizi Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat

gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan.

Pengetahuan gizi yang baik akan dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi

pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 2003).

Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan praktek

seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan

konsep mengenai objek tertentu. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan

gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio,

surat kabar, dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dan lain-

lain) (Khomsan et al 2009 ). Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu

kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan

informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo 2003). Pengetahuan

gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang

berpengetahuan baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan

pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga

konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion dan Khomsan 1995).

Menururut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi dapat dibagi

menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Cara pengkategorian

dilakukan dengan menetapkan cut-off-point dari skor yang telah dijadikan persen.

Untuk keseragaman maka dianjurkan menggunakan cut-off-point sebagai berikut

: baik: 80%, sedang : 60-80%, dan kurang : < 60%.

Status Gizi dan Gizi Pada Pasien Kanker Status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

16

gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan

kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2004). Status

gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat

dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan dalam jangka

waktu yang lama (Supariasa 2002). Status gizi merupakan bagian terpenting dari

status kesehatan seseorang. Kemunduran status gizi dapat menimbulkan

komplikasi dan menghambat terapi kuratif. Menilai status gizi seseorang dapat

memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut

(Gibson 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Menurut Gibson (2005), bahwa konsep terjadinya keadaan gizi

mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi

makanan dan tingkat kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan

ketersediaan bahan makanan, keadaan sosial budaya seperti pendidikan,

pengetahuan gizi, dan faktor lingkungan (biologi, kimia, dan fisik).

Gizi adalah faktor penting dalam perjalanan penyakit dan penyebab

utama kematian secara umum pada masyarakat. Penyakit jantung koroner,

obesitas, hipertensi, anemia, osteoporosis, diabetes mellitus, dan kanker adalah

penyakit yang umum berhubungan dengan gizi (Hammond 2008). Beberapa

kasus kematian diakibatkan, antara lain karena penyakit jantung koroner, stroke,

diabetes mellitus, dan beberapa jenis kanker, memiliki hubungan yang kuat

dengan tipe dan kualitas konsumsi makanan.

Status gizi yang optimal dapat dicapai dengan keseimbangan antara

asupan gizi dan kebutuhan gizi. Asupan gizi dipengaruhi oleh asupan makan dan

penyerapan zat gizi dalam tubuh, sedangkan kebutuhan gizi dipengaruhi oleh

pertumbuhan tubuh, pemeliharaan tubuh, stress psikologis, dan penyakit infeksi

maupun bukan infeksi (Hammond 2008).

Pengukuran status gizi Penilaian status gizi ada dua cara yaitu penilaian secara langsung dan

tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat

penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian gizi

secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi, statistik vital,

dan faktor ekologi (Supariasa 2002).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

17

a. Antropometri

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri digunakan

untuk melihat ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein

(Supariasa 2002). Menurut Riyadi (2004), saat ini pengukuran

antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam

penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik

antara intik energi dan protein. Pengukuran antropometri yang sering

dilakukan adalah berat badan (BB): untuk mengetahui massa tubuh,

panjang/tinggi badan (PB/TB): untuk mengetahui dimensi linear, tebal

lipatan kulit (skinfold thickness) dan lingkar lengan atas (LILA): untuk

mengetahui komposisi tubuh, cadangan energi dan protein (Briawan dan

Madanijah 2008).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis digunakan untuk mendeteksi defisiensi gizi.

Pemeriksaan ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda - tanda

klinis secara umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi

(Supariasa 2002).

c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Pemeriksaan ini hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat

kesehatan (Supariasa 2002).

d. Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik dilakukan untuk melihat kemampuan

fungsi jaringan dan perubahan struktur. Penilaian dengan cara ini dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu : uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi

(Supariasa 2002).

Indeks Massa Tubuh Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan

masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga

dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan

tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah

dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal (Supariasa 2002).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

18

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat

badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index

(BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan manjadi Indeks Masa

Tubuh (IMT). Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Kategori ambang batas IMT Kategori IMT

Kurus tingkat berat < 17,0 kg/m2

Kurus tingkat ringan 17,0 – 18,49 kg/m2

Normal 18,5 – 24,9 kg/ m2

Gemuk tingkat ringan 25 – 27,0 kg/m2

Gemuk tingkat berat > 27,0 kg/m2

Sumber : Depkes (2005)

Survei konsumsi makanan Survei konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan

dalam penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan

jenis zat gizi yang dikonsumsi. Secara umum tujuan dari survei konsumsi

makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran

tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah

tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi

makanan tersebut (Supariasa 2002).

Jenis data konsumsi

Pengumpulan jenis data konsumsi makanan terbagi dua yakni kualitatif

dan kuantitatif (Gibson 2005).

Metode kuantitatif

Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang

dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan

seperti Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM)

dan daftar penyerapan minyak. Metode untuk pengukuran konsumsi secara

kuantitatif antara lain:

a. Metode recall 24 jam

b. Perkiraan makanan (Estimated food records)

c. Penimbangan makanan (Food weighing)

²

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

19

d. Metode food account

e. Metode inventaris (Inventory method)

f. Pencatatan (Household food records)

Metode Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis

dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Dalam metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan

diminum selama 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin

sampai responden istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari

waktu saat mulai wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal

penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang

diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat data

kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti

dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring) atau ukuran lainnya yang

biasa dipergunakan sehari-hari (Supariasa 2002).

Metode recall 24 jam didesain untuk memperkirakan asupan makanan

rata-rata individu selama periode waktu yang lebih lama. Recall 24 jam

diperlukan untuk memperkirakan kebiasaan asupan zat gizi individu yang

bervariasi setiap harinya (Gibson 2005).

• Kelebihan metode recall 24 jam

a. Mudah pelaksanaannya serta tidak membebani responden.

b. Biaya relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus.

c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

d. Dapat digunakan untuk responden buta huruf.

e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi

individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

• Kekurangan metode recall 24 jam

a. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila

hanya dilakukan recall satu hari.

b. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden,

sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia 7 tahun,

orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan

atau pelupa.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

20

c. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam

menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang

dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

d. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari

penelitian

Gizi Pada Pasien Kanker Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi

kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan

dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan.

Adapun tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki

status gizi, mengurangi gejala sindrom kaheksia, mencegah komplikasi lebih

lanjut serta memenuhi kecukupan mikronutrien (Sutandyo dan Ririn 2006).

Berikut ini penatalaksanaan gizi pada kanker :

Kebutuhan gizi Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari

waktu kewaktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang

dijalankan (Sutandyo dan Ririn 2006). Menurut Babcock (2005) walaupun

kebutuhan gizi pada individu bervariasi, pedoman untuk terapi gizi pasien kanker

harus memenuhi kebutuhan gizi spesifik dan tujuannya terkait dengan

percepatan metabolisme, yang syaratnya dapat meningkatkan sintesis jaringan

protein dan produksi energi.

a. Energi

Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi

sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik

memerlukan energi 2000 kkal, atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan.

Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai

dengan kebutuhan dan tingkat stress individu atau luasnya kerusakan

jaringan (Babcock 2005).

b. Protein

Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbangan nitrogen yang negatif.

Oleh karena itu dukungan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan sintesa

protein dan menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein pada pasien

kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien dengan

hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2 g/kg

berat badan (Sutandyo dan Ririn 2006).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA.pdf

21

c. Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral sebagai kontrol protein dan metabolisme energi melalui

peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathways dan juga

berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan yang kuat.

Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal, sesuai

rekomendasi standar kecukupan gizi (The Dietary Reference Intake/

Recommended Dietary Allowance standards) tetapi lebih sering untuk

tingkat terapetik yang lebih tinggi. Suplemen vitamin dan mineral biasanya

diindikasikan sesuai dengan aturan makan (Babcock 2005).

d. Cairan

Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti

cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi

ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian

metabolisme dari kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan

dalam kemoterapi. Beberapa jenis obat kemoterapi (seperti

cyclophosphamide, cytoxan) membutuhkan sebanyak 2 sampai 3 liter cairan

untuk mencegah hemorrhagic cystitis (Babcock 2005).

Diet pada pasien kanker Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien,

perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh

sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan

hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pencecap, rasa

cepat kenyang, mual, penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai

keadaan pasien makanan yang diberikan secara oral, enteral maupun parenteral.

Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair atau

kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau

makanan lumat (Almatsier 2004).

Syarat diet penyakit kanker adalah energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk

laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g.kg BB,

lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan total energi. Karbohidrat, dan vitamin

dan mineral diberikan cukup, rendah yodium apabila sedang menjalankan

medikasi radioaktif internal, dan porsi makanan diberikan kecil dan sering

(Almatsier 2004).