25
10 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Darwis (2012) meneliti tentang manajemen laba terhadap nilai perusahaan dengan corporate governance sebagai pemoderasi pada peruahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan kepemilikan manajerial tidak mampu memoderasi hubungan antara manajemen laba terhadap nilai perusahaan sedangkan kepemilikan institusional ternyata mampu memoderasi hubungan manajemen laba terhadap nilai perusahaan. Herawaty (2008) meneliti tentang peran praktek corporate governance sebagai moderating variable dari pengaruh earning management terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai perusahaan sedangkan kualitas audit akan meningkatkan nilai perusahaan. Komisaris independen, kualitas audit dan kepemilikan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

  • Upload
    dotu

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

10

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Darwis (2012) meneliti tentang manajemen laba terhadap nilai

perusahaan dengan corporate governance sebagai pemoderasi pada

peruahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa manajemen

laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan kepemilikan

manajerial tidak mampu memoderasi hubungan antara manajemen laba

terhadap nilai perusahaan sedangkan kepemilikan institusional ternyata

mampu memoderasi hubungan manajemen laba terhadap nilai

perusahaan.

Herawaty (2008) meneliti tentang peran praktek corporate

governance sebagai moderating variable dari pengaruh earning

management terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan

yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil penelitian tersebut ditemukan

bahwa corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai perusahaan dengan variabel komisaris independen dan

kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial akan menurunkan

nilai perusahaan sedangkan kualitas audit akan meningkatkan nilai

perusahaan. Komisaris independen, kualitas audit dan kepemilikan

Page 2: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

11

institusional merupakan variabel pemoderasi antara earning

manajemen dan nilai perusahaan sedangkan kepemilikan manajerial

bukan merupakan variabel pemoderasi. Earning management dapat

diminimumkan dengan mekanisme monitoring oleh komisaris

independen, kualitas audit dan institusinal ownership.

Ridwan dan Gunardi (2013) meneliti tentang peran mekanisme

good corporate governance sebagai pemoderasi praktik earning

management terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2010. Hasil

penelitian ditemukan bahwa Earning Management berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial dan klasifikasi KAP merupakan variabel

pemoderasi pengaruh Earning Management terhadap nilai perusahaan

sedangkan dewan komisaris independen dan komite audit bukan

merupakan variabel pemoderasi.

Kristanti (2016) meneliti tentang pengaruh good corporate

governance sebagai variabel pemoderasi hubungan manajemen laba

terhadap nilai perusahaan. Populasi penelitian tersebut adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dan

diperoleh sebanyak 305 sampel perusahaan selama 5 tahun. Penelitian

tersebut menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan

metode interaksi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa

manajemen laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

Page 3: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

12

selanjutnya GCG berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan

GCG sebagai variabel pemoderasi tidak mampu memperlemah

pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan.

B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Teori Keagenan (Agency Teory)

Jansen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa Paper mengenai

teori keagenan atau agency relationship yang muncul ketika suatu atau

lebih individu (majikan) menguji individu lain (agen atau karyawan)

untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk

membuat keputusan kepada agen atau karyawannya. Konteks

manajemen keuangan hubungan ini muncul anatara pemegang saham

dengan para manajer dan pemegang saham dengan kreditor (Jensen dan

Meckling, 1976).

Hubungan antara manajemen dengan pemilik perusahaan

merupakan paradigma hubungan prinsipal dan agen dimana pemilik

perusahaan sebagai prinsipal yang memberi kepercayaan secara formal

dalam bentuk kontrak hubungan kerja kepada manajemen sebagai agen

yang memberikan jasa manajerialnya (Kodrat dan Herdinata, 2009).

Sehingga bisa disimpulkan berbagai konflik kepentingan dalam

perusahaan baik antar manajer dengan pemegang saham, manajer

dengan kreditur atau antara pemegang saham, kreditur dan manajer

disebabkan adanya hubungan keagenan.

Page 4: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

13

Terori keagenan menjelaskan tentang pihak yang disebut agent

(manajemen) dan pihak principal (Pemegang atau pemilik perusahaan),

sebagai agent yang diberi tanggung jawab oleh principal dalam

mengelola perusahaan sacara moral bertanggung jawab untuk

mengoptimalkan keuntungan para pemilik atau pemegang saham

(Sudarsono, 1994).

Manajer perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk

memaksimumkan kemakmuran pemengang saham, tetapi

memaksimumkan kemakmuran pemegang mereka sendiri. Untuk

meyakinkan bahwa pihak manajer bekerja secara sungguh-sungguh

untuk kepentigan pemegang saham, maka pemegang saham harus

mengeluarkan biaya yang dikenal dengan agency cost yaitu berupa

pengeluaran untuk memonitoring kegiatan manajer, pengeluaran untuk

membuat struktur perusahaan atau organisasi untuk meminimalkan

tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta opportunity cost

yang timbul akibat kondisi dimana manjer tidak dapat segera

mengambil sebuah keputusan tanpa persetujuan pemegang saham

(Kodrat dan Herdinata, 2009).

Kristanti (2016) mengatakan bahwa manajer sebagai pengelola

perusahaan tentu lebih banyak meguasai informasi tentang perusahaan

serta prospek perusahaan dimasa depan dibandingkan dengan pemilik

perusahaan sendiri, Kondisi seperti ini dikenal dengan asimetri

informasi.

Page 5: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

14

Asimetri informasi antara manajemen dan pemilik perusahaan

atau pemegang saham memberikan kesempatan kepada pihak manajer

untuk bertindak oportunis dalam hal pelaporan keuangan yaitu manajer

dapat melakukan manajemen laba. Untuk itu, prinsipal perlu

menciptakan sistem yang dapat mengontrol atau memonitoring agen

agar bertindak sesuai dengan kehendaknya (Kristanti, 2016).

Konflik antara pihak-pihak berkepentingan dalam suatu

organisasi atau perusahaan yang akan berdampak merugikan pada

kondisi bisnis. Oleh karena itu, untuk menghindarkan konflik yang

berdampak merugikan tersebut diperlukan pengawasan dan

pengendalian dalam perusahaan. Hal tersebut diharapkan dapat

memberikan suatu keyakinan bagi para investor bahwa mereka akan

mendapatkan informasi yang relevan dan lengkap sama dengan yang

dimiliki manajemen.

Sari (2014) menjelaskan bahwa dengan adanya pengawasan dan

pengendalian dari dalam serta luar perusahaan akan dapat

menyelaraskan kepentingan pihak agen dan prinsipal sehingga

manajemen akan bekerja lebih efektif untuk menghasilkan profit bagi

perusahaan, selain itu juga dapat meningkatkan kualitas laporan

keuangan dimata pihak berkepentingan dengan asumsi semakin tinggi

nilai perusahaan maka semakin menambah kepercayaan investor.

Page 6: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

15

Kristanti (2016) juga menjelaskan bahwa cara yang dapat

digunakan unttuk meminumkan tindakan manajmen laba serta dapat

meningkatkan nilai perusahaan dimata investor adalah dengan

diterapkannya tata kelola perusahaan yang baik dan diajukan demi

peningkataan kinerja perusahaan melalui supervisi dan monitoring

kinerja manajemen serta menjamin akuntabilitas manajemen terhadap

stakeholder dengan berdasarkan pada peraturan.

2. Good Corporate Goverance

Good Corporate Governance (GCG) pertama kali diperkenalkan

oleh Cadbury Comittee di tahun 1992 yang menggunakan istilah

tersebut dalam laporan keuangan yang kemudian dikenal dengan

Cadbury Report. Cadbury (1992) menyatakan bahwa Good Corporate

Governance adalah suatu sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan. Corporate Governance (CG) menurut The

Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG, 2015) adalah:

“...serangkaian mekanisme yang mengarahkan serta

mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan

sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan”.

Sedangkan Good Corporate Governance (GCG) dalam

prespektif keberlanjutan dalam program Corporate Governance

Perception Index (CGPI, 2015) diartikan sebagai:

“...sistem serta mekanisme yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan dalam mewujutkan keberlanjutan

Page 7: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

16

perusahaan yang berorientasi pada aspek ekonomi, sosial dan

lingkungan”.

a. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Manfaat dari penerapan Good Corporate Governance menurut

(FCGI, 2001) adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kinerja perusahaan dengan terciptanya proses

pengambilan keputusan yang baik, meningkatkan efisiensi

operasional perusahaan, dan meningkatkan pelayanan

terhadap stakeholders.

2) Mempermudah perusahaan dalam memperoleh dana dan

pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat meningkatkan

corporate value.

3) Mengembalikan kepercayaan investor dalam menanamkan

modalnya di indonesia.

4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan

karena akan meningkatkan shareholders value dan deviden.

b. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Berdasarkan Pedoman Umum GCG Indonesia yang

dikembangkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance

(KNKG, 2006) terdapat 5 asas/prinsip yang menjadi pedoman

dalam penerapan GCG yaitu antara lain:

1) Transparansi

Untuk menjaga objektifitas dalam menjalankan bisnis,

perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan

Page 8: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

17

relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh

pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif

untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan

oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal penting

untuk mengambil keputusan oleh pemegang saham, kreditur

dan pemangku kepentigan lainnya (KNKG, 2006).

2) Akuntabilitas

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya

secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus

dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan

perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemengang saham dan pemangku kepentingan lain.

Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk

mencapai kinerja yang berkesinambungan (KNKG, 2006).

3) Resposibilitas

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan

serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha

dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good

corporate citizan (KNKG, 2006).

4) Independensi

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus

dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

Page 9: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

18

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain (KNKG, 2006).

5) Kewajaran

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus

senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lainnya berdasarkan kewajaran dan

kesetaraan (KNKG, 2006).

c. Struktur Good Corporate Governance

Alasana pihak manajemen dalam meningkatkan nilai

perusahaan, manajemen melakukan tindakan opertunis yaitu

dengan manajemen laba. Oleh karena itu, dengan adanya

pengawasan serta pengendalian dalam perusahaan akan

membatasi manajemen laba. Hal tersebut dapat diukur dengan

komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan

institusional serta kualitas audit yang merupakan sturktur GCG.

1) Dewan komisaris Independen

Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan

bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan

pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi serta

memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun

demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam

mengambil keputusan operasiona (KNKG, 2006).

Dewan Komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak

berasal dari pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris

Page 10: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

19

Independen dan komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud

dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan

bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali,

anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan

perusahaan itu sendiri, atau mantan anggota Direksi dan

Dewan Komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan

(KNKG, 2006).

Penerapan Good Corporate governance dapat diyakini akan

membatasi pengelolaan laba yang oportunis oleh pihak

manajemen. Untuk itu dengan adanya Good Corporate

governance yang baik maka akan memperkecil terjadinya

managemen laba dalam perusahaan sehingga peningkatan

komisaris independen dalam perusahaan dapat meminimalkan

tindakan manajemen laba yang dilakukan manajer

2) Kepemilikan Manajerial

Jensen dan Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan

manajerial berhasil menjadi mekanisme dalam mengurangi

masalah keagenan dari manajerial dengan menyelaraskan

kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham,

penelitian dari keduanya juga menemukan bahwa kepentingan

manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan

jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga

manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya.

Page 11: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

20

3) Kepemilikan Institusional

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang penting dalam

meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara

pemegang saham dan manajer.

Herawaty (2008) menyatakan bahwa investor institusional

yang sering disebut sebagai investor yang canggih sehingga

seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode

sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding

investor non institusional.

4) Komite Audit

Berdasarkan pedoman umum Komite Nasional Kebijakan

Governance KNKG (2006) tugas dan tanggung jawab dari

komite audit yaitu memastikan bahwa laporan keuangan

disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum, selanjutnya memastikan struktur pengendalian

internal perusahaan dilaksanakan dengan baik serta

memastikan pelaksanaan audit internal maupun eksternal

dilaksankan sesuai standar audit yang berlaku dan memastikan

tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.

Komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk

imbalan jasanya untuk disampaikan kepada dewan komisaris

serta jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan

kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan

Page 12: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

21

efektifitas dalam pengambilan keputusan selanjutnya komite

audit diketuai oleh komisaris independen dan anggotanya

dapat dari komisaris dan atau pelaku profesi dari luar

perusahaan (KNKG, 2006).

3. Manajemen Laba

Sudarsono (1994) menyatakan bahwa suatu perusahaan atau

organisasi memerlukan kerja sama orang-orang tertentu yang

dikoordinasi untuk mencapai tujuan organisasi, untuk mencapai tujuan

dengan baik maka kerja sama ini dikelola oleh seseorang, kerja sama

yang dikelola ini disebut manajemen, dan orang yang mengelola

disebut manajer. Jadi, manajer merupakan orang yang mengelola kerja

sama dalam organisasi guna mecapi tujuan.

Manajemen laba merupakan suatu kegitan yang dilakukan oleh

pihak manajemen dalam meningkatkan atau menurunkan laba

perusahaan dalam laporan keuangan. Manajemen laba memiliki tujuan

yaitu untuk peningkatan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam

periode-periode berikutnya terdapat perbedaan laba kumulatif

perusahaan dengan laba yang dapat diidentifikasi sebagai suatu

keuntungan (Herawaty, 2008).

a. Pemicu manajemen Laba

Herawaty (2008) menjelasakan bahwa terdapat faktor-faktor

pemicu manajemen laba, kaitannya dengan pihak-pihak yang

berkepentingan yaitu:

1) kontrak antara manajer dengan pemilik.

Page 13: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

22

2) Sebagai sumber informasi bagi investor di pasar modal.

3) kontrak hutang.

4) penetapan pajak oleh pemeritah, penetuan proteksi terhadap

produk, penentuan denda dalam suatu kasus dan lain

sebagainya.

5) Oleh karyawan untuk memita kenaikan upah dan lain

sebagainnya.

b. Motivasi manajemen laba

Sulistyanto (2008) menyatakan Ada tiga hipotesis dalam teori

akuntansi positif yang dipergunakan untuk mengunji perilaku etis

seseorang dalam mencatat transaksi dalam menyusun laporan

keuangan yaitu:

1) Bonus plan hypothesis

Rencana bonus atau kompensasi manajerial akan cenderung

memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang

akan membuat laba yang dilaporkan menjadi lebih tinggi.

Artinya bonus yang dijanjikan oleh pemilik perusahaan

kepada manajer perusahaan tidak hanya memotivasi pihak

manajer untuk bekerja lebih baik tetapi juga dapat memotivasi

pihak manejer untuk melakukan kecurangan terutama pada

informasi laporana keuangan (Sulistyanto, 2008). Hal tersebut

dilakukan oleh pihak manajer semata-mata untuk mencapai

tingkat kinerja yang memberikan bonus dengan cara

mempermainkan besar kecilnya angka-angka akuntansi.

Page 14: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

23

Akibatnya pemilik mengalami kerugian ganda, yaitu

memperoleh informasi palsu dan mengeluarkan sejumlah

bonus untuk sesuatu yang tidak semestinya (Sulistyanto,

2008).

2) Debt (equity) hypothesis

Perusahaan yang mempunyai rasio antara utang dan ekuitas

lebih besar cenderung memilih serta menggunakan metode-

metode akuntansi dengan melaporkan laba yang lebih tinggi

dan cenderung melanggar perjanjian utang apabila ada

manfaat dan keuntungan tertentu yang diperolehnya

(Sulistyanto, 2008). Arti dari keuntungan tersebut berupa

permainan laba agar kewajiban utang piutang dapat ditunda

untuk periode berikutnya.

3) Political cost hypothesis

Perusahaan cenderung memilih dan menggunakan metode-

metodek akuntansi yang dapat memperkecil ataupun

memperbesar laba yang dilaporkannya (Sulistyanto, 2008).

Konsep ini membahas bahwa manajer perusahaan cennderung

melanggar regulasi pemerintah seperti halnya perpajakan,

apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang

diperolehnya. Manajer akan mempermainkan laba sehingga

kewajiban pembayaran pajak tidak terlalu tinggi sehingga

alokasi laba sesuai dengan kemauan perusahaan (Sulistyanto,

2008).

Page 15: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

24

c. Proksi manajemen laba

Proksi manajemen laba yang lazim digunakan dalam

penelitian yaitu Unexpected accrual sebagai proksi manajemen

laba Penggunanan unexpected accrual atau yang sering disebut

discretionary accrual dipelopori oleh (Healy, 1985).

Discretionary accrual merupakan kebijakan akuntansi akrual

sebagai suatu cara untuk mengurangi pelaporan laba yang sulit

dideteksi malalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan

dengan akrual, misalnya dngan cara menaikan biaya amortisasi

dan depresiasi, mencatat kewajiban yang besar atas jaminan

produk garansi, kontijensi dan potongan harga dan mencatat

persediaan yang sudah usang (Herawaty, 2008).

d. Mendeteksi Manajemen Laba

Analisis manajemen laba umumnya berfokus pada

penggunaan kebijakan akuntansi akrual. Model yang digunakaan

untuk mengidentifikasi manajemen laba pada laporan keuangan

adalah Model Jones yang dimodifikasi. Model modifikasi jones

dirancang untuk mengeliminasi dugaan kecendrungan. Model

jones dengan pengukuran akrual diskresioner atas kesalahan

ketika diskresi digunakan melalui pengakuan pendapatan, model

modifikasi ini akrual nondiskresioner diestimasi selama tahun

peristiwa (Dechow et al., 1995).

Page 16: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

25

Sulistyanto (2008) Penentuan akrual diskresioner sebagai

indikator manajemen laba dapat dijabarkan dalam tahap-tahap

sebagai berikut.

1. Menentukan nilai total akrual (TA) dengan formulasi:

TAit = NIit − CFOit

2. Menentukan nilai parameter α1, α2, dan α3 dengan formulasi:

TAit = α1 + α2∆Revit + α3PPEit + εit

Lalu, untuk menskala data, semua variabel tersebut dibagi

dengan aset tahun sebelumnya (Ait) sehingga formulainya

berubah menjadi:

NDAit/Ait−1 = α1(1/Ait−1) + α2(∆Revit/Ait−1)

+ α3(PPEit/Ait−1) + ε1

3. Menghitung nilai akrual nondiskresioner (NDA) dengan

formulasi:

NDAit = α1(1/Ait−1) + α2(∆Revit/Ait−1 − ∆Recit/Ait−1 ) +

α3(PPEit/Ait−1)

4. Menentukan nilai akrual diskresioner yang merupakan

indikator manajemen laba akrual dengan cara mengurangi

total akrual dengan akrual nondiskresioner, dengan formulasi:

DAit = TAit/Ait−1 − NDA

Keterangan:

TAit = Total akrual perusahaan i dalam tahun t.

NIit = Laba bersih perusahaan i pada tahun t.

CFOit = Arus kas operasi perusahaan i pada periote t.

Page 17: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

26

NDAit = Akrual nondiskresioner perusahaan i pada tahunt.

DAit = Akrual diskresioner perusahaan i pada tahun t.

Ait−1 = Total aset pada perusahaan i pada tahun t-1.

∆Revit = Perubahan Penjualan bersih perusahaan i pada

tahun t.

∆Recit = Perubahan piutang perusahaan i pada tahun t.

PPEit = Property, plant, and equipment perusahaan i

pada tahun t.

α1, α2, α3 = Parameter yang diperoleh dari perusahaan regresi.

ε1 = Error term perusahaan i pada tahun t.

Berdasarkan penelitian Dechow et al. (1995) model Jones

dimodifikasi merupakan model yang paling kuat untuk

mendeteksi manajemen laba terdapat discrecioner accrual yang

signifikan. Murhadi (2009) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa metode yang paling sering digunakan untuk menilai

tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan adalah

metode discreytionary accrual. Jumlah discreytionary accrual

positif maka perusahaan melakukan peningkatan manajemen

laba. Selanjutnya, jika jumlah discreytionary accrual negatif

maka hal tersebut berati perusahaan melakukan penurunan

manajemen laba.

Menurut Herawaty (2008) praktek manajemen laba dinilai

merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan

memberikan informasi yang tidak relevan bagi investor sehingga teori

Page 18: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

27

keagenan memberikan pandangan bahwa masalah manajemen laba

dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good

corporate governance.

4. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan diartikan sebagai nilai pasar, nilai perusahaan

dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara

maksimum apabila semakin tinggi nilai harga saham maka makin tinggi

pula kemakmuran pemegang saham, untuk mencapai nilai perusahaan

umumnya para pemodal mengembankan tanggungjawab kepada pihak

yang profesional dibidangnya yaitu manajer atau komisaris (Suhartanti,

2016).

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa terjadinya

konflik keagenan disebabkan karena adanya pemisahan kepemilikan

serta pengendalian, karena konflik keagenan dapat menurunkan nilai

perusahaan. Maka apabila nilai perusahaan menurun maka kekayaan

yang dimiliki oleh pemegang saham perusahaan juga akan menurun

atau merugi serta akan berdampak pada pengawasan terhadap pihak

manajemen oleh pihak pemilik perusahaan.

Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak

hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek

perusahaan dimasa yang akan datang, nilai perusahaan merupakan

persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan (Randy,

2013). Enterprise value (EV) atau nilai perusahaan adalah konsep

krusial bagi para investor, dikarenakan merupakan mistar bagi pasar

Page 19: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

28

dalam menentukan baik buruknya perusahaan secara menyeluruh

(Nurlela, 2008).

Mengukur nilai perusahaan ada beberapa rasio yang dapat

digunakan, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah rasio

Tobin’s Q, rasio tersebut merupakan rasio yang dikembangkan oleh

Profesor James Tobin. Dinilai dapat memberikan informasi yang paling

baik, karena rasio ini dapat menjelaskan perbedaan crossectional dalam

pengambilan keputusan investasi. Rasio tersebut adalah konsep yang

dapat menunjukan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil

pengambilan setiap dana yang diinvestasikan kepada perusahaan yang

dituju. (Kristanti, 2016).

Menurut Sudiyatno dan Puspitasari (2010) terdapat interprestasi

dari skor Tobin’s Q, yaitu sebagai berikut :

1) Tobin’s Q < 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi

undervalued. Artinya manajemen tidak mampu mengelola aktiva

perusahaan dengan baik yang megakibatkan potensi pertumbuhan

investasi menjadi rendah (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).

2) Tobin’s Q = 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi

average. Artinya manajemen stagnan dalam mengelola aktiva

yang mengakibatkan potensi pertumbuhan investasi menjadi

tidak seimbang (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).

3) Tobin’s Q > 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi

overvalued. Artinya manajemen telah berhasil dalam mengelola

Page 20: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

29

aktiva perusahaan dengan baik sehingga potensi pertumbuhan

investasi menjadi tinggi (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).

C. Rerangka Pemikiran

Berdasarkan telaah pustaka di atas, berikut ini adalah rerangka

pemikiran yang digambarkan dalam bentuk diagram skematik:

Gambar 2. 1 Rerangka Pemikiran

D. Perumusuan Hipotesis

1. Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan

Manejemen laba merupakan suatu kegiatan dilakukan oleh pihak

manajemen dalam meningkatkan atau menurunkan laba perusahaan

dalam laporan keuangan. Manajemen laba memiliki tujuan yaitu untuk

peningkatan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam periode-

2. Dewan Komisaris

Independen

3. Kepemilikan Manajerial

4. Kepemilikan

Institusional

5. Komite Audit

Manajemen Laba Nilai Perusahaan

Variable Pemoderasi

Independent

Variable

Dependent

Variable

Page 21: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

30

periode berikutnya perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba

yang dapat diidentifikasi sebagai suatu keuntungan (Herawaty, 2008).

Asimetri antara manajemen dan pemilik perusahaan dapat

memberikan kesempatan bagi manajer untuk melakukan praktik

menajemen laba guna meningkatkan nilai perusahaan pada saat

tertentu.

Asimetri informasi antara agen dan pemilik perusahaan

mengakibatkan agen dapat bertindak yang hanya menguntungkan

dirinya sendiri dengan mengabaikan kepentingan pemilik. Manipulasi

yang dilakukan manajemen perusahaan membuat investor kehilangan

kepercayaan atas investasinya, sehingga menyebabkan investor

melakukan penarikan dana yang telah diinvestasikan sebelumnya. Oleh

karena itu, diperlukan perlindungan terhadap kepentingan investor dari

perilaku penyimpangan yang dilakukan pihak manajemen (Ridwan dan

Gunardi, 2017).

Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas operasi yang

dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini. Herawaty (2008) menguji

sifat kandungan informasi komponen akrual dan komponen aliran kas

apakah terefleksi dalam harga saham. Terbukti bahwa kinerja laba yang

berasal dari komponen akrual sebagai aktivitas manajemen laba

memiliki persistensi yang lebih rendah dibandingkan aliran kas. Laba

yang dilaporkan lebih besar dibandingkan aliran kas operasi yang dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

Page 22: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

31

Kristanti (2016) menyatakan bahwa manajemen laba memiliki

pengaruh negatif yang signifikan terhadap nilai perusahaan, artinya

perusahaan yang melakukan manajemen laba yang tinggi akan dapat

membuat nilai perusahaan menjadi lebih rendah.

Manajemen laba dimotivasi dengan adanya tekanan maupun

dorongan manajer untuk menghasilkan laba jangka pendek yang tinggi.

Oleh karena itu, jika manajemen melakukan manajemen laba pada

tahun sekarang maka otomatis laba yang dilaporkan meningkat yang

pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan, maka jika

kinerja perusahaan meningkat maka otomatis harga pasar saham

menigkat sehingga nilai perusahaan dimata investor akan meningkat.

Namun, pada tahun berikutnya laba perusahaan akan berkurang

sehingga nilai perusahaan akan mengalami penurunan. Berdasarkan

uraian tersebut maka penulis merumuskan hipotesis pertama sebagai

berikut:

H1: Manajemen laba berpengaruh negatif terhadap nilai

perusahaan.

2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap hubungan

antara manajemen laba terhadap nilai perusahaan

Berdasarkan pedoman umum Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG, 2006) Dewan Komisaris diartikan sebagai organ

perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk

melakukan pengawasan dan pemberian nasehat kepada Direksi serta

memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian,

Dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan

Page 23: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

32

operasional dikarenakan kedudukan masing-masing anggota Dewan

Komsaris termasuk Komisaris Utama adalah setara (KNKG, 2006).

Herawaty (2008) menguji hubungan antara manajemen laba

dengan nilai perusahaan yang dimoderasi oleh corporate governance.

Hasil penelitiannya membuktikan bahwa komisaris independen, kulitas

audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi

manajemen laba dengan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut

maka penulis merumuskan hipotesis ke dua yaitu :

H2: Dewan Komisaris Independen memoderasi hubungan antara

manajemen laba terhadap nilai perusahaan.

3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap hubungan antara

manajemen laba terhadap nilai perusahaan

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa proporsi

kepemilikan manajerial saham yang dikontrol oleh manajer dapat

mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan serta dapat

menyejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga

motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba akan berkurang.

Berdasarkan penelitian dari Darwis (2012) yang menyatakan

bahwa variabel moderating kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

terhadap hubungan antara manajemen dan nilai perusahaan. Hal

tersebut juga mendukung penelitian dari Herawaty (2008) yang

menyatakan bahwa kepemilikan manajerial bukan merupakan variabel

pemoderating. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar

kontribusi perusahaan-perusahaan terhadap kepemilikan manajerial

Page 24: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

33

masih sangat kecil artinya pemegang saham dari pihak manajemen

belum cukup tinggi untuk mendominasi keputusan dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merumuskan hipotesis

ketiga sebagai berikut::

H3 : Kepemilikan manajerial tidak mampu memoderasi

hubungan antara manajemen laba terhadap nilai

perusahaan.

4. Pengaruh kepemilikan Institusional terhadap hubungan antara

manajemen laba terhadap nilai perusahaan

Apabila Pengelolaan laba efisien maka kepemilikan institusional

yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba tetapi apabila

pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan oportunis maka

kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi manajemen

laba (Darwis, 2012).

Herawaty (2008) menguji hubungan antara manajemen laba

dengan nilai perusahaan yang dimoderasi oleh corporate governance.

Hasil penelitiannya membuktikan bahwa komisaris independen, kulitas

audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi

manajemen laba dengan nilai perusahaan. Hal ini mendukung

penelitian Darwis (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan

institusional ternyata mampu memoderasi hubugan manajemen laba

terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis

merumuskan hipotesis ke empat yaitu :

H4: Kepemilikan institusional memoderasi hubungan antara

manajemen laba dengan nilai perusahaan.

Page 25: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/39746/3/BAB II.pdf · tindakan-tindakan manajer yang tidak diinginkan serta ... Sulistyanto (2008) menyatakan

34

5. Pengaruh komite audit terhadap hubungan antara manajemen

laba terhadap nilai perusahaan

Berdasarkan pedoman umum Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG, 2006) tugas dan tanggung jawab dari komite audit

yaitu memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, selanjutnya

memastikan struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan

dengan baik .

Salah satu fungsi komite audit ialah membantu dewan komisaris

dalam melakukan pengawasan dan mengvaluasi kinerja dari

perusahaan tersebut (KNKG, 2006). Bisa dikatakan bahwa tanggung

jawab serta peran dari komite audit sangat vital dalam pelaksanaan

GCG. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merumuskan hipotesis

ke lima yaitu:

H5: Komite Audit memoderasi hubungan antara manajemen

laba terhadap nilai perusahaan.