22
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian Mabruroh (2004) bertujuan untuk menganalisis manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan. Obyek penelitian yang digunakan adalah bank-bank yang go publik di BEI selama periode tahun 1999-2000 sebanyak 22 bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel pemodalan (CAR) likuiditas (LDR dan GWM) rentabilitas (ROA dan ROE) kualitas aktiva (NPL) efisiensi (BOPO dan NIM) berpengaruh terhadap kinerja perbankan. Secara parsial variabel ROA, ROE, CAR dan BOPO tidak berpengarh signifikan terhadap kinerja perbankan sedangkan NPL dan NIM secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan. Pengaruh risiko terhadap ROA menurut Mabruroh (2004) adalah semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Penelitian terdahulu ini berkaitan dengan penelitian yang digunakan sekarang terutama variabel-variabel yang digunakan yaitu likuiditas (LDR dan GWM) permodalan (CAR) kualitas

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/43377/3/BAB II.pdf6 BAB II LANDASAN TEORI . A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian Terdahulu . Penelitian Mabruroh

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Mabruroh (2004) bertujuan untuk menganalisis manfaat

dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan.

Obyek penelitian yang digunakan adalah bank-bank yang go publik di

BEI selama periode tahun 1999-2000 sebanyak 22 bank. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara simultan variabel pemodalan (CAR)

likuiditas (LDR dan GWM) rentabilitas (ROA dan ROE) kualitas aktiva

(NPL) efisiensi (BOPO dan NIM) berpengaruh terhadap kinerja

perbankan. Secara parsial variabel ROA, ROE, CAR dan BOPO tidak

berpengarh signifikan terhadap kinerja perbankan sedangkan NPL dan

NIM secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan.

Pengaruh risiko terhadap ROA menurut Mabruroh (2004) adalah

semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung

pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis

terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya.

Setelah kredit diberikan bank wajib melakukan pemantauan terhadap

penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam

memenuhi kewajibannya. Penelitian terdahulu ini berkaitan dengan

penelitian yang digunakan sekarang terutama variabel-variabel yang

digunakan yaitu likuiditas (LDR dan GWM) permodalan (CAR) kualitas

7

aktiva NPL dan efisiensi (BOPO dan NIM). Penelitian terdahulu ini

berkaitan dengan penelitian yang digunakan sekarang terutama variabel-

variabel yang digunakan yaitu risiko kredit (NPL), profitabilitas (ROA).

Penelitian Yang dilakukan oleh Tan Sau Eng (2013) yang berjudul

Analisis Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL & CAR terhadap ROA bank

internasional dan bank nasional go public periode 2007-2011. Penelitian

ini menggunakan teknik purposive sampling, melibatkan 7 bank publik di

Indonesia sebagai sampel dan data dianalisis dengan berbagai metode

regresi. Hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel independen secara

bersamaan berpengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan secara

parsial hanya NIM, LDR dan NPL yang memiliki pengaruh signifikan.

Lebih lanjut, hasilnya juga menunjukkan bahwa variabel dengan efek

paling dominan adalah NIM.

Penelitian yang dilakukan oleh Afir fajar (2013) yang berjudul

Analisis faktor internal dan Eksternal bank yang mempengaruhi

profitabilitas bank umum di Indonesi yang terdiri dari Capital Adequacy

Ratio(CAR), Non performa Loan (NPL), BOPO, loan To Deposito ratio

(LDR), dan faktor ekternal bank yang terdiri dari nilai tukar rupiah

terhadap dolar, dan tingkat inflasi untuk Return On Asset (ROA) dari

bank umum dan menggunakan data dkunder yamh fiterbitkan oleh bank

indonesi dengan periode 2007-2010. hasilnya menunjukan eksternal bank

dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA bank umum.

8

sedangkan faktor eksternal secara sognifikan berpengaruh terhadap ROA

bank umum.

penelitian yang dilakukan oleh Budi Ponco (2008) yang berjudul

analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA

pada bank yang terdaftar di BEI periode 2004-2007 dengan

menggunakan alat analisis regresi linear berganda. pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependent yang dapat di terangkan oleh

model persamaan koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 50.5 % dan

sisanya sebesar 49,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak

dimasukan dalam model transformasi regresi. dari hasil analisis uji t

diperoleh hasil dengan 4 variabel independent berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependent, dengan tingkat signifikan masing-masing

sebesar 0,00. sedangkan NPL memilki pengaruh negatif terhadap

variabel ROA, akan tetapi berpengaruh signifikan terhadap ROA.

berdasarkan penelitian terdahulu penelitian yang akan dilakukan

memiliki persamaan yaitu menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi profitabilitas perbankan. akan tetapi, secara keseluruhan

perbedaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya yaitu pada periode

penelitian, dalam penelitian ini menggunakan periode tahunan yaitu

tahun 2016 sampai dengan tahun 2018

9

2. Landasan Teori

2.1 Pengertian Bank

Menurut undang-undang RI No. 7 Tahun 1992 yang telah

diubah dengan Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang tentang

perbankan. Bank adalah badan usaha yang mengimpun dana ddari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada

masyarakt dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Meurut Hasibuan (2004) bank adalah sebagai lembaga

perantara, fasilitas yang mendasari kegiatan usaha bank

kepercataan masyarakat. Bank dituntut untuk selalu

memperhatikan kepentingan masyarakat disamping kepentingan

bank itu sendiri dalam mengembangkan usaha. Selain itu, Bank

juga harus bermanfaat dalam pembanguan ekonomi nasional

sesuai fungsinya sebagai Agent Of Defelopment dalam rangka

mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

ekonomi.

Pengertian bank menurut dendawijaya (2005), bank adalah

suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

perantara keuangan yang menyalurkan dana dari pihak yang

berkelebihan dan kepada pihak yang membutuhkan dana atau

kekurangan dana pada waktu yang ditentukan.

10

Perbankan menurut Taswan (2006), perbankan merupakan

satu-satunya perusahaan yang mendapatkan jaminan dari

pemerintah atas aktifitas usahanya. Dalam regulasi perbankan,

bukan hanya produk dan layanan yang ditawarkan bank yang

diregulasi, namun lembaga bank itu sendiri juga diatur dengan

ketat. Regulasi yang sedemikian ketat perlu disusun mengingat

kegagalan bank dapat memiliki dampak panjang yang mendalam

terhadap perekonomian.

Sedangkan perbankan meurut manurung (2004), sebagai

lembaga keuangan, aset terbesar yang dimiliki oleh bank umum

adalah aset fasilitas, semakin besar aset yang dimiliki sebua bank,

biasanya porsi aktiva tetapnya semakin kecil.

2.2 Peran dan Fungsi Bank

a. Peranan Bank Umum

Peranan Bank umum dalam perekonomian dapat dilihat

sebagai berikut:

1) Menyediakan berbagai jasa perbankan

Dewasa ini bank umum ditinjau dari segi operasionalnnya

dapat diibaratkan sebagai tokoh serba ada bagi penyedia

jasa, bank di bidang yang ada kegiatannya dengan

keuangan maupun yang tidak ada berkaitan dengan

keuangan, di samping melaksanakan tugas pokok sebagai

11

perantara keuangan. Bank menjual produk keuangan yang

bermacam ragamnya.

2) Sebagai Jantungnya Perekonimian

Dipandang dari segi perekonomian, bank-bank umum

perperan sebagi jantungnya perekonomian suatu negara.

Uang mengalir kedalam bank, kemudian oleh bank

diedarkan kembali kedalam sistem perekonomian agar

proses perekonomian tetap berjalan. Proses ini

berlangsung terus menerus tanpa henti. Jadi, sistem

perbankan komersial di suati negara sangat penting bagi

berjalannya perekonomian negara tersebut.

3) Melaksanakan Kebijakan Moneter

Bank umum berperang pula sebagai wahana untuk

mengefektifkan kebijakan pemerinyah dibidang

perekonomian melalui pengendalian jumlah uang yang

beredar dengan mematuhi cadangan wajib. Jika jumlah

uang berlebih, maka inflasi akan terjadi diseratai dengan

akibat-akibat buruk yang akan mengganggu

perekonomian. Karena itulah bank sentral indonesia

bertugas mengendalikan jumlah uang yang beredar,

pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan kesempatan

kerja yang memadai. Bank umum bertindak sebagai sarana

12

yang menjalankan kebijaksanaan bank sentral indonesia

tersebut.

b. Fungsi Bank Umum

Fungsi-fungsi yang dilakukan bank umum dapat

digolongkan sebagai berikut :

1) Menghimpun dana dari masyarakat

Bank umum memberikan jasa yang sangat penting bagi

kelancaran perekonomian dengan memberikan fasilitas

untuk menghimpun tabungan masyarakat untuk tujuan

ekonomi dan sosial melalui proses tabungan.

2) Memberikan pinjaman (kredit)

Fungsi utama bank umum adalah pemberi kredit kepada

para peminjam. Dalam pemberian kredit, bank umum

memberikan pelayanan sosial yang besar karena melalui

kegiatannya produksi dapat ditingkatkan. Investasi barang

modal dapat siperluas dan pada akhirnya hidup yang lebih

tinggi dapat dicapai

3) Mekanisme pembayaran

Salah satu mekanisme pembayaran yang sanagat penting

adalah pemindahbukuan dana dengan berbagai cara bank

umum. Fungsi ini menjadi semakin penting karena

pengguna cek, kartu kredit, dan ATM.

4) Menciptakan Uang giral

13

Bank menciptakan uang giral untuk mensuplai dana-dan

yang dibutuhkan masyarakat, kredit dan investasi bank

dapat membiayai produksi, distribusi, investasi, konsumsi,

dan kebutuhan pemerintah. Dengan kredit, bank mensuplai

uang itu dibutuhkan dalam waktu yang tepat. Apabila

kebutuhan telah terpenuhi, kredit tersebut dilunasi, uang

tersebut hilang dalam sirkulasi.

2.3 Jenis-jenis Bank

Adapun jenis-jenis bank dapat ditinjau dari berbagai segi

antara lain :

a. Dilihat dari segi funsinya

Menurut undang-undang pokok perbankan No 7 tahun

1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnnya undang-undang

RI nomor 10 tahun 1998 maka jenis-jenis perbankan terdiri

dari :

1) Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan usahannya

secara konvesioanal atau berdasarkan prinsip syariat

yangdalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayarn

2) Bank perkreditan rakyat (BPR)

Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usahannya secara konvesional atau berdasarkan

14

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

jasa dalam lalulintas pembayaran.

b. Dilihat dari segi kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa

saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari

akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang

bersangkutan. Jenis-jenis bank yang dilihat dari segi

kepemilikan adalah sebagai berikut :

1) Bank milik pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnnya dimiliki

ileh pemerintah, sehingga seleuruh keuntungan bank ini

dimiliki oleh pemerintah pula.

2) Bank milik swasta Nasional

Bank yang seluruh astu sebagain besarnya dimiliki oleh

swasta nasional serta akte pendirianyapun didirikan oleh

swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk

keuntungan swasta pula.

3) Bank milik koperasi.

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh

perusahaan yang berbadan hukum koperasi.

15

4) Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar

negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing.

Kepemilikanmnya dimilki oleh pihak luar negeri.

5) Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak

asing dan pihak swasta nasional, kepemilikan sahamnya

secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia.

2.4 Kinerja Perbankan

Aktivitas sosial perusahaan merupakan salah satu

komponen yang digunakan dalam laporan tahuanan, belum

adanya standar buku yang mengatur tentang pelaporan aktivitas

sosial perusaan menyebabkan adanya keanekaragaman bentuk

pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan. Setiap

perusahaan mempunyai kebijakan yang berbeda-beda mengenai

pengungkapan sosial dengan kteatifitas perusahaan. Hal ini

menimbulkan masalah dalam pengukuran pengungkapan sosial.

Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya

sangat tergantung pada kinerja perusaan tersebut. Kinerja

merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan,

karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan

dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki.

16

Kinerja adalah hasil nyata yang dicapai, dipergunakan

untuk menunjukan dicapainnya hasil yang positif, kinerja bank

dapat diketahui melalui penilaian tentang tingkat kesehatan bank,

yang pada standarnya telah diatur oleh bank indonesia. Kinerja

menunjukan suatu yang berhubungan dengan kekuatan dan

kelemahan perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat

dimanfaatkan dan kelemahanpun harus diketahui agar dapat

dilakukan langkah-langkah perbaikan.

Meurut Faisal (2001), kinerja keuangan adalah bagian dari

kinerja bak secara keseluruhan yang merupakan gambaran yang

dicapai bank dalam operasionalnya. Baik menyangkut aspek

keuangan, pemasaran, penghimpun dan penyaluran dana,

teknologi maupun sumber daya manusia.

Menurut triandaru (2006), penilaian kinerja bank

mencangkup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang

terdiri dari permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas,

liquiditas, dan sensitifitas terhadap resiko pasar. Pendekatan

kualitatif atas berbagai macam aspek yang mempengaruhi

terhadap kondisi dan perkembangan dan kondisi suatu bank

dalam pelaksanaan penilainnya dilakukan dengan menguantifikasi

komponen nasing-masing faktor. Faktor-faktor tersebut terkecuali

manajemen, di analisis dengan rasio keuangan.

17

2.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan faktor yang memberikan

kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk

mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang

saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas

perusaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial,

Hasibuan (2001)

Meurut sartono (2001) profitabilitas adalah kekmampuan

perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungan dengan

penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan menurut

hendra (2009) prifitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam

menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba

perusahaan maupun nilai ekonomis penjualan, aset bersih

perusahaan maupun modal sendiri.

Menurut kasmir (2011), profitabilitas adalah rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

Sedangkan menurut fahmi (2011) rasio profitabiltas adalah rasio

untuk mengukur efektifitas manajemen secara keseluruahan yang

ditunjukan oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Pada dasarnya

tujuan utama suatu perusahaan adalah menghasilkan lab yang

yang optimal dari pengguna aktiva (kekayaan) suatu perusahaan,

18

dimana dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan

suatu perusahaan sehingga dapat menghasilkan laba.

Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut maka dapat dapat

disimpulkan bahwa perputaran persedian merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur berapa kali jumlah persedian dimiliki

atau mengalami perputaran selama periode tersebut.

2.6 Laporan Keuangan

Menurut Sudarini (2005), Laporan keuangan merupakan

salah satu sumber informasi yang menggambarkan secara

menyeluruh tentang kondisi dan perkembangan perusahaan,

sehingga dapat menjadi salah satu sarana menilai tingkat

profesionalisme perusahaan yang bersangkutan dalam melakukan

kegiatan pengusaha. Laporan keuangan ini menunjukkan kinerja

manajemen bank selama periode tertentu. Keuntungan dengan

membaca laporan ini yaitu pihak manajemen dapat memperbaiki

kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang

dimiliki. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses

akutansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi

antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas

perusahaan tersebut. Banyak pihak yang mempunyai kepentingan

untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari

bank karena masingmasing pihak mempunyai kepentingan yang

19

berbeda disesuaikan dengan sifat dan kepentingan masing-

masing.

Menurut Munawir (2002) pihak- pihak yang

berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan

suatu perusahaan adalah :

a. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan

keuangan perusahaannya, karena dengan laporan tersebut

pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya

manajer dalam memimpin perusahaannnya dan kesuksesan

manajer dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaann.

b. Manajer atau pemimpin perusahaan, dengan mengetahui

posisi keuangan perusahannya periode yang baru lalu akan

dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki

sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan-

kebijaksanaan yang lebih tepat.

c. Para investor, mereka berkepentingan terhadap prospek

keuntungan dimasa mendatang dan perkembangan

perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan

investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi

keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.

d. Para kreditur dan bankers, sebelum mengambil keputusan

untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu

20

perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi

keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

e. Pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang harus

ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan oleh BPS.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja sebagai

dasar perncanaan pemerintah.

Menurut Kasmir, (2004) Pembuatan laporan keuangan

memiliki tujuan tersendiri. Secara umum, tujuan pembuatan

laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan

jenis-jenis aktiva yang dimiliki.

b. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban

dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek maupun jangka

panjang.

c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan

jenis-jenis modal bank waktu tertentu.

d. Memberikan informasi keuangan tentang hasil usaha yang

tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan

sumber-sumber pendapatan bank tersebut.

e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya

yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan

dalam periode tertentu.

21

f. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang

terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank.

g. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam

suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

2.7 Analisis Rasio Keuangan

Menurut Munawir (2002), Analisis rasio keuangan adalah

metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu

dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun

secara kombinasi dari kedua laporan tersebut.

Menurut Dendawijaya (2001), Dengan menggunakan

analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan tingkat

kinerja suatu bank. Rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan

menjadi :

a. Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan

terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-

kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah

jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering

dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank yaitu Cash

Ratio, Reserve Requirement, Loan to Deposit Ratio, Loan to

Asset Ratio, Rasio kewajiban bersih call money

22

b. Rasio Solvabilitas

Analisis solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban

jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping

itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan

antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari berbagai

utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-

sumber lain diluar model bank sendiri dengan volume

penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang

dimiliki bank. Beberapa rasionya adalah Capital Adequacy

Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Asset

Ratio

c. Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk

menganalisis atau mengukur tingkat efesiensi usaha dan

profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula

digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam

perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari

hubungan timbal balik antarpos yang terdapat pada laporan

laba rugi ataupun hubungan timbal balik antarpos yang

terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada

23

neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang

bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan

profitabilitas bank yang bersangkutan. Analisis rasio

rentabilitas suatu bank pada bab ini antara lain yaitu Return

on Asset, Return on Equuity, Net Profit Margin, rasio biaya

operasional.

2.8 Return On Total Assets (ROA)

Menurut Husnan dana Pudjiastuti (2004) Return On Total

Assets adalah rasio yang menunjukan seberapa banyak laba bersih

yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimilki

perusahaan. Karena ini dipergunakan angka laba bersih sebelum

pajak dan total aktiva peushaan. Return on total Assets di

dasarkan pada pendapatan, karena aktiva didanai oleh para

pemegang saham dan kreditor. Maka rasio ini harus dapat

memberikan ukuran produktivitas aktiva dalam pengembalian

kepada para penanam modal tersebut.

Dalam analisis tentang profitabilitas bank. Rasio Return on

Total Assets merupakan hal yang paling efektif sebagai dasar

analisis untuk mengetahui kinerja suatu perbankan didalam

pemberdayaan seluruh sumber daya yang dimilikinya untuk

menghasilkan profit yang maksimum.

Alasan dipilih ROA sebagai fokus kinerja bank dalam

mengukur tingkat profitabilitas adalah bahwa ROA digunakan

24

untuk megukur efektifitas sebua bank didalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA

merupakan rasio antara laba sesudah objek terhadap total assets.

Semakain besar ROA menunjukan kinerja bank perusahaan

semakin baik. Karena tingkat kembalian (return) semakin besar.

Rasio ON Tottal Assets (ROA) merupakan indikator

keberhasilan perusahaan ada pengelolaan kekayaan yang dimiliki

perusahaan. Sehingga dengan meningkatya rasio Return On Total

Assets mencerminkan kinerja perusahaan baik dalam mengelola

kekayaan yang dimilikinya. Sehingga, dapat menghasilkan

keuntungan data laba.

berdasarkan alasan tersebut ROA dijadikan indikator dari

bank Performance atau kinerja bank dalam penelian ini. Rumus

yang digunakan dalam menghitung ROA adalah :

ROA =

2.9 Non Perfomance Loan (NPL)

Non Performance loan atau kredit bermasalah adalah

kendala yang harus dihadapi oleh bank. Dengan adanya kredit

seperti itu bank dituntut untuk lebih berhati-hati sehingga kredit

yang tadinya bermasalah bisa menjadi kredit yang bermutu tetapi

jika penanganannya tidak serius maka kredit tersebut akan

menjadi kredit macet yang bisa saja dihapus bukukan.

25

pekerjaan penanganan kredit bermasalah bukanlah hal yang

mudah dan murah, baik terjadi likiditas ataupun tidak. Inilah

alasan perlu adanya tindakan-tindakan pencegahan sehingga

masalah-masalah dapat diketahui sebelum situasi berkembang

menjadi kredit bermasalah yang akhirnya macet. Rumus yang

digunakan dalam menghitung NPL adalah :

NPL =

2.10 Loan To Deposito Ratio (LDR)

Menurut sudarini (2005), Loan To Deposito rasio

merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi.

Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada

saat adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan

dari aktiva lancar yang dimilki perusahaan. Sebagaimana rasio

likuiditas yang digunakan dalam perusahaan secara umum juga

berlaku bagi perbankan. Bank yang memiliki total aset besar,

mempunyai kesempatan untuk menyalurkan kreditnya kepada

pihak peminjam dalam jumlah yang lebih besar, sehingga

memperoleh keuntungan yang tinggi.

Menurut Siamat (2005), Pengelolaan likuiditas

merupakan salah satu masalah yang kompleks dalam kegiatan

26

operasional bank, hal tersebut dikarenakan dana yang dikelola

bank sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang sifatnya

jangka pendek dan dapat ditarik sewaktu-waktu. Sebagaimana

rasio likuiditas yang digunakandalam perusahaan secara umum

juga berlaku bagi perbankan. Namun perbedaannya dalam

likuiditas perbankan tidak diukur dari acid test ratio maupun

current ratio, tetapi terdapat ukuran khusus yang berlaku untuk

menentukan likuiditas bank sesuai dengan peraturan Bank

Indonesia. Rasio likuiditas yang lazim digunakan dalam dunia

perbankan terutama diukurdari Loan to Deposit Ratio (LDR).

Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi

Indonesia, dan sejak akhir tahun 2001 bank dianggap sehat

apabila besarnya LDR antara 80% sampai dengan 110%.

Besarnya LDR dihitung sebagai berikut :

LDR =

2.11 BOPO

Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif

terhadap rentabilitas bank dapat yang diukur dengan

menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan

operasional. Hal ini disebabkan setiap peningkatan operasi akan

berakbiat pada menurunya laba sebelum pajak dan akhirnya

akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang

bersangkutan. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan

27

Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan

operasiona. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan.

Dendawijaya (2003), BOPO digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi dan kemampuan bankdalam melakukan

kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada

prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya

dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga

dan hasil bunga.

Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14

Desember 2001, BOPO diukur dari perbandingan antara biaya

operasional terhadap pendapatan operasional. Biaya operasi

merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka

menjalankan aktivitas usaha pokoknya (biaya bunga, biaya

tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya).

Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu

pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam

bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Adapun Rumus

yang digunakan dalam menghitung BOPO adalah :

BOPO =