Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU
A. Penelitian Terdahulu
Peneliti terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan atau tinjauan
pustaka yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk
dapat menganalisa penelitian ini. Berikut adalah beberapa hasil penelitian
yang dijadikan sebagai referensi peneliti tentang partisipasi konsumen
terhadap branding media sosial.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Angga Puspa Wardani (2016)
Judul “Partisipasi Konsumen Melalui Media Sosial Branding
(Survey pada Konsumen Batik Air)”. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1)
Untuk memperoleh gambaran partisipasi konsumen melalui media sosial;
(2) Untuk memperoleh gambaran partisipasi konsumen Batik Air melalui
media sosial dalam pemasaran brand Batik Air.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum
responden memiliki tingkat keaktifan yang tinggi dalam menggunakan
media sosial. Namun, ketika bersangkutan dengan pemasaran brand Batik
Air, sebagian besar responden cenderung pasif. Terdapat beberapa faktor
yang menjadi penyebab hal tersebut terjadi. Faktor pertama yaitu
responden tidak merasa tertarik dengan konten yang diberikan oleh Batik
Air melalui media sosial. Faktor kedua yaitu akibat dari kurangnya minat
responden terhadap konten Batik Air maka responden tidak merasa perlu
untuk berpartisipasi di media sosial terkait dengan Batik Air. Faktor ketiga
yaitu Batik Air belum melakukan pengelolaan media sosial dengan baik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Bernadeth Bellanita Astri 2017
Judul “Brand personality HUMBLEZING (analisis isi kualitatif
brand personality koleksi pakaian humblezing dalam instagram) Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendeskripsikan Brand
Personality Humblezing yang dikomunikasikan melalui Instagram.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Humblezing
merupakan brand fesyen lokal dengan karakter kuat yang telah
mempertahankan eksistensinya sejak tahun 2013 di Instagram. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti konten Instagram Humblezing
dan mendeskripsikan brand personality yang dikomunikasikan dalam
masing-masing konten. Peneliti menyaring enam konten dari tiga koleksi
pakaian yang dirilis di tahun yang berbeda, lalu melakukan analisis konten
dengan menguraikan tanda verbal dan nonverbal, serta melakukan
identifikasi dan pemaknaan tanda dengan model tanda triadic Peirce. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Humblezing telah melakukan
komunikasi visual secara konsisten karena keenam konten menampilkan
brand personality yang sama. Dengan begitu, Humblezing mampu
meningkatkan hubungan emosional dengan konsumen, membangun brand
yang kuat, dan pada akhirnya menciptakan brand loyalty.
B. Landasan Teori
Teori merupakan dasar pembuatan unit analisis penelitian dan
diperlukan untuk menganalisis serta menginterpretasikan data-data yang
diperoleh dari penelitian yang dilakukan . oleh karena itu, untuk menjelaskan
bagaimana partisipasi konsumen melalui media sosial dalam branding AirAsia
Indonesia, maka penelitian ini akan menggunakan teori sebagai berikut :
1. Model Komunikasi Laswell
Munculnya konsep tentang model komunikasi memberikan sebuah
kemajuan dalam bidang keilmuan komunikasi. Terdapat beberapa model
komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa pakar ilmuan komunikasi.
Perbedaan dari model-model ini terlihat dari perbedaan latar belakang
paradigmanya yang digunakan dan kemajuan teknologi yang sedang
berkembang saat itu. Salah satu model komunikasi verbal adalah model
komunikasi Laswell.
Laswell menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What in Which
Channel To Whom What Effect (Siapa Mengatakan Melalui Saluran Apa
Kepada Siapa Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan paradigmatic
Laswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi yang meliputi:
komunikator, pesan media. Komunikan dan efek.1 Paradigma tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Who: Komunikator, orang yang menyampaikan pesan
2. Says What: Pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang
3. In Which Channel: Media; sarana atau saluran yang mendukung
pesan yang disampaikan
4. To Whom: Komunikan; orang yang menerima pesan.
5. With What Effect: Efek dampak sebagai pengaruh pesan atau dapat
juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.
a. Unsur Komunikasi Model Laswell
Adapun unsur ataupun elemen yang mendukung terjadinya suatu
komunikasi sebagai berikut:2
1. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Sumber sering disebut pengirim,
komunikator (source, sender).
1 Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung PT.Citra Aditya
Bakti. Hlm. 253 2 Cangara Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hlm. 23-
26
2. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu
yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat
disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media
komunikasi. Isinya biasa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,
informasi, nasihat atau propaganda.
3. Media
Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Dalam
komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan
antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap
orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya.
4. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran yang dikirim oleh
sumber. Penerima biasa terdiri dari satu orang atau lebih, biasa
dalam bentuk kelompok, organisasi atau Negara. Penerima dalah
elemen yang penting dalam proses komunikasi, karena yang
menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima
oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang
seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau
saluran.
5. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah
menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan,
sikap, dan tingkah laku seseorang. Karena ini, pengaruh biasa juga
diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan,
sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.
6. Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah
salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima.
Tetapi, sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain
seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada
penerima.
7. Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor - faktor tertentu yang dapat
mempengaruhi jalannya komunikasi.
b. Hambatan Komunikasi
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif.
Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah
seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada
banyak hambatan yang dapat merusak komunikasi. Berikut ini adalah
beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi
perhatian bagi komunikasi kalau ingin komunikasinya sukses.3
2. New Media (media baru)
Akhir-akhir ini istilah new media sering sekali muncul pada lingkup
keilmuwan komunikasi. New media syarat dengan alat-alat canggih yang
bersifat sedikit modern. New media juga identik dengan sesuatu bersifat
digital dan erat kaitannya dengan alat seperti komputer, handphone atau
smartphone. Munculnya istilah ini ditandai juga dengan adanya teknologi
internet yang membuat kehidupan manusia lebih memudahkan dalam
berkehidupan. Teknologi ini membantu manusia dalam hal pekerjaan,
pendidikan, sampai pada kehidupan sosial.
New media terdiri dari 2 kata yaitu New dan Media. New yang berarti
baru dan media yang berarti perantara. Jadi New Media merupakan sarana
perantara yang baru. Menurut Dennis McQuail dalam bukunya teori
komunikasi massa ciri utama media baru adalah adanya saling keterhubungan,
aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim
pesan, interaktivitas, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka,
sifatnya yang ada dimana-mana.4
Definisi lain mengemukakan, media baru merupakan digitalisasi yang
mana sebuah konsep pemahaman dari perkembangan zaman mengenai
3 Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung PT.Citra Aditya
Bakti. Hlm. 45 4 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 1, Jakarta: Salemba
Humanika, 2011. Hlm 43
teknologi dan sains, dari semua yang bersifat manual menjadi otomatis dan
dari semua yang bersifat rumit menjadi ringkas. Digital adalah sebuah metode
yang complex dan fleksibel yang membuatnya menjadi sesuatu yang pokok
dalam kehidupan manusia. Digital ini juga selalu berhubungan dengan media
karena media ini adalah sesuatu yang terus selalu berkembang dari media
zaman dahulu (old media) sampai sekarang yang sudah menggunakan digital
(modern media/new media).
Internet merupakan salah satu bentuk dari media baru (New Media)
yang saat ini diakses semua orang. Tidak hanya itu media baru ini pun sangat
erat kaitannya dengan teknologi. Berdasarkan pengamatan penulis ada
beberapa jenis media baru yang berkaitan dengan teknologi yang akan
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Internet yang merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya.
Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi dan image
sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola oleh sebuah badan
tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara
intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama.
Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan
dalam operasi internet.5
Berdasarkan pengamatan penulis ada beberapa jenis media baru yang
berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan salah satunya adalah Media
Sosial. Media Sosial adalah media yang di desain untuk memudahkan
5 McQuail, Dennis. 2009. Mass Communication Theory. London : Stage Publication, Ltd. Hal. 28-
29
interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah. Media sosial berbasis
pada teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari yang
sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke banyak
audiens. Beberapa adalah karakteristik dari media sosial :
a. Partisipasi
Media sosial medorong kontribusi dan umpan balik dari semua
orang yang ada dan tertarik. Ini mengaburkan batas antara media dan
audiens.
b. Keterbukaan
Sebagian besar layanan media sosial terbuka untuk interaksi dan
partisipasi. Beberapa diantaranya bahkan mendorong penggunanya untuk
berlomba-lomba berinteraksi melalui layanan media tersebut, terlihat dari
disediakannya fitur seperti voting, komentar, pembagian informasi ke
jangkauan yang lebih luas. Namun saat ini beberapa layanan media mulai
menciptakan fitur baru dimana fitur ini bisa menyaring konten-konten yang
dianggap tidak pantas untuk di bagikan melalui sesama pengguna.
c. Percakapan
Sedangkan jika media tradisional masih membahas tentang
broadcast yaitu konten yang dikirimkan atau didistribusikan ke audiens
maka media sosial dianggap lebih baik dari media tradisional. Karena jika
dilihat dari konsep media sosial pada dasarnya dinilai sebagai percakapan
dua arah. Bukan hanya menyebarkan informasi namun memberi tanggapan
atas informasi tersebut secara langsung. Hal ini yang banyak tidak
didapatkan pada konsep media tradisional.
d. Komunitas
Media sosial memungkinkan komunitas untuk terbentuk dengan
cepat dan berkomunikasi secara efektif. Komunitas berbagi minat yang
sama, seperti kecintaan pada fotografi, masalah politik atau acara TV
favorit.
e. Saling Terhubung
Sebagian besar media sosial berkembang pada kemampuan saling
terhubung antara mereka, memanfaatkan tautan ke yang lain seperti situs,
sumber daya, maupun dengan seluruh pengguna.
Media sosial menggunakan mobilitas dan teknologi berbasis web
untuk menciptakan sebuah media yang interaktif tempat individu dan
komunitas dapat berbagi, menciptakan, me\ndiskusikan, dan memodifikasi
konten tersebut. Hal ini memperkenalkan dan mengubah cara orang
berkomunikasi baik pada level organisasi, komunitas maupun individu.
Sebagai situs jejaring, sosial media memiliki peran penting dalam pemasaran.
Hal ini disebabkan, sosial media dapat memainkan peran komunikasi.
Kaplan dan Haenlein membedakan Sosial Media dari konsep-konsep
seperti web (user generated content) menurut pemahaman mereka ada 6 jenis
Sosial Media yang bisa dibedakan berdasarkan oleh tingkat resiko dan peluang
bagi masing-masing pengguna, yakni :6
1) Collaborative Projects
Gagasan utama yang mendasari proyek kolaboratif adalah bahwa
proyek ini merupakan upaya bersama banyak pengguna mengarah pada
hasil yang lebih baik dari pada yang dapat dicapai oleh pengguna manapun
secara individu. Salah satu diantaranya yaitu Wikipedia yaitu, situs web
yang memungkinkan pengguna untuk menambah, menghapus, dan
menambah konten berbasis teks yang memungkinkan pengumpulan pesan
berbasis kelompok. Wikipedia adalah sejain menyajikan informasi yng
biasa ditemui di dalam sebuah ensiklopedia, Wikipedia juga memuat
artikel-artikel yang biasanya di temukan didalam almanak, majalah
spesial, dan topik-topik berita yang masih hangat.
2) Blog and microblogs
Blog yang mewakili bentuk paling awal dari Media Sosial, adalah
jenis situs web khusus yang biasanya menampilkan entri bertangal-tanggal
dalam urutan kronologi terbaik. Mereka adalah Media Sosial yang sepadan
dengan halaman web pribadi dan dapat memiliki banyak variasi yang
berbeda, dari buku harian pribadi yang menggambarkan kehidupan penulis
hingga hingga ringkasan semua informasi yang relevan dalam satu area
konten tertentu. Blog biasanya dikelola oleh satu orang saja, tetapi
6 Kaplan, Andreas M,; Michael Haenlein. “User of the world, unite! The challenges and
opportunities of social media”. Business Horizons 53. 2010. Hlm :59-68
memberikan kemungkinan interaksi dengan orang lain melalui
penambahan komentar.
3) Content Communities
Tujuan utama komunitas konten adalah berbagi konten media antar
pengguna. Komunitas konten ada untuk berbagai jenis media yang
berbeda, termasuk teks (BookCrossing), foto (Flickr), video (Youtube),
dan presentasi powerpoint (Slideshare). Pengguna di komunitas konten
tidak diharuskan untuk membuat halaman profil pribadi jika mereka
melakukannya, halaman-halaman ini biasanya hanya berisi informasi
dasar, seperti tanggal mereka bergabung dengan komunitas dan jumlah
video yang dibagikan.
Popularitas tinggi komunitas konten membuat mereka menjadi
saluran kontak yang sangat menarik bagi banyak perusahaan ini mudah
dipercaya ketika seseorang menganggap bahwa youtube melayani lebih
dari 100 juta video perhari. Pada tahun 2007, Procter & Gamble
menyelenggarakan kontes untuk obat bebasnya Pepto-Bismol, dimana para
pengguna didorong untuk mengunggah video youtube satu menit tentang
diri mereka bernyanyi tentang penyakit yang bisa disembuhkan oleh obat
tersebut. Peusahaan lain seperti Cisco dan Google, bergantung pada
komunitas konten untuk berbagi video mengenai perekrutan, publikasi
kabar terbaru serta pengumuman pers dengan karyawan dan investor
mereka. Dalam penjelasan diatas berarti youtube befungsi juga sebagai
media promosi dan media komunitas seseorang.
4) Social Networking Sites
Situs jejaring sosial adalah adalah aplikasi yang memungkinkan
pengguna untuk terhubung dengan membuat profil informasi pribadi,
mengundang teman maupun kolega untuk memiliki akses ke profil
tersebut, dan mengirim e-mail dan pesan langsung antara satu sama lain.
Profil pribadi ini dapat mencakup semua jenis informasi termasuk foto,
video, file audio, dan blog. Situs jejaring sosial terbesar yang saat ini
menduduki puncak tertinggi adalah Instagram dan Facebook. Dua
platform inilah yang saat ini banyak digunakan oleh pengguna hampir
diseluruh dunia.
Situs jejaring sosial memiliki popularitas yang sangat tinggi,
khususnya dikalangan pengguna internet yang lebih muda, bahkan istilah
“Facebook addict” telah di masukkan ke dalam kamus Urban, sebuah
proyek kolaborasi yang fokus pada pengembangan kamus silang untuk
bahasa Inggris. Beberapa perusahaan sudah sudah menggunakan situs
jejaring sosial untuk mendukung pembentukan komunitas merek atau
untuk riset pemasaran dalam konteks netnography.
5) Virtual Game Worlds
Dunia virtual adalah platform yang mereplikasi lingkungan secara
tiga dimensi dimana pengguna dapat muncul dalam bentuk avatar yang
dipersonalisasi dan berinteraksi satu sama lain seperti dalam kehidupan
nyata. Dalam pengertian ini, dunia virtual munkin adalah presentasi utama
dari Media Sosial, karena mereka memberikan kehadiran sosial dan
kekayaan media tertinggi dari semua aplikasi yang didiskuikan sejauh ini.
6) Virtual Social Worlds
Kelompok dunia vitual kedua, sering disebut sebagai dunia sosial
virtual. Diamna dalam dunia kedua ini memungkinkan penduduk untuk
memilih perilaku mereka secara lebih bebas dan pada dasarnya menjalani
kehidupan virtual yang mirip dengan kehidupan nyata mereka. Hal ini
memungkinkan untuk berbagi strategi presentasi diri yang tidak terbatas
antar pengguna. Duni sosial virtual menawarkan banyak peluang bagi
perusahaan dalam pemasaran berupa iklan, v-Commerce, riset pemasaran
dan menejemen sumber daya manusia.
Berdasarkan pemaparan diatas media sosial merupakan salah satu alat
penting yang digunakan di era digital sekarang ini. Media sosial
memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan orang-orang di dunia maya
baik yang dekat maupun jauh. Semakin meningkatnya pengguna media sosial
juga membuka peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk melakukan
pemasaran. Karena target pasar pada media dirasa tepat dan bisa di klasifikasi
berdasarkan data- data yang sudah dicantumkan oleh pengguna pada setiap
akun media sosial. Berikut ini beberapa kelebihan media sosial dibandingkan
media konvensional antara lain :7
7 Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI (2014). Media Sosial Untuk Kementrian
Perdagangan RI. Jakarta : Humas Kementrian Perdagangan RI, Hlm. 31
a) Cepat, ringkas, padat, dan sederhana. Kalau kita lihat, setiap produksi
media konvensional membutuhkan keterampilan khusus, standar yang
baku dan kemampuan marketing yang unggul. Sebaliknya, medsos begitu
mudah digunakan (user friendly), bahkan pengguna tanpa basis
pengetahuan Teknologi Informasi (TI) pun dapat menggunakannya.
b) Menciptakan hubungan lebih insten. Media-media konvensional hanya
melalukan komunikasi satu arah. Untuk mengatasi keterbatasan itu, media
konvensional mencoba membangun hubungan dengan model. Sedangkan
media sosial memberikan kesempatan lebih luas kepada pengguna untuk
berinteraksi dengan mitra, pelanggan, dan relasi serta membangun
hubungan timbal balik secara langsung dengan mereka.
c) Jangkauan luas dan globa. Media sosial memiliki daya jangkau secara
global, tetapi untuk menopang itu perlu biaya besar dan membutuhkan
waktu lebih lama. Sedangkan melalui media sosial, siapapaun bisa
mengkomunikasikan informasi secara cepat tanpa hambatan geografis.
Pengguna media sosial juga diberi peluang yang besar untuk mendesain
konten sesuai dengan target dan keinginan ke lebih banyak pengguna.
d) Kendali dan terukur. Dalam media sosial dengan sistem tracking yang
tersedia, pengguna dapat mengendalikan dan mengukur efektifitas
informasi yang diberikan melalui respons balik serta reaksi yang mucul.
Sedangkan pada media-media konvensional, masih membutuhkan waktu
yang lama serta memakan biaya yang besar. Karena harus dilakukan
survei secara langsung ke lapangan untuk mengetahui efektivitas informasi
yang diberikan.
Hal ini merupakan pergeseran dari mekanisme siaran ke model banyak
ke banyak, berakar pada percakapan antara penulis, orang dan teman sebaya.
Berdasarkan definisi tersebut diketahui unsur-unsur fundamental dari media
sosial yaitu pertama, media sosial melibatkan saluran sosial yang berbeda dan
online menjadi saluran utama. Kedua, media sosial berubah dari waktu ke
waktu, artinya media sosial terus berkembang. Ketiga, media sosial adalah
partisipatif. ”penonton” dianggap kreatif sihingga dapat memberikan
komentar.
Karakteristik umum yang dimiliki setiap media sosial yaitu adanya
keterbukaan dialog antar para pengguna. Media sosial dapat diubah oleh waktu
dan diatur ulang oleh penciptanya, atau dalam beberapa situs tertentu, dapat
diubah oleh suatu komunitas. Selain itu media sosial juga menyediakan dan
membentuk cara baru dalam berkomunikasi. Sebelum muncul dan populernya
media sosial, kebanyakan orang berkomunikasi dengan cara sms atau telepon
menggunakan handphone.
3. Branding dalam Media Sosial (social media branding)
Media habit konsumen telah berubah dan menyebabkan konsumen
menjadi semakin aktif; tidak lagi sebatas mampu mencari dan mendapatkan
informasi, namun juga menghasilkan informasi. Perusahaan tidak lagi menjadi
satu-satunya pembuat cerita dari suatu brand. Bagi Stidsen dan Schutte,
komunikasi yang efektif melibatkan keberadaan media yang sesuai untuk
dialog antara konsumen dengan brand. Oleh karena itu, popularitas media
sosial membawa aktivitas branding ke ranah yang baru, yaitu melalui media
sosial.8
Kemunculan media sosial dapat menjadi alat komunikasi yang bagus
bagi perusahaan, pemasar, atau pengiklan.9 Tidak semua media sosial
memiliki kegunaan yang sama. Setiap media sosial memiliki fitur dan
komponen yang berbeda untuk mendukung ketertarikan dan praktik individu
yang beragam.10
Media sosial telah memberikan penggunanya untuk
terhubung, membangun komunitas, atau memproduksi dan membagikan
konten.11
Hal ini mengubah cara brand berinteraksi dengan konsumennya, di
mana brand memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan komunikasi
dua arah dengan konsumen. Media sosial memiliki interaktivitas yang tinggi
dan komunikasi terjadi secara real-time ini yang membedakan media sosial
dengan media-media lain.
Dengan demikian, brand memiliki kesempatan untuk melakukan
dialog dengan konsumen dan mampu mendapatkan feedback yang diharapkan.
Popularitas media sosial di kalangan konsumen menjadikannya media yang
sesuai untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Selain itu, melalui media
8 Stidsen, B. & Schutte, T.F. (1972). “Marketing as a communication system: The marketing
concept revisited”. Journal of Marketing. 36(4):22-27. 9 North, S. N. 2011. Social Media’s Role in Branding: A Study of Social Media Use and the
Cultivation of Brand Affect, Trust, and Loyalty. Texas: University of Texas. 10
Ellison, N. (2008). “Social Network Sites: Definition, History, and Scholarship”. Journal of
Computer-Mediated Communication. 13:210-230. 11
Smith, T. (2009). “The Social Media Revolution”. International Journal of Market Research.
51(4):559-561.
sosial brand dapat melakukan pendekatan dengan jumlah audiens yang sangat
banyak, namun dengan biaya yang jauh lebih terjangkau dari media
konvensional. Itulah sebabnya brand sebaiknya terus beradaptasi dengan
dinamika media sosial.
Terdapat perbedaan antara branding dengan proses pemasaran.
Pemasaran merupakan kegiatan mempromosikan produk atau jasa secara aktif.
Pada pemasaran, produsen mengkomunikasikan pesan untuk mendapatkan
hasil penjualan. Pesan tersebut seperti “ Belilah produk kami karena itu lebih
baik atau karena itu keren atau karena anda memiliki masalah dan produk
kami akan memperbaikinya”. Sedangkan branding merupakan proses yang
lebih dahulu dilakukan dan mendasari setiap usaha pemasaran. Branding
menarik orang untuk membeli produk, pesan yang dikomunikasikan dalam
branding seperti “ini adalah saya. Ini adalah mengapa saya ada. Jika anda
setuju, jika anda seperti saya. Anda dapat membeli saya, mendukung saya, dan
merekomendasikan saya untuk teman-teman anda”. Melalui pesan tersebut
produsen tidak semata-mata mengkomunikasikan kepada konsumen untuk
membeli produk mereka. Namun dengan branding yang baik, maka akan
membantu mendorong konsumen untuk membeli produk dan mendukung
kegiatan pemasaran lainnya.
Terdapat banyak cara bagi brand untuk melakukan komunikasi di
media sosial. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, masing-masing platform
media sosial memiliki cara berfungsi yang unik, yang mana berarti tingkah
laku dan komunikasi brand di dalamnya harus disesuaikan. Brand dapat
berbagi berita dan informasi secara langsung dengan pengguna , ikut serta
dalam percakapan, dan bereaksi pada umpan balik dan komentar dari
pengguna.
Bentuk komunikasi brand dalam media sosial sangat beragam,
termasuk komunikasi visual. Kultur visual sehari-hari dalam media sosial.
Saat seseorang mengakses media sosial, orang tersebut memiliki pilihan untuk
mengemukakan interpretasinya akan gambar yang diunggah orang lain, atau
haknya mendeskripsikan apa yang dilihatnya.
Konten merupakan komponen yang krusial dalam komunikasi brand
secara visual. Langkah-langkah menentukan strategi yang tepat untuk
membangun keberadaan konsumen di dunia online, membuat konten yang
relevan dan berkualitas, dan konsisten memperbarui konten. Konten visual
terutama foto, menjadi menjadi salah satu jenis konten populer dalam
komunikasi brand. Namun demikian, popularitas suatu platform tidak
menjadikan brand mudah meraih kesuksesan dalam branding melalui
platform tersebut. Penggunaan platform media sosial yang cenderung tidak
berbayar atau gratis justru menjadi tantangan bagi brand. Karena brand tidak
memiliki posisi lebih spesial atau dianggap sama seperti pengguna lain di
media sosial.
Sebagai platform yang memiliki konsep dan tujuan utama untuk
berbagi dan menikmati konten visual, maka konten visual merupakan elemen
krusial yang berpengaruh besar dalam keberhasilan brand melakukan
komunikasi visual melalui Instagram. Namun demikian, popularitas suatu
platform tidak menjadikan brand mudah meraih kesuksesan dalam branding
melalui platform tersebut. Penggunaan platform media sosial yang cenderung
tidak berbayar atau gratis justru menjadi tantangan bagi brand. Karena brand
tidak memiliki posisi lebih spesial atau dianggap sama seperti pengguna lain
di media sosial, pesan yang disampaikan brand pun ditampilkan dengan cara
yang sama seperti konten pengguna lainnya.
a. Instagram sebagai saluran branding
Salah satu media sosial yang kerap digunakan untuk media promosi
yaitu Instagram. Instagram disini memberikan fitur untuk untuk mengunggah
foto, video, hashtag, komentar, dan like. Tetapi penggunaanya terus bertambah
dengan pesat. Tingkat pertumbuhan Instagram sebenarnya semakin cepat.
Pencapaian Instagram ini diraih hanya dalam waktu sekitar hanya 28 bulan
untuk menambahkan 100 juta pengguna sejak October 2010 ketika Instagram
diluncurkan pertama kali.
Instagram merupakan platform komunitas konten yang berbasis konten
visual karena diciptakan untuk berbagi foto, dan dalam perkembangannya juga
memampukan penggunanya berbagi video dengan durasi maksimal 1 menit.
Instagram kurang berfokus pada komunikasi interpersonal dan
menghubungkan orang-orang, namun lebih pada konten. Instagram
mengumumkan bahwa penggunanya pada bulan April tahun 2017 telah
mencapai 700 juta pengguna dalam 4 bulan. Jumlah pengguna yang sangat
banyak tentu menguntungkan bagi brand yang memanfaatkan Instagram dalam
strategi pemasaran mereka.12
Instagram merupakan platform komunitas konten yang berbasis konten
visual karena diciptakan untuk berbagi foto, dan dalam perkembangannya juga
memampukan penggunanya berbagi video dengan durasi maksimal 1 menit.
Berbeda dengan platform media sosial populer lain yang mendahuluinya
(seperti Facebook dan Twitter). Instagram kurang berfokus pada komunikasi
interpersonal dan menghubungkan orang-orang.
Penggguna Instagram telah melakukan tindakan sukarela dengan
mengikuti brand dan terlibat dalam aktivitas komunikasi branding. Ketika
pengguna mengikuti brand , berarti secara alami mereka memilih konten yang
sesuai dengan konten lain di linimasa mereka atau visual konten yang mereka
anggap menarik.
4. Analisis Isi (Content Analysis)
Menurut Holsti, metode analisis isi adalah suatu teknik untuk
mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus
suatu pesan secara obyektif, sistematis dan generalis. Obyektif berarti menurut
aturan atau prosedur yang apabila dilaksanakan oleh orang (peneliti) lain dapat
menghasilkan kesimpulan yang serupa. Sistematis artinya penetapan isi atau
kategori dilakukan menurut aturan yang diterapkan secara konsisten meliputi
12
https://indonesiago.digital/jumlah-pengguna-instagram-2017/ (diakses tanggal 6 Mei 2018 jam 09.00 WIB)
penjaminan seleksi dan pengkodingan data agar tidak bias. Generalis artinya
penemuan harus memiliki referensi teoritis. Informasi yang didapat di analisi
isi dapat dihubungkan dengan atribut lain dari dokumen dan mempunyai
relevansi teoritis yang tinggi. Definisi lain dari analisis isi yang sering
digunakan adalah research technique for the objective, systematic and
quantitative description of the manifest content of communication.
Ada tiga konsep yang tercakup di dalam analisis isi. Pertama, analisis
ini bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan dianalisis dipilih menurut
aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit, misalnya: cara penentuan
sampel. Kedua, analisis isi bersifat obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat
kuantitatif. Ada lima tujuan analisis isi, yaitu:13
1. Menggambarkan karakteristik dari pesan
2. Menggambarkan secara detail isi (content)
3. Melihat pesan pada khalayak yang berbeda
4. Melihat pesan dari komunikator yang berbeda
5. Menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan
Menurut Holsti, Analisis Isi adalah suatu teknik membuat kesimpulan
dengan cara mengidentifikasi karakteristik-karakteristik pesan tertentu secara
obyektif dan sistematis. Klaus Krippendorff mendefenisikan analisis isi
sebagai teknik penelitian dalam membuat kesimpulan-kesimpulan dari data
konteksnya. Berdasarkan dua defenisi diatas, maka ada dua fungsi analisis isi,
13
Eriyanto. 2011. Analisis teks media. Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang. Hlm. 32-42
yaitu: memberikan uraian yang sistematis dan dapat diuji tentang isi manifese
dan laten suatu wacana naratif, dan menghasilkan kesimpulan yang valid
tentang konteks naratif yang berdasarkan isi deskriptifnya. Holsti
mengemukakan tiga fungsi utama analisis isi, yaitu:14
1. Menggambarkan karakteristik komunikasi dengan mengajukan pertanyaan:
apa, bagaimana, dan kepada siapa pesan itu disampaikan
2. Membuat kesimpulan-kesimpulan, seperti anteseden komunikasi, dengan
mengajukan pertanyaan mengapa pesan itu disampaikan, dan
3. Membuat kesimpulan-kesimpulan tentang konsekuensi komunikasi dengan
mengajukan apa efek-efek pesan tersebut.
Fungsi deskriftif dalam analisis isi mencakup identifikasi terhadap
tema-tema dan pola structural dalam suatu pesan, dan perbandingan isi pesan
yang disampaikan oleh komunikator yang berbeda atau sebaliknya pesan yang
disampaikan oleh komunikator yang sama dalam konteks yang berbeda. Fungsi
inferensial adalah mencakup penarikan kesimpulan tentang efek-efek yang
mungkin ditimbulkan oleh pesan tersebut dan menyimpulan norma-norma
perilaku sosial yang direfleksikan oleh pesan tersebut. Secara teknik Content
Analysis mencakup upaya-upaya: klasifikasi lambang-lambang yang
dipakaidalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan
menggunakan teknik analisis tertentu dalam membuat prediksi.
14
Ibid Hlm 28
Analisis isi didahului dengan melakukan coding terhadap istilah-istilah
atau penggunaan kata dan kalimat yang relevan, yang paling banyak muncul
dalam media komunikasi. Dalam hal pemberian coding, perlu juga dicatat
dalam konteks mana istilah itu muncul. Kemudian, dilakukan klasifikasi
terhadap coding yang telah dilakukan. Klasifikasi dilakukan dengan melihat
sejauh mana satuan makna berhubungan dengan tujuan penelitian. Klasifikasi
ini dimaksudkan untuk membangun kategori dari setiap klasifikasi. Kemudian
satuan makna dan kategori dianalisis dan dicari hubungan satu dengan lainnya
untuk menemukan makna,arti, dan tujuan isi komunikasi itu. Hasil analisis ini
dideskripsikan dalam bentuk draf laporan penelitiansebagaimana umumnya
laporan penelitian.
Ada beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi. Janis (1965)
menjelaskan klasifikasi sebagai berikut:
1. Analisis Isi Pragmatik (Pragmatic Content Analysis), yakni prosedur
memahami teks dengan mengklasifikasikan tanda menurut sebab atau
akibatnya yang munkin timbul. (Misalnya, penghitungan berapa kali suatu
kata ditulis atau diucapkan, yang dapat mengakibatkan munculnya sikap
suka atau tidak suka terhadap sebuah rezim pemerintahan)
2. Analisis Isi Semantik (Semantic Content Analysis), yakni prosedur yang
mengklasifikasi tanda menurut maknanya. (Misalnya, menghitung berapa
kali kata demokrasi dijadikan sebagai rujukan sebagai salah satu pilihan
sistem politik yang dianut oleh sebagian besar masyarakat dunia). Atau,
misalnya yang lain, berapa kali kata Indonesia disebut oleh Obama sebagai
rujukan contoh negara dengan keragaman suku, budaya dan agama, yang
mampu mempersatukan semuanya dalam bingkai negara kesatuan.
Secara rinci, Janis mengembangkan Analisis Isi Semantik menjadi
tiga macam kategori sebagai berikut:
a. Analisis Penunjukan (Designation Analysis), yakni menghitung
frekuensi berapa sering objek tertentu (Orang, benda, kelompok,
konsep) dirujuk. Analisis model ini juga biasa disebut sebagai Analisis
Isi Pokok Bahasan (SubjectMatter Content Analysis).
b. Analisis pensifatan (Attribution Analysis), yakni menghitung frekuensi
berapa sering karakteristik objek tertentu dirujuk atau disebut.
(Misalnya, karakteristik tentang bahaya penggunaan obat terlarang bagi
kehidupan).
c. Analisis Pernyataan (Assertion Analysis), yakni analisis teks dengan
menghitung seberapa sering objek tertentu dilabel atau diberi karakter
secara khusus. (Misalnya, berapa sering Iran disebut oleh Amerika
sebagai negara yang menantang himbauan masyarakat internasional
dalam hal pembangunan proyek nuklir).
3. Analisis Sarana Tanda (Sign-Vehicle Analysis), yakni prosedur memahami
teks dengan cara menghitung frekuensi berapa kali, misalnya, kata negara
Indonesia muncul dalam sambutan Obama tatkala berkunjung ke Indonesia.
Analisis isi kualitatif yang lebih mutakhir yang diajukan mayring telah
meraih popularitas. Mayring telah mengembangkan sebuah model berangkai
dan selama tujuan penelitian masih menjadi perhatian, mengusulkan tiga
prosedur analisis yang berbeda yang bisa dilaksanakan secara mandiri maupun
dikombinasikan, tergantung pada pertanyaan penelitian tertentu :15
a. Menurut Mayring Teksnya diparafrasakan, digeneralisasikan atau
diabstrakkan, dan dikurangi.
b. Eksplikasi melibatakan kegiatan penjelasan, pengklarifikasian, dan
penganotasian materinya. Sebagai langkah pertama di tetapkan dulu
definisi lexico grammatical, kemudian ditentukan materi yanga kan di
jelaskan, dan kemudian diikuti dengan analisis konteks sempit, dan analisis
konteks luas.
c. Penataan struktur kurang lebih berkaitan dengan prosedur-prosedur yang
digunakan dalam analisis konteks klasik oleh mayring juga dipandang
sebagai teknik analisis isi yang paling penting, karena tujuannya adalah
“menyaring struktur tertentu dari materi yang dikaji”. Disini teks bisa di
tata menurut isi, bentuk dan penetapan skalanya.
a. Tujuan Analisis isi
Tujuan dalam analisis isi, memandang pernyataan dan tanda sebagai
bahan mentah yang harus diringkas agar bisa menghasilkan :
(1) dampak isi pada pembaca
(2) pengaruh kontrol terhadap isi.
15
Stefan Titscher. 2009. Metode analisis teks dan wacana . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 106-
107
Laswell memandang analisis isi merupakan sembarang teknik
penelitian yang ditujukan untuk membuat kesimpulan dengan cara
mengidentifikasi karakteristik tertentu pada pesan-pesan secara sistematis dan
obyektif. Pengklasifikasian materi simbolis oleh para pengamat yang telah
terlatih secara ilmiah yang hendaknya dengan bantuan dari klasifikasi eksplisit
dan kaidah prosedural, mempertimbangkan bagian-bagian dari materi tekstual
yang benar-benar berada dalam kategori skema penelitian itu dan yang
merupakan karakteristik yang sesungguhnya pada analisis isi yang ada.
Dilihat dari tujuan analisis isi, peneliti harus menentukan apakah
analisis isinya hanya ingin menggambarkan karakteristik dari pesan ataukan
analisis isi lebih jauh ingin menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan
tertentu. Kedua tujuan penelitian ini, akan membawa konsekuensi pada desain
riset yang akan dibuat. Jika peneliti hanya ingin menggambarkan secara detail
isi (content), maka ia hanya fokus pada variabel yang ada pada isi. Sementara
jika peneliti ingin mengetahui penyebab dari suatu isi, maka peneliti harus
memerhatikan faktor lain (mungkin diluar analisis isi) yang berdampak pada
isi. Di bawah ini akan diuraikan satu demi satu dari analisis isi ini. Pertama,
menggambarkan Karakteristik Pesan (describing the characteristics of
message).
Analisis isi banyak dipakai untuk menggambarkan karakteristik dari
suatu pesan. Dalam bahasa holsti, analisis isi disini dipakai untuk menjawab
pertanyaan “what, to whom, dan how” dari suatu proses komunikasi.
Pertanyaan “what” berkaitan dengan penggunaan analisis isi untuk menjawab
pertanyaan mengenai apa isi dari suatu pesan, tren, dan perbedaan antara pesan
dari komunikator yang berbeda. Pertanyaan “to whom” dipakai untuk menguji
hipotesis mengenai isi pesan yang ditujukan untuk khalayak yang berbeda.
Sementara pertanyaan “how” terutama berkaitan dengan penggunaan analisis
isi untuk menggambarkan bentuk dan teknik-teknik pesan misalnya persuasi.