38
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan, dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba. 1 Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa, bunga serta keuntungan/profit. Pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsikan bukan saja bertambah, tetapi juga kualitas barang tersebut akan ikut menjadi perhatian. 2 Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari konsumsi akan disishkan untuk saving yang tujuannya untuk berjaga-jaga. Demikian pula hanya bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula.Para perintis ilmu ekonomi, membagi masyarakat atas tiga kategori, yaitu kaum pekerja (dan petani), para pengusaha atau kapitalis (kelas menengah) dan para tuan tanah. 3 2. Sumber Pendapatan Sumber pendapatan masyarakat merupakan hasil yang diperoleh oleh masyarakat yang berasal dari profesi atau pekerjaan yang mereka jalani. Sumber pendapatan berasal dari berbagai sektor, tergantung pekerjaan yang dijalani oleh masyarakat itu sendiri. Menurut Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia, pola pendapatan rumah tangga terdiri dari upah dan gaji, 1 BN. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), 230 2 Soekartawi, faktor-faktor produksi (Jakarta: Salemba 3mpat, 2002), 135 3 T. Bilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Mikro, Jilid 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1994), 78

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh

perorangan, perusahaan, dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa,

bunga, komisi, ongkos, dan laba.1 Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan

balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor

rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa,

bunga serta keuntungan/profit. Pendapatan akan mempengaruhi banyaknya

barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan

bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsikan bukan saja

bertambah, tetapi juga kualitas barang tersebut akan ikut menjadi perhatian.2

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu

daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa

kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari

konsumsi akan disishkan untuk saving yang tujuannya untuk berjaga-jaga.

Demikian pula hanya bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi,

maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula.Para

perintis ilmu ekonomi, membagi masyarakat atas tiga kategori, yaitu kaum

pekerja (dan petani), para pengusaha atau kapitalis (kelas menengah) dan para

tuan tanah.3

2. Sumber Pendapatan

Sumber pendapatan masyarakat merupakan hasil yang diperoleh oleh

masyarakat yang berasal dari profesi atau pekerjaan yang mereka jalani.

Sumber pendapatan berasal dari berbagai sektor, tergantung pekerjaan yang

dijalani oleh masyarakat itu sendiri. Menurut Sistem Neraca Sosial Ekonomi

(SNSE) Indonesia, pola pendapatan rumah tangga terdiri dari upah dan gaji,

1 BN. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), 230

2 Soekartawi, faktor-faktor produksi (Jakarta: Salemba 3mpat, 2002), 135

3 T. Bilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Mikro, Jilid 2 (Yogyakarta: Kanisius,

1994), 78

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

7

keuntungan usaha rumah tangga yang tidak berbadan hukum dan penerimaan

transfer.4

Menurut biro pusat statistik, pendapatan terdiri dari sebagai berikut :

a. Pendapatan berupa uang

Yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan hanya

diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra pretasi. Pendapatan jenis

ini bersumber dari :

1) Gaji dan upah yang diperoleh dari :

a) Kerja pokok

b) Kerja sampingan

c) Kerja lembur

2) Usaha sendiri, yang meliputi :

a) Laba bersih usaha

b) Komisi

c) Penjualan hasil home industry

3) Hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah

4) Keuntungan sosial, yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.5

b. Pendapatan berupa barang

Yaitu segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi

tidak selalu berbentuk balas jasa dalam bentuk barang atau jasa. Akan

tetapi berupa :

1) Pengobatan

2) Beras

3) Transportasi

4) Perumahan

5) Gratis sewa rumah

c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, berupa :

1) Pengambilan tabungan/deposito

2) Hasil penjualan barang-barang pribadi

4 Hg. Suseno Triyanto Widodo, Indikator Ekonomi Dasar Perekonomian Indonesia

(Yogyakarta: Kanisius, 1990), 32 5 Mulyanto Sumardi & Hans Dieter-Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok (Jakarta:

Rajawali, 1982), 92-93

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

8

3) Penagihan piutang

4) Hadiah

5) Warisan.6

3. Distribusi Pendapatan Dalam Islam

Distribusi pendapatan menurut ahli ekonomi adalah setiap kegiatan

menyalurkan barang dan jasa, dari produsen (pengahasil) ketangan konsumen

(pemakai) yang membutuhkannya. Pengertian distribusi pendapatan, tidak

terlepas dari pembahasan mengenai konsep moral ekonomi yang dianut.7

Dalam Islam kekayaan dan pendapatan harus didistribusikan secara merata

untuk mencapai keadilan distribusi dan sosioekonomi yang didasarkan pada

komitmennya yang pasti terhadap persaudaraan kemanusiaan. Berbeda dengan

kepedulian kapitalis kepada keadilan sosioekonomi dan distribusi yang

merata, ia tidak didasarkan pada komitmen spiritual terhadap persaudaraan

kemanusiaan. Ia lebih disebabkan karena tekanan kelompok.8

Dalam Islam, kebutuhan memang menjadi alasan untuk mencapai

pendapatan minimum. Sedangkan kecukupan dalam standar hidup yang baik

(nisab) adalah hal yang paling mendasari dalam sistem distribusi dan

redistribusi kekayaan, setelah itu baru dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan

pribadi.9

Distribusi dalam konteks rumah tangga akan sangat terkait dengan

terminologi shadaqah. Shadaqah disini bukan berarti sedekah dalam bahasa

indonesia. Karena shadaqah dalam konteks terminologi Al-qur‟an dapat

dipahami dalam dua aspek yaitu : shadaqah wajibah dan shadaqah nafilah.10

a. Shadaqah wajibah

Shadaqah wajibah yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah

tangga yang berkaitan dengan instrumen distribusi pendapatan berbasis

6 Mulyanto Sumardi & Hans Dieter-Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, 94

7 Almizan, Distribusi Pendapatan: Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi Islam (Jurnal

Maqdis Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2016 Padang: IAIN Imam Bonjol Padang), 66-67 8 Umar Chapra, System Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani, 2000), 3

9 Zuraidah, “Penerapan Konsep Moral dan Etika Dalam Distribusi Pendapatan Perspektif

Ekonomi Islam” (Jurnal Hukum Islam Vol. XIII No.1 Nopember 2013 Riau: Fakultas Syariah dan

Ilmu Hukum), 139 10

Monzer Kahf, Prinsip-prinsip Keuangan Islam (Jeddah: Islamic Research and Training

Institute,1991), 15

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

9

kewajiban yang khusus dikenakan bagi orang muslim.11

Adapun jenis-

jenis Shadaqah wajibah adalah :

1) Nafaqah

Kewajiban tanpa syarat dengan menyediakan segala kebutuhan

yang diperuntukkan bagi orang-orang atau keluarga terdekat, seperti

istri dan anak.

2) Zakat

Kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan sebagian hartanya

untuk diberikan/didistribusikan kepada kelompok tertentu yang sudah

disebutkan dalam Al-qur‟an (delapan ashnaf).

3) Udhiyah

Kurban binatang ternak pada saat hari raya idul adha dan hari

tasyrik. Binatang ternak yang dikeluarkan minimalnya adalah seekor

kambing.

4) Warisan

Pembagian harta kempemilikan dari seseorang setelah ia

meninggal dunia kepada keluarga yang ditinggalkannya atau biasa

disebut ahli waris.

5) Musaadah

Pemberian bantuan kepada orang yang terkena musibah. Syaratnya

adalah bantuan yang diberikan merupakan sesuatu yang masih layak

dan masih bermanfaat (jika dalam betuk barang)

6) Jiwar

Pemberian bantuan kepada tetangga, atau bantuan yang berkaitan

dengan urusan ketetanggaan. Islam sangat mengatur urusan

bertetangga. Karena tetangga merupakan orang terdekat yang ada di

lingkungan kita.

7) Diyafah

Memberikan jamuan kepada tamu yang datang. Hal ini tidak

menentukan kondisi perekonomian tertentu dari rumah tangga

11

Monzer Kahf, Prinsip-prinsip Keuangan Islam, 15

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

10

seseorang. Dalam memberikan jamuan tidak diperkenankan membeda-

bedakan jamuan untuk tamu yang kaya dan yang miskin.12

b. Shadaqah nafilah

Shadaqah nafilahyaitu bentuk bentuk pengeluaran rumah tangga

yang berkaitan dengan instrumen distribusi pendapatan berbasis amal

kreatif. Yang termasuk kedalam Shadaqah nafilahadalah :

1) Infaq

Sedekah yang dapat diberikan kepada pihak lain jika kondisi

keuangan rumah tangga sudah berada diatas nisab.

2) Akikah

Yaitu memotong seekor kambing untuk anak perempuan dan dua

ekor kambing untuk anak laki-laki yang baru dilahirkan.

3) Wakaf

Memberikan bantuan kepemilikan untuk kesejahteraan masyarakat

umum. Harta wakaf boleh berbentuk tanah, gedung, barang ataupun

aset lainnya yang memiliki nilai manfaat.

4) Wasiat

Bentuk pemberian harta dari seseorang yang sudah meninggal

dunia yang diberikan kepada selain ahli waris yang besarnya tidak

boleh lebih dari 1/3 dari harta yang ditinggalkan.13

4. Pendapatan Nasional

a. Pengertian Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh

faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa

dalam satu tahun tertentu.14

Perhitungan pendapatan nasional berguna

untuk menerangkan kerangka kerja hubungan antara variabel makro

ekonomi yaitu output, pendapatan, dan pengeluaran.

12

Almizan, “Distribusi Pendapatan: Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi Islam”, 69-

70 13

Almizan, “Distribusi Pendapatan: Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi Islam”, 70 14

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004), 36

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

11

Pendapatan nasional didasarkan pada harga berlaku dan harga tetap.

Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan

jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dan dinilai

menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. Data pendapatan dalam

berbagai tahun nilainya akan berbeda-beda dan menunjukan kecenderungan

yang semakin meningkat dari tahun ketahun. Bahkan terkadang

menunjukan penurunan meskipun tidak terlalu signifikan. Perubahan nilai

tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu perubahan secara fisik barang

dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dan kenaikan harga-harga

yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya. Untuk dapat menghitung

kenaikan dari tahun ke tahun, barang dan jasa yang dihasilkan haruslah

dihitung pada harga yang tetap, yaitu harga yang berlaku pada saat tahun

tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang

dihasilkan pada tahun-tahun yang lain, nilai pendapatan nasional pada

harga tetap atau pendapatan nasional riil.

Barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dapat dinilai

dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan harga pasar dan menggunakan

harga faktor. Barang dikatakan dinilai menurut harga pasar jika nilai barang

tersebut menggunakan harga yang dibayar oleh pembeli. Jika menggunakan

harga faktor maka sumbangan pendapatan nasional berasal dari jumlah

pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan

berang tersebut.15

b. Perhitungan Pendapatan Nasional

Untuk menghitung pendapatan dalam suatu perekonomian, dapat

dilakukan tiga cara, yaitu :

1) Pendekatan Pengeluaran

Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara

pengeluaran akan dapat memberikan gambaran mengenai ukuran

buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai mana baiknya

tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang

sedang dinikmati. Selain itu dapat juga memberikan gambaran

15

Sadono sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 36

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

12

informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis makro ekonomi.

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran

memiliki empat agregat, yaitu konsumsi rumah tangga/Consumption

(C), pengeluaran pemerintah/goverment (G), pembentukan modal

sektor swasta (investasi/invesment) (I), dan ekspor neto (export-

import/X-M).16

Pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran

dihasilkan dengan cara menjumlahkan empat komponen pengeluaran

agregat tersebut, sehingga persamaannya adalah :

Y = C + I (untuk perekonomian tertututp tanpa pemerintah)

Y = C + I + G (untuk perekonomian tertututp dengan peranan

pemerintah)

Y = C + I + G + ( X – M ) (unntuk perekonomian terbuka)

Pendapatan nasional tersebut dilihat dari indikator produk domestik

bruto (PDB), PDB tersebut setelah dikurangi dengan pendapatan neto

faktor luar negeri akan mengahsilkan produk nasional bruto (PNB).

Konsep pendapatan nasional perlu dibedakan antara pengertian

neto dan bruto. PNB harus dikurangi oleh depresiasi untuk

memperoleh pendapatan nasional neto atau Net Nasional Product atau

NNP. Selanjutnya NNP dapat dibedakan menurut harga pasar dan

menurut harga faktor. NNP menurut harga faktor adalah pendapatan

negara. Dibanyak negara hubungan antara produk nasional bruto

(PNB) dengan pendapatan negara (PN) dapat dinyatakan dengan

persamaan :

PN = PNB – Pajak tak langsung + subsidi – depresiasi

Akan tetapi di Indonesia sendiri subsisdi tidak dihitung. Oleh

sebab itu, diantara PNB dan PN terdapat hubungan sebagai berikut :

PN = PNB – Pajak tak langsung– depresiasi

Pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai

pembelanjaan dari berbagai golongan masyarakat ke atas barang-

barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam perekonomian

16

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 37

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

13

tersebut. Barang-barang atau jasa-jasa yang di impor tidak dimasukkan

kedalam perhitungan ini, begitupun barang-barang produksi dalam

negeri yang akan diproduksi kembali oleh perusahaan lain untuk

dijadikan barang-barang lain, tidak turut dihitung untuk menentukan

besarnya pendapatan nasional. Barang-barang yang masih akan

diproses kembali, nilainya tidak turut ditambah dalam perhitungan

pendapatan nasional dengan cara pengeluaran adalah untuk

menghindari berlakunya perhitungan ganda.17

2) Pendekatan cara produksi atau produk neto

Produk neto berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu

proses produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk menghitung

pendapatan nasional ini adalah cara menghitung dengan

menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-

perusahaan diberbagai lapangan usaha dalam perekonomian.

Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional

mempunyai tujuan penting untuk mengetahui besarnya sumbangan

berbagai sektor ekonomi didalam mewujudkan pendapatan nasional.

Salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali yaitu dengan

hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai

tahap proses produksi.18

3) Pendekatan Pendapatan

Faktor-faktor produksi dibedakan menjadi empat golongan,

yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian wirausaha. Apabila

faktor-faktor produksi itu digunakan untuk mewujudkan barang dan

jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta

gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan

memperoleh keuntungan. Dengan menjumlahkan pendapatan-

pendapatan tersebut akan diperoleh suatu nilai pendapatan nasional

lain, yang berbeda dengan yang diperoleh dalam penghitungan

pendapatan nasional dengan cara kedua. Pendapatan nasional itu

17

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 40 18

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 42

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

14

dinamakan produk nasional neto menurut harga faktor. Namun,

perhitungan pendapatan nasional tidak selalu mengikuti penggolongan

pendapatan faktor-faktor produksi yang dinyatakan diatas. Sebab,

dalam perekonomian terdapat banyak kegiatan dimana pendapatannya

merupakan gabungan dari gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan.

Dengan demikian, penghitungan pendapatan nasional dengan cara

pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima

faktor-faktor produksi sebagai berikut :

a) Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah

b) Pendapatan dari usaha perseorangan

c) Pendapatan dari sewa

d) Bunga neto, yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan

dikurangi bunga keatas pinjaman konsumsi dan bunga keatas

pinjaman pemerintah

e) Keuntungan perusahaan.19

c. Pendapatan Nasional Perspektif Islam

Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil

dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi atau

kesejahteraan pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka

diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya, begitu

pula sebaliknya. Kritik terhadap GNP sebagai ukiuran kesejahteraan

ekonomi muncul dan para pengkritik mengatakan bahwa GNP merupakan

ukuran kesejahteraan yang tidak sempurna. Sebagai contoh, jika nilai

output turun sebagai akibat orang-orang mengurangi jam kerja atau

menambah waktu istirahatnya tentunya hal itu bukan menggambarkan

keadaan orang itu menjadi lebih buruk. Secara sederhana formulasi konsep

MEW :

MEW : C – public expenditures – durable goods consumption – losss of

welfare du to pollution, urbanization dan congestion + value of durable

19

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 42

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

15

actually consued during the year + value of non-market service + value of

leisure.20

Pada tahun 1972 para ahli mengajukan konsep MEW (Measure of

Economic Welfare), tetapi sayang konsep ini tidak berkembang dan

sampai saat ini cenderung masih menggunakan GDP riil sebagai ukuran

kesejahteraan suatu negara. Adapun keberatan atau kritik terhadap

penggunaan GDP riil sebagai indikator kesejahteraan suatu negara adalah

sebagai berikut :

1) Umumnya hanya produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP.

Produk yang dihasilkan dan dikonsumsi sendiri tidak tercakup dalam

GNP.

2) GNP juga tidak menghitung waktu istirahat (leisure time), padahal ini

sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan. Semakin kaya

seseorang maka ia akan semakin mengiginkan waktu istirahat.

3) Kejadian buruk seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP,

padahal kejadian tersebut sangat besar pengaruhnya dan jelas

mengurangi kesejahteraan masyarakat.

4) Masalah polusi juga sering tidak dihitung dalam GNP. Banyak sekali

pabrik-pabrik yang dalam kegiatan produksinya menghasilkan limbah

yang jelas akan merusak lingkungan sehingga dapat mengurangi

tingkat kesejahteraan masyarakat.21

Bagaimana ekonomi Islam mengkritisi perhitungan GDP riil yang

dijadikan sebagai indikator bagi kesejahteraan suatu negara ? satu hal yang

membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional

adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang

hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen-

komponen rohaniah masuk kedalam pengertian falah ini. Kesejahteraan

yang seringnya diwujudkan dengan peningkatan GNP yang tinggi, yang

jika dibagi dengan jumlah penduduk maka akan menghasilkan pendapatan

perkapita yang tinggi pula. Jika hanya itu ukuranya maka kapitalis modern

20

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008),

27 21

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 28

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

16

akan mendapat angka yang maksimal. Pendapatan perkapita yang tinggi

bukanlah satu-satunya komponen pokok dalam mewujudkan kesejahteraan

masyarakat. Ia hanya merupakan necessari condition dalam isu

kesejahteraan bukan sufficient condition. Al-falah dalam pengertian Islam

mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam,

esensi manusia ada pada ruhaniahnya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi

termasuk dalam hal ini adalah aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk

memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan

ruhani dimana roh merupakan esensi manusia.22

Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur fallah dalam

menganalisis kesejahteraan, penghitungan pendapatana nasional

berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi

instrumen-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam meningkatkan

kesejahteraan umat.23

Pada intinya, ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara

untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial

berdasarkan sistem moral dan sosial Islam. Setidaknya ada empat hal yang

semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional

berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat

secara lebih jernih dan tidak bias.24

1) Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Penyebaran Pendapatan

Individu Rumah Tangga

Kendati GNP dikatakan dapat mengukur kinerja kegiatan

ekonomi yang terjadi dipasar, GNP tidak dapat menjelaskan komposisi

dan distribusi nyata dari output perkapita. Semestinya pengitungan

pendapatan nasional Islami harus dapat mengenali penyebaran alamiah

dari output perkapita tersebut, karena dari sinilah nilai-nilai sosial dan

ekonomi Islam bisa masuk. Jika penyebaran pendapatan isndividu

secara nasional bisa dideteksi secara akurat, maka akan dengan mudah

22

Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Prenada Group,

2006), 44 23

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 28 24

Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, 45

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

17

dikenali seberapa besar rakyat yang masaih hidup dibawah garis

kemiskinan.

Hal ini terjadi saat pemerintah Indonesia saat itu memberikan

Bantuan Langsyng Tunai (BLT) kepada rakyat miskin. Namun

nyatanya banyak terjadi ketidakpuasan, karena daftar yang nyata dari

rakyat miskin sesungguhnya sangat tidak akurat.perhitungan dari BPS

didasarkan pada survei yang kurang mencerminkan kenyataan

sesungguhnya, sementara angka GNP memang tidak bisa digunakan

untuk mengetahui jumlah penduduk miskin. Demikian pula GNP tidak

mampu mendeteksi kegiatan produksi yang tidak ditransaksikan

dipasar. Itu artinya kegiatan produktif keluarga yang langsung

dikonsumsi dan tidak memasuki ke pasar tidak dicatat dalam GNP.

Padahal kenyataan ini sangat mempengaruhi kesejahteraan individu.25

Persoalan lainnya adalah, didalam penghitungan GNP

konvensional, produksi barang-barang mewah memiliki bobot yang

sama dengan produksi barang-barang kebutuhan pokok. Maka untuk

lebih mendekatkan pada ukuran kesejahteraan, ekonomi Islam

menyarankan agar produksi kebutuhan pokok memiliki bobot yang

lebih berat ketimbang produksi barang-barang mewah.26

2) Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi di Sektor

Pedesaan

Sangat disadari bahwa bukan hal yang mudah untukmengukur

secara akurat produksi komoditas subsistem, namun bagaimanapun

juga perlu satu kesepakatan untuk memasukkan angka produksi

komoditas yang dikelola secara subsistem kedalam penghitungan

GNP. Komoditas subsiste mini khususnya pangan, sangatlah penting di

negara-negara muslim yang baru dalam beberapa dekade ini masuk

dalam percaturan ekonomi dunia. Sebagai satu contojh, betapa tidak

sempurnanya perkiraan produksi komoditas subsiste mini. Oleh

katrena itu, kita juga tidak mengetahui sekarang ini kondisinya apakah

25

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 29 26

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 30

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

18

sedang naik atau bahkan sedang turun. Padahal hal ini sangat

dibutuhkan oleh pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan,

khususnya yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan rakyat lapisan

bawah yang secara masa memiliki jumlah terbesar.

Untuk mengetahui tingkat produksi komoditas subsisten ini,

harus diketahui terlebih dahulu tingkat harga yang digunakan. Pada

umunya ada dua jenis harga pasar, yakni harga yang secara nyata

diterima oleh petani atau diharapkan diterima oleh petani, dan satu set

harga lainnya adalah nilai yang dibayar konsumen dipasar eceran.

Peningkatan produksi ditingkat rakyat pedesaan, umumnya justru

mencerminkan penurunan produk-produk pangan ditingkat konsumen,

atau sekaligus mencerminkan peningkatan pendapatan para pedagang

perantara, yang posisinya ada diantara petani dan konsumen.

Ketidakmampuan mendeteksi secara aktual pendapatan dari sektor

subsisten ini jelas satu kelemahan yang harus diatasi. Karena disektor

ini bergantung nafkah rakyat dalam jumlah besar, dan dsinilah inti

masalah dari distribusi pendapatan.27

3) Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi

Islami

Kita sudah melihat bahwa angka rata-rata perkapita tidak

menyediakan kepada kita informasi yang cukup untuk mengukur

kesejahteraan yang sesungguhnya. Adalah sangat penting untuk

mengekspresikan kebutuhan efektif atau kebutuhan dasar akan barang

dan jasa, sebagai prosentase total konsumsi. Hal itu perlu dilakukan

karena kemampuan untuk menyediakan kebutuhan dasar seperti

pangan, perumahan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih, dan

pelayanan publik lainnya sesungguhnya bisa menjadi ukuran

bagaimana tingkat kesejahteraan dari suatu negara atau bangsa.

Jika dikaitkan dengan konsep MEW (Measures for Economics

Welfare) yang dilakukan oleh Nordhaus dan Tobin dalam konteks

ekonomi barat. Kalau GNP mengukur hasil, maka MEW merupakan

27

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 31

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

19

ukuran dari konsumsi rumah tangga yang memberi kontribusi kepada

kesejahteraan manusia. Perkiraan MEW didasarkan pada asumsi

bahwa kesejahteraan rumah tangga yang merupakan ujung akhir dari

seluruh kegiatan ekonomi sesungguhnya sangat bergantung pada

tingkat konsumsinya. Kedua profesor tersebut membagi konsumsi

kedalam tiga kategori :

a) Belanja untuk keperluan publik, seperti membuat jalan, jembatan,

dan fasilitas umum lainnya.

b) Belanja berbagai keperluan rumah tangga

c) Memperkirakan berkurangnya kesejahteraan sebagai akibat

urbanisasi, polusi dan masalah kemacetan.

Meski MEW ini diukur dalam konteks barat, konsep ini

sebenarnya menyediakan petujuk-petunjuk yang berharga untuk

memperkirakan level kebutuhan hidup minimum secara Islami.28

4) Perhitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran dari Kesejahteraan

Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Satuan Antar Saudara dan

Sedekah

Seperti kita ketahui bahwa GNP adalah ukuran moneter dan

tidak memasukkan transfer payment seperti sedekah. Namun harus

disadari, bahwa sedekah bukan memiliki peran signifikan didalam

masyarakat Islam. Dan ini bukan sekedar pemberian secara sukarela

kepada orang lain namun merupakan bagian dari kepatuhan dalam

menjalankan kehidupan beragama. Di dalam masyarakat Islam,

terdapat kewajiban untuk menyantuni kerabat yang mengalami

kesulitan ekonomi.29

28

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 32 29

Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 33

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

20

B. Minat

1. Pengertian Minat

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai sebuah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah atau keinginan.30

Minat

nerupakan kecenderungan sesesorang untuk menentukan pilihan aktivitas.

Pengaruh kondisi individual dapat merubah minat seseorang. Sehingga

dikatakan minat sifatnya tidak stabil. Sedangkan menurut istilah, minat ialah

suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,

harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan lain yang mengarahkan

individu kepada suatu pilihan tertentu.31

Semua minat memiliki dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek

afektif. Aspek kognitif didasarkan pada konsep yang dikembangkan seseorang

mengenai bidang yang berkaitan dengan manusia. Sedangkan aspek afektif

yang disebutjuga bakat emosional adalah aspek yang berkembang dari

pengalaman pribadi dan sikap seseorang yang dianggap penting, seperti orang

tua, dan guru terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut.32

Cukup banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya

minat terhadap sesuatu, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua,

yaitu minat yang bersumber dari dalam individu bersangkutan, seperti bobot,

umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, dan kepribadian. Dan

juga minat yang bersumber dari luar individu tersebut, seperti lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan

ini justru mempunyai pengaruh lebih besar terhadap timbulnya minat

seseorang. Beberapa kondisi yang mempengaruhi minat seperti :

a. Status ekonomi

Apabila status ekonomi seseorang membaik, maka ia akan

cenderung memperluas minat mereka untuk menggapai hal yang semula

belum mampu mereka laksanakan sebelumnya. Namun sebaliknya, jika

30

Anto M. Moeliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),

225 31

Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), 62 32

Andi Mappiare, Psikologi Remaja, 63

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

21

status ekonomi mengalami kemunduran karena sebab tertentu, maka ia

cenderung mempersempit minat mereka.

b. Pendidikan

Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang

dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek

yang dilakukan.

c. Tempat tinggal

Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginann yang

bisa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan

atau tidak.

2. Macam-macam Minat

a. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi minat primitif dan

minat kultural. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan

biologis atau jaringan-jaringan tubuh, seperti kebutuhan untuk makan.

Sedangkan minat kultural adalah minat yang timbul dikarenakan adanya

proses belajar.

b. Berdasarkan cara mengungkapkannya, minat dibedakan menjadi empat

bagian, yaitu :

1) Expressed Interest

Minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek

untuk menyatakan atau menuliskan sebuah kegiatan, baik yang disukai

maupun tidak disukai.

2) Manifest Interest

Minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau

melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas yang

dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya.

3) Tested Interest

Minat yang diungkapkan dengan cara menyimpulkan hasil

jawaban objektif yang ada.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

22

4) Inventoried Interest

Minat yang diungkapkan dengan cara menggunakan alat-alat

yang sudah distandarkan, yang berisi pertanyaan-pertanyaan kepada

subjek.33

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat

seseorang adalah :

a. Dorongan dari dalam diri individu, seperti dorongan untuk melakukan

sesuatu dan rasa ingin tahu. Muzaki yang telah mengetahui tentang

kewajiban zakat dan memiliki komitmen untuk selalu melaksanakan

perintah agama, dan akan senantiasa berusaha untuk membayar zakat

atas harta yang ia miliki.

b. Motif sosial yang dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat

untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Dorongan dari anggota

keluarga serta orang terdekat dan lingkungan sekitar. Selain itu juga

adanya rasa ingin membantu orang lain yang membutuhkan dengan

cara membayarkan zakat.

c. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan

emosi. Adanya rasa tuntutan dalam diri untuk mengeluarkan sejumlah

harta dan akan merasa berdosa jika hal tersebut tidak dilakukan.34

C. Zakat

1. Pengertian Zakat

Secara etimilogis, zakat berasal dari kata dasar bahasa Arab zakka yang

berarti berkah, tumbuh, baik, bersih, dan bertambah. Sedangkan menurut

terminologis didalam fikih, zakat adalah sebutan atau nama bagi sejumlah harta

tertentu yang diwajibkan Allah SWT supaya diserahkan kepada orang-orang

yang berhak (mustahiq) oleh orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat

(muzaki).35

Zakat menurut undang-undang No. 38 tahun 1998 tentang

pengelolaan zakat, pengertian zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh

33

Lestar D. crow & Alice Crow, Psikologi Pendidikan, terj. Abd Rachman Abror

(Yogyakarta: Nurcahaya, 1989), 301 34

Lestar D. crow & Alice Crow, Psikologi Pendidikan, 303-309 35

Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi IslamJilid 5 (Jakarta: PT Ikhtiar baru Van

Hoeve, 1999), 224

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

23

seorang muslim atau badan yang dimiliki naroleh orang muslim sesuai

ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.36

Selain kata zakat, Al-Qur‟an juga menggunakan kata sedekah

(shadaqah) untuk mengungkapkan maksud zakat sepeti dalam surat at-taubah

ayat 58,60, dan 103. Dalam hadis Nabi tentang penempatan Mu‟adz di Yaman,

Nabi bersabda : Terangkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan

sedekah, yang dikenakan pada kekayaan orang-orang kaya. Semua ayat dan

Hadis tersebut adalah tentang zakat, tetapi diungkapkan dengan menggunakan

kata sedekah (shadaqah).37

Dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat adalah ibadah

maaliyah ijtima‟iyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan

menentukan. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat sangat asasi dalam Islam dan

termasuk salah satu rukun Islam yakni rukun Islam ke tiga dari lima rukun

Islam. Seluruh ahli hukum Islam sependapat bahwa zakat ysng merupakan

rukun Islam ketiga adalah sejenis sedekah wajib hukumnya untuk dikumpulkan

dan didistribusikan sesuai dengan ketentuan tertentu untuk disampaikan pada

orang yang berhak menerima zakat (mustahik).38

Didalam Al-qur‟an terdapat dua puluh tujuh ayat yang memuji orang-

orang yang secara sungguh-sungguh menunaikan zakat, dan sebaliknya

memberikan ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya. Oleh karena

itu, Rasulullah SAW pernah melakukan isolasi sosial kepada seseorang yang

enggan membayar zakat.39

Abu Bakar Ash-Shiddiq memerangi dengan

menghunuskan pedang kepada orang yang mengerjakan shalat tapi secara sadar

dan sengaja tidak mau menunaikan zakat. Sedangkan Umar bin Khattab

memandang jabatan khalifah sebagai sebuah kepercayaan (amanah) dan

tanggungjawab atas segala keadaan rakyat, dan zakat adalah sumber

pemasukan kekayaan negara yang segenap manfaat dan maslahatnya harus

36

Undang-Undang Pengelolaan zakat No. 38 tahun 1998 pasal 1 ayat 3 37

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2012), 346 38

Umrotul Khasanah, Manajemen zakat modern (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 7 39

Umrotul Khasanah, Manajemen zakat modern, 8

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

24

dikembalikan kepada mereka dalam bentuk natura, jasa, maupun fasilitas

umum.40

2. Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur sosial

Islam. Zakat bukanlah sedekah biasa karena diperintahkan langsung oleh Allah

SWT dan harus dilaksanakan. Didalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang

menerangkan secara tegas tentang kewajiban untuk menunaikan zakat. Perintah

Allah tersebut seringkali beriringan dengan perintah atas shalat. Hal ini

menunjukan pentingna peranan zakat dalam kehidupan umat Islam.41

Maka dari itu hukum zakat adalah wajib dilaksanakan dan dasar

hukumnya sudah jelas dalam al-Qur‟an dan al-Hadis.

a. Al-Qur‟an

1) Al-Qur‟an Surat At-Taubah ayat 60

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang

fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf

yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang

yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang

dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,

dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Tafsir Ayat

Sesungguhnya zakat uang (naqd), binatang ternak, perniagaan, atau

tanaman hanyalah untuk orang-orang fakir yang memerlukan belas

kasihan orang-orang kaya, karena mereka tidak mempunyai harta

yang mencukupi mereka sesuai dengan keadaannya.

40

Ruway‟I ar-Ruhaily, Fikih Umar (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1994), 149 41

Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, 34

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

25

Al-miskin: orang tidak punya sehingga dia perlu meminta-minta

untuk sandang pangannya.

Al-„amil „alaiha: orang yang diserahi tugas oleh sultan atau

wakilnya untuk mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya.

Al-mu‟allafah qulubuhum: orang-orang yang dikehendaki agar

hatinya cenderung atau tetap kepada Islam.

Fi „r-riqab: untuk berinfak dalam menolong budak-budak guna

membebaskan mereka dari perbudakan.

Fi sabilillah:dijalan untuk mencapai keridhaan dan pahala dari

Allah. Yang dimaksud ialah, setiap orang yang berjalan didalam

ketaatan kepada Allah dan dijalan kebaikan, seperti orang-orang

yang berperang, jama‟ah haji yang terputus perjalanannya, dan

mereka tidak mempunyai sumber harta lagi, dan para oenuntut ilmu

yang fakir.

Ibnu sabil:musafir yang jauh negerinya dan sulit baginya untuk

mendatangkan sebagian dari hartanya, sedangkan dia kaya di

negerinya tetapi fakir di dalam perjalanannya.

Faridhatan minallah: Allah mewajibkan hal itu secara mutlak,

tanpa seorangpun yang ikut serta dalam mewajibkannya.42

.

2) Al-Qur‟an Surat At-Taubah Ayat 103

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan43

dan mensucikan44

mereka dan mendoalah untuk

mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi

mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

42

Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: CV Karya Toha Putera,

1987), 239 43

Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-

lebihan kepada harta benda

44Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan

memperkembangkan harta benda mereka.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

26

Tafsir ayat

Khudz min amwaalihim (ambillah zakat dari sebagian harta

mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan

mereka) dari dosa-dosa mereka. Maka Nabi SAW mengambil

sepetiga harta mereka dan menyedekahkannya. Disini Nabi

Muhammad SAW diperintah : ambillah atas nama Allah sedekah,

yakni harta yang berupa zakat dan sedekah yang hendaknya

mereka serahkan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan hati,

dari sebagian harta mereka, bukan seluruhnya, bukan pula sebagian

besar, dan tidak juga yang terbaik ; dengannya yakni dengan harta

yang engkau ambil itu engkau membersihkan engkau,

membersihkan harta dan jiwa mereka lagi mengembangkan harta

mereka.45

Washalli „alaihim (dan berdoalah untuk mereka), maksudnya

berdoalah untuk mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka.

Guna menunjukkan restumu terhadap mereka dan memohonkan

keselamatan dan kesejahteraan bagi mereka.46

Inna shalataka sakana lahum (sesungguhnya doamu itu

ketentraman bagi mereka) yang selama ini gelisah dan takut akibat

dosa-dosa yang mereka lakukan. Menurut satu pendapat yang

dimaksud sakanun ialah ketenangan batin lantaran taubat mereka

diterima. Menurut ibnu abbas, menjadi rahmat buat mereka.

Sedangkan menurut Qatadah, menjadi ketentraman bagi jiwa

mereka.47

Wallahu samii‟un „aliim (dan Allah Maha mendengar lagi Maha

mengetahui), yakni mendengar kepada doamu dan mengetahui

45

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 666 46

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5, 666 47

Al-imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 11, terj. Bahrun Abu

Bakar (Bandung: Sinar Baru Igensindo, 2003), 24

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

27

orang yang berhak mendapatkan hal itu darimu dan orang-orang

yang pantas untuk memperolehnya.48

b. Hadis

ه وسلهن عي ابي عور رض عل صلهى الله عنهوا، أىه رسىل الله الله

ذا وأىه هحوه قال: أهرت أى أقاتل النهاس حتهى شهذوا أى لا إله إلاه الله

وىا ، وق كاة، فئ الصهلاة، وؤتىا رسىل الله را فعلىا رلك عصوىا الزه

دهاءهن وأهىالهن إلاه بحق الأسلام، وحسابهن على الله هن

رواحه البخاري هسلن(..(تعالى

Artinya: Dari Ibnu Umar -radhuyallahu „anhuma-, bahwa Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Aku diperintah untuk

memerangi manusia hingga mereka bersyahadat „aku bersaksi bahwa

tiada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah, dan (aku

bersaksi bahwa) Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka

melakukan hal itu, darah dan harta mereka telah terlindung dariku,

kecuali dengan hak Islam. Dan perhitungan (amalan) mereka di sisi

Allah”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

3. Subjek dan Objek Zakat

Perintah zakat selalu beriringan dengan perintah shalat karena

kedua perintah tersebut memiliki tujuan yang hampir sama, yakni

perbaikan kualitas kehidupan masyarakat. Zakat bertujuan membersihkan

diri dari sifat kikir dan rakus, dan mendorong manusia untuk

mengembangkan sifat kedermawanan dan sensitivitas kesetiaan sosial.

Demikian pula halnya dengan shalat, shalat bertujuan menghindarkan

kehidupan manusia dari fakhsya (kejahatan) dan munkar (kerusakan).49

Kewajiban zakat melekat baik pada subjek maupun objek zakat.

Subjek yang wajib zakat (muzaki) adalah seorang muslim dewasa yang

waras, merdeka dan memeiliki kekayaan yang memenuhi syarat-syarat

tertentu. Dengan demikian zakat tidak wajib dan tidak sah bagi orang kafir

dan hamba sahaya. Zakat tidak wajib bagi orang kafir karena zakat adalah

pembeda antara orang muslim dan orang kafir. Zakat tidak wajib bagi

hamba sahaya karena hamba sahaya tidak memeiliki apapun, bahkan ia

48

Al-imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 11, terj. Bahrun Abu

Bakar, 24 49

Quraish Shihab, Panduan Zakat (Jakarta: Penerbit Republika, 2001), 88

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

28

tidak berhak atas dirinya sendiri.50

Adapun orang yang diwajibkan untuk

mengeluarkan zakat adalah muzaki. Muzaki menurut UU Zakat Nomor 23

Tahun 2011 adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban

menunaikan zakat.51

Para ulama bersepakat bahwa yang diwajibkan

berzakat adalah seorang muslim dewasa, berakal sehat, merdeka, serta

mempunya harta atau kekayaan yang cukup nisab (sejumlah harta yang

telah cukup jumlahnya untuk dikeluarkan zakatnya) dan sudah memenuhi

haul (telah cukup waktu untuk mengeluarkan zakat yang biasanya

kekayaan itu telah dimulikinya dalam waktu satu tahun).52

Adapun

kewajiban zakat bagi lembaga atau yayasan, perseroan, dan bentuk badan

usaha lainnya ada dua alternatif penyelesaian, yakni ada yang mengatakan

tetap wajib berzakat ada pula yang mengatakan tidak wajib berzakat.

Adapun yang paling kuat pendapatnya adalah yang pertama dengan

alasan:

a. Subjek semua perbuatan sdalam Islam adalah manusia, baik di dunia

maupun diakhirat. Karena lembaga terdiri dari manusia baik pengurus

maupun pemiliknya, maka pertanggungjawabannya akan kembali

kepada manusia-manusia didalamnya bukan entitas lembaga itu

sendiri.

b. Karena zakat diwajibkan kepada pengurus dan pemilik dari lembaga

tersebut, maka jika zakat juga dikenakan kepada lembaga tersebut akan

terjadi double counting (perhitungan ganda) atas suatu aktivitas

pengembangan harta yang sama. Untuk menghindari hal tersebut,

maka zakat tidak diwajibkan kepada lembaga.

c. Islam pada dasarnya sederhana dan mudah. Jika kita hendak

mewajibkan zakat kepada lembaga sedangkan kepemilikan lembaga

tersebut tersebar (bukan milik satu orang saja) maka perhitungannya

akan menjadi rumit dan tidak berkesesuaian dengan kemudahan dan

kesederhanaan dalam Islam.

50

Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, Edisi Pertama (Bandung: PT Mobidelta

Indonesia, 2015), 330 51

Pasal 1 (5) UU Zakat Nomor 23 Tahun 2011 52

Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, 37

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

29

Adapun menurut Thaha „Abdullah al-„Afifi ada sepuluh syarat

yang harus dipenuhi oleh seorang muzaki yang akan mengeluarkan zakat.

Syarat yang pertama adalah Islam. Seorang yang hendak mengeluarkan

zakat haruslah seorang yang beragama Islam (Muslim). Syarat kedua,

taklif atau baligh dan berakal (sehat jiwanya). Ulama hanafi mensyaratkan

taklif bagi muzaki. Oleh karena itu dalam pandangan mazhab ini, anak

kecil dan ornag gila tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, kecuali

zakat pertanian dan zakat fitrah.

Kewajiban zakat melekat juga pada objek harta yang memenuhi

syarat-syarat tertentu. Sekalipun harta tersebut adalah milik anak-anak

ataupun orang gila. Hal ini disebabkan oleh keumuman dalil perintah zakat

dan makna penyucian harta yang terkandung didalamnya. Harta yang

memenuhi syarat tetap wajib disucikan walaupun dimiliki oleh orang gila

dan anak-anak.53

Seluruh jumhur ulama sependapat, bahwa yang menjadi

objek zakat adalah segala harta yang mempunyai nilai ekonomi dan

potensial untuk berkembang. Pengumpulan zakat tidak bisa dilaksanakan

karena adanya kebutuhan negara serta maslahat komunitas. Zakat

merupakan jenis harta khusus yang wajib diserahkan kepada lembaga amil

zakat atau baitul mal setelah memenuhi nisab (masa tertentu), baik ada

kebutuhan atau tidak. Zakat tidak gugur dari seorang muslim selama

diwajibkan dalam hartanya.54

Adapun syarat-syarat kekayaan yang wajib dizakati adalah :

a. Milik penuh

Artinya zakat yang diberikan harus harta yang dimiliki secara

penuh. Bahwa kekayaan itu harus berada dibawah kontrol dan didalam

kekuasaannya, atau seperti yang dinyatakan ahli fikih bahwa kekayaan

itu harus berada ditangannya, tidak tersangkut didalamnya hak orang

lain, dapat ia pergunakan dan faedahnya dapat dinikmati.

b. Berkembang

53

Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, 330 54

Taqyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, terj.

Mahfur Wahid (Surabaya: Risalah Gusti, 1999), 256

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

30

Pada umumnya harta memiliki sifat berkembang, artinya ia

dapat tumbuh bertambah jika dikelola dengan baik. Maksudnya

kekayaan itu dapat memberikan keuntungan atau pendapatan ketika

dikembangkan. Misalnya uang tunai yang dibelikan suatu barang yang

menjadi persediaan yang kemudia dijual kembali dan akan

menghasilkan keuntungan yang lebih dari nominal yang sebelumnya.

c. Cukup senisab

Nisab adalah batas minimal harta yang dimiliki. Nisab zakat

berbeda-beda tergantung jenis harta yang dimiliki. Secara umum, 85

gram emas adalah nisab untuk uang dan emas. Hikmah dari adanya

nisab adalah untuk memastikan bahwa hanya orang kaya yang

membayar zakat.55

Yaitu sejumlah harta tertentu yang sudah cukup

jumlahnya untuk dikeluarkan zakatnya.

d. Bebas dari hutang

Maksudnya adalah bila pemilik harta/kekayaan itu memiliki

hutang yang menghabiskan atau mengurangi jumlah kepemilikan

sehingga kekayaan itu tidak sampai senisab.

e. Berlalu setahun (mencapai haul)

Yaitu kekayaan yang berada ditangan pemiliknya sudah berlalu

masanya satu tahun. Persyaratan setahun ini hanya untuk ternak,

uangm dan harta benda dagang. Tetapi untuk hasil pertanian, buah-

buahan, madu, harta karun dan sejenisnya tidaklah dipersyaratkan

untuk menunggu dalam waktu satu tahun.56

Tahun yang dimaksud

adalah tahun dalam ukuran kalender Hijriyah (hitungan Qamariyah).57

4. Macam-Macam Zakat

Secara umum umat Islam mengetahui bahwa zakat terbagi menjadi

dua yakni :

a. Zakat Fitrah

55

Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, 331 56

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat

Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, terj. Salman Harun dkk (Bogor: Litera Antar Nusa, 2002), 122 57

Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, 331

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

31

Zakat fitrah atau biasa disebut dengan zakat nafs (untuk diri

sendiri) yaitu sejumlah harta yang wajib ditunaikam oleh setiap

mukallaf (orang Islam, baligh, dan berakal) dan setiap orang yang

nafkahnya ditanggung olehnya dengan syarat-syarat tertentu, dan

kewajiban menunaikannya ketika bulan ramadhan berakhir sebelum

dilaksanakannya shalat idul fitri.58

Kadar yang wajib bagi setiap

individu dalam zakat fitrah adalah satu sha‟ dari sesuatu yang biasa

dimakan oleh penduduk negeri tersebut, baik berupa biji-bnijian (padi

dan gandum), kurma, anggur, ataupun lainnya seperti keju dan susu.

Yang menjadi acuan dalam hal ini adalah makanan pokok orang yang

menzakati, sebab ia sejak awal sudah diwajibkan atasnya kemudian

ditanggung oleh si pemberi zakat.59

b. Zakat mal (harta)

Adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka

satu tahun sekali yang sudah memenuhi nisab mencakup hasil

perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta

temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe

memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.60

Adapun jenis-jenis zakat

mal menurut UU zakat Nomor 23 tahun 2011 terdiri dari:

1) Emas, perak dan logam mulia lainnya

Kewajiban menunaikan zakat emas, perak dan logam mulia

lainnya tertuang dalam surat at-taubah ayat 34.

Adapun nisab zakatnya adalah 20 dinar atau setara dengan

85 gram atau lebih untuk emas dan 200 dirham atau setara dengan

672 gram atau lebih untuk perak. Keduanya wajib dikeluarkan

zakatnya jika telah mencapai haul dan nisabnya, besaran zakat

yang wajib dikeluarkan adalah 2,5% dari totalnya.

2) Uang dan surat berharga lainnya

58

El Madani, Fiqih Zakat Lengkap (Yogyakarta: Diva Press, 2013), 139-140 59

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 399 60

Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟ly, Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter dan

Keuangan Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 3

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

32

Zakat uang dikeluarkan apabila kita mengetahui memiliki

uang kertas dan logam yang senilai dengan 20 mitsqal emas adtau

200 dirham perak. zakat yang harus dikeluarkan juga diqiyaskan

dengan emas dan perak, yakni 2,5%. Sedangkan surat berharga

adalah dokumen-dokumen yang setara dengan emas dan perak, dan

disebut oleh ahli ekonomi sebagai al-ghitha‟ adz-dzahabi. Apabila

seorang muslim memiliki lembar surat berharga yang nilainya

sama dengan 20 mitsqal emas, ia wajib mengeluarkan zakat

menurut ukuran nisab emas.61

3) Perniagaan

Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari

kekayaan yang di investasikan dan diperoleh dari kegiatan

perdagangan, baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun

secara kelompok. Adapun haul dan nisab nya disamakan dengan

emas yakni 85 gram dan telah mencapai satu tahun sejak

dimulainya perniagaan tersebut. Besaran zkat yang harus

dikeluarkannya adalah 2,5%.62

4) Pertanian, perkebunan, dan kehutanan

Diantara nikmat Allah yang dianugrahkan kepada hamba-

Nya ialah dihamparkannya bumi yang dapat dimanfaatkan untuk

menanam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang menjadi sumber

rizki manusia sehingga sebagian ahli ekonomi dibarat menyerukan

satu-satunya wajib pajak pada hasil pertanian, karena mereka

menganggap ia merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia.

Zakat hasil pertanian ini berbeda dengan zakat harta lainnya. Pada

zakat pertanian ini tidak disyaratkan terpenuhinya satu tahun

(haul), melainkan disyaratkan setelah panen, sebab ia merupakan

hasil bumi atau hasil pengolahan bumi.63

Adapun syarat dikeluarkannya zakat pertanian adalah :

61

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah360 62

Fahrur Muis, Zakat A-Z: Panduan Mudah, Lengkap, Dan Praktis Tentang Zakat, Cet.

Ke-1 (Solo: Tinta Medina, 2011), 79 63

Yusuf qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat

Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, terj. Salman Harun dkk, 241-242

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

33

Hasil petanian tersebut ditanam oleh manusia, bukan tanaman

yang tumbuh sendiri.

Hasil pertanian tersebut merupakan jenis makanan pokok

manusia yang dapat disimpan dan jika disimpan tidak akan

merubah fisiknya (tidak rusak).

Sudah mencapai nisab. Adapun kadarnya adalah 5 wasaq, 1

wasaq adalah 60 sha‟, sedangkan 1 sha‟ sama dengan 2,2 kg,

jadi 1 wasaq kurang lebih sama dengan 132,6 kg. Jandi kadar

nisabnya adalah 663 kg.64

Adapun zakat yang wajib dikeluarkan adalah 5% jika

pengairannya mengeluarkan biaya, 10% jika pengairannya melalui

irigasi, dan 7,5% jika menggunakan keduanya.

5) Perternakan dan perikanan

Hewan ternak dinamakan al-an‟am karena banyaknya

nikmat Allah yang dianugerahkan kepada hambanya melalui

hewan tersebut. Hewan ternak itu mencakup unta, sapi/kerbau,

kambing. Adapun syarat wajib zakat hewan ternak adalah :

Pertama, hewan tersebut digembalakan dipadang rumput terbuka

sepanjang tahun. Zakat hewan dikhususkan pada hewan ternak

karena makanannya dapat terpenuhi dengan menggembalakannya

dipadang rumput terbuka, baik rumput kering ataupun

basah.65

Kedua, hewan tersebut dimaksudkan untuk diperoleh

susunya, anaknya, dagingnya, dan tidak untuk dipekerjakan.

Hewan yang digunakan untuk membajak diladang atau

dipekerjakan tidak wajib zakat meskipun ia diternakkan. Ketiga,

telah dimiliki selama satu tahun penuh. Terpenuhinya satu tahun

(haul) merupakan syarat yang sangat adil. Karena jika ditetapkan

dalam waktu yang relatif singkat tentu akan memberatkan sang

pemilik harta dan bagi orang-orang yang membutuhkannya (orang

miskin). Keempat, mencapai nisab, sebagaimana berikut :

64

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah370-372 65

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah351-352

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

34

Nisab zakat unta

Tabel 2.1

Nisab Zakat Unta

Dari-Sampai

(Ekor unta) Zakat yang harus dikeluarkan

5-9 1 ekor domba

10-14 2 ekor domba

15-19 3 ekor domba

20-24 4 ekor domba

25-35 Seekor anak unta betina (1 tahun atau lebih)

36-45 Seekor anak unta betina (2 tahun atau lebih)

46-60 Seekor anak unta betina (3 tahun atau lebih)

61-75 Seekor anak unta betina (4 tahun atau lebih)

76-90 2 ekor anak unta betina (2 tahun atau lebih)

91-120 2 ekor anak unta betina (3 tahun atau lebih)

121-129 3 ekor anak unta betina (2 tahun atau lebih)

130-139 Seekor anak unta betina (3 tahun atau lebih)

ditambah 2 ekor anak unta betina (berumur 2

tahun lebih)

140-149 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun

lebih) ditambah 2 ekor anak unta betina (2

tahun lebih)

Selanjutnya setiap bertambah 40 ekor unta zakatnya juga

ditambah seekor anak unta betina (berumur 2 tahun atau lebih),

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

35

dan setiap bertambah 5 ekor zakatnya juga ditambah seekor anak

unta betina (berumur 3 tahun atau lebih), demikian seterusnya.66

Nisab zakat sapi/kerbau

Tabel 2.2

Nisab Zakat Sapi/Kerbau

Dari-sampai

(ekor sapi) Zakat yang wajib dikeluarkan

5-9 1 ekor domba

30-39 Seekor anak sapi jantan atau betina (umur 1

tahun)

40-59 Seekor anak sapi betina (umur 2 tahun)

60-69 2 ekor anak sapi jantan (umur 1 tahun)

70-79 Seekor anak sapi betina (umur 2 tahun)

ditambah seekor anak sapi jantan (umur 1

tahun)

Selanjutnya setiap bertambah 30 ekor sapi zakatnya

ditambah pula seekor anak sapi jantan (umur 1 tahun), dan

setiap betambah 40 ekor, zakatnya ditambah seekor anak sapi

betina (umur 2 tahun).67

Nisab zakat kambing

Tabel 2.3

Nisab Zakat Kambing

Dari-sampai

(ekor kambing) Zakat yang wajib dikeluarkan

40-120 1 ekor kambing

66

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 353-354

67 Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 355

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

36

121-200 2 ekor kambing

221-300 3 ekor kambing

Selanjutnya setiap bertambah 100 ekor, zakatnya juga

ditambag seekor kambing. Adapun zakat yang dikeluarkan

tidak boleh hewan yang cacat dan hewan jantan selama orang

tersebut memiliki hewan betina. Kecuali ia tidak memiliki

hewan betina, maka ia boleh mengeluarkan zakat hewan

jantan.68

Sedangkan untuk nisab pada ternak unggas dan perikanan

tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) sebagaimana unta, sapi,

dan kambing, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Ternak

unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 dinar (1 dinar =

4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas murni (24

karat).

Apabila seseorang beternak ikan, dan pada akhir tahun

(tutup buku) ia memiliki kekayaan berupa modal kerja dan

keuntungan lebih besar, kira-kira setara dengan 85 gram emas

murni, ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian,

usaha tersebut digolongan ke dalam zakat perniagaan.69

6) Pertambangan

Barang tambang adalah semua yang dikeluarkan dari bumi

dan memiliki nilai, seperti emas, perak, besi, kuningan, dan timah.

Apabila saat memperoleh barang tambang tersebut nilainya telah

mencapai nisab yakni sama dengan 85 gram emas, maka wajib

dikeluarkan zakat atas harta tersebut sebesar 2,5%.70

Selain itu, ada

juga pendapat sebagian fuqaha bahwa kadar zakat pertambangan

adalah sama dengan kadar zakat nya rikaz yakni 10%.71

68

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 355 69 https://zakat.or.id/bab-iii-nisab-dan-kadar-zakat/ diakses pada tanggal 20 Februari 2017

pukul: 19.27 70

Fahrur Muis, Zakat A-Z: Panduan Mudah, Lengkap, Dan Praktis Tentang Zakat , 79 71

Hikmat Kurnia dan A. Hidayat, Panduan Pintar Zakat (Jakarta: Qultum Media, 2011),

268

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

37

7) Perindustrian

Zakat perusahaan/perindustrian adalah kewajiban zakat

bagi perusahaan dengan statusnya sebagai sebuah badan hukum

(syaksiyah i‟tibariyah), dan bukan kewajiban personal para pemilik

aset perusahaan. Syarat zakat perusahaan:

Kepemilikan dikuasai oleh muslim

Bidang Usaha Halal

Asset perusahaan dapat dinilai dan bisa berkembang (growing)

Asset perusahaan setara dengan 85 Gram Emas

Ukuran 85 gram emas tersebut adalah konversi yang

dipegang oleh mayoritas ulama dari ketentuan asal yaitu 20 dinar

(koin emas dengan kadar 4,25 gram/dinar). Nisab ini adalah nisab

tertinggi dalam perzakatan. Ketentuan perhitungannya adalah

sebagai berikut:

Perhitungan zakat perusahaan dapat dilakukan dengan

mengumpulkan seluruh modal dari aktiva lancar dengan

keuntungan (dividen).

Setelah itu dikalikan dengan tarif zakatnya sebesar 2,5% jika

dihitung haul dengan menggunakan penanggalan hijriyah, atau

2,5775% jika dihitung dengan haul masehi.

Aktiva tetap tidak dikenakan kewajiban zakat, kecuali jika

aktiva tetap itu menghasilkan keuntungan dan pendapatan.72

8) Pendapatan dan jasa

Menurut Yusuf Qardhawi, pendapatan yang harus dizakati

dari suatu profesi adalah segala macam pendapatan yang didapat

bukan dari harta yang sudah dizakati, yang artinya bahwa zakat

profesi ini didapat dari hasil usaha manusia yang mendatangkan

pendapatan dan sudah mencapai nisab. Buakn dari harta kekayaan

yang zakatnya sudah ditetapkan dalam Al-qur‟an dan hadis Nabi,

72 http://www.zakatcenter.org/zakat-hasil-perusahaan-atau-industri/ diakses pada tanggal

20 Februari 2017 pukul: 19.39

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

38

seperti hasil pertanian, peternakan, harta simpanan, dan rikaz. Jadi

zakat profesi ini bisa dikatakan sebagai hasil ijtihad para ulama

yang belum ditetapkan sebelumnya melalui dalil Al-qur‟an ataupun

Hadis.73

Dari kadar zakat yang wajib dikeluarkan dianalogikan pada

zakat uang yang juga diqiyaskan dengan zakat emas dan perak

yakni 2,5%.74

9) Rikaz

Rikaz adalah harta terpendam pada masa jahiliyah yang

ditemukan pada masa Islam dan tidak diketahui siapa pemiliknya.

Zakat yang harus dikeluarkan adalah 20%, nisab nya disamakan

dengan emas dan perak. Sedangkan untuk haulnya, rikaz tidak di

syaratkan untuk menunggu sampai waktu satu tahun. Artinya

ketika menemukan rikaz, maka langsung dikeluarkan zakatnya

sebesar 1/5 atau 20%.75

D. Penelitian Terdahulu

Penulis mencari beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan

perbandingan penelitian yang akan dilakukan. Berikut merupakan beberapa

penelitian terdahulu mengenai hal ini, diantaranya:

Menurut Nurul Tsani Muslihati (2014) dalam skripsi berjudul “Pengaruh

religiositas dan pendapatan terhadap minat bayar zakat melalui BAPELURZAM

(Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) PCM Weleri Kendal”. Dengan

menggunakan sumber data primer dan sekunder, dengan sampel yang diteliti

sebanyak 100 orang muzaki BAPELURZAM PCM Weleri. Teknik pengumpulan

data dalam penelitian tersebut adalah dengan menggunakan kuesioner,

wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian tersebut religiositas dan

pendapatan secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh yang positif

73

Yusuf qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat

Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, terj. Salman Harun dkk, 497-498 74

Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa

Kini (Jakarta: Kalam Mulia, 2003, cet. IV), 271 75

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 355

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

39

dan signifikan terhadap minat membayar zakat melalui BAPELURZAM PCM

Weleri Kendal.76

Menurut Sidiq Hanwar Ahmad (2015) yang mengkaji tentang “Pengaruh

Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan, Religiusitas Dan Kepercayaan Kepada

Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada Lembaga

Amil Zakat :(Studi Kasus Terhadap Muzaki Di Fakultas Agama Islam Dan

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta)”.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan

Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) pada signifikansi (α) sebesar 0,05.

Pengetahuan zakat (PZ) berpengaruh signifikan terhadap minat membayar zakat

pada lembaga amil zakat dengan koefisien sebesar 0,274670. Tingkat kepercayaan

(TK) juga berpengaruh signifikan terhadap minat membayar zakat pada lembaga

amil zakat dengan koefisien sebesar 0,199615. Sedangkan untuk variabel tingkat

pendapatan (TP) dan tingkat religiusitas (TR) tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap minat membayar zakat pada lembaga amil zakat pada tingkat

α sampai dengan 95%.77

A. Mus‟ab, (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Religiusitas,

Tingkat Penghasilan, dan Layanan Terhadap Minat Muzaki Untuk Membayar

Zakat Maal Di Lazis NU”. Hasil penelitian yang diolah dengan program SPSS

Versi 16.0 for windows menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen

(religiusitas, pendapatan dan layanan) terhadap variabel dependen (minat

masyarakat) sebesar 71,9%, sedangkan yang 28,1% dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hal ini berarti sangat besar sekali

kemampuan variabel religiusitas, pendapatan dan layanan dalam menerangkan

variabel minat. Hasil uji empiris pengaruh antara religiusitas terhadap minat

masyarakat, menunjukkan nilai t hitung 3,914 dan p value (sig) sebesar 0,000

yang di bawah 5%. Artinya bahwa religiusitas berpengaruh terhadap minat

76

Nurul Tsani Muslihati.“Pengaruh religiositas dan pendapatan terhadap minat bayar

zakat melalui BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) PCM Weleri

Kendal.” (Skripsi, UIN Walisongo Semarang, 2014), 1 77

Sidiq Hanwar Ahmad. “Pengaruh Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan, Religiusitas

Dan Kepercayaan Kepada Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada

Lembaga Amil Zakat :(Studi Kasus Terhadap Muzaki Di Fakultas Agama Islam Dan Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta).” (Skripsi, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2015), 1

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

40

masyarakat. Pengaruh antara pendapatan terhadap minat masyarakat menunjukkan

nilai t hitung 3,635 dan p value (sig) sebesar 0,001 yang di bawah 5%. Artinya

bahwa pendapatan berpengaruh terhadap minat masyarakat. Sedangkan pengaruh

antara layanan terhadap minat masyarakat menunjukkan nilai t hitung 2,084 dan p

value (sig) 0,042, dengan menggunakan tingkat alpha 5%, maka posisi nilai

probabilitasnya berada dibawah Alphanya. Hal ini berarti bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara layanan terhadap minat masyarakat.78

Menurut Sri Kurniati (2015) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-

faktor Yang Mempengaruhi Minat Muzaki Membayar Zakat, Infak dan Shadaqah

di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan (Studi Kasus Karyawan RSI

PKU Muhammadiyah Pekajangan)”. Undergraduate thesis, STAIN Pekalongan.

Hasil uji empiris lima variabel yang peneliti gunakan, tiga variabel yaitu

religiusitas, pendapatan dan tekhnik pengumpulan zakat memiliki pengaruh

terhadap mianat muzaki membayar zakat, infak dan shadaqah. Sedangkan dua

variabel yang lain yaitu kepercayaan dan layanan tidak memiliki pengaruh

terhadap minat muzaki membayar zakat, infak dan shadaqah. Hasil uji simultan

(F) semua variabel secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap minat

muzaki membayar zakat, infak dan shadaqah. Hasil penelitian ini diolah dengan

program SPSS Versi 2.2 for windows menunjukkan bahwa pengaruh variabel

religiusitas, pendapatan, kepercayaan, layanan dan tekhnik pengumpulan zakat

terhadap minat muzaki membayar zakat, infak dan shadaqah sebesar 40,7%

sedangkan 59,3% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan dalam

penelitian tersebut.79

Menurut Fakhruddin, Muhammad Setiawan, Achmad Hendra (2016)

dalam artikel yang berjudul “Analisis pengaruh tingkat pengetahuan zakat, tingkat

religiusitas, tingkat pendapatan, dan tingkat kepercayaan kepada baznas terhadap

minat membayar zakat profesi para pekerja (studi kasus pekerja di DKI

Jakarta)”.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan

78

A. Mus‟ab. “Pengaruh Religiusitas, Tingkat Penghasilan, Dan Layanan Terhadap Minat

Muzaki Untuk Membayar Zakat Maal Di Lazis NU.” (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2011), 1 79

Sri Kurniati.“Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Muzaki Membayar

Zakat, Infak dan Shadaqah di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan (Studi Kasus

Karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan).” (Skripsi, STAIN Pekalongan, 2015), 1

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

41

tingkat Zakat religiusitas, tingkat pendapatan, tingkat kepercayaan terhadap

BAZNAS terhadap kepentingan membayar zakat profesi pekerja di DKI Jakarta.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda (Ordinary Least Square). Semua variabel yang digunakan diukur

menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan

variabel Zakat, tingkat pendapatan, dan tingkat kepercayaan di BAZNAS

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepentingan membayar zakat

profesi pekerja di DKI Jakarta pada tingkat signifikansi 5%. Pengetahuan yang

lebih tinggi dari zakat, tingkat pendapatan, dan tingkat kepercayaan di BAZNAS

maka bunga yang lebih tinggi dari pekerja untuk membayar profesi zakat. Tingkat

kepercayaan di BAZNAS menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap

kepentingan membayar zakat profesi di DKI Jakarta.80

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, dapat

diketahui bahwa keseluruhan penelitian tersebut membahas mengenai pengaruh

tingkat pendapatan beserta variabel lainya terhadap minat mengeluarkan zakat

masyarakat. Namun, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis sendiri disini

adalah hanya sebatas pengaruh tingkat pendapatan saja terhadap minat

mengeluarkan zakat. Karena menurut hemat penulis, yang paling berpengaruh

atas minat mengeluarkan zakat adalah pendapatan masyarakat itu sendiri

meskipun ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi, namun pengaruhnya sendiri

tidak terlalu signifikan, tidak seperti pendapatan.

E. Kerangka Pemikiran

Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggaota

masarakat dalam waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi

yang mereka sumbangkan.81

Tingkat pendapatan merupakan satuan tingkatan

yang berasal dari pemasukan keuntungan yang dihasilkan dari imbalan atas

baranbg atau jasa yang diberikan.

80

Fakhruddin, Muhammad Setiawan, Achmad Hendra. “Analisis pengaruh tingkat

pengetahuan zakat, tingkat religiusitas, tingkat pendapatan, dan tingkat kepercayaan kepada

baznas terhadap minat membayar zakat profesi para pekerja (studi kasus pekerja di DKI Jakarta).”

(Ungraduated Thesis, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2016), 1 81

Soediyono. Pengantar Analisis Pendapatan Nasional. (Yogyakarta: Liberty, 1992), 99

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

42

Zakat menurut bahasa artinya “berkembang” (an-nama) atau “pensucian”

(at-thahir). Adapun menurut syara‟, zakat adalah hak yang telah ditentukan

besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu.82

Zakat merupakan

kewajiban yang telah disepakati umat Islam. Kewajiban zakat telah ditetapkan dan

disebutkan dalam Al-Qur‟an dan Hadis baik secara umum maupun khusus

sehingga telah diketahui secara pasti sebagai salah satu dari kewajiban yang harus

dipenuhi bagi setiap orang Muslim.83

Kewajiban menunaikan zakat khususnya zakat mal (harta) memang

diwajibkan bagi harta atas kepemilikan penuh dan telah mencapai haul dan nisab.

Begitu pula berlaku pada pendapatan seseorang yang dihasilkan dariberbagai

aktivitas produksi. Adapun subjek zakat itu sendiri adalah seorang Muslim dan

seorang yang kaya. Menurut surat At-Taubah ayat 103, zakat harus dipungut oleh

pemerintah yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk memperoleh haknya

yang ada pada harta orang kaya.84

Berdasarkan pengertian zakat diatas maka dapat diketahui bahwa minat

mengeluarkan zakatadalah kecenderungan atau keinginan dari hati sesorang untuk

mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki yang besarannya telah diatur dan

ditentukan oleh syariat Islam.

Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah

82

Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 92 83

Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 347 84

Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, 95-96

Tingkat

Pendapatan

(X)

Minat

Mengeluarkan

Zakat (Y)

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan

43

rumusan masalah dan kerangka berfikir.85

Adapun hipotesis dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

H1 : Tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap kesadaran

berzakat masyarakat

H2 : Tingkat Pendapatan tidak berpengaruh positif terhadap kesadaran

berzakat masyarakat.

85

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm

284