46
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori Kemiskinan Menurut suharto dalam memahami kemiskinan terdapat dua paradigma atau teori besar (grand theory), yakni paradigma Neo-liberal dan Sosial Demokrasi. 1 1). Teori Paradigma Neo-Liberal Kemiskinan meruakkan permasalahan individu bukan permasalahan kelompok yang disebabkan oleh kelemahan atau pilihan hidup individu yang bersangkutan. Kemiskinan akan hilang apabila kekuatan-kekuatan pasar diperluas sebesar-besarnya dan pertumbuhan ekonomi ditingkatkan setinggi-tingginya. Dalam penanggulangan kemiskinan harus tidak bersifat sementara. Dan tidak hanya melibatkan keluarga, kelompok-kelompok swadaya masyarakat atau lembaga keagamaan. 2)Teori Paradigma Sosial Demokrat Teori Sosial Demokrat kemiskinan bukan merupakan permasalahan individual, tetapi permasalahan struktural. Kemiskinan dikarenakan adanya ketidakadilan dan ketimpangan pendapatan dalam masyarakat akibat dari terbatasnya akses kelompok tertentu terhadap 1 Restu Ratri Astuti, 2015, “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2004-2012”, http://eprints.uny.ac.id/177571/1/SKRIPSIH Restu ratri astuti/10404244017.pdf (diases tanggal 02 April 2020, jam 10.30) 1

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Teori ...repository.radenfatah.ac.id/7713/2/Skripsi BAB II.pdfpola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Landasan Teori

    1. Teori Kemiskinan

    Menurut suharto dalam memahami kemiskinan terdapat dua paradigma atau

    teori besar (grand theory), yakni paradigma Neo-liberal dan Sosial Demokrasi.1

    1). Teori Paradigma Neo-Liberal

    Kemiskinan meruakkan permasalahan individu bukan

    permasalahan kelompok yang disebabkan oleh kelemahan atau pilihan

    hidup individu yang bersangkutan. Kemiskinan akan hilang apabila

    kekuatan-kekuatan pasar diperluas sebesar-besarnya dan pertumbuhan

    ekonomi ditingkatkan setinggi-tingginya. Dalam penanggulangan

    kemiskinan harus tidak bersifat sementara. Dan tidak hanya melibatkan

    keluarga, kelompok-kelompok swadaya masyarakat atau lembaga

    keagamaan.

    2)Teori Paradigma Sosial Demokrat

    Teori Sosial Demokrat kemiskinan bukan merupakan

    permasalahan individual, tetapi permasalahan struktural. Kemiskinan

    dikarenakan adanya ketidakadilan dan ketimpangan pendapatan dalam

    masyarakat akibat dari terbatasnya akses kelompok tertentu terhadap

    1Restu Ratri Astuti, 2015, “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi,

    Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Indonesia Tahun 2004-2012”,

    http://eprints.uny.ac.id/177571/1/SKRIPSIH Restu ratri astuti/10404244017.pdf (diases tanggal 02

    April 2020, jam 10.30)

    1

  • 2

    berbagai sumber kemasyarakatan. Pada pendukung Sosial-Demokrat

    berpendapat bahwa kesetaraan merupakan prasyarat penting dalam

    memperoleh kemandirian dalam kebebasan.

    a. Pengertian Kemiskinan

    Menurut Mudrajat Kuncoro, kemiskinan didefinisikan sebagai

    ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum, di mana pengukuran

    kemiskinan didasarkan pada konsumsi. Berdasarkan konsumsi ini, garis

    kemiskinan terdiri dari dua unsur yaitu (1) pengeluaran yang diperlukan untuk

    membeli standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya, dan (2) jumlah

    kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi

    dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.2

    Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak

    mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai

    kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti sempit, kemiskinan

    (porper) dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin

    kelangsungan hidup.3

    Bagi para akademis, ahli statistik di BPS, dan pemerintah, “kemiskinan”

    didefenisikan dan dianalis sebagai orang yang berada di bawah garis kemiskinan

    yang defenisinya bervariasi.4

    2 Amir Machmud, “Perekonomian Indonesia Pasca Reformasi”, (Jakarta: Penerbit

    Erlangga,2016), hlm. 280-281 3 Ibid. 280 4 Tri Wibowo Budi Santoso & Hadi Susilo, “Ekonomi Indonesia/Hal Hill penerjemah”,

    Jakarta: PT RajaGrafindo Perseda,2002, hlm.252

  • 3

    Pengertian kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang

    oleh seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara

    yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan, terancamnya penegakan

    hak dan keadilan, terancamnya posisi tawar (bargaining) dalam pergaulan dunia,

    hilangnya generasi, serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Negara-negara

    maju yang lebih menekankan pada “kualitas hidup” yang dinyatakan dengan

    perubahan lingkungan hidup melihat bahwa laju pertumbuhan industri tidak

    mengurangi bahkan justru menambah tingkat polusi udara dan air, mempercepat

    penyusutan sumber daya alam, dan mengurangi kualitas lingkungan. Sementara

    untuk negara-negara yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi yang relatif

    tinggi pada tahun 1960 sedikit sekali pengaruhnya dalam mengurangi tingkat

    kemiskinan.Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat mencerminkan

    keberhasilan pembangunan pada wilayah tersebut. Apabila suatu wilayah dapat

    meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya maka wilayah tersebut dapat

    dikatakan sudah mampu melaksanankan pembangunan ekonomi dengan baik.

    Akan tetapi yang masih menjadi masalah dalam pembangunan ekonomi ini adalah

    apakah pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah sudah merata

    diseluruh lapisan masyarakat. Harapan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan

    dapat meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat.

    Ketika pendapatan perkapita meningkat dan merata maka kesejahteraan

    masyarakat akan tercipta dan ketimpangan akan berkurang. Ada teori yang

    mengatakan bahwa ada trade off antara ketidakmeratan dan pertumbuhan. Namun

    kenyataan membuktikan ketidakmerataan di Negara Sedang Berkembang (NSB)

  • 4

    dalam dekade belakangan ini ternyata berkaitan dengan pertumbuhan rendah,

    sehingga di banyak NSB tidak ada trade off antara pertumbuhan dan

    ketidakmerataan.

    Menurut Sharp terdapat tiga faktor penyebab kemiskinan jika dipandang

    dari sisi ekonomi. Pertama, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan

    pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang

    timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya yang terbatas dan

    kualitasnya rendah. Kedua kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas

    sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti

    produktifitanya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas

    sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang

    beruntung, adanya diskriminasi atau keturunan.ketiga kemiskinan muncul karena

    perbedaan akses dalam modal.5

    Menurut Rencana Kerja Pemerintah Bidang Prioritas Penanggulangan

    Kemiskinan, penyebab kemiskinan adalah pemerataan pembangunan yang belum

    menyebar secara merata terutama di daerah pedesaan. Penduduk miskin di daerah

    pedesaan pada tahun 2006 diperkirakan lebih tinggi dari penduduk miskin di

    daerah perkotaan. Kesempatan berusaha di daerah pedesaan dan perkotaan belum

    dapat mendorong penciptaan pendapatan bagi masyarakat terutama bagi rumah

    tangga miskin. Penyebab yang lain adalah masyarakat miskin belum mampu

    menjangkau pelayanan dan fasilitas dasar seperti pendidikan, kesehatan, air

    minum dan sanitasi, serta transportasi. Gizi buruk masih terjadi di lapisan

    5Mudrajat Kuncoro, Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika

    Pembangunan,(Erlangga 2010)

  • 5

    masyarakat miskin. Hal ini disebabkan terutama oleh cakupan perlindungan sosial

    bagi masyarakat miskin yang belum memadai. Bantuan sosial kepada masyarakat

    miskin, pelayanan bantuan kepada masyarakat rentan (seperti penyandang cacat,

    lanjut usia, dan yatim-piatu), dan cakupan jaminan sosial bagi rumah tangga

    miskin masih jauh dari memadai.6

    b. Kemiskinan Dalam Pandangan Islam

    Di dalam Islam, kemiskinan dipandang sebagai masalah yang

    membahayakan jiwa dan iman seseorang karena sangat dekat dengan kekufuran.

    Dengan hidup miskin, seseorang tidak dapat melaksanakan kewajiban agama

    secara maksimal, tidak dapat mengecap pendidikan yang baik, dan akses

    kehidupan dan kesehatan yang layak. Oleh karena itu, Islam melarang umatnya

    meninggalkan keturunan dalam keadaan lemah, baik secara agama, ilmu, maupun

    ekonomi (kesejahteraan), sebagaimana Allah berfirman:

    “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya

    meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir

    terhadap (kesejahteraan) mereka, dan hendaklah mereka bertakwa kepada Allah

    dan hendaklah mereka bertutur kata yang benar” (Q.S. An-Nisa’: 9).

    6 Whisnu Adhi Saputra, “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM,

    Pengangguran Terdadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah”, Semarang 2011,

    skripsih, Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro Semarang hlm 16-21

  • 6

    Menurut Ibnu Katsir, keturunan yang lemah identik dengan kondisi

    kekurangan harta hal itu diperkuat dengan penjelasannya mengenai pesan

    Rasulullah kepada Sa’ad Abi Waqash untuk meninggalkan ahli warisnya dalam

    keadaan berkecukupan. Jika ditelaah lebih jauh, ayat ini memiliki pesan fiosofis

    yang sangat penting bahwa kemiskinan menjadi isu yang tidak dapat diabaikan

    begitu saja sehingga dalam konteks kekinian.7

    c. Faktor-faktor Penentu Kemiskinan

    a. Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Penduduk (EDU)

    Hasil penelitian tentang kemiskinan di jawa menyimpulkan

    bahwa pengurangan kemiskinan diasosiasikandengan meningkatnya

    pencapaian pendidikan dan peningkatan pendapatan dari tenaga kerja

    terdidik. Hasil penelitian Sukherman juga menunjuka kemiskinan di

    jawa baratdipengaruhi oleh besarnya persentase angka melek huruf.

    b. Pendapatan Per Kapita Penduduk (PC)\

    Hasil penelitian Iradian yang dilakukan pada 82 negara untuk

    tahun 1965-2003 menunjukan bahwa tingginya pertumbuhan

    pendapatan per kapita tidak akan terlalu berdampak apabila tidak

    disertai dengan perbaikan distribusi pendapatn.perubahan pendapatan

    per kapita mempunyai penaruh yang negatif terhadap kemiskinan.

    Hasil penelitian ini mengisyaratkan bahwa peningkatan pendapatan

    per kapita dan pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai oleh

    7Ari Kristin Prasetyoningrum dan U. Sulia Sukmawari. “Analisis Pengaruh Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan

    di Indonesia”,Volume 6, Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm. 219

  • 7

    indonesia hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk. Sementara

    itu, sebagian besar penduduk yang saat ini hidup dalam kemiskinan

    tidak menikmati pencapaian tersebut. Dengan kata lain, meskipun

    ekonomi tumbuh dengan baik, terapi mereka tetap berada dalam

    kemiskinan. Peningkatan kontra prestasi (gaji, honor, upah, dan

    bentuk lain) yang selama ini terjadi di indonesia hanya dinikmati oleh

    sebagian orang. Peningkatan kontra prestasi tersebut tidak sampai

    menyentuh kelompok yang berada pada garis kemiskinan. 8

    c. Rasio Ketergantungan Penduduk

    Faktor penyebab munculnya ketergantungan adalah adanya

    tingkat kelahiran (fertilitas) yang tinggi.

    d. Pertumbuhan Ekonomi (GRW)

    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang selama ini dicapai

    oleh indonesia ternyata tidak mampu mengurangi faktor penyebab

    kemiskinan. Pesatnya pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bisa

    dinikmati oleh sebagian kecil orang di Indonesia. Hal itu akan

    menimbulkan kemiskinan struktural di mana pertumbuhan ekonomi

    yang tinggi hanya bisa dinikmati oleh sebagian kecil orang kaya,

    sementara sebagian besar masyarakat tetap miskin. Keadaan ini sesuai

    dengan teori “trade-off between growth and equity” yang menyatakan

    bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menimbulkan

    ketimpangan yang semakin besar dalam pembagian pendapatan.

    8 Ibid, hlm. 253

  • 8

    e. Persentase Tenaga Kerja Di Sektor Pertanian (TKP)

    Penelitian Ritonga yang menyatakan bahwa penduduk miskin

    di Indonesia umumnya bekerja di sektor pertanian dan mempunyai

    tingkat pendidikan SD kebawah.9

    f. Persentase Tenaga Kerja Di Sektor industri (TKI)

    Mengindikasikan bahwa pendapatan pekerja usaha kecil yang

    bekerja di sektor industri non-pertanian lebih besar daripada

    penghasilan tenaga kerja usaha kecil yang bekerja di sektor industri

    yang bergerak di sektor pertanian.

    Sharp mencoba mengindentifikasikan penyebab kemiskinan

    dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan

    munculnya karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya

    yang menimbulkan distribusi pedapatan yang timpang. Penduduk miskin

    hanya memiliki sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan

    yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam

    jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat

    perbedaan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

    yang rendah berarti produktivitasnya rendah.yang pada giliranya upah

    minimum rendah.10

    9 Ibid, hlm.254 10 Ibid, 255

  • 9

    d. Indikator dan Ukuran Kemiskinan

    a. Indikator dan Ukuran Absolut

    Bank Dunia mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai

    hidup dengan pendapatan di bawah US$1/hari.

    Indikator kemiskinan yang lain dikemukakan oleh

    Bappenas (2004) dalam Sahlan (2005) berupa :

    a). Kurangnya pangan, sandang, dan perumahan yang tidak layak;

    b). Terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif;

    c). Kurangnya kemampuan membaca dan menulis;

    c). Kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup

    d). Kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan

    ekonomi;

    d). Ketidakberdayaan atau daya tawar yang rendah;

    e). Akses ke ilmu pengetahuan yang terbatas.11

    b. Indikator dan Ukuran Relatif

    kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena

    kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh

    lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi

    pendapatan. Kemiskinan absololut ditentukan berdasarkan ketidak

    mampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum.

    Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang

    11 Ibid, hlm. 257

  • 10

    disebabkan oleh kondisi struktural dan faktor-faktor adat budaya

    suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang.12

    2. Pertumbuhan Ekonomi

    a. Teori Perumbuhan Ekonomi

    Teori trickle-down effect yang dikembangkan pertama kali oleh

    Arthur Lewis (1954)13 dan diperluas oleh Ranis dan Fei (1968).

    Didalam teori jelaskan bahwa kemakmuran yang diperoleh oleh

    sekelompok masyarakat akan sendirinya menetes ke bawah sehingga

    menciptakan lapangan kerja dan berbagai peluang ekonomi yang pada

    gilirannya akan menumbuhkan berbagai kondisi demi terciptanya

    distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi yang merata.

    Teori tersebut mengimplikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi

    terjadi dengan sendirinya diawali oleh aliran vertikal dari penduduk

    kaya ke penduduk miskin. Manfaat pertumbuhan ekonomi akan

    dirasakan penduduk kaya terlebih dahulu, dan kemudian pada tahap

    selanjutnya penduduk miskin mulai memperoleh manfaat ketika

    penduduk kaya mulai membelanjakan hasil dari pertumbuhaan ekonomi

    yang telah diterimanya.

    12 Ibid, hlm.259

    13Lewis, O. (1996). "The Culture of Poverty". In G. Gmelch and W. Zenner, eds.Urban

    Life. Waveland Press.

  • 11

    b. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

    Kebanyakan literatur ekonomi mengartikan pertumbuhan

    ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan

    perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya.14 Dapat didefinisikan sebagai

    perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan

    barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah.15

    Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional

    (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode

    perhitungan tertentu. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi

    adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh

    pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat

    tabungan. Sedangkan menurut pendapat beberapa pakar ekonomi

    pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan istilah bagi

    negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya,

    sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah

    pembangunan ekonomi.16

    Arsyad mendefinisikan pertumbuhan ekonomi suatu Negara

    sebagai peningkatan kemampuan suatu Negara untuk menyediakan

    barang-barang ekonomi bagi penduduknya, peningkatan kemampuan

    14 Sadono sukirno, “Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, Dan Dasar Kebijakan”,

    Jakarta Putra Grafika,2015, hlm. 9 15 Sadono Sukirno, “Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta Rajawali Pers”, 2013, hlm.

    9 16 Iskandar Putong, “Pengantar Ekonomi Mikro Dan Makro”. Jakarta: Ghalia Indonesia,

    2003, hal. 252.

  • 12

    ini disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi, kelembangaan serta

    penyesuaian ideology yang dibutuhkan.17

    Pertumbuhan ekonomi menurut BPS adalah peningkatan Produk

    Domestik Bruto (PDRB) dari satu tahun ke tahun berikutnya yang

    dinyatakan dalam bentuk presentase, sedangkan produk PDRB yang

    digunakan adalah PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan.

    PDRB menurut Badan Pusat Statistika (BPS) didefinisikan

    sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

    dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan

    jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

    Cara penyajian PDRB disusun dalam dua bentuk, yaitu :

    a. PDRB atas harga konstan (PDRB ADHK) yaitu jumlah nilai

    produksi atau pengeluaran pendapatan yang dihitung menurut

    harga tetap. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan

    berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan

    indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat

    kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui PDRB riil. Dalam

    konteks daerah, untuk memperoleh gambaran ekonomi secara nyata

    maka dengan menggunakan PDRB harga konstan (riil), karena

    tidak memasukkan unsur inflasi di dalamnya. 18

    17Arsyad, Lincolin (2005), “Ekonomi Pembangunan Edisi Kelima”, STIE YKPN,

    Yogyakarta. Hlm. 277-278

    18Badan Pusat Statistika Indonesia (2016), “PDRB Provinsi menurut Lapangan Usaha

    tahun 2010-2015”, Badan Pusat Statistika Indonesia, Jakarta.

  • 13

    b. PDRB atas harga berlaku (PDRB ADHB) menurut BPS adalah

    jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor

    perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksd nilai tambah yaitu

    merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang

    dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input

    antara nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut

    sertanya factor produksi dalam proses produksi.

    c. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan PDRB suatu

    wilayah, yaitu merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

    dalam jangka panjang. Kenaikan pendapatan perkapita akan

    menurun tingkat kemiskinan.

    Definisi di atas memiliki tiga komponen pengertian: Pertama,

    pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara

    terus menerus persediaan barang. Kedua, teknologi maju merupakan

    faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat

    pertumbuhan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.

    Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

    penyesuaian di bidang kelembangaan dan ideologi sehingga inovasi yang

    dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan

    secara tepat.19

    19 M.L. Jhingan, “Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan”’ Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 2001, hal. 72.

  • 14

    c. Pertumbuhan ekonomi dalam Pandangan Islam

    Pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang tinggi

    merupakan indikator ketersediaan makanan, pakaian, tempat tinggal,

    pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya untuk mendapatkan

    kenyamanan dalam menjalani hidup. Hal ini tidak dilarang dalam Islam

    bahkan dianjurkan selama tidak tenggelam dalam buaian hawa nafsu

    yang membuat lupa kepada Allah. Justru Islam menganjurkan

    pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dan di saat bersamaaan

    menghendaki terjadinya distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil

    sebagaimana dinyatakan di dalam Q.S. al-Hasyr: 7 berikut ini:

    Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada

    Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota

    maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim,

    orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya

    harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara

    kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa

    yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah

    kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya

  • 15

    Kandungan ayat ini menjadi bukti bahwa Islam juga mengatur

    aspek kehidupan dalam distribusi kekayaan. Kakayaan yang diberikan

    Allah kepada manusia tidak boleh hanya dinikmati oleh segelintir orang

    saja. Pemerataan dalam distribusi kekayaan menjadi sebuah keharusan

    di dalam Islam. Jika masyarakat mengalami kesenjangan yang tinggi,

    maka negara wajib mewujudkan konsep keseimbangan dalam

    masyarakat khususnya dalam pendistribusian kekayaan.20

    Islam mendefiniskan pertumbuhan ekonomi sebagai

    perkembangan yang terus menerus dari faktor produksi secara benar

    yang mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia.

    Dengan demikian, maka pertumbuhan ekonomi menurut islam

    merupakan hal yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh

    faktor produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika

    produksi tersebut misalnya memasukkan barang-barang yang terbukti

    memberikan efek buruk dan membahayakan manusia21.

    d. Indikator Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

    Sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Prof Rahardjo

    Adisasmita, dalam bukunya mengatakan bahwa ada beberapa

    20Ari Kristin Prasetyoningrum dan U. Sulia Sukmawari. “Analisis Pengaruh Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan

    di Indonesia”,Volume 6, Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm. 223 21Rizal Muttaqin, Pertumbuhan Ekonomi..., hlm 119.

  • 16

    indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk melihat

    pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah sebagai berikut:22

    a. Ketidak seimbangan Pendapatan

    Dalam keadaan yang ideal, di mana pendapatan dengan mutlak

    didistribusikan secara adil, 80 persen populasi terbawah akan

    menerima 80 persen dari total pendapatan, sedangkan 20 persen

    populasi teratas menerima 20 persen total pendapatan. Menurut

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), susunan pengelompokan

    penduduk dibagi tiga, yaitu 40 persen populasi terendah, 40 persen

    populasi sedang, dan 20 persen populasi teratas. Indikator ketidak

    seimbangan pendapatan dapat diterapkan untuk menilai

    keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah.

    b.Perubahan Struktur Perekonomian

    Dalam masyarakat yang maju, pembangunan ekonomi yang

    dilaksanakan akan mengakibatkan perubahan struktur

    perekonomian, dimana terjadi kecendrungan bahwa kontribusi

    (peran) sektor petanian terhadap nilai PDRB akan menurun,

    sedangkan kontribusi sektor industri akan meningkat. Sektor

    industri memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan

    nasional dan regional, sektor industri dapat menyediakan lapangan

    22Rahardjo Adisasmita, Pertumbuhan Wilayah dan Wilayah Pertumbuhan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014, hlm. 91.

  • 17

    kerja yang luas, memberikan peningkatan pendapatan kepada

    masyarakat, menghasilkan devisa yang dihasilkan dari exspor.

    Oleh karena itu, perekonomian suatu wilayah harus di orientasikan

    selain sektor pertanian, tetapi harus pula diorientasikan kepada

    sektor industri.

    c. Pertumbuhan Kesempatan Kerja

    Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan salah

    satu masalah yang stategis dan sangat mendesak dalam pembangunan

    di Indonesia. Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 240 jiwa,

    tingkat pengangguran cukup tinggi dan cenderung bertambah luas

    akibat krisis financial Negara-negara di dunia. Untuk mengatasi krisis

    ekonomi yang sangat luas tersebut, diperlukan peranan pemerintah.

    Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah pembangunan

    prasarana (misalnya jalan). Pembangunan jalan yang menjangkau ke

    seluruh kantong-kantong produksi, akan mendorong peningkatan

    produksi berbagai komoditas sektor pertanian dalam arti luas (meliputi

    tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan)

    serta barang-barang hasil industri. Pembangunan prasarana dan sarana

    transportasi akan menunjang berkambangnya berbagai kegiatan di

    sektor-sektor lainnya ( pertanian, perdagangan, industri, pariwisata

    dan lainnya).

  • 18

    d. Tingkat dan Penyebaran Kemudahan

    Dalam hal ini “kemudahan” diartikan sebagai kemudahan bagi

    masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik pemenuhan

    kebutuhan hidup sehari-hari (seperti sandang, pangan, papan,

    memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan, kesempatan

    melakukan ibadah, rekreasi dan sebagainya), maupun pemenuhan

    kebutuhan untuk dapat melakukan kegiatan usaha misalnya

    mendapatkan bahan baku, bahan penolong, suku cadang, listrik, air

    bersih, dan jasa-jasa seperti jasa angkutan, pemasaran, perbankan dan

    lainnya)

    e. Produk Domestik Regional Bruto

    Salah satu konsep yang sangat penting dalam pembangunan

    ekonomi regional (wilayah) adalah konsep Produk Domestik Regional

    Bruto (PDRB). PDRB merupakan ukuran prestasi (keberhasilan)

    ekonomi dari seluruh kegiatan ekonomi.

    Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu

    wilayah adalah dengan menggunakan data Produk Domestik Regional

    Bruto (PDRB). Menurut definisi, PDRB adalah jumlah seluruh nilai

    barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di

    suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu tanpa melihat

    faktor kepemilikan. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah diperoleh

  • 19

    dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan yang mencerminkan

    kenaikan produksi barang dan jasa dari tahun ke tahun.

    Menurut badan pusat statistik (BPS) ada tiga cara perhitungan

    PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan

    produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.23

    e. Cara Menghitung Pertumbuhan Ekonomi

    Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dapat digunakan

    pertumbuhan tahunan dan pertumbuhan rata-rata24. Pertumbuhan

    ekonomi tahunan diukur dengan menggunakan rumus berikut:

    g = {(PDBs− PDBk)

    PDBk} 𝑥 100%

    Keterangan:

    g = Tingkat pertumbuhan ekonomi

    PDBs = PDB riil tahun sekarang

    PDBk = PDB riil tahun kemarin

    Sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata diukur dengan

    menggunakan rumus berikut:

    𝑟 = [ √𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟_𝑡𝑛𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟_𝑡0

    − 1𝑛−1

    ] 100%

    Keterangan:

    r = laju pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun

    23 Diakses http//bps.co.id 24Amir Machmud, Perekonomian Indonesia.Pasca Reformasi, (Jakarta: Erlangga, 2016),

    hlm 37

  • 20

    n = jumlah tahun (dihitung mulai sampai dengan)

    tn = tahun akhir periode penelitian

    t0 = tahun akhir periode

    Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini,

    peneliti menggunakan rumus pertumbuhan ekonomi tahunan karena

    data yang digunakan adalah persentase pertumbuhan ekonomi.

    f. Masalah Pertumbuhan Ekonomi

    Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah

    makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode

    berikutnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan

    jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan

    karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan

    dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah

    barang modal, teknologi yang digunakan berkembang, disamping itu

    tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan

    pendidikan serta pengalaman kerja menambah keterampilan mereka.25

    25 Ibid, hlm. 9-10

  • 21

    g. Faktor – Faktor yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi

    a. Tanah dan Kekayaan Alam Lainya

    Kekayaan alam akan dapat mempermudah usaha untuk

    mengembangkan perekonomian suatu negara,terutama pada masa

    permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.26

    b. Jumlah dan Mutu Dari Penduduk dan Tenaga Kerja

    Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi

    pendorong maupun penghambat kepada perkembangan ekonomi.

    Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja,

    dan penambahan tersebut memungkinkan negara itu menambah

    produksi.27

    c. Barang – Barang Modal dan Tingkat Teknologi

    Barang - barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan

    teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang

    peranan yang penting sekali dalam mewujudkan kemajuan

    ekonomi yang tinggi itu.28

    d. Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

    Sistem sosial dan sikap masyarakat penting peranya dalam

    mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Adat istiadat yang tradisional

    26 Ibid, hlm. 429 27 Ibid, hlm. 430 28 Ibid, hlm.431

  • 22

    dapat menghambat masyarakat untuk menggunakian cara

    memproduksi yang modern dan produktifitas yang tinggi. Oleh

    karenanya pertumbuhan ekonomi tidak dapat di percepat.29

    Dalam jangka panjang dua faktor penting berikut dapat

    meningkatkan kemampuan suatu masyarakat untuk memproduksi barang: (i)

    pertambahan dalam faktor – faktor produksi dan (ii) kemajuan teknologi.

    Uraian berikut secara ringkas menerangkan bagaimana kedua faktor ini

    meningkatkan potensi pertumbuhan suatu negara.30

    3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    a. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia

    Mengutip isi Human Development Report (HDR) pertama tahun

    1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak

    pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan

    tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan

    sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses

    terhadap sumber daya yang dibutuhka agar dapat hidup secara layak. Di

    kutip dari Badan Pusat Statistik (BPS).31

    29 Ibid, hlm. 432 30Sadono Sukirno, “Mikroekonomi Teori Pengantar”, PT Raja Grafindo Persada, 2013,

    hlm. 58 31 Indeks Pembangunan Manusia, diakses https://sumsel.bps.go.id, pada 05 Februari 2020

    pukul 15.11

    https://sumsel.bps.go.id/

  • 23

    Menurut Mudrajad bahwa IPM bermanfaat untuk membandingkan

    kinerja pembangunan manusia baik antar negara maupun antar daerah.

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang

    menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai

    kesempatan untuk mengakses hasil dari ssuatu pembangunan sebagai

    bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,

    pendidikan, dan sebagainya.35

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian

    pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas

    hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui

    pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur

    panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga

    dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak

    faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan

    hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan

    digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama

    sekolah,adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan

    indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah

    kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per

    kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian

    pembangunan untuk hidup layak.36

    Syaiful Anwar mengatakan pemberantasan buta aksara merupakan

    salah satu fokus penting untuk memperbaiki indeks pembangunan

  • 24

    manusia. Berhasilnya program pemberantasan buta aksara akan

    membuat warga percaya diri dan berdaya untuk keluar dari kemiskinan

    dan keterbelakangan.

    Menurut Yani Mulyaningsih indeks pembangunan manusia

    memuat tiga dimensi penting dalam pembangunan yaitu terkait dengan

    aspek pemenuhan kebutuhan akan hidup panjang umur (Longevity) dan

    hidup sehat (healthy life), untuk mendapatkan pengetahuan (the

    knowledge) dan mempunyai akses kepada sumberdaya yang bisa

    memenuhi standar hidup. Artinya, tiga dimensi penting dalam

    pembangunan manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap

    kemiskinan.

    Lanjouw, dkk. menyatakan pembangunan manusia di Indonesia

    adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang

    pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin

    dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin

    aset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan

    kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan

    produktifitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan.

  • 25

    b. Indeks Pembangunan Manusia dalam Pandangan Islam

    Di dalam konsep dasar pembangunan ekonomi Islam, sumber

    daya manusia juga menjadi fokus utama selain tauhid, tazkiah an-nafs,

    dan peran pemerintah. Begitu juga menurut Abdillah, manusia

    merupakan makhluk pembangunan yang merupakan mandataris Ilahi

    dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan. Pengertian tugas

    mandataris Ilahi yang dimaksud yaitu dalam melaksanakan

    pembangunan. Tolak ukur manusia berkualitas dapat dilihat dari

    produksi dan hasil karya manusia itu sendiri sehingga kualitas manusia

    harus diperhatikan untuk esensi dan kemajuan bangsa sebagaimana

    pesan dalam Q.S. Hud: 61,

    Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh

    berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu

    Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan

    menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,

    kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat

    (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)"

    Dalam surat Hud ayat 61 di atas, dinyatakan bahwa manusia

    dijadikan Allah sebagai khalifah di muka Bumi yang mengemban tugas

  • 26

    untuk memakmurkannya. Dalam konteks kehidupan manusia yang

    sesungguhnya, ayat tersebut dapat dipahami dengan melaksanakan

    pembangunan.32

    c. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia

    Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga komposisi

    indikator yang digunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan

    manusia suatu negara, yaitu :

    a). Tingkat kesehatan diukur harapan hidup saat lahir (tingkat kematian

    bayi).

    b). Tingkat pendidikan diukur dengan angka melek huruf (dengan bobot

    dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga).

    c). Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran perkapita per

    tahun.

    Rumus umum yang di pakai dalam IPM adalah sebagai berikut:

    IPM=1/3(X1+X2+X3)

    32Ari Kristin Prasetyoningrum dan U. Sulia Sukmawari. “Analisis Pengaruh Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan

    di Indonesia”,Volume 6, Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm. 221

  • 27

    Dimana:

    X1 = Indeks Harapan Hidup

    X2 = Indeks Pendidikan

    X3 = Indeks Standar Hidup

    Indeks pembangunan manusia (IPM), atau dikenal dengan sebutan

    humandevelopment indeks (HDI) adalah indikator yang digunakan

    untuk mengukur salahsatu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas

    dari hasil pembangunan ekonomi, yakni derajat perkembangan

    manusia. IPM adalah suatu indeks komposisi yang didasarkan pada tiga

    indikator, yakni (a) kesehatan, (b) pendidikan yang dicapai dan (c)

    standar kehidupan. Jadi, jelas bahwa tiga unsur ini sangat penting dalam

    menentukan tingkat kemampuan suatu provinsi untuk meningkatkan

    IPM nya. Ketiga unsur tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling

    mempengaruhi satu dengan yang lainnya, selain juga di pengaruhi oleh

    faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada

    gilirannya di tentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan

    kebijakan pemerintah. Jadi, IPM disuatu provinsi akan meningkat

    apabila ketiga unsur tersebut dapat ditingkatkan, dan nilai IPM yang

    tinggi menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi di provinsi

  • 28

    tersebut. Dalam perkataan lain, terdapat suatu korelasi positif antara

    nilai IPM dengan derajat keberhasilan pembangunan ekonomi.33

    d. Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    United Nations Development Programs (UNDP) telah menerbitkan

    suatuindikator yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk

    mengukur kesuksesan pembangunan dan kesejahteraan suatu negara.

    IPM adalah suatu tolak ukur angka kesejahteraan suatu daerah atau

    negara yang dilihat berdasarkan tiga dimensi yaitu: angka harapan

    hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf

    (literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling),

    dan kemampuan daya beli (purchasing powerparity). Indikator angka

    harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf

    penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan

    terakhir indikator daya beli mengukur standar hidup. Ketiga indikator

    tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, selain itu dapat

    dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan

    kerja yang ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan

    kebijakan pemerintah sehingga IPM akan meningkat apabila ketiga

    33 Dr. Tulus T.H., “Tambunan,”Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting”,

    (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm.167

  • 29

    unsur tersebut dapat ditingkatkan dan nilai IPM yang tinggi

    menandakan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.34

    Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam indeks

    pembangunan manusia sebagai berikut:

    a. Angka Harapan Hidup

    Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir merupakan rata-

    rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang

    selamahidup.

    b. Angka Melek Huruf

    Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun

    keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf

    lainnya.

    c. Rata-Rata Lama Sekolah

    Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang

    digunakan oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani

    pendidikanformal.

    d. Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan

    UNDP mengukur standar hidup layak menggunakan Produk

    Domestik Bruto (PDB) riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam

    34 iske Yanti Maratade dkk, “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks Pembangunan

    Manusia di Provinsi Sulawesi Utara”, (Studi pada tahun 2002-2016), Jurnal Berkala Ilmiah

    Efisiensi,Vol.16 No.01 Tahun 2016

  • 30

    menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran

    per kapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.35

    e. Metode Penghitungan IPM

    Metode agregasi diubah dari rata-rata penduduk menjadi rata-rata

    geometrik. Dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan

    hidup lama sekolah PNB menggambarkan PDB karena lebih

    menggambarkan pendapatan pada suatu wilayah. Dengan menggunakan

    rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat diartikan bahwa capain

    pembangunan manusia yang baik, ketiga dimensi harus memperoleh

    perhatian yang sama besar karena sama pentingnya. Menggunakan

    indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik dengan

    memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka harapan sekolah dan PNB

    menggantikan PDB karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat

    pada suatu wilayah.36

    Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM

    dapat diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh

    capaian dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan pembangunan manusia

    yang baik ketiga dimensi harus memperoleh perhatian yang sama besar

    karena sama pentingnya.

    35 Indeks Pembangunan Manusia, diakses https://sumsel.bps.go.id, pada 05 Februari 2020

    pukul 15.11 36 Rapidah Azmi, “Pengaruh Jumlah Pengangguran, Indeks Pembangunan Manusia dan

    PDRB Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten LabuhanBatu”, Medan; Skripsi, Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumater Selatan, 2019, hlm. 35

    https://sumsel.bps.go.id/

  • 31

    Setiap komponen IPM menghitung indeks masing-masing di

    standardisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan

    untuk menghitung IPM.

    Rumus yang digunakan sebagai berikut:

    a. Dimensi Kesehatan

    I Kesehatan = 𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛

    𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛

    b. Dimensi Pendidikan

    I HLS = 𝐻𝐿𝑆−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

    𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

    I HLS = 𝑅𝑆𝐿−𝑅𝑆𝐿𝑚𝑖𝑛

    𝑅𝑆𝐿𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑅𝑆𝐿𝑚𝑖𝑛

    I pendidikan = 𝐼𝐻𝐿𝑆+𝐼𝑅𝑆𝐼

    2

    c. Dimensi Pengeluaran

    I pengeluaran= 𝐼𝑛(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛)−(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)

    𝐼𝑛(𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑎𝑘𝑠)−𝐼𝑛 (𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛𝑚𝑖𝑛)

    IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,

    indeks pendidikan dan indeks pengeluaran.

    IPM = √𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒ℎ𝑎𝑡𝑎𝑛𝑥𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛𝑥𝐼𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛3

    Manfaat indeks pembangunan manusia menjadi salah satu indikator

    yang penting dalam melihat sisi lain dari pembangunan. Manfaat penting

    IPM salah satunya dimana IPM merupakan indikator penting dalam

    mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia

  • 32

    dan sebagian data dalam ukuran kinerja pemerintah dan salah satu alokator

    penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).37

    4. Jumlah Penduduk

    Menurut Maltus, pada saat jumlah penduduk telah berlipat-lipat kali

    30 sampai dengan 40 pertahun lebih besar menurut deret ukur, pada saat

    yang sama di karenakan hasil yang menurun dari hasil faktor produksi

    tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung. Maka bumi

    yang akan pada akhirnya menjadi terasa sempit dan seolah tinggal

    separuhnya saja, dan pada akhirnya akan mengurangi dari sandang, papan,

    dan pangan maupun alat-alat pemuas kebutuhan yang lainnya. Sehingga

    jatuh dibawah tingkat yang di butuhkan oleh kehidupan manusia. Jumlah

    penduduk yang selalu bertambah sehingga akan berkurangnya alat-alat

    pemuas kebutuhan akan berkurang, sehingga akan menyebabkan

    kemiskinan.38 Faktor faktor Demografi yang memengaruhi perumbuhan

    penduduk yaitu kelahiran,kematian dan migrasi.Menurut Maier di kalangan

    para pakar pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan

    penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan

    pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan

    tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya manusia. Terdapat tiga alasan

    mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memperlambat

    pembangunan.

    37 Badan Pusat Statistk (BPS),diakses http//bps.co.id, pada 15 Januari 2020 pukul 19.58 38 Suherman Rosyidi, “Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Teori Ekonomi Mikro dan

    Makro, (Jakarta; Raja Grafindo Jakarta,2006), hlm. 86

  • 33

    1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan dibutuhkan untuk membuat

    konsumsi dimasa mendatang semakin tinggi. Rendahnya sumberdaya

    perkapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat, yang

    gilirannya membuat investasi dalam “kualitas manusia” semakin sulit.

    2. Banyak negara dimana penduduknya masih sangat tergantung dengan

    sektor pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan

    antara sumberdaya alam yang langka dan penduduk. Sebagian karena

    pertumbuhan penduduk memperlambat perpindahan penduduk dari

    sektor pertanian yang rendah produktifitasnya ke sektor pertanian

    modern dan pekerjaan modern lainnya.

    3. Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan

    perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi

    dan sosial. Tingginya tingkat kelahiran merupakan penyumbang utama

    pertumbuhan kota yang cepat. Bermekarannya kota-kota di NSB

    membawa masalah-masalah baru dalam menata maupun

    mempertahankan tingkat kesejahteraan warga kota.39

    a. Kependudukan Dalam Pandangan Islam

    Dalam perspektif kependudukan, manusia dalam posisinya sebagai

    khalifah harus mampu mengatur bumi agar menjadi tempat yang tetap layak

    huni bagi seluruh isinya. Manusia juga dituntut untuk menatanya, menjaga

    keseimbangan antara manusia dengan alam, kebutuhan hidupnya dengan

    39 Ibid, hlm 26

  • 34

    sumber daya alam yang tersedia. Ibnu Khaldun mengkaitkan antara jumlah

    penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, setiap kali jumlah

    penduduk meningkat maka berdampak pula pada meningkatnya jumlah

    produksi dan apabila masyarakat tidak mampu untuk memenuhinya maka

    akan berdampak pada kemiskinan40.

    Dalam pandangan Islam memiliki banyak anak yang shaleh dan

    soleha sangat dianjurkan, tetapi dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda

    “ Sedikitnya keluarga adalah salah satu dari dua kemudahan, sedangkan

    banyaknya keluarga adalah salah satu dari dua kefakiran” (H.R Al Qudha’i

    dalam Musnad Al-Syahab)

    Jumlah penduduk yang tinggi tanpa adanya dana (maal) maka menjadi

    malapetaka.

    Kuantitas atau jumlah penduduk dapat menjadi potensi maupun beban

    bagi suatu negara, akan menjadi potensi apabila jumlah penduduk seimbang

    dengan sumber daya yang lain serta mempunyai kualitas hidup yang baik.

    Sebaliknya, menjadi beban apabila jumlah penduduk melampaui kapasitas

    wilayah negara tersebut. Kualitas hidup manusia dipengaruhi oleh beberapa

    hal, diantaranya adalah kepadatan penduduk, ketersediaan fasilitas-fasilitas

    yang disediakan oleh negara untuk kesejahteraan masyarakat, pola hidup

    40 Eka Susiatun, Skripsi: “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk dan Pengangguran

    Terhadap Kemiskinan di Provinsi Lampung Dalam Perspektif Ekonomi Islam Tahun 2007-2016”,

    (Lampung: UIN Raden Intan, 2018), hlm 22.

  • 35

    yang dianut oleh masyarakat, norma yang berlaku di suatu daerah dan lain-

    lain41.

    Umat yang jumlahnya banyak namun tidak berkualitas, tidak akan

    memberikan rasa bangga, namun sebaliknya, merendahkan dan

    melemahkan. Apa yang kita rasakan saat ini adalah bukti, jumlah yang

    banyak tidak berkontribusi pada pembangunan peradaban yang damai dan

    sejahtera. Jika pemerintah menggalakkan berbagai program pengendalian

    jumlah penduduk, maka pada saat yang sama pemerintah harus menyiapkan

    sejumlah program untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.

    Karena prinsip Islam bukan hanya menahan laju pertumbuhan penduduk

    tetapi juga meningkatkan kualitas hidup42.

    B. Penelitian Terdahulu

    Tabel 2.1

    Ringkasan Penelitian Terdahulu

    No Nama

    Judul

    Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil

    1. Reggi Irfan

    Pambudi,

    Mohamm

    ad Saleh,

    Teguh

    Hadi

    Priyono(201

    6)43

    Pengaruh

    pertumbuhan

    ekonomi, upah

    minimum

    regional, dan

    pengangguran

    terhadap

    kemiskinan di

    provinsi jawa

    -Menggunakan

    variabel

    pertumbuhan

    ekonomi,

    kemiskinan

    Menggunak

    an variabel

    upah

    minimum

    regional,

    dan

    penganggur

    an

    -Tahun

    Pertumbuhan

    ekonomi

    mempunyai

    pengaruh

    negatif dan

    signifikan

    terhadap

    tingkat

    kemiskinan.

    41Nur Rahmi Hamzah, Skripsi: “Pengaruh Faktor-Faktor Kependudukan Terhadap

    Pembangunan Ekonomi Di Kota Makassar”, (Makassar: UIN Alauddin, 2017), hlm 16. 42Eka Susiatun, Skripsi, Analisis Pengaruh Pertumbuhan Penduduk..., hlm 22.

    43 Reggi Irfan Pambudi, Mohammad Saleh, Teguh Hadi Priyono, “Pengaru pertumbuhan

    ekonomi, ipah minimum regional, dan pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi jawa

    timur”, Vol. 14(1), 2016, hlm. 4

  • 36

    No Nama

    Judul

    Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil

    timur Penelitian

    -Ruang

    lingkup

    penelitian

    di Jawa

    Timur

    2. Novegya

    Ratih

    Primandari

    (2018)44

    Pengaruh

    pertumbuhan

    ekonomi,

    -Menggunakan

    variabel

    pertumbuhan

    ekonomi,

    kemiskinan

    -Tahun

    Penelitian

    - Ruang lingkup

    penelitian

    Sumatera

    Selatan

    Menggunak

    an variabel

    inflasi,

    penganggur

    an

    Pertumbuhan

    ekonomi

    berpengaruh

    terhadap

    tingkat

    kemiskinan.

    3. Umarddin

    Usman,

    Diramita

    (2018)45

    Pengaruh

    Jumlah

    Penduduk,

    Pengangguran

    dan

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Terhadap

    Kemiskinan di

    Provinsi

    Kepulauan Riau

    -Menggunakan

    variabel

    Jumlah

    Penduduk,

    Pertumbuhan

    Ekonomi,

    Kemiskinan

    -Tahun

    Penelitian

    Menggunak

    an variabel

    penganggur

    an

    -Ruang

    lingkup

    penelitian di

    Provinsi

    Kepulauan

    Riau

    -Secara parsial

    dapat

    disimpulkan

    bahwa

    Jumlah

    Penduduk

    berpengaruh

    secara

    signifikan

    dan negatif

    terhadap

    Kemiskinan

    di Provinsi

    Kepulauan

    Riau

    -Secara parsial

    44 Novegya Ratih Primandari,”Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan

    Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Sumatera Selatan”, Vol. 16(1) : 1-10, Juni 2018,

    Hlm. 9 45 Umaruddin Usman, Diramita, “ Pengaruh Jumlah Penduduk, Pengangguran dan

    Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau”,Volume 01 Nomor 02

    Agustus 2018, hlm. 52

  • 37

    No Nama

    Judul

    Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil

    dapat

    disimpulkan

    bahwa

    Pertumbuha

    n Ekonomi

    berpengaruh

    secara

    signifikan

    dan positif

    terhadap

    Kemiskinan

    di Provinsi

    Kepulauan

    Riau.

    4. Erwan,

    Novie Al

    Muhamariah

    (2019)46

    Pengaruh

    Pertumbuhan

    Ekonomi Dan

    Distribusi

    Pendapatan

    Terhadap

    Tingkat

    Kemiskinan

    Kabupaten/Kota

    Di Provinsi

    Sumatera

    Selatan

    - Menggunakan

    variabel

    pertumbuhan

    ekonomi,

    kemiskinan

    - Ruang lingkup

    penelitian

    Kabupaten/K

    ota Di

    Provinsi

    Sumatera

    Selatan

    Menggunakan

    variabel

    distribusi

    pendapatan

    -Tahun

    Penelitian

    Secara parsial

    menunjukan

    bahwa

    pertumbuhan

    ekonomi

    berpengaruh

    negatif dan

    signifikan

    terhadap

    tingkat

    kemiskinan.

    5. Ahmad

    Syaifullah,

    Nazaruddin

    Malik

    (2014)47

    Pengaruh

    Indeks

    Pembangunan

    Manusia dan

    Produk

    Domestik Bruto

    Terhadap

    Kemiskinan di

    ASEAN-4

    - Menggunakan

    variabel indeks

    pembangunan

    manusia,

    kemiskinan

    Menggunakan

    variabel

    produk

    domestik

    bruto

    -Tahun

    Penelitiaan

    -Ruang

    lingkup

    penelitian

    di ASEAN-

    4

    Indeks

    Pembangunan

    Manusia (IPM)

    memiliki

    pengaruh yang

    negatif dan

    tidak signifikan

    terhadap

    tingkat

    kemiskinan.

    46 Erwan dan Novie Al Muhariah,“Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Distribusi

    Pendapatan Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan”, Vol.

    12 No.1, April 2019, Hlm. 17 47 Ahmad Syaifullah, Nazaruddin Malik, “ Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan

    Produk Domestik Bruto Terhadap Kemiskinan di ASEAN-4”,Vol 1 Jilid 1/2017 Hal. 107 – 119,

    hlm. 117

  • 38

    No Nama

    Judul

    Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil

    6. Elda Wahyu

    Azizah,

    Sudarti, dan

    Hendra

    Kusuma

    (2017)48

    Pengaruh

    Pendidikan,

    Pendapatan

    Perkapita dan

    Jumlah

    Penduduk

    Terhadap

    Kemiskinan di

    Provinsi Jawa

    Timur

    - Menggunakan

    variabel

    jumlah

    penduduk ,

    kemiskinan

    -Tahun

    Penelitiaan

    Menggunakan

    variabel

    Pendidikan,

    Pendapatan

    Perkapita

    -Ruang

    lingkup

    penelitian di

    Provinsi

    Jawa Timur

    Variabel

    Jumlah

    Penduduk

    berpengaruh

    positif dan

    signifikan

    terhadap

    Kemiskinan.

    7. Durrotul

    Mahsunah

    (2018)49

    Pengaruh

    Jumlah

    Penduduk,

    Pendidikan dan

    Pengangguran

    Terhadap

    Kemiskinan di

    Jawa Timur

    - Menggunakan

    variabel

    jumlah

    penduduk ,

    kemiskinan

    Menggunakan

    Pendidikan,

    penganggur

    an

    -Ruang

    lingkup

    penelitian

    di Jawa

    Timur

    Jumlah

    penduduk

    tidak

    berpengaruh

    terhadap

    kemiskinan.

    8. Ari Kristin

    Prasetyoning

    rum (2015)50

    Analisis

    Pengaruh

    Indeks

    Pembangunan

    Manusia (IPM),

    Pertumbuhan

    Ekonomi dan

    Pengagguran

    Terhadap

    Kemiskinan di

    Indonesia

    - Menggunakan

    variabel

    Indeks

    Pembangunan

    Manusia

    (IPM),

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    -Tahun

    Penelitian

    Menggunakan

    variabel

    Pengaggura

    n

    -Ruang

    lingkup

    penelitiaan

    di Indonesia

    -IPM

    berpengaruh

    signifikan

    negatif

    terhadap

    tingkat

    kemiskinan

    - Pertumbuhan

    ekonomi tidak

    berpengaruh

    secara

    signifikan

    terhadap

    penurunan

    tingkat

    kemiskinan.

    48 Elda Wahyu Azizah, Sudarti, dan Hendra Kusuma “ Pengaruh Pendidikan,

    Pendapatan Perkapita dan Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur”,

    Vol 2 Jilid 1/Tahun 2018, hlm. 179 49 Durrotul Mahsunah, “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pengangguran

    Terhadap Kemiskinan di Jawa Timur”, hlm. 14 50Ari Kristin Prasetyoningrum, “Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia

    (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengagguran Terhadap Kemiskinan di Indonesia”, Volume 6,

    Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm.236

  • 39

    No Nama

    Judul

    Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil

    9. Novri

    Silastri

    (2017)51

    Pengaruh

    Jumlah

    Penduduk,

    Pendapatan

    Domestik

    Regional Bruto

    (PDRB)

    Terhadap

    Kemiskinan di

    Kabupaten

    Kuantan

    Singingi

    -Menggunaka

    variabel Jumlah

    Penduduk,

    Pendapatan

    Domestik

    Reegional

    Bruto,

    Kemiskinan

    -Ruang

    lingkup

    penelitiaan

    di

    Kabupaten

    Kuantan

    Singingi

    -Tahun

    penelitian

    -Jumlah

    penduduk

    berpengaruh

    negatif dan

    singnifikan

    terhadap

    kemiskinan

    - Pendapatan

    Domestik

    Regional

    Bruto

    berpengaruh

    negatif dan

    signifikan

    terhadap

    kemiskinan.

    10. Saharuddin

    Didu, Ferri

    Fauzi

    (2018)52

    Pengaruh

    Jumlah

    Penduduk,

    Pendidikan dan

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Terhadap

    Kemiskinan di

    Kabupaten

    Lebak

    -Menggunakan

    variabel

    Jumlah

    Penduduk,

    pertumbuhan

    ekonomi,

    kemiskinan

    Menggunakan

    variabel

    pendidikan

    -Tahun

    Penelitian

    -Ruang

    lingkup

    penelitian di

    Kabupaten

    Lebak

    -Variabel

    jumlah

    penduduk

    (JP)

    berpengaruh

    negatif dan

    signifikan

    terhadap

    kemiskinan

    di

    Kabupaten

    Lebak

    -Variabel

    pertumbuha

    n ekonomi

    (PE)

    berpengaruh

    negatif dan

    signifikan

    terhadap

    kemiskinan

    di

    51Novri Silastri, “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendapatan Domestik Regional Bruto

    (PDRB) Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Kuantan Singingi”, Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017,

    hlm. 115 52Saharuddin Didu, Ferri Fauzi, “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan

    Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak”, Vol. 6, No. 1, Apr 2016,

    hlm. 115

  • 40

    No Nama

    Judul

    Penelitiaan Persamaan Perbedaan Hasil

    Kabupaten

    Lebak.

    C. Kerangka Pemikiran

    Dalam mewujudkan pembangunan nasional, pemerintah dituntut untuk aktif

    dalam upaya penurunan jumlah penduduk miskin. Upaya yang diharapkan tidak

    hanya sekedar memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat

    miskin, akan tetapi juga upaya untuk memerangi kemiskinan dari akar

    masalahnya. Dalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi, indeks pembangunan

    manusia, dan jumlah penduduk dijadikan variabel-variabel bebas yang secara

    parsial diduga mempengaruhi jumlah penduduk miskin Sumatera Selatan. Skema

    hubungan antara kemiskinan dengan variabel-variabel yang mempengaruhi dapat

    digambarkan sebagai berikut.

  • 41

    Gambar 2.1

    Kerangka Pemikiran

    Sumber : Dikembangkan dalam penelitian ini, 2020

    D. Perumusan Hipotesis Penelitian

    Hipotesis adalah jawaban sementara/ kesimpulan yang diambil untuk

    menjelaskan permasalahan yang di ajukan dalam penelitian yang sebenarnya

    harus diuji secara empiris.53 Hipotesis yang dimaksut merupakan ramalan atau

    jawaban sementara yang mungkin masih bisa berubah-ubah kebenaranya bisa

    salah dan bisa benar. Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis

    dan berdasarkan studi empiris, yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian

    terdahulu, maka akan diajukan hipotesis dari landasan teoritis dan penelitian

    terdahulu sebagai berikut:

    53 Sumandi Suryabrata, “Metode Penelitian”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 21

    Pertumbuhan Ekonomi

    (X1)

    X

    ()

    Kemiskinan

    (Y)

    IPM

    (X2)

    Jumlah Penduduk

    (X3)

    x

  • 42

    1). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan

    Pertumbuhan Ekonomi berarti perkembangan fisikal produki barang

    dan jasa dan pertambahan produksi barang modal. Suatu perekonomian

    dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang

    dan jasanya meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit mencatat jumlah

    unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu, oleh karena

    itu angka yang digunakan untuk menaksir output adalah nilai moneternya

    (uang) yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto.54

    Penelitian yang pernah dilakukan oleh Reggi Irfan Pambudi

    Mohammad Saleh, Teguh Hadi Priyono dalam jurnalnya: Pengaruh

    pertumbuhan ekonomi, upah minimum regional, dan pengangguran

    terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan

    metode analisis regresi linier berganda pada tahun 2008-2013

    menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan

    signifikan terhadap kemiskinan. 55Hasil penelitian ini juga sesuai dengan

    teori ekonomi yang dikemukakan oleh kuznet yang menyatakan bahwa

    terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat

    kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat

    kemiskinan, hubungan ini menunjukan pentingnya mempercepat

    54 Novegya Ratih Primandari,”Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan

    Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Sumatera Selatan”, Vol. 16(1) : 1-10, Juni 2018,

    Hal. 2 55 Reggi Irfan Pambudi, Mohammad Saleh, Teguh Hadi Priyono, “Pengaru pertumbuhan

    ekonomi, ipah minimum regional, dan pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi jawa

    timur”, Vol. 14(1), 2016, hlm. 3

  • 43

    pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.56 Dapat

    dirarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

    H1: Pertumbuhan ekonomi diduga berpengaruh dan signifikan terhadap

    kemiskinan di provinsi Sumatera Selatan 2016-2018

    2). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan

    IPM merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis

    sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data

    yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu angka harapan

    hidup yang mengukur keberhasilan dalam bidang kesehatan, angka melek

    huruf dan rata-rata lamanya bersekolah yang mengukur keberhasilan

    dalam bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli masyarakat

    terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya

    pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mengukur

    keberhasilan dalam bidang pembangunan hidup yang layak.

    Kualitas sumber daya manusia dapat menjadi faktor penyebab utama

    terjadinya kemiskinan.Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Mudrajad bahwa IPM

    bermanfaat untuk membandingkan kinerja pembangunan manusia baik

    antar negara maupu antar daerah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    merupakan indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu

    wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu

    56Todaro, Michael P. 1997. “Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi Ke Enam”.

    Alih Bahasa: Drs. Haris Munandar, M.A.Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Hlm.93

  • 44

    pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh

    pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.57

    Dengan masyarakat yang sehat dan berpendidikan yang baik,

    peningkatan produktifitas masyarakat akan meningkatkan pula

    pengeluaran untuk konsumsinya, ketika pengeluaran untuk konsumsi

    meningkat, maka tingkat kemiskinan akan menaik. Disisi lain, rendahnya

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berakibat pada rendahnya

    produktivitas kerja dari penduduk. Rendahnya produktivitas berakibat

    pada rendahnya perolehan pendapatan. Sehingga dengan rendahnya

    pendapatan menyebabkan tingginya jumlah penduduk miskin.58

    oleh Ari Kristin Prasetoningrum, U. Sulia Sukmawari, dalam

    jurnalnya Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

    Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di

    Indonesia” menyimpulkan bahwa indeks pembangunan

    manusianberpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

    kemiskinan59.Dapat dirarik hipotesis penelitian sebagai berikut:

    H2: IPM diduga berpengaruh dan signifikan terhadap kemiskinan di

    provinsi Sumatera Selatan 2016-2018

    57 Mudjarat Kuncoro, “Ekonomika Pembangunan,Teori Masalah dan Kebijakan”,

    (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2006), hlm. 67 58 Rapindah Azmi, “PENGARUH JUMLAH PENGANGGURAN, INDEKS

    PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PDRB TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI

    KABUPATEN LABUHANBATU”, (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2019), hlm.

    42 59Ari Kristin Prasetyoningrum dan U. Sulia Sukmawari. “Analisis Pengaruh Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan

    di Indonesia”,Volume 6, Nomor 2, 2018, 217 – 240, hlm. 232

  • 45

    3). Pengaruh jumlah penduduk terhadap kemiskinan

    Jumlah penduduk yang terlalu banyak hingga menyebabkan

    kepadatan penduduk akan menyebabkan penghambat pembangunan

    ekonomi di negara atau di daerah. Pendapatan perkapita yang rendah dan

    tingkat pembentukan modal yang rendah semakin sulit bagi negara atau

    daerah untuk berkembang dalam menopang ledakan jumlah penduduk.

    Sekaligus output meningkat sebagai hasil teknologi yang lebih baik dan

    pembentukan modal. Peningkatan ini akan ditelan oleh jumlah penduduk

    yang terlalu banyak. Tidak ada perbaikan-perbaikan kemiskinan yang

    nyata dalam kemiskinan.

    Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah

    merupakan permasalahan mendasar, Karena pertumbuhan penduduk

    yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan

    pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka

    kemiskinan.

    Menurut Nelson dan Leibstein (dikutip dari Sadono Sukirno, 1983)

    terdapat pengaruh langsung antara pertambahan penduduk terhadap

    tingkat kesejahteraan masyarakat. Nelson dan Leibstein menunjukan

    bahwa pertumbuhan penduduk yang pesat di negara berkembang

    menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak mengalami

    perbaikan yang berarti dan dalam jangka panjang akan mengalami

    penurunan kesejahteraan serta meningkatkan jumlah penduduk miskin.

  • 46

    Hal ini didukung oleh Saharuddin Didu, Ferri Fauzi dalam

    junrnalnya Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pertumbuhan

    Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak, menemukan

    peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap peningkatan

    kemiskinan, hal ini berarti semakin meningkat jumlah penduduk maka

    semakin banyak jumlah penduduk miskin.60

    H3: Pertumbuhan penduduk diduga berpengaruh dan signifikan terhadap

    kemiskinan di provinsi Sumatera Selatan 2016-2018

    60Saharuddin Didu, Ferri Fauzi, “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan dan

    Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak”, Vol. 6, No. 1, Apr 2016,

    hlm. 115