33
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Prastowo, 2014). Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Laporan Keuangan

2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan

posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (setara kas), dan waktu serta

kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber

daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta

kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan (Prastowo, 2014).

Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas diperlukan untuk

menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di

masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam

menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan

dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Informasi perubahan posisi

keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan

operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

8

juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas

tersebut (Prastowo, 2014).

Laporan keuangan yang disusun untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut

memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Meskipun demikian,

laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan

pemakai dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Selain untuk tujuan-

tujuan tersebut laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

oleh manajemen atau menggambarkan pertanggungjawaban manajemen atas

sumber daya yang dipercayakan kepadanya (Prastowo, 2014).

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba

rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi

penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Selain itu,

laporan keuangan juga menampung skedul dan informasi tambahan yang

berkaitan dengan laporan keuangan, seperti informasi keuangan segmen industri

dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Prastowo, 2014).

2.1.2. Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang

membuat infromasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai

dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan

ini meliputi karakteristik yang dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat

diperbandingkan (Prastowo, 2014).

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

9

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting infromasi yang ditampung dalam laporan keuangan

adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai.

Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang

memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan

untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun

demikian, sulitnya memahami informasi yang kompleks jangan dijadikan

alasan untuk tidak memasukkan informasi tersebut dalam laporan keuangan.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan

para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki

kualitas relevan apabila informasi tersebut mempengaruhi keputusan

ekonomi pemakai dengan membantu pemakai mengevaluasi peristiwa masa

lalu, masa kini atau masa depan (predictive), menegaskan atau mengoreksi,

hasil evaluasi pemakai di masa lalu.

Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya.

Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau

kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi

mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,

kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

10

yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar

diharapkan dapat disajikan.

Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi

serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu

dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan

bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk).

Selain itu, informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai,

dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu

(netralitas). Dalam hal menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan

tertentu, maka ketidakpastian tersebut diakui dengan mengungkapkan

hakikat dan tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat.

Agar dapat diandalkan, informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya

(kelengkapan). Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) dapat

mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan menyesatkan.

4. Dapat Dibandingkan

Para pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan

keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan

(trend) posisi keuangan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pemakai juga

harus dapat membandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk

mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

secara relatif.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

11

Untuk memenuhi kualitas tersebut maka pengukuran dan penyajian

dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus

dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antarperiode

perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Implikasinya

adalah bahwa para pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan

akuntansi yang digunakan dan perubahan kebijakan serta pengaruh

perubahan tersebut.

Ketaatan pada standar akuntansi (termasuk pengungkapan kebijakan

akuntansi yang digunakan) membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan

atas daya banding tidak boleh dikacaukan dengan keseragaman semata-mata

dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar

akuntansi keuangan yang lebih baik.

Untuk dapat memberikan perbandingan posisi keuangan, kinerja serat

perubahan posisi keuangan, perusahaan perlu menyajikan informasi periode

sebelumnya dalam laporan keuangan.

2.1.3. Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor,

kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan,

pemerintah, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat dan

shareholders (para pemegang saham). Para pemakai laporan keuangan ini

menggunakan laporan keuangn untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi

yang berbeda, yang meliputi (Prastowo, 2014):

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

12

1. Investor

Para investor berkepentingan terhadap risiko yang melekat dan hasil

pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan

informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan

atau menjual investasi tersebut. Selain itu, investor juga tertarik pada

informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan

perusahaan dalam membayar dividen.

2. Kreditor

Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

kreditor untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar

pada saat jatuh tempo.

3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan untuk memutuskan apakah jumlah terutang akan dibayar

pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan

dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibandingkan kreditor.

4. Shareholders (para pemegang saham)

Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai

kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan

penambahan modal untuk business plan selanjutnya.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

13

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan

hidup perusahaan, terutama kalau terlibat dalam perjanjian jangka panjang

dengan atau bergantung pada perusahaan

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, pemerintah juga

membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan

kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan

nasional dan statistik lainnya.

7. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada

informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Karyawan juga

tertarik pada informasi yang memungkinkan karyawan melakukan penilaian

atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun

dan kesempatan kerja.

8. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti

pemberian kontribusi pada perekonomian nasiaonal, termasuk jumlah orang

yang diperkerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal

domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

14

menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan

kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum,

sehingga tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai.

Berhubung para investor merupakan penanam modal bersiiko, maka ketentuan

laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan para investor, juga akan memenuhi

sebagain besar kebutuhan pemakai lain (Prastowo, 2014).

Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam

penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Manajemen juga

berkepentingan terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan,

meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan

yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian,

dan pengambilan keputusan (Prastowo, 2014).

Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi

informasi tambahan (di luar informasi laporan keuangan) untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Dalam rangka menyusun dan menyajikan laporan

keuangan. Khususnya untuk kepentingan eksternal, manajemen harus mengacu

pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, yang

mencakup tujuan laporan keuangan (termasuk asumsi dasar), karakteristik

kualitatif laporan keuangan, unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan

(definisi, pengakuan dan pengukuran) dan konsep modal dan pemeliharaan modal

(Prastowo, 2014).

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

15

2.2. Penyampaian Laporan Keuangan

Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor Kep-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan

Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik menyatakan bahwa emiten atau

perusahaan publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib

menyampaikan laporan keuangan berkala kepada Bapepam dan Laporan

Keuangan paling sedikit 2 (dua) eksemplar, satu diantaranya dalam bentuk asli,

dan disertai dengan laporan dalam salinan elektronik (soft copy). Laporan

keuangan berkala yang dimaksud adalah laporan keuangan tahunan dan laporan

keuangan tengah tahunan emiten atau perusahaan publik.

Laporan keuangan berkala merupakan laporan keuangan lengkap yang

terdiri dari:

1. Laporan posisi keuangan (neraca)

2. Laporan laba rugi komprehensif

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Laporan arus kas

5. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif, jika emiten atau

perusahaan publik menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara

retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau

mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya; dan

6. Catatan atas laporan keuangan

Bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di bursa efek

di Indonesia dan bursa efek di negara lain, maka laporan keuangan berkala yang

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

16

disampaikan kepada Bapepam dan Laporan Keuangan wajib memuat informasi

yang sama dengan laporan keuangan berkala yang disampaikan kepada otoritas

pasar modal di negara lain tersebut, dan paling sedikit memenuhi ketentuan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan Laporan Keuangan yang

terkait dengan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan (Keputusan Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-

346/BL/2011).

Laporan keuangan tahunan wajib disajikan secara perbandingan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan keuangan tahunan wajib disertai

dengan laporan Akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan. Laporan

keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan Laporan Keuangan

dan diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah

tanggal laporan keuangan tahunan (Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-346/BL/2011).

2.3. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya

disajikan pada suatu interval waktu untuk menjelaskan perubahan dalam

perusahaan yang akan mempengaruhi pemakai informasi dan membuat prediksi

dan keputusan. Selanjutnya ketepatan waktu menunjukkan rentang waktu antara

penyajian informasi yang diinginkan serta frekuensi pelaporan informasi.

Informasi tepat waktu akan mempengaruhi kemampuan manajemen dalam

merespon setiap kejadian dan permasalahan. Apabila informasi itu tidak

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

17

disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut

kehilangan nilai didalam mempengaruhi kualitas keputusan informasi tepat waktu

juga akan mendukung manajer menghadapi ketidakpastian yang terjadi dalam

lingkungan kerja mereka (Ukago, Ghozali, dan Sugiyono, 2005 dalam

Srimindarti, 2008).

Perusahaan tercatat yang terlambat menyampaikan laporan keuangan

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban

Penyampaian Laporan dikenakan sanksi sebagai berikut:

1. Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan

sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu

penyampaian laporan keuangan.

2. Peringatan tertulis II dan denda sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah), apabila mulai hari kalender ke-31 hingga hari kalender ke-60 sejak

lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan

Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan.

3. Peringatan tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp 150.000.000,- (seratus

lima puluh juta rupiah), apabila mulai hari kalender ke-61 hingga hari

kalender ke-90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan

Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban

penyampaian Laporan Keuangan atau menyampaikan Laporan Keuangan

namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan c di atas.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

18

4. Suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas waktu

penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tetap tidak memenuhi

kewajiban penyampaian Laporan Keuangan dan atau Perusahaan Tercatat

telah menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi kewajiban

untuk membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan b dan c di

atas.

5. Sanksi suspensi Perusahaan Tercatat hanya akan dibuka apabila Perusahaan

Tercatat telah menyerahkan Laporan Keuangan dan membayar denda

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan b dan c di atas.

2.4. Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen

secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya keuntungan yang

diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan dan investasi (Munawir, 2008).

Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efisiensi yang dicapai oleh

suatu operasional perusahaan (Sartono, 1995 dalam Suharli dan Harahap, 2008).

Dasar pemikiran bahwa tingkat keuntungan digunakan sebagai salah satu cara

untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentu saja berkaitan dengan

hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah

dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan (Suharli dan Harahap,

2008).

Return on assets (ROA) biasanya disebut sebagai hasil dari

pengembalian atas jumlah aktiva. Rasio ini mengukur efektivitas pemakaian total

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

19

sumber daya oleh perusahaan. ROA sebagai rasio laba terhadap aktiva juga

merupakan indikator kunci pada produktivitas. Perusahaan yang berhasil

mempunyai laba yang relatif besar dibandingkan perusahaan yang kurang maju

(Hamilton, 1997 dalam Suharli dan Harahap, 2008). Return on Total Assets

mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan asetnya untuk

memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalian investasi yang telah

dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aset) yang

dimilikinya (Prastowo, 2014).

Rasio profitabilitas menurut Riyanto (2001) terdiri dari bebarapa rasio

yaitu:

1. Gross Profit Margin

Rasio gross profit margin mengukur efisiensi produksi dan penentuan

harga jual. Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

rasio ini, dapat dipelajari lebih rinci proporsi elemn biaya terhadap

penjualan (Prastowo, 2014). Rumus gross profit margin adalah sebagai

berikut (Riyanto, 2001):

Penjualan neto – Harga Pokok Penjualan Gross Profit Margin =

Penjualan neto

2. Operating Income Margin

Rasio operating income margin menunjukkan laba operasi sebelum

bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan (Riyanto,

2001). Pada rasio operating income margin, angka laba yang digunakan

dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

20

perusahaan (Prastowo, 2014). Rumus operating income margin adalah

sebagai berikut (Pratowo, 2014):

Laba usaha Operating income margin =

Penjualan

3. Operating Ratio

Operating ratio menunjukkan biaya operasi per rupiah penjualan.

Rumus operating ratio adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001):

Harga pokok penjualan + biaya administrasi, penjualan dan umum

Operating ratio =Penjualan

4. Net Profit Margin

Rasio net profit margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh

setiap satu rupiah penjualan. Rasio ini memberi gambaran tentang laba

untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan. Rasio net

profit margin juga mengukur seluruh efisiensi, baik produksi, administrasi,

pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen pajak. Rumus

net profit margin adalah sebagai berikut (Prastowo, 2014):

Laba bersih Net profit margin =

Penjualan

5. Return on Assets

Return on assets mengukur kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

21

tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan

menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Rasio ini dapat

diperbandingkan dengan tingkat bunga bank yang berlaku (Prastowo, 2014).

Rumus return on assets adalah sebagai berikut (Munawir, 2008)

Laba setelah pajak Return on assets =

Rata-Rata Total Aktiva

6. Return on Investment

Return on investment adalah rasio antara keuntungan yang diperoleh

dengan modal yang diinvestasikan, baik modal sendiri maupun modal saing

(utang jangka panjang). Rasio tersebut biasanya digunakan untuk

mengevaluasi kinerja perusahaan karena rasio tersebut mengukur

kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari utang jangka

panjang dan modal pemegang saham. Rumus return on investment adalah

(Munawir, 2008):

Return on investment = {(Net income + Interest) x (1 - Tax Rate)} :

Average (Long term debt + Modal)

7. Return on Equity

Salah satu alasan utama mengapa mengoperasikan perusahaan adalah

untuk menghasilkan laba yang akan bermanfaat bagi pemegang saham.

Ukuran keberhasilan dari pencapaian alasan ini adalah angka return on

equity yang berhasil dicapai. Rasio return on equity diukur dengan cara

sebagai berikut (Prastowo, 2014):

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

22

Laba setelah pajak – Dividen saham istimewa Return on equity =

Rata-rata modal saham biasa

Laba yang dimaksudkan adalah laba bersih setelah pajak dikurangi dividen

unruk pemegang saham istemewa (bila ada). Hal ini dimaksudkan untuk

menggambarkan besarnya laba yang benar-benar tersedia dan tersisa bagi

para pemegang saham biasa (Prastowo, 2014).

2.5. Leverage

Leverage mengacu pada seberapa jauh suatu perusahaan bergantung pada

kreditor dalam membiayai aktiva perusahaan (Hilmi dan Ali, 2008). Weston dan

Copeland (1995) dalam Hilmi dan Ali (2008) menyatakan bahwa rasio leverage

mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang.

Leverage keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan asset dan sumber dana

(source of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud

meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.

Suatu perusahaan yang memiliki leverage keuangan yang tinggi berarti

memiliki banyak hutang pada pihak luar. Ini berarti perusahaan tersebut memiliki

risiko keuangan yang tinggi karena mengalami kesulitan keuangan (financial

distress) akibat hutang yang tinggi (Hilmi dan Ali, 2008).

Rasio leverage terdiri dari debt to equity ratio, debt ratio, long term debt

to equity ratio, tangible assest debt coverage dan time intereset earned ratio.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

23

1. Debt to equity ratio

Debt to equity ratio adalah rasio antara total utang dengan total modal

yang memberikan indikasi tentang seberapa jauh kreditor terlindungi jika

terjadi insolvensi. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka

panjang, semakin kecil rasio debt to equity ratio maka semakin baik posisi

perusahaan (Munawir, 2008).

Dalam rangka mengukur risiko, fokus perhatian kreditor jangka

panjang terutama ditujukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas.

Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap

mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanaii oleh

kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan. Rumus debt to equity

ratio adalah sebagai berikut (Pratowo, 2014):

Total Utang Debt to equity ratio =

Total Modal

2. Debt Ratio

Debt ratio adalah perbandingan antara total utang perusahaan dengan

total aktiva, yang mengindikasikan persentase dari total aktiva yang dibiayai

dari kreditor, dan hal tersebut akan membantu dalam menentukan seberapa

jauh kreditor terlindungi jika terjadi insolvansi pada perusahaan tersebut.

Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin

rendah rasio tersebut semakin baik posisi perusahaan. Permasalahan yang

timbul dalam perhitungan debt ratio adalah berkaitan dengan utang lancar,

dimasukkan dalam perhitungan atau tidak, jika dimasukkan dalam

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

24

perhitungan hasilnya lebih konservatif (Munawir, 2008). Rumus

perhitungan debt ratio adalah (Riyanto, 2001):

Utang Lancar + Utang Jangka Panjang Debt ratio =

Total Aktiva

3. Long Term Debt to Equity Ratio

Long term debt to equity ratio menunjukkan bagian dari setiap rupiah

modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang. Rumus

long term debt to equity ratio adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001):

Utang Jangka Panjang Long Term Debt to Equity Ratio =

Modal Sendiri

4. Tangible Assest Debt Coverage

Tangible assest debt coverage menunjukkan besarny aset tetap

tangible yang digunakan untuk menjamin utang jangka panjang setiap

rupiahnya. Rumus perhitungan tangible assest debt coverage adalah sebagai

berikut (Riyanto, 2001):

Jumlah Aktiva – Intangibles – Utang Lancar

Tangible Assest Debt Coverage =Utang Jangka Panjang

5. Time Intereset Earned Ratio

Time intereset earned ratio adalah rasio yang mengukur seberapa

besar keuntungan yang dapat diperoleh dibandingkan dengan biaya bunga

yang harus dibayar, merupakan rasio yang mengindikasikan kemampuan

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

25

perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang dari sudut pandang

laporan rugi laba. Jika time interest earned tinggi atau mencukupi, maka

kecil kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar bunga pinjaman,

dan akan mampu membayar kembali pokok pinjamannya pada saat jatuh

tempo. Akibatnya, kemungkinan dananya tidak diminta untuk membayar

kembali utangnya, jika perusahaan dapat menunjukkan rekor yang baik

dalam pembayaran bunga. Record yang baik dicerminkan oleh keuntungan

yang diperoleh beberapa kali jumlahnya dibandingkan dengan bunga yang

dibayar dalam setahun, stabil dari tahun ke tahun. Perusahaan yang dapat

mempertahankan rekor yang baik akan dapat membiayai usahanya dari

utang dengan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan dana dari

pemegang saham, dalam waktu yang bersamaan akan diperoleh tingkat

bunga yang menguntungkan. Rumus time interest earned adalah sebagai

berikut (Munawir, 2008):

Earning before interest and taxes Time interest earned =

Interest Expense

2.6. Opini Audit

Auditor wajib merumuskan opini mengenai apakah laporan keuangan

dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang

berlaku. Untuk merumuskan opini, auditor wajib menyimpulkan mengenai apakah

auditor telah memperoleh asumsi yang memadai atau wajar tentang apakah

laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material, apakah

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

26

karena kecurangan atau kesalahan. Kesimpulan ini akan memperhitungkan

(Tuanakotta, 2014):

1. Kesimpulan auditor, sesuai ISA 330, apakah bukti audit yang cukup dan

tepat telah diperoleh.

2. Kesimpulan auditor, sesuai dengan ISA 450, apakah salah saji yang belum

dikoreksi, secara terpisah atau tergabung, adalah material.

3. Evaluasi yang diwajibkan oleh alinea 12 – 15.

Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan dibuat, dalam

segala hal yang material, sesuai dengan ketentuan atau persyaratan kerangka

pelaporan keuangan yang berlaku. Evaluasi ini harus meliputi pertimbangan

mengenai aspek kualitatif dari praktik akuntansi entitas itu, termasuk indikator

mengenai kemungkinan bias dalam pandangan dan pemikiran manajemen

(Tuanakotta, 2014).

Secara khusus, auditor wajib mengevaluasi apakah dengan

mempertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku (Tuanakotta, 2014):

1. Laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang

signifikan yang dipilih dan diterapkan.

2. Kebijakan akuntansi yang dipilih dan yang diterapkan adalah konsisten

dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat.

3. Estimasi akuntansi yang dibuat manajemen adalah wajar.

4. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, andal,

dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

27

5. Laporan keuangan memberikan cukup disclosure yang memungkinkan

pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material terhadap

informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan.

6. Terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan

keuangan, sudah tepat.

Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang

wajar (fair presentation framework), evaluasi yang diwajibkan pada alinea 12 –

13 juga termasuk apakah keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar.

Evaluasi auditor mengenai apakah laporan keuangan memenuhi syarat penyajian

yang wajar akan meliputi pertimbangan mengenai (Tuanakotta, 2014):

1. Presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan keuangan.

2. Apakah laporan keuangan, termasuk catatan (atas laporan keuangan),

mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, dengan cara

yang mencapai penyajian yang wajar.

Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk atau

menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Auditor

wajib memberikan opini tidak dimodifikasi (wajar tanpa pengecualian) ketika

auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang

material, sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Jika auditor

(Tuanakotta, 2014):

1. Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan

secara keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material, atau

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

28

2. Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk

menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah

saji yang material.

3. Auditor wajib memodifikasi opini (artinya memberikan opini yang bukan

wajar tanpa pengecualian) dalam laporan auditor sesuai dengan ISA 705.

Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang

wajar, tidak mencapai penyajian yang wajar, auditor wajib membahas hal ini

dengan manajemen dan, tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan

keuangan yang berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib

menentukan apakah perlu memodifikasi opini dalam laporan auditor sesuai

dengan ISA 705. Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka

kepatuhan (compliance framework), auditor tidak harus mengevaluasi apakah

laporan keuangan mencapai penyajian yang wajar. Namun, jika dalam situasi

yang sangat jarang, auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan menyesatkan,

auditor wajib membahas hal ini dengan manajemen dan, tergantung pada

bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib menentukan apakah dan

bagaimana mengkomunikasikannya dalam laporan keuangan (Tuanakotta, 2014).

Berikut ini disajikan tabel mengenai pertimbangan dalam merumuskan

opini (Tuanakotta, 2014):

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

29

Tabel 2.1

Pertimbangan dalam Merumuskan Opini

Materialitas Simpulkan: • Apakah materialitas masih tepat dalam konteks hasil keuangan entitas yang

sebenarnya? • Apakah salah saji yang tidak dikoreksi (termasuk yang berasal dari periode

yang lalu), secara terpisah atau tergabung, dapat menyebabkan salah saji yang material?

Bukti Audit • Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh? • Apakah estimasi akuntansi yang dibuat manajemen sudah layak? • Apakah prosedur analitikal yang dilakukan pada atau mendekati akhir

tahun menguatkan kesimpulan yang diambil selama audit? Kebijakan Akuntansi • Apakah laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi

yang signifikan yang dipilih dan diterapkan? • Apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten

dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat? Pengungkapan dalam Laporan Keuangan • Apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup,

kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? • Apakah semua pengungkapan dalam laporan keuangan telah dibuat sesuai

dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? • Apakah terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap

laporan keuangan, sudah tepat? • Apakah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan,

andal, dapat dibandingkan, dan dipahami, dan cukup? • Apakah laporan keuangan memberikan cukup disclosures yang

memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan?

Fair Presentation Frameworks • Apakah presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan

keuangan termasuk catatan (atas laporan keuangan), mencerminkan dengan benar transaksi dan peristiwa yang mendasarinya, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? Jika tidak, apakah (auditor) perlu memberikan disclosures tambahan untuk memastikan tercapaimya fair presentation?

• Apakah laporan keuangan, sesudah memasukkan adjustments yang dibuat manajemen sebagai bagaimana dari proses audit proses, konsisten dengan pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya?

Compliance Frameworks • Apakah laporan keuangan menyesatkan?

Sumber: Tuanakotta, 2014

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

30

Bagan berikut ini merupakan bagan yang serupa dengan tabel 2.1 untuk

kerangka pelaporan keuangan penyajian yang wajar (fair presentation).

Gambar 2.1

Kerangka Pelaporan Keuangan Penyajian yang Wajar

Sumber: Tuanakotta (2014)

Berikut ini adalah penjelasan mengenai perumusan opini auditor setelah

melakukan audit laporan keuangan (Tuanakotta, 2014):

1. Dalam jajaran genjang pertama ada keputusan yang harus dibuat auditor

sesudah mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh dan tidak

diperolehnya. Keputusan ini, dalam bentuk sederhananya, menjawab

pertanyaan “Wajar?”

Wajar?

Pervasive? Pervasive?

ISA 700.17 a ISA 700.17 b

WTP TW WDP TMP WDP

Ya

Ya Tidak Tidak Ya

Tidak

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

31

2. Jika jawaban atas pertanyaan “Wajar?” adalah Ya, maka auditor

merumuskan opini WTP (wajar tanpa pengecualian atau unqualified

opinion). Jika jawabannya tidak maka auditor merumuskan modifikasi atas

opini. Opini yang dimodifikasi adalah opini yang bukan WTP. Rinciannya

tergantung pada fakta-fakta berikut.

3. Fakta pertama, auditor menemukan salah saji yang material dalam laporan

keuangan. Referensinya adalah ISA 700.17a. Atau, fakta kedua, auditor

tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Referensinya adalah

ISA 700.17b.

4. Pertanyaan kedua, ditunjukkan dengan dua jajaran genjang berisi

pertanyaan: Pervasif? Pertanyaan ini ditujukan kepada fakta pertama dan

kedua.

5. Jika fakta pertama pervasif, auditor merumuskan opini WDP (Wajar Dengan

Pengecualian atau qualified opinion). Jika fakta pertama tidak pervasif,

auditor merumuskan opini WDP (wajar dengan pengecualian atau qualified

opinion).

6. Jika fakta kedua pervasif, auditor merumuskan opini TMP (Tidak

Menyatakan Pendapat atau disclaimer of opinion). Jika fakta kedua tidak

pervasif, auditor merumuskan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian atau

qualified opinion).

Entitas dan manajemen mengharapkan auditor memberikan opini WTP

(wajar tanpa pengecualian) atas laporan keuangan entitas. Namun, setelah

melaksanakan dan menyelesaikan proses auditnya, auditor berkesimpulan bahwa

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

32

ia tidak dapat memberikan WTP, dan sesuai dengan ISAs ia harus memodifikasi

laporannya. Pendapat audit yang dimodifikasi (modified audit opinion) wajib

diterbitkan manakala auditor menyimpulkan bahwa (Tuanakotta, 2014):

1. Berdasarkan bukti audit yang dikumpulkannya, laporan keuangan secara

keseluruhan tidak bebas dari salah saji yang material, atau

2. Tidak mungkin memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai

apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang

material.

Ada tiga jenis pendapat audit yang dimodifikasi (modified audit opinion),

yaitu (Tuanakotta, 2014):

1. Wajar Dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Ketika dampaknya tidak material dan tidak cukup pervasif untuk

memberikan pendapat tidak wajar atau tidak menyatakan pendapat.

Diterapkan dalam hal:

a. Bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh, dan auditor

menyimpulkan ada salah saji, sendiri-sendiri atau tergabung, yang

material tetapi tidak pervasif terhadap laporan keuangan, atau

b. Auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

sebagai dasar pemberian opininya. Auditor menyimpulkan bahwa

dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji

yang tidak ditemukan, bisa material tetapi tidak pervasif.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

33

2. Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Ketika dampaknya material dan pervasif. Diterapkan dalam hal bukti

audit yang cukup dan tepat diperoleh, dan auditor menyimpulkan ada salah

saji, sendiri-sendiri atau tergabung, yang material dan pervasif terhadap

laporan keuangan.

3. Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion)

Ketika dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena

salah saji yang tidak ditemukan, bisa material dan pervasif. Diterapkan

dalam hal auditor tidak berhasil memperoleh bukti audit yang cukup dan

tepat sebagai dasar pemberian opininya, dan ia menyimpulkan bahwa

dampak yang mungkin terjadi atas laporan keuangan karena salah saji yang

tidak ditemukan, bisa material dan pervasif.

Ini juga diterapkan pada situasi yang sangat langka dimana tidak

mungkin bagi auditor memberikan pendapat karena beberapa ketidakpastian

yang bisa saling terkait dan dampak kumulatif dari ketidakpastian itu

terhadap laporan keuangan. Hal ini diterapkan meskipun auditor telah

memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai masing-masing

ketidakpastian tersebut.

2.7. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan

telah dilakukan oleh banyak peneliti. Hasil penelitian mengenai ketepatan waktu

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

34

penyampaian laporan keuangan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya

adalah sebagai berikut:

1. Toding dan Wirakusuma (2013) melakukan penelitian mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan. Penelitian dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2010. Variabel independen penelitian

adalah leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, reputasi Kantor Akuntan

Publik, kepemilikan manajerial dan komite audit. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa leverage, kepemilikan manajerial dan komite audit

tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan

sedangkan profitabilitas, ukuran perusahaan dan reputasi Kantor Akuntan

Publik berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan.

2. Saputra (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas,

leverage dan opini audit terhadap ketepatan waktu penyampaian pelaporan

keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Penelitian dilakukan pada tahun 2010. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu

penyampaian pelaporan keuangan, leverage berpengaruh terhadap ketepatan

waktu penyampaian pelaporan keuangan dan opini audit tidak berpengaruh

ketepatan waktu penyampaian pelaporan keuangan.

3. Kurniawati (2014) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor ketepatan

waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang go

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

35

public di Indonesia (studi empiris di Bursa Efek Indonesia periode 2010 –

2012). Variabel independen yang digunakan adalah debt to equity ratio,

profitabilitas, umur perusahaan (age), umur perusahaan (size), kepemilikan

pihak luar perusahaan (outsider ownership) dan kepemilikan pihak dalam

perusahaan (insider ownership). Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt

to equity ratio, size, age dan kepemilikan pihak luar (outsider ownership)

secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan perusahaan, sedangkan profitabilitas dan kepemilikan pihak dalam

(insider ownership) tidak berpengaruh pada ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan perusahaan manufaktur go publik yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

4. Dewi dan Hernawati (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh opini

audit, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan terhadap ketepatan

waktu penyampaian laporan keuangan. Penelitian dilakukan pada

perusahaan sektor riil pada industri pertanian dan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2013. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa opini audit, struktur kepemilikan dan ukuran

perusahaan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan.

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

36

2.8. Hipotesis

2.8.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian

Laporan Keuangan

Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat

efektivitas yang dicapai oleh suatu perusahaan. Proftabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari kekayaan yang

dimiliki. Manejemen perusahaan yang mendapatkan keuntungan akan

menggunakan informasi baik tersebut untuk memberikan sinyal kepada investor

agar mendukung kelangsungan posisi manajemen saat ini dan kompensasi yang

lebih tinggi pada manajemen. Pada saat perusahaan mendapat keuntungan maka

kepercayaan dari manajemen semakin meningkat untuk meminta pemegang

saham mendukung kontrak kompensasi, sehingga mereka akan secara sukarela

menyampaikan laporan keauangan perusahaan secara tepat waktu (Lang dan

Lundolm, 1993 dalam Srimindarti, 2008).

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa

laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan

yang mengalami berita baik akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya

tepat waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal

ini mengandung berita buruk, sehingga perusahaan cenderung tidak tepat waktu

menyerahkan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008). Berdasarkan uraian di

atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

37

H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan.

2.8.2. Pengaruh Leverage Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian

Laporan Keuangan

Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar suatu

perusahaan tergantung kepada hutang dalam membiayai aktiva perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi berarti sangat tergantung pada

pinjaman luar untuk membiayai aktivanya, sedangkan perusahaan yang

mempunyai leverage rendah lebih banyak membiayai investasinya dengan modal

sendiri (Wild dan Subraramanyam 2009 dalam Saputra, 2013).

Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh suatu

perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai aktiva perusahaan.

Tingginya rasio debt to equity mencerminkan tingginya risiko keuangan

perusahaan. Tingginya risiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa

perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajibannya atau hutangnya baik berupa

pokok maupun bunganya. Risiko perusahaan yang tinggi mengidentifikasi bahwa

perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan perusahaan

merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata

masyarakat. Pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan

keuangan yang berisi berita buruk karena waktu yang ada digunakan untuk

menekan debt to equity ratio serendah-rendahnya (Dewi dan Jusia, 2013).

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

38

H2: Leverage berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan.

2.8.3. Pengaruh Opini Audit Terhadap Ketepatan Waktu Penyampaian

Laporan Keuangan

Opini wajar dari akuntan publik terhadap laporan keuangan perusahaan

menandakan bahwa perusahaan tersebut telah menerapkan prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku. Kewajaran atas laporan keuangan yang disusun

manajemen merupakan good news bagi perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan

yang mendapat opini wajar dari akuntan publik cenderung lebih tepat waktu

dalam pelaporan keuangannya (Suriyati et al., 2013).

Perusahaan sebaliknya cenderung tidak akan tepat waktu dalam

menyampaikan laporan keuangannya apabila menerima opini lain selain

unqualified opinion karena hal tersebut dianggap bad news. Hal ini terjadi karena

ketika opini auditor adalah selain unqualified opinion maka sebelum opini

tersebut dipublikasikan manajemen akan berusaha melakukan konsultasi dan

negosiasi secara intensif dengan auditor sehingga memerlukan waktu yang relatif

lama untuk menerbitkan laporan keuangan ke publik (Dewi dan Jusia, 2013).

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H3: Opini audit berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan

keuangan.

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Tujuan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/66/3/BAB II.pdf · 2017. 6. 6. · 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1

39

2.9. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan hipotesis penelitian, kerangka pemikiran penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Profitabilitas

Leverage

Opini audit

Ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan